Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut - USU Institutional ...

Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut - USU Institutional ... Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut - USU Institutional ...

repository.usu.ac.id
from repository.usu.ac.id More from this publisher
14.12.2012 Views

jam dibagi dalam 3 dosis atau sulfametoksazoltrimetoprim, 8mg/kgBB trimetoprim dan 40mg/kgBB sulfametoksazol dalam 24 jam dapat digunakan dalam 2 dosis terbagi. Sefiksim, 8mg/kgBB dalam satu dosis atau cefprozil 15mg/kgBB dalam 24 jam dalam 2 dosis terbagi juga dapat digunakan. Kebanyakan pasien yang menerima terapi antibiotika untuk OMSA akan menunjukan perbaikan yang signifikan dalam waktu 48 jam. Timpanosintesis untuk kultur bakteri dan tindakan miringotomi dapat dilakukan pada penderita yang tidak mengalami perbaikan setelah 48 jam terapi antibiotika empiris. Penderita sebaiknya diperiksa ulang selama mendapatkan terapi untuk memastikan keefektifan pengobatan yang diberikan. 2 Terapi tambahan seperti pemberian analgetika, antipiretika dan dekongestan oral dapat diberikan. Dekongestan topikal dan oral dapat menghilangkan sumbatan hidung dan memberikan aerasi tuba eustakius meskipun 2, 3 efikasinya belum dapat dibuktikan. PENATALAKSANAAN BEDAH PADA OTITIS MEDIA AKUT Miringotomi / Timpanosintesis Miringotomi atau timpanosintesis merupakan terapi bedah pada OMSA yang populer pada tahun 1950-1960-an. Indikasinya dalam pengobatan OMA dijelaskan oleh Astley Cooper (1802). Schwartze, 50 tahun kemudian mengatakan: “Tidak ada prosedur bedah lain yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan kehidupan seseorang selain dengan Tabel 1. Dosis antibiotik pada OMA 2 2, 3 mengevakuasi pus secara bijaksana dari kavum timpani melalui insisi pada membrana timpani”. 4 Ketika terapi antibiotika gagal dan pasien tetap berada dalam sakit yang akut pada OMSA, tindakan miringotomi ini dapat dilakukan. Prosedur ini merupakan prosedur terapi yaitu dengan menghilangkan tekanan udara di telinga tengah, dan juga prosedur yang bertujuan untuk diagnostik karena cairan yang didapat dari tindakan miringotomi dapat dikirim untuk kultur dan sensitivitas. 5 Miringotomi dapat dilanjutkan dengan pemasangan pipa ventilasi ke telinga tengah. Teknik ini diusulkan oleh Politzer tetapi dipopulerkan oleh Armstrong (1954). Sejak saat itu cara ini menjadi teknik yang populer untuk mempertahankan pembersihan cairan telinga tengah, meminimalkan rekurensi episode OMSA dan mengoptimalkan pendengaran selama masamasa perkembangan berbicara. Pemasangan pipa ventilasi ini juga merupakan terapi pada 4, 5 otitis media efusi. Mastoidektomi Mastoidectomy) Sederhana (Simple Operasi mastoidektomi sederhana ini pertama kali dilakukan pada awal abad 19 dan Jean Petit adalah orang pertama yang mengusulkan untuk melakukan operasi ini pada raja Perancis, Charles II, yang pada waktu itu mengalami telinga berair disertai demam dan 4, 6 penurunan kesadaran. Antibiotika Dosis/ 24 jam Amoksisilin 40mg/kgBB dalam 3 dosis Ampisilin 50-100 mg/ kgBB dalam 4 dosis Eritromisin-sulfisoksazol 40mg/kgBB (E) dan 120mg/kgBB (S) dalam 4 dosis Amoksisilin-klavulanat 40mg/kgBB dalam 3 dosis Sulfametoksazol-trimetoprim 8mg (TMP) dan 40 mg (SMZ) dalam 2 dosis Sefiksim 8mg/kgBB dalam 1 dosis Schwartze (1873) mengembangkan dan menjelaskan teknik dan indikasi operasi untuk membersihkan korteks mastoid dan membersihkan sistem sel udara yang terlibat dalam infeksi sehingga memungkinkan terjadinya drainase yang baik dalam seluruh ruang timpanomastoid yang saat ini dikenal dengan ‘simple mastoidectomy’ atau “Schwartze’ operation”. 4 Operasi ini diindikasikan untuk kasus-kasus OMSA yang gagal dengan terapi antibiotika atau mulai menuju ke mastoiditis koalesen. Operasi ini selain bertujuan untuk mengevakuasi abses koalesen dari mastoid pada OMSA juga merupakan penatalaksanaan bedah untuk OMSK tanpa kolesteatoma. Seiring dengan kemajuan pengetahuan, teknik operasi ini tidak hanya dilakukan untuk membersihkan penyakit pada ruang mastoid tetapi juga untuk memberikan akses ke struktur yang lebih dalam dari tulang temporal seperti yang dikerjakan dalam operasi implant koklear atau operasi untuk telinga dalam. 6 Suplemen � Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 � No. 3 � September 2006 357

Tinjauan Pustaka KESIMPULAN 1. Standar terapi terkini pada OMSA adalah pemberian antimikroba berdasarkan empiris atau sesuai dengan kuman penyebab yang dijumpai pada kultur selama 10-14 hari. 2. Antibiotika yang diberikan pada OMSA adalah golongan amoksisilin (40mg/kgBB/24jam), amoksisilin-klavulanat (40mg/kgBB/24jam), ampisilin (50- 100mg/kgBB/24jam), eritromisinsulfisoksazol (E: 40mg/kgBB/24jam – 120mg/kgBB/24jam), sulfametoksazoltrimetoprim (T: 40mg/kgBB/24jam-SMZ: 120mg/kgBB/24jam) dan sefiksim (8mg/kgBB/24jam). 3. Terapi bedah pada OMSA adalah miringotomi/timpanosintesis dan mastoidektomi sederhana. 358 DAFTAR PUSTAKA 1. Canter RJ. Acute suppurative otitis media. In : Kerr AG, ed. Scott Brown’s Otolaryngology. Sixth edition. Vol. 3. Butterworth-Heinemann, London, 1997, 3/9/1-7. 2. Healy GB. Rosbe KW. Otitis Media and Middle Ear Effusions. In: Ballenger’s Otorhinolarygology Head and Neck Surgery. Sixteenth edition. BC Decker Inc. Ontario, 2003, 249-59. 3. Bitnun A, Allen UD. Medical Therapy of Otitis Media: Use, Abuse, Efficacy, and Morbidity. The Journal of Otolaryngology; 1998; 27; 26-33. 4. Friedberg J, Gordon D. Acute Otitis Media: The Evolution of Surgical Management. The Journal of Otolaryngology; 1998; 27, 2-6. 5. Pransky SM. Surgical Strategies for Otitis Media. The Journal of Otolaryngology; 1998; 27, 37-42. 6. Johnson GD. Simple Mastoid Operation. In : Glascock-Shambough. Surgery of the Ear. Fifth edition. BC Decker Inc. Ontario, 2003, 487-9. Suplemen � Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 � No. 3 � September 2006

jam dibagi dalam 3 dosis atau sulfametoksazoltrimetoprim,<br />

8mg/kgBB trimetoprim dan<br />

40mg/kgBB sulfametoksazol dalam 24 jam<br />

dapat digunakan dalam 2 dosis terbagi.<br />

Sefiksim, 8mg/kgBB dalam satu dosis atau<br />

cefprozil 15mg/kgBB dalam 24 jam dalam 2<br />

dosis terbagi juga dapat digunakan.<br />

Kebanyakan pasien yang menerima terapi<br />

antibiotika untuk OMSA akan menunjukan<br />

perbaikan yang signifikan dalam waktu 48 jam.<br />

Timpanosintesis untuk kultur bakteri dan<br />

tindakan miringotomi dapat dilakukan <strong>pada</strong><br />

penderita yang tidak mengalami perbaikan<br />

setelah 48 jam terapi antibiotika empiris.<br />

Penderita sebaiknya diperiksa ulang selama<br />

mendapatkan terapi untuk memastikan<br />

keefektifan pengobatan yang diberikan. 2<br />

<strong>Terapi</strong> tambahan seperti pemberian<br />

analgetika, antipiretika dan dekongestan oral<br />

dapat diberikan. Dekongestan topikal dan oral<br />

dapat menghilangkan sumbatan hidung dan<br />

memberikan aerasi tuba eustakius meskipun<br />

2, 3<br />

efikasinya belum dapat dibuktikan.<br />

PENATALAKSANAAN BEDAH PADA<br />

OTITIS MEDIA AKUT<br />

Miringotomi / Timpanosintesis<br />

Miringotomi atau timpanosintesis<br />

merupakan terapi bedah <strong>pada</strong> OMSA yang<br />

populer <strong>pada</strong> tahun 1950-1960-an. Indikasinya<br />

dalam pengobatan OMA dijelaskan oleh Astley<br />

Cooper (1802). Schwartze, 50 tahun kemudian<br />

mengatakan: “Tidak ada prosedur bedah lain<br />

yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan<br />

kehidupan seseorang selain dengan<br />

Tabel 1.<br />

Dosis antibiotik <strong>pada</strong> OMA 2<br />

2, 3<br />

mengevakuasi pus secara bijaksana dari kavum<br />

timpani melalui insisi <strong>pada</strong> membrana<br />

timpani”. 4<br />

Ketika terapi antibiotika gagal dan pasien<br />

tetap berada dalam sakit yang akut <strong>pada</strong> OMSA,<br />

tindakan miringotomi ini dapat dilakukan.<br />

Prosedur ini merupakan prosedur terapi yaitu<br />

dengan menghilangkan tekanan udara di telinga<br />

tengah, dan juga prosedur yang bertujuan untuk<br />

diagnostik karena cairan yang didapat dari<br />

tindakan miringotomi dapat dikirim untuk kultur<br />

dan sensitivitas. 5<br />

Miringotomi dapat dilanjutkan dengan<br />

pemasangan pipa ventilasi ke telinga tengah.<br />

Teknik ini diusulkan oleh Politzer tetapi<br />

dipopulerkan oleh Armstrong (1954). Sejak saat<br />

itu cara ini menjadi teknik yang populer untuk<br />

mempertahankan pembersihan cairan telinga<br />

tengah, meminimalkan rekurensi episode OMSA<br />

dan mengoptimalkan pendengaran selama masamasa<br />

perkembangan berbicara. Pemasangan<br />

pipa ventilasi ini juga merupakan terapi <strong>pada</strong><br />

4, 5<br />

otitis media efusi.<br />

Mastoidektomi<br />

Mastoidectomy)<br />

Sederhana (Simple<br />

Operasi mastoidektomi sederhana ini<br />

pertama kali dilakukan <strong>pada</strong> awal abad 19 dan<br />

Jean Petit adalah orang pertama yang<br />

mengusulkan untuk melakukan operasi ini <strong>pada</strong><br />

raja Perancis, Charles II, yang <strong>pada</strong> waktu itu<br />

mengalami telinga berair disertai demam dan<br />

4, 6<br />

penurunan kesadaran.<br />

Antibiotika Dosis/ 24 jam<br />

Amoksisilin 40mg/kgBB dalam 3 dosis<br />

Ampisilin 50-100 mg/ kgBB dalam 4 dosis<br />

Eritromisin-sulfisoksazol 40mg/kgBB (E) dan 120mg/kgBB (S) dalam 4 dosis<br />

Amoksisilin-klavulanat 40mg/kgBB dalam 3 dosis<br />

Sulfametoksazol-trimetoprim 8mg (TMP) dan 40 mg (SMZ) dalam 2 dosis<br />

Sefiksim 8mg/kgBB dalam 1 dosis<br />

Schwartze (1873) mengembangkan dan<br />

menjelaskan teknik dan indikasi operasi untuk<br />

membersihkan korteks mastoid dan<br />

membersihkan sistem sel udara yang terlibat<br />

dalam infeksi sehingga memungkinkan<br />

terjadinya drainase yang baik dalam seluruh<br />

ruang timpanomastoid yang saat ini dikenal<br />

dengan ‘simple mastoidectomy’ atau<br />

“Schwartze’ operation”. 4<br />

Operasi ini diindikasikan untuk kasus-kasus<br />

OMSA yang gagal dengan terapi antibiotika<br />

atau mulai menuju ke mastoiditis koalesen.<br />

Operasi ini selain bertujuan untuk mengevakuasi<br />

abses koalesen dari mastoid <strong>pada</strong> OMSA juga<br />

merupakan penatalaksanaan bedah untuk OMSK<br />

tanpa kolesteatoma. Seiring dengan kemajuan<br />

pengetahuan, teknik operasi ini tidak hanya<br />

dilakukan untuk membersihkan penyakit <strong>pada</strong><br />

ruang mastoid tetapi juga untuk memberikan<br />

akses ke struktur yang lebih dalam dari tulang<br />

temporal seperti yang dikerjakan dalam operasi<br />

implant koklear atau operasi untuk telinga<br />

dalam. 6<br />

Suplemen � Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 � No. 3 � September 2006 357

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!