14.12.2012 Views

Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut - USU Institutional ...

Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut - USU Institutional ...

Terapi pada Otitis Media Supuratif Akut - USU Institutional ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Tinjauan Pustaka<br />

356<br />

<strong>Terapi</strong> <strong>pada</strong> <strong>Otitis</strong> <strong>Media</strong> <strong>Supuratif</strong> <strong>Akut</strong><br />

Askaroellah Aboet<br />

Departemen Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher<br />

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik, Medan<br />

Abstrak: <strong>Otitis</strong> media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu singkat.<br />

Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di seluruh dunia. <strong>Terapi</strong> <strong>pada</strong><br />

OMSA adalah terapi medikamentosa, yaitu pemberian antibiotika berdasarkan empirik atau dengan<br />

kultur bakteri terhadap mikroorganisme penyebab selama 10-14 hari dan terapi bedah apabila terapi<br />

medikamentosa gagal atau bila penyakit menuju ke mastoiditis koalesen.<br />

Kata kunci: otitis media akut, antibiotika, pembedahan<br />

Abstracts: Acute suppurative otitis media (ASOM) is an abrupt infection of the middle ear of short<br />

duration. The disease is one of the most common diseases world-wide. Treatment of ASOM consists of<br />

medical management, that is antibiotic based on empirical or bacterial culture for 10-14 days and<br />

surgical management, if failure of antibiotic treatment or mastoiditis stage of coalescent occurs.<br />

Keywords: acute suppurative otitis media, antibiotic treatment, surgical treatment<br />

PENDAHULUAN<br />

<strong>Otitis</strong> media supuratif akut (OMSA) adalah<br />

infeksi akut telinga tengah dalam waktu yang<br />

singkat. <strong>Otitis</strong> media (OM) ini merupakan salah<br />

satu penyakit yang sering dijumpai di seluruh<br />

dunia dengan angka kejadian yang bervariasi<br />

<strong>pada</strong> tiap-tiap negara. 1 Senturia et al., (1980)<br />

membagi otitis media berdasarkan durasi<br />

penyakit atas akut (< 3minggu), subakut (3-12<br />

minggu) dan kronis (>12 minggu). 2 Sadé (1985);<br />

Klein, Tos dan Hussl (1989) <strong>pada</strong> third dan<br />

fourth International Symposium on otitis media<br />

menganjurkan membagi otitis media<br />

berdasarkan gejala klinis atas 4 kelompok yaitu<br />

miringitis, otitis media supuratif akut (OMSA),<br />

otitis media sekretori (OMS) dan otitis media<br />

supuratif kronis (OMSK). 1 Pada makalah ini<br />

akan dibicarakan terapi otitis media supuratif<br />

akut.<br />

Bakteri yang sering dijumpai <strong>pada</strong> OMSA<br />

dapat diidentifikasi dengan jelas dari banyak<br />

penelitian yang telah dilakukan. Streptokokus<br />

pneumoni, Hemofilus influenza dan Moraksela<br />

kataralis merupakan mikroorganisme utama. 1-3<br />

TERAPI MEDIKAMENTOSA PADA<br />

OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT<br />

Standar terapi terkini <strong>pada</strong> OMSA<br />

mengharuskan pasien yang didiagnosis<br />

menderita suatu infeksi telinga tengah akut<br />

harus mendapatkan terapi antimikroba selama<br />

10-14 hari. <strong>Terapi</strong> dimulai berdasarkan empiris<br />

dengan tujuan memberantas bakteri yang<br />

dijumpai <strong>pada</strong> OMSA meskipun materi kultur<br />

dari telinga tengah tidak tersedia. 2<br />

Sebelum tahun 1965, banyak antibiotika<br />

yang efektif digunakan untuk otitis media.<br />

Streptokokus pneumoni sensitif terhadap<br />

penisilin sedangkan H. influenza dan M.<br />

kataralis dapat diterapi dengan eritromisin,<br />

aminopenisilin atau sulfonamide. 3<br />

Sejalan dengan penggunaan antibiotika<br />

yang semakin luas, resistensi beberapa<br />

mikroorganisme terhadap antibiotika semakin<br />

berkembang. Mikroorganisme penghasil betalaktamase<br />

semakin sering dijumpai <strong>pada</strong> kultur<br />

telinga tengah suatu OMSA. Resistensi terhadap<br />

eritromisin juga meningkat di antara strain H.<br />

influenza sehingga pilihan terapi beralih ke<br />

sulfametoksazol-trimetoprim, amoksisilinklavulanat<br />

(co-amoxiclav), dan sefalosporin<br />

generasi kedua dan ketiga.<br />

Suplemen � Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 � No. 3 � September 2006<br />

2, 3<br />

<strong>Terapi</strong> standar permulaan suatu OMSA<br />

adalah amoksisilin, 40mg/kgBB dalam 24 jam<br />

dibagi dalam 3 dosis, atau ampisilin 50-<br />

100mg/kgBB dalam 24 jam dibagi dalam 4<br />

dosis, minimal selama 10 hari. Pada individu<br />

yang alergi terhadap penisilin, kombinasi<br />

eritromisin 40mg/kgBB dalam 24 jam dan<br />

sulfisoksazol 120mg/kgBB dalam 24 jam dibagi<br />

dalam 4 dosis dapat digunakan dan sama<br />

efektifnya dengan amoksisilin. 1-3<br />

Jika mikroorganisme penghasil betalaktamase<br />

diduga sebagai penyebab, pemberian<br />

amoksisilin-klavulanat, 40mg/kgBB dalam 24


jam dibagi dalam 3 dosis atau sulfametoksazoltrimetoprim,<br />

8mg/kgBB trimetoprim dan<br />

40mg/kgBB sulfametoksazol dalam 24 jam<br />

dapat digunakan dalam 2 dosis terbagi.<br />

Sefiksim, 8mg/kgBB dalam satu dosis atau<br />

cefprozil 15mg/kgBB dalam 24 jam dalam 2<br />

dosis terbagi juga dapat digunakan.<br />

Kebanyakan pasien yang menerima terapi<br />

antibiotika untuk OMSA akan menunjukan<br />

perbaikan yang signifikan dalam waktu 48 jam.<br />

Timpanosintesis untuk kultur bakteri dan<br />

tindakan miringotomi dapat dilakukan <strong>pada</strong><br />

penderita yang tidak mengalami perbaikan<br />

setelah 48 jam terapi antibiotika empiris.<br />

Penderita sebaiknya diperiksa ulang selama<br />

mendapatkan terapi untuk memastikan<br />

keefektifan pengobatan yang diberikan. 2<br />

<strong>Terapi</strong> tambahan seperti pemberian<br />

analgetika, antipiretika dan dekongestan oral<br />

dapat diberikan. Dekongestan topikal dan oral<br />

dapat menghilangkan sumbatan hidung dan<br />

memberikan aerasi tuba eustakius meskipun<br />

2, 3<br />

efikasinya belum dapat dibuktikan.<br />

PENATALAKSANAAN BEDAH PADA<br />

OTITIS MEDIA AKUT<br />

Miringotomi / Timpanosintesis<br />

Miringotomi atau timpanosintesis<br />

merupakan terapi bedah <strong>pada</strong> OMSA yang<br />

populer <strong>pada</strong> tahun 1950-1960-an. Indikasinya<br />

dalam pengobatan OMA dijelaskan oleh Astley<br />

Cooper (1802). Schwartze, 50 tahun kemudian<br />

mengatakan: “Tidak ada prosedur bedah lain<br />

yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan<br />

kehidupan seseorang selain dengan<br />

Tabel 1.<br />

Dosis antibiotik <strong>pada</strong> OMA 2<br />

2, 3<br />

mengevakuasi pus secara bijaksana dari kavum<br />

timpani melalui insisi <strong>pada</strong> membrana<br />

timpani”. 4<br />

Ketika terapi antibiotika gagal dan pasien<br />

tetap berada dalam sakit yang akut <strong>pada</strong> OMSA,<br />

tindakan miringotomi ini dapat dilakukan.<br />

Prosedur ini merupakan prosedur terapi yaitu<br />

dengan menghilangkan tekanan udara di telinga<br />

tengah, dan juga prosedur yang bertujuan untuk<br />

diagnostik karena cairan yang didapat dari<br />

tindakan miringotomi dapat dikirim untuk kultur<br />

dan sensitivitas. 5<br />

Miringotomi dapat dilanjutkan dengan<br />

pemasangan pipa ventilasi ke telinga tengah.<br />

Teknik ini diusulkan oleh Politzer tetapi<br />

dipopulerkan oleh Armstrong (1954). Sejak saat<br />

itu cara ini menjadi teknik yang populer untuk<br />

mempertahankan pembersihan cairan telinga<br />

tengah, meminimalkan rekurensi episode OMSA<br />

dan mengoptimalkan pendengaran selama masamasa<br />

perkembangan berbicara. Pemasangan<br />

pipa ventilasi ini juga merupakan terapi <strong>pada</strong><br />

4, 5<br />

otitis media efusi.<br />

Mastoidektomi<br />

Mastoidectomy)<br />

Sederhana (Simple<br />

Operasi mastoidektomi sederhana ini<br />

pertama kali dilakukan <strong>pada</strong> awal abad 19 dan<br />

Jean Petit adalah orang pertama yang<br />

mengusulkan untuk melakukan operasi ini <strong>pada</strong><br />

raja Perancis, Charles II, yang <strong>pada</strong> waktu itu<br />

mengalami telinga berair disertai demam dan<br />

4, 6<br />

penurunan kesadaran.<br />

Antibiotika Dosis/ 24 jam<br />

Amoksisilin 40mg/kgBB dalam 3 dosis<br />

Ampisilin 50-100 mg/ kgBB dalam 4 dosis<br />

Eritromisin-sulfisoksazol 40mg/kgBB (E) dan 120mg/kgBB (S) dalam 4 dosis<br />

Amoksisilin-klavulanat 40mg/kgBB dalam 3 dosis<br />

Sulfametoksazol-trimetoprim 8mg (TMP) dan 40 mg (SMZ) dalam 2 dosis<br />

Sefiksim 8mg/kgBB dalam 1 dosis<br />

Schwartze (1873) mengembangkan dan<br />

menjelaskan teknik dan indikasi operasi untuk<br />

membersihkan korteks mastoid dan<br />

membersihkan sistem sel udara yang terlibat<br />

dalam infeksi sehingga memungkinkan<br />

terjadinya drainase yang baik dalam seluruh<br />

ruang timpanomastoid yang saat ini dikenal<br />

dengan ‘simple mastoidectomy’ atau<br />

“Schwartze’ operation”. 4<br />

Operasi ini diindikasikan untuk kasus-kasus<br />

OMSA yang gagal dengan terapi antibiotika<br />

atau mulai menuju ke mastoiditis koalesen.<br />

Operasi ini selain bertujuan untuk mengevakuasi<br />

abses koalesen dari mastoid <strong>pada</strong> OMSA juga<br />

merupakan penatalaksanaan bedah untuk OMSK<br />

tanpa kolesteatoma. Seiring dengan kemajuan<br />

pengetahuan, teknik operasi ini tidak hanya<br />

dilakukan untuk membersihkan penyakit <strong>pada</strong><br />

ruang mastoid tetapi juga untuk memberikan<br />

akses ke struktur yang lebih dalam dari tulang<br />

temporal seperti yang dikerjakan dalam operasi<br />

implant koklear atau operasi untuk telinga<br />

dalam. 6<br />

Suplemen � Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 � No. 3 � September 2006 357


Tinjauan Pustaka<br />

KESIMPULAN<br />

1. Standar terapi terkini <strong>pada</strong> OMSA adalah<br />

pemberian antimikroba berdasarkan empiris<br />

atau sesuai dengan kuman penyebab yang<br />

dijumpai <strong>pada</strong> kultur selama 10-14 hari.<br />

2. Antibiotika yang diberikan <strong>pada</strong> OMSA<br />

adalah golongan amoksisilin<br />

(40mg/kgBB/24jam), amoksisilin-klavulanat<br />

(40mg/kgBB/24jam), ampisilin (50-<br />

100mg/kgBB/24jam), eritromisinsulfisoksazol<br />

(E: 40mg/kgBB/24jam –<br />

120mg/kgBB/24jam), sulfametoksazoltrimetoprim<br />

(T: 40mg/kgBB/24jam-SMZ:<br />

120mg/kgBB/24jam) dan sefiksim<br />

(8mg/kgBB/24jam).<br />

3. <strong>Terapi</strong> bedah <strong>pada</strong> OMSA adalah<br />

miringotomi/timpanosintesis dan<br />

mastoidektomi sederhana.<br />

358<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

1. Canter RJ. Acute suppurative otitis media.<br />

In : Kerr AG, ed. Scott Brown’s<br />

Otolaryngology. Sixth edition. Vol. 3.<br />

Butterworth-Heinemann, London, 1997,<br />

3/9/1-7.<br />

2. Healy GB. Rosbe KW. <strong>Otitis</strong> <strong>Media</strong> and<br />

Middle Ear Effusions. In: Ballenger’s<br />

Otorhinolarygology Head and Neck<br />

Surgery. Sixteenth edition. BC Decker Inc.<br />

Ontario, 2003, 249-59.<br />

3. Bitnun A, Allen UD. Medical Therapy of<br />

<strong>Otitis</strong> <strong>Media</strong>: Use, Abuse, Efficacy, and<br />

Morbidity. The Journal of Otolaryngology;<br />

1998; 27; 26-33.<br />

4. Friedberg J, Gordon D. Acute <strong>Otitis</strong> <strong>Media</strong>:<br />

The Evolution of Surgical Management.<br />

The Journal of Otolaryngology; 1998; 27,<br />

2-6.<br />

5. Pransky SM. Surgical Strategies for <strong>Otitis</strong><br />

<strong>Media</strong>. The Journal of Otolaryngology;<br />

1998; 27, 37-42.<br />

6. Johnson GD. Simple Mastoid Operation. In<br />

: Glascock-Shambough. Surgery of the Ear.<br />

Fifth edition. BC Decker Inc. Ontario, 2003,<br />

487-9.<br />

Suplemen � Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39 � No. 3 � September 2006

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!