Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong><strong>Energi</strong>ewende</strong> (<strong>Transisi</strong> <strong>Energi</strong>) | 21<br />
© dpa<br />
listrik dari pembangkit listrik tenaga fosil yang baru. Negara-negara<br />
seperti Tiongkok, Brasil, Afrika Selatan atau India sangat maju<br />
dalam pengembangan energi baru terbarukan. Pertambahannya<br />
kadang-kadang terhambat oleh karena negara-negara memberikan<br />
subsidi kepada bahan bakar fosil untuk merendahkan harga untuk<br />
konsumen. Dengan kira-kira 325 milyar Dollar per tahun subsidi, ini<br />
lebih dari dua kali lipat dari tunjangan untuk energi baru terbarukan.<br />
Jika uang ini dimanfaatkan untuk program-program peningkatan<br />
efisiensi energi, untuk ini tersedia dana tiga kali lipat.<br />
<strong>Energi</strong> baru terbarukan sebagai sumber tenaga dalam negeri<br />
mengurangi ketergantungan dari energi yang harus diimpor<br />
dan harga pasar sumber energi fosil yang tidak tetap. <strong>Energi</strong> baru<br />
terbarukan dapat sangat membantu negara-negara berkembang dan<br />
negara-negara industri baru untuk menutup kebutuhan akan energi<br />
yang terus bertambah dan tanpa menambah emisi gas rumah kaca<br />
atau dampak yang merugikan lingkungan.<br />
Di daerah-daerah dengan prasarana yang belum dikembangkan,<br />
di mana listrik harus dihasilkan dengan generator diesel yang<br />
menghasilkan listrik yang mahal, energi baru terbarukan merupakan<br />
alternatif yang lebih murah. PL tenaga surya dan taman tenaga<br />
angin dapat dibangun dalam waktu yang relatif pendek; PL ini dapat<br />
dirancang dan dibangun dalam waktu yang lebih singkat daripada<br />
PL tenaga batubara dan tenaga nuklir. Dengan demikian PL ini<br />
dapat memasok listrik untuk banyak orang yang sebelumnya tidak<br />
dapat memakai tenaga listrik. Oleh sebab itu banyak negara yang<br />
merancang program tunjangan untuk energi baru terbarukan.<br />
Jerman mendukung politik energi yang berkelanjutan, inovatif dan<br />
dengan harga yang terjangkau di seluruh dunia dan meneruskan<br />
pengalamannya dengan transisi energi. Dengan demikian ada<br />
kerjasama yang erat dengan negara-negara tetangga di Eropa dan<br />
mitra-mitra internasional. Jerman berpartisipasi secara aktif dalam<br />
dewan-dewan dan organisasi-organisasi multilateral dan mempunyai<br />
banyak kemitraan bilateral terkait energi dengan negara-negara<br />
seperti India, Tiongkok, Afrika Selatan, Nigeria atau Aljazair.<br />
Di mana ada instalasi terbanyak di dunia?<br />
Kapasitas dari instalasi untuk produksi listrik sampai 2017<br />
1 | AS<br />
1 | Britania Raya<br />
Biomassa<br />
2 | Tiongkok<br />
3 | India<br />
Angin offshore<br />
2 | Jerman<br />
3 | Denmark<br />
1 | AS<br />
1 | Tiongkok<br />
Panas bumi<br />
2 | Filipina<br />
3 | Indonesia<br />
Angin onshore<br />
2 | AS<br />
3 | Jerman<br />
1 | Tiongkok<br />
1 | Tiongkok<br />
Tenaga air<br />
2 | Brasilia<br />
3 | AS<br />
Fotovoltaik<br />
2 | Jepang<br />
3 | Jerman<br />
2008<br />
Jerman memberlakukan „Gebäudeenergieausweis“ (Dokumen terkait energi suatu gedung):<br />
memberikan informasi terkait konsumsi energi dan mutu gedung untuk menghemat energi.<br />
„Erneuerbare-<strong>Energi</strong>en-Wärmegesetz“ (UU terkait Panas dari <strong>Energi</strong> Baru Terbarukan) menentukan<br />
bahwa sekian bagian dari panas yang dibutuhkan gedung yang baru harus dihasilkan dengan EBT.<br />
2009<br />
75 Negara mendirikan Agen Internasional<br />
untuk <strong>Energi</strong> Terbarukan (IRENA).