28.02.2018 Views

Sriwijaya Maret 2018

Majalah resmi maskapai Sriwijaya Air dan NAM Air edisi bulan Maret 2018

Majalah resmi maskapai Sriwijaya Air dan NAM Air edisi bulan Maret 2018

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

62<br />

JOURNEY<br />

JIKA ANDA PENASARAN DENGAN SENSASI<br />

KAWASAN HUTAN PERBUKITAN YANG<br />

MASIH TERSISA DI RIAU, MARI BERKUNJUNG<br />

KE SUAKA MARGASATWA RIMBANG BALING.<br />

MUTIARA TERSEMBUNYI DI PROVINSI RIAU.<br />

C<br />

D<br />

J<br />

Dari atas pelataran kayu, halimun yang<br />

menutupi desa Koto lamo, pelan-pelan<br />

terbuka. Bukit-bukit pegunungan Bukit<br />

Barisan terlihat mencolok dengan selimut<br />

hutan rimba. Seolah olah tidak mau kalah,<br />

semburat warna kuning dari sinar matahari<br />

yang naik dari peraduan ikut bergabung.<br />

Lelah mendaki bukit terbayarkan.<br />

Saya turun setelah halimun meninggalkan<br />

Bukit Barisan yang digantikan oleh sengatan<br />

sinar matahari membakar kulit. Perjalanan<br />

turun sama dengan perjalanan naik. Penuh<br />

perjuangan, tanjakan panjang berganti<br />

dengan turunan tajam.<br />

Langkah harus diperhatikan agar tidak<br />

terpeleset. Teriakan siamang terdengar dari<br />

arah hutan. Lengkingan ini menjadi musik<br />

hiburan saat saya turun ke desa.<br />

BATU KALANG<br />

Sambal bekacau, ikan teri sambal pete, dan<br />

sayur rebus menjadi obat untuk perut yang<br />

sejak dari puncak bukit sudah bergejolak.<br />

Selepas makan, beberapa anak muda desa,<br />

mengajak saya pergi. “ Mandi yok Bang,” ujar<br />

mereka. Saya diajak menuju Batu Kalang.<br />

Batu Kalang merupakan bagian dari Sungai<br />

Santi, anak dari Sungai Bio. Dari Koto<br />

Lamo, dibutuhkan waktu kurang lebih<br />

30 menit berjalan kaki ke arah selatan.<br />

Tanjakan dan turunan adalah ‘menu’ tetap<br />

dari perjalanan. Namun, topografi tanjakan<br />

tidak seberat menuju puncak bukit. Jalur<br />

semen sepanjang kurang lebih 2 km yang<br />

saya tempuh berganti dengan jalur tanah.<br />

Sebelum tiba, kami menyebrangi sungai<br />

Santi terlebih dahulu, air dingin seperti<br />

es menyentuh kaki. Debur suara air<br />

sudah terdengar. Lima menit berjalan<br />

dari sungai Santi, sebuah lubuk sedalam<br />

2 meter dengan air berwarna hijau<br />

kebiruan menyambut kami. Air ini sangat<br />

jernih. Dengan sabuk hijau pepohonan<br />

mengelilinginya. “Sungai ini tidak pernah<br />

kering, Bang,” ujar salah seorang anak<br />

muda Koto lamo yang ikut.<br />

Jika ingin merasakan sensasi tubing/<br />

mengendarai jeram menggunakan ban,<br />

Batu Kalang merupakan awal permulaan<br />

perjalanan, finish-nya adalah jembatan<br />

kuning di Desa Koto Lamo.<br />

EDISI 85 | MARET <strong>2018</strong> |

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!