Sriwijaya Maret 2018

Majalah resmi maskapai Sriwijaya Air dan NAM Air edisi bulan Maret 2018 Majalah resmi maskapai Sriwijaya Air dan NAM Air edisi bulan Maret 2018

28.02.2018 Views

60 JOURNEY DESA KOTO LAMO Tujuan kami adalah sisi kanan Muara Bio, menuju desa Koto Lamo, tempat Datuk Marlan tinggal. Langit gelap menyambut kedatangan kami di desa Koto Lamo. Kami menginap di area perkemahan yang berada dekat dengan sungai. Sambal bekacau, sambal khas dari ikan sungai yang digoreng terlebih dahulu kemudian diaduk dengan cabe rawit, nasi panas, dan sayur rebus menjadi penutup perjalanan. Keesokan paginya, dengan tertatih saya menyeberangi sungai Bio. Arus sungai menjadi tantangan pagi itu. Rasa malu hinggap dimuka, saat melihat beberapa anak kecil menyeberangi sungai Bio dengan santai. Untuk tiba di desa Koto Lamo, saya terlebih dahulu harus menyeberangi sungai Bio. Tiba di desa dilanjutkan dengan menyeberangi jembatan gantung setinggi 30 meter dan panjang 500 meter. F G Saya menuju Bukit Perjanjian atau dahulu dikenal dengan nama Bukit Rumput Manis. Menurut Datuk Bandaro, pemuka adat masyarakat Koto Lamo, penamaan rumput manis berasal dari nama rumput yang memiliki rasa manis jika dimakan. Rumput ini hanya tumbuh di puncak bukit. Perubahan nama menjadi Bukit Perjanjian, karena pada tahun 2015 ada perjanjian di puncak bukit antara ketua adat desa Koto Lamo bersama beberapa penggiat konservasi alam di Riau untuk menyelamatkan kawasan hutan di Koto Lamo. EDISI 85 | MARET 2018 |

JOURNEY 61 H I Dibutuhkan waktu satu jam dari desa Koto Lamo berjalan kaki menuju puncak bukit. Saya menelusuri jalan tanah dan jalan semen. Topografi tidak terlalu menanjak pada mulanya, namun setelah keluar dari gerbang desa, saya disambut dengan tiga tanjakan panjang bersudut 50 derajat. Di puncak bukit terdapat pelataran dari kayu. Pelataran ini berada di puncak tebing, yang dibuat oleh masyarakat Koto Lamo bersama penggiat konservasi alam. Menurut Heri Budiman dari Yayasan Siku Keluang, yayasan yang aktif mengkampanyekan konservasi hutan dan hak masyarakat adat, dengan Koto Lamo sebagai desa dampingan mereka. Perjalanan menuju puncak bukit dimulai dari 30 mdpl dengan finish 320 mdpl. Kurang lebih 3 km perjalanan dari area perkemahan menuju puncak bukit. F G H I Sore hari di tepi sungai Subayang, Rimbang Baling, Provinsi Riau. Dengan menggunakan jaring untuk menangkap ikan di sungai. Bukit barisan dilihat dari puncak bukit Perjanjian/ Rumput Manis, desa Koto Lamo, Suaka Margasawtwa Rimbang Baling, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Kabut pagi di hutan pada puncak bukit Perjanjian/ Bukit Rumput Manis, desa Koto Lamo, Suaka Margasatwa Rimbang Baling, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. | EDISI 85 | MARET 2018

60<br />

JOURNEY<br />

DESA KOTO LAMO<br />

Tujuan kami adalah sisi kanan Muara Bio,<br />

menuju desa Koto Lamo, tempat Datuk Marlan<br />

tinggal. Langit gelap menyambut kedatangan<br />

kami di desa Koto Lamo. Kami menginap di area<br />

perkemahan yang berada dekat dengan sungai.<br />

Sambal bekacau, sambal khas dari ikan sungai<br />

yang digoreng terlebih dahulu kemudian diaduk<br />

dengan cabe rawit, nasi panas, dan sayur rebus<br />

menjadi penutup perjalanan.<br />

Keesokan paginya, dengan tertatih saya<br />

menyeberangi sungai Bio. Arus sungai<br />

menjadi tantangan pagi itu. Rasa malu<br />

hinggap dimuka, saat melihat beberapa anak<br />

kecil menyeberangi sungai Bio dengan santai.<br />

Untuk tiba di desa Koto Lamo, saya terlebih<br />

dahulu harus menyeberangi sungai Bio. Tiba<br />

di desa dilanjutkan dengan menyeberangi<br />

jembatan gantung setinggi 30 meter dan<br />

panjang 500 meter.<br />

F<br />

G<br />

Saya menuju Bukit Perjanjian atau<br />

dahulu dikenal dengan nama Bukit<br />

Rumput Manis. Menurut Datuk<br />

Bandaro, pemuka adat masyarakat<br />

Koto Lamo, penamaan rumput manis<br />

berasal dari nama rumput yang<br />

memiliki rasa manis jika dimakan.<br />

Rumput ini hanya tumbuh di puncak<br />

bukit. Perubahan nama menjadi Bukit<br />

Perjanjian, karena pada tahun 2015<br />

ada perjanjian di puncak bukit antara<br />

ketua adat desa Koto Lamo bersama<br />

beberapa penggiat konservasi alam di<br />

Riau untuk menyelamatkan kawasan<br />

hutan di Koto Lamo.<br />

EDISI 85 | MARET <strong>2018</strong> |

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!