28.02.2018 Views

Sriwijaya Maret 2018

Majalah resmi maskapai Sriwijaya Air dan NAM Air edisi bulan Maret 2018

Majalah resmi maskapai Sriwijaya Air dan NAM Air edisi bulan Maret 2018

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

104<br />

EVENT<br />

FESTIVAL PERANG AIR MERIAHKAN<br />

PERAYAAN IMLEK <strong>2018</strong> DI SELATPANJANG<br />

FOTO: DOKUMEN ISTIMEWA<br />

Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti, Drs. H. Irwan M.Si.<br />

bersama Asisten I Sekdaprov Riau H., Ahmad Syaharofie,<br />

secara resmi membuka acara Festival Perang Air di<br />

Selatpanjang pada Senin (19/2). Festival Perang Air atau<br />

yang dalam bahasa Hokian disebut Cian Cui adalah tradisi<br />

tahunan perayaan tahun baru Cina di Kota Selatpanjang,<br />

Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau. Cian Cui<br />

merupakan satu-satunya festival yang ada di Indonesia<br />

dan hanya ada dua di dunia. Yaitu di Thailand dan di Selat<br />

Panjang. Festival ini berlangsung selama enam hari sejak<br />

ditandainya Tahun Baru Cina, yaitu dimulai tanggal 16 – 21<br />

Februari <strong>2018</strong>. Waktunya pun dibatasi yaitu mulai pukul<br />

16.00 – 18.00 WIB.<br />

Hal unik yang akan kita temui yaitu masyarakat beramairamai<br />

berkeliling kota menggunakan becak motor yang juga<br />

merupakan sarana transportasi tradisional di Kepulauan<br />

Meranti. Berbagai perlengkapan seperti pistol air, gayung,<br />

ember, hingga selang air digunakan untuk menyiramkan<br />

air yang sudah disiapkan di beberapa titik di tepi jalan.<br />

Lokasinya pun sudah ditentukan di lima jalan protokol,<br />

yakni Jalan Diponegoro, Kartini, Imam Bonjol, A. Yani dan<br />

Jalan Tebing Tinggi. Masyarakat tidak diperkenankan untuk<br />

melemparkan air dengan kemasan plastik maupun botol.<br />

Mayoritas masyarakat Selatpanjang memang beretnis<br />

Cina. Meski begitu, dalam perayaan Festival Perang Air<br />

semua kalangan masyarakat dari berbagai etnis tumpah<br />

ruah ke jalan memeriahkan acara yang berlangsung<br />

setahun sekali ini. “Perang Air ini tidak ada kaintannya<br />

dengan ritual agama apapun apakah itu agama Budha,<br />

apakah itu agama Konghucu. Melainkan Perang Air<br />

ini merupakan sebuah permainan rakyat. Jadi sebuah<br />

kebiasaan masyarakat Selatpanjang yang dimainkan<br />

pada dua hari raya, yakni pada saat Idul Fitri dan Imlek.<br />

Namun seiring dengan berjalannya waktu pada perayaan<br />

Imlek jauh lebih meriah dan tiap tahunnya<br />

semakin ramai,” jelas Irwan.<br />

Drs. H. Irwan M.Si. selaku Bupati Kabupaten Kepulauan<br />

Meranti, juga menerangkan sejak tahun 2013 Pemerintah<br />

Daerah telah mengemas festival ini menjadi sebuah<br />

kegiatan pariwisata. Hingga saat ini, Festival Perang Air<br />

sudah memasuki tahun ke-enam. (ika)<br />

EDISI 85 | MARET <strong>2018</strong> |

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!