15.01.2018 Views

PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KEPITING CANGKANG LUNAK

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

i<br />

<strong>PENGEMBANGAN</strong> <strong>DIVERSIFIKASI</strong> <strong>PRODUK</strong><br />

<strong>OLAHAN</strong> <strong>KEPITING</strong> <strong>CANGKANG</strong> <strong>LUNAK</strong><br />

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah<br />

(Balitbangda)<br />

Provinsi Sulawei Selatan<br />

2016


ii<br />

<strong>PENGEMBANGAN</strong> <strong>DIVERSIFIKASI</strong> <strong>PRODUK</strong> <strong>OLAHAN</strong><br />

<strong>KEPITING</strong> <strong>CANGKANG</strong> <strong>LUNAK</strong><br />

BADAN PENELITIAN DAN <strong>PENGEMBANGAN</strong> DAERAH<br />

PROVINSI SULAWESI SELATAN<br />

MAKASSAR<br />

2016


iii<br />

<strong>PENGEMBANGAN</strong> <strong>DIVERSIFIKASI</strong> <strong>PRODUK</strong> <strong>OLAHAN</strong><br />

<strong>KEPITING</strong> <strong>CANGKANG</strong> <strong>LUNAK</strong><br />

Tim Peneliti :<br />

Dr. Lety Fudjaya, SP, M.Si, Prof.Dr.Ir. Yushinta Fujaya, M.Si,<br />

Dr. A. Nixia Tenriawaru, M.Si<br />

Konsultan :<br />

Prof. Dr. Asdar, SE, M.Si<br />

Editor :<br />

Ir. Muh. Nurhakim Tangim, M.Si, Dra. Hj. Rana Mirna, MM,<br />

Muslimin Hamid, S.Pt, M.Si, Ir. Zulhajji, Ir. H. Wahyudin Abduh,<br />

Dra. Hj. St. Rosmiati N, Christin Soetjiati, S.Pi, Dian Ramadhani, S.Pt<br />

Diterbitkan atas dukungan dan kerjasama<br />

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda)<br />

Provinsi Sulawesi Selatan<br />

Dengan<br />

LPPM Universitas Hasanuddin Makassar<br />

Cetakan Pertama Desember 2016<br />

Hak Cipta @ 2016<br />

Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan<br />

Hak cipta dilindungi Undang-Undang<br />

Dilarang mengutip atau menyebarkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa<br />

izin tertulis dari penerbit<br />

ISBN : 978-979-716-116-3


iv<br />

KATA PENGANTAR<br />

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karuniaNya sehingga<br />

Buku Hasil Penelitian ‘Pengembangan Diversifikasi Produk Kepiting Cangkang<br />

Lunak’ dapat diselesaikan dengan baik yang merupakan kerja sama Balitbangda<br />

Provinsi Sulawesi Selatan dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada<br />

Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin, Tahun 2016.<br />

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk Pengembangan<br />

Diversifikasi Produk Kepiting Cangkang Lunak di Sulawesi Selatan’, baik sebagai<br />

pendukung kebijakan pemerintah maupun untuk penciptaan peluang bisnis bagi<br />

pelaku usaha kepiting.<br />

Diterbitkannya Buku Hasil Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai<br />

pihak, olehnya itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih<br />

yang tulus kepada seluruh pihak Balitbangda Provinsi Sulawesi Selatan, dan<br />

Universitas Hasanuddin, khususnya pihak Lembaga Penelitian dan Pengabdian<br />

kepada Masyarakat (LP2M), yang telah memberi kepercayaan kepada tim peneliti<br />

untuk melakukan penelitian ini. Ucapan yang sama, disampaikan pula kepada Dewan<br />

Riset Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Prof. Dr. Asdar, SE, M.Si selaku konsultan<br />

penelitian, Pemerintah Daerah Kabupaten Barru, dan Kelompok Wanita Tani Nelayan<br />

yang telah berpartisipasi membantu pelaksanaan penelitian ini. Akhir kata kami<br />

harapkan kritik, saran dan koreksi yang sifatnya membangun, sehingga buku ini dapat<br />

bermanfaat bagi pengembangan kepiting di masa depan.<br />

Makassar, Desember 2016.<br />

KEPALA BADAN,<br />

Drs. Muhammad Firda, M.Si<br />

Pangkat : Pembina Utama Madya<br />

NIP : 19633112 198803


v<br />

ABSTRAK<br />

Di era persaingan global saat ini, pelaku usaha dituntut mampu<br />

menghasilkan nilai tambah produk yang berdaya saing tinggi. Merujuk<br />

pada tuntutan tersebut, upaya diversifikasi produk kepiting (rajungan)<br />

cangkang lunak dan analisis kelayakan usaha menjadi tujuan dalam<br />

penelitian ini. Penelitian dilaksanakan sejak Juli hingga November<br />

2016 dengan jenis produk yang diuji coba adalah nugget dan sikuyu<br />

kambu yang diproduksi oleh Kelompok Wanita Tani Nelayan Anging<br />

Mammiri di Desa Bojo, Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru.<br />

Pemilihan lokasi penelitian secara purposive sampling dengan sifat<br />

penelitian adalah eksperimen-deskriptif, sementara metode analisis<br />

data adalah kualitatif-deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa<br />

produk nugget yang paling disukai konsumen karena memiliki<br />

komposisi bahan baku utama kepiting (rajungan) cangkang lunak yang<br />

dicampur sayuran dengan bentuk produk bulat lonjong serta variasi<br />

capit rajungan. Sedangkan produk sikuyu kambu yang disukai<br />

konsumen adalah dengan komposisi murni menggunakan kepiting<br />

cangkang lunak dan sistem pengolahan penggorengan. Hasil analisis<br />

kelayakan usaha secara berturut-turut sebagai berikut; Pay Back<br />

Period produk nugget 0,796 dan sikuyu kambu 0,768, Profit Rate<br />

produk nugget 0,33% dan sikuyu kambu 0,16%, NPV produk nugget<br />

22.074.970 dan sikuyu kambu 5.707.351, IRR produk nugget 41,34%<br />

dan sikuyu kambu 24,06% (DF 24%), B/C Ratio produk nugget 4,97<br />

dan sikuyu kambu 3,23, Laba/Rugi produk nugget 1,85 dan sikuyu<br />

kambu 1,22. Kesimpulan penelitian yaitu kedua produk ini layak<br />

dikembangkan dan saran pengembangan produk adalah hilirisasi<br />

produk yang didukung oleh perbaikan kemasan, pengadaan mesin<br />

produksi yang meningkatkan efisiensi dan produktifitas usaha, promosi<br />

serta diseminasi produk ke UKM terkait. Selanjutnya, implikasi<br />

penelitian ini adalah mendorong berkembangnya UKM, meningkatkan<br />

daya saing produk, integrasi usaha agribisnis perikanan, pendapatan<br />

dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.<br />

Kata Kunci: diversifikasi produk, nilai tambah, kepiting cangkang lunak,<br />

produk olahan


vi<br />

ABSTRACT<br />

In the era of global competition, businesses are supposedly able<br />

to produce value-added products with high competitiveness. Referring<br />

to the demand, product diversification efforts crabs (crabs) and soft<br />

shell feasibility analysis be of interest in this study. The experiment was<br />

conducted from July to November 2016 with the type of product being<br />

tested is the nugget and Sikuyu Kambu produced by the Group of<br />

Women Farmers and Fishermen in the village Anging Mammiri Bojo,<br />

District Mallusetasi Barru. Selection of research sites in purposive<br />

sampling with the experimental nature of research is descriptive, while<br />

the method of data analysis is qualitative-descriptive. The results<br />

showed that the product nuggets of the most preferred by consumers<br />

because it has a major raw material composition crabs (Blue Swimming<br />

Crabs) soft shell mixed vegetables with oval-shape products as well as<br />

variations of crab claws. While products that consumers preferred<br />

sikuyu Kambu is to use a pure composition and the soft shell crab<br />

processing system pan. Results of feasibility analysis, respectively as<br />

follows; Pay Back Period nugget products sikuyu Kambu 0.796 and<br />

0.768, Profit Rate nugget products sikuyu Kambu 0.33% and 0.16%,<br />

NPV nugget products and Sikuyu Kambu 5,707,351 22.07497 million,<br />

IRR 41.34% nugget products and Sikuyu Kambu 24.06% (DF 24%), B /<br />

C Ratio nugget products Sikuyu Kambu 4.97 and 3.23, Profit / Loss<br />

1.85 nugget products and Sikuyu Kambu 1.22. The conclusion of<br />

research that these two products should be developed and product<br />

development advice is downstream products supported by improved<br />

packaging, procurement of production machinery that improves the<br />

efficiency and productivity of enterprises, promotion and dissemination<br />

of products related to SMEs. Furthermore, the implications of this study<br />

are encouraging the development of SMEs, improving product<br />

competitiveness, integration fishery agribusiness, revenue and equity of<br />

public welfare.<br />

Keywords: product diversification, value-added, soft shell crab, refined<br />

products


vii<br />

DAFTAR ISI<br />

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………<br />

SUSUNAN TIM PENELITI ………………………………………….<br />

KATA PENGANTAR .………..……………………………………….<br />

ABSTRAK ………………………………………………………………..<br />

aBSTRAC<br />

DAFTAR ISI ……………………………………………………………<br />

DAFTAR TABEL ………………………………………………………..<br />

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….<br />

Halaman<br />

BAB I. PENDAHULUAN ……..…………………………………… 1<br />

A. Latar Belakang ……………………………………………. 1<br />

B. Perumusan Masalah……………………………………… 4<br />

C. Tujuan Penelitian……………………………………………..<br />

D. Manfaat Hasil Penelitian ……………………………….<br />

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………….. 6<br />

A. Landasan Teori ................ ................................. 6<br />

B. Kerangka Pemikiran .......................................... 12<br />

BAB III. METODE PENELITIAN ……………………………….. 15<br />

A. Pendekatan Penelitian …………………………………..<br />

B. Lokasi dan Waktu…….…………………………………..<br />

C. Jumlah Kelompok Yang Dilibatkan Dalam<br />

Penelitian …………………………………………………….<br />

D. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data ………<br />

E. Indikator/Parameter ………………………………………<br />

F. Model Analisis ……………………………………………….<br />

i<br />

ii<br />

iii<br />

iv<br />

v<br />

vi<br />

viii<br />

x<br />

4<br />

5<br />

15<br />

15<br />

16<br />

16<br />

16<br />

20


viii<br />

G. Etika Penelitian ………………………………………………. 24<br />

BAB IV. PROSEDURE PELAKSANAAN KEGIATAN ……….……… 25<br />

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 26<br />

A. Pengembangan Produk ………………………………….. 26<br />

B. Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Produk<br />

Olahan Kepiting Lunak<br />

BAB VI. PENUTUP 56<br />

56<br />

A. Kesimpulan………………………………………………<br />

56<br />

B. Saran …………………………….. ……………………..<br />

57<br />

C. Rekomendasi Kebijakan ……………………………<br />

57<br />

D. Implikasi Kebijakan …….…………………………….<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

LAMPIRAN<br />

33<br />

43<br />

58<br />

60


ix<br />

DAFTAR TABEL<br />

Halaman<br />

Tabel<br />

1 Perlakuan Produk Nugget Kepiting, 2016. 18<br />

2 Perlakuan Produk Sikuyu Kambu, 2016... 18<br />

3 Hasil Penilaian Uji Organoleptik Produk Nugget<br />

Kepiting, 2016......<br />

4 Hasil Penilaian Uji Organoleptik Produk Sikuyu<br />

Kambu, 2016.<br />

5<br />

6<br />

7<br />

Uji Kesukaan Produk Nugget Kepiting, 2016<br />

Uji Kesukaan Produk Sikuyu Kambu, 2016<br />

Penilaian Responden Terhadap Produk Nugget<br />

Kepiting, 2016<br />

8 Penilaian Responden Terhadap Produk Sikuyu<br />

Kambu, 2016<br />

35<br />

37<br />

38<br />

40<br />

41<br />

42<br />

9 Hasil Analisis NPV Produk Pikeru, 2016 47<br />

10<br />

Hasil Analisis NPV Produk Sikuyu Kambu Olahan<br />

Kepiting Cangkang Lunak, 2016<br />

11 Hasil Analisis IRR Produk Pikeru, 2016 49<br />

12 Hasil Analisis IRR Produk Sikuyu Kambu, 2016 50<br />

13 Hasil Analisis B/C ratio Produk Pikeru, 2016. 52<br />

14<br />

Hasil Analisis B/C ratio Produk Sikuyu Kambu,<br />

2016<br />

15 Hasil Perhitungan Laba/Rugi Produk Pikeru Olahan<br />

Kepiting Cangkang Lunak<br />

16 Hasil Perhitungan Laba/Rugi Produk Sikuyu Kambu 55<br />

46<br />

52<br />

54


x<br />

DAFTAR GAMBAR<br />

Gambar<br />

Halaman<br />

1<br />

Kerangka Pikir Penelitian.<br />

2 Mesin Vacuum Sealer (A) dan Freezer (B) 28<br />

3 Mesin Pengaduk Otomatis...... 29<br />

4 Varian Produk Nugget Kepiting yang Diuji<br />

Coba Berdasarkan Perlakuan Komposisi dan<br />

Bentuk Produk, 2016<br />

5 Alur Proses Pengolahan Produk Nugget<br />

Kepiting, 2016.<br />

6 Varian Produk Sikuyu Kambu yang Diuji Coba<br />

Berdasarkan Perlakuan Komposisi dan Sistem<br />

Pengolahan, 2016<br />

7 Alur Proses Pengolahan Produk Sikuyu<br />

Kambu, 2016<br />

8 Produk Nugget Kepiting (Pikeru) dan Sikuyu<br />

Kambu Terpilih Hasil Uji Kesukaan, 2016<br />

14<br />

31<br />

32<br />

33<br />

34<br />

38


BAB I<br />

PENDAHULUAN<br />

A. Latar Belakang<br />

Paradigma pembangunan saat ini didasarkan pada<br />

kemampuan suatu bangsa dalam meningkatkan daya saingnya,<br />

yang dibutuhkan sebagai modal dasar pembangunan. Modal dasar<br />

pembangunan menjadi amat penting dalam kemampuan mencapai<br />

daya saing yang tinggi. Modal dasar pembangunan itu sendiri<br />

adalah tenaga kerja atau SDM (Sumber Daya Manusia) yang<br />

memiliki penguasaan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Inovasi<br />

(Iptekin). Penguasaan dan pemanfaatan teknologi terutama<br />

bertujuan untuk peningkatan efisiensi dan nilai tambah sehingga<br />

dengan peningkatan daya saing tersebut, akan berdampak pada<br />

peningkatkan kesejahteraan masyarakat.<br />

Salah satu potensi Sumberdaya Alam Sulawesi Selatan<br />

adalah Kepiting. Kepiting adalah hasil laut yang sangat digemari<br />

oleh semua kalangan, baik dalam maupun luar negeri. Ada 2 jenis<br />

kepiting yang sangat populer yaitu kepiting bakau dan kepiting<br />

rajungan. Kedua jenis kepiting tersebut sudah dapat dibudidayakan<br />

bahkan teknologi produksi kepiting soka sudah dikuasai dan<br />

disosialisasikan ke masyarakat (Fujaya, dkk., 2012 dan 2014).<br />

Kepiting soka atau kepiting lunak adalah kepiting yang baru<br />

saja berganti kulit (molting). Saat itu, kulit kepiting akan sangat


2<br />

lunak, karenanya dalam perdagangan internasional dikenal dengan<br />

nama Soft shell crab. Soft shell crab adalah salah satu makanan<br />

laut (Seafood) di dunia yang sangat digemari karena kelezatannya.<br />

Permintaan dunia terhadap produk ini sangat tinggi. Negaranegara<br />

yang merupakan pasar terbesar produk ini antara lain:<br />

Amerika, Cina, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan,<br />

Malaysia, dan sejumlah negara di kawasan Eropa. Namun<br />

sebagian besar diperdagangkan dalam bentuk bahan mentah yang<br />

belum diolah, sehingga nilai dan daya saing produk tersebut kurang<br />

(Fujaya, dkk. (2011) dan 2012).<br />

Menurut Fudjaja (2015), kegiatan usaha yang dilakukan<br />

secara terintegrasi antara penangkapan dan pengolahan rajungan,<br />

akan dapat mewujudkan keberlanjutan sumberdaya rajungan. Juga<br />

terjadi sinergitas usaha dan meningkatkan volume usaha antara<br />

kelompok nelayan penangkap kepiting yang beranggotakan suami<br />

nelayan dan Kelompok Usaha Wanita beranggotakan isteri yang<br />

mengolah kepiting rajungan (Amandaria, 2014).<br />

Pengolahan adalah salah subsistem agribisnis yang<br />

menjalankan kegiatan yang mengubah bentuk (form utility) yang<br />

menghasilkan nilai tambah dan sekaligus merupakan indikator<br />

kemajuan pembangunan pertanian/perikanan, termasuk pergeseran<br />

struktur ekonomi dari kontribusi primer ke sector pengolahan.<br />

Pengolahan hasil pertanian termasuk perikanan mampu<br />

memberikan sumbangan yang sangat nyata bagi pembangunan di


3<br />

kebanyakan Negara berkembang karena menghasilkan produk<br />

yang beragam sehingga menghasilkan efek ganda terhadap<br />

aktivitas ekonomi lain, menciptakan nilai tambah dan kesempatan<br />

kerja baik di on farm maupun off farm sehingga dapat mengurangi<br />

masalah urbanisasi (Austin,1992; da Silva2 & Aline R. Fernandes,<br />

1999; Slamet, 2004).<br />

Introduksi teknologi pada kegiatan pengolahan kepiting<br />

cangkang lunak yang dilakukan oleh UMKM dapat meningkatkan<br />

nilai tambah, jaringan pemasaran meningkat dan kualitas SDM, dan<br />

sekaligus meningkatkan usaha budidaya sebagai penyedia bahan<br />

baku, dan kesempatan kerja pada lembaga pemasaran (Fudjaja,<br />

dkk, 2014, Amandaria, 2014). Nilai tambah dapat dihasilkan oleh<br />

masyarakat dengan mengolah hasil perikanan (kepiting) menjadi<br />

berbagai varian produk olahan kepiting cangkang lunak seperti<br />

kerupuk, bakso, tahu isi, otak-otak, sikuyu kambu, abon dan jenis<br />

produk olahan lainnya untuk penggerak di sektor perekonomian.<br />

Produk olahan kepiting cangkang lunak sangat memungkinkan<br />

untuk dikembangkan sebagai produk cepat saji, yang dapat<br />

dikemas menarik dan dipasarkan secara luas. Dengan<br />

penambahan nilai (value added) produk tersebut dapat menembus<br />

berbagai strata pasar sehingga memberikan peluang penjualan<br />

yang lebih besar dengan harga bersaing.


4<br />

B. Perumusan Masalah<br />

Pemanfaatan kepiting lunak menjadi produk value added<br />

pada industri pengolahan belum banyak dikembangkan, terlebih<br />

pada industri pengolahan kepiting di Sulawesi Selatan. Kajian<br />

pengembangan diversifikasi produk dan peningkatan daya saing<br />

produk olahan kepiting cangkang lunak dari Sulawesi Selatan<br />

menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini dan diharapkan<br />

kajian ini akan menjawab secara spesifik beberapa pertanyaan<br />

penelitian, sebagai berikut:<br />

a. Bagaimana komposisi citarasa produk olahan kepiting cangkang<br />

lunak yang banyak diminati oleh konsumen?<br />

b. Bagaimana menerapkan proses pengolahan bahan baku kepiting<br />

cangkang lunak menjadi produk jadi yang aman dikonsumsi?<br />

c. Bagaimana kelayakan usaha value added produk olahan kepiting<br />

lunak, apakah menguntungkan apabila dikembangkan?<br />

C. Tujuan Penelitian<br />

Adapun tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk<br />

mengembangkan diversifikasi produk dan meningkatkan daya saing<br />

produk kepiting (rajungan) cangkang lunak dari Sulawesi Selatan.<br />

Secara spesifik kegiatan ini bertujuan untuk:<br />

a. Penyempurnaan citarasa produk kepiting lunak olahan<br />

b. Menerapkan proses pengolahan bahan baku kepiting lunak<br />

menjadi produk jadi yang aman dikonsumsi


5<br />

c. Menentukan kelayakan usaha pengembangan produk olahan<br />

kepiting lunak pada skala rumah tangga (home industry)<br />

D. Manfaat Hasil Penelitian<br />

Hasil penelitian ini dapat memberikan rekomendasi sebagai<br />

berikut:<br />

a. Sumbangan informasi tentang pengembangan diversifikasi<br />

produk kepiting lunak olahan<br />

b. Memberikan nilai tambah produk (product value added) pada<br />

produk kepiting cangkang lunak sehingga dapat meningkatkan<br />

dan memperluas pemasaran<br />

c. Menghasilkan berbagai produk olahan kepiting cangkang lunak<br />

yang akan menjadi produk unggulan nasional.


6<br />

BAB II<br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

A. Landasan Teori<br />

Daya Saing Produk<br />

Konsep daya saing merupakan aspek penting dalam<br />

perdagangan suatu produk sebagai salah satu strategi untuk<br />

memasuki pasar ekspor, karena pada hakekatnya persaingan<br />

mencerminkan kesanggupan untuk memenangkan pangsa pasar.<br />

Menurut Latruffe, 2010, secara umum daya saing dapat<br />

didefinisikan sebagai kemampuan menghadapi persaingan dan<br />

kemampuan memenangkan persaingan. Definisi ini sangat sesuai<br />

untuk perusahan-perusahan domestik yang saling bersaing dalam<br />

suatu negara.<br />

Suatu komoditas dapat mempunyai keunggulan komparatif<br />

dan kompetitif sekaligus, yang berarti komoditas tersebut<br />

menguntungkan untuk diproduksi atau diusahakan dan dapat<br />

bersaing di pasar internasional. Keunggulan komparatif mencakup<br />

kemampuan menawarkan dan menyediakan nilai produk yang lebih<br />

menarik dibandingkan dengan nilai produk yang sama yang<br />

dihasilkan oleh para pesaing dalam pasar yang sama. Guna<br />

memperoleh posisi ini diperlukan kemampuan menyediakan produk<br />

dalam kualitas yang lebih baik, harga yang lebih menarik, dan<br />

proses pemasaran yang aktif. Sementara keunggulan kompetitif


7<br />

atau daya saing sangat ditentukan oleh inovasi gagasan dan<br />

kualitas SDM. Dalam kaitannya dengan daya saing suatu wilayah,<br />

atau suatu negara, kreativitas atau pemikiran kreatif adalah bentuk<br />

keuntungan kompetitif yang utama. Oleh sebab itu, dua negara<br />

dapat saja sama dalam luas, populasi, dan budaya, namun<br />

kemampuan bersaingnya dapat berbeda (Petersen, 2013).<br />

Dalam dunia perdagangan, segala jenis produk kreatif yang<br />

dikembangkan dari keunggulan kompetitif selalu mengarah pada<br />

kondisi persaingan pasar di mana konsumen atau pengguna akhir<br />

suatu produk bebas memilih produk yang ditawarkan. Konsumen<br />

mempertimbangkan dan memilih produk berdasarkan pertimbangan<br />

aspek finansil, teknis dan sosial (status dan selera). Suatu produk<br />

akan memiliki daya saing tinggi bila produk tersebut mampu<br />

memenuhi kebutuhan konsumen, sekaligus mampu menggantikan<br />

produk lain yang menjadi saingannya. Suatu produk atau jasa yang<br />

memiliki fitur (attributes) lebih baik dari produk lain menunjukkan<br />

bahwa produk tersebut memiliki daya saing lebih tinggi dari<br />

saingannya. Kondisi demikian mengisyaratkan bahwa suatu produk<br />

berdaya saing harus memilliki keunikan tersendiri atau kekhususan<br />

yang tidak dimiliki produk lain yang serupa. The International<br />

Strategist, 2010 menyebutkan bahwa keunggulan kreatif yang<br />

dapat dimunculkan dapat berupa nilai tambah produk, atau nilai<br />

tambah pelayanan kepada para pengguna produk, dimana<br />

keunggulan tersebut diperoleh antara lain dengan meningkatkan<br />

kualitas produk, mempercepat proses produksi, atau kalau


8<br />

memungkinkan mengurangi biaya produksi (Suradisastra, dkk.<br />

dalam Haryono, 2014).<br />

Karakteristik produk berdaya saing tinggi memiliki ciri: (a)<br />

tidak dapat, atau sulit ditiru oleh pesaingnya, (b) nilainya, (c) selalu<br />

dapat disempurnakan sesuai perkembangan jaman, dan (d)<br />

memiliki nilai lebih tinggi dari produk-produk alternatifnya<br />

(Suradisastra, dkk dalam Haryono, 2014). Dengan demikian dapat<br />

dipahami bahwa produk berdaya saing harus memiliki keunikan<br />

yang tidak dapat ditiru oleh saingannya.<br />

Teori Pengembangan Produk<br />

Pengembangan produk dilakukan dalam rangka memperbaiki<br />

penampilan produk, agar pembeli lama mau membeli lagi produk<br />

dengan penampilan baru (bentuk, ukuran, gaya, kemasan). Hal ini<br />

karena pembeli lama atau pelanggan merasa mendapat kepuasan<br />

dari produk lama (Kusyanto, 2001 dalam Yusuf, 2007). Selain itu,<br />

pengembangan produk juga seringkali digunakan untuk<br />

memperpanjang “daur hidup produk” yang sudah ada, atau untuk<br />

memanfaatkan reputasi ataupun merk favorit. Pemikirannya adalah<br />

menarik pelanggan yang puas untuk membeli produk baru sebagai<br />

akibat pengalaman positif mereka dengan produk sebelumnya<br />

(Pearce dan Robinson, 1997 dalam Yusuf, 2007).<br />

Langkah dan sasaran dalam upaya pengembangan produk<br />

adalah sebagai berikut: pertama, mengembangkan atribut produk


9<br />

dengan sasaran untuk adaptasi (gagasan lain, pengembangan),<br />

modifikasi (mengubah bentuk, rupa, ukuran), memperbesar (lebih<br />

tahan), memperkecil (lebih ringan), penataan kembali (pola lain),<br />

kombinasi (daya pikat, mencampur, meramu); kedua,<br />

mengembangkan beragam tingkat mutu dengan sasaran merebut<br />

segmen pasar sasaran (dalam dan luar negeri); ketiga,<br />

mengembangkan model dan ukuran lain dengan sasaran<br />

mengubah primary product menjadi ready to eat, mudah disajikan,<br />

ukuran fleksibel, mudah disimpan maupun diolah konsumen (Yusuf,<br />

2007).<br />

Rachmat dan Nuryanti (2014) dalam Haryono (2014)<br />

menyebutkan faktor yang mempengaruhi pengembangan produk<br />

olahan, mencakup: aspek teknis, ekonomi dan sosial, lingkungan,<br />

dukungan infrastruktur dan kebijakan. Aspek teknis, faktor teknis<br />

yang mempengaruhi pengembangan produk olahan antara lain<br />

keterbatasan penyediaan bahan baku secara berkesinambungan.<br />

Keterbatasan pasokan menyebabkan harga bahan baku tinggi,<br />

sehingga biaya produksi meningkat dan mempengaruhi kelayakan<br />

usaha untuk menghasilkan keuntungan. Kesulitan memperoleh<br />

bahan pendukung, pemasaran, fluktuasi harga mempengaruhi<br />

penilaian kelayakan usaha.<br />

Aspek ekonomi, beberapa penelitian pada usaha pengolahan<br />

produk pertanian di Provinsi Lampung menunjukkan analisa usaha<br />

yang menguntungkan secara finansial mampu menyediakan


10<br />

lapangan kerja cukup tinggi, tingkat pengangguran dapat ditekan<br />

dan pendapatan per kapita meningkat. Karena itu, analisis<br />

kelayakan finansial merupakan aspek yang sangat penting agar<br />

pengembangan usaha pengolahan menguntungkan.<br />

Aspek sosial dan lingkungan, faktor sosial dan lingkungan<br />

merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kelangsungan<br />

dan kesinambungan suatu usaha pengolahan produk dalam jangka<br />

panjang (berkelanjutan). Salah satu upaya yang dilakukan misalnya<br />

dengan: a) memanfaatkan tenaga kerja setempat, sehingga mereka<br />

turut serta berperan dalam beberapa aktivitas sosial yang terkait<br />

dengan kelangsungan usaha, b) mengadakan pelatihan<br />

pengolahan produk bagi masyarakat di lingkungan tempat usaha, c)<br />

secara berkala mensosialisasikan aktivitas dan produk olahan hasil<br />

tempat usaha dan kegiatan yang rutin dilakukan para tenaga kerja<br />

dan pelaku produksi di tempat usaha, d) turut serta menjaga dan<br />

memelihara kebersihan dan kelestarian lingkungan tempat usaha.<br />

Kinerja industri pengolahan sangat dipengaruhi oleh potensi<br />

sumber daya alam seperti ketersediaan lahan, iklim, curah hujan,<br />

air bersih, bahan bakar minyak (BBM), karung atau kemasan lain.<br />

Dukungan Infrastruktur, kontinuitas usaha pengolahan hasil<br />

pertanian memerlukan infrastruktur yang memadai berupa<br />

transportasi maupun komunikasi agar bahan baku dan hasil olahan<br />

dapat mengalir secara kontinu dengan lancar dari sentra produksi<br />

ke pusat pengolahan produk dan ke pusat konsumen di pasar.


11<br />

Suatu usaha pengolahan dapat menghasilkan produk hasil olahan<br />

bila didukung ketersediaan dan fungsi berbagai peralatan<br />

pengolahan dimulai dari pengadaan bahan baku, proses<br />

pengolahan produk, pengemasan, hingga proses pendistribusian<br />

dan pemasaran hasil produksi kepada konsumen.<br />

Dukungan Kebijakan, kebijakan pemerintah dalam<br />

pengolahan hasil produk pertanian (dan perikanan) umumnya<br />

dalam rangka mendukung program ketahanan pangan, diversifikasi,<br />

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.<br />

Keanekaragaman dan Nilai Tambah Produk<br />

(Product Value Added)<br />

Keragaman pangan yang berasal dari bahan ikan nampak<br />

masih relative kurang. Menurut Susilowati (2006) dalam Yusuf<br />

(2007), ikan umumnya dikonsumsi sebagai lauk pauk saja dan<br />

belum lazim ikan sebagai makanan tambahan atau camilan.<br />

Selama ini, produksi ikan sebagian besar langsung didistribusikan<br />

segar atau mentah (60%), kering atau asin (24%) dan dengan<br />

perlakuan akan tetapi masih dalam bentuk segar (10%). Melihat<br />

perlakuan pasca produksi tersebut maka sebenarnya produksi<br />

perikanan ini dapat ditingkatkan nilai tambahnya (value added)<br />

terlebih dahulu sebelum didistribusikan ke pasar.<br />

Peningkatan pada penanganan pasca panen berguna untuk<br />

penyerapan nilai tambah (value added) yang lebih besar. Salah<br />

satu cara dengan melakukan diversifikasi produk. Dijelaskan oleh


12<br />

Agustini dan Swastawati (2003) dalam Yusuf (2007) bahwa<br />

diversifikasi ada dua macam yaitu: pertama, diversifikasi horizontal<br />

yaitu pemanfaatan berbagai jenis ikan untuk diolah menjadi jenis<br />

produk olahan tertentu dan kedua, diversifikasi vertikal yaitu<br />

pemanfaatan jenis ikan tertentu menjadi berbagai jenis produk<br />

olahan.<br />

Penganekaragaman produk olahan hasil perikanan yang<br />

dalam hal ini disebut sebagai produk value-added dapat dilakukan<br />

dengan menggunakan bahan baku ikan segar yang ditambahkan<br />

dengan beberapa bahan tambahan lain, seperti tepung tapioka atau<br />

terigu, telur, serta bumbu-bumbu seperti lada, bawang putih,<br />

bawang bombay serta bumbu tambahan lainnya yang kesemuanya<br />

berfungsi sebagai penambah rasa dan aroma.<br />

B. Kerangka Pemikiran<br />

Pemanfaatan kepiting cangkang lunak menjadi produk value<br />

added pada industri pengolahan belum banyak dikembangkan,<br />

terlebih pada industri pengolahan kepiting di Sulawesi Selatan.<br />

Padahal produk tersebut sangat berpotensi untuk dikembangkan<br />

menjadi produk olahan yang memiliki daya saing tinggi karena<br />

kepiting disukai hampir semua kalangan, ada resep tradisional yang<br />

memiliki citarasa modern yang dapat digunakan untuk<br />

penyempurnaan rasa produk olahan kepiting cangkang lunak,


13<br />

bahan baku tersedia secara lokal sehingga mudah memperoleh dan<br />

biayanya tidak mahal.<br />

Akan tetapi, produk olahan kepiting lunak hingga saat ini<br />

masih sulit bersaing dengan produk-produk perikanan olahan lain,<br />

seperti produk olahan ikan. Sebagian besar produk olahan ikan<br />

telah diproses secara modern.<br />

Oleh karena itu perlu dilakukan value added product terhadap<br />

kepiting cangkang lunak melalui penyempurnaan citarasa resep<br />

tradisional dan modernisasi pengolahan produk dengan<br />

menggunakan peralatan atau mesin-mesin otomatis, agar daya<br />

saing produk meningkat yang akan berdampak pada meningkatnya<br />

penjualan dan pendapatan pelaku usaha pengolahan kepiting<br />

cangkang lunak.<br />

Secara skematik, kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat<br />

pada Gambar 1 berikut ini.


14<br />

<strong>PRODUK</strong> <strong>KEPITING</strong> <strong>CANGKANG</strong> <strong>LUNAK</strong><br />

DAYA SAING <strong>PRODUK</strong> RENDAH<br />

VALLUE ADDED<br />

PENYEMPURNAAN<br />

CITA RASA RESEP<br />

TRADISIONAL<br />

MODERNISASI PROSES<br />

PENG<strong>OLAHAN</strong><br />

(PENGGUNAAN<br />

ALAT/MESIN OTOMATIS)<br />

DAYA SAING <strong>PRODUK</strong> TINGGI<br />

PENJUALAN <strong>PRODUK</strong> MENINGKAT<br />

PENDAPATAN PELAKU USAHA <strong>PRODUK</strong><br />

<strong>OLAHAN</strong> <strong>KEPITING</strong> <strong>CANGKANG</strong> <strong>LUNAK</strong><br />

MENINGKAT<br />

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


15<br />

BAB III<br />

METODE PENELITIAN<br />

A. Pendekatan Penelitian<br />

Penelitian ini merupakan penelitian yang sifatnya eksperimen<br />

dan deskripsi. Eksperimen yang dimaksud adalah dengan teknik uji<br />

coba dalam mengolah kepiting cangkang lunak menjadi berbagai<br />

produk olahan kepiting yang dilakukan pada skala rumah tangga<br />

(home industry). Hasil penelitian dideskripsikan untuk memberikan<br />

gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai<br />

pengembangan diversifikasi produk olahan kepiting cangkang<br />

lunak.<br />

B. Lokasi dan Waktu<br />

Penelitian ini dilaksanakan pada Kelompok Wanita Tani<br />

Nelayan Anging Mammiri yang berdomisili di Desa Bojo,<br />

Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru. Pemilihan lokasi<br />

penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan<br />

pertimbangan Kelompok Wanita Tani Nelayan tersebut telah cukup<br />

lama menjalankan usaha pemasaran dan pengolahan kepiting<br />

cangkang lunak. Adapun waktu penelitian berlangsung selama 5<br />

bulan, yakni dari Bulan Juli hingga November 2016.


16<br />

C. Jumlah Kelompok yang Dilibatkan dalam Penelitian<br />

Kelompok wanita tani nelayan yang akan dilibatkan dalam<br />

kegiatan ini hanya satu, yakni Kelompok Wanita Tani Nelayan<br />

Anging Mammiri. Alasan memilih kelompok tersebut, antara lain:<br />

1. Kelompok Wanita Tani Nelayan Anging Mammiri telah memulai<br />

usaha pemasaran dan pengolahan kepiting cangkang lunak<br />

untuk dijadikan produk oleh-oleh sejak awal tahun 2012.<br />

Meskipun kapasitas produksi masih sangat kecil, namun<br />

kelompok tersebut telah menunjukkan keseriusan untuk belajar<br />

dan menjadikan produk ini oleh-oleh andalan.<br />

2. Kelompok Wanita Tani Nelayan Anging Mammiri dalam<br />

menjalankan usahanya masih menggunakan peralatan manual<br />

dan kondisi tempat produksi yang sangat sederhana.<br />

3. Karena keterbatasan modal dan peralatan maka kualitas kepiting<br />

olahan produk Kelompok Wanita Tani Nelayan Anging Mammiri<br />

ini masih kurang. Baik dari segi kontinuitas produksi, rasa,<br />

maupun penampilan produk. Akibatnya, usaha berjalan agak<br />

lambat.<br />

D. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data<br />

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Dalam<br />

penelitian ini kasusnya adalah pengembangan produk olahan<br />

kepiting cangkang lunak, yang dalam hal ini melibatkan Kelompok


17<br />

Wanita Tani Nelayan Anging Mammiri sebagai pelaku utama<br />

pemasaran dan pengolahan kepiting cangkang lunak.<br />

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data<br />

sekunder. Data primer diperoleh melalui praktek/uji coba produk,<br />

observasi dan wawancara langsung dengan pihak Kelompok Wanita<br />

Tani Nelayan sebagai informan (pimpinan dan pekerja). Sedangkan<br />

data sekunder diperoleh dari instansi ataupun lembaga-lembaga<br />

terkait, seperti BPS, DKP/KKP, Disperindag, Kantor Lurah, dsb.<br />

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan<br />

praktek/uji coba produk dan uji organoleptik (kenampakan, bau, dan<br />

tekstur), wawancara, studi literatur, dokumentasi dan observasi.<br />

Bahan baku kepiting cangkang lunak yang digunakan dalam<br />

penelitian ini adalah rajungan, baik untuk produk nugget maupun<br />

sikuyu kambu. Perlakuan yang digunakan untuk uji coba produk<br />

adalah:<br />

Untuk Nugget Kepiting<br />

Perlakuan produk nugget kepiting berdasarkan komposisi<br />

atau campuran bahan yang digunakan dan pembedaan bentuk<br />

nugget kepiting. Perlakuan produk nugget dapat dilihat pada Tabel<br />

1.


18<br />

Tabel 1. Perlakuan Produk Nugget Kepiting, 2016<br />

Kode Komposisi Bentuk<br />

A Rajungan Rebus Persegi Panjang<br />

B Kepiting Cangkang Persegi Panjang<br />

Lunak<br />

C Ayam + Kepiting Persegi Panjang<br />

Cangkang Lunak<br />

D Rajungan Rebus + Lonjong<br />

Sayuran<br />

E Kepiting Cangkang<br />

Lunak + Sayuran<br />

Lonjong + Capit<br />

Untuk Sikuyu Kambu<br />

berikut:<br />

Perlakuan produk sikuyu kambu dapat dilihat pada tabel<br />

Tabel 2. Perlakuan Produk Sikuyu Kambu, 2016<br />

Kode Komposisi Sistem<br />

pengolahan<br />

A Kepiting<br />

Penggorengan<br />

Cangkang Lunak<br />

B Ikan + Kepiting<br />

Cangkang Lunak<br />

Pengukusan<br />

Data/informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan<br />

para informan kemudian dicatat dalam catatan harian lapangan<br />

yang direkam oleh peneliti. Studi literatur dilakukan sebagai<br />

upaya penggalian informasi secara sekunder melalui data berupa<br />

laporan dan surat-surat resmi dari aparat pemerintah atau<br />

instansi terkait lainnya sebagai pendukung dan memperkuat hasil


19<br />

wawancara. Dokumentasi dilakukan guna mengabadikan setiap<br />

kondisi dan aktifitas penting terkait penelitian ini. Sedangkan<br />

observasi dilakukan dengan pengamatan secara menyeluruh<br />

terkait kondisi faktual yang terjadi di lokasi penelitian terkait<br />

proses dan interaksi antar pelaku pengembangan produk olahan<br />

kepiting cangkang lunak (pelaksanaan fungsi dan peran masingmasing<br />

anggota/tenaga kerja dalam menjalankan usaha dan<br />

melakukan berbagai uji coba pengembangan produk olahan<br />

kepiting cangkang lunak) dan uji organoleptik untuk mengetahui<br />

selera konsumen.<br />

E. Indikator/Parameter<br />

Ukuran keberhasilan penelitian ini, akan dilihat pada setiap<br />

tahapan kegiatan penelitian, sebagai berikut:<br />

• Tahap persiapan: indikator pada tahap ini adalah tersedianya<br />

bahan baku, peralatan dan beberapa resep pilihan untuk produk<br />

olahan kepiting lunak.<br />

• Tahap penyempurnaan citarasa dan pengembangan berbagai<br />

varian produk olahan kepiting cangkang lunak: indikator pada<br />

tahap ini adalah adanya ragam produk olahan kepiting cangkang<br />

lunak yang dihasilkan.<br />

• Tahap penyuluhan dan pendampingan peningkatan mutu<br />

pengolahan kepiting cangkang lunak: indikator pada tahap ini<br />

adalah produk olahan yang diproses sesuai standar minimal


20<br />

industri rumahtangga (home industry) khususnya tertib<br />

administrasi dan pelaksanaan proses produksi yang hygienis<br />

sehingga produk aman dikonsumsi.<br />

F. Model Analisis<br />

Analisis Kualitatif Deskriptif<br />

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini<br />

adalah analisis kualitatif-deskriptif. Menurut Daymon dan Halloway<br />

(2008), analisis data kualitatif adalah suatu proses menata,<br />

menstrukturkan dan memaknai data yang tidak beraturan. Dalam<br />

penelitian ini, data hasil wawancara dan pengamatan ditulis dalam<br />

suatu catatan lapangan untuk dianalisis secara kualitatif dan<br />

disajikan secara deskriptif.<br />

Analisis Selera Konsumen<br />

Selera konsumen diukur dengan menggunakan analisis<br />

kesukaan (Hedonic Scale atau Preference Test) yang bertujuan<br />

untuk mengetahui respon panelis dan responden terhadap varian<br />

produk olahan kepiting lunak yang dikembangkan.<br />

Pengujian tahap pertama dilakukan oleh panelis pada skala uji<br />

coba internal untuk menentukan produk terpilih hasil uji coba<br />

dengan beberapa pilihan modifikasi. Panelis terdiri dari ketua dan<br />

wakil ketua kelompok wanita tani nelayan serta tim peneliti.<br />

Diantara produk yang diujikan tersebut mana yang paling disukai


21<br />

berdasarkan nilai rata-rata tertinggi dari seluruh panelis yang<br />

menilai pada score sheet uji kesukaan.<br />

Pengujian tahap kedua adalah pada target responden<br />

sebanyak 30 orang yang sudah ditentukan dengan sample produk<br />

terpilih. Hedonic scale atau uji kesukaan berdasarkan (SNI No. 01-<br />

2986-1992 dengan sedikit modifikasi) meliputi penilaian kesukaan<br />

berdasarkan spesifikasi yang terdiri dari kenampakan, rasa, aroma,<br />

tekstur dan kemasan produk dengan score sebagai berikut: (9)<br />

Amat sangat disukai, (8) Sangat disukai, (7) Disukai, (6) Agak<br />

disukai, (5) Netral, (4) Agak tidak disukai, (3) Tidak disukai, (2)<br />

Sangat tidak disukai, (1) Amat sangat tidak disukai.<br />

Analisis Kelayakan Usaha<br />

Pay Back Period<br />

Pay Back Period adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk<br />

mengembalikan modal yang telah ditanam dalam suatu usaha.<br />

Rumus yang digunakan (Djamin, 1993) yaitu :


22<br />

Profit Rate<br />

Profit rate merupakan keuntungan absolut yang dinyatakan<br />

dengan persentase. Apabila dinyatakan dengan rumus, maka<br />

tingkat keuntungannya adalah sebagai berikut (Djamin, 1993):<br />

Dimana : Π = keuntungan absolut<br />

TR = Total Revenue (jumlah penerimaan)<br />

TC = Total Cost ( jumlah pengeluaran)<br />

Net Present Value (NPV)<br />

Net Present Value (NPV) adalah kriteria investasi yang<br />

banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible<br />

atau tidak. Rumus yang digunakan (Ibrahim, 2003) yaitu:<br />

Hasil analisis NPV yaitu :<br />

• Apabila nilai NPV lebih besar atau sama dengan 0 maka proyek<br />

layak untuk dilaksanakan<br />

• Apabila nilai NPV kurang dari 0 maka proyek tidak layak untuk<br />

dilaksanakan


23<br />

Internal Rate of Return (IRR)<br />

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat discount<br />

rate yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol).<br />

Rumus yang digunakan (Ibrahim, 2003) adalah :<br />

Dimana : i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1<br />

i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2<br />

Hasil analisis IRR yaitu :<br />

• Apabila nilai IRR lebih besar atau sama dengan nilai social<br />

discount rate (suku bunga yang berlaku di masyarakat) maka<br />

proyek layak untuk dilaksanakan<br />

• Apabila nilai IRR kurang dari nilai social discount rate (suku<br />

bunga yang berlaku di masyarakat) maka proyek tidak layak<br />

untuk dilaksanakan<br />

B/C Ratio<br />

B/C Ratio adalah perbandingan antara net benefit yang<br />

telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di<br />

discount negatif (-). Rumus yang digunakan (Ibrahim, 2003)<br />

adalah :


24<br />

Hasil analisis B/C ratio yaitu :<br />

• Apabila nilai B/C ratio lebih besar dari 1 maka proyek layak<br />

untuk dilaksanakan<br />

• Apabila nilai B/C ratio lebih kurang dari 1 maka proyek tidak<br />

layak untuk dilaksanakan<br />

Perhitungan laba/rugi<br />

Proyeksi laba/rugi dibentuk dalam jangka waktu tertentu<br />

untuk melihat prospek keuangan dari usaha yang direncanakan,<br />

dengan adanya proyeksi laba/ rugi dapat diketahui posisi<br />

keuangan di masa yang akan datang. Langkah-langkah yang<br />

dilakukan (Ibrahim, 2003) adalah :<br />

Laba/rugi = Seluruh pendapatan yang diperoleh – (seluruh<br />

pengeluaran + pinjaman dan bunga + pajak)


25<br />

G. Etika Penelitian<br />

Penelitian yang akan dilakukan ini adalah Karya Ilmiah Orisinil<br />

yang belum pernah dilakukan sebelumnya dan apabila dikemudian<br />

hari ternyata di dalamnya ditemukan unsur kepalsuan (plagiat), maka<br />

peneliti bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai<br />

dengan ketentuan yang berlaku.


26<br />

BAB IV<br />

PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN<br />

Kegiatan dilaksanakan dalam 3 tahapan, yaitu:<br />

• Persiapan: Sosialisasi program pengembangan diversifikasi produk<br />

olahan kepiting melalui diskusi kelompok dengan menghadirkan<br />

pelaku usaha, serta menyiapkan segala kebutuhan untuk<br />

pelaksanaan diversifikasi produk, seperti bahan baku, peralatan dan<br />

beberapa resep pilihan untuk produk olahan kepiting lunak.<br />

• Penyempurnaan citarasa dan pengembangan varian produk olahan<br />

kepiting cangkang lunak<br />

• Penyuluhan dan pendampingan peningkatan mutu pengolahan<br />

produk kepiting cangkang lunak menggunakan prosedur standar<br />

minimal home industry dan peralatan serta mesin-mesin otomatis.


27<br />

BAB V<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

A. Pengembangan Produk<br />

1. Modernisasi Pengolahan Produk<br />

Modernisasi pengolahan produk dalam penelitian ini<br />

diarahkan pada penggunaan peralatan/mesin-mesin otomatis<br />

yang lebih modern dan dapat meningkatkan kuantitas dan<br />

kualitas produk olahan kepiting cangkang lunak yang diproduksi<br />

Kelompok Wanita Nelayan Anging Mammiri. Selama ini, dalam<br />

pembuatan produk olahan kepiting cangkang lunak yakni nugget<br />

kepiting (Pikeru) dan sikuyu kambu, teknologi yang digunakan<br />

adalah semi modern. Peralatan yang digunakan mudah diperoleh<br />

karena merupakan peralatan yang sering dipakai dalam rumah<br />

tangga pada umumnya. Penggunaan teknologi modern sebagai<br />

penunjang seperti vacuum sealer dan freezer untuk<br />

penyimpanan bahan yang mudah busuk berkaitan dengan<br />

kebutuhan kapasitas proses, kecepatan dan mutu produk selama<br />

proses produksi dan penyimpanan produk.


28<br />

A<br />

B<br />

Gambar 2. Mesin Vacuum Sealer (A) dan Freezer (B)


29<br />

Juga menggunakan mesin pengaduk otomatis.<br />

Penggunaan mesin ini membuat kualitas tepung bumbu yang<br />

digunakan menjadi lebih baik karena pencampuran bumbu dan<br />

tepung lebih merata. Jika mencampur bumbu dan tepung secara<br />

manual seringkali ditemukan gumpalan-gumpalan bumbu yang<br />

tidak tercampur merata dengan tepung sehingga sangat<br />

mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.<br />

Gambar 3. Mesin Pengaduk Otomatis<br />

Sementara penggunaan teknologi modern seperti mesin<br />

cetak otomatis untuk dapat menghasilkan bentuk yang lebih<br />

standart pada pembuatan produk olahan nugget kepiting cangkang


30<br />

lunak secara komersil belum dilakukan. Saat ini UKM masih<br />

menggunakan teknologi sederhana - cetakan manual.<br />

Penggunaan teknologi mesin cetak otomatis akan dapat<br />

menghasilkan jumlah pembuatan adonan maupun produk yang<br />

lebih banyak jika dibandingkan dengan teknologi sederhana.<br />

Dengan demikian produktifitas kelompok usaha dapat lebih<br />

meningkat.<br />

2. Proses Pengolahan Produk<br />

Proses pengolahan dimulai dari awal yaitu penyiapan bahan<br />

baku sampai pada proses akhir penggorengan produk. Secara<br />

lengkap alur proses pengolahan produk diuraikan sebagai berikut :<br />

a. Produk Nugget Kepiting<br />

Setelah uji coba perlakuan produk nugget kepiting<br />

berdasarkan komposisi atau campuran bahan yang digunakan<br />

dan pembedaan bentuk nugget kepiting sebagaimana yang<br />

dipaparkan dalam metode penelitian, maka hasil yang diperoleh<br />

seperti Gambar 4.


31<br />

A<br />

B<br />

C<br />

D<br />

E<br />

Gambar 4. Varian Produk Nugget Kepiting yang Diuji Coba<br />

Berdasarkan Perlakuan Komposisi dan Bentuk Produk, 2016<br />

Adapun alur proses pengolahan produk nugget kepiting,<br />

digambarkan sebagai berikut:


32<br />

Tepung & Bumbu<br />

halus<br />

Kepiting<br />

Cangkang<br />

Lunak<br />

Bahan-bahan<br />

lain<br />

Pengadu<br />

k<br />

otomatis<br />

Pencampuran<br />

Pencetakan<br />

Pengukusan<br />

Pendinginan (suhu<br />

ruang)<br />

Pemberian tepung panir<br />

Pembekuan<br />

Freeze<br />

r<br />

Pengemasan<br />

Peng-vakum-an<br />

Vacuum<br />

Sealer<br />

Produk Nugget Kepiting<br />

Kemasan<br />

Gambar 5. Alur Proses Pengolahan Produk Nugget Kepiting, 2016


33<br />

b. Produk Sikuyu Kambu<br />

Produk sikuyu kambu memiliki bentuk yang sama yakni<br />

menggunakan cangkang rajungan sebagai cetakan sekaligus<br />

variasi/hiasan untuk memperindah dan memberi ciri khas untuk<br />

produk yang bersangkutan. Oleh karena itu variasi alternatif<br />

produk sikuyu kambu yang diuji coba tidak lagi menggunakan<br />

perlakuan pembedaan bentuk produk, melainkan berdasarkan<br />

komposisi dan sistem pengolahan. Hasil uji coba produk sikuyu<br />

kambu sebagaimana yang terlihat pada Gambar 6.<br />

A<br />

B<br />

Gambar 6. Varian Produk Sikuyu Kambu yang Diuji Coba<br />

Berdasarkan Perlakuan Komposisi dan Sistem Pengolahan, 2016<br />

Secara umum alur proses pengolahan produk sikuyu<br />

kambu digambarkan sebagai berikut:


34<br />

Kentang<br />

Kepiting<br />

Cangkang<br />

Lunak<br />

Bumbu & bahanbahan<br />

lain<br />

Penggorengan<br />

atau<br />

Pengukusan<br />

Pencetakan<br />

Pembekuan<br />

Pencampuran<br />

Cangkang<br />

rajungan yang<br />

telah dibersihkan<br />

& dikukus<br />

Pengemasan<br />

Peng-vakum-an<br />

Vacuum<br />

Sealer<br />

Produk Sikuyu Kambu Kemasan<br />

Gambar 7. Alur Proses Pengolahan Produk Sikuyu Kambu, 2016<br />

3. Uji Organoleptik Varian Produk<br />

a. Produk Nugget Kepiting<br />

Hasil penilaian uji organoleptik terhadap lima varian produk<br />

uji coba nugget kepiting tersaji pada Tabel 3. Uji organoleptik<br />

merupakan pengujian menggunakan panca indera manusia untuk<br />

menilai faktor-faktor mutu yang umumnya dikelompokkan atas


35<br />

kenampakan (appearance), bau (odor), cita rasa (flavor), dan<br />

tekstur (texture).<br />

Tabel 3. Hasil Penilaian Uji Organoleptik Produk Nugget Kepiting,<br />

2016<br />

PANELIS<br />

KODE <strong>PRODUK</strong><br />

A B C D E<br />

1 6,50 6,00 6,75 6,00 8,25<br />

2 7,00 5,75 7,00 5,50 8,50<br />

3 6,75 6,25 7,50 5,75 7,75<br />

4 5,75 6,25 7,50 5,50 8,00<br />

5 6,25 5,75 8,00 5,25 9,00<br />

6 6,75 7,00 7,50 6,50 8,50<br />

7 5,75 5,75 7,00 5,50 8,75<br />

8 7,25 7,00 7,00 6,75 8,50<br />

9 7,00 6,75 8,25 5,75 8,25<br />

10 6,50 6,25 7,25 5,50 8,50<br />

JUMLAH 65,50 62,75 73,75 58,00 84,00<br />

RATA-RATA 6,55 6,28 7,38 5,80 8,40<br />

Hasil pengamatan terhadap produk nugget kepiting<br />

sebagaimana yang tersaji pada Tabel 3 ,diketahui bahwa nilai ratarata<br />

mutu nugget yang terendah adalah 5,80 (nugget D) dan<br />

tertinggi adalah 8,40 (nugget E).<br />

Adapun perbandingan karakteristik produk nugget D dan E<br />

adalah sebagai berikut: kenampakan yang diukur dari warna<br />

produk untuk nugget D kurang cemerlang, kurang menarik, dan<br />

pucat dengan nilai 5 – 6; aroma agak amis hingga sedang dengan<br />

nilai 5 - 7; rasa netral - kurang gurih dengan nilai 5 – 7; dan tekstur


36<br />

cenderung kurang padat dan agak kasar dengan nilai 5 – 7.<br />

Sedangkan karakteristik produk nugget E berdasarkan<br />

kenampakan warna produk cemerlang, menarik, dan cerah/tidak<br />

pucat dengan nilai 8 – 9; aroma sedang hingga wangi khas<br />

kepiting dengan nilai 7 – 9; rasa gurih dan sangat lezat dengan<br />

nilai 8 – 10; dan tekstur padat dan halus dengan nilai 7 – 9<br />

(Lampiran 3).<br />

b. Produk Sikuyu Kambu<br />

Tabel 4 menggambarkan hasil pengamatan mutu produk<br />

sikuyu kambu berdasarkan penilaian uji organoleptik yakni<br />

kenampakan warna produk, aroma, rasa, dan tekstur produk.<br />

Penilaian yang dilakukan oleh sepuluh orang panelis<br />

menunjukkan bahwa produk sikuyu kambu A nilai rata-ratanya<br />

lebih tinggi (7,88) jika dibandingkan dengan nilai rata-rata produk<br />

sikuyu kambu B (6,88). Selisih penilaian sebesar satu yang juga<br />

berarti bahwa mutu sikuyu kambu A lebih tinggi satu tingkat<br />

dibandingkan mutu sikuyu kambu B.<br />

Adapun karakteristik produk sikuyu kambu A berdasarkan<br />

kenampakan warna produk sedang hingga cemerlang dengan<br />

nilai 7 – 9; aroma sedang hingga wangi khas kepiting dengan nilai<br />

7 – 9; rasa gurih dan lezat dengan nilai 8 – 9; dan tekstur padat,<br />

utuh dan cukup halus dengan nilai 7 – 8 (Lampiran 4).


37<br />

Tabel 4. Hasil Penilaian Uji Organoleptik Produk Sikuyu Kambu,<br />

2016<br />

PANELIS<br />

KODE <strong>PRODUK</strong><br />

A<br />

B<br />

1 8,00 6,50<br />

2 7,75 7,25<br />

3 8,00 6,25<br />

4 7,50 7,00<br />

5 8,00 6,50<br />

6 7,75 7,00<br />

7 7,50 7,00<br />

8 8,50 7,00<br />

9 7,50 7,50<br />

10 8,25 6,75<br />

JUMLAH 78,75 68,75<br />

RATA-RATA 7,88 6,88<br />

4. Uji Kesukaan Produk<br />

Uji kesukaan produk merupakan pengujian skala laboratorium<br />

yang dilakukan oleh 10 panelis terhadap produk nugget kepiting<br />

dan sikuyu kambu dengan parameter kesukaan yang diamati<br />

adalah penampilan, rasa, aroma dan tekstur. Hasil uji kesukaan<br />

terhadap berbagai varian produk menjadi pilihan produk yang akan<br />

diujicobakan pada tahap selanjutnya (Gambar 8).


38<br />

Gambar 8. Produk Nugget Kepiting (Pikeru) dan Sikuyu Kambu<br />

Terpilih.Hasil Uji Kesukaan, 2016<br />

a. Produk Nugget Kepiting<br />

Hasil pengujian terhadap seluruh produk nugget kepiting<br />

pada rata-rata penilaian (penampilan, aroma, rasa dan tekstur)<br />

setiap perbedaan perlakuan komposisi bahan baku dan bentuk<br />

produk disajikan pada Tabel 5 di bawah ini.<br />

Tabel 5. Uji Kesukaan Produk Nugget Kepiting, 2016<br />

KODE PENILAIAN RATA-<br />

<strong>PRODUK</strong> PENAMPILAN AROMA RASA TEKSTUR RATA<br />

A 6,40 6,60 6,80 6,40 6,55<br />

B 6,10 6,40 6,40 6,20 6,28<br />

C 7,90 7,20 7,50 6,90 7,38<br />

D 5,20 6,10 5,80 6,10 5,80<br />

E 8,60 8,30 8,70 8,00 8,40


39<br />

Berdasarkan uji kesukaan yang tersaji pada Tabel 5, terpilih<br />

produk nugget kepiting E yang paling disukai dengan rata-rata<br />

penilaian terhadap parameter kesukaan sebesar 8,40. Kategori<br />

kesukaan terhadap produk nugget kepiting E dikelompokkan dalam<br />

kategori suka (nilai 7 - 8), karena meskipun nilainya > 8 namun<br />

belum dapat dikategorikan sangat suka (nilai 9 – 10).<br />

Produk nugget kepiting E yang terpilih untuk diujicobakan<br />

pada tahap selanjutnya atau tahap uji coba terhadap calon<br />

pelanggan (responden), adalah produk dengan komposisi bahan<br />

baku menggunakan kepiting cangkang lunak yang dicampur<br />

sayuran. Bentuk produk bulat lonjong dengan capit rajungan.<br />

Adapun modifikasi dan penyempurnaan yang perlu dilakukan<br />

sesuai catatan dan pendapat dari para panelis yaitu rasa manis<br />

agar ditambahkan sedikit, konsistensi kepadatan dan kekenyalan<br />

produk.<br />

b. Produk Sikuyu Kambu<br />

Uji kesukaan terhadap produk sikuyu kambu pada setiap<br />

perbedaan perlakuan komposisi dan sistem pengolahan bahan<br />

baku dapat dilihat pada Tabel 6. Produk sikuyu kambu A terpilih<br />

sebagai produk yang paling disukai dengan rata-rata penilaian<br />

sebesar 7,88. Tingkat kesukaan terhadap produk sikuyu kambu A<br />

masuk kategori suka (nilai 7 – 8).<br />

Produk sikuyu kambu A terpilih untuk diujicobakan pada<br />

tahap selanjutnya. Produk ini adalah produk sikuyu kambu dengan


40<br />

komposisi bahan baku menggunakan kepiting cangkang lunak yang<br />

dicampur kentang yang digoreng. Modifikasi dan penyempurnaan<br />

yang perlu dilakukan sesuai catatan dan pendapat dari para panelis<br />

yaitu treatmen penguatan rasa kepiting yang lebih terasa, bumbu<br />

merica sedikit dikurangi, ukuran agar lebih standart dan jika<br />

memungkinkan dilengkapi saus vla.<br />

Tabel 6. Uji Kesukaan Produk Sikuyu Kambu, 2016<br />

KODE PENILAIAN RATA-<br />

<strong>PRODUK</strong> PENAMPILAN AROMA RASA TEKSTUR RATA<br />

A 7,50 7,90 8,30 7,80 7,88<br />

B 6,70 7,60 5,80 7,40 6,88<br />

5. Tanggapan Responden Tentang Produk<br />

a. Produk Nugget Kepiting<br />

Tanggapan responden terhadap produk nugget kepiting<br />

berdasarkan item penilaian, yakni: penampilan, aroma, rasa, dan<br />

tekstur, seperti terlihat pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 dapat<br />

diketahui bahwa tanggapan responden secara umum terhadap seluruh<br />

aspek yang dinilai sangat positif, yakni dominan penilaian kategori suka<br />

(81,7%) dengan nilai 7 – 8, bahkan 14,2% penilaian responden masuk<br />

kategori sangat suka dengan nilai 9 - 10, dan hanya 4,2% penilaian<br />

cukup suka dengan nilai 5 – 6. Hal ini mengindikasikan produk nugget<br />

kepiting berpeluang untuk dikembangkan secara komersil karena<br />

disukai oleh konsumen.


41<br />

Tabel 7. Penilaian Responden Terhadap Produk Nugget Kepiting, 2016<br />

No.<br />

Item<br />

Sangat<br />

Tidak<br />

Suka<br />

Tidak<br />

Suka<br />

Nilai<br />

Cukup<br />

Suka<br />

Suka<br />

Sangat<br />

Suka<br />

(1-2) (3-4) (5-6) (7-8) (9-10)<br />

1. PENAMPILAN 0 0 3 25 2<br />

2. AROMA 0 0 0 27 3<br />

3. RASA 0 0 0 24 6<br />

4. TEKSTUR 0 0 2 22 6<br />

Total 0 0 5 98 17<br />

% 0 0 4,2 81,7 14,2<br />

Alasan responden memberikan nilai suka, sangat suka dan<br />

cukup suka karena produk nugget kepiting memiliki penampilan<br />

cerah, bentuknya seragam dan capit yang digunakan memberi<br />

kesan cantik, menarik dan unik. Selain itu, responden menyukai rasa<br />

dan aroma produk khas kepiting, tekstur isi produk lembut untuk<br />

dimakan dan memiliki kekenyalan yang baik.<br />

b. Produk Sikuyu Kambu<br />

Penilaian responden terhadap produk sikuyu kambu<br />

berdasarkan parameter penampilan produk, aroma, rasa, dan<br />

tekstur, dapat dilihat pada Tabel 8.


42<br />

Tabel 8. Penilaian Responden Terhadap Produk Sikuyu Kambu, 2016<br />

No.<br />

Item<br />

Sangat<br />

Tidak Suka<br />

Tidak<br />

Suka<br />

Nilai<br />

Cukup<br />

Suka<br />

Suka<br />

Sangat<br />

Suka<br />

(1-2) (3-4) (5-6) (7-8) (9-10)<br />

1. PENAMPILAN 0 2 8 18 2<br />

2. AROMA 0 0 1 22 7<br />

3. RASA 0 0 2 22 6<br />

4. TEKSTUR 0 0 5 20 5<br />

Total<br />

0 2 16 82 20<br />

%<br />

0 1,7 13,3 68,3 16,7<br />

Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa tanggapan responden<br />

secara umum terhadap seluruh aspek yang dinilai dominan<br />

penilaian kategori suka (68,3%) dengan nilai 7 – 8, sementara<br />

16,7% penilaian responden masuk kategori sangat suka dengan<br />

nilai 9 - 10, sebesar 13,3% penilaian cukup suka dengan nilai 5 – 6,<br />

dan 1,7% penilaian tidak suka dengan nilai 3 - 4. Hasil penilaian ini<br />

mengindikasikan produk sikuyu kambu berpeluang untuk<br />

dikembangkan secara komersil karena sebagian besar konsumen<br />

(98,3%) menyukai produk tersebut dan hanya sebagian kecil<br />

konsumen (1,7%) yang tidak suka.<br />

Alasan responden memberikan nilai suka, sangat suka dan<br />

cukup suka karena produk sikuyu kambu memiliki penampilan


43<br />

menarik dan unik. Selain itu, responden menyukai rasa dan aroma<br />

produk khas kepiting, tekstur isi produk lembut untuk dimakan dan<br />

memiliki kekenyalan yang baik. Sedangkan alasan penilaian tidak<br />

suka karena menurut responden campuran bumbu masih kurang<br />

merata khususnya garam dan merica. Selain itu, responden<br />

menemukan bagian kentang yang masih menggumpal.<br />

B. Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Produk Olahan<br />

Kepiting Lunak<br />

Analisis kelayakan usaha pengembangan produk olahan<br />

kepiting lunak dilakukan pada dua jenis produk olahan yaitu produk<br />

nugget kepiting dan produk sikuyu kambu. Tahapan analisis adalah<br />

sebagai berikut:<br />

1. Pay Back Period (PBP)<br />

Pay Back Period (PBP) merupakan metode yang digunakan<br />

untuk menghitung lama periode yang diperlukan untuk<br />

mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas<br />

masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi<br />

tersebut. Apabila proceeds setiap tahun jumlahnya sama, maka<br />

Pay Back Period dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara<br />

membagi jumlah investasi (outlays) dengan proceeds tahunan.<br />

Rumus yang digunakan (Djamin, 1993) yaitu :


44<br />

Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan<br />

Pay Back Period adalah suatu investasi yang diusulkan<br />

dinyatakan layak jika Pay Back Period lebih pendek<br />

dibandingkan periode payback maximum. Sebaliknya, jika Pay<br />

Back Period (PBP) suatu investasi lebih panjang daripada<br />

periode Pay Back Maximum, maka investasi tersebut dinyatakan<br />

tidak layak. Apabila terdapat beberapa alternatif investasi maka<br />

untuk menentukan alternatif terbaik dilakukan pemilihan investasi<br />

yang mempunyai Pay Back Period yang paling pendek.<br />

Hasil analisis PBP untuk produk nugget kepiting (pikeru)<br />

menunjukkan nilai sebesar 0,7960 yang diinterpretasikan bahwa<br />

investasi pada usaha ini akan kembali pada jangka waktu 9 bulan<br />

17 hari. Sementara untuk produk sikuyu kambu sebesar 0,7676<br />

yang berarti bahwa investasi pada usaha ini akan kembali dalam<br />

jangka waktu 9 bulan 6 hari, relatif lebih singkat dibandingkan<br />

dengan produk pikeru.<br />

Nilai yang ditunjukkan dari hasil analisis PBP dapat<br />

menjadi pertimbangan bagi pelaku usaha jika ke depan usaha ini<br />

menjadi pilihan diversivikasi produk olahan kepiting cangkang<br />

lunak.


45<br />

2. Profit Rate<br />

Profit rate merupakan keuntungan absolut yang<br />

dinyatakan dengan persentase. Apabila dinyatakan dengan<br />

rumus, maka tingkat keuntungannya adalah sebagai berikut<br />

(Djamin, 1993):<br />

Dimana : Π = keuntungan absolut<br />

TR = Total Revenue (jumlah penerimaan)<br />

TC = Total Cost (jumlah pengeluaran)<br />

Hasil analisis Profit Rate (PR) menunjukkan bahwa produk<br />

pikeru memiliki keuntungan absoulut sebesar 0,33% sementara<br />

produk sikuyu kambu memiliki keuntungan absolut lebih kecil<br />

yaitu 0,16%. Hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa keuntungan<br />

absolut jika mengembangkan produk pikeru relatif lebih besar<br />

dibandingkan dengan produk sikuyu kambu dengan<br />

perbandingan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh lebih<br />

kecil dibandingkan dengan biaya yang telah dikeluarkan.


46<br />

3. Net Present Value (NPV)<br />

Net Present Value (NPV) adalah kriteria investasi yang<br />

banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible<br />

atau tidak. Rumus yang digunakan (Ibrahim, 2003) yaitu:<br />

Hasil analisis NPV yaitu :<br />

• Apabila nilai NPV lebih besar atau sama dengan 0 maka<br />

proyek layak untuk dilaksanakan<br />

• Apabila nilai NPV kurang dari 0 maka proyek tidak layak untuk<br />

dilaksanakan<br />

Hasil analisis NPV untuk produk pikeru dapat dilihat pada<br />

tabel berikut:


47<br />

Tabel 9. Hasil Analisis NPV Produk Pikeru, 2016<br />

Nilai NPV pada tabel diatas sebesar 22.074.970> 1<br />

menunjukkan bahwa usaha ini akan menguntungkan jika<br />

dikembangkan kedepan sebagai olahan dari kepiting cangkang<br />

lunak.<br />

Sementara hasil analisis NPV produk sikuyu kambu dapat<br />

dilihat pada Tabel 10. Nilai NPV pada tabel tersebut sebesar<br />

5.707.351 > 1 menunjukkan bahwa usaha ini akan menguntungkan<br />

jika dikembangkan kedepan sebagai olahan dari kepiting cangkang<br />

lunak walaupun tampak nilai yang dihasilkan lebih kecil<br />

dibandingkan dengan produk pikeru. Hal ini tentu dapat menjadi<br />

pertimbangan bagi pelaku usaha dalam upaya pengembangan<br />

produk kepiting cangkang lunak kedepan.


48<br />

Tabel 10. Hasil Analisis NPV Produk Sikuyu Kambu Olahan<br />

Kepiting Cangkang Lunak, 2016<br />

4. Internal Rate of Return (IRR)<br />

Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat discount<br />

rate yang menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol).<br />

Rumus yang digunakan (Ibrahim, 2003) adalah :<br />

Dimana : i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1<br />

i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2<br />

Hasil analisis IRR yaitu :


49<br />

• Apabila nilai IRR lebih besar atau sama dengan nilai social<br />

discount rate (suku bunga yang berlaku di masyarakat) maka<br />

proyek layak untuk dilaksanakan<br />

• Apabila nilai IRR kurang dari nilai social discount rate (suku<br />

bunga yang berlaku di masyarakat) maka proyek tidak layak<br />

untuk dilaksanakan<br />

Hasil analisis IRR untuk produk pikeru dapat dilihat pada tabel<br />

berikut:<br />

Tabel 11. Hasil Analisis IRR Produk Pikeru, 2016<br />

Merujuk pada tabel diatas hasil analisis IRR produk pikeru<br />

menunjukkan hasil sebesar 41,34% > 24% yang menunjukkan<br />

bahwa jika produk ini dikembangkan dengan menggunakan nilai<br />

DF 24% maka usaha ini layak dikembangkan kedepan.


50<br />

Sementara itu hasil analisis IRR pada produk sikuyu kambu<br />

dapat dihitung dengan merujuk pada Tabel 12. Berdasarkan tabel<br />

tersebut, hasil analisis IRR produk sikuyu kambu menunjukkan<br />

hasil sebesar 24,06% > 24% yang berarti bahwa jika produk ini<br />

dikembangkan dengan menggunakan nilai DF 24% maka usaha ini<br />

layak dikembangkan kedepan. Namun demikian nilai IRR produk<br />

sikuyu kambu tampak lebih rendah dibandingkan dengan nilai IRR<br />

produk pikeru yang dapat diinterpretasikan bahwa jika pelaku<br />

usaha ingin mengembangkan produk ini kedepan maka usaha ini<br />

tidak lebih layak dibandingkan dengan mengembangkan produk<br />

pikeru akan tetapi tidak berarti bahwa akan merugikan pihak<br />

pelaku usaha pada besaran DF yang sama.<br />

Tabel 12. Hasil Analisis IRR Produk Sikuyu Kambu, 2016


51<br />

5. B/C Ratio<br />

B/C Ratio adalah perbandingan antara net benefit yang telah<br />

didiscount positif (+) dengan net benefit yang telah didiscount negatif<br />

(-). Rumus yang digunakan (Ibrahim, 2003) adalah :<br />

Hasil analisis B/C ratio yaitu :<br />

• Apabila nilai B/C ratio lebih besar dari 1 maka proyek layak untuk<br />

dilaksanakan<br />

• Apabila nilai B/C ratio lebih kurang dari 1 maka proyek tidak layak<br />

untuk dilaksanakan<br />

Hasil analisis B/C ratio pada produk pikeru dapat dihitung<br />

dengan merujuk pada Tabel 13. Merujuk pada tabel tersebut, hasil<br />

analis B/C ratio dari produk pikeru diperoleh sebesar 4,97 > 1 yang<br />

berarti bahwa pengembangan produk pikeru ini layak untuk dilakukan<br />

oleh karena ratio lebih besar dari satu yang artinya bahwa benefit<br />

yang akan diperoleh masih lebih besar dibandingkan dengan biaya<br />

yang dikeluarkan.


52<br />

Tabel 13. Hasil Analisis B/C ratio Produk Pikeru, 2016<br />

Sementara itu hasil analisis B/C ratio dari produk sikuyu<br />

kambu dapat merujuk pada tabel berikut:<br />

Tabel 14. Hasil Analisis B/C ratio Produk Sikuyu Kambu, 2016<br />

Merujuk pada tabel diatas, hasil analis B/C ratio dari produk<br />

sikuyu kambu diperoleh sebesar 3,23 > 1 yang berarti bahwa<br />

pengembangan produk sikuyu kambu ini layak untuk dilakukan oleh<br />

karena ratio lebih besar dari satu yang artinya bahwa benefit yang


53<br />

akan diperoleh masih lebih besar dibandingkan dengan biaya yang<br />

dikeluarkan. Namun demikian, nilai B/C ratio produk pikeru masih<br />

tampak lebih besar dibandingkan dengan produk sikuyu kambu yang<br />

dapat menjadi rujukan bagi pelaku usaha, bahwa pengembangan<br />

produk pikeru relative lebih menguntungkan dibandingkan dengan<br />

pengembangan produk sikuyu kambu.<br />

6. Perhitungan Laba/Rugi<br />

Proyeksi laba/rugi dibentuk dalam jangka waktu tertentu untuk<br />

melihat prospek keuangan dari usaha yang direncanakan, dengan<br />

adanya proyeksi laba/rugi dapat diketahui posisi keuangan di masa<br />

yang akan datang. Rumus yang digunakan (Ibrahim, 2003) adalah :<br />

Laba/rugi = Seluruh pendapatan yang diperoleh – (seluruh<br />

pengeluaran + pinjaman dan bunga + pajak)<br />

Perhitungan laba/rugi dapat dilakukan dengan merujuk pada<br />

tabel berikut:


54<br />

Tabel 15. Hasil Perhitungan Laba/Rugi Produk Pikeru Olahan<br />

Kepiting Cangkang Lunak, 2016<br />

Merujuk pada tabel di atas hasil perhitungan laba/rugi produk<br />

pikeru menunjukkan nilai sebesar 1,85 yang berarti bahwa jumlah<br />

laba yang akan diterima dengan mengembangkan produk ini akan<br />

lebih besar dari kemungkinan kerugian yang bakal diperoleh.<br />

Sementara hasil perhitungan laba/rugi produk sikuyu kambu<br />

juga dilakukan dengan merujuk pada Tabel 16. Merujuk pada tabel<br />

tersebut, hasil perhitungan laba/rugi produk sikuyu kambu<br />

menunjukkan nilai sebesar 1,22 yang berarti bahwa jumlah laba yang<br />

akan diterima dengan mengembangkan produk ini akan lebih besar<br />

dari kemungkinan kerugian yang bakal diperoleh, namun demikian<br />

hasil yang diperoleh tidak akan lebih besar dari nilai perhitungan<br />

laba/rugi dari produk pikeru. Hasil perhitungan ini dapat menjadi<br />

pertimbangan bagi pelaku usaha yang akan mengembangkan produk


55<br />

olahan kepiting cangkang lunak baik olahan produk pikeru maupun<br />

olahan produk sikuyu kambu.<br />

Tabel 16. Hasil Perhitungan Laba/Rugi Produk Sikuyu Kambu, 2016


56<br />

BAB VI<br />

PENUTUP<br />

A. Kesimpulan<br />

a. Cita rasa produk nugget yang paling disukai konsumen memiliki<br />

komposisi bahan baku utama kepiting cangkang lunak dicampur<br />

sayuran dengan bentuk produk bulat lonjong dengan variasi<br />

capit rajungan. Sedangkan cita rasa produk sikuyu kambu yang<br />

paling disukai konsumen dengan komposisi murni<br />

menggunakan kepiting cangkang lunak dengan sistem<br />

pengolahan penggorengan.<br />

b. Penerapan proses pengolahan yang lebih modern (mesin<br />

pencampur otomatis, mesin vacuum dan freezer) lebih<br />

menjamin kebersihan, daya tahan dan keamanan produk untuk<br />

dikonsumsi.<br />

c. Analisis kelayakan usaha pengembangan produk olahan kepiting<br />

cangkang lunak yaitu produk nugget kepiting (pikeru) dan<br />

produk sikuyu kambu dapat disimpulkan bahwa pengembangan<br />

kedua produk ini layak untuk dilakukan, dengan nilai kelayakan<br />

produk pikeru lebih tinggi dibandingkan produk sikuyu kambu.<br />

B. Saran<br />

Berdasarkan hasil-hasil analisis yang telah dilakukan dalam<br />

penelitian ini, yang menunjukkan bahwa produk-produk hasil uji<br />

coba layak untuk dikembangkan, maka disarankan untuk


57<br />

melakukan hilirisasi produk sebagai langkah komersialisasi dan<br />

industrialisasi.<br />

C. Rekomendasi Kebijakan<br />

Dalam rangka hilirisasi produk, maka beberapa kebijakan yang<br />

diperlukan adalah:<br />

a. Perbaikan kemasan (sesuai selera pasar, praktis, menarik,<br />

menjamin produk tidak rusak meski berulang kali berpindah<br />

tangan atau dibawa untuk perjalanan yg cukup jauh, dll)<br />

b. Mesin produksi yang dapat meningkatkan efisiensi dan<br />

produktifitas usaha<br />

c. Promosi<br />

d. Diseminasi produk ke UKM – UKM terkait<br />

D. Implikasi Kebijakan<br />

a. Mendorong berkembangnya UKM<br />

b. Meningkatkan daya saing produk yang akan mendukung daya<br />

saing wilayah bahkan nasional<br />

c. Meningkatkan pendapatan dan pemerataan kesejahteraan<br />

masyarakat<br />

d. Meningkatkan integrasi usaha agribisnis perikanan dengan<br />

adanya “backward linkage” ke produsen-produsen kepiting dan<br />

“forward linkage” ke pemasar dan pengolah produk-produk<br />

kepiting cangkang lunak


58<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Djamin, Zulkarnaen. 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek. Edisi<br />

Ketiga. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas<br />

Indonesia. Jakarta.<br />

Fudjaja, Letty, Didi Rukmana, Radi A. Gany, Jamaluddin Jompa,<br />

Yushinta Fujaya. 2015. Continued Multiparty Collaboration Model<br />

in Crab Fisheries Management. International Journal of Scientific<br />

and Research Publications, Volume 5, Issue 10, October 2015.<br />

www.ijsrp.org .<br />

Fujaya, Yushinta, Akbar Marzuki Tahya, Dwi Dasa Darmawan,<br />

Muhammad Rusdi. 2011. Introduksi Teknologi Ekstrak Bayam<br />

untuk Meningkatkan Kualitas Kepiting Lunak (Soft Shell Crab)<br />

yang Diproduksi Secara Komersil di Kecamatan Lau Kabupaten<br />

Maros. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)<br />

Universitas Hasanuddin. Makassar.<br />

Fujaya, Yushinta, Akbar Marzuki Tahya, Dwi Dasa Darmawan,<br />

Muhammad Rusdi. 2012. Penguatan Usaha Berbasis Teknologi<br />

Ekstrak Bayam untuk Meningkatkan Kualitas Produk Kepiting<br />

Lunak (Soft Shell Crab) Kelompok Tani Di Kecamatan Lau<br />

Kabupaten Maros. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian dan<br />

Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin.<br />

Makassar.<br />

Fujaya, Yushinta, Aslamiyah, Letty Fudjaja, Nuralam. 2012. Budidaya<br />

dan Bisnis Kepiting Lunak: Stimulasi Molting dengan Ekstrak<br />

Bayam. Penerbit Brilian Internasional. Surabaya<br />

Fujaya, Yushinta, Indro Cahyo, Letty Fudjaja, Nuralam, Muhammad<br />

Rusdi. 2014. Pengembangan Induk Unggul Terdomestifikasi<br />

Serta Pengalihan Teknologi Produksi Kepada Pelaku Industri<br />

Guna Mengatasi Kelangkaan Bahan Baku Ekspor dan<br />

Pelestarian Sumberdaya Rajungan. Laporan Penelitian.<br />

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)<br />

Universitas Hasanuddin. Makassar.


59<br />

Haryono (2014). Memperkuat Daya Saing Produk Pertanian. IAARD<br />

Press, Badan Litbang Pertanian. Jakarta.<br />

Ibrahim, M. Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi,<br />

Penerbit PT. Rineka Cipata, Jakarta<br />

Latruffe,L. 2010. Competitiveness, Productivity and Efficiency in the<br />

Agricultural and Agri-Food Sectors. OECD Food. Agriculture and<br />

Fishery Papers, No 30, No.30. OECD Publishing.<br />

https://ideas.repec.org/p/oec/agraaa/30-en.html. Diakses: 24<br />

Maret 2016<br />

Petersen, Soren. 2013. Culture as a Competitive Advantage. The Blog,<br />

HuffPost Business. http://www.huffingtonpost.com/sorenpetersen/culture-as-a-competitive-_b_2654491.html.<br />

Diakses: 24<br />

Maret 2016<br />

Yusuf, Muhammad. 2007. Kajian Pemasaran dan Pengembangan<br />

Value Added Product dengan Pemanfaatan Rajungan Menjadi<br />

Produk Olahan. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas<br />

Diponegoro. Semarang.


60<br />

LAMPIRAN 1: DOKUMENTASI PENELITIAN<br />

Sikuyu Kambu Kemasan Berlabel<br />

Sikuyu Kambu Kemasan Polos


61<br />

Cangkang rajungan yang digunakan<br />

Cangkang dan daging kepiting yang telah dibersihkan


62<br />

Cangkang Kepiting Rajungan<br />

Capit Kepiting Rajungan


63<br />

Kepiting Cangkang Lunak<br />

Daging kepiting


64<br />

Daging kepiting beku<br />

Sikuyu kambu uji coba


65<br />

Nugget kepiting uji coba (belum diberi tepung panir)<br />

Nugget kepiting uji coba


66<br />

Uji coba pengemasan dan vacuum produk nugget kepiting<br />

Varian produk nugget kepiting dan sikuyu kambu uji coba


Diversifikasi produk – kreatifitas & usaha mandiri kelompok wanita tani<br />

(uji coba produk tidak menggunakan dana penelitian)<br />

67


68<br />

LAMPIRAN 2. UJI ORGANOLEPTIK <strong>PRODUK</strong> PIKERU<br />

<strong>PRODUK</strong> A<br />

PANELIS WARNA AROMA RASA TEKSTUR RATA2<br />

1 6 7 7 6 6,50<br />

2 6 8 8 6 7,00<br />

3 5 7 8 7 6,75<br />

4 6 5 5 7 5,75<br />

5 7 6 6 6 6,25<br />

6 6 6 7 8 6,75<br />

7 6 6 6 5 5,75<br />

8 8 7 7 7 7,25<br />

9 8 7 7 6 7,00<br />

10 6 7 7 6 6,50<br />

RATA2 6,4 6,6 6,8 6,4 6,55<br />

<strong>PRODUK</strong> B<br />

PANELIS WARNA AROMA RASA TEKSTUR RATA2<br />

1 6 6 6 6 6,00<br />

2 5 6 6 6 5,75<br />

3 6 6 6 7 6,25<br />

4 7 5 6 7 6,25<br />

5 5 7 6 5 5,75<br />

6 7 7 7 7 7,00<br />

7 5 6 7 5 5,75<br />

8 7 7 7 7 7,00<br />

9 7 7 7 6 6,75<br />

10 6 7 6 6 6,25<br />

RATA2 6,1 6,4 6,4 6,2 6,28


69<br />

<strong>PRODUK</strong> C<br />

PANELIS WARNA AROMA RASA TEKSTUR RATA2<br />

1 8 6 7 6 6,75<br />

2 8 7 7 6 7,00<br />

3 8 7 8 7 7,50<br />

4 8 7 8 7 7,50<br />

5 8 8 9 7 8,00<br />

6 8 8 7 7 7,50<br />

7 8 7 6 7 7,00<br />

8 7 7 7 7 7,00<br />

9 8 8 9 8 8,25<br />

10 8 7 7 7 7,25<br />

RATA2 7,9 7,2 7,5 6,9 7,38<br />

<strong>PRODUK</strong> D<br />

PANELIS WARNA AROMA RASA TEKSTUR RATA2<br />

1 5 6 6 7 6,00<br />

2 5 5 6 6 5,50<br />

3 5 6 6 6 5,75<br />

4 6 6 5 5 5,50<br />

5 5 6 5 5 5,25<br />

6 5 7 7 7 6,50<br />

7 5 6 5 6 5,50<br />

8 6 7 7 7 6,75<br />

9 5 6 6 6 5,75<br />

10 5 6 5 6 5,50<br />

RATA2 5,2 6,1 5,8 6,1 5,80


<strong>PRODUK</strong> E<br />

PANELIS WARNA AROMA RASA TEKSTUR RATA2<br />

1 8 8 9 8 8,25<br />

2 9 8 9 8 8,50<br />

3 8 8 8 7 7,75<br />

4 9 7 8 8 8,00<br />

5 9 9 10 8 9,00<br />

6 9 8 8 9 8,50<br />

7 9 9 9 8 8,75<br />

8 9 8 9 8 8,50<br />

9 8 9 8 8 8,25<br />

10 8 9 9 8 8,50<br />

RATA2 8,6 8,3 8,7 8 8,40<br />

70


71<br />

LAMPIRAN 3. UJI ORGANOLEPTIK <strong>PRODUK</strong> SIKUYU KAMBU<br />

<strong>PRODUK</strong> A<br />

PANELIS WARNA AROMA RASA TEKSTUR RATA2<br />

1 9 7 8 8 8,00<br />

2 7 8 8 8 7,75<br />

3 7 8 9 8 8,00<br />

4 7 7 8 8 7,50<br />

5 7 8 9 8 8,00<br />

6 7 8 8 8 7,75<br />

7 7 8 8 7 7,50<br />

8 8 9 9 8 8,50<br />

9 7 8 8 7 7,50<br />

10 9 8 8 8 8,25<br />

RATA2 7,5 7,9 8,3 7,8 7,88<br />

<strong>PRODUK</strong> B<br />

PANELIS WARNA AROMA RASA TEKSTUR RATA2<br />

1 6 8 6 6 6,50<br />

2 8 7 6 8 7,25<br />

3 6 7 5 7 6,25<br />

4 7 8 6 7 7,00<br />

5 6 7 5 8 6,50<br />

6 7 8 6 7 7,00<br />

7 7 8 6 7 7,00<br />

8 7 7 6 8 7,00<br />

9 7 8 7 8 7,50<br />

10 6 8 5 8 6,75<br />

RATA2 6,7 7,6 5,8 7,4 6,88


72<br />

LAMPIRAN 4. ANALISIS BIAYA MANFAAT <strong>PENGEMBANGAN</strong><br />

<strong>PRODUK</strong><br />

a. Analisis Biaya Manfaat Produk Nugget Kepiting (Pikeru) per Bulan<br />

No. Uraian Biaya-Manfaat Ekonomi Kegiatan Nilai (Rp)<br />

I<br />

Uraian Biaya<br />

1. Peralatan<br />

a. Kukusan 5.417<br />

b. Kompor gas 2.917<br />

c. Tabung gas elpiji 3 kg 1.667<br />

d. Timbangan 100 gr 7.917<br />

e. Timbangan 3 kg 3.333<br />

f. Baskom 1.250<br />

g. Talenan 833<br />

h. Wadah Kotak Plastik 8.333<br />

i. Pisau 417<br />

j. Cetakan 2.120<br />

i. Tirisan 417<br />

j. Blender 8.750<br />

j. Vacuum sealer 125.000<br />

k. Freezer 83.333<br />

Biaya Penyusutan Peralatan 251.704<br />

2. Investasi<br />

a. Perijinan 350.000<br />

b. Tanah dan bangunan 25.000.000<br />

c. Peralatan kantor 650.000<br />

Biaya penyusutan investasi 26.000.000<br />

3. Biaya Operasional Produksi<br />

a. Tepung 3.390.000<br />

b. Kepiting 9.000.000<br />

c. Sayuran 270.000<br />

d. Telur 663.300


73<br />

e. Bumbu 900.000<br />

f. Kemasan 1.500.000<br />

g. Air & Listrik 450.000<br />

h. Gas 337.500<br />

i. TK 10.350.000<br />

Biaya operasional produksi 26.860.800<br />

II Penjualan Kotor 40.500.000<br />

III Laba Kotor 13.266.663<br />

b. Analisis Biaya Manfaat Produk Sikuyu Kambu per Bulan<br />

No. Uraian Biaya-Manfaat Ekonomi Kegiatan Nilai (Rp)<br />

I<br />

Uraian Biaya<br />

1. Peralatan<br />

a. Penggorengan 2.083<br />

b. Kompor 2.917<br />

c. Tabung gas elpiji 3 kg 1.667<br />

d. Timbangan 100gr 7.917<br />

e. Timbangan 3 kg 3.333<br />

f. Baskom 1.250<br />

g. Talenan 833<br />

h. Wadah kotak plastic 8.333<br />

i. Pisau 417<br />

j. Blender 8.750<br />

k. Gilingan 2.917<br />

l. Tirisan 417


74<br />

m. Vacuum sealer 125.000<br />

n. Freezer 83.333<br />

Biaya Penyusutan Peralatan 249.167<br />

2. Investasi<br />

a. Perijinan 350.000<br />

b. Tanah dan bangunan 25.000.000<br />

c. Peralatan kantor 650.000<br />

Biaya penyusutan investasi 26.000.000<br />

3. Biaya Operasional Produksi<br />

a. Kentang 6.000.000<br />

b. Kepiting 9.000.000<br />

c. Telur 495.000<br />

d. Bumbu 3.300.000<br />

e. Minyak Goreng 750.000<br />

f. Gas 337.500<br />

g. Air & listrik 450.000<br />

h. TK 10.350.000<br />

i. Kemasan 2.100.000<br />

Biaya operasional produksi 32.782.500<br />

II Penjualan Kotor 42.000.000<br />

III Laba Kotor 8.847.500

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!