Buku Survey Penyusunan Tabel 2011 Balitbangda prov Sulsel
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SURVEY PENYUSUNAN TABEL INPUT OUTPUT<br />
ANTAR SEKTOR DI SULAWESI SELATAN<br />
(ANALISIS DAMPAK KEBUTUHAN TENAGA KERJA DAN<br />
PENDAPATAN MASYARAKAT)<br />
Diterbitkan Oleh:<br />
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH<br />
PROVINSI SULAWESI SELATAN<br />
Makassar<br />
<strong>2011</strong><br />
i
SURVEY PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT ANTAR<br />
SEKTOR SULAWESI SELATAN<br />
(ANALISIS DAMPAK KEBUTUHAN TENAGA KERJA DAN<br />
PENDAPATAN MASYARAKAT)<br />
Penelitian/Kajian ini dilaksanakan pada tahun <strong>2011</strong> yang menampilkan data dan<br />
informasi serta menganalisis kondisi perekonomian<br />
di Sulawesi Selatan.<br />
Tim Peneliti/pengkajian:<br />
Ketua: * Awaluddin Kurusi, SE.<br />
Anggota: * Dr. Ir. Aylee Ch. Alamsyah, S., M.Si. * Prayitno, S.ST.,<br />
*Ir. Arifin,. * Arham, S.Si,. * Fauziah, S.Si,. * Lukitoningtyas, S.ST., M.Si.<br />
Konsultan Penelitian: Dr. Tadjuddin Parenta, MA.<br />
Editor/penyelaras akhir: * Ir. H. Muh. Haruna Saleh, MM.<br />
Desain Sampul: M. Ichsan Hars<br />
Diterbitkan atas dukungan dan kerjasama:<br />
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan<br />
Cetakan Pertama, Januari 2012<br />
Hak Cipta@<strong>2011</strong><br />
Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah<br />
Provinsi Sulawesi Selatan<br />
Hak Cipta dilindungi undang-undang<br />
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini<br />
tanpa izin tertulis dari penerbit<br />
ISBN: 978-602-8400-50-3<br />
ii
KATA PENGANTAR<br />
<strong>Survey</strong> <strong>Penyusunan</strong> <strong>Tabel</strong> Input-Output Antar Sektor di Sulawesi Selatan<br />
Tahun <strong>2011</strong> (Analisis Dampak Kebutuhan Tenaga Kerja dan Pendapatan<br />
Masyarakat) yaitu merupakan penyusunan <strong>Tabel</strong> Input-Output yang didalamnya<br />
memperlihatkan rangkaian matrik tabel input – output dan analisis deskriptif<br />
dengan sistem atau bentuk penyajian data secara komprehensip yang mampu<br />
memperlihatkan hubungan dan keterkaitan antar sektor ekonomi yang<br />
menunjang percepatan pembangunan ekonomi di Provinsi Sulawesi Selatan.<br />
Dalam analisis ini diidentifikasi sektor ekonomi yang potensial dalam<br />
memacu pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat dan menyerap tenaga<br />
kerja, yang disajikan bersama simulasi kebijakan menaikkan permintaan akhir<br />
sehingga dapat di jadikan dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan<br />
sesuai tujuan yang ingin dicapai.<br />
Melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (<strong>Balitbangda</strong>)<br />
Provinsi Sulawesi Selatan bekerjasama dengan banyak pihak seperti Badan<br />
Pusat Statistik sebagai penyaji/penyedia data dan informasi, juga terutama<br />
dengan Lambaga Penelitian Universitas “45” sebagai wadah lembaga sehingga<br />
kegiatan ini terlaksana dengan baik. Untuk itu tak lupa kami ucapkan terima<br />
kasih kepada semua pihak atas terwujudnya laporan hasil penelitian ini.<br />
Isi laporan yang relatif luas, telah menyajikan data dan informasi sesuai<br />
kebutuhan dan tujuan pelaksanaan penelitian ini, namun tetap diharapkan<br />
adanya saran dan kritik dari semua pihak yang merupakan bahan penting agar<br />
kegiatan penelitian selanjutnya dapat diperoleh hasil yang lebih baik.<br />
Semoga dengan hasil penyajian laporan ini, merupakan bahan bagi Bapak<br />
Gubernur Sulawesi Selatan untuk menentukan kebijakan yang tepat dan<br />
mendapat respon positif yang bermanfaat bagi masyarakat Provinsi Sulawesi<br />
Selatan.<br />
Makassar, Nopember <strong>2011</strong><br />
Kepala Badan,<br />
Ir. H. MUHAMMAD IDRUS HAFID<br />
Pangkat Pembina Utama Muda<br />
NIP 19540917 198203 1 005<br />
iii
ABSTRAK<br />
Penelitian ini menggunakan data tabel input output Sulawesi Selatan<br />
tahun 2009 dan data primer dan data sekunder. Adapun jenis data yang<br />
dikumpulkan berupa data produksi, harga, ekspor dan tenaga kerja dari setiap<br />
sektor ekonomi. Dalam Analisis Dampak Kebutuhan Tenaga Kerja dan<br />
Pendapatan masyarakat ini dapat dilakukan identifikasi sektor-sektor<br />
yang<br />
potensial dalam memacu pertumbuhan ekonomi , sektor yang potensial dalam<br />
meningkatkan pendapatan masyarakat dan sektor yang potensial menyerap<br />
tenaga kerja. Sebagai analisis pendukung didasarkan pada analisis angka<br />
pengganda output, pengganda pendapatan dan pengganda tenaga kerja serta<br />
analisis keterkaitan dalam mengidentifikasi sektor unggulan. Selanjutnya di<br />
lakukan simulasi kebijakan meningkatkan permintaan akhir untuk mengetahui<br />
dampak kebutuhan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.<br />
Hasil dari penelitian ini menunjukkan: (1) Sektor-sektor pemacu<br />
pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan tahun 2009 adalah sektor Bangunan,<br />
sektor Industri Pengolahan dan sektor Angkutan dan Komunikasi (2)Sektor<br />
Industri Pengolahan, sektor Bangunan dan sektor Angkutan dan Komunikasi<br />
merupakan sektor-sektor yang potensial dalam memacu pendapatan<br />
masyarakat di Sulawesi Selatan (3)Sektor-sektor yang potensial dalam<br />
menciptakan kesempatan kerja di Sulawesi Selatan adalah sektor Industri<br />
Pengolahan, sektor Bangunan dan sektor Pertambangan dan penggalian<br />
(4)Sektor dengan Indeks daya penyebaran (IDP) yang tinggi yaitu sektor<br />
Bangunan, sektor Industri Pengolahan dan sektor Angkutan dan Komunikasi<br />
dan sektor yang mempunyai Indeks Derajat Kepekaan (IDK) tinggi yaitu sektor<br />
Industri Pengolahan, sektor Pertanian, sektor perdagangan dan sektor<br />
Angkutan dan Komunikasi. Sehingga sektor unggulan adalah sektor Industri<br />
Pengolahan dan sektor Angkutan dan Komunikasi. (5) Berdasarkan hasil kajian<br />
sektor Industri Pengolahan merupakan sektor potensi dalam memacu<br />
pertumbuhan ekonomi, potensi dalam menciptakan pendapatan masyarakat,<br />
potensi dalam menciptakan kesempatan kerja dan dapat dikatakan sebagai<br />
sektor unggulan karena dapat mendorong sektor-sektor hulu dan hilir untuk<br />
meningkatkan output.<br />
Kata Kunci: Keterkaitan antar sektor ekonomi, Dampak permintaan akhir, sektor<br />
potensi.<br />
iv
ABSTRACT<br />
This study uses data input-output table of South Sulawesi in 2009<br />
primary data and secondary data. The type of data collected in the form of<br />
production data, prices, exports and employment of each sector of the<br />
economy. The Impact Analysis of Labor and Revenue Requirement can be used<br />
to identify potential sectors that accelerate economic growth, increase income<br />
and absorb labor. To support the analysis using analysis of the output<br />
multiplier, income and employment multiplier. Meanwhile, to identify the key<br />
sectors using linkage analysis. Furthermore, to determine the impact of labor<br />
requirements and income im<strong>prov</strong>ement using policy simulation of increasing<br />
final demand.<br />
The results of this study indicate: (1) potential sectors of economic<br />
growth in South Sulawesi in 2009 are the building sector, Manufacturing sector<br />
and the sector of Transport and Communications (2) Manufacturing Sector, the<br />
sector Building and Transport and Communication sectors are sectors potential<br />
in spurring income in South Sulawesi (3) the sectors have potential to create<br />
employment opportunities in South Sulawesi are the manufacturing sector,<br />
building sector and mining and quarrying sector (4) the power distribution<br />
sector with Index (IDP) is high for the building sector, the manufacturing sector<br />
and Transport and Communications sectors, meanwhile sectors with high that<br />
have a degree Sensitivity Index (IDK) are manufacturing sector, Agricultural<br />
sector, trade sector and the sector of Transport and Communications. So the<br />
dominant sector are the manufacturing sector and sector of Transport and<br />
Communications . (5) Based on the results of the Manufacturing sector is the<br />
potensial sector increasing economic growth, creating public revenues,<br />
<strong>prov</strong>iding job opportunities. Also superior sector to encourage upstream and<br />
downstream sector in order to increase input.<br />
Keyword: Linkage between economic sectors, final demand impact, potential<br />
sectors.<br />
v
DAFTAR ISI<br />
Halaman<br />
HALAMAN JUDUL………………………………………………………................. i<br />
SUSUNAN TIM PENELITI ............................................................<br />
KATA PENGANTAR ………............................................................<br />
ABSTRAK …………..……….............................................................<br />
DAFTAR ISI……………………………………………………………….................<br />
DAFTAR TABEL.…………………………………………………………................<br />
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………............ 1<br />
A. Latar Belakang ………………………………………………............. 1<br />
B. Perumusan Masalah…………………………………………............ 2<br />
C. Tujuan……………………………………………………………............ 2<br />
D. Analisis Dampak <strong>Tabel</strong> Input-Output………………………....... 3<br />
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………........... 4<br />
A. Landasan Teori…………………………………………………........... 4<br />
B. Kerangka Pemikiran……………………………………………......... 7<br />
C. Definisi Opersional ..……………………………………………........ 10<br />
BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………………......... 17<br />
A. Populasi dan Sampel……………………………………………........ 17<br />
B. Indikator / Parameter……………………………………….…........ 17<br />
C. Pendekatan …………………………………………………………....... 18<br />
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..…………………...... 33<br />
A. Analisis Pengganda…………………………………………….......... 33<br />
B. Analisis Keterkaitan ……………………………………………......... 37<br />
C. Analisis Dampak …………………………………………….….......... 40<br />
D. Simulasi Kebijakan Meniningkatkan Permintaan Akhir....... . 44<br />
BAB V. KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN……….... 50<br />
A. Kesimpulan.................................................................... 50<br />
B. Saran ......................................................................... 50<br />
C. Rekomendasi Kebijakan ................................................. 51<br />
D. Implikasi Kebijakan……………………………………….……………… 52<br />
LAMPIRAN ................................................................................. . 53<br />
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 159<br />
ii<br />
iii<br />
iv<br />
vi<br />
viii<br />
vi
DAFTAR TABEL<br />
Halaman<br />
<strong>Tabel</strong> 1. Angka Pengganda Output Menurut 9 (Sembilan) Sektor<br />
Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan …………………………….<br />
<strong>Tabel</strong> 2. Angka Pengganda Pendapatan Menurut 9 (Sembilan)<br />
Sektor Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan…………………..<br />
<strong>Tabel</strong> 3. Angka Pengganda Tenaga Kerja Menurut 9 (Sembilan)<br />
Sektor Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan…………………..<br />
<strong>Tabel</strong> 4. Daya Penyebarandan Indeks Daya Penyebaran, Kepekaan<br />
dan Indeks daya Kepekaan Menurut 9 (Sembilan) Sektor<br />
Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan…………………..<br />
<strong>Tabel</strong> 5. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Pembentukan Output<br />
Menurut 9 (Sembilan) Sektor (Juta Rupiah)…………………….<br />
<strong>Tabel</strong> 6. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Pembentukan<br />
Pendapatan Masyarakat Menurut 9 (Sembilan) Sektor<br />
(Juta Rupiah)……………………………………………………………….<br />
<strong>Tabel</strong> 7. Output dan Penyerapan Tenaga Kerja Menurut 9<br />
(Sembilan) Sektor Ekonomi Provinsi Sulawesi Selatan……..<br />
<strong>Tabel</strong> 8. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Penyerapan Tenaga<br />
Kerja Menurut Komponen Permintaan Akhir (orang)<br />
………………….……………………………………………………………….<br />
<strong>Tabel</strong> 9. Simulasi Dampak Kenaikan Permintaan Akhir (Investasi)<br />
sebesar 5% terhadap Output, Tenaga Kerja dan<br />
Pendapatan Masyarakat…..…………………………………………..<br />
<strong>Tabel</strong> 10. Simulasi Kebijakan Meningkatkan Komponen Permintaan<br />
Akhir Ekspor dalam dan Luar Negeri ………………………….<br />
<strong>Tabel</strong> 11. Nilai Investasi Yang dibutuhkan Menurut Besarnya<br />
persentase Peningkatan PMTB (Juta Rp.) ………<br />
<strong>Tabel</strong> 12. Nilai Investasi Yang dibutuhkan Menurut Besarnya<br />
persentase Peningkatan PMTB (Juta Rp.) ………<br />
<strong>Tabel</strong> 13. <strong>Tabel</strong> 10. Klasifikasi <strong>Tabel</strong> I-O Provinsi Sulawesi Selatan<br />
Tahun 2009 ………………………………………………………………..<br />
<strong>Tabel</strong> 14. <strong>Tabel</strong> Input-output Provinsi Sulawesi Selatan Transaksi<br />
Domestik Atas dasar Harga Produsen …………………………….<br />
<strong>Tabel</strong> 15. <strong>Tabel</strong> Input-output Provinsi Sulawesi Selatan Transaksi<br />
Domestik Atas dasar Harga Produsen menurut 42 Sektor<br />
34<br />
36<br />
37<br />
37<br />
40<br />
42<br />
43<br />
44<br />
45<br />
47<br />
48<br />
49<br />
53<br />
60<br />
98<br />
vii
<strong>Tabel</strong> 16. Matriks Koefisien Input Provinsi Sulawesi Selatan Transaksi<br />
Domestik Atas dasar Harga Produsen……………………………..<br />
<strong>Tabel</strong> 17. Matriks Invers (Matriks Pengganda) Provinsi Sulawesi<br />
Selatan Tahun 2009 Transaksi Domestik Atas dasar Harga<br />
Produsen.......................................................................<br />
<strong>Tabel</strong> 18. Angka Pengganda Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009<br />
Transaksi Domestik Atas dasar Harga Produsen (Juta<br />
Rupiah) .......................................................................<br />
<strong>Tabel</strong> 19. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Perubahan Output<br />
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 Transaksi Domestik<br />
Atas dasar Harga Produsen (Juta Rupiah)........................<br />
<strong>Tabel</strong> 20. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Perubahan<br />
Pendapatan Provinsi Sulawesi Selatan Transaksi Domestik<br />
Atas dasar Harga Produsen (Juta Rupiah)........................<br />
<strong>Tabel</strong> 21. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Tenaga Kerja<br />
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 (Orang)................<br />
<strong>Tabel</strong> 22. Matriks Koefisien Input Sulawesi Selatan Tahun 2009<br />
Atas dasar Harga Produsen 112 sektor...........................<br />
<strong>Tabel</strong> 23. Matriks Invers (Matriks Pengganda) Sulawesi Selatan<br />
Tahun 2009 Atas dasar Harga Produsen 112<br />
sektor.........................................................................<br />
<strong>Tabel</strong> 24 Simulasi Dampak PMTB (Investasi) terhadap Output,<br />
Tenaga Kerja dan Pendapatan Masyarakat Berdasarkan<br />
besarnya Kenaikan ….…………………………………………..<br />
<strong>Tabel</strong> 25 Simulasi Dampak Kenaikan Ekspor Dalam dan Luar Negeri<br />
terhadap Output, Tenaga Kerja dan Pendapatan<br />
Masyarakat Berdasarkan besarnya Kenaikan ….………………<br />
102<br />
105<br />
108<br />
109<br />
110<br />
111<br />
112<br />
136<br />
157<br />
158<br />
viii
BAB I. PENDAHULUAN<br />
A. Latar Belakang<br />
Konsep pembangunan ekonomi secara terpadu ternyata telah<br />
berkembang menjadi kebutuhan yang mutlak dan tak dapat ditawar lagi.<br />
Seiring dengan hal tersebut maka kebutuhan terhadap informasi dan alat<br />
analisis yang dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi<br />
menjadi semakin penting. Dalam ilmu perencanaan pembangunan, salah satu<br />
model perencanaan pembangunan yang bersifat multi sektor adalah analisis<br />
input-output yaitu perencanaan pembangunan yang menghubungkan agregat<br />
ekonomi makro dalam bentuk tabel input-output (I-O).<br />
Keperluan untuk menggunakan tabel Input-output (IO) regional dalam<br />
perencanaan pembangunan daerah semakin terasa penting jika dikaitkan<br />
dengan pelaksanaan otonomi daerah saat ini. Salah satu ciri otonomi daerah,<br />
sebagai mana yang tersirat dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 adalah daerah<br />
otonom memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumbersumber<br />
keuangan, mengelola dan menggunakannya sendiri untuk pembiayaan<br />
pembangunan daerah. Permasalahan muncul ketika pemerintah daerah<br />
otonom mulai merencanakan anggaran pembangunan sektoral yaitu adanya<br />
ketidaksesuaian penempatan anggaran pembangunan dengan potensi sektor<br />
yang ada terutama jika dikaitkan dengan efek sebar yang diberikan oleh suatu<br />
sektor pembangunan. Artinya dampak pembangunan suatu sektor ekonomi<br />
bukan hanya dilihat sebatas kemampuannya menciptakan PDRB (Produk<br />
Domestik Regional Bruto) namun yang lebih penting lagi bagaimana sektor<br />
tersebut mampu menggerakkan seluruh roda perekonomian atau mampu<br />
memberikan efek lanjut kepada aktivitas sektor lain, selain itu mampu<br />
menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan masyarakat.<br />
Dalam kaitan perencanaan dan analisis ekonomi tingkat regional, <strong>Tabel</strong><br />
I-O regional (<strong>prov</strong>insi) mulai dirasakan kebutuhannya oleh berbagai kalangan<br />
perencana, kalangan ekonomi dan pengguna lainnya. Berbagai lembaga<br />
penelitian mulai peduli terhadap <strong>Tabel</strong> I-O dan manfaatnya dalam penelitian<br />
dan studi tentang ekonomi regional. Kalangan perencana juga sudah banyak<br />
1
menyadari bahwa perencanaan pembangunan yang menyeluruh sudah<br />
saatnya untuk memberdayakan <strong>Tabel</strong> I-O, agar perencanaan yang dibuat<br />
lebih terintegrasi dan tepat sasaran.<br />
Dengan berbagai pertimbangan di atas maka, Lembaga Penelitian dan<br />
Pengabdian masyarakat Universitas 45 Makassar Sulawesi Selatan<br />
bekerjasama dengan BALITBANGDA Provinsi Sulawesi Selatan melanjutkan<br />
kajian yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya dengan melakukan<br />
<strong>Survey</strong> <strong>Penyusunan</strong> <strong>Tabel</strong> Input Output Antar Sektor di Sulawesi Selatan<br />
Tahun 2010 (Analisis Dampak Kebutuhan Tenaga Kerja dan Pendapatan<br />
Masyarakat).<br />
B. Perumusan Masalah<br />
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang maka<br />
dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan sebagai berikut;<br />
1. Sektor-sektor apa yang potensial dalam memacu pertumbuhan ekonomi,<br />
pembentukan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja.<br />
2. Bagaimana dampak hubungan antara permintaan akhir dengan output,<br />
pendapatan masyarakat dan kebutuhan tenaga kerja ,dll.<br />
3. Bagaimana hubungan atau keterkaitan antar sektor ekonomi dalam<br />
perekonomian di Sulawesi Selatan.<br />
C. Tujuan<br />
1. Memperoleh gambaran sektor-sektor apa yang potensial dalam memacu<br />
pertumbuhan ekonomi, pembentukan pendapatan masyarakat dan<br />
penyerapan tenaga kerja.<br />
2. Memperoleh dampak hubungan antara permintaan akhir dengan output,<br />
pendapatan dan tenaga kerja.<br />
3. Memperoleh derajat penyebaran dan derajat kepekaan dalam<br />
keterkaitan antar sektor ekonomi di Sulawesi Selatan.<br />
2
D. Analisis Dampak <strong>Tabel</strong> Input Output<br />
Dalam perkembangannya <strong>Tabel</strong> Input-Output akhir-akhir ini telah<br />
digunakan oleh berbagai kalangan baik di bidang ilmu ekonomi pembangunan<br />
maupun ekonomi perencanaan sebagai alat analisis untuk merumuskan<br />
perencanaan, monitoring dan evaluasi hasil-hasil pembangunan serta<br />
merumuskan kebijakan baik jangka pendek maupun jangka panjang.<br />
Manfaat Analisis Dampak <strong>Tabel</strong> I-O :<br />
a. Memberi petunjuk mengenai sektor-sektor yang mempunyai pengaruh<br />
yang kuat atau peka terhadap pertumbuhan ekonomi.<br />
b. Memperkirakan serta memproyeksi dampak permintaan akhir (a.l.<br />
Investasi) dan perubahannya terhadap berbagai output, pendapatan<br />
dan kebutuhan tenaga kerja .<br />
c. Sebagai kerangka model untuk studi-studi kuantitatif seperti analisis<br />
dampak dan keterkaitan antar sektor, proyeksi ekonomi dan<br />
ketenagakerjaan, serta studi-studi yang bersifat khusus lainnya.<br />
Analisis dampak yang dapat dilakukan untuk tingkat regional<br />
diantaranya adalah analisa perubahan APBD terhadap variabel<br />
ekonomi antara lain penciptaan kesempatan kerja dan dampak<br />
penciptaan pajak tidak langsung.<br />
d. Menilai tingkat keserasian data statistik serta kelemahankelemahannya<br />
sehingga dapat digunakan sebagai dasar perbaikan,<br />
penyempurnaan dan pengembangan ke depan.<br />
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA<br />
A. Landasan Teori<br />
Sebagai landasan teori di sini dikemukakan tentang pengertian umum,<br />
asumsi dan keterbatasan serta kerangka umum tabel I-O yang dapat<br />
digunakan sebagai model dalam perencanaan pembangunan.<br />
1. Pengertian Umum<br />
<strong>Tabel</strong> input-output (<strong>Tabel</strong> I-O) pada dasarnya merupakan suatu uraian<br />
statistik dalam bentuk matrik yang menyajikan informasi tentang transaksi<br />
barang dan jasa serta saling keterkaitan antara sektor yang satu dengan<br />
sektor lainnya, dalam suatu kegiatan perekonomian di suatu negara/daerah<br />
pada suatu periode waktu tertentu. Secara garis horisontal atau baris, isianisian<br />
tabel memperlihatkan bagaimana output suatu sektor dialokasikan ke<br />
sektor lainnya untuk memenuhi permintaan antara (intermediate demand)<br />
dan sebagian lagi dipakai untuk memenuhi permintaan akhir (final demand).<br />
Isian menurut garis vertikal atau kolom, menunjukkan struktur pemakaian<br />
input antara dan input primer yang disediakan oleh sektor-sektor lain untuk<br />
pelaksanaan kegiatan produksi.<br />
Dengan menggunakan <strong>Tabel</strong> I-O dapat dilihat bagaimana output dari<br />
suatu sektor ekonomi didistribusikan ke sektor-sektor tertentu dan sebaliknya<br />
bagaimana pula suatu sektor memperoleh input yang diperlukan dari sektorsektor<br />
lainnya. Sebagai suatu model kuantitatif, <strong>Tabel</strong> I-O akan memberikan<br />
gambaran menyeluruh mengenai :<br />
a. Struktur perekonomian nasional/regional yang mencakup struktur output<br />
dan nilai tambah masing-masing sektor.<br />
b. Struktur input antara, yaitu transaksi penggunaan berbagai barang dan<br />
jasa oleh sektor-sektor produksi.<br />
c. Struktur penyedia barang dan jasa, baik berupa produk domestik<br />
(Produksi Sulawesi Selatan) maupun barang-barang yang berasal dari<br />
impor atau berasal dari propinsi lain (luar Sulawesi Selatan).<br />
4
d. Struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh<br />
berbagai sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi,<br />
investasi dan ekspor.<br />
2. Asumsi dan Keterbatasan<br />
<strong>Penyusunan</strong> <strong>Tabel</strong> I-O memerlukan asumsi-asumsi pokok untuk<br />
memudahkan dalam memahami, menyusun dan menggunakan <strong>Tabel</strong> I-O.<br />
Penggunaan <strong>Tabel</strong> I-O dalam analisis, tergantung pada asumsi dasar berikut<br />
ini:<br />
a. Asumsi keseragaman/homogenitas yang mensyaratkan bahwa tiap sektor<br />
memproduksi suatu output tunggal dengan struktur input tunggal bahwa<br />
tidak ada barang serupa atau subtitusi yang dihasilkan oleh sektor lain.<br />
b. Asumsi kesebandingan/proporsionalitas yang mensyaratkan bahwa dalam<br />
proses produksi, hubungan antara input dengan output merupakan fungsi<br />
lurus (linier), yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik<br />
atau turun sebanding dengan kenaikan atau penurunan output sektor<br />
tersebut.<br />
c. Asumsi penjumlahan/aditivitas, yaitu suatu asumsi yang menyebutkan<br />
bahwa efek total pelaksanaan produksi di berbagai sektor dihasilkan dari<br />
masing-masing sektor secara terpisah , dan merupakan penjumlahan dari<br />
efek masing-masing kegiatan. Ini berarti bahwa di luar sistem inputoutput<br />
semua pengaruh dari luar diabaikan.<br />
3. Kerangka Umum <strong>Tabel</strong> Input Output<br />
Pada dasarnya <strong>Tabel</strong> I-O terdiri atas empat kuadran, dengan tiap<br />
kuadran dinyatakan dalam bentuk matriks yang berbeda-beda dimensinya.<br />
Kuadran keempat yang memperlihatkan distribusi input primer ke sektor<br />
permintan akhir dianggap bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam<br />
penyusunan <strong>Tabel</strong> I-O terkadang diabaikan. Demikian pula dengan <strong>Tabel</strong> I-O<br />
Sulawesi Selatan Tahun 2009 mengabaikan kuadran empat ini dan hanya<br />
menyajikan <strong>Tabel</strong> I-O dengan tiga kuadran (Mangiri Komet, 2000).<br />
5
Kuadran I terdiri dari angka-angka transaksi antara yaitu barang dan jasa<br />
yang digunakan dalam proses produksi. Isian di sepanjang baris pada<br />
kuadran I memperlihatkan alokasi penyediaan (output) suatu sektor yang<br />
digunakan oleh sektor lain sebagai input dan disebut permintaan antara. Isian<br />
menurut kolom (lihat kuadran I) menunjukkan pemakaian barang dan jasa<br />
oleh suatu sektor yang berasal dari sektor lain dan disebut sebagai input<br />
antara (intermediate input). Transaksi antara ini dinyatakan dengan simbol Xij<br />
(lihat kerangka umum tabel I-O), yang menunjukkan jumlah (nilai) komoditi i<br />
yang dipakai oleh sektor j. Kuadran I ini merupakan kuadran terpenting dalam<br />
tabel I-O, karena dari sini nantinya disusun matriks koefisien input<br />
(perbandingan input antara dan output masing-masing sektor yang<br />
menggunakannya. Selanjutnya, matriks kebalikan (inversi matrix) dari<br />
koefisien input tersebut akan menjadi basis yang sangat berguna bagi<br />
berbagai analisis yang menggunakan <strong>Tabel</strong> I-O.<br />
Kuadran II berisi angka-angka transaksi permintaan akhir yang berasal<br />
baik dari output berbagai sektor produksi maupun impor yang dirinci dalam<br />
berbagai jenis penggunaan seperti konsumsi rumhtanggga, konsumsi<br />
pemerintah, pembentukan modal dan ekspor. Disamping itu dalam kuadran<br />
ini juga memuat angka-angka penyediaan (suplai) yang terdiri dari impor<br />
selain diletakkan di kuadran lainnya, tergantung pada perlakuan impor dalam<br />
<strong>Tabel</strong> I-O. Dengan kata lain pada kuadran ini tercatat transaksi menurut<br />
sektor sesuai dengan komponen pengeluaran dalam Produk Domestik<br />
Regional Bruto (PDRB).<br />
Kuadran III berisi penggunaan input primer atau biasa disebut<br />
komponen nilai tambah (value added) yang terdiri dari upah dan gaji, surplus<br />
usaha, pajak tak langsung neto dan penyusutan. Jumlah seluruh nilai tambah<br />
ini akan menghasilkan PDRB yang dihasilkan di wilayah domestik suatu<br />
region/<strong>prov</strong>insi. Selanjutnya PDRB ini akan sama dengan seluruh permintaan<br />
akhir dikurangi impor barang dan jasa dari kuadran II.<br />
Bentuk umum penyajian <strong>Tabel</strong> I-O dengan tiga kuadran seperti<br />
dilihatkan pada <strong>Tabel</strong> berikut:<br />
6
KERANGKA UMUM TABEL I-O, n x n SEKTOR<br />
PERMINTAAN<br />
PENYEDIAAN<br />
ALOKASI<br />
OUT PUT<br />
Permintaan Antara<br />
STRUKTUR<br />
INPUT<br />
Sektor Produksi<br />
1 …j ...n<br />
Jumlah<br />
Permintaan<br />
Antara<br />
Permintaan<br />
Akhir<br />
Impor<br />
Jumlah<br />
Output<br />
INPUT ANTARA<br />
SEKTOR PRODUKSI<br />
1 x11 x1j x1n<br />
.<br />
.<br />
.<br />
i Xi1 Xij Xin<br />
.<br />
.<br />
.<br />
Kuadran I<br />
n xn1 xnj xnn<br />
n<br />
x1j<br />
j =1<br />
n<br />
xij<br />
j =1<br />
n<br />
xnj<br />
i =1<br />
F1 M1 X1<br />
Kuadran II<br />
Fi Mi Xi<br />
Fn Mn Xn<br />
Jumlah<br />
Input<br />
Antara<br />
n<br />
xi1<br />
i =1<br />
n<br />
xij<br />
i =1<br />
n<br />
xin<br />
i =1<br />
n n<br />
xij<br />
j=1 I =1<br />
F M X<br />
INPUT PRIMER V1 Vj Vn V<br />
JUMLAH INPUT X1 Xj Xn X<br />
Kuadran III<br />
Keterangan :<br />
X ij = input sektor j yang berasal dari produksi sektor i<br />
Xj = nilai produksi sektor j = Xi<br />
Vj = nilai tambah sektor j<br />
Fi = permintaan akhir yang berasal dari produksi sektor i<br />
Mi = impor produksi sektor i<br />
7
B. Kerangka Pemikiran<br />
Dalam penyusunan tabel input output secara umum terdiri dari dua tahap<br />
yaitu tahap pertama adalah tahap persiapan yang sudah dilakukan sampai<br />
pada kegiatan pengumpulan data primer dan sekunder. Pada tahap kedua<br />
akan dilakukan penaksiran terhadap isian setiap sel dalam tabel input output<br />
sehingga konsistensi antara baris dan kolom dapat terpenuhi, setelah itu<br />
melakukan rekonsiliasi dan tahap terakhir adalah terbentuknya tabel dasar<br />
input output. Selanjutnya dari tabel dasar input output dilakukan analisis<br />
dampak dari setiap sektor kegiatan. Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan<br />
sebagai berikut:<br />
1. Tahap Persiapan; ini telah dilaksanakan pada tahap pertama mulai dari<br />
kegiatan penyusunan klasifikasi sektor sampai dengan pengumpulan data<br />
primer dan sekunder.<br />
2. Pengolahan data hasil survei SKIO dan non SKIO untuk dapat diperoleh<br />
tabulasi struktur input dari sektor-sektor kegiatan yang ada, sebagai<br />
dasar estimasi statistik komponen-komponen tabel I-O.<br />
3. Penghitungan struktur input output dengan melakukan estimasi statistik<br />
terhadap output dan struktur input sektor.<br />
4. Penghitungan komponen permintaan akhir dan impor dan estimasi<br />
statistik menurut sektor-sektor kegiatan.<br />
5. Penghitungan komponen ekspor dan estimasi statistik menurut sektorsektor<br />
kegiatan.<br />
6. <strong>Penyusunan</strong> model tabel input output menurut sektor kegiatan yang ada<br />
dari data hasil estimasi terhadap komponen-komponen tabel.<br />
7. Selanjutnya melakukan rekonsiliasi sektor secara berulang sehingga<br />
diperoleh keseimbangan antara sisi baris dan sisi kolom tabel I-O.<br />
8. Selanjutnya dari hasil tabel I-O final yang seimbang akan dilakukan<br />
analisis dampak terhadap sektor-sektor kegiatan yang ada.<br />
9. Analisis dampak kebutuhan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat.<br />
8
Melalui <strong>Tabel</strong> I-O kita bisa menelusuri kemana saja output dari suatu sektor<br />
didistribusikan dan input apa saja yang digunakan oleh sektor tersebut. Dari sisi<br />
permintaan dapat digambarkan alur distribusi terbentuknya I-O sebagai berikut:<br />
Output dari suatu sektor produksi akan didistribusikan kepada dua konsumen.<br />
Pertama, konsumen yang menggunakan output tersebut sebagai input untuk<br />
produksi lanjutan, disebut sebagai produsen. Kedua, konsumen yang<br />
menggunakan output tersebut untuk dikonsumsi langsung disebut konsumen<br />
akhir adalah rumahtangga, pemerintah, swasta (investasi), dan konsumen luar<br />
negeri (ekspor). Bagi konsumen pertama (produsen) output sektor tersebut<br />
merupakan input antara (Intermediate input) dalam proses produksinya,<br />
sedangkan pada konsumen kedua (konsumen akhir), outputnya merupakan<br />
permintaan akhir (final demand). Namun demikian input yang digunakan dalam<br />
suatu proses produksi bukan hanya berupa input antara ada juga input lainnya<br />
antara lain tenaga kerja.<br />
Adanya tambahan permintaan akhir sebesar Rp. 1 di suatu sektor akan<br />
memberi dampak terhadap kenaikan output di sektor tersebut. Dimana kenaikan<br />
output di sektor tersebut akan diiringi dengan pertambahan input antara dan<br />
input primer yang digunakan sektor tersebut. Pertambahan input antara akan<br />
mendorong kenaikan produksi pada sektor-sektor ekonomi yang menjadi faktor<br />
inputnya, sementara pertambahan input primer akan meningkatkan penerimaan<br />
upah/gaji. Oleh karena upah/gaji ini merupakan sumber pendapatan bagi<br />
rumahtangga ini berarti secara tidak langsung perubahan permintaan akhir pada<br />
sektor tersebut akan meningkatkan pendapatan bagi rumahtangga (masyarakat).<br />
Dampak dari pertambahan permintaan akhir terhadap pertambahan<br />
produksi secara menyeluruh dalam perekonomian dapat dianalisis melalui angka<br />
pengganda output dan dampak permintaan akhir terhadap perubahan<br />
pendapatan masyarakat dapat dianalisis dengan menggunakan angka<br />
pengganda pendapatan.<br />
9
Gambar 1. Alur Pikir Dampak Permintaan Akhir Terhadap Output dan Pendapatan Rumah Tangga<br />
Tambahan Permintaan<br />
Akhir Rp.1<br />
Tambahan<br />
Produksi<br />
Tambahan<br />
Input<br />
Tambahan Input<br />
Primer<br />
Tambahan Input<br />
Antara<br />
Angka Pengganda<br />
Output<br />
Kenaikan Upah/Gaji<br />
Kenaikan Produksi<br />
input<br />
Angka Pengganda<br />
Pendapatan<br />
Kenaikan pendapatan<br />
Masyarakat<br />
C. Definisi Operasional<br />
Dalam rangka menyatukan persepsi yang sama tentang pokok bahasan maka<br />
akan dikemukakan beberapa definisi operasional, yaitu;<br />
1. Output adalah nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor<br />
produksi dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu<br />
wilayah dalam suatu periode tertentu tanpa memperhatikan asal usul pelaku<br />
produksinya.<br />
2. Pelaku Produksi adalah perusahaan/ badan usaha, perorangan/ milik<br />
penduduk / rumah tangga atau perusahaan asing.<br />
3. Input antara adalah komponen biaya yang dikeluarkan untuk proses<br />
produksi berupa barang tidak tahan lama dan jasa; seperti bahan baku,<br />
bahan penolong dan jasa perbankan serta semua barang yang tidak tahan<br />
lama.<br />
10
4. Input Primer (balas jasa faktor produksi) adalah input atau biaya yang<br />
timbul sebagai akibat dari pemakaian faktor produksi dalam suatu kegiatan<br />
ekonomi. Input primer terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan<br />
barang modal, dan pajak tak langsung neto.<br />
5. Faktor Produksi terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal, dan<br />
kewiraswastaan.<br />
6. Upah dan gaji adalah balas jasa yang diberikan kepada tenaga kerja yang<br />
terlibat dalam kegiatan produksi; balas jasa disini termasuk berupa uang<br />
dan barang.<br />
7. Surplus Usaha adalah balas jasa atas kewiraswastaan dan pendapatan<br />
atas kempemilikan modal.<br />
8. Penyusutan adalah biaya atas pemakaian barang modal tetap dalam<br />
kegiatan produksi.<br />
9. Pajak Tak Langsung neto adalah selisih antara pajak tak langsung<br />
dengan subsidi. Pajak tak lansung mencakup pajak impor, pajak ekspor, bea<br />
masuk, pajak pertambahan nilai, cukai dan sebagainya.<br />
10. Input Ouput dalam pengertian harfiah adalah masukan dan keluaran.<br />
Sebelum ada keluaran maka ada masukan terlebih dahulu, dan sebelum ada<br />
keluaran terjadi proses pengubahan input menjadi sesuatu yang baru<br />
menjadi ouput. Secara kharakteristik, sifat-sifat dari input tersebut telah<br />
berubah menjadi sifat baru pada ouput baru. Masukan dan keluaran ini<br />
dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif atau angka yang mempunyai arti<br />
dan makna.<br />
11. <strong>Tabel</strong> Input-Ouput (I-O) adalah bahagian dari suatu tampilan informasi<br />
kuantitatif yang meliputi perekonomian suatu wilayah. <strong>Tabel</strong> ini pada<br />
dasarnya merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang<br />
menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling<br />
keterkaitan antar-satuan kegiatan ekonomi (sektor) dalam suatu wilayah<br />
pada suatu periode waktu tertentu. Isian sepanjang baris dalam matriks<br />
menunjukkan bagaimana output suatu sektor ekonomi dialokasikan ke<br />
11
sektor-sektor lainnya untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan<br />
akhir, sedangkan isian dalam kolom menunjukkan pemakaian input antara<br />
dan input primer oleh suatu sektor dalam proses produksinya. Sebagai<br />
suatu model kuantitatif, tabel I-O akan memberikan gambaran<br />
menyeluruh mengenai:<br />
(1). struktur perekonomian nasional/ regional yang mencakup struktur<br />
output dan nilai tambah masing-masing sektor. Struktur ini<br />
memberikan informasi tentang porsi dan besarnya suatu<br />
perekonomian dalam mendukung pendapatan masyarakat dan<br />
pemerintah di wilayah tersebut.<br />
(2). struktur input antara, yaitu penggunaan berbagai barang dan jasa<br />
oleh sektor-sektor produksi. Struktur ini memberikan gambaran<br />
tentang bagaimana barang dan jasa tersebut dimanfaatkan oleh<br />
suatu usaha ekonomi untuk menciptakan produk lainnya.<br />
Perbandingan antara struktur input ini secara tidak langsung<br />
menunjukkan peran suatu kegiatan usaha didalam menjalankan<br />
fungsi efisiensi atau tidak.<br />
(3). struktur penyediaan barang dan jasa baik berupa produksi dalam<br />
negeri maupun barang-barang yang berasal dari impor. Struktur ini<br />
menunjukkan komposisi barang dan jasa yang diperdagangkan<br />
antara dua wilayah. Bila wilayah tersebut surplus atas suatu komoditi<br />
tertentu maka wilayah itu berpotensi menjadi penjual atau<br />
pengekspor, sedang bila wilayah itu merupakan wilayah defisit maka<br />
akan berpotensi menjadi pembeli atau pengimpor.<br />
(4). struktur permintaan barang dan jasa, baik permintaan antara oleh<br />
sektor-sektor produksi maupun permintaan akhir untuk konsumsi,<br />
investasi dan ekspor. Struktur penggunaan menunjukkan bagaimana<br />
barang dan jasa akan dikonsumsi, atau untuk menjadi investasi dan<br />
mendorong usaha ekonomi pada periode berikutnya.<br />
Bentuk tabel I-O dapat digambarkan seperti kerangka tabel berikut ini:<br />
12
Kuadran I<br />
(n x n)<br />
Transaksi antar<br />
sektor/kegiatan<br />
Kuadran II<br />
(n x m)<br />
Permintaan akhir<br />
Kuadran III<br />
(p x n)<br />
Input Primer<br />
Kuadran IV<br />
(p x m)<br />
a. Kuadran pertama menunjukkan arus barang dan jasa yang<br />
dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor dalam suatu<br />
perekonomian. Kuadran ini menunjukkan distribusi penggunaan<br />
barang dan jasa untuk suatu proses produksi. Penggunaan atau<br />
konsumsi barang dan jasa di sini adalah penggunaan untuk<br />
diproses kembali, baik sebagai bahan baku atau bahan penolong.<br />
Karenanya transaksi yang digambarkan dalam kuadran pertama ini<br />
disebut juga transaksi antara.<br />
b. Kuadran kedua menunjukkan permintaan akhir (final demand).<br />
Penggunaan barang dan jasa bukan untuk proses produksi<br />
digolongkan sebagai permintaan akhir. Permintaan akhir ini<br />
biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, konsumsi<br />
pemerintah, investasi dan ekspor.<br />
c. Kuadran ketiga memperlihatkan input primer sektor-sektor<br />
produksi. Input ini dikatakan primer karena bukan merupakan<br />
bagian dari output suatu sektor produksi seperti pada kuadran<br />
pertama dan kedua. Input primer adalah semua balas jasa faktor<br />
produksi dan meliputi upah dan gaji, surplus usaha ditambah<br />
penyusutan dan pajak tidak langsung neto.<br />
d. Kuadran keempat memperlihatkan input primer yang langsung<br />
didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi di<br />
13
kuadran keempat ini bukan merupakan tujuan pokok, sehingga<br />
dalam penyusunan tabel input-output kadang-kadang diabaikan.<br />
Demikian juga penyusunan tabel I-O di Sulawesi Selatan<br />
mengabaikan kuadran keempat ini. Informasi secara rinci<br />
mengenai kuadran keempat ini secara rinci disajikan dalam<br />
Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE).<br />
12. <strong>Tabel</strong> transaksi atas dasar harga pembeli adalah tabel transaksi<br />
yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor<br />
ekonomi yang dinyatakan atas dasar harga pembeli. Artinya dalam tabel<br />
transaksi ini unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan masih<br />
tergabung dalam nilai input bagi sektor yang membelinya. Dalam<br />
penyusunan tabel I-O biasanya tabel transaksi yang pertama kali disusun<br />
adalah tabel transaksi atas dasar harga pembeli.<br />
13. <strong>Tabel</strong> transaksi atas dasar harga produsen adalah tabel transaksi<br />
yang menggambarkan nilai transaksi barang dan jasa antar sektor<br />
ekonomi yang dinyatakan atas dasar harga produsen. Artinya dalam tabel<br />
transaksi ini unsur margin perdagangan dan biaya pengangkutan telah<br />
dipisahkan sebagai input yang dibeli dari sektor perdagangan dan<br />
pengangkutan. Dengan mengeluarkan unsur margin perdagangan dan<br />
biaya pengangkutan dari tabel transaksi atas dasar harga pembeli maka<br />
diperoleh tabel transaksi atas dasar harga produsen.<br />
14. Transaksi Total adalah tabel transaksi yang menggambarkan besarnya<br />
nilai transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari produksi dalam<br />
negeri maupun impor, antar sektor ekonomi. Artinya pada tabel transaksi<br />
ini nilai transaksi input antara (kuadran I) antar sektor ekonomi mencakup<br />
transaksi barang dan jasa produksi dalam negeri dan impor. Pada tabel<br />
transaksi ini tergambar informasi mengenai nilai impor menurut sektor<br />
ekonomi yang ditujukan pada vektor kolom di kuadran II (kuadran<br />
permintaan akhir). Penyajian tabel transaksi ini disebut juga tabel I-O<br />
dengan perlakuan impor secara bersaing (competitive import model).<br />
14
Penyajian tabel transaksi total pada dasarnya sama dengan penyajian<br />
tabel transaksi baik atas dasar harga pembeli maupun atas dasar harga<br />
produsen.<br />
15. Transaksi Domestik adalah tabel transaksi yang menggambarkan<br />
besarnya nilai transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang hanya<br />
berasal dari produksi dalam negeri. <strong>Tabel</strong> transaksi ini diperoleh dengan<br />
memisahkan nilai transaksi barang dan jasa yang berasal dari impor baik<br />
transaksi antara maupun permintaan akhir dari tabel transaksi total.<br />
Jumlah impor masing-masing kolom disajikan sebagai vektor baris<br />
tersendiri. Data pada vektor baris ini sekaligus menunjukkan rincian<br />
barang dan jasa menurut sektor yang menggunakan barang dan jasa<br />
tersebut. Penyajian tabel I-O dengan memunculkan impor sebagai vektor<br />
baris disebut juga sebagai tabel I-O dengan perlakuan impor tidakbersaing<br />
(non-competitive import model).<br />
16. Permintaan Akhir adalah permintaan atas barang dan jasa yang<br />
digunakan untuk konsumsi akhir; seperti pengeluaran untuk konsumsi<br />
rumah tangga, lembaga nirlaba (lembaga sosial kemasyarakatan/ tidak<br />
mencari untung), pemerintah, pembentukan modal tetap bruto,<br />
perubahan stok dan ekspor.<br />
17. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga terdiri dari pengeluaran untuk<br />
pembelian barang dan jasa yang dikurangi dengan penjualan neto barang<br />
bekas oleh rumah tangga.<br />
18. Pengeluaran Konsumsi Nirlaba merupakan jumlah semua pengeluaran<br />
rutin untuk melaksanakan kegiatan lembaga tersebut.<br />
19. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah adalah semua pengeluaran atas<br />
barang dan jasa yang dipergunakan untuk pelaksanaan kegiatan<br />
administrasi pemerintahan dan pertahanan, baik yang dilakukan<br />
pemerintah pusat maupun daerah; seperti belanja pegawai, belanja<br />
barang yang bukan merupakan barang modal dan penyusutan.<br />
15
20. Pembentukan Modal Tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk<br />
pengadaan, pembuatan atau pembelian barang modal baru baik yang<br />
berasal dari dalam negeri maupun impor.<br />
21. Perubahan Stok adalah nilai stok barang pada akhir periode<br />
penghitungan dikurangi dengan nilai stok pada awal periode. Stok barang<br />
teridiri dari barang jadi dan setengah jadi, jumlah ternak/ unggas, bahan<br />
mentah, bahan baku, barang-barang daganag yang belum terjual.<br />
22. Ekspor dan Impor adalah transaksi ekonomi yang terjadi antara<br />
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lainnya.<br />
23. Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan adalah selisih antara<br />
nilai transaksi barang atas dasar harga pembeli dengan nilai transaksi atas<br />
dasar harga produsen.<br />
24. Pekerja adalah penduduk berumur 10 tahun ke atas yang bekerja<br />
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan,<br />
sekurang-kurangnya satu jam secara tidak terputus dalam seminggu yang<br />
lalu.<br />
16
BAB III. METODE PENELITIAN<br />
A. Populasi dan Sampel<br />
1. Tahap Persiapan<br />
‣ <strong>Penyusunan</strong> klasifikasi sektor<br />
: 112 sektor ekonomi<br />
‣ Pelatihan petugas pengumpul dan pengolah : 212 orang<br />
data primer dan sekunder<br />
‣ Penyusun (pengolah/penghitung/analisa,dll) : 17 orang<br />
2. Pengumpulan Data<br />
‣ Data sekunder = Pengumpulan data diperoleh dari produk administrasi<br />
instansi/dinas/lembaga/swasta. Adapun jenis data yang<br />
dikumpulkan berupa data produksi, harga, ekspor dan tenaga<br />
kerja dari setiap sektor ekonomi.<br />
‣ Data Primer = Pengumpulan data diperoleh hasil pengolahan survei<br />
yang dilakukan secara intern. Jenis data yang dikumpulkan<br />
berupa struktur input/biaya dari setiap sektor ekonomi.<br />
B. Indikator/ Parameter<br />
Beberapa indikator yang digunakan dalam penyusunan <strong>Tabel</strong> I-O perlu<br />
dijelaskan di sini sebagai konsep definisi atau batasan dari ruang lingkup<br />
dalam penelitian ini. Untuk menyusun tabel I-O perlu diketahui istilah-istilah<br />
dalam tabel I-O dan klasifikasi sektor sebagai indikator yang digunakan.<br />
a. Klasifikasi Sektor I-O<br />
b. <strong>Tabel</strong>-<strong>Tabel</strong> yang disajikan dalam penelitian ini<br />
1. <strong>Tabel</strong> transaksi domestik atas dasar harga produsen<br />
2. <strong>Tabel</strong> koefisien input transaksi domestik atas dasar harga produsen<br />
3. <strong>Tabel</strong> matriks pengganda output<br />
4. <strong>Tabel</strong> matriks pengganda pendapatan<br />
5. <strong>Tabel</strong> matriks pengganda tenaga kerja<br />
6. <strong>Tabel</strong> matriks dampak permintaan akhir terhadap output<br />
7. <strong>Tabel</strong> matriks dampak permintaan akhir terhadap pendapatan<br />
17
8. <strong>Tabel</strong> matriks dampak permintaan akhir terhadap tenaga kerja<br />
C. Pendekatan<br />
Matriks transaksi I-O Sulawesi Selatan yang digunakan dalam penelitian<br />
ini merupakan matriks I-O Sulawesi Selatan transaksi domestik menurut harga<br />
produsen tahun 2009. Kemudian dilakukan disagredasi sektor menjadi 42<br />
sektor dan dalam analisanya diperkecil menjadi 9 sektor.<br />
1. Pendekatan<br />
Penelitian ini mencakup seluruh sektor ekonomi yang berada di seluruh<br />
Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk itu dilakukan penelitian terhadap seluruh<br />
pelaku ekonomi baik yang berbadan hukum/ usaha dan yang usaha<br />
ekonomi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta yang tidak<br />
mencari untung serta kegiatan pemerintahan. Pendekatan berbagai sektor<br />
sebagai berikut :<br />
a. Pertanian<br />
Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi pengolahan lahan untuk<br />
bercocok tanam, memelihara ternak dan unggas, pemotongan hewan,<br />
penebangan kayu, pengambilan hasil hutan, perburuan serta usaha<br />
memelihara, menangkap berbagai jenis ikan dan hewan air lainnya.<br />
Termasuk pula dalam sektor ini kegiatan pengolahan hasil-hasil<br />
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yang dilakukan<br />
secara sederhana, yang masih menggunakan peralatan-peralatan<br />
tradisional. Komoditi-komoditi yang dihasilkan dari usaha-usaha<br />
bercocok tanam antara lain: padi, jagung, ketela pohon, umbi-umbian,<br />
kacang tanah, kedele, kacang-kacangan, sayur-sayuran, buah-buahan,<br />
karet, tebu, kelapa, kopi dan rempah-rempah, baik yang diusahakan<br />
oleh rakyat maupun perkebunan besar.Hasil-hasil dari usaha<br />
peternakan mencakup anak dan pertambahan berat ternak yang<br />
dipelihara seperti sapi, kerbau, babi, kuda, kambing, domba, dan hasilhasil<br />
lainnya seperti telur, susu, bulu dan kotoran hewan.Hasil-hasil<br />
dari kehutanan antara lain, segala jenis kayu tebangan, tanaman hasil<br />
18
penghijauan dan hasil hutan lainnya seperti damar, dan rotan,<br />
termasuk juga kayu/bambu dari kebun. Hasil dari perburuan seperti<br />
daging , kulit dan sebagainya.Hasil-hasil dari perikanan berupa segala<br />
jenis ikan yang ditangkap di laut, sawah, kolam, keramba, tambak dan<br />
tempat-tempat perairan umum lainnya. Kegiatan pengolahan<br />
sederhana seperti pembuatan gaplek dan sagu, kopra, minyak nabati<br />
rakyat, gula merah, pengupasan dan pembersihan kopi, pengirisan<br />
tembakau serta penggaraman dan pengeringan ikan juga dimasukkan<br />
dalam sektor ini terkecuali penumbukan padi yang digabungkan<br />
dengan sektor Industri Penggilingan Padi-padian.<br />
b. Pertambangan dan Penggalian<br />
Sektor Pertambangan dan Penggalian, mencakup seluruh usaha<br />
kegiatan penambangan penggalian dan penggaraman rakyat. Pada<br />
dasarnya usaha kegiatan sektor ini dimaksudkan untuk memperoleh<br />
segala macam barang tambang, mineral dan barang galian berbentuk<br />
padat, cair dan gas, baik yang terdapat di dalam maupun dipermukaan<br />
bumi. Sifat dan tujuan penggunaan benda-benda tersebut adalah<br />
untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian tersebut<br />
sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan lebih lanjut, dijual pada<br />
pihak lain, ataupun diekspor keluar negeri. Barang tambang yang<br />
diperoleh dari dalm bumi antara lain : batubara, pasir besi, bij timah,<br />
biji nikel, biji tembaga, biji bauksit, biji mangan, biji emas dan perak,<br />
minyak bumi, gas bumi, jodium, belerang dan posfor. Barang-barang<br />
galian antara lain : batu, pasir, kapur, tanah liat, kaolin dan garam.<br />
c. Industri Pengolahan<br />
Sektor Industri Pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang<br />
bertujuan meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksi dapat<br />
dilakukan secara mekanis, kimiawi ataupun proses lainnya dengan<br />
menggunakan alat-alat sederhana dan mesin-mesin. Proses tersebut<br />
dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian,<br />
19
pertambangan atau perusahaan lainnya. Jasa-jasa yang sifatnya<br />
menunjang sektor Industri seperti jasa maklon, perbaikan dan<br />
pemeliharaan mesin-mesin, kapal, kereta api dan pesawat terbang<br />
juga termasuk dalam sektor ini. Yang dimaksud dengan perbaikan<br />
disini adalah perbaikan barang modal yang dilakukan oleh perusahaan<br />
sendiri atau oleh pihak lain, tetapi perbaikan mesin-mesin milik<br />
rumahtangga dan kendaraan bermotor tidak dicakup dalam sektor ini,<br />
melainkan dalam sector Jasa-jasa.<br />
d. Listrik, Gas dan Air Minum<br />
Sektor Listrik meliputi kegiatan pembangkitan dan distribusi tenaga<br />
listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN)<br />
maupun non-PLN. Termasuk pula tenaga listrik produksi sampingan<br />
yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan perkebunan,<br />
pertambangan, industri dan sektor lain, kecuali yang dibangkitkan<br />
untuk digunakan oleh sektor itu sendiri. Yang dimaksud dengan<br />
produksi listrik ialah jumlah KWH tenaga listrik yang dibangkitkan dan<br />
meliputi tenaga listrik yang terjual, digunakan sendiri serta susut<br />
dalam transmisi dan distribusi.Sektor Gas mencakup kegiatan produksi<br />
dan penyediaan gas kota untuk dijual baik kepada sektor lain maupun<br />
ke rumahtangga. Gas kota diperoleh dari proses pembakaran batubara<br />
dan residu kilang minyak serta proses penyaluran gas alam. Produksi<br />
utama berupa gas produk ikutannya adalah kokas dan ter. Sektor Air<br />
Minum mencakup kegiatan pembersihan, pemurnian dan proses<br />
kimiawi lainnya untuk menghasilkan air bersih, termasuk<br />
penyalurannya melalui pipa baik kerumahtangga maupun ke sektor<br />
lain sebagai pemakai.<br />
e. Bangunan<br />
Sektor Bangunan mencakup kegiatan konstruksi yang dilakukan baik<br />
oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan<br />
konstruksi untuk pihak lain maupun oleh kontraktor khusus yaitu unit<br />
20
usaha dan individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai<br />
sendiri seperti misalnya kantor pemerintah, kantor swasta,<br />
rumahtangga dan unit-unit perusahaan bukan perusahaan bangunan.<br />
Kegiatan Konstruksi mencakup kegiatan pembuatan,<br />
pembangunan,pemasanagan dan perbaikan berat maupun ringan dari<br />
semua jenis konstruksi seperti bangunan tempat tinggal dan bukan<br />
tempat tinggal, pekerjaan umum untuk pertanian, jalan, jembatan dan<br />
pelabuhan, bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum dan<br />
komunikasi serta bangunan lainnya. Bangunan tempat tinggal<br />
mencakup rumah dan gedung atau bangunan fisik lainnya yang<br />
digunakan untuk tempat tinggal oleh rumahtangga. Bangunan bukan<br />
tempat tinggal meliputi hotel, sekolah, rumahsakit, pusat pertokoan,<br />
perkantoran dan pusat perdagangan, industri atau pabrik, bagunan<br />
pergudangan, bangunan tempat pemeliharaan hewan ternak dan<br />
unggas, bangunan tempat ibadah, bangunan gedung kesenian dan<br />
olahraga serta bangunan bukan tempat tinggal lainnya. Pekerjaan<br />
umum untuk pertanian meliputi pembuatan kolam pemeliharaan ikan,<br />
pencetakan tanah sawah, pembukaan hutan, irigasi dan sejenisnya.<br />
Pekerjaan umum untuk jalan, jembatan dan pelabuhan diantaranya<br />
mencakup pembuatan saranan jalan dan jembatan untuk angkutan<br />
jalan raya maupun kereta api, pelabuhan laut dan udara, dermaga,<br />
landasan pesawat terbang, tempat parkir, trotoar dan sejenisnya.<br />
Bangunan dan instalasi listrik, gas, air minum dan komunikasi<br />
diantaranya adalah transmisi dan distribusi listrik, gas, air minumdan<br />
jaringan komunikasi. Konsep output sektor Bangunan adalah nilai<br />
pekerjaan yang telah dilakukan selama Tahun 2000, tanpa melihat<br />
apakah bangunan tersebut sudah selesai seluruhnya atau belum pada<br />
tahun tersebut. Nilai instalasi listrik, pengaturan hawa (AC), instalasi<br />
air dan barang-barang lain yang telah dipasang pada bangunan<br />
sebelum bangunan tersebut ditempati/digunakan dicakup pula di<br />
21
dalam output bangunan. Akan tetapi nilai tanah tempat bangunan<br />
berdiri tidak termasuk ke dalam nilai bangunan.<br />
f. Perdagangan, Restoran, dan Perhotelan<br />
Kegiatan Perdagangan meliputi pengumpulan barang dari produsen<br />
atau pelabuhan impor dan mendistribusikannya kepada konsumen<br />
tanpa merubah bentuk barang tersebut. Kegiatan perdagangan besar,<br />
pada umumnya melayani pedagang lainnya, perusahaan produksi serta<br />
konsumen bukan rumahtangga lainnya. Kegiatan perdagangan eceran,<br />
pada umumnya melayani konsumen rumahtangga. Barang-barang<br />
yang diperdagangkan meliputi produksi dalam negeri maupun impor,<br />
kecuali barang tidak bergerak seperti tanah, sumber-sumber alam dan<br />
bangunan. Kegiatan yang dilakukan oleh broker, makelar, komisioner,<br />
agen dan sejenisnya sepanjang masih bersifat perdagangan termasuk<br />
pula disini. Kegiatan Restoran pada umumnya menyediakan makanan<br />
dan minuman hjadi yang dapat dinikmati langsung di tempat<br />
penjualan; meliputi restoran, bar, warung makan, usaha-usaha jasa<br />
boga dan sejenisnya. Penyediaan makanan dan minuman yang bersifat<br />
menunjang usaha utama tidak dimasukkan sebagai kegiatan restoran,<br />
misalnya kegiatan penyediaan makanan dan minuman pada<br />
perhotelan, pada angkutan penumpang dengan kapal laut dan<br />
pesawat udara.Kegiatan Perhotelan meliputi usaha penyediaan<br />
akomodasi untuk umum berupa tempat penginapan untuk jangka<br />
waktu relatif singkat.<br />
g. Angkutan dan Komunikasi<br />
Lapangan usaha ini meliputi kegiatan angkutan, jasa penunjang<br />
angkutan dan komunikasi, kegiatan pengangkutan umumnya<br />
mengangkut barang dan penumpang dari satu tempat ke tempat<br />
lainnya atas dasar suatu pembayaran. Sektor-sektor ini terdiri dari<br />
angkutan kereta api untuk barang dan penumpang, angkutan jalan<br />
raya baik angkutan penumpang seperti bus, taksi, becak maupun<br />
22
angkutan barang seperti truk, angkutan laut untuk barang dan<br />
penumpang seperti pelayaran samudera, pelayaran nusantara,<br />
pelayaran lokal dan pelayaran rakyat, angkutan sungai angkutan udara<br />
untuk barang dan penumpang. Jasa penunjang angkutan dan<br />
pergudangan umumnya bertujuan membantu memperlancar kegiatan<br />
angkutan, terdiri dari jasa-jasa terminal, pelabuhan bongkar muat,<br />
keagenan, ekspedisi, pergudangan dan jasa penunjang lainnya.<br />
Komunikasi meliputi usaha jasa pos seperti kegiatan pengiriman surat,<br />
paket, wesel, telegram dan sebagainya.<br />
h. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya<br />
Kegiatan Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya meliputi :<br />
Usaha jasa perbankan dan moneter seperti bank sentral, bank umum,<br />
bank pembangunan, bank devisa dan bank tabungan, baik yang<br />
dikelola oleh pemerintah maupun swasta, kegiatan ini mencakup<br />
antara lain penerimaan dan pemberian pinjaman, penyertaan modal<br />
usaha, pemberian jaminan bank, pembelian dan penjualan surat-surat<br />
berharga, jasa penunjang yang dikelola oleh pemerintah maupun<br />
swasta, kegiatan ini mencakup antara lain penerimaan dan pemberian<br />
pinjaman, penyertaan modal usaha, pemberian jaminan bank,<br />
pembelian dan penjualan surat-surat berharga, jasa penyimpanan<br />
barang berharga dan sebagainya. Usaha jasa keuangan lainnya seperti<br />
koperasi simpan pinjam, pedagang valuta asing serta jasa pasar<br />
modal. Usaha jasa asuransi baik asuransi jiwa maupun asuransi bukan<br />
jiwa termasuk asuransi sosial yang dikelola oleh Perum TASPEN,<br />
Perum ASABRI, Perum ASTEK dan sejenisnya. Usaha persewaan<br />
bangunan dan tanah baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal<br />
mapupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran dan pertokoan.<br />
Usaha jasa perusahaan seperti pengacara, notaris, akuntan, arsitektur,<br />
konsultan tehnik, konsultan pajak, jasa pengadaan tenaga kerja,<br />
pengolahan data, periklanan, pemetaan, riset dan pemasaran, sewa<br />
23
menyewa mesin dan peralatan dan sebagainya.Output dari jasa<br />
perbankan meliputi penerimaan <strong>prov</strong>isi dan komisi, penerimaan neto<br />
transaksi devisa, pendapatan operasional lainnya, serta imputasi jasa<br />
pelayanan bank. Output dari pedagang valuta asing merupakan selisih<br />
antara penjualan dengan pembelian mata uang, sedangkan output<br />
asuransi merupakan selisih antara penerimaan premi dan klaim<br />
ditambah dengan pendapatan dari penyertaan modal usaha serta<br />
pendapatan lainnya. Output dari kegiatan-kegiatan lainnya pada<br />
umumnya merupakan nilai dari dari jasa yang diberikan pada pihak<br />
lain.<br />
i. Jasa-jasa<br />
Kegiatan yang dilakukan di sektor ini meliputi :<br />
Jasa pemerintahan umum dan pertahanan, baik pemerintah pusat<br />
maupun pemerintah daerah. Jasa kemasyarakatan yang meliputi jasa<br />
pendidikan, kesehatan, riset, palang merah, panti asuhan, panti<br />
wreda, rumah ibadah dan sebagainya. Jasa hiburan dan rekreasi yang<br />
meliputi kegiatan produksi dan distribusi film, baik jasa bioskop dan<br />
panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun<br />
binatang, gedung olahraga, kolam renang, klub malam, taman hiburan<br />
dan sebagainya. Studio televisi dan stasiun pemancar yang dikelola<br />
oleh TVRI dimasukkan ke dalam jasa pemerintah umum dan<br />
pertahanan. Jasa perbengkelan, yang meliputi bengkel kendaraan baik<br />
bermotor maupun tidak bermotor, reparasi TV, radio, lemari es,<br />
kamera, alat musik, barang-barang dari kulit dan sebagainya. Jasa<br />
perorangan dan rumahtangga ialah jasa yang berkaitan erat dengan<br />
kepentingan perorangan dan rumahtangga seperti tukang cukur,<br />
tukang jahit, binatu, salon kecantikan, pembantu rumahtangga,<br />
pengasuh bayi dan sebagainya.<br />
2. Metode Persamaan Matriks <strong>Tabel</strong> I-O<br />
Jumlah Output = Permintaan Antara + Permintaan Akhir – Impor<br />
24
Xi<br />
n<br />
= Xij<br />
j1<br />
+ Fi - Mi ..................(1)<br />
Jumlah Input = Input Antara + Input Primer<br />
Xj<br />
n<br />
= Xij<br />
i1<br />
+ Vj ........................(2)<br />
Dalam notasi matriks ditulis sebagai berikut :<br />
A . X + F = X + M atau F - M = X - A . X<br />
dan dapat ditulis sebagai berikut :<br />
X - A . X = F - M atau ( I - A ) X = F - M atau ,<br />
X = ( I - A ) -1 . ( F - M ) .........................(3)<br />
Keterangan :<br />
X = matriks vektor output<br />
I = matriks identitas<br />
A = matriks koefisien input antara<br />
F = matriks vektor permintaan akhir<br />
M = matriks vektor impor<br />
Persamaan (3) menunjukkan bahwa output (X) merupakan fungsi<br />
dari permintaan akhir (F) dan impor (M) dengan koefisien arahnya (I–A) -1 .<br />
Sel aij pada matriks A tidak dibedakan apakah input yang dipakai berasal<br />
dari dalam atau dari luar <strong>prov</strong>insi termasuk impor luar negeri. Apabila<br />
transaksi barang dan jasa dapat dibedakan asalnya, maka dapat disusun<br />
atau dihitung koefisien khusus untuk input yang berasal dari produk<br />
dalam <strong>prov</strong>insi saja (disebut produk domestik). Selanjutnya matriks<br />
koefisien input domestik dinotasikan dengan A d . Apabila A d dimasukkan<br />
dalam persamaan (3), maka bentuk persamaan menjadi :<br />
X = (I – A d ) -1 . F d<br />
Keterangan :<br />
A d<br />
= matriks koefisien input domestik<br />
F d = permintaan akhir untuk produk domestik<br />
25
3. Model Analisis<br />
a. Analisis Pengganda, tiga variabel yang menjadi perhatian dalam<br />
analisis angka pengganda adalah output sektor-sektor ekonomi atau<br />
pengganda output, pengganda pendapatan rumah tangga dan angka<br />
pengganda lapangan pekerjaan atau pengganda tenaga kerja (Nazara,<br />
1997).<br />
a. Pengganda Output, Angka pengganda ini sebenarnya menunjukkan<br />
nilai total dari output yang dihasilkan oleh perekonomian untuk<br />
memenuhi adanya perubahan satu unit permintaan akhir di suatu<br />
sektor. Misalnya adanya peningkatan permintaan akhir sebesar 1<br />
miliar dengan angka pengganda output dapat diketahui besaran<br />
tambahan output.<br />
pengganda output dihitung dengan rumus:<br />
Oj =<br />
Keterangan :<br />
n<br />
<br />
j1<br />
gij<br />
O j = Angka pengganda Output<br />
gij= elemen matriks pada matriks Leontief, G=(I – A d ) -1<br />
b. Pengganda Pendapatan Rumahtangga, jika ada tambahan<br />
permintaan akhir (final demand/Fd) di suatu sektor misalnya<br />
sebesar Rp. 1 miliar dapat diketahui besaran tambahan<br />
pendapatan. Jika diketahui besar tambahan output yang akan<br />
diproduksi, maka dapat dihitung pula pendapatan yang tercipta.<br />
26
Dalam analisis ini karena keterbatasan data digunakan pengganda<br />
Tipe I model IO terbuka.<br />
pengganda pendapatan rumahtangga dihitung dengan rumus:<br />
Pi =<br />
1<br />
n<br />
<br />
pi j1<br />
( pixgij)<br />
Pi = Wi/Xi<br />
pi = Koefisien upah/gaji<br />
Wi =Jumlah Upah/Gaji sektor -i<br />
Xi = Jumlah Output sektor -i<br />
gij= elemen matriks pada matriks Leontief, G=(I – A d ) -1<br />
Pi = Angka pengganda pendapatan Rumahtangga.<br />
c. Pengganda Tenaga Kerja , jika ada tambahan permintaan akhir<br />
(final demand/Fd) di suatu sektor misalnya sebesar Rp. 1 miliar<br />
dapat diketahui besaran tambahan tenaga kerja yang terserap di<br />
sektor tersebut. Jika diketahui besar tambahan output yang akan<br />
diproduksi, maka dapat dihitung penyerapan tenaga kerjanya.<br />
27
Pengganda tenaga kerja dapat dihitung dengan rumus:<br />
Ei =<br />
1<br />
n<br />
<br />
li j1<br />
( lixgij)<br />
li = Koefisien Tenaga kerja<br />
gij= elemen matriks pada matriks Leontief, G=(I – A d ) -1<br />
Ei = Angka pengganda pendapatan Rumahtangga<br />
b. Analisis Dampak Kebutuhan Tenaga Kerja<br />
Jumlah Tenaga Kerja Sektoral<br />
Dalam suatu proses produksi, tenaga kerja merupakan salah satu<br />
faktor produksi yang memiliki peranan cukup penting. Pengeluaran<br />
untuk tenaga kerja oleh produsen merupakan salah satu komponen<br />
input primer, yang antara lain berupa upah dan gaji, tunjangan, dan<br />
bonus .<br />
Definisi tenaga kerja dalam tabel I-O sama dengan definisi yang<br />
digunakan dalam sensus penduduk, yaitu penduduk berumur 10 tahun<br />
ke atas yang bekerja dengan maksud memperoleh atau membantu<br />
memperoleh penghasilan, sekurang-kurangnya satu jam secara tidak<br />
terputus dalam seminggu yang lalu. Dalam banyak analisis makro<br />
tenaga kerja sering juga dihubungkan dengan kesempatan kerja atau<br />
lapangan kerja.<br />
Koefisien Tenaga Kerja<br />
Koefisien tenaga kerja adalah suatu bilangan yang menunjukkan<br />
besarnya jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk menghasilkan satu<br />
unit keluaran. Sesuai dengan pengertian ini maka koefisien tenaga kerja<br />
dapat dihitung menggunakan persamaan :<br />
28
li = Li/Xi ............................ (4)<br />
dengan :<br />
li<br />
Li<br />
Xi<br />
= Koefisien tenaga kerja sektor i<br />
= Jumlah tenaga kerja sektor i<br />
= Output sektor i<br />
Koefisien tenaga kerja sektoral merupakan indikator untuk melihat<br />
daya serap tenaga kerja dimasing-masing sektor. Semakin tinggi<br />
koefisien tenaga kerja disuatu sektor menunjukkan semakin tinggi pula<br />
daya serap tenaga kerja disektor yang bersangkutan, karena semakin<br />
banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit<br />
output. Sebaliknya sektor yang semakin rendah koefisien tenaga<br />
kerjanya menunjukkan semakin rendah pula daya serap tenaga<br />
kerjanya. Koefisien tenaga kerja yang tinggi pada umumnya terjadi<br />
disektor-sektor padat karya, sedangkan Koefisien tenaga kerja rendah<br />
umumnya terjadi disektor padat modal yang proses produksinya<br />
dilakukan dengan teknologi tinggi.<br />
Informasi tentang Koefisien tenaga kerja sektoral antara lain dapat<br />
dimanfaatkan sebagai masukan dalam menyusun berbagai kebijakan<br />
dan perencanaan dibidang ketenagakerjaan.<br />
Dampak Permintaan Akhir Terhadap Kebutuhan Tenaga Kerja<br />
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang balas jasa<br />
terhadapnya merupakan salah satu dari komponen input primer. Sehingga<br />
sesuai dengan asumsi dasar model I-O, maka tenaga kerja memiliki<br />
hubungan linier dengan output. Hal ini berarti bahwa naik turunnya output<br />
disuatu sektor akan berpengaruh terhadap naik turunnya jumlah tenaga<br />
kerja disektor tersebut. Dari rumus (4) diatas, dapat diperoleh kebutuhan<br />
tenaga kerja dengan persamaan:<br />
29
L1 = l1 X1<br />
:<br />
Li = li Xi<br />
:<br />
Ln = ln Xn ........................... (5)<br />
Jadi persamaan (2) dapat dituliskan sebagai :<br />
dengan<br />
L = ^L X ........................... (6)<br />
^L = Matriks jumlah tenaga kerja<br />
Karena output yang terbentuk akibat permintaan akhir dapat dihitung<br />
dengan X = (I – A d ) -1 . F d maka :<br />
L = ^L (I – A d ) -1 . F d ........................ (7)<br />
dengan<br />
L = Kebutuhan tenaga kerja yang dipengaruhi oleh<br />
permintaan akhir<br />
^L = Matriks diagonal koefisien tenaga kerja<br />
(I – A d ) -1 . F d = Output yang dipengaruhi permintaan akhir<br />
Koefisien Jumlah Tenaga Kerja<br />
Permintaan akhir terhadap output suatu sektor memiliki pengaruh<br />
terhadap penyerapan tenaga kerjanya. Koefisien jumlah tenaga kerja<br />
adalah jumlah tenaga kerja yang diperlukan sebagai akibat dari satu unit<br />
permintaan akhir suatu sektor dalam beberapa literatur.<br />
dengan<br />
€j = i ^L (I – A d ) -1 ........................ (8)<br />
€j = Koefisien jumlah tenaga kerja sektor j<br />
i = notasi penjumlahan kolom ke j dari ^ L (I – A d ) -1<br />
30
c. Analisis Dampak Pendapatan Masyarakat<br />
Perhitungan output berdasarkan beberapa skenario makro ekonomi<br />
daerah dapat memberikan dampak terhadap pendapatan masyarakat.<br />
Sumber pendapatan masyarakat adalah upah yang dierima dari setiap<br />
sektor ekonomi. Untuk menunjang analisis dampak pendapatan<br />
masyarakat dibutuhkan matriks pendapatan masyarakat, sesuai asumsi<br />
dasar I-O maka pendapatan masyarakat memiliki hubungan linier dengan<br />
output sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :<br />
Y(g,u,l) = y (g,u,l) . (I – A d ) -1 . F d atau<br />
Y(g,u,l) = y (g,u,l) . Xb ........................ (9)<br />
dengan<br />
Y (g,u,l) = jumlah pendapatan masyarakat<br />
y (g,u,l) = koefisien pendapatan masyarakat<br />
(I – A d ) -1 . F d = Xb = output setiap sektor atas dasar harga berlaku<br />
setiap tahun.<br />
d. Analisis Keterkaitan<br />
1. Indeks Daya Penyebaran<br />
Daya Penyebaran menggambarkan pengaruh yang timbul oleh<br />
kenaikan satu unit permintaan akhir output suatu sektor terhadap<br />
peningkatan output semua sektor perekonomian. Indeks daya<br />
penyebaran sektor j (j) dihitung dengan formula:<br />
j=<br />
1 n<br />
n<br />
<br />
i1<br />
<br />
i<br />
Dimana :<br />
j<br />
g<br />
ij<br />
j<br />
g<br />
ij<br />
= Indeks daya penyebaran sektor j<br />
gij = elemen pada matriks invers Leontif, G=(I–A) -1<br />
2. Indeks Daya Kepekaan<br />
31
Daya Kepekaan menggambarkan pengaruh yang ditimbulkan oleh<br />
kenaikan satu unit permintaan akhir output semua sektor terhadap<br />
output salah satu sektor ekonomi. Indeks daya penyebaran sektor i (i)<br />
dihitung dengan formula:<br />
i=<br />
1 n<br />
n<br />
<br />
j1<br />
<br />
i<br />
Dimana :<br />
i<br />
g<br />
ij<br />
j<br />
g<br />
ij<br />
= Indeks daya kepekaan sektor i<br />
gij = elemen pada matriks invers Leontif, G=(I–A) -1<br />
32
BAB. IV<br />
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN<br />
A. Analisis Pengganda<br />
Analisis pengganda (multiplier) digunakan untuk menilai dampak<br />
perubahan variabel eksogen (permintaan akhir) suatu sektor terhadap<br />
penciptaan output, pendapatan dan tenaga kerja. Ada dua tipe pengganda<br />
yang sering digunakan untuk analisis, yaitu penggada tipe I dan pengganda<br />
tipe II. Pengganda tipe I diperoleh dari matriks kebalikan leontief model I-O<br />
terbuka sedangkan pengganda tipe II diperoleh dari matriks kebalikan<br />
leontief dalam model I-O tertutup dengan memberlakukan rumahtangga<br />
sebagai variabel endogen dalam model. Karena keterbatasan data dalam<br />
analisis ini yang digunakan pengganda tipe I (model IO terbuka).<br />
1. Pengganda Output<br />
Dari hasil perhitungan nilai pengganda output menunjukkan rata-rata<br />
output di Sulawesi selatan sebesar 1,367 atau dengan kata lain apabila<br />
permintaan akhir meningkat 1 miliar rupiah secara rata-rata akan mendorong<br />
peningkatan produksi yang menghasilkan output baru dalam perekonomian di<br />
Sulawesi Selatan sebesar 1,367 milyar rupiah.<br />
Jika di amati dari 9 (sembilan) sektor ekonomi yang ada sekitar 3 sektor<br />
yang mampu menciptakan output baru di atas rata –rata yaitu sektor<br />
bangunan sebesar 1,879 yang merupakan sektor yang paling besar angka<br />
pengganda outputnya. Nilai ini menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan<br />
permintaan akhir terhadap sektor bangunan sebesar 1 miliar rupiah<br />
sementara permintaan akhir pada sektor lainnya tidak berubah maka output<br />
perekonomian di Sulawesi Selatan akan meningkat sebesar 1,879 miliar<br />
rupiah. Sektor industri pengolahan terutama subsektor industri makanan,<br />
minuman dan tembakau (kode 3b1) dan sektor angkutan dan komunikasi<br />
terutama subsektor angkutan laut (kode 7a3) dan subsektor angkutan udara<br />
33
(kode 7a5) juga mempunyai angka pengganda output di atas rata-rata<br />
masing-masing 1,767 dan 1,388.<br />
Di sisi lain sektor pertanian mempunyai nilai pengganda output terkecil<br />
yaitu sebesar 1,156. Dapat diartikan apabila terjadi peningkatan permintaan<br />
akhir terhadap sector pertanian sebesar 1 miliar rupiah sementara<br />
permintaan akhir pada sektor lain tidak berubah maka output seluruh sektor<br />
dalam perkonomian di Sulawesi Selatan hanya mampu meningkat sebesar 1,<br />
156 miliar rupiah.<br />
Rekomendasi yang dapat ditarik dari uraian tersebut adalah efek<br />
maksimum dalam hal peningkatan produksi (pembentukan output) akan<br />
terjadi apabila setiap satuan uang untuk permintaan akhir dibelanjakan untuk<br />
membeli output yang mempunyai angka pengganda terbesar. Pembangunan<br />
daerah yang lebih mengejar tingkat pertumbuhan ekonomi hendaknya<br />
menggunakan kriteria angka pengganda ini untuk perencanaan kebijakannya.<br />
Kode<br />
<strong>Tabel</strong> 1.<br />
Nilai Output dan AngkaPengganda Output Menurut 9 (sembilan)<br />
Sektor EkonomiProvinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009<br />
Sektor<br />
Nilai Output<br />
(Juta Rupiah)<br />
Pengganda<br />
Output<br />
1 Pertanian 41,852,828.9 1.156<br />
2 Pertambangan dan Penggalian 9,519,650.5 1.187<br />
3 Industri Pengolahan 47,698,416.2 1.767<br />
4 Listrik, Gair Bersih 2,969,297.3 1.200<br />
5 Bangunan 17,192,519.5 1.879<br />
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 22,475,077.4 1.220<br />
7 Angkutan dan Komunikasi 12,681,609.2 1.388<br />
8 Keuangan, Real Estate dan Jasa Persh. 8,193,820.0 1.221<br />
9 Jasa-jasa 22,739,134.6 1.282<br />
Rata-rata 185,322,353.5 1.367<br />
34
2. Pengganda Pendapatan<br />
Dari tabel 2 terlihat sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang<br />
paling tinggi angka pengganda pendapatannya sebesar 2,378. Nilai ini<br />
menunjukkan adanya peningkatan permintaan akhir sebesar 1 satuan pada<br />
sektor ini akan menyebabkan peningkatan pendapatan masyarakat yang<br />
bekerja pada sektor tersebut sebanyak 2,378 kali. Sektor Bangunan yang<br />
memiliki pengganda output terbesarjuga memiliki nilai pengganda<br />
pendapatan yang cukup tinggi yakni sebesar 1,830 atau menempati peringkat<br />
kedua dan sektor Angkutan dan komunikasi mempunyai angka pengganda<br />
pendapatan tertinggi ketiga yakni sebesar 1,441. Sedangkan sektor Jasa-jasa<br />
mempunyai nilai pengganda pendapatan hanya sebesar 1,062 atau terkecil<br />
dari sembilan sektor. Hal ini berarti apabila terjadi peningkatan permintaan<br />
akhir 1 satuan pada sektor ini hanya berdampak terhadap peningkatan<br />
pendapatan masyarakat yang bekerja pada sektor tersebut sebesar 1,062<br />
kali.<br />
Jika dilihat menurut subsektornya sektor industri pengolahan terutama di<br />
dukung oleh subsektor industri makanan, minuman dan tembakau (kode<br />
3b1) dan sektor angkutan dan komunikasi terutama subsektorangkutan udara<br />
(kode 7a5) dan angkutan jalan raya (kode 7a2) yang mempunyai angka<br />
pengganda pendapatan yang besar.<br />
Jika sasaran utama suatu daerah adalah mendorong peningkatan<br />
pendapatan masyarakat maka pemerintah harus mendorong pada semua<br />
steakholder untuk mengalokasikan setiap satuan uang untuk dibelanjakan<br />
kepada output sektor yang mempunyai angka pengganda pendapatan<br />
terbesar. Hal ini dimaksudkan untuk optimalisasi peningkatan pendapatan<br />
dalam perekonomian.<br />
35
<strong>Tabel</strong> 2.<br />
Angka Pengganda Pendapatan Menurut 9 (sembilan) Sektor Ekonomi<br />
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009<br />
Kode<br />
Sektor<br />
Pengganda<br />
Pendapatan<br />
1 Pertanian 1.190<br />
2 Pertambangan dan Penggalian 1.131<br />
3 Industri Pengolahan 2.378<br />
4 Listrik. Gas dan air Bersih 1.234<br />
5 Bangunan 1.830<br />
6 Perdagangan. Hotel dan Restoran 1.156<br />
7 Angkutan dan Komunikasi 1.441<br />
8 Keuangan. Real Estate dan Jasa Persh. 1.185<br />
9 Jasa-jasa 1.062<br />
Rata-rata 1.401<br />
3. Pengganda Tenaga Kerja<br />
Selain dapat digunakan untuk menganalisis tingkat produksi maupun<br />
penciptaan pendapatan, analisis angka pengganda dapat juga digunakan untuk<br />
menganalisis tingkat kebutuhan tenaga kerja sektoral dalam perekonomian.<br />
Berdasarkan angka pengganda tenaga kerja sektor yang mempunyai angka<br />
pengganda tenaga kerja terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu<br />
sebesar 5,364. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan permintaan<br />
akhir sebesar satu satuan pada sektor ini akan menyebabkan peningkatan<br />
kesempatan kerja sebesar 5,364 kali. Hasil ini konsisten dengan angka<br />
pengganda pendapatan, dimana sektor industri pengolahan merupakan sektor<br />
yang paling potensial dalam menciptakan pendapatan masyarakat. Sektor<br />
pertambangan dan penggalian serta sektor bangunan juga merupakan sektor<br />
yang mempunyai potensi dalam menciptakan kesempatan kerja. karena<br />
mempunyai angka pengganda tenaga kerja yang cukup tinggi – masing-masing<br />
sebesar 2,342 dan 2,326. Sedangkan sektor yang terendah angka pengganda<br />
36
tenaga kerja adalah sektor pertanian. Sektor pertanian hanya memiliki angka<br />
pengganda tenaga kerja sebesar 1,113.<br />
<strong>Tabel</strong> 3.<br />
Angka Pengganda Tenaga Kerja Menurut 9 (sembilan) Sektor Ekonomi<br />
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009<br />
Kode<br />
Sektor<br />
Pengganda<br />
Tenaga Kerja<br />
1 Pertanian 1.113<br />
2 Pertambangan dan Penggalian 2.342<br />
3 Industri Pengolahan 5.364<br />
4 Listrik. Gair Bersih 1.419<br />
5 Bangunan 2.326<br />
6 Perdagangan. Hotel dan Restoran 1.140<br />
7 Angkutan dan Komunikasi 1.300<br />
8 Keuangan. Real Estate dan Jasa Persh. 1.497<br />
9 Jasa-jasa 1.310<br />
Rata-rata 1.979<br />
B.Analisis Keterkaitan<br />
<strong>Tabel</strong> 4.<br />
Daya Penyebaran dan Indeks Daya Penyebaran. Daya Kepekaan dan Indeks<br />
Daya Kepekaan Menurut 9 (Sembilan) Sektor Ekonomi<br />
LAPANGAN USAHA<br />
Kode<br />
Daya<br />
Penyebaran<br />
Indeks Daya<br />
Penyebaran<br />
Daya<br />
Kepekaan<br />
Indeks Daya<br />
Kepekaan<br />
Pertanian 1 1.15574 0.84574 1.76604 1.29234<br />
Pertambangan & Penggalian 2 1.18722 0.86878 1.18663 0.86834<br />
Industri Pengolahan 3 1.76666 1.29280 1.80643 1.32190<br />
Listrik, Gas & Air bersih 4 1.19985 0.87802 1.15522 0.84536<br />
Bangunan 5 1.87862 1.37473 1.20262 0.88005<br />
Perdagangan, Hotel & Restoran 6 1.21962 0.89249 1.45908 1.06772<br />
Angkutan & Komunikasi 7 1.38827 1.01590 1.37714 1.00776<br />
Keuangan, Real Estate & Js Persh. 8 1.22088 0.89341 1.32662 0.97079<br />
Jasa-Jasa 9 1.28201 0.93814 1.01910 0.74575<br />
37
Berdasarkan klasifikasi 9 (sembilan) sektor ekonomi, sektor-sektor yang<br />
memiliki indeks daya penyebaran (keterkaitan dengan sektor-sektor hulunya) di<br />
atas rata-rata sektor lainnya adalah sektor bangunan, industri pengolahan dan<br />
angkutan dan komunikasi. Dapat dikatakan bahwa ketiga sektor tersebut<br />
merupakan sektor yang strategis dalam memacu pertumbuhan.Begitu jika dilihat<br />
keterkaitan dengan sektor-sektor hilirnya (penggunaan output dari suatu sektor)<br />
terlihat bahwa sektor industri pengolahan, sektor pertanian, sektor perdagangan,<br />
hotel dan restoran serta sektor angkutan dan komunikasi merupakan sektor<br />
yang stategis karena secara relatif sektor tersebut dapat memenuhi permintaan<br />
akhir sebanyak diatas kemampuan rata-rata dari sektor lainnya.<br />
Jika pengamatan terhadap indeks daya penyebaran dan indeks derajat<br />
kepekaan digabungkan.maka dapat disusun 4 (empat) kelompok atau 4<br />
kuadran.yaitu : Kelompok I; sektor-sektor yang memiliki indeks daya penyebaran<br />
dan daya kepekaan tinggi. Kelompok II; sektor-sektor dengan indeks daya<br />
penyebaran rendah dan daya kepekaan tinggi. Kelompok III; sektor-sektor<br />
dengan indeks daya penyebaran dan indeks daya kepekaan rendah dan<br />
Kelompok IV; sektor-sektor yang memiliki indeks daya penyebaran tinggi dan<br />
indeks daya kepekaan rendah.<br />
Indeks daya penyebaran atau daya kepekaan suatu sektor dikatakan<br />
tinggi jika nilainya lebih dari 1, sebaliknya jika nilainya kurang dari 1 disebut<br />
rendah.Untuk lebih sederhana (digunakan 9 sektor ekonomi), keterkaitan antar<br />
sektor dapat dilihat pada Grafik 1. Nampak bahwa sektor Industri pengolahan<br />
dan sektor angkutan dan komunikasi merupakan sektor yang mempunyai<br />
keterkaitan baik pada sektor hulu dan hilirnya. Artinya bahwa sektor industri<br />
pengolahan dan sektor angkutan dan komunikasi mampu mendorong sekaligus<br />
menarik sektor lain dalam meningkatkan output. Kedua sektor ini dapat<br />
dikatakan sektor unggulan karena memiiki nilai indeks daya penyebaran dan<br />
indeks daya kepekaan diatas satu.Sektor Pertanian dan sektor<br />
Perdagangan.hotel dan restoran mempunyai tingkat ketergantungan yang tinggi<br />
terhadap sektor lain. dan tingkat daya dorong yang relatif rendah dibandingkan<br />
dengan sektor lain. Sedangkan sektor bangunan mempunyai daya dorong yang<br />
38
kuat terhadap sektor lain dan tingkat ketergantungan dengan sektor lain relatif<br />
rendah. Sektor listrik,gas dan air bersih , sektor pertambangan dan penggalian,<br />
sektor lembaga keuangan dan sektor jasa-jasa mempunyai daya dorong dan<br />
tingkat ketergantungan yang relatif rendah dibandingkan dengan sektor lainnya.<br />
Grafik1.<br />
Indeks Derajat Kepekaan dan Indeks Derajat Kepekaan<br />
Menurut 9 (Sembilan) Sektor Ekonomi<br />
Keterangan :<br />
1. Pertanian 6. Perdagangan, Hotel Restoran<br />
2. Pertambangan dan Penggalian 7. Angkutan dan Komunikasi<br />
3. Industri Pengolahan 8. Keuangan,Persewaan dan Jasa Persh<br />
4. Listrik, Gas dan Air 9. Jasa-jasa<br />
5. Bangunan<br />
39
C. Analisis Dampak<br />
1. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Penciptaan Output<br />
Regional<br />
Dari hasil perhitungan dampak output masing-masing sektor ekonomi<br />
yang dipengaruhi oleh komponen permintaan akhir (permintaan akhir belum<br />
mengalami peningkatan) seperti yang tercantum di dalam <strong>Tabel</strong> 5. dapat<br />
diketahui bahwa sebagian besar output yang tercipta di Provinsi Sulawesi Selatan<br />
terbentuk oleh karena adanya dorongan konsumsi rumah tangga dan ekspor<br />
barang dan jasa. Dari nilai output yang besarnya mencapai 185,32 triliun rupiah,<br />
sebesar 32,67 dari konsumsi rumahtangga dan 33,10 persen dari ekspor.<br />
Dengan kata lain, peran dari kedua komponen permintaan akhir ini dalam<br />
menciptakan output hampir mencapai 65,76 persen dari keseluruhan output<br />
yang terbentuk di Provinsi Sulawesi Selatan. Komponen lain yang juga<br />
berpengaruh cukup besar dalam pembentukan output adalah pembentukan<br />
modal tetap bruto. Komponen ini membentuk output dalam perekonomian<br />
Sulawesi Selatan sebesar 17,25 persen.<br />
<strong>Tabel</strong> 5.<br />
Dampak Permintaan Akhir Terhadap Pembentukan Output<br />
Menurut 9 Sektor (Juta Rupiah)<br />
Kode<br />
Sektor<br />
301 302 303 304 3051 3052 306 309<br />
1. 17,543,873 1,021,099 2,873,798 1,126,801 6,585,559 12,672,437 29,262 41,852,829<br />
2. 351,036 50,290 715,736 2,240,215 6,047,614 97,138 17,622 9,519,650<br />
3. 15,606,575 1,236,287 7,556,995 138,974 4,003,134 19,091,496 64,954 47,698,416<br />
4. 2,051,570 223,402 164,972 48,904 116,013 227,764 136,673 2,969,297<br />
5. 558,413 490,818 15,477,034 118,929 365,520 128,749 53,057 17,192,520<br />
6. 12,104,640 1,022,560 3,196,965 101,066 2,405,834 3,487,738 156,275 22,475,077<br />
7. 6,094,427 1,598,001 1,259,073 110,658 926,743 1,254,268 1,438,440 12,681,609<br />
8. 5,215,594 377,484 686,435 61,533 451,585 1,222,707 178,482 8,193,820<br />
9. 1,009,646 21,516,796 31,086 7,624 44,712 91,892 37,380 22,739,135<br />
Jumlah 60,535,773 27,536,737 31,962,094 3,954,703 20,946,713 38,274,189 2,112,144 185,322,354<br />
40
Keterangan :<br />
301 Konsumsi Rumahtangga 3052 Ekspor Barang Antar Pulau<br />
302 Konsumsi Pemerintah 3059 Jumlah Ekspor Barang<br />
303 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 306 Ekspor Jasa<br />
304 Perubahan Stok 309 Jumlah Permintaan Akhir<br />
3051 Ekspor Barang Luar Negeri<br />
Apabila kita telusuri dampak permintaan akhir terhadap pembentukan<br />
output menurut sektor, pengaruh terbesar dari permintaan akhir terhadap<br />
pembentukan output terjadi di sektor industri pengolahan yang mencapai 25,74<br />
persen, kemudian terbesar kedua dan ketiga adalah sektor pertanian (22,58<br />
persen) dan Jasa-jasa (12,27 persen).<br />
2. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Pendapatan Masyarakat<br />
Jika dilihat menurut kontribusinya dampak dari permintaan akhir<br />
(permintaan akhir belum mengalami peningkatan) terhadap pembentukan<br />
pendapatan masyarakatmenunjukan sebagian besar akibat pengaruh dari<br />
konsumsi pemerintah dan konsumsi rumahtangga.Kedua komponen ini<br />
mempengaruhi pembentukan pendapatan masyarakat di Sulawesi Selatan<br />
sebesar 65 persen. Sisanya sebesar 35 persen merupakan pengaruh dari<br />
pembentukan modal tetap bruto, ekspor barang dan jasa dan komponen<br />
perubahan stok.<br />
Bila kita amati menurut sektor ekonomi, dampak permintaan akhir<br />
(permintaan akhir belum mengalami peningkatan) terhadap pembentukan<br />
pendapatan masyarakat terbesar terjadi di sektor jasa-jasa (40,06 persen),<br />
terbesar kedua dan ketiga terjadi di sektor pertanian dan sektor perdagangan,<br />
hotel dan restoran yaitu masing-masing sebesar 16,13 persen dan 11,85persen.<br />
Secara lengkap dampak dari masing-masing komponen permintaan akhir<br />
terhadap pembentukan pendapatan masyarakat untuk setiap sektornya dapat<br />
dilihat pada <strong>Tabel</strong> 6.<br />
41
<strong>Tabel</strong> 6.<br />
Dampak Permintaan Akhir Terhadap Pembentukan Pendapatan Masyarakat<br />
Menurut 9 (sembilan) Sektor Ekonomi (Juta Rupiah)<br />
Kode<br />
Sektor<br />
301 302 303 304 3051 3052 306 309<br />
1. 2,376,218 138,302 389,240 152,619 891,976 1,716,409 3,963 5,668,727<br />
2. 68,469 9,809 139,603 436,951 1,179,578 18,947 3,437 1,856,794<br />
3. 1,194,460 94,620 578,380 10,636 306,383 1,461,181 4,971 3,650,633<br />
4. 309,727 33,727 24,906 7,383 17,515 34,386 20,634 448,276<br />
5. 70,870 62,292 1,964,252 15,094 46,390 16,340 6,734 2,181,971<br />
6. 2,242,785 189,463 592,343 18,726 445,760 646,219 28,955 4,164,251<br />
7. 788,455 206,738 162,890 14,316 119,896 162,268 186,095 1,640,659<br />
8. 924,887 66,940 121,726 10,912 80,080 216,824 31,650 1,453,019<br />
9. 625,130 13,322,287 19,247 4,720 27,683 56,895 23,144 14,079,107<br />
8,601,000 14,124,178 3,992,587 671,357 3,115,261 4,329,470 309,584 35,143,437<br />
3. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Tenaga Kerja.<br />
a). Penyerapan Tenaga Kerja<br />
Peyerapan tenaga kerja untuk setiap sektor ekonomi mempunyai daya<br />
serap yang berbeda-beda, hal ini sangat tergantung apakah sektor tersebut<br />
merupakan sektor padat karya atau sektor padat modal. Secara umum<br />
penyerapan tenaga kerja dengan output sebesar Rp.185,32 triliun mampu<br />
menyerap 3.286.863 orang. Pada tabel 7.menunjukkan bahwa sektor pertanian<br />
merupakan sektor penyerap tenaga kerja yang sangat besar. Hal tersebut mudah<br />
dipahami karena sektor pertanian merupakan sektor basis Provinsi Sulawesi<br />
Selatan.Sektor kedua dan ketiga terbesar penyerap tenaga kerja adalah sektor<br />
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa.<br />
42
<strong>Tabel</strong> 7.<br />
Output dan Penyerapan Tenaga Kerja menurut Sektor<br />
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009<br />
Kode<br />
Sektor<br />
Output<br />
(Juta Rp.)<br />
Orang<br />
Tenaga Kerja<br />
Persen<br />
Koefisien Tenaga<br />
kerja<br />
1. Pertanian 41,852,828.85<br />
2. Pertambangan & Penggalian 9,519,650.45<br />
3. Industri Pengolahan 47,698,416.24<br />
4. Listrik, Gas & Air bersih 2,969,297.25<br />
5. Bangunan 17,192,519.53<br />
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 22,475,077.38<br />
7. Angkutan & Komunikasi 12,681,609.24<br />
8. Keuangan, Real Estate & Js Persh. 8,193,819.98<br />
9. Jasa-Jasa 22,739,134.58<br />
1,632,416 49.66 0.03900<br />
17,856 0.54 0.00188<br />
218,959 6.66 0.00459<br />
8,845 0.27 0.00298<br />
169,637 5.16 0.00987<br />
649,133 19.75 0.02888<br />
187,844 5.71 0.01481<br />
38,123 1.16 0.00465<br />
364,050 11.08 0.01601<br />
Total 185,322,353.50 3,286,863 100.00 0.01774<br />
Sumber Data Tenaga Kerja : Hasil Olah Sakernas<br />
Perbandingan antara jumlah tenaga kerja dengan jumlah output akan<br />
diperoleh koefisien tenaga kerja. Koefisien tenaga kerja ini dapat mencerminkan<br />
besarnya daya serap tenaga kerja setiap sektor ekonomi. Secara umum<br />
penyerapan tenaga kerja dalam Rp.1 miliar akan menyerap 18 orang, sektor<br />
pertanian dalam Rp.1 miliar akan mampu menyerap sekitar 39 orang,<br />
perdagangan 29 orang dan jasa-jasa 16 orang. Sektor yang relatif rendah dalam<br />
penyerapan tenaga kerja adalah sektor pertambangan dan penggalian dan<br />
sektor listrik, gas dan air bersih.<br />
b). Dampak Permintaan Akhir Terhadap Penciptaan Lapangan kerja<br />
Dari uraian terdahulu telah dijelaskan bahwa tenaga kerja merupakan<br />
salah satu faktor produksi yang balas jasa terhadapnya merupakan salah satu<br />
dari komponen input primer. Sehingga sesuai dengan asumsi dasar I-O, maka<br />
tenaga kerja memiliki hubungan linear dengan output. Hal ini berarti bahwa naik<br />
turunnya output disuatu sektor akan berpengaruh terhadap naik turunnya jumlah<br />
tenaga kerja di sektor tersebut.<br />
43
<strong>Tabel</strong> 8.<br />
Dampak Permintaan Akhir Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja menurut<br />
Komponen Permintaan Akhir Tahun 2009 (orang)<br />
Kode<br />
Sektor<br />
301 302 303 304 3051 3052 306 309<br />
1. 684,276 39,827 112,089 43,949 256,861 494,272 1,141 1,632,416<br />
2. 658 94 1,343 4,202 11,344 182 33 17,856<br />
3. 71,642 5,675 34,690 638 18,376 87,639 298 218,959<br />
4. 6,111 665 491 146 346 678 407 8,845<br />
5. 5,510 4,843 152,710 1,173 3,607 1,270 524 169,637<br />
6. 349,610 29,534 92,336 2,919 69,486 100,734 4,514 649,133<br />
7. 90,273 23,670 18,650 1,639 13,727 18,579 21,307 187,844<br />
8. 24,266 1,756 3,194 286 2,101 5,689 830 38,123<br />
9. 16,164 344,481 498 122 716 1,471 598 364,050<br />
1,248,511 450,545 416,001 55,075 376,563 710,515 29,652 3,286,863<br />
Dari hasil perhitungan dampak permintaan akhir (permintaan akhir belum<br />
mengalami peningkatan) terhadap kesempatan kerja, seperti yang terlihat pada<br />
<strong>Tabel</strong> 8. tenaga kerja yang terbentuk terbesar juga masih berasal dari pengaruh<br />
konsumsi rumahtangga, yang mencapai 39,98 persen, diikuti oleh ekspor<br />
sebesar 33,07 persen dan konsumsi pemerintah 13,71 persen. Lebih rinci apabila<br />
dilihat menurut sektornya, terlihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor<br />
yang paling banyak terbentuknya tenaga kerja yaitu mencapai 49,66 persen,<br />
terbesar kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,75<br />
persen dan sektor jasa-jasa sebesar 11,08 persen.<br />
D. Simulasi Kebijakan Meningkatkan Permintaan Akhir<br />
Dalam analisis ini disajikan simulasi adanya peningkatan permintaan akhir<br />
melalui meningkatan salah satu komponennya. Melalui simulasi ini dapat<br />
memberikan gambaran bagaimana dampak kenaikan permintaan akhir terhadap<br />
output perekonomian Sulawesi Selatan.dampak terhadap peningkatan<br />
pendapatan masyarakat dan dampak terhadap kebutuhan tenaga kerja. Simulasi<br />
ini disajikan dalam beberapa contoh kebijakan antara lain meningkatkan PMTB<br />
(investasi) dan ekspor (dalam dan luar negeri) sebesar 1 persen.5 persen.10<br />
44
persen.15 persen.20 persen dan 25 persen (terlampir) namun hanya kebijakan 5<br />
persen yang yang digunakan sebagai contoh dalam ulasan ini.<br />
<strong>Tabel</strong> 9.<br />
Simulasi Dampak Kenaikan Permintaan Akhir (Investasi ) sebesar 5%<br />
Terhadap Output. Kebutuhan Tenaga Kerja dan Pendapatan<br />
Sektor<br />
Output Awal<br />
(Rp. Juta)<br />
FD naik 5%<br />
(Rp. Juta)<br />
Kenaikan<br />
Output<br />
(Rp. Juta)<br />
Kenaikan<br />
Output (%)<br />
Kebutuhan<br />
TK (0rang)<br />
Tambahan<br />
Pendapatan<br />
(Juta Rp.)<br />
Pertanian 41,852,828.85 7,403.75 143,689.92 0.34 5,604 19461.98<br />
Pertambangan & Penggalian 9,519,650.45 0.00 35,786.78 0.38 67 6980.16<br />
Industri Pengolahan 47,698,416.24 40,789.00 377,849.76 0.79 1,735 28919.00<br />
Listrik, Gas & Air bersih 2,969,297.25 0.00 8,248.59 0.28 25 1245.29<br />
Bangunan 17,192,519.53 766,710.96 773,851.70 4.50 7,636 98212.60<br />
Perdagangan, Hotel & Restoran 22,475,077.38 50,551.24 159,848.25 0.71 4,617 29617.17<br />
Angkutan & Komunikasi 12,681,609.24 11,145.19 62,953.66 0.50 932 8144.51<br />
Keuangan, Real Estate & Js Persh. 8,193,819.98 0.00 34,321.77 0.42 160 6086.32<br />
Jasa-Jasa 22,739,134.58 0.00 1,554.28 0.01 25 962.34<br />
Total 185,322,353.50 876,600.14 1,598,104.71 0.86 20,800 199629.37<br />
Dari Hasil simulasi apabila adanya kebijakan menaikkan investasi sebesar<br />
5 persen pada masing-masing sektor terlihat bahwa sektor bangunan yang<br />
paling besar persentase dampak perubahan outputnya yaitu sekitar 4,50 persen<br />
dimana output awalnya sebesar 17,19 triliun rupiah menjadi 17,97 triliun rupiah<br />
atau bertambah 773,85 miliar rupiah. Sektor industri pengolahan menempati<br />
urutan kedua dengan persentase peningkatan output sebesar 0,79 persen<br />
namun outputnya hampir tiga kalinya output sektor bangunan, dimana output<br />
awalnya sebesar 47,70 triliun rupiah meningkat menjadi 48,68 triliun rupiah atau<br />
bertambah 377,85 miliar rupiah. Sektor perdagangan. hotel dan restoran<br />
menempati urutan ketiga dengan persentase peningkatan output sebesar 0,71<br />
persen dengan output awal sebesar 22,48 triliun rupiah meningkat menjadi<br />
22,64 triliun rupiah atau bertambah 159,85 miliar rupiah, sedangkan dampak<br />
yang terjadi terhadap output perekonomian Sulawesi Selatan apabila seluruh<br />
sektor ditingkatkan investasinya sebesar 5 persen sebesar 0,86 persen atau<br />
meningkat dari 185,32 triliun rupiah menjadi 186,92 triliun rupiah atau<br />
45
ertambah 1,60 triliun rupiah. Bagaimana dengan sektor pertanian?sektor<br />
pertanian hanya memberikan dampak perubahan output sebesar 0,34 persen<br />
atau menempati urutan ke-7 dengan dampak awal sebesar 41,85 triliun rupiah<br />
meningkat menjadi 41,70 triliun rupiah atau bertambah 143,69 milyar rupiah.<br />
Meningkatnya permintaan akhir membuat suatu usaha membutuhkan<br />
tambahan input primernya antara lain tenaga kerja. Dengan kebijakan<br />
menaikkan investasi sebesar 5 persen pada masing-masing sektor terlihat<br />
dampaknya pada sektor bangunan yang paling besar menyerap tenaga kerja<br />
yaitu sebanyak 36,71 persen diikuti oleh sektor pertanian 26,94 persen dan<br />
sektor perdagangan sebesar 22,20 persen. Sektor industri pengolahan<br />
menempati urutan selanjutnya dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 8,34<br />
persen dan total tambahan tenaga kerja di Sulawesi Selatan sebanyak 20.800<br />
orang.<br />
Seiring dengan meningkatnya output pendapatan masyarakat ikut<br />
mengalami peningkatan. Sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan<br />
restoran dan sektor industri pengolahan yang paling besar menikmati<br />
peningkatan pendapatan tersebut. Ketiga sektor itu menikmati peningkatan<br />
pendapatan lebih dari 78 persen dan sisanya 22 persen dinikmati oleh sektor<br />
lainnya.<br />
Bagaimana dampak terhadap output perekonomian Sulawesi Selatan,<br />
dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarat dan dampak terhadap<br />
kebutuhan tenaga kerja jika pemerintah menaikkan target ekspor (dalam dan<br />
luar negeri) sebesar 5 persen? Dari <strong>Tabel</strong> simulasi di bawah terlihat sektor<br />
Pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang paling tinggi persentase<br />
dampak peningkatan outputnya yaitu 3,23 persen . Sebagai gambaran ekspor<br />
utama Sulawesi Selatan adalah merupakan hasil tambang nikel dimana output<br />
awalnya sebanyak 9,52 triliun rupiah meningkat menjadi 9,83 triliun rupiah atau<br />
bertambah outputnya sebanyak 307,24 miliar rupiah. Sektor Industri Pengolahan<br />
menempati urutan kedua persentase peningkatan outputnya yaitu sebesar 2,42<br />
persen walaupun demikian nilai outputnya jauh lebih besar dimana output awal<br />
sebesar 47,70 triliun rupiah menjadi 48,85 triliun rupiah atau outputnya<br />
46
ertambah 1,155 triliun rupiah. Sektor Pertanian menempati urutan selanjutnya<br />
dengan persentase peningkatan sebesar 2,30 persen dimana output awal<br />
sebesar 41,85 triliun rupiah menjadi 42,82 triliun rupiah atau bertambah 962,9<br />
miliar rupiah. Dengan adanya peningkatan ekspor sebesar 5 persen output<br />
perekonomian di Sulawesi Selatan meningkat dari 185,32 triliun rupiah menjadi<br />
188,28 truliun rupiah atau bertambah 2,96 triliun rupiah.<br />
<strong>Tabel</strong> 10.<br />
Simulasi Kebijakan Meningkatkan Komponen Permintaan Akhir<br />
Ekspor Dalam dan Luar Negeri<br />
Sektor<br />
Output Awal<br />
(Rp. Juta)<br />
FD naik 5%<br />
(Rp. Juta)<br />
Kenaikan<br />
Output<br />
(Rp. Juta)<br />
Kenaikan<br />
Output (%)<br />
Kebutuhan TK<br />
(Orang)<br />
Tambahan<br />
Pendapatan<br />
(Juta Rp.)<br />
Pertanian 41,852,828.85 519,917.61 962,899.82 2.30 37,557 130,419.30<br />
Pertambangan & Penggalian 9,519,650.45 300,099.57 307,237.58 3.23 576 59,926.25<br />
Industri Pengolahan 47,698,416.24 994,721.56 1,154,731.54 2.42 5,301 88,378.21<br />
Listrik, Gas & Air bersih 2,969,297.25 0.00 17,188.87 0.58 51 2,595.01<br />
Bangunan 17,192,519.53 0.00 24,713.43 0.14 244 3,136.48<br />
Perdagangan, Hotel & Restoran 22,475,077.38 159,028.80 294,678.59 1.31 8,511 54,598.95<br />
Angkutan & Komunikasi 12,681,609.24 37,874.50 109,050.52 0.86 1,615 14,108.20<br />
Keuangan, Real Estate & Js Persh. 8,193,819.98 0.00 83,714.58 1.02 389 14,845.20<br />
Jasa-Jasa 22,739,134.58 0.00 6,830.16 0.03 109 4,228.95<br />
Total 185,322,353.50 2,011,642.04 2,961,045.10 1.60 54,354 372,236.54<br />
Dampak terhadap kebutuhan tenaga kerja akibat peningkatan permintaan<br />
akhir dalam hal ini ekspor sebesar 5 persen terlihat sektor pertanian paling<br />
banyak menyerap tambahan tenaga kerja sebesar 69,10 persen.diikuti sektor<br />
perdagangan, hotel dan restoran 15,66 persen dan sektor industri pengolahan<br />
9,75 persen dari sekitar 54.354 tambahan tenaga kerja di Sulawesi Selatan.<br />
Dampak terhadap peningkatan pendapatan masyarakat akibat<br />
peningkatan permintaan akhir dalam hal ini ekspor sebesar 5 persen diperoleh<br />
bahwa sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri<br />
pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran yang paling banyak<br />
menikmati peningkatan pendapatan. Keempat sektor tersebut menikmati<br />
47
peningkatan pendapatan hampir 90 persen dan hanya 10 persen saja dinikmati<br />
sektor lainnya.<br />
Setelah diperoleh gambaran dampak dari peningkatan investasi dan<br />
ekspor sebesar 1 persen, 5 persen, 10 persen, 15 persen, 20 persen dan 25<br />
persen melalui simulasi kebijakan di atas timbul pertanyaan seberapa besar nilai<br />
peningkatan permintaan akhir 1 sampai 25 persen itu. Berikut ini di tampilkan<br />
besarnya investasi yang dibutuhkan. Dari tabel dibawah ini dapat diperoleh<br />
gambaran besaran investasi yang harus dikeluarkan jika pemerintah ingin<br />
meningkatkan output, membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan<br />
pendapatan masyarakat melalui peningkatan salah satu komponen permintaan<br />
akhir yaitu Investasi atau PMTB.<br />
<strong>Tabel</strong> 11<br />
Nilai Investasi Yang dibutuhkan Menurut Besarnya Persentase Peningkatan PMTB<br />
(Juta Rp.)<br />
Kode<br />
Sektor<br />
Fd Awal<br />
(Juta Rp.)<br />
1% 5% 10% 15% 20% 25%<br />
1 Pertanian 148,074.92 1,480.75 7,403.75 14,807.49 22,211.24 29,614.98 37,018.73<br />
2 Pertambangan & Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
3 Industri Pengolahan 815,780.06 8,157.80 40,789.00 81,578.01 122,367.01 163,156.01 203,945.02<br />
4 Listrik, Gas & Air bersih 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
5 Bangunan 15,334,219.12 153,342.19 766,710.96 1,533,421.91 2,300,132.87 3,066,843.82 3,833,554.78<br />
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1,011,024.89 10,110.25 50,551.24 101,102.49 151,653.73 202,204.98 252,756.22<br />
7 Angkutan & Komunikasi 222,903.73 2,229.04 11,145.19 22,290.37 33,435.56 44,580.75 55,725.93<br />
8 Keuangan, Real Estate & Js Persh. 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
9 Jasa-Jasa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Total 17,532,002.72 175,320.03 876,600.14 1,753,200.27 2,629,800.41 3,506,400.54 4,383,000.68<br />
Jika Pemerintah meningkatkan investasi sebesar 5 persen investasi yang<br />
dibutuhkan sekitar 876,6 miliar rupiah dan paling besar dialokasikan untuk sektor<br />
bangunan hal ini wajar karena investasi atau PMTB banyak berupa<br />
pembangunan sarana fisik seperti bangunan, jalan , jembatan dan lain<br />
sebagainya. Sektor Perdagangan, hotel dan restoran dan sektor Industri<br />
pengolahan menempati urutan kedua dan ketiga namun nilainya jauh dibawah<br />
48
sektor Bangunan. Sektor pertanian jika dinaikkan investasinya sebesar 5 persen<br />
dana yang dibutuhkan sekitar 7,4 miliar rupiah.<br />
Jika permintaan akhir yang dinaikkan adalah ekspor dalam dan luar negeri<br />
maka besarnya nilai target ekspor yang dibutuhkan seperti tertera pada tabel<br />
dibawah misalnya target ekspor dalam dan luar negeri dinaikkan sebesar 5<br />
persen terlihat total nilai ekspor yang ditargetkan sekitar 2,01 triliun rupiah dan<br />
paling besar adalah sektor industri pengolahan sebesar 994,72 miliar rupiah<br />
diikuti oleh sektor pertanian sebesar 519,92 miliar rupiah dan sektor<br />
Pertambangan dan penggalian sebesar 300,10 miliar rupiah.<br />
<strong>Tabel</strong> 12<br />
Nilai Ekspor Dalam dan Luar Negeri Berdasarkan Persentase Peningkatan Target<br />
Ekspor Dalam dan Luar (Juta Rp)<br />
Kode<br />
Sektor<br />
Fd Awal<br />
(Juta Rp.)<br />
1% 5% 10% 15% 20% 25%<br />
1 Pertanian 10,398,352.22 103,983.52 519,917.61 1,039,835.22 1,559,752.83 2,079,670.44 2,599,588.06<br />
2 Pertambangan & Penggalian 6,001,991.31 60,019.91 300,099.57 600,199.13 900,298.70 1,200,398.26 1,500,497.83<br />
3 Industri Pengolahan 19,894,431.18 198,944.31 994,721.56 1,989,443.12 2,984,164.68 3,978,886.24 4,973,607.80<br />
4 Listrik, Gas & Air bersih 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
5 Bangunan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 3,180,576.05 31,805.76 159,028.80 318,057.61 477,086.41 636,115.21 795,144.01<br />
7 Angkutan & Komunikasi 757,490.07 7,574.90 37,874.50 75,749.01 113,623.51 151,498.01 189,372.52<br />
8 Keuangan, Real Estate & Js Persh. 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
9 Jasa-Jasa 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00<br />
Total 40,232,840.83 402,328.41 2,011,642.04 4,023,284.08 6,034,926.12 8,046,568.17 10,058,210.21<br />
49
BAB V. KESIMPULAN, SARAN, REKOMENDASI DAN<br />
IMPLIKASI KEBIJAKAN<br />
A. Kesimpulan<br />
1. Sektor-sektor pemacu pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan tahun<br />
2009 adalah sektor Bangunan, sektor Industri Pengolahan dan sektor<br />
Angkutan dan Komunikasi.<br />
2. Sektor Industri Pengolahan, sektor Bangunan dan sektor Angkutan dan<br />
Komunikasi merupakan sektor-sektor yang potensial dalam memacu<br />
pendapatan masyarakat di Sulawesi Selatan.<br />
3. Sektor-sektor yang potensial dalam menciptakan kesempatan kerja di<br />
Sulawesi Selatan adalah sektor Industri Pengolahan, sektor Bangunan dan<br />
sektor Pertambangan dan penggalian.<br />
4. Sektor dengan Indeks daya penyebaran (IDP) yang tinggi yaitu sektor<br />
Bangunan, sektor Industri Pengolahan dan sektor Angkutan dan<br />
Komunikasi dan sektor yang mempunyai Indeks Derajat Kepekaan (IDK)<br />
tinggi yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Pertanian, sektor<br />
perdagangan dan sektor Angkutan dan Komunikasi. Sehingga sektor<br />
unggulan adalah sektor Industri Pengolahan dan sektor Angkutan dan<br />
Komunikasi.<br />
5. Berdasarkan hasil kajian analisis sektor Industri Pengolahan merupakan<br />
sektor potensi untuk memacu pertumbuhan ekonomi, potensi dalam<br />
menciptakan pendapatan masyarakat,jugapotensi dalam menciptakan<br />
kesempatan kerja dan dapat dikatakan sebagai sektor unggulan karena<br />
dapat mendorong sektor-sektor hulu dan hilir untuk meningkatkan output.<br />
B. Saran<br />
1. Menyusun kebijakan pembangunan dengan mengacu pada tabel I-O<br />
sebagai salah satu acuan dalam perumusan program kerja masing-masing<br />
stakeholder.<br />
50
2. Melakukan prioritas pengembangan sektor-sektor yang memiliki potensi<br />
yang besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi, terutama sektor-sektor<br />
yang mampu menciptakan lapangan kerja dengan tingkat penyerapan<br />
yang relatif tinggi.<br />
3. Menyusun kajian lanjutan yang lebih rinci mengenai bagaimana<br />
mengsinergikan antar sektor dalam memacu pertumbuhan ekonomi untuk<br />
meningkatkan daya saing dan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan.<br />
4. Merencanakan penyusunan tabel I-O secara berkala, setiap lima tahun<br />
sekali dengan tujuan untuk meng update jumlah sektor, struktur biaya<br />
serta output masing-masing sektor.<br />
C. Rekomendasi Kebijakan<br />
1. Ada beberapa sektor yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi di<br />
Sulawesi Selatan yaitu sektor Bangunan, sektor Industri pengolahan<br />
terutama kelompok industri makanan, minuman dan tembakau dan sektor<br />
Angkutan dan komunikasi. Ketiga sektor tersebut potensial<br />
dalam<br />
memacu pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja .<br />
2. Ada beberapa sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran dan<br />
indeks derajat kepekaaan yang tinggi atau dikelompokkan sebagai sektor<br />
andalan/unggulan meliputi sektor<br />
Angkutan dan komunikasi. Sektor<br />
Industri pengolahan dan sektor<br />
Industri Pengolahan khususnya<br />
kelompok industri makanan, minuman dan tembakau, kelompok industri<br />
tekstil dan kelompok industri kayu dan barang dari kayu sedangkan sektor<br />
Angkutan dan komunkasi khususnya kelompok angkutan jalan raya dan<br />
angkutan udara.<br />
3. Sektor Pertanian mempunyai indeks derajat kepekaan yang cukup tinggi<br />
keterkaitan yang tinggi dengan sektor perdagangan dan industri<br />
51
pengolahan serta lembaga keuangan. Diharapkan dapat di tempuh<br />
langkah-langkah untuk meningkatkan produksi.<br />
4. Untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi , peningkatan pendapatan<br />
dan penyerapan tenaga kerja perlu dilakukan kebijakan yang berorientasi<br />
kepada peningkatan ekspor, investasi atau komponen permintaan akhir<br />
lainnya.<br />
D. Implikasi Kebijakan<br />
Upaya peningkatan komponen permintaan akhir seperti ekspor dan<br />
investasi secara tepat akan berdampak kepada peningkatan output,<br />
pendapatan dan penyerapan tenaga kerja. Disamping itu, peningkatan<br />
output domestik akan mengurangi ketergantungan Sulawesi Selatan<br />
terhadap pihak luar terutama dalam penyediaan komoditas strategis<br />
(misalnya beras, gula dan terigu) atau dengan kata lain mengurangi impor.<br />
52
DAFTAR PUSTAKA<br />
Anonim, 2002, Daya Tarik Investasi Kabupaten / Kota Di Indonesia. KPPO,<br />
Jakarta.<br />
Annex. C. 2000, National Account, Input-Output Tables and Satelite Account; in<br />
Guide to Producing National health Account. New York<br />
BPS, 1990, <strong>Tabel</strong> Input Output Indonesia. Jakarta<br />
____, 1995, <strong>Tabel</strong> Input Output Indonesia. Jakarta<br />
____, 2000, <strong>Tabel</strong> Input Output Indonesia. Jakarta<br />
____, 1995, <strong>Tabel</strong> Input Output Provinsi Sulawesi Selatan, Ujung Pandang<br />
____, 2000, <strong>Tabel</strong> Input Output Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar<br />
____, 2000, Teknik <strong>Penyusunan</strong> <strong>Tabel</strong> Input Output, Jakarta, CV. Putra Sejati<br />
Raya.<br />
____, 2000, Kerangka Teori dan Analisis <strong>Tabel</strong> Input Output. Jakarta.BPS<br />
____, 1980, Pedoman Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto, Jakarta.<br />
____, 2005, Metode Rekonsiliasi <strong>Buku</strong> 4 , Jakarta.<br />
____, 2005, Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan 2005,<br />
Makassar .<br />
____, 2005, Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, Jakarta.<br />
____, 1975, Undang – Undang RI No.5 Tahun 1974 tentang Pokok – Pokok<br />
Pemerintahan di Daerah. Aneka Ilmu, Semarang<br />
____, 2000, Undang _ Undang Otonomi Daerah 1999 : Undang – Undang RI<br />
No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Aneka Ilmu,<br />
Semarang.<br />
____, 2000, Undang _ Undang Otonomi Daerah 1999 : Undang - Undang RI<br />
No.25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah<br />
Pusat dan Daerah. Aneka Ilmu, Semarang.<br />
Draper, Norman dan Harry Smith. 1992, Analisis Regresi Terapan. PT. Gramedia<br />
Pustaka Utama, Jakarta. Edisi kedua.<br />
Hal Hill, 2002, Ekonomi Indonesia, edisi kedua, Murai Kencana, Jakarta<br />
Komet, M. 2000, Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah Otonom.<br />
CV. Nasional Indah, Jakarta<br />
Madura, Jeff. 2001, Pengantar Bisnis. Salemba Empat, Jakarta.<br />
Marzuki DEA, 2005, Analisis Perekonomian Sulawesi Selatan Dan Kawasan Timur<br />
Indonesia. Mitra Wacana Media, Jakarta.<br />
159
Piter Abdullah, dkk, 2002 daya Saing Daerah; Konsep dan Pengukurannya Di<br />
Indonesia. Yogyakarta. BPFE<br />
Rachbiini, Didik J, 2001. Pembangunan Ekonomi dan Sumber daya Manusia,<br />
Jakarta. PT. Gramedia.<br />
Sadli,M.1989, Private and Public Sectors in Indonesian Economic Development;<br />
issue and analysis, Japanese International Cooperation Agency, Tokyo.<br />
Soegarenda, 2003, Financial Intermediary Services Indirect Measurement FISIM)<br />
Dalam Kerangka <strong>Tabel</strong> I-O; Makalah Konsultasi Regional 2003, Jakarta<br />
(terjemahan).<br />
Sukirno, Sadono. 1982, Beberapa Aspek dalam Persoalan Pembangunan Daerah.<br />
Universita Indonesia, Fakultas Ekonomi, Jakarta, cetakan I.<br />
Sugiarto. 1992, Analisis Regresi. Andi Offset. Yogyakarta.<br />
Suparmoko, M. 1995, Metode Penelitian Praktis. Fakultas Ekonomi Universitas<br />
Gajah Mada, Yogyakarta.<br />
Tarigan, Robinson, 2005, Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Jakarta, PT.<br />
Bumi Aksara<br />
United Nations. 1973, Input Output Tables and Analysis, New York<br />
Widjaja, H.A.W., 2002, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. PT. Raja Grafindo<br />
Persada.<br />
Yomin Tofri, 2003,<strong>Tabel</strong> Penyediaan dan Penggunaan : ’suply and uses tables’<br />
sebagai Kerangka kerja <strong>Penyusunan</strong> <strong>Tabel</strong> input output; Makalah<br />
Konsultasi Regional 2003.<br />
Miller, Ronald E. dan Peter D. Blair. 2009, Input –Otput Analysis Foundations and<br />
Extensions. Canbridge, University Press, Second edition.<br />
160