SISTEM GERAK PADA MANUSIA 1
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
<strong>SISTEM</strong> <strong>GERAK</strong><br />
Untuk SMA/MA Kelas XI<br />
OLEH :<br />
WASTRI WAHYUNI 15304241043<br />
HAPSARI EKA WIJAYANTI 15304244001<br />
PENDIDIKAN BIOLOGI INTERNASIONAL<br />
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI<br />
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM<br />
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA<br />
2017
Kata Pengantar<br />
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena<br />
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menulis makalah ini dengan baik<br />
dan tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai sistem gerak pada manusia<br />
yang meliputi rangka, hubungan antartulang, dan otot. Makalah ini merupakan salah satu<br />
tugas mata kuliah Media Pembelajaran Biologi dan Teknologi Informasi di program studi<br />
Pendidikan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas<br />
Negeri Yogyakarta. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Slamet<br />
Suyanto, M.Ed., selaku dosen pembimbing mata kuliah Media Pembelajaran Biologi dan<br />
Teknologi Informasi.<br />
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah<br />
ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para<br />
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat<br />
memberikan manfaat bagi kita sekalian.<br />
Yogyakarta, 29 Mei 2017<br />
Penulis<br />
i
KOMPETENSI INTI<br />
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran<br />
agama yang dianutnya<br />
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku<br />
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli<br />
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai),<br />
santun, responsif dan proaktif dan<br />
menunjukan sikap sebagai bagian dari<br />
solusi atas berbagai permasalahan dalam<br />
berinteraksi secara efektif dengan<br />
lingkungan sosial dan alam serta dalam<br />
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa<br />
dalam pergaulan dunia.<br />
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis<br />
pengetahuan faktual, konseptual,<br />
prosedural, dan metakognitif berdasarkan<br />
rasa ingin tahunya tentangilmu<br />
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan<br />
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,<br />
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban<br />
terkait penyebab fenomena dan kejadian,<br />
serta menerapkan pengetahuan prosedural<br />
pada bidang kajian yang spesifik sesuai<br />
dengan bakat dan minatnya untuk<br />
memecahkan masalah.<br />
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam<br />
ranah konkret dan ranah abstrak terkait<br />
dengan pengembangan dari yang<br />
dipelajarinya di sekolah secara mandiri,<br />
bertindak secara efektif dan kreatif, serta<br />
mampu menggunakan metoda sesuai<br />
kaidah keilmuan<br />
KOMPETENSI DASAR<br />
1.1. Mengagumi keteraturan dan kompleksitas<br />
ciptaan Tuhan tentang struktur dan fungsi<br />
sel, jaringan, organ penyusun sistem dan<br />
bioproses yang terjadi pada mahluk hidup.<br />
1.2. Menyadari dan mengagumi pola pikir<br />
ilmiah dalam kemampuan mengamati<br />
bioproses.<br />
1.3. Peka dan peduli terhadap permasalahan<br />
lingkungan hidup, menjaga dan<br />
menyayangi lingkungan sebagai<br />
manisfestasi pengamalan ajaran agama<br />
yang dianutnya.<br />
2.1. Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur<br />
terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung<br />
jawab, dan peduli dalam observasi dan<br />
eksperimen, berani dan santun dalam<br />
mengajukan pertanyaan dan<br />
berargumentasi, peduli lingkungan,<br />
gotong royong, bekerjasama, cinta damai,<br />
berpendapat secara ilmiah dan kritis,<br />
responsif dan proaktif dalam dalam setiap<br />
tindakan dan dalam melakukan<br />
pengamatan dan percobaan di dalam<br />
kelas/laboratorium maupun di luar<br />
kelas/laboratorium<br />
2.2. Peduli terhadap keselamatan diri dan<br />
lingkungan dengan menerapkan prinsip<br />
keselamatan kerja saat melakukan<br />
kegiatan pengamatan dan percobaan di<br />
laboratorium dan di lingkungan sekitar.<br />
3.5.Menganalisis hubungan antara struktur<br />
jaringan penyusun organ pada sistem<br />
gerak dan mengaitkan dengan<br />
bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan<br />
mekanisme gerak serta gangguan fungsi<br />
yang mungkin terjadi pada sistem gerak<br />
manusia melalui studi literatur,<br />
pengamatan, percobaan, dan simulasi.<br />
4.5. Menyajikan hasil analisis tentang kelainan<br />
pada struktur dan fungsi jaringan gerak<br />
yang menyebabkan gangguan sistem<br />
gerak manusia melalui berbagi bentuk<br />
media presentasi.<br />
ii
DAFTAR ISI<br />
HALAMAN JUDUL<br />
KATA PENGANTAR .................................................................................... i<br />
KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ................................. ii<br />
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii<br />
PETA KONSEP .............................................................................................. iv<br />
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1<br />
RANGKA ...................................................................................................... 1<br />
A. Fungsi Rangka .................................................................................. 1<br />
B. Pengelompokan Rangka .................................................................... 2<br />
C. Bentuk Tulang ................................................................................... 6<br />
D. Jenis Tulang ...................................................................................... 8<br />
E. Osifikasi ............................................................................................ 8<br />
F. Kelainan dan Gangguan Tulang ........................................................ 9<br />
G. Teknologi untuk Mengatasi Kelainan Sistem Gerak ........................ 11<br />
HUBUNGAN ANTARTULANG ................................................................... 13<br />
A. Jenis Hubungan Antartulang ............................................................. 13<br />
B. Gangguan pada Persendian ............................................................... 18<br />
OTOT ...................................................................................................... 20<br />
A. Karakter Otot ................................................................................... 20<br />
B. Penyusun Otot .................................................................................. 20<br />
C. Jenis-Jenis Otot ................................................................................ 21<br />
D. Sifat Kerja Otot ................................................................................ 24<br />
E. Energi untuk Kontraksi Otot ............................................................ 25<br />
F. Kelainan pada Otot .......................................................................... 28<br />
G. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-Hari ........................................ 29<br />
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... iv<br />
iii
PETA KONSEP<br />
Sistem Gerak pada Manusia<br />
Membahas tentang<br />
Rangka<br />
Sendi<br />
Otot<br />
Membahas tentang<br />
Membahas tentang<br />
Membahas tentang<br />
Fungsi<br />
Rangka<br />
Pengelompokan<br />
Jenis<br />
Tulang<br />
Terdiri atas<br />
Tl Keras<br />
Tl Rawan<br />
Osifikasi<br />
Gangguan<br />
dan<br />
Kelainan<br />
Teknologi<br />
terapan<br />
Pengelompokan<br />
Terdiri atas<br />
Sinartrosis<br />
Diartrosis<br />
Struktur<br />
Anatomi<br />
Terdiri atas<br />
Fungsi<br />
Peluru<br />
Engsel<br />
Pelana<br />
Karakteristik<br />
Kontraktibilita<br />
s<br />
Ekstensibilitas<br />
Elastisitas<br />
Aksial<br />
Apendikular<br />
Berdasarkan<br />
Bentuknya<br />
Tl.Anggota<br />
gerak atas<br />
Tl.Anggota<br />
gerak<br />
Terdiri atas<br />
Tl. Pipa<br />
Tl. Pipih<br />
Tl. Pendek<br />
Tl. Tidak<br />
Beraturan<br />
Suture<br />
Sinkon<br />
drosis<br />
Amfiartrosis<br />
Simfisis<br />
Sindes<br />
mosis<br />
Putar<br />
Luncur<br />
Kondiloid<br />
Sifat Kerja<br />
Kontraksi<br />
Relaksasi<br />
iv
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
PENDAHULUAN<br />
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Makhluk hidup dikatakan<br />
bergerak apabila sebagian atau seluruh bagian tubuh makhluk hidup tersebut mengalami<br />
perpindahan posisi atau perpindahan tempat. Bagaimana sistem gerak pada makhluk<br />
hidup? umumnya mkhluk hidup melakukan gerak karena adanya rangsang. Sistem gerak<br />
pada manusia dan hewan berbeda dengan sistem gerak yang dimiliki oleh tumbuhan hal<br />
ini disebabkan organ tumbuhan berbeda dengan organ manusia dan hewan.<br />
Sistem gerak ialah sistem dalam tubuh yang terdiri dari persendian, otot dan<br />
tulang-tulang yang bergabung membentuk rangka dan berguna untuk memberikan betuk<br />
tubuh, memudahkan manusia untuk melakukan aktivitas, seperti berlari, berjalan, menari.<br />
Sistem gerak pada manusia terdiri dari alat gerak aktif dan alat gerak pasif. Alat<br />
gerak aktif manusia ialah otot-otot yang menempel pada tulang dan rangka manusia<br />
sedangkan alat gerak pasif pada manusia ialah sekumpulan tulang-tulang yang<br />
membentuk rangka.<br />
RANGKA<br />
Rangka adalah susunan tulang-tulang dengan sistem tertentu. Rangka terletak<br />
dalam tubuh, terlindung atau terbalut oleh otot dan kulit. Rangka yang terdapat didalam<br />
tubuh disebut dengan rangka dalam atau endoskeleton.<br />
Untuk mendukung fungsi gerak, selain didukung oleh kontraksi dan relaksasi otot,<br />
antara tulang dan ruas-ruas tulang satu dengan lainya dihubungkan oleh persendian<br />
tulang, pada persendian tersebut dilengkapi dengan tendon dan ligamenum. Interaksi dari<br />
seluruh komponen pendukung gerak tersebut akan menghasilkan gerak tertentu dari suatu<br />
organisme.<br />
A. FUNGSI RANGKA<br />
Tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh verteberata mempunyai bentuk beraneka<br />
ragam sesuai dengan keduduanya dalam tubuh serta fungsinya. Secara umum fungsi<br />
rangka adalah sebagai berikut ini.<br />
a. Menunjang tegaknya tubuh<br />
b. Sebagai alat gerak pasif<br />
1
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
c. Tempat melekatnya otot rangka<br />
d. Memberi bentuk tubuh<br />
e. Melindungi alat-alat tubuh dalam yang lemah<br />
f. Tempat pembentukan sel-sel darah<br />
g. Sebagai tempat penimbunan mineral<br />
B. PENGELOMPOKKAN RANGKA<br />
Selekton aksial, yang meliputi tengkorak, ruas-ruas tulang belakang, tulang dada, dan<br />
tulang iga atau rusuk<br />
Selekton apendikuler, yang meliputi tualng-tulang lengan, tulang telapak tangan,<br />
tungkai, telapak kaki, pinggul dan bahu. untuk penjelasan lengkapnya mari kita simak<br />
satu persatu di bawah ini :<br />
a) Tulang Aksial<br />
1. Tulang-tulang Tengkorak<br />
Tulang-tulang tengkorak terdiri atas 28 buah tulang. Fungsinya sebagai pelindung<br />
organ tubuh yang lemah dan amat vital fungsinya. Seperti otak, mata dan telinga<br />
bagian dalam. Sebagian tulang lagi membentuk wajah, seperti tulang pipi, rahang<br />
atas dan bawah, tulang hidung, tulang dugu, dan lain-lain.<br />
2
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
2. Ruas-Ruas Tulang Belakang<br />
Ruas-ruas tulang belakang (vertebrata) terdiri atas 33<br />
buah ruas tulang. Tulang tersebut terbagi menjadi<br />
beberapa bagian. Yaitu ruas-ruas tulang leher<br />
(servieal), Ruas-ruas tulang punggung (Torakal),<br />
Ruas-ruas tulang pinggang (torakal), ruas-ruas tulang<br />
sakrum, dan ruas-ruas tulang ekor (koksigea). Tulang<br />
leher terdiri atas 7 ruas tulang. Ruas teratas aatau<br />
pertama adalah tulang atlas, yang menghubungkan<br />
tulang belakang dengan tulang tengkorak. Sendi yang<br />
menggabungkan tulang atas dengan tulang tengkorak<br />
di sebut sendi atlas. Sendi itu memungkinkan gerakan<br />
kepala menggeleng ke kiri dan ke kanan,<br />
mengangguk kedepan, menengadah serta berputar, ke<br />
kiri dan ke kanan dengan wajah tetap menghadap ke depan. Tulang punggung terdiri<br />
atas 12 ruas, pada sisi kiri dan kananya melekat tulang-tulang rusuk.<br />
3. Tulang Rusuk<br />
Tulang rusuk terdiri atas 12 Pasang. Ujung belakangnya melekat pada ruas-ruas<br />
tulang belakang. Tulang rusuk ini dapat di bedakan menjadi tiga macam, yakni<br />
sebagai berikut ini :<br />
3
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
<br />
<br />
<br />
Tulang Rusuk sejati berjumlah 7 pasang, bila ujung belakangnya melekat pada<br />
ruas-ruas tulang punggung, sedang ujung depanya melekat pada tulang dada.<br />
Tulang rusuk palsu berjumlah 3 pasang, bila ujung belakangnya melekat pada<br />
tulang rusuk di atasnya.<br />
Tulang rusuk melayang, berjumlah 2 pasang, bila ujung belaangnya melekat pada<br />
ruas-ruas tulang belakang, sedangkan ujung depanya tidak melekat pada tulang<br />
mana pun.<br />
4.Tulang Dada<br />
Tulang dada berserta tulang rusuk dan tulang punggung membentuk dinding kuat<br />
yang melindungi alat-alat tubuh penting yang terdapat dalam rongga dada, seperti<br />
jantung dan paru-paru.<br />
Tulang dada terdiri atas tiga bagian, yaitu kepada tulang dada, badan tulang dada, dan<br />
taju pedang. Pada kepada tulang dada melekat tulang selangka. Tulang selangka ini<br />
menghubungkan tulang dada dengan taju paruh gagak dari tulang belikat.<br />
b) Tulang Apendikuler<br />
Tulang apendikuler terdiri atas tulang anggota gerak atas/depan dan tulang apendikur<br />
bawah/belakang. Tulang apendikuler atas bersambungan dengan tulang aksial pada<br />
tulang bahu. Bahu manusia tersusun atas tulang-tulang selangka dan tulang-tulang<br />
belikat. Tulang selangka menghubungkan tulang dada dengan taju paruh gagak tulang<br />
belikat. Pada ujung tulang belikat inilah bersambungan tulang anggota gerak<br />
(tungkai) atas.<br />
Tungkai atas tersusun dari tulang-tulang :<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tulang lengan atas (humerus)<br />
Tulang lengan bawah, terdiri atas pengumpil (radius) dan hasta (ulna)<br />
Pergelangan tangan (karpal) berjumlah 8 buah<br />
Telapak tangan (merta karpal) berjumlah 5 buah<br />
Ruas jari tangan (palanges) berjumlah 14 buah<br />
4
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
Anggota gerak/tungkai bawah bersambungan dengan tulang aksial pada gelangan<br />
pinggul<br />
Gelangan Pinggul terdiri atas :<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Tulang sakrum yang merupakan persatuan 6 ruas tulang<br />
Tulang usus sepasang kiri dan kanan<br />
Tulang duduk sepasang kiri dan kanan<br />
Tulang kemaluan sepasang kiri dan kanan<br />
Pada Tulang duduk terdapat cengkungan seperti mangkok, disebut asetabulum, yang<br />
merupakan tempat persendian tulang aksial dengan tulang gerak bebas belakang.<br />
Karena adanya fungsi khusus pada wantia, yaitu melahirkan anak maka bentuk tulang<br />
gelangan pinggul wanita berbeda dengan bentuk tulang gelangan pinggul pria.<br />
Struktur tulang pinggul berbagai hewan dan manusia berbeda karena menyesuaikan<br />
dengan kebiasaan berjalan. Struktur tulang pinggul manusia sesuai untuk berdiri tegak<br />
diatas dua tungkai bawahnya, atau biasa dikenal dengan makhluk berpostur bipedal.<br />
Hewan-hewan mamalia lain memiliki struktur tulang pinggul yang sesuai untuk<br />
berdiri dengan empat kakinya, atau memiliki postur kuadripeda.<br />
5
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
Tulang anggota gerak belakang/bawah tersusun atas tulang-tulang :<br />
Paha atau femur<br />
Tempurung lutut atau patela<br />
Kering atau tibta<br />
Betis atau fibula<br />
Ruas pergelangan kaki atau tarsal,<br />
berjumlah 7 buah<br />
Telapak tangan atau metatarsal, berjumlah<br />
5<br />
Ruas jari kaki atau falanges berjumlah 14<br />
ruas<br />
Tubuh manusia yang berdiri tegak diatas kedua kakinya, memungkinkan tangan tidak<br />
menanggung beban menyangga berat badan dan dapat berkembang untuk<br />
menyesuaikan dengan fungsi lain, misalnya untuk memegang. Dengan kemampuan<br />
ini memungkinkan manusia dapat melakukan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan<br />
oleh makhluk hidup lain.<br />
C. BENTUK TULANG<br />
Semua bentuk tulang, baik itu tulang pipa, tulang pipih, tulang pendek, maupun tulang<br />
tak berbentuk, semuanya memiliki karakteristik dan ciri fisiknya masing-masing.<br />
Perhatikan gambar keempat bentuk tulang tersebut berikut ini.<br />
1. Tulang Pipa (Tulang Panjang)<br />
Tulang pipa adalah tulang dengan bentuk panjang<br />
menyerupai pipa atau tabung. Karena bentuknya ini, kadang<br />
kali tulang pipa disebut juga tulang panjang. Bentuk tulang<br />
ini memanjang dengan setiap ujungnya meluas dan<br />
menyerupai bentuk bonggol.<br />
6
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
Tulang pipa terbagi menjadi 3 bagian, yaitu dua bagian ujung yang membonggol (epifis),<br />
bagian tengah (diafisis), dan bagian antara ujung dan tengah (cakra epifis).<br />
Dalam bonggol yang terdapat dalam tulang pipa terdapat tulang spons yang<br />
berongga. Rongga dalam tulang spons tersebut berisi sumsum merah tulang. Sumsum ini<br />
berfungsi sebagai tempat sel-sel darah merah diproduksi. Adapun pada bagian tengah<br />
tulang pipa terdapat sumsum kuning atau jaringan lemak. Sumsum ini berfungsi sebagai<br />
tempat sel darah putih diproduksi.<br />
Beberapa tulang pada tubuh manusia yang tergolong memiliki bentuk tulang pipa<br />
antara lain tulang paha, tulang betis, tulang kering, dan tulang hasta.<br />
2. Tulang Pipih<br />
Tulang pipih adalah tulang dengan bentuk pipih gepeng. Tidak<br />
seperti tulang pipa, bagian dalam tulang pipih umumnya tidak<br />
berongga sehingga bersifat pejal. Pada bagian bawah tulang<br />
pipih, spons berisi sumsum merah tulang yang menjadi tempat<br />
produksi sel darah merah biasanya juga ditemukan. Beberapa tulang pada tubuh manusia<br />
yang tergolong mempunyai bentuk tulang pipih antara lain tulang rusuk, tulang dada,<br />
tulang tengkorak, dan tulang belikat.<br />
3. Tulang Pendek<br />
Tulang pendek adalah tulang dengan bentuk pendek. Sama<br />
seperti tulang pipih, tulang pendek juga tidak berongga dan<br />
bersifat pejal, akan tetapi mengandung sumsum merah tulang.<br />
Karena bentuknya yang pendek, tulang ini biasanya bergerombol dan membentuk ruasruas<br />
tulang. Beberapa tulang pada tubuh manusia yang tergolong mempunyai bentuk<br />
tulang pipih antara lain ruas-ruas tulang pergelangan tangan, ruas tulang belakang, ruas<br />
jari tangan, dan ruas jari kaki.<br />
4. Tulang Tak Berbentuk<br />
Tulang tak berbentuk adalah tulang dengan bentuk yang tidak menentu. Jenis tulang ini<br />
hanya terdapat pada kerangka wajah dan tulang belakang manusia.<br />
7
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
D. JENIS TULANG<br />
Secara umum tulang dibedakan menjadi tulang keras dan tulang rawan atau disebut juga<br />
kartilago. Kedua jenis tulang itu berbeda dalam hal bahan penyusunnya. Tulang keras<br />
tersusun atas campuran antara kalsium dan kolagen, sedangkan tulang rawan tersusun<br />
dari sel-sel tulang rawan yang sifatnya kenyal dan lentur. Contoh tulang keras, yaitu<br />
tulang tengkorak, tulang tangan, dan tulang kaki. Contoh tulang rawan adalah tulang<br />
hidung dan tulang.<br />
E. OSIFIKASI<br />
Osifikasi (proses pembentukan tulang)adalah proses dimana sel-sel mesenkim dan<br />
kartilago diubah menjadi tulang selama pengembangan. Awalnya, selama perkembangan<br />
embrio, kerangka tetap terutama rawan untuk membentuk komponen struktural dasar dan<br />
kerangka tubuh.<br />
Rangka berasal dari membran-membran menyerabut dan tulang rawan hialin pada<br />
bulan-bulan pertama perkembangan embrio. Jaringan ini digantikan oleh tulang dengan<br />
dua proses pembentukan tulang atau osifikasi yang berbeda.<br />
Proses pertama, disebut osifikasi intramembran, terjadi ketika membran<br />
menyerabut digantikan oleh jaringan tulang. Proses ini, yang hanya terjadi pada tulang<br />
pipih tertentu, diringkas dalam dua langkah dasar:<br />
<br />
<br />
Tulang spons mulai berkembang di tempat-tempat di dalam membran yang<br />
disebut pusat osifikasi.<br />
Sumsum tulang merah terbentuk di dalam jaringan tulang spons, diikuti oleh<br />
pembentukan tulang padat di luarnya.<br />
Proses osifikasi kedua, disebut osifikasi endokondrium, terjadi ketika tulang<br />
rawan hilain digantikan oleh jaringan tulang. Proses ini, yang terjadi pada sebagian besar<br />
tulang tubuh, mengikuti langkah-langkah berikut ini:<br />
a. Pada pusat osifikasi primer, di pust model tulang rawan, tulang rawan hialin<br />
pecah, membentuk rongga.<br />
b. Kuncup periosteum yang terdiri atas osteoblas, osteoklas, sumsum merah, saraf,<br />
serta pembuluh darah limfa, memasuki rongga. Osteoblas menghasilkan jaringan<br />
tulang spons.<br />
8
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
c. Rongga medula terbentuk ketika osteoklas memecahkan jaringan tulang spons<br />
yang baru terbentuk. Rongga medula semakin membesar saat rongga tersebut<br />
mengikuti penyebaran pusat osifikasi primer ke bagian ujung tulang.<br />
d. Jaringan tulang padat menggantikan tulang rawan di bagian luar tulang.<br />
e. Di dalam tulang panjang, pusat osifikasi sekunder terbentuk di epifisis. Sama<br />
seperti pada batang, kuncup periosteum terbentuk. Akan tetapi jaringan tulang<br />
spons yang nantinya berkembang tidak digantikan oleh rongga medula.<br />
f. Tulang rawan persendian dibentuk dari tulang rawan yang tersisa di luar epifisis.<br />
Berbagai tahap osifikasi endokhondral pada tulang panjang (Gilbert, 2006)<br />
g. Lempeng epifisis dibentuk dari tulang rawan yang tersisa di antara pusat<br />
perkembangan osifikasi primer dan sekunder yang membesar.<br />
F. GANGGUAN DAN KELAINAN <strong>PADA</strong> TULANG<br />
a. Gangguan Mekanis Tulang<br />
Gangguan mekanis pada tulang dapat terjadi akibat jatuh atau benturan dengan benda<br />
keras (pukulan). Gangguan ini dapat menyebabkan hal-hal berikut.<br />
1) Fisura atau retak tulang, dapat diperbaiki karena periosteum akan membentuk<br />
kalus (sambungan).<br />
2) Fraktura atau patah tulang, umumnya terjadi pada tulang pipa. Apabila tulang yang<br />
patah sampai keluar kulit disebut patah tulang terbuka, sedangkan jika tidak sampai<br />
keluar kulit disebut patah tulang tertutup.<br />
9
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
3) Memar sendi, apabila selaput sendi mengalami robek.<br />
4) Urai sendi yaitu memar sendi yang diikuti lepasnya ujung tulang dari persendian.<br />
b. Gangguan Fisiologis Tulang<br />
Gangguan ini mengakibatkan kelainan di antaranya berupa:<br />
1) Hidrocephalus yaitu suatu kelainan yang ditandai pengumpulan abnormal cairan<br />
spinal dan terjadi pelebaran rongga dalam otak sehingga kepala membesar, disebut<br />
juga megalochephalus.<br />
2) Mikrocephalus yaitu gangguan pertumbuhan tulang tengkorak akibat kekurangan<br />
zat kapur saat pembentukan tulang pada bayi.<br />
3) Osteoporosis yaitu pengeroposan tulang yang terjadi karena kekurangan hormon<br />
sehingga tulang mudah patah dan rapuh.<br />
4) Rakhitis yaitu gangguan tulang karena kekurangan vitamin D. Biasanya terjadi<br />
pada anak-anak dalam masa pertumbuhan. Akibatnya pertumbuhan tulang<br />
terganggu sehingga bentuk kaki membelok keluar (berbentuk huruf X) atau<br />
membengkok ke dalam (berbentuk huruf O).<br />
c. Kesalahan Sikap Duduk<br />
Kesalahan sikap (misal sikap duduk) dapat mengakibatkan beberapa kelainan berikut.<br />
1) Lordosis yaitu jika bagian leher dan panggul terlalu membengkok ke depan.<br />
10
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
2) Kifosis yaitu jika bagian punggung terlalu membengkok ke belakang.<br />
3) Skoliosis yaitu jika bagian punggung membengkok ke kanan atau ke kiri.<br />
G. TEKNOLOGI UNTUK MENGATASI KELAINAN <strong>SISTEM</strong> <strong>GERAK</strong><br />
Pada umumnya, kelainan system gerak terjadi pada bagian tulang. Kelainan tersebut dapat<br />
saja disebabkan oleh kecelakaan, penyakit atau faktor usia. Seiring dengan kemajuan ilmu<br />
pengetahuan, para ilmuwan telah berhasil mengembangkan teknologi guna mengatasi<br />
kelainan pada sistem gerak, terutama tulang.<br />
Teknologi itu di antaranya adalah :<br />
a. Vertebroplasti<br />
Vertebroplasti adalah teknik perbaikan patah<br />
tulang pada bagian tulang belakang dengan cara<br />
memasukkan semen tulang melalui jarum suntik<br />
khusus. Pemberian semen tulang di maksudkan<br />
untuk menyangga dan memberi kekuatan pada<br />
tulang dari dalam. Dalam hal ini semen akan<br />
mengeras setelah 15 menit kemudian dan keesokan harinya pasien sudah dapat<br />
berjalan.<br />
Teknik Vertebroplasti pertama kali dikembangkan di prancis tahun 1984 kemudian di<br />
sempurnakan di amerika serikat, para pasien Osteoporosis yang melakukan<br />
pengobatan dengan vertebroplasti dapat terbebas dari rasa nyeri lima sampai sepuluh<br />
tahun. Di indonesia, teknik ini telah diterapkan di<br />
RSPDA Gatot subroto (sejak tahun 2001) dan di RS<br />
pluit (tahun 2003).<br />
b. Veselplasti<br />
Veselplasti adalah teknik bedah endolaparoskopik<br />
terbaru. Teknik ini merupakan hasil perkembangan dari<br />
teknik Vertebroplasti. Di sebut veselplasti karena teknik<br />
ini menggunakan balon sebagai pengganti pembuluh darah buatan. Kemudian balon<br />
tersebut diisi dengan bahan tulang yang memiliki sistem hidrolik sehingga pasien dapat<br />
tegak seperti sediakala.<br />
11
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
Pada teknik ini, pasien tidak perlu menjalani pembedahan. Untuk perbaikan tulang<br />
tersebut, pasien hanya memerlukan sayatan kecil untuk memasukkan alat pengisi<br />
bahan tulang.<br />
Teknik veselplasti telah dikuasai oleh sejumlah dokter di indonesia dan telah di<br />
lakukan uji coba di sebuah rumah sakit di jakarta. Uji coba di lakukan terhadap pasien<br />
berusia 60 tahun yang mengalami patah tulang karena osteoporosis. Dalam waktu 2<br />
jam setelah operasi, pasien sudah dapat langsung duduk dan berjalan.<br />
c. Sekrup berbahan tulang<br />
Patah tulang dapat juga di sembuhkan dengan<br />
menggunakan sekrup dari bahan tulang. Teknik ini<br />
dikembangkan oleh Yuji Uchio, seorang guru besar<br />
Universitas Shimane, jepang. Menurut Uchio, teknik<br />
ini di rancang untuk menyembuhkan retakan kecil<br />
seperti pada sendi pergelangan tangan. Sepotong tulang seukuran biji kacang tanah<br />
diambil dari pasien kemudian memprosesnya menjadi sekrup berdiameter 1 hingga 5<br />
milimeter.<br />
Pada teknik ini, sekrup tulang berfungsi menghubungkan bagian-bagian tulang yang<br />
akhirnya tumbuh menjadi tulang. Teknik ini di harapkan dapat mengurangi biaya<br />
pengobatan dan beban fisik si pasien. Perlu di ketahui, harga sekrup metal yang di<br />
gunakan dalam perawatan patah tulang dapat mencapai 100.000 yen persatuannya.<br />
Dalam hal ini, pasien harus menjalani dua kali operasi yaitu pada saat penanaman dan<br />
pengambilan. Namun teknik penyembuhan dengan menggunakan sekrup berbahan<br />
tulang masih sulit digunakan untuk merawat keretakan pada tulang yang besar, seperti<br />
tulang paha.<br />
12
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
HUBUNGAN ANTAR TULANG<br />
Tulang di dalam tubuh dapat berhubungan secara erat atau tidak erat. Hubungan<br />
antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat bergerak, diperlukan struktur khusus<br />
yang disebut sendi. Terbentuknya sendi dimulai dari kartilago di daerah sendi. Mula-mula<br />
kartilago akan membesar lalu kedua ujungnya akan diliputi jaringan ikat. Kemudian<br />
kedua ujung kartilago membentuk sel-sel tulang, keduanya diselaputi oleh selaput sendi<br />
(membran sinovial) yang liat dan menghasilkan minyak pelumas tulang yang disebut<br />
cairan sinovial.<br />
A. JENIS HUBUNGAN ANTARTULANG<br />
Di dalam sistem rangka manusia, terdapat tiga jenis hubungan antartulang yaitu<br />
sinartrosis, amfiartrosis, dan diartrosis.<br />
a. Sinartrosis<br />
Sinartrosis adalah hubungan hubungan antartulang yang direkatkan oleh suatu<br />
jaringan ikat yang mengalami osifikasi sehingga tidak memungkinkan adanya gerakan.<br />
Ada dua tipe utama sinartrosis yaitu suture dan sinkondrosis. Suture adalah<br />
hubungan antartulang yang dihubungkan dengan jaringan ikat serabut padat.<br />
Contohnya pada tengkorak. Sinkondrosis adalah hubungan antartulang yang<br />
dihubungkan oleh kartilago hialin. Contohnya hubungan antara epifisis dan diafisis<br />
pada tulang dewasa.<br />
Gambar 1. Suture pada tengkorak<br />
13
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
Gambar 2. Sinkondrosis pada epifisis dan diafisis<br />
b. Amfiartrosis<br />
Amfiartosis adalah hubungan antartulang yang dihubungkan oleh kartilago<br />
sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Amfiartrosis dibagi menjadi dua<br />
yaitu simfisis dan sindesmosis. Pada simfisis, sendi dihubungkan oleh kartilago serabut<br />
yang pipih. Contohnya pada sendi anartulang kemaluan. Pada sindesmosis, sendi<br />
dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contohnya sendi antartulang betis<br />
dan tulang kering.<br />
Gambar 3. Contoh simfisis pada<br />
tulang belakang<br />
Gambar 4. Contoh sindesmosis<br />
pada tulang betis dan tulang<br />
kering<br />
14
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
c. Diartrosis<br />
Diartrosis adalah hubungan antartulang yang memungkinkan terjadinya gerakan<br />
tulang secara lebih bebas. Susunan sendi diartrosis adalah sebagai berikut:<br />
1) Ligamen, jaringan yang berfungsi mengikat kedua ujung tulang<br />
2) Kapsul, lapisan serabut yang menyelubungi sendi dan membentuk suatu rongga<br />
sendi<br />
3) membran sinovial merupakan selaput yang membatasi permukaan kapsul yang<br />
menghasilkan cairan sinovial yaitu cairan pelumas bagi ujung-ujung tulang<br />
untuk mengurangi gesekan<br />
4) Tulang rawan hialin merupakan jaringan tulang rawan yang menutup kedua<br />
ujung tulang untuk menjaga benturan antara dua ujung tulang yang keras<br />
sehingga menjadi lebih bebas dan aman untuk bergerak<br />
Berikut ini contoh gambar susunan persendian di lutut.<br />
Gambar 5. Struktur persendian lutut<br />
Jenis hubungan antartulang yang bersifat diartrosis adalah sebagai berikut:<br />
1) Sendi Engsel<br />
Sendi engsel merupakan hubungan antara bonggol tulang yang masuk ke dalam<br />
mangkuk tulang yang tidak terlalu dalam dan adanya bagian pengganjal. Pada<br />
sendi engsel, gerakannya satu arah seperti gerak engsel pintu. Contohnya sendi<br />
pada siku, lutut, mata kaki, dan ruas antarjari.<br />
15
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
Gambar 6. Sendi engsel pada siku<br />
2) Sendi Putar<br />
Pada sendi putar, ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang<br />
lain. Bentuk seperti ini memungkinkan gerakan rotasi dengan satu poros.<br />
Contohnya sendi antara tulang hasta dan tulang pengumpil dan sendi antara<br />
tulang atlas dengan tulang tengkorak.<br />
Gambar 7. Sendi putar antara tulang atlas dengan tulang tengkorak<br />
3) Sendi Pelana<br />
Sendi pelana merupakan hubungan antartulang yang memungkinkan terjadinya<br />
gerakan dua arah. Contohnya adalah sendi antara tulang telapak tangan dengan<br />
pergelangan tangan dan dengan ruas jari tangan.<br />
16
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
Gambar 8. Contoh sendi pelana<br />
4) Sendi Peluru<br />
Pada sendi peluru, kedua ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol. Bentuk<br />
ini memungkinkan gerakan bebas ke segala arah. Misalnya sendi antara tulang<br />
gelang bahu dan lengan atas, antara tulang gelang panggul dan paha.<br />
Gambar 9. Sendi peluru antara tulang gelang bahu dan lengan atas<br />
5) Sendi Luncur atau Sendi Geser<br />
Pada sendi ini, kedua ujung tulang agak rata sehingga menimbulkan gerakan<br />
menggeser. Contohnya sendi antartulang pergelangan tangan dan antartulang<br />
pergelangan kaki.<br />
17
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
Gambar 10. Contoh sendi geser<br />
6) Sendi Kondiloid<br />
Sendi kondiloid terjadi di antara dua tulang yang permukaannya berbentuk<br />
oval. Berupa gerak ke samping dan gerak maju mundur, tetapi tidak mengitari<br />
poros. Contohnya sendi pada tulang pergelangan tangan.<br />
Gambar 11. Contoh sendi kondiloid<br />
B. GANGGUAN <strong>PADA</strong> PERSENDIAN<br />
Persendian dapat mengalami gangguan. Beberapa gangguan persendian adalah sebagai<br />
berikut:<br />
a. Gangguan Persendian Tulang<br />
Persendian dapat mengalami beberapa kelainan atau gangguan, di antaranya sebagai<br />
berikut.<br />
18
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
1) Ankilosis yaitu persendian yang tidak dapat digerakkan karena seolah-olah kedua<br />
tulang menyatu.<br />
2) Dislokasi yaitu sendi bergeser dari kedudukan semula.<br />
3) Terkilir atau keseleo yaitu tertariknya ligamen akibat gerak yang mendadak.<br />
4) Artritis yaitu peradangan pada satu atau beberapa sendi dan kadang-kadang posisi<br />
tulang mengalami perubahan. Artritis dibedakan sebagai berikut.<br />
a) Gout artritis yaitu gangguan persendian akibat kegagalan metabolisme asam<br />
urat. Asam urat yang tinggi dalam darah diangkut dan ditimbun dalam sendi<br />
yang kecil, biasanya pada jari-jari tangan. Akibatnya ujung-ujung ruas jari<br />
tangan membesar.<br />
b) Osteoartritis yaitu suatu penyakit kemunduran, sendi tulang rawan menipis<br />
dan mengalami degenerasi. Biasa terjadi karena usia tua.<br />
c) Reumathoid yaitu suatu penyakit kronis yang terjadi pada jaringan<br />
penghubung sendi. Sendi membengkak dan terjadi kekejangan pada otot<br />
penggeraknya.<br />
b. Infeksi Sendi Tulang<br />
Kelainan tulang akibat infeksi antara lain sebagai berikut.<br />
1) Artritis eksudatif yaitu peradangan pada sendi dan terisi cairan nanah.<br />
2) Artritis sika yaitu peradangan sendi sehingga rongga sendi menjadi kering<br />
(kekurangan minyak sinoval).<br />
3) Layuh sendi atau layuh semu yaitu suatu keadaan tidak bertenaga pada persendian<br />
akibat rusaknya cakraepifisis tulang anggota gerak.<br />
4) Nekrosis yaitu kerusakan pada cakraepifisis tulang hingga sebagian tulang mati<br />
dan mengering.<br />
19
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
OTOT<br />
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot memendek<br />
jika sedang berkontraksi dan memanjang jika sedang berelaksasi. Kontraksi otot terjadi<br />
jika otot sedang melakukan kegiatan. Relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.<br />
A. KARAKTER OTOT<br />
Otot memiliki 3 karakter yaitu kontraktibilitas, ekstensibilitas dan elastisitas.<br />
1) Kontraktibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek. Otot menjadi lebih pendek<br />
dari ukuran semula jika otot sedang melakukan kegiatan<br />
2) Ekstensibilitas yaitu kemampuan otot untuk memanjang. Otot menjadi lebih panjang<br />
dari ukuran semula<br />
3) Elastisitas yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran semula.<br />
B. PENYUSUN OTOT<br />
Otot tersusun atas dua macam filamen yaitu filamen aktin dan filamen miosin. Kedua<br />
filamen ini menyusun miofibril. Miofibril menyusun serabut otot, dan kumpulan serabut<br />
otot menyusun satu otot.<br />
Gambar 15. Struktur anatomi jaringan otot<br />
20
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
Sarkomer adalah satu unit kontraksi otot yang terdiri dari filamen tebal dan filamen tipis<br />
di antara 2 garis Z.<br />
Gambar 16. Satu unit kontraksi<br />
C. JENIS- JENIS OTOT<br />
Berdasarkan morfologi, sistem kerja dan lokasinya dalam tubuh, otot dibedakan menjadi<br />
tiga yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung.<br />
1) Otot Lurik (Skeletal muscle)<br />
Disebut otot lurik karena jika dilihat menggunakan mikroskop tampak adanya daerah<br />
gelap dan terang berselang-seling. Umumnya melekat pada tulang sebagai daging<br />
sehingga disebut juga otot rangka. Ciri-ciri otot lurik adalah sebagai berikut:<br />
a) Sel-selnya berbentuk silindris, memanjang<br />
b) Mempunyai banyak inti sel yang terletak ditepi<br />
c) Bekerja di bawah kesadaran<br />
21
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
Gambar 12. Otot lurik<br />
2) Otot Polos (Smooth muscle)<br />
Jika otot polos diamati menggunakan mikroskop maka akan tampak polos dan tidak<br />
bergaris melintang. Otot polos banyak dijumpai di organ-organ dalam misalnya<br />
dinding saluran pencernaan, saluran-sa;luran pernapasan, pembuluh darah, dan<br />
saluran kencing. Ciri-ciri otot polos:<br />
a) Bentuknya gelendong, kedua ujungnya meruncing, di bagian tengah<br />
menggelembung<br />
b) Tiap sel memiliki satu inti sel, terletak di tengah<br />
c) Bekerja di luar kesadaran<br />
Gambar 13. Otot polos<br />
22
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
3) Otot Jantung (cardiac muscle)<br />
Otot jantung mempunyai struktur yang hampir sama dengan otot lurik, hanya saja<br />
serabut-serabutnya bercabang-cabang dan saling beranyaman serta dipersarafi oleh<br />
saraf otonom. Otot jantung hanya terdapat di jantung. Ciri-cirinya:<br />
a) Bentuknya memanjang, terdapat percabangan sel<br />
b) Inti sel 1, terletak di tengah<br />
c) Kerjanya tidak di bawah kesadaran<br />
Gambar 14. Otot jantung<br />
Berikut ini tabel perbedaan otot lurik, otot polos dan otot jantung.<br />
Tabel 1. Perbedaan otot lurik, otot polos dan otot jantung<br />
23
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
D. CARA KERJA OTOT<br />
Otot bekerja dengan dua cara yaitu kontraksi dan relaksasi. Keadaan otot yang<br />
berkontraksi maksimal disebut tonus. Teori kontraksi otot model sliding filaments/teori<br />
pergeseran filamen dikemukakan oleh Hansen dan Huxly (1995) melalui penelitian<br />
dengan mikroskop elektron dan difraksi Sinar X.<br />
Mekanisme kontraksi otot adalah sebagai berikut: Impuls yang sampai ke sel otot<br />
ujung serabut saraf asetilkolin membebaskan ion kalsium ion kalsium masuk<br />
ke dalam otot sambil mengangkut troponin dan tropomiosin ke aktin posisi aktin akan<br />
berubah mempengaruhi filamen penghubung aktin mendekati miosin aktin dan<br />
miosin bertempelan membentuk aktomiosin serabut otot memendek.<br />
Mekanisme relaksasi otot adalah sebagai berikut: Ion kalsium masuk kembali ke<br />
plasma sel ikatan troponin dan ion kalsium lepas lepasnya perlekatan aktin dan<br />
miosin<br />
Gambar 15. Diagram kontraksi otot model sliding filaments<br />
24
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
E. ENERGI UNTUK KONTRAKSI OTOT<br />
Kontraksi otot memerlukan energi. Energi disuplai dalam bentuk energi kimia<br />
Sumber energi:<br />
1. Adenosin Triphosphate (ATP)<br />
ATP merupakan sumber energi utama untuk kontraksi otot. ATP berasal dari oksidasi<br />
karbohidrat dan lemak. Kontraksi otot merupakan interaksi antara aktin dan miosin<br />
yang menerlukan ATP. Skema:<br />
2. Creatin Phosphate (CP)/ Fosfokreatin<br />
Fosfokreatin merupakan persenyawaan fosfat berenergi tinggi yang terdapat dalam<br />
konsentrasi tinggi pada otot. Fosfokreatin tidak dapat dipakai langsung sebagai<br />
sumber energi tetapi fosfokreatin dapat memberikan energinya kepada ADP dan<br />
mengubahnya menjadi ATP. Skema:<br />
Pada otot lurik, jumlah fosfokreatin lebih dari lima kali jumlah ATP. Pemecahan<br />
ATP dan fosfokreatin untuk menghasilkan energi tidak memerlukan oksigen bebas.<br />
Oleh sebab itu, fase kontraksi otot disebut fase anaerob.<br />
3. Mengubah glikogen menjadi glukosa<br />
Glikogen laktasidogen<br />
Berlangsung pada saat otot<br />
Laktasidogen glukosa + asam laktat<br />
Glukosa + O2 CO2 + H2O + energi<br />
dalam keadaan relaksasi dengan<br />
menggunakan oksigen bebas<br />
Energi yang dibebaskan digunakan untuk pembentukan ATP dan Fosfokreatin.<br />
25
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
F. SIFAT KERJA OTOT<br />
Untuk menggerakkan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain kemudian kembali ke<br />
posisi semula diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja berbeda.<br />
Pengelompokan otot berdasarkan tujuan kerjanya:<br />
1. Otot Sinergis<br />
Sinergis adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak searah. Contohnya<br />
Otot antar tulang rusuk ketika kita menarik napas.<br />
Gambar 16. Otot antar tulang rusuk<br />
2. Otot Antagonis<br />
Otot antagonis merupakan dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya berlawanan.<br />
Contohnya:<br />
1) Ekstensor (meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot bisep dan<br />
trisep.<br />
Gambar 17. Contoh fleksor dan ekstensor<br />
26
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
2) Abduktor (menjauhi badan) dan adduktor (mendekati badan), misalnya gerak<br />
tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.<br />
Gambar 18. Contoh abduktor dan adduktor<br />
3) Depresor (ke bawah) dan elevator (ke atas), misalnya gerak kepala menunduk<br />
dan menegadah<br />
Gambar 19. Contoh elevator dan depresor<br />
27
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
4) Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak telapak<br />
tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.<br />
Gambar 20. Contoh pronator dan supinator<br />
G. KELAINAN <strong>PADA</strong> OTOT<br />
Kelainan pada otot antara lain sebagai berikut:<br />
1) Atrofi, merupakan suatu keadaan mengecilnya otot sehingga kehilangan kemampuan<br />
berkontraksi.<br />
2) Hipertrofi otot merupakan kebalikan dari atrofi otot, yaitu otot menjadi besar dan<br />
lebih kuat. Hipertrofi otot dapat disebabkan oleh aktivitas otot yang berlebihan<br />
seperti bekerja dan berolahraga.<br />
3) Tetanus, adalah otot yang terus menerus berkontraksi akibat serangan bakteri<br />
Clostridium tetani<br />
4) Kaku leher terjadi karena adanya peradangan pada otot leher akibat gerakan yang<br />
sala atau hentakan secara mendadak. Leher menjadi sakit dan kaku apabila<br />
digerakkan<br />
5) Miastemia gravis, adalah melemahnya otot secara berangsur-angsur sehingga<br />
menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian.<br />
6) Hernia abdominalis terjadi karena sobeknya dinding otot perut sehingga usus turun<br />
ke bawah dan masuk ke dalam rongga perut<br />
7) Kram (Kejang otot), terjadi karena kontraksi otot yang terus menerus atau bekerja<br />
terlalu berat sehingga otot mengejang dan terasa sakit. Kram juga dapat terjadi karena<br />
cuaca dingin atau gejala ketidak seimbangan air dan ion di dalam tubuh<br />
28
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
H. PENERAPAN DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI<br />
Ambisi untuk menang dalam jagat olah raga, baik bagi kebanggaan diri sendiri,<br />
keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet<br />
menghalalkan segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara<br />
teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat.<br />
Cara tersebut populer disebut doping dilarang dalam dunia olah raga karena dianggap<br />
tidak jujur. Doping adalah penggunaan zat kimia buatan dengan tujuan untuk<br />
meningkatkan kinerja tubuh. Fungsi doping:<br />
1. Meningkatkan kekuatan otot dan tulang<br />
2. Meningkatkan daya ikat terhadap oksigen<br />
3. Mengurangi rasa sakit<br />
4. Menghilangkan stress<br />
5. Menutupin dampak dari doping yang dikonsumsi sebelumnya<br />
Doping berbahaya bagi kesehatan atlet karena dapat menyebabkan timbulnya penyakit,<br />
cacat, bahkan kematian.<br />
Jenis obat yang masuk doping adalah golongan stimulant (perangsang), golongan<br />
narkotik analgesic, golongan anabolik steroid, golongan betablocker, golongan diuretika,<br />
dan golongan peptide hormons dan analognya. Selain itu, ada cara tertentu yang termasuk<br />
doping yaitu doping darah, manipulasi secara fisik, dan farmakologi. Adapun, bahan obat<br />
yang dibatasi adalah alkohol, mariyuana, anestesi lokal, dan kortikosteroid.<br />
Salah satu atlet yang tertangkap menggunakan doping adalh Flo Jo, seorang atlet<br />
pelari dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat. Adapula atlet bulutangkis Lee Chong<br />
Wei dari Malaysia dan Ratchanok Intanon dari Thailand juga positif melakukan doping.<br />
Selain itu, petenis Maria Sharapova juga positif melakukan doping.<br />
29
Taqwa, Mandiri, Cendekia | Universitas Negeri Yogyakarta<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Anggraeny, Evy. T.t. Sistem Gerak Manusia. Diakses dari http://pendidikankarakter.org<br />
pada 29 Mei 2017.<br />
Campbell dan Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.<br />
Gerlach. Skeletal System. Diakses dari http://www.cambridge.k12.mn.us pada 29 Mei 2017.<br />
Pratiwi, dkk. 2006. Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.<br />
iv