07. Senja Kala di Tebing Tinggi.pdf - tiarrahman
07. Senja Kala di Tebing Tinggi.pdf - tiarrahman
07. Senja Kala di Tebing Tinggi.pdf - tiarrahman
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Ke-empat <strong>di</strong> Dieng, Wonosobo. Makanan <strong>di</strong> hotel Kresna sebetulnya<br />
menurutku sudah enak, tapi anak-anak pengennya makan <strong>di</strong> luar aja.<br />
Memang sih lebih murah dan banyak pilihan. Yang membuat aku<br />
penasaran sebetulnya mie ongklok. Masakan khas wonosobo. Setiap<br />
hari lewatin, kalo berangkat atau pulang dari site. Seperti apa sih<br />
rasanya. Sampai akhirnya kita pindah penginapan Tambi, setelah aku<br />
cerita ke pengurusnya, baru deh <strong>di</strong>belikan dan <strong>di</strong>hidangkan <strong>di</strong> hotel.<br />
Hmm.. ternyata mie ongklok itu semacam mie rebus dengan saus yang<br />
berwarna hitam kecoklatan dan rasanya manis. Dimakan dengan sate<br />
daging sapi dan nasi. Lumayanlah mengobati rasa penasaranku. Baso?<br />
ada 3 yang berkesan selama <strong>di</strong> Dieng-wonosobo. Kalo baso <strong>di</strong>eng<br />
sen<strong>di</strong>ri… basonya kurang mantap, karena mungkin pembuatan dan<br />
dagingnya juga agak kurang. Tapi demi melawan hawa <strong>di</strong>ngin <strong>di</strong><br />
dataran tinggi ini ya aku makan deh. Yang beda, selalu <strong>di</strong> basonya<br />
selalu <strong>di</strong>kasih irisan tahu, (kadang pakai timun juga), dan sambalnya<br />
sambal pasir (bubuk). Kemu<strong>di</strong>an juga baso sentral (cabang jogja,<br />
wonosobo) ada baso bakar dan baso goreng juga. Basonya sen<strong>di</strong>ri<br />
enak. Cuma anehnya kalo <strong>di</strong> <strong>di</strong>eng-wonosobo ini tidak <strong>di</strong>se<strong>di</strong>akan cuka<br />
sebagai pelengkap. Entah apa sebabnya. Padahal cuka adalah penetral<br />
pedasnya sambel. Lalu baso Lombok uleg. Aku cuma sekali makan <strong>di</strong><br />
wonosobo, tapi berkesan. Cabe hijau <strong>di</strong>uleg <strong>di</strong> atas mangkok (seperti<br />
bumbu <strong>di</strong> ketoprak), baru setelah itu <strong>di</strong>kasih bumbu dan kuah baso.<br />
Dimakan dengan potongan tupat. Hmm.. segerrrr. Ada satu lagi<br />
cemilan khas <strong>di</strong>eng: tempe kemul. Ya tempe berkemul selimut terigu<br />
aja.<br />
Ke-lima <strong>di</strong> Ombilin. Hayyya… susah sekali nyari rumah makan selain<br />
masakan padang. Dan masakannya menurutku lebih sedap <strong>di</strong> bekasi<br />
atau cikampek. Mungkin karena yang jualan <strong>di</strong> tanah rantau sudah<br />
harus mumpuni dan menyesuaikan dengan lidah penduduk setempat,<br />
kalau tidak rumah makannya mati. Nasi gorengnya ya nasi goreng<br />
bumbu padang. Pedes semua. Setelah melalui penelusuran minat dan<br />
bakat, halah… lebay. Akhirnya yang ja<strong>di</strong> favorit kami adalah: rumah<br />
makan sop dan soto padang. Pelayananannya cepat dan rasanya enak.<br />
Baso solo dengan mie-nya yang seperti mi gelosor, sate Madura <strong>di</strong><br />
depan ruko, dan warung pecel lele <strong>di</strong> pasar talawi.<br />
Sarapan pagi, kami tak ada pilihan. Selain rumah makan pak Janggui.<br />
Sebetulnya ada warung yang berjarak setengah jam perjalanan mobil<br />
"