07. Senja Kala di Tebing Tinggi.pdf - tiarrahman

Meminjamkan Mata
22 November 2008
Hari ini aku iseng banget. Karena aku pake XL yang nelfon 1 menit
gratis nelfon ke XL dari pukul 00:00 sampai pukul 5 sore. Cuma bayar
seribu, 17 jam gratis tis tis. Aku telponin semua temen yang pake XL.
Ada yang di rumah aja, ada yang lagi lokakarya, ada yang lagi jalan
sama keluarganya, dan ada yang ga nyambung juga tentunya. Ada yang
nanya juga ada apa? Aku jawab iseng aja karena mumpung gratis ni,
sampe jam 5 sore pula. Salah seorang kawan bilang, tetap nulis dong.
Dia bilang, “Kita minjam matanya dong, apa yang tidak bisa kita lihat
tolong diceritakan.”. Aku jawab basa-basi, kalo sempat ya nulis kalo
gak ya udah. He.. he.. padahal aku tetap nulis catatan harian. Coba ada
net, pasti udah aku posting juga hari itu.
So… pastinya, jangankan meminjamkan mata, bahkan hati, telinga,
kaki, tangan, dan mulut juga akan kupinjamkan juga.
Buktinya malam ini, temen-temen ngajakin makan di luar. Mungkin
mau cari suasana dan menu lain, yang beda dengan di mess. Pilihan
jatuh ke Warung Lesehan. Yang jualan katanya orang lamongan. Aku
tanya dulu ke teman yang sudah biasa makan di sini sebelumnya,
Bumbu bebeknya berasa? “Enak”, katanya. Sambelnya gimana? “Mak
nyuss”, terusnya.
So… setengah tujuh lebih sedikit, berangkatlah kita ke sana. Temanteman…
nih ya… aku pinjemin mulut dan lidahku untukmu. Aku pesen
ayam bakar plus tahu-tempe, yang lain ada yang pesen bebek goreng
dan juga lele goreng. Nyiapinnya lumayan lama, tapi sebanding dengan
rasa disajikan. Ayamnya mantap, tahu-tempenya berasa, sambelnya pas.
Eh ada bonus sayur asem juga. Nasinya juga enak, walau terlalu banyak.
Jadi kenyang sama nasi ni. Singkatnya, aku senang sekali bisa makan di
luar malam ini dan senang bisa meminjam indera pengecapku pada
kalian.
Pokoknya kalo ada yang main ke hutan lontar (jambi), aku rekomen
untuk coba makan di warung lesehan ini. Siippp dah!!!