OBSGYN

23.01.2017 Views

1 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa KONTRASEPSI SUSUK (IMPLANT) Dody Novrial A. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah menjalani praktikum kontrasepsi susuk (implant) mahasiswa diharapkan mampu : 1. Menjelaskan jenis-jenis implant 2. Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi pemasangan implant 3. Melakukan konseling kontrasepsi susuk (implant) 4. Melakukan pemasangan implant 6 kapsul dengan baik dan benar 5. Mencabut implant 6 kapsul dengan baik dan benar B. TINJAUAN PUSTAKA Susuk (implant) merupakan kontrasepsi jangka panjang. Saat ini ada dua jenis kontrasepsi susuk (implant), yaitu : 1. Susuk Norplan. Kontrasepsi ini terdiri dari 6 batang kapsul kecil yang fleksibel dibuat dari bahan silastik berisi levonorgestrel (LNG) yaitu suatu progestin sintetik dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4 mm. Metode ini memiliki masa kerja sampai 5 tahun 2. Susuk Implanon Kontrasepsi ini hanya terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm yang telah dipersiapkan dalam suatu jarum terpasang pada inserter khusus berbentuk semprit dispossible dalam kemasan steril kantong aluminium. Implanon berisi progestin 3-keto-desogestrel (3- keto-DSG). Pemasangan implanon merupakan penyuntikan subkutan biasa yang bisa dilakukan tanpa anestesi local. Metode ini bisa efektif sampai 3 tahun. ModulSkillLabA-Jilid1

1 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

KONTRASEPSI SUSUK (IMPLANT)<br />

Dody Novrial<br />

A. TUJUAN PEMBELAJARAN<br />

Setelah menjalani praktikum kontrasepsi susuk (implant) mahasiswa<br />

diharapkan mampu :<br />

1. Menjelaskan jenis-jenis implant<br />

2. Menjelaskan indikasi dan kontra indikasi pemasangan implant<br />

3. Melakukan konseling kontrasepsi susuk (implant)<br />

4. Melakukan pemasangan implant 6 kapsul dengan baik dan benar<br />

5. Mencabut implant 6 kapsul dengan baik dan benar<br />

B. TINJAUAN PUSTAKA<br />

Susuk (implant) merupakan kontrasepsi jangka panjang.<br />

Saat ini ada dua jenis kontrasepsi susuk (implant), yaitu :<br />

1. Susuk Norplan.<br />

Kontrasepsi ini terdiri dari 6 batang kapsul kecil yang fleksibel<br />

dibuat dari bahan silastik berisi levonorgestrel (LNG) yaitu<br />

suatu progestin sintetik dengan panjang 3,4 cm dan diameter 2,4<br />

mm. Metode ini memiliki masa kerja sampai 5 tahun<br />

2. Susuk Implanon<br />

Kontrasepsi ini hanya terdiri dari satu batang putih lentur<br />

dengan panjang kira-kira 40 mm dan diameter 2 mm yang telah<br />

dipersiapkan dalam suatu jarum terpasang pada inserter khusus<br />

berbentuk semprit dispossible dalam kemasan steril kantong<br />

aluminium. Implanon berisi progestin 3-keto-desogestrel (3-<br />

keto-DSG). Pemasangan implanon merupakan penyuntikan<br />

subkutan biasa yang bisa dilakukan tanpa anestesi local. Metode<br />

ini bisa efektif sampai 3 tahun.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


2 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Pada modul ini hanya akan dibahas tentang susuk Norplan.<br />

Mekanisme Kerja<br />

Kehamilan dicegah melalui kombinasi beberapa mekanisme.<br />

Dua diantaranya yang paling utama ialah :<br />

Membuat lendir serviks menjadi kental untuk mencegah<br />

penetrasi sperma.<br />

Menghambat ovulasi sekitar 50% siklus haid<br />

Mekanisme lainnya yang dapat menambah efek kontrasepsi antara<br />

lain :<br />

Menekan pertumbuhan endometrium (hipoplasia)<br />

Mengurangi produksi progesterone alami dari ovarium selama<br />

fase pasca ovulasi (luteal) dalam siklus tersebut dimana terjadi<br />

ovulasi.<br />

Pengaruh pada lendir serviks<br />

Pengaruh kontrasepsi yang paling penting dari LNG dalam<br />

implan adalah perubahan yang terjadi pada komposisi lendir serviks<br />

walaupun siklus haid wanita tersebut teratur. Penelitian yang<br />

dilakukan menunjukkan bahwa dalam 24 sampai 48 jam setelah<br />

pemasangan, lendir serviks menjadi kental, jumlahnya berkurang<br />

sehingga mencegah penetrasi sperma (Brache et al 1985; Croxatto et<br />

al 1987)..<br />

Pengaruh pada ovulasi<br />

Sejumlah kecil LNG yang dilepas secara terus-menerus dari kapsul<br />

bekerja pada daerah tertentu di otak (hipotalamus dan kelenjar<br />

hipofise anterior) untuk :<br />

Menurunkan sekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan<br />

<br />

LH (Luteinizing Hormone).<br />

Menghambat (mengurangi) sentakan gelombahng (surge) LH<br />

pada pertengahan siklus<br />

Dengan demikian pada pemakaian implan mekanismenya adalah<br />

mencegah ovulasi (tidak terjadi LH surge), atau bila terjadi ovulasi<br />

kadar progesterone akan berkurang (Davies dan Newton 1992).<br />

Pengaruh pada endometrium<br />

Levonorgestrel dan progestin sintetik lainnya menghambat<br />

reseptor progesterone (protein khusus didalam sel endometrium yang<br />

mengikat progesterone). Mekanisme kerja ini menyebabkan sel<br />

endometrium yang melapisi kavum uteri menjadi lebih sedikit,<br />

kelenjar menjadi lebih kecil dengan fungsi yang sangat berkurang<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


3 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

(aktivitas sekresi menurun). Hal ini menambah efek dari LNG,<br />

sehingga mengurangi kemungkinan keberhasilan implantasi dan ini<br />

merupakan efek sekunder yang penting pada pemakaian implan.<br />

Efektivitas<br />

Norplant merupakan salah satu metode kontrasepsi<br />

reversible yang sangat efektif. Walaupun disadari bahwa tidak ada<br />

satupun metoda kontrasepsi yang memiliki hasil guna 100%, namun<br />

rentang angka kehamilan rata-rata per tahun pada penggunaan<br />

norplant ternyata tidak lebih dari 1%.<br />

Pulihnya kesuburan setelah pencabutan implant hanya<br />

memerlukan waktu beberapa hari saja, dimana kadar LNG serum<br />

akan segera menghilang. Tidak ditemukan efek jangka panjang<br />

penggunaan implant bagi kesuburan wanita tanpa memandang umur<br />

ataupun paritas (wanita muda yang belum pernah hamil dapat<br />

dengan aman menggunakan metode ini).<br />

Efek samping<br />

Pada pengguna susuk (implant) dapat terjadi perubahan pola daur<br />

haid, perubahan-perubahan tersebut dapat berupa :<br />

Masa haid memanjang (terutama sering dijumpai pada bulan<br />

pertama penggunaan)<br />

Perdarahan bercak di antara 2 siklus<br />

Amenorea beberapa bulan, dan pada beberapa klien dapat<br />

berlangsung dalam skala tahunan<br />

Kombinasi dari pola diatas<br />

Efek samping lain yang jarang terjadi dapat berupa sefalgia,<br />

perubahan berat badan dan gangguan depresi.<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Keuntungan pemakaian norplant<br />

Daya guna tinggi<br />

Awitan kerja sangat cepat (< 24 jam)<br />

Pemulihan kesuburan cepat setelah pencabutan<br />

Perlindungan jangka panjang (5 tahun)<br />

Tidak memerlukan pemeriksaan dalam<br />

Tidak mengandung zat aktif berisiko (bebas estrogen)<br />

Tidak mengganggu kegiatan sanggama<br />

Cara penggunaan mudah<br />

Ekonomis<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


4 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Proses penggunaannya mudah (setelah insersi hanya<br />

membutuhkan kunjungan follow up dan datang kembali saat<br />

pencabutan)<br />

Tingkat proteksi berkesinambungan<br />

Reversibel<br />

Tidak mengganggu aktivitas keseharian<br />

Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan<br />

Tidak mempengaruhi laktasi<br />

Mengurangi dismenorea<br />

Mengurangi anemia<br />

Menurunkan angka kejadian adenokarsinoma endometrii<br />

Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara<br />

Mencegah terjadinya kehamilan ektopik<br />

Kerugian norplant :<br />

Tidak memberikan proteksi terhadap penyakit menular seksual<br />

termasuk AIDS<br />

Membutuhkan tindakan bedah minor saat insersi dan<br />

pencabutan<br />

Ketergantungan akseptor kepada dokter untuk pemasangan dan<br />

pencabutan<br />

Dapat mempengaruhi berat badan<br />

Memiliki risiko seperti tindakan bedah minor lainnya (infeksi,<br />

hematoma, dan perdarahan)<br />

Secara kosmetik susuk dapat terlihat dari luar<br />

Pada beberapa klien dapat terjadi perubahan pola haid<br />

Pada beberapa klien timbul keluhan-keluhan nyeri, sefalgia,<br />

jerawat, hirsutism<br />

Tidak memberikan jaminan pencegahan terhadap terbentuknya<br />

kista ovarium bagi wanita yang pernah menderita kista ovarium.<br />

Indikasi Pemakaian Norplant<br />

Akseptor KB yang :<br />

1. Memilih atau menghendaki kontrasepsi yang tidak perlu dipakai<br />

setiap hari atau tidak dipakai setiap hendak sanggama.<br />

2. Menghendaki penjarangan kehamilan<br />

3. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi<br />

4. Memilih untuk tidak memakai kontrasepsi yang mengandung<br />

estrogen<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


5 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

5. Menginginkan metode kontrasepsi hormonal, tetapi tidak dapat<br />

memakai pil kombinasi karena alasan : perokok aktif, usia lebih<br />

dari 35 tahun, mempunyai riwayat klinis timbulnya bekuan<br />

darah intravaskular, mengidap hipertensi.<br />

Pada beberapa klien perlu mendapatkan perhatian khusus (kontra<br />

indikasi relatif) :<br />

1. Dugaan terhadap adanya kehamilan<br />

2. Sedang mengidap penyakit tromboembolik<br />

3. Sedang mengalami perdarahan pervaginam yang belum<br />

terdiagnosis<br />

4. Benjolan atau kanker payudara<br />

5. Diabetes Mellitus<br />

6. Hipertensi<br />

7. Sakit kepala atau migren karena kelainan vascular<br />

8. Epilepsi<br />

9. Tuberkulosis<br />

10. Depresi<br />

11. Perokok<br />

12. Wanita yang tidak dapat menerima keadaan amenorea<br />

C. ALAT DAN BAHAN<br />

1. Meja periksa untuk klien berbaring<br />

2. Alat penyangga lengan<br />

3. Batang Norplant (6 buah) dalam kantong steril<br />

4. Duk steril<br />

5. Mangkok tempat meletakkan norplant<br />

6. Handscoen steril<br />

7. Sabun cuci tangan<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


6 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

8. Larutan antiseptik (povidon iodine, lengkap dengan<br />

cawan/mangkok)<br />

9. Zat anestesi local (konsentrasi 1% tanpa epinefrin)<br />

10. Spuit 5 ml<br />

11. Trokar #10 dan mandrin<br />

12. Skalpel # 11 atau # 15<br />

13. Kasa pembalut, bandaid, atau plester<br />

14. Kasa steril dan pembalut<br />

15. Epinefrin untuk keperluan darurat (renjatan anafilaktik)<br />

16. Klem penjepit atau forseps mosquito<br />

17. Bak/tempat instrumen<br />

18. Tempat sampah kering<br />

19. Tempat sampah medis<br />

20. Ember berisi larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi instrumen<br />

yang selesai digunakan.<br />

D. PROSEDUR TINDAKAN<br />

Pemasangan Implant<br />

1. Konseling pra pemasangan, jelaskan hal-hal yang perlu diketahui<br />

klien tentang norplant (indikasi, perhatian khusus, keuntungan dan<br />

kerugiannya).<br />

2. Pastikan bahwa klien telah yakin dengan pilihannya untuk<br />

menggunakan KB norplant.<br />

3. Pemasangan kapsul implant<br />

Persiapan<br />

1. Minta klien mencuci lengannya sebersih mungkin dengan<br />

sabun dan air, dan membilasnya sehingga tidak ada sisa<br />

sabun.<br />

2. Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan<br />

atas<br />

3. Beri tanda pada tempat pemasangan<br />

4. Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT dan<br />

keenam kapsul implant sudah tersedia<br />

Tindakan pra pemasangan<br />

1. Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain<br />

bersih<br />

2. Pakai sarung tangan steril atau DTT<br />

3. Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptik<br />

4. Pasang duk steril atau DTT disekeliling lengan klien<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


7 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

<br />

<br />

<br />

<br />

Pemasangan kapsul implant<br />

1. Suntikkan anestesi lokal tepat dibawah kulit (subkutan)<br />

sampai kulit sedikit menggelembung<br />

2. Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan<br />

suntikkan masing-masing 1 cc diantara pola pemasangan<br />

nomor 1 dan 2, 3 dan 4, 5 dan 6.<br />

3. Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit<br />

4. Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel<br />

(alternatif lain tusukkan trokar langsung ke lapisan<br />

dibawah kulit)<br />

5. Sambil mengungkit kulit, masukkan terus trokar dan<br />

pendorongnya sampai batas tanda 1 (pada pangkal trokar)<br />

tepat pada luka insisi.<br />

6. Keluarkan pendorong dan masukkan kapsul kedalam<br />

trokar (dengan tangan atau pinset)<br />

7. Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah<br />

ujung dari trokar sampai terasa adanya tahanan.<br />

8. Tahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan, dan<br />

tarik trokar keluar sampai mencapai pegangan pendorong.<br />

9. Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama-sama<br />

sampai batas tanda 2 terlihat pada luka insisi (jangan<br />

mengeluarkan trokar dari tempat insisi)<br />

10. Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan<br />

masukkan kembali trokar serta pendorongnya sampai<br />

tanda 1.<br />

11. Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai<br />

seluruh kapsul sudah terpasang.<br />

12. Raba kapsul utnuk memastikan keenam kapsul implant<br />

telah terpasang dalam pola kipas.<br />

13. Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul<br />

berada jauh dari insisi.<br />

Tindakan pasca pemasangan<br />

1. Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan band-aid.<br />

2. Beri pembalut tekan untuk mencegah pendarahan dan<br />

mengurangi memar.<br />

3. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua<br />

peralatan dalam larutan klorin untuk dikontaminasi.<br />

4. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke<br />

tempatnya (kasa, kapas, sarung tangan / alat suntik sekali<br />

pakai)<br />

5. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam klorin .<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


8 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

6. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan<br />

dengan kain bersih.<br />

Pencabutan Implant<br />

1. Konseling pra pencabutan (alasan pencabutan, rencana klien pasca<br />

pencabutan)<br />

2. Pencabutan kapsul implant<br />

Persiapan<br />

1. Mintalah klien untuk mencuci seluruh lengan dan tangan<br />

dengan sabun dan air yang mengalir. Pastikan tidak<br />

terdapat sisa sabun.<br />

2. Mintalah klien berbaring dengan lengan yang diletakkan<br />

lurus atau sedikit bengkok dan disangga dengan baik<br />

3. Letakkan kain yang bersih dan kering dibawah lengan<br />

klien<br />

4. Tentukan lokasi keenam kapsul dengan meraba. Untuk<br />

menentukan tempat insisi, raba (tanpa sarung tangan ujung<br />

kapsul dekat lipatan siku. Bila tidak dapat meraba kapsul,<br />

lihat lokasi pemasangan pada cacatan medik klien. Beri<br />

tanda pada posisi setiap kapsul di lengan dengan<br />

menggunakan spidol.<br />

5. Siapkan alat-alat dengan selalu menjaga sterilitas.<br />

Tindakan pra pencabutan<br />

1. Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain<br />

bersih<br />

2. Pakai sarung tangan steril atau DTT.<br />

3. Desinfeksi tempat pencabutan secara sentrifugal dengan<br />

kasa iodine.<br />

4. Pasang duksteril pada daerah pencabutan, raba sekali lagi<br />

seluruh kapsul untuk menentukan lokasinya.<br />

5. Suntikkan obat anenstesi lokal dengan memasukkan jarum<br />

dibawah ujung kapsul yang paling dekat dengan siku,<br />

kemudian masukkan sampai kurang lebih sepertiga<br />

panjang kapsul pertama (1 cm ), trik jarum pelan-pelan<br />

sambil menyuntikkan obat anastesi sebanyak 0,5 ml.<br />

Tanpa mencabut jarum geser ujung jarum ke arah kapsul<br />

berikutnya, ulangi proses ini sampai jarum keenam.<br />

Tindakan pencabutan dengan teknik “U”<br />

1. Tentukan lokasi insisi pada kulit diantara kapsul 3 dan 4<br />

lebih kurang 5 ml di atas ujung kapsul dekat siku.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


9 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

<br />

<br />

2. Lakukan pada lokasi yang telah ditentukan, gunakan<br />

scalpel untuk membuat insisi kecil (4 mm) dengan arah<br />

memanjang.<br />

3. Masukkan ujung klem pemegang susuk secara hati-hati<br />

melalui luka insisi.<br />

4. Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi<br />

dengan jari telunjuk sejajar panjang kapsul.<br />

5. Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh<br />

kapsul, buka klem dan jepit kapsul denga sudut yang tepat<br />

pada sumbu panang kapsul lebih kurang 5 mm diatas<br />

ujung bawah kapsul. Setelah kapsul terjepit, tarik ke arah<br />

insisi dan jatuhkan klem 180 0 ke arah bahu klien.untuk<br />

memaparkan ujung bawah kapsul.<br />

6. Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya<br />

dengan menggunakan kassa steril untuk memaparkan<br />

ujung bawah kapsul sehingga mudah dicabut.Bila tidak<br />

bisa dengan kassa, boleh menggunakan sisi tumpul<br />

scalpel.<br />

7. Gunakan klem lain untuk menjepit kapsul yang sudah<br />

terpapar. Lepaskan klem pemegang susuk dan cabut<br />

kapsul dengan pelan- pelan dan hati- hati. Setelah kapsul<br />

dicabut, letakkan dalam mangkuk kecil berisi larutan<br />

klorin 0,5 % untuk dekontaminasi. Kapsul dapat dihitung<br />

dengan mudah dalam mangkuk kecil untuk memastikan<br />

keenam kapsul sudah dicabut.<br />

8. Pencabutan kapsul berikutnya adalah yang tampak paling<br />

mudah dicabut dengan teknik yang sama seperti di atas.<br />

Tindakan pasca pencabutan<br />

1. Bila klien tidak ingin memakai susuk lagi, bersihkan<br />

daerah sekitar insisi denga kasa antiseptik. Gunakan klem<br />

mosquito untuk memegang kedua tepi luka insisi selama<br />

lebih kurang 10 – 15 detik untuk mengurangi perdarahan.<br />

2. Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan<br />

bandaid atau kasa steril dan plester. Tutup daerah insisi<br />

dengan pembalut tekan mengelilingi lengan untuk<br />

homeostasis dan mengurangi perdarahan di bawah kulit.<br />

3. Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua<br />

peralatan dalam larutan klorin untuk dikontaminasi.<br />

4. Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke<br />

tempatnya (kasa, kapas, sarung tangan / alat suntik sekali<br />

pakai)<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


10 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

5. Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam klorin .<br />

6. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan<br />

dengan kain bersih.<br />

E. DAFTAR PUSTAKA<br />

1. Brache V et al.1985. Anovulation, inadequate luteal phase and poor<br />

sperm penetration in cervical mucus during prolonged use of<br />

Norplant implants. Contraception 31 (3): 261-73.<br />

2. Croxatto HB.1987. Treatment with Norplant subdermal implants<br />

inhibits sperm penetration through cervical mucus in vitro.<br />

Contraception 36(2): 193-201.<br />

3. Davies GC and JA Newton.1992. A review of the effects of long<br />

acting progesterone-only contraceptives on ovarian activity.<br />

Advances in Contraception 8(1): 1-19.<br />

4. JHPIEGO Corporation.1990. Norplant Guide for Family Planning<br />

Service Programs. Baltimore, Maryland. JHPIEGO.<br />

5. Saifudin AB, Djajadilaga, Biran A, Bimo.1996. Buku Acuan<br />

Nasional Pelayanan Keluarga Berencana. NRC-POGI, Yayasan<br />

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


11 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

FORMULIR PENILAIAN<br />

KETERAMPILAN KLINIK DAN KONSELING<br />

PEMASANGAN IMPLANT 6 KAPSUL<br />

NO<br />

LANGKAH/KEGIATAN<br />

Tindakan pra pemasangan<br />

1 Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan<br />

dengan kain bersih<br />

2 Pakai sarung tangan steril atau DTT*<br />

SKOR<br />

0 1 2<br />

3 Pasang duk steril dibawah lengan ibu<br />

4 Usap tempat pemasangan dengan larutan<br />

antiseptik<br />

5 Pasang duk steril atau DTT disekeliling lengan<br />

klien<br />

Pemasangan kapsul implant<br />

6 Suntikkan anestesi lokal tepat dibawah kulit<br />

(subkutan) sampai kulit sedikit<br />

menggelembung<br />

7 Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm<br />

dan suntikkan masing-masing 1 cc diantara<br />

pola pemasangan nomor 1 dan 2, 3 dan 4, 5<br />

dan 6.<br />

8 Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi<br />

pada kulit<br />

9 Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan<br />

scalpel (alternatif lain tusukkan trokar<br />

langsung ke lapisan dibawah kulit)<br />

10 Sambil mengungkit kulit, masukkan terus<br />

trokar dan pendorongnya sampai batas tanda 1<br />

(pada pangkal trokar) tepat pada luka insisi.<br />

11 Keluarkan pendorong dan masukkan kapsul<br />

kedalam trokar (dengan tangan atau pinset)<br />

12 Masukkan kembali pendorong dan tekan<br />

kapsul kearah ujung dari trokar sampai terasa<br />

adanya tahanan.<br />

13 Tahan pendorong ditempatnya dengan satu<br />

tangan, dan tarik trokar keluar sampai<br />

mencapai pegangan pendorong.<br />

14 Tarik trokar dan pendorongnya secara<br />

bersama-sama sampai batas tanda 2 terlihat<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


12 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

pada luka insisi (jangan mengeluarkan trokar<br />

dari tempat insisi)<br />

15 Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu<br />

jari dan masukkan kembali trokar serta<br />

pendorongnya sampai tanda 1.<br />

16 Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi<br />

sampai seluruh kapsul sudah terpasang.<br />

17 Raba kapsul utnuk memastikan keenam kapsul<br />

implant telah terpasang dalam pola kipas.<br />

18 Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh<br />

kapsul berada jauh dari insisi.<br />

Tindakan pasca pemasangan<br />

19 Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan<br />

band-aid.<br />

20 Beri pembalut tekan untuk mencegah<br />

pendarahan dan mengurangi memar.<br />

21 Bereskan alat dan edukasi ibu ttg luka dan<br />

kapan kontrol<br />

TOTAL<br />

Ket :<br />

Nilai batas lulus 70%<br />

* : Critical point tidak dilakukan nilai : 0 Nilai = skor total x 100% /<br />

42<br />

Jakarta,<br />

Penguji<br />

………………………<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


13 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

PENILAIAN KETRAMPILAN TERAPI OKSIGEN<br />

Nama :<br />

No. Mhs :<br />

No Aspek yang dinilai Skor<br />

1 Cucitangan<br />

2 Memberitahu klien<br />

3 Isi glass humidifier dengan water for irigation<br />

setinggi batas yang tertera<br />

4 Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/<br />

sentral oksigen<br />

5 Cek fungsi flow meter dan humidifeir dengan<br />

memutar pengatur konsentrasi 02 dan Amati ada<br />

tidaknya gelembung udara dalam glass flow eter<br />

6 Menghubungkan catheter nasal/ kanul nasal dengan<br />

flowmeter<br />

7 Alirkan oksigen ke Kateter Nasal dengan aliran<br />

antara 1 -6 liter/ menit. Canule Nasal dengan aliran<br />

antara 1 -6 liter/ menit<br />

8 Alirkan oksigen ke sungkup muka partial<br />

rebreathing dengan aliran udara 8-12 l/mnt.<br />

9 Alirkan oksigen ke: Sungkup muka non rebreathing<br />

dengan aliran 8-12 l/mnt<br />

10 Cek aliran kateter nasa!/ kanul nasal dengan<br />

menggunakan punggung tangan untuk mengetahui<br />

ada tidaknya aliran oksigen.<br />

11 Olesi ujung kateter nasal/ kanul nasal dengan jeli<br />

sebeluin dipakai ke pasien<br />

12 Pasang alat Kateter nasal/ kanul nasal pada klien.<br />

13 Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir<br />

sesuai yang diinginkan<br />

14 Cucitangan<br />

15 Rapihkan peralatan kembali<br />

16 Dokumentasikan pada status klien<br />

Total skor<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


14 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

PENILAIAN KETRAMPILAN TERAPI OKSIGEN<br />

Nama :<br />

No. Mhs :<br />

No Aspek yang dinilai Skor<br />

1 Cucitangan<br />

2 Memberitahu klien<br />

3 Isi glass humidifier dengan water for irigation<br />

setinggi batas yang tertera<br />

4 Menghubungkan flow meter dengan tabung oksigen/<br />

sentral oksigen<br />

5 Cek fungsi flow meter dan humidifeir dengan<br />

memutar pengatur konsentrasi 02 dan Amati ada<br />

tidaknya gelembung udara dalam glass flow eter<br />

6 Menghubungkan catheter nasal/ kanul nasal dengan<br />

flowmeter<br />

7 Alirkan oksigen ke Kateter Nasal dengan aliran<br />

antara 1 -6 liter/ menit. Canule Nasal dengan aliran<br />

antara 1 -6 liter/ menit<br />

8 Alirkan oksigen ke sungkup muka partial<br />

rebreathing dengan aliran udara 8-12 l/mnt.<br />

9 Alirkan oksigen ke: Sungkup muka non rebreathing<br />

dengan aliran 8-12 l/mnt<br />

10 Cek aliran kateter nasa!/ kanul nasal dengan<br />

menggunakan punggung tangan untuk mengetahui<br />

ada tidaknya aliran oksigen.<br />

11 Olesi ujung kateter nasal/ kanul nasal dengan jeli<br />

sebeluin dipakai ke pasien<br />

12 Pasang alat Kateter nasal/ kanul nasal pada klien.<br />

13 Tanyakan pada klien apakah oksigen telah mengalir<br />

sesuai yang diinginkan<br />

14 Cucitangan<br />

15 Rapihkan peralatan kembali<br />

16 Dokumentasikan pada status klien<br />

Total skor<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


15 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN AKSILA<br />

Nur Signa Aini Gumilas<br />

PENDAHULUAN<br />

Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu<br />

keenam masa embrio yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis<br />

yang disebut garis susu yang terbentang dari aksila sampai regio inguinal.<br />

Beberapa hari setelah lahir, pada bayi dapat terjadi pembesaran<br />

unilateral atau bilateral diikuti dengan sekresi cairan keruh (mastitis<br />

neonatorum), yang disebabkan oleh berkembangnya sistem duktus dan<br />

tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang dirangsang secara<br />

tidak langsung olah tingginya kadar estrogen ibu di dalam sirkulasi darah<br />

bayi.<br />

1. Anatomi<br />

Normalnya kelenjar payudara rudimenter pada anak-anak dan lakilaki.<br />

Pada wanita pertumbuhan mulai saat pubertas.<br />

Kelenjar susu bentuknya bulat, merupakan kelenjar kulit atau apendiks<br />

kulit yang terletak di fasia pektoralis. Payudara kiri biasanya lebih besar<br />

daripada payudara kanan. Pada bagian lateral atas, jaringan kelenjar ini keluar<br />

dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan Spence atau ekor<br />

payudara. Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobulus kelenjar, yang<br />

menyalurkan ekskresinya ke duktus laktiferus pada papila mamae. Kelenjar<br />

lemak memenuhi di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis serta di antara<br />

kulit dan kelenjar, sehingga kelenjar sulit untuk teraba. Di antara lobulus<br />

tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper yang memberi<br />

rangka untuk payudara.<br />

Papila mamae bentuknya silinder dan letaknya di tengah payudara.<br />

Papila mamae dikelilingi oleh areola mamae. Warna kulit areola mamae<br />

berkerut dan lebih berpigmen tergantung dari jenis warna kulit individu.<br />

Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian<br />

lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan<br />

ada pula penyaliran ke kelenjar interpektoralis. Di aksila terdapat rata-rata 50<br />

buah kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena<br />

brakhialis. Saluran limfe dari payudara ke aksila, menyalir ke kelompok<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


16 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, dan<br />

berlanjut ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di supraklavikular.<br />

2. Fisiologi<br />

Payudara mengalami perubahan mulai dari masa hidup anak melalui<br />

masa pubertas, fertilitas dan klimakterium-menopause. Sejak pubertas,<br />

pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan hormon<br />

hipofise telah menyebabkan duktus dan asinus berkembang.<br />

Perubahan semasa masa fertilitas sesuai dengan siklus menstruasi.<br />

Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara menjadi lebih besar dan pada<br />

beberapa hari sebelum menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal.<br />

Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Waktu<br />

pemeriksaan payudara yang tepat berdasarkan siklus fisiologis wanita adalah<br />

setelah menstruasi, dimana payudara tidak tegang dan nyeri dan mencegah<br />

pemeriksaan yang false positif.<br />

Pada kehamilan dan menyusui, payudara menjadi besar karena<br />

kelenjar mengalami hipertropi.<br />

PEMERIKSAAN FISIK<br />

Payudara dibagi dalam empat kuadran oleh garis horisontal dan<br />

vertikal yang melalui papilla mamae (kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri<br />

atas dan kiri bawah). Untuk menunjukkan lokasi lesi pada payudara dapat<br />

ditunjuk dengan jam dan dengan jarak tertentu dalam sentimeter dari papila<br />

mamae.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


17 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Pada wanita<br />

1. Inspeksi<br />

a. Posisi duduk tegak, kedua lengan menggantung di samping badan.<br />

Amati payudara secara keseluruhan :<br />

- Bentuk kedua payudara<br />

- Ukuran dan simetrinya, apakah terdapat perbedaan ukuran<br />

mamae, areola mamae dan papila mamae.<br />

- Warna kulit, adakah penebalan atau udem, adanya kulit<br />

berbintik seperti kulit jeruk, ulkus, gambaran pembuluh darah<br />

vena.<br />

- Adakah tampak massa, retraksi/lekukan, tonjolan/benjolan.<br />

Papila mamae diamati :<br />

- Ukuran dan bentuk<br />

- Arahnya<br />

- Ujud kelainan kulit atau ulserasi<br />

- Discharge<br />

b. Posisi mengangkat kedua lengan di atas kepala.<br />

c. Posisi kedua tangan di pinggang.<br />

Kedua posisi ini adalah untuk melihat lebih jelas adanya kelainan<br />

retraksi atau benjolan.<br />

Amati sekali lagi bentuk payudara, perubahan posisi dari papila<br />

mamae, lokasi retraksi, benjolan<br />

d. Posisi duduk/berdiri dengan membungkukkan badan ke depan,<br />

bersandar pada punggung kursi atau lengan pemeriksa.<br />

Posisi ini diperlukan jika payudara besar atau pendular. Payudara<br />

akan bebas dari dinding dada, perhatikan adakah retraksi atau massa.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


18 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

2. Palpasi<br />

Penderita disuruh berbaring, jika payudara tidak mengecil, tempatkan<br />

bantal tipis di punggung, sehingga payudara terbentang rata, dan lebih<br />

memudahkan menemukan suatu nodul. Palpasi dilakukan menggunakan<br />

permukaan volar tiga jari yang ditengah, dengan gerakan perlahan-lahan,<br />

memutar menekan secara halus jaringan mamae terhadap dinding dada.<br />

Lakukan palpasi pada setiap kuadran, payudara bagian perifer, kauda<br />

aksilaris dan areola mamae, bandingkan payudara kanan dan kiri.<br />

Bila ditemukan adanya nodul perhatikan dan catat :<br />

- Lokasi, dengan cara menggunakan kuadran atau jam dengan jarak berapa<br />

centimeter dari papila mamae.<br />

- Ukuran (cm)<br />

- Bentuk, bulat/pipih, halus/berbenjol-benjol<br />

- Konsistensi, kenyal/keras<br />

- Batas dengan jaringan sekitar, jelas atau tidak<br />

- Nyeri tekan atau tidak<br />

- Mobilitas terhadap kulit, fascia pektoralis dan dinding dada di sebelah<br />

bawahnya.<br />

Palpasi papila mamae, tekan papila dan areola mamae sekitar dengan<br />

ibu jari dan telunjuk, perhatikan adakah pengeluaran discharge. Jika dijumpai<br />

discharge, atau riwayat mengeluarkan discharge, coba cari asalnya dengan<br />

menekan areola mamae dengan ibu jari dan telunjuk dan pada sebelah radial<br />

sekitar papila mamae. Perhatikan adakah discharge yang keluar dari salah<br />

satu duktus papila mamae.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


19 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Pada pria<br />

Karena rudimenter, pemeriksaan payudara pada pria lebih mudah<br />

daripada wanita. Prinsip pemeriksaannya sama dengan wanita.<br />

Pembesaran payudara bisa terjadi pada laki-laki mulai dari usia muda<br />

sampai tua, yang biasanya disebabkan karena pengaruh hormonal.<br />

Pemeriksaan :<br />

1. Inspeksi<br />

Inspeksi papila mamae dan areola mamae, adakah ulserasi, nodul,<br />

atau pembengkakan.<br />

2. Palpasi<br />

Palpasi areola mamae, adakah nodul.<br />

Pemeriksaan fisik aksila<br />

Jika ditemukannya karsinoma mamae, kemungkinan sudah terjadi<br />

metastasis ke limfe nodi regional.<br />

Posisi penderita duduk, kedua lengan rikleks di samping badan.<br />

1. Inspeksi<br />

Inspeksi kulit aksila, perhatikan adakah rash, infeksi, ulkus,<br />

benjolan.<br />

2. Palpasi<br />

Letakkan jari-jari tangan kanan di bawah aksila kiri, rapatkan untuk<br />

mencapai sejauh mungkin apek fossa aksilaris. Suruh lengan kiri<br />

penderita rileks, dan topang lengannya dengan tangan/lengan kiri<br />

pemeriksa. Kemudian tekan jari-jari pemeriksa ke dinding dada,<br />

coba cari nnll grup aksila sentralis yang terletak di tengah dinding<br />

dada dari aksila. Angkat lengan penderita lebih jauh, raba dan cari<br />

nnll grup aksila lateral yang terletak di lengan atas dekat pangkal<br />

humerus, kemudian raba dan cari nnll grup pectoral yang terletak di<br />

tepi lateral m. pektoralis mayor, serta raba dan cari nnll grup<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


20 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

subskapular yang terletak di tepi depan m. latisimus dorsi. Nnll.<br />

aksila sering dapat diraba, biasanya lunak, kecil dan tidak nyeri.<br />

Pemeriksaan dilanjutkan dengan meraba nnll grup infraklavikular<br />

dan supraklavikular. Perhatikan dan catat, adakah pembesaran nnll,<br />

perubahan konsistensi, bentuk dan adakah nyeri tekan.<br />

Untuk pemeriksaan aksila kanan, pemeriksaan dilakukan dengan<br />

menggunakan tangan kiri pemeriksa.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


21 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA DAN AKSILA<br />

Nama :<br />

Nim :<br />

N Prosedur Score<br />

o 0 1 2<br />

1. Persiapan<br />

a.Meminta persetujuan penderita dan menjelaskan<br />

pemeriksaan yang akan dilakukan.<br />

b.Meminta penderita membuka pakaian sebatas<br />

pinggang.<br />

c.Asepsis(cucitangandengansabun/larutan<br />

detol/antiseptis) dan keringkan dengan handuk<br />

kering.<br />

2. Pemeriksaan fisik payudara<br />

a. Inspeksi :<br />

- Kedua lengan di samping badan, inspeksi payudara<br />

dan papila mamae.<br />

- Kedua lengan di atas kepala, inspeksi payudara dan<br />

papila mamae.<br />

- Kedua tangan di pinggang, inspeksi payudara dan<br />

papila mamae.<br />

- Posisi duduk/berdiri dengan membungkukkan badan<br />

ke<br />

depan, bersandar pada punggung<br />

kursi atau lengan pemeriksa, jika payudara<br />

penderita besar atau pendular, inspeksi payudara<br />

dan papila mamae.<br />

b. Palpasi<br />

- Penderita berbaring, jika perlu gunakan bantal tipis<br />

di bawah punggung.<br />

- Palpasi pada setiap kuadran, payudara bagian<br />

perifer, kauda aksilaris dan areola mamae,<br />

bandingkan payudara kanan dan kiri. Adakah<br />

nodul.<br />

- Palpasi papila mamae, tekan papila dan areola<br />

mamae sekitar dengan ibu jari dan telunjuk,<br />

perhatikan adakah pengeluaran discharge.<br />

-Jikadijumpaidischarge,atauriwayat<br />

mengeluarkan discharge, coba cari asalnya dengan<br />

menekan areola mamae dengan ibu jari dan<br />

telunjuk dan pada sebelah radial sekitar papila<br />

mamae.<br />

3. Pemeriksaan fisik aksila<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


22 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

a. Inspeksi<br />

- Penderita duduk, kedua lengan rikleks di samping<br />

badan.<br />

- Inspeksi kulit aksila, perhatikan adakah rash,<br />

infeksi, ulkus, benjolan.<br />

b. Palpasi<br />

- Letakkan jari-jari tangan kanan di bawah aksila<br />

kiri, rapatkan untuk mencapai sejauh mungkin<br />

apek fossa aksilaris. Suruh lengan kiri penderita<br />

rileks, dan topang lengannya dengan<br />

tangan/lengan kiri pemeriksa.<br />

- Tekan jari-jari pemeriksa ke dinding dada, cari nnll<br />

grup aksila sentralis, nnll grup aksila lateral, nnll<br />

grup pectoral, nnll grup subskapular, adakah<br />

pembesaran nnll, perubahan konsistensi, bentuk<br />

dan adakah nyeri tekan..<br />

- Lakukan pula untuk aksila kanan dengan<br />

menggunakan tangan kiri pemeriksa.<br />

- Palpasi nnll grup supraklavikular dan<br />

infraklavikular, adakah pembesaran nnll,<br />

perubahan konsistensi, bentuk dan adakah nyeri<br />

tekan, bandingkan kanan dan kiri.<br />

4. Pemeriksaan selesai, penderita dipersilakan mengenakan<br />

pakaian kembali dan duduk di kursi yang telah<br />

disediakan.<br />

Asepsis (cuci tangan dengan sabun/larutan<br />

5. detol/antiseptis) dan keringkan dengan handuk kering.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


23 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI<br />

Dwi Arini Ernawati<br />

LEARNING OUTCOME<br />

Dengan mengetahui pemeriksaan ginekologi, diharapkan mahasiswa<br />

mampu melakukan pemeriksaan ginekologi dengan benar dalam<br />

rangka menegakkan diagnosa kasus-kasus ginekologi dan untuk<br />

kepentingan terapi serta penatalaksaan lebih lanjut.<br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

Seperti halnya pemeriksaan fisik yang lain, hal pertama yang harus<br />

dilakukan dalam pemeriksaan ginekologi adalah anamnesa. Simptomatologi<br />

untuk kasus-kasus ginekologi berkisar antara 3 gejala : 1). perdarahan 2). rasa<br />

nyeri 3). pembengkakan<br />

ANAMNESA<br />

Secara rutin ditanyakan : umur, sudah menikah atau belum, paritas,<br />

riwayat haid, penyakit yang pernah diderita terutama kasus<br />

ginekologi, dan operasi yang pernah dialami.<br />

Riwayat Penyakit Umum<br />

Riwayat Penyakit Obstetri<br />

Perlu diketahui riwayat tiap-tiap kehamilan, apakah berakhir dengan<br />

keguguran atau persalinan, apakah persalinan berlangsung normal atau<br />

dengan tindakan, dan bagaimana kondisi bayi.<br />

Riwayat Penyakit Ginakologi<br />

Riwayat Haid<br />

Perlu diketahui menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyaknya<br />

darah waktu haid, lamanya haid, disertai nyeri atau tidak, dan menopause.<br />

Selalu ditanyakan tanggal haid terakhir yang masih normal, sehingga dapat<br />

diketahui apabila terjadi keterlambatan atau gangguan siklus yang lain.<br />

Gangguan haid dan siklusnya antara lain :<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


24 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Hipermenorea (menoragia) : perdarahan haid yang lebih banyak dari<br />

normal, atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari)<br />

Hipomenorea : perdarahan haid yang lebih pendek dan/atau lebih<br />

kurang dari biasa.<br />

Polimenorea : siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang 21 hari),<br />

perdarahan kurang lebih sama atau lebih sedikit dari biasa<br />

(polimenoragia/epimenoragia)<br />

Oligomenorea : siklus haid lebih panjang (lebih 35 hari). Perdarahan<br />

biasanya berkurang.<br />

Amenorea : tidak haid sedikitnya 3 bulan berturutturut.<br />

Metroragia : perdarahan di luar siklus haid.<br />

Keluhan Sekarang<br />

Perdarahan<br />

Perlu ditanyakan apakah perdarahn yang terjadi ada hubungannya<br />

dengan siklus haid atau tidak, banyaknya dan lamanya perdarahan.<br />

Perdarahan yang didahului oleh haid yang terlambat biasanya disebabkan<br />

oleh abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik. Pada gadis muda<br />

sering didapati perdarahan yang tidak normal, sedikit atau banyak, ada<br />

kalanya terus menerus, disertai atau tidak disertai hipoplasi uteri.<br />

Perdarahan demikian disebut metropathia haemorrhagica des juveniles.<br />

Perdarahan sewaktu atau setelah coitus dapat akibat Ca cervic, eroti<br />

portio, polip cervicis uteri, atau traumatic postcoitus. Metroragia merupakan<br />

gejala penting Ca Cervic dan Ca korpus uteri. Tumor ganas ovarium jarang<br />

menimbulkan perdarahan.<br />

Fluor albus / lekorea<br />

Pada kasus keputihan perlu ditanyakan : sudah berapa lama, terus<br />

menerus atau pada waktu tertentu, banyaknya, warnanya, baunya, disertai<br />

rasa gatal / nyeri atau tidak. Secara fisiologik keluarnya lendir yang<br />

berlebihan dapat dijumpai pada : ovulasi, menjelang dan setelah haid,<br />

rangsangan seksual dan kehamilan. Akan tetapi apabila sampai mengganggu,<br />

berganti celana sampai beberapa kali sehari, disertai rasa gatal dan nyeri,<br />

maka pasti yang terjadi adalah keadaan patologik.<br />

Rasa Nyeri<br />

Rasa nyeri di perut, panggul, pinggang, atau alat kelamin luar dapat<br />

merupakan gejala dari kelainan ginekologi.<br />

Dismenorea dapat dirasakan di perut bawah atau pinggang, dapat bersifat<br />

seperti mulas-mulas, rasa ngilu, atau seperti ditusuk-tusuk. Mengenai<br />

hebatnya rasa nyeri perlu ditanyakan apakah sampai menganggu aktivitas<br />

sehari-hari. Biasa terjadi menjelang haid, sewaktu atau setelah haid, selama<br />

satu dua hari. Pada endometriosis hampir selalu disertai dismenorea.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


25 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Dispareuni: rasa nyeri waktu bersenggama, dapat karena kelainan organic<br />

atau factor psikologik. Kelainan organic dapat seperti introitus vagina atau<br />

vagina terlalu sempit, peradangan atau perlukaan, adneksitis, parametritis,<br />

atau endometriosis di lig. Sacrouteri atau di cavum douglassi.<br />

Nyeri perut dapat disebabkab oleh kelainan letak uterus, neoplasma dan<br />

peradangan.<br />

Miksi<br />

Keluhan dari saluran kencing sering menyertai kelainan ginekologi. Karena<br />

itu perlu ditanyakan rasa nyeri waktu kencing, seringnya kencing, retensi<br />

urine, kencing tidak lancar, atau tidak tertahan.<br />

Defekasi<br />

Perlu ditanyakan apakah ada kesulitan buang air besar , apakah defekasi<br />

disertai rasa nyeri, atau beraknya disertai lendir, darah atau nanah.<br />

PEMERIKSAAN UMUM, PAYUDARA DAN PERUT<br />

Pemeriksaan Umum<br />

Pemeriksaan mengenai kesan umum yang didapat waktu melihat penderita<br />

pertama kali, pemeriksaan vital sign dan pemeriksaan lab rutin<br />

Pemeriksaan Payudara<br />

Mempunyai arti penting bagi penderita wanita, terutama dalam hubungan<br />

dengan diagnosa kelainan endokrin kehamilan, dan Ca mammae.<br />

Pemeriksaan Perut Inspeksi<br />

Perhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan pernapasan, kondisi<br />

kulit, parut operasi, dll.<br />

Palpasi, Perkusi, Auskultasi<br />

Seperti halya pemeriksaan pada abdomen. Disini mempunyai kepentingan<br />

untuk menegakkan diagnosa adanya kasus ginekologi seperti mioma,<br />

keganasan, kehamilan, dll.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


26 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI<br />

Letak Penderita<br />

Untuk pemeriksaan ginekologi dikenal 3 letak penderita :<br />

1) Letak litotomi<br />

Letak ini paling popular, diperlukan meja ginekologi dan penyangga bagi<br />

kedua tungkai.<br />

Penderita berbaring di atas meja gin, sambil lipat lututnya diletakkan pada<br />

penyangga dan tungkainya dalam fleksi santai, sehingga penderita dalam<br />

posisi mengangkang (gambar)<br />

Dengan penerangan lampu sorot, vulva, anus dan sekitarnya dapat terlihat<br />

jelas dan pemeriksaan baik bimanual maupun dengan speculum dapat<br />

dilakukan. Pemeriksaan inspekulo dilakukan dengan pemeriksa duduk,<br />

sedang pemeriksaan bimanual sebaiknya pemeriksa berdiri.<br />

2) Letak miring<br />

Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri, sambil<br />

paha dan lututnya ditekuk dan kedua tungkai sejajar. Posisi ini hanya baik<br />

untuk pemeriksaan insekulo.<br />

3) Letak Simm<br />

Letak ini hampir sama dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir lurus,<br />

tungkai kanan ditekuk ke arah perut, dan lututnya diletakkan pada alas,<br />

sehingga panggul membuat sudut miring dengan alas, lengan kiri di belakang<br />

badan dan bahu sejajar alas. Dengan demikian penderita berbaring setengah<br />

tengkurap.Dengan posisi ini pemeriksaan inspekulo lebih mudah dilakukan.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


27 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Pemeriksaan Genetalia Eksterna<br />

Dengan inspeksi perlu diperhatikan bentuk, warna, pembengkakan, dsb dari<br />

genetalia eksterna, perineum, anus dan sekitarnya ; dan apakah ada fluor albus,<br />

atau darah. Apakah himen masih utuh dan klitoris normal.<br />

Pemeriksaan dengan Spekulum<br />

Setelah dilakukan inspeksi alat genital, untuk pemeriksaan lebih lanjut dapat<br />

dilakukan pemeriksaan dengan speculum, terutama apabila akan dilakukan<br />

sitologi vagina. Namun ada juga yang memulai dengan pemeriksaan bimanual<br />

terlebih dahulu.<br />

Untuk wanita yang belum pernah melahirkan dipilih speculum yang kecil, atau<br />

pada anak kecil apabila memang diperlukan memenggunakan speculum paling<br />

kecil sesuai dengan kecilnya introitus vagina.<br />

Cara pemasangan Spekulum Spekulum Simm<br />

Dipasang terlebih dahulu ke dalam vagina bagian belakang. Mulamula<br />

ujung speculum dimasukkan agak miring ke dalam IV, didorong ke<br />

dalam sedikit, dan diletakkan melintang dalam vagina; lalu speculum ditekan<br />

ke balakang dan didorong lebih dalam lagi, sehingga ujung speculum<br />

menyentuh puncak vagina di fornik posterior. Setelah speculum pertama<br />

dipasang, maka pemasangan speculum kedua yang lebih kecil menjadi sangat<br />

mudah; ujungnya diletakkan di fornik anterior dan ditekan sedikit ke depan.<br />

Biasanya portio langsung tampak dengan jelas. Apabila portio menghadap<br />

terlampau ke depan atau ke belakang, maka posisi speculum disesuaikan,<br />

sehingga letak portio tepat di tengah speculum.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


28 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Spekulum Cocor Bebek<br />

Dalam keadaan tertutup, speculum dimasukkan ujungnya ke dalam IV<br />

sedikit miring, kemudian diputar kembali menjadi melintang dalam vagina dan<br />

didorong masuk lebih dalam ke arah fornik posterior sampai dipuncak vagina.<br />

Lalu speculum dibuka melalui mekanik pada tangkainya. Dengan demikian<br />

dinding vagina depan dipisah dari yang belakang, dan portio tampak jelas.<br />

Apabila portio belum tampak jelas, posisi speculum dapat disesuaikan. Waktu<br />

speculum dibuka daun depan tidak menyentuh portio karena agak lebih pendek<br />

dari daun belakang.<br />

Dengan menggunakan speculum, periksa dinding vagina (rugae, Ca,<br />

fluor albus), dan portio ( bulat, terbelah melintang, mudah berdarah, erosio,<br />

peradangan, polip, tumor atau ulkus, juga perhatikan warna, dan OUE<br />

membuka / menutup )<br />

Selain itu dengan speculum dapat dilakukan usap vagina dan usap<br />

servik untuk pemeriksaan sitologi, getah kanalis servikalis untuk pemeriksaan<br />

GO, dan getah dari fornik posterior untuk pemeriksaan trikomoniasis dan<br />

kandidiasis. Dapat juga digunakan untuk pelepasan AKDR.<br />

ALAT DAN BAHAN<br />

Untuk pemeriksaan ginekologi diperlukan alat-alat dan bahan sebagai berikut<br />

:<br />

1. Bed litotomi<br />

2. Sarung tangan<br />

3. Spekulum Simm dan Spekulum cocor bebek<br />

4. Cunam kapas / korentang<br />

5. Kateter nelaton dan kateter logam<br />

6. Kapas lisol<br />

7. Kaca benda untuk pemeriksaan sitologi vagina<br />

8. Spatel Ayre dan etil alcohol untuk sitologi vagina<br />

9. Kapas lidi<br />

10. Cunam porsio<br />

11. Sonde uterus<br />

12. Cunam biopsy<br />

13. Mikrokuret<br />

14. Lampu sorot<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


29 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Suwito Condro Wachyu Harisaputra, dalam buku Ilmu Kandungan Yayasan<br />

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


30 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

PEMERIKSAAN LEOPOLD<br />

Desiyani Nani<br />

LEARNING OBJECTIVE<br />

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold.<br />

1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold I.<br />

2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold II.<br />

3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold III.<br />

4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Leopold IV.<br />

TINJAUAN PUSTAKA<br />

Pemeriksaan leopold dilakukan pada kehamilan cukup bulan setelah uterus<br />

cukup membesar untuk dapat membedakan bagian-bagian janin melalui<br />

palpasi. Pemeriksaan Leopold terdiri dari 4 manuver.<br />

Manuver I<br />

Menjawab pertanyaan : Apa yang ada di bagian fundus ? Kepala<br />

atau bokong?<br />

Temuan : Presentasi<br />

Manuver ini mengidentifikasi bagian janin yang terdapat di atas pintu atas<br />

panggul. Umumnya presentasi adalah kepala (head first) atau bokong (pelvis<br />

first).<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


31 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Melakukan Manuver I<br />

Pemeriksa menghadap ke kepala pasien, gunakan ujung jari kedua<br />

tangan untuk mempalpasi fundus uteri.<br />

Bagian kepala, jika teraba bentuknya bulat, keras, mudah<br />

digerakkan.<br />

Bagian bokong, jika teraba bentuknya bulat tidak beraturan, lunak,<br />

dan tidak mudah digerakkan.<br />

Pada Manuver I dapat juga ditentukan tinggi fundus uteri. Posisi janinhubungan<br />

antara panjang axis janin dan panjang axis ibu. Biasanya posisi<br />

janin longitudinal atau transversal, namun bisa juga oblik.<br />

Manuver II<br />

Pertanyaan yang harus dijawab : Dimana letak punggung janin ?<br />

Temuan : Posisi<br />

Manuver ini untuk mengidentifikasi hubungan bagian tubuh janin ke depan,<br />

belakang atau sisi pelvis ibu. Ada beberapa kemungkinan posisi janin<br />

Melakukan Manuver II<br />

Menghadap ke kepala pasien. Letakkan kedua tangan pada kedua<br />

sisi abdomen. Pertahankan uterus dengan tangan yang satu, dan<br />

palpasi sisi lain untuk menentukan lokasi punggung janin.<br />

Bagian tubuh akan teraba, jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat<br />

digerakan.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


32 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

<br />

Bagian-bagian kecil (tangan dan kaki) akan teraba kecil, bentuk/<br />

posisi tidak jelas, dan menonjol dan mungkin dapat bergerak aktif<br />

atau pasif.<br />

Manuver III<br />

Untuk menjawab pertanyaan : Bagian apa yang menjadi presentasi ?<br />

Temuan : Bagian presentasi.<br />

Manuver ini mengidentifikasi bagian janin yang paling tergantung – yaitu,<br />

bagian yang terletak paling dekat dengan serviks. Bagian janin inilah yang<br />

pertama kontak dengan jari pada saat pemeriksaan vagina, umumnya adalah<br />

kepala atau bokong.<br />

Melakukan Manuver III<br />

Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua sisi abdomen<br />

pasien tepat diatas simphisis dan minta pasien untuk menarik nafas<br />

dalam dan menghembuskannya. Pada saat pasien menghembuskan<br />

nafas, tekan jari tangan kebawah secara perlahan dan dalam<br />

kesekitar bagian presentasi. Catat kontur, ukuran dan konsistensinya<br />

Bagian kepala akan teraba keras, rata dan mudah digerakkan jika<br />

tidak terikat / tertahan, sulit digerakkan jika terikat/tertahan.<br />

Bagian bokong akan teraba lembut dan tidak rata.<br />

Manuver IV<br />

Untuk menjawab pertanyaan : Dimana letak ujung kepala ?<br />

Temuan : Ujung kepala<br />

Manuver ini mengidentifikasi bagian terbesar dari ujung kepala janinyang<br />

dipalpasi dibagian sisi atas pelvis. Apabila posisi kepala fleksi, ujung kepala<br />

adalah bagian depan kepala. Apabila posisi kepala ekstensi, ujung kepala<br />

adalah bagian oksiput.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


33 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Melakukan Manuver IV<br />

<br />

Menghadap ke kaki pasien. Secara perlahan gerakkan jari tangan ke<br />

sisi bawah abdomen kearah pelvis hingga ujung jari salah satu tangan<br />

menyentuh tulang terakhir. Inilah bagian ujung kepala. Jika bagian<br />

ujung terletak dibagian yang berlawanan dengan punggung, ini adalah<br />

bagian pundak bayi, dan kepala pada posisi fleksi. Jika kepala pada<br />

posisi ekstensi, ujung kepala akan terletak pada bagian yang sama<br />

dengan punggung dan bagian oksiput menjadi ujung kepala.<br />

<br />

<br />

II. MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI<br />

Pengukuran tinggi fundus uteri diatas simphisis pubis digunakan<br />

sebagai salah satu indikator untuk menentukan kemajuan pertumbuhan janin.<br />

Pengukuran tinggi fundus uteri juga dapat dijadikan perkiraan usia kehamilan.<br />

Tinggi fundus yang stabil/tetap atau menurun merupakan indikasi adanya<br />

retardasi pertumbuhan janin, sebaliknya tinggi fundus yang meningkat secara<br />

berlebihan mengindikasikan adanya jumlah janin lebih dari satu atau<br />

kemungkinan adanya hidramnion.<br />

Pengukuran tinggi fundus uteri ini harus dilakukan dengan teknik<br />

pengukuran yang konsisten pada setiap kali pengukuran dan dengan<br />

menggunakan alat yang sama. Alat ukur ini dapat berupa pita/tali, atau dengan<br />

menggunakan pelvimeter. Posisi yang dianjurkan pada saat melakukan<br />

pengukuran adalah klien berbaring (posisi sipinasi) dengan kepala sedikit<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


34 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

terangkat (menggunakan satu bantal) dan lutut diluruskan. Alat ukur (pita atau<br />

pelvimeter) diletakkan dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas<br />

atassimphisis pubis hingga batas atas fundus. Alat ukur tersebut diletakkan<br />

mengikuti kurve fundus. Cara pengukuran lain yaitu dengan meletakkan alat<br />

ukur dibagian tengah abdomen dan diukur mulai dari batas simphisis pubis<br />

hingga batas fundus tanpa mengikuti kurve atas fundus.<br />

Untuk mendapatkan ketepatan hasil pengukuran digunakan rumus<br />

McDonald’s (“McDonald’s rule). Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan<br />

pada usia kehamilan memasuki trisemester kedua dan ketia.<br />

Rumus McDonald’s<br />

Usia kehamilan (hitungan bln) = Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 (atau<br />

+3.5) Usia kehamilan (hitungan mgg) = Tinggi fundus uteri (cm) x 8/7<br />

III. MENGHITUNG DENYUT JANTUNG JANIN<br />

Pergerakkan janin biasanya dirasakan oleh ibu di usia kehamilan 16<br />

minggu (multigravida) atau 20 minggu (primigravida). Denyut jantung janin<br />

dapat terdengar melalui Doppler (12 minggu) fetoscope (18 – 20 minggu)<br />

atau ultrasound stetjoscope (awal tri semester). Pemeriksaan USG kehamilan<br />

dapat lebih tepat memperkirakan usia kehamilan dan digunakan apabila<br />

tanggal menstruasi terakhir tidak dapat dipastikan atau jika ukuran uterus<br />

tidak sesuai dengan kepastian tanggal menstruasi terakhir. Lokasi untuk<br />

mendengar denyut jantung janin berada disekitar garis tengah fundus 2 – 3<br />

cm diatas simphisis terus ke arah kuadran kiri bawah.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


35 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

1. Prawirohardjo, Sarwono.(1999). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga-cetakan<br />

kelima. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.<br />

2. Tim Skills Lab. (2002/2003). Skills Lab Pendidikan Ketrampilan<br />

Keperawatan Program B Semester III. Yogyakarta.<br />

3. Nursing Care During Labor and Birth.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


36 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

PENILAIAN KETRAMPILAN PEMERIKSAAN LEOPOLD MENGUKUR TINGGI<br />

FUNDUS UTERI<br />

Nama : ………………………<br />

No. Mhs. : ……………………..<br />

N ASPEK YANG DINILAI NILAI<br />

O 0 1 2<br />

1. Baca catatan medik klien<br />

2. Cuci tangan dan siapkan alat-alat<br />

3. Beri salam, panggil klien dengan namanya<br />

4. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan<br />

5 Beri kesempatan bertanya<br />

6. Sebelum melakukan tindakan, anjurkan klien untuk<br />

buang air kecil<br />

7. Pastikan privacy klien terjaga, kemudian anjurkan<br />

klien untuk melepaskan pakaian luar dan dalam<br />

8. Persilahkan klien untuk berbaring ditempat tidur<br />

dengan satu bantal dibagian kepala, kemudian tutupi<br />

dengan alat tenun bagian tubuh klien yang tidak<br />

termasuk area yang akan diperiksa.<br />

9. Lakukan manuver leopold I :<br />

- Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien<br />

- Letakkan kedua belah telapak tangan di bagian<br />

fundus uteri klien<br />

- Lakukan palpasi dengan menggunakan ujung jari<br />

untuk menentukan apa yang ada dibagian fundus<br />

uteri<br />

- Tentukan apa yang ada di bagian fundus uteri.<br />

Lakukan pengukuran tinggi fundus uteri :<br />

- Letakkan ujung alat ukur (meteran) di batas atas<br />

simphisis pubis.<br />

- Ukur spanjang garis tengah fundus uteri hingga<br />

batas atas mengikuti kurve fundus (atau tanpa<br />

mengikuti fundus bagian atas).<br />

- Tentukan tinggi fundus uteri.<br />

Hitung perkiraan usia kehamilan dengan<br />

menggunakan rumus McDonald’s.<br />

10 Lakukan manuver leopold II :<br />

- Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


37 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

- Letakkan kedua belah telapak tangan di kedua sisi<br />

abdomen klien<br />

- Pertahankan letak uterus dengan menggunakan<br />

tangan yang satu<br />

- Gunakan tangan yang lain untuk melakukan palpasi<br />

uterus disisi yang lain<br />

- Tentukan dimana letak punggung janin<br />

11. Lakukan Manuver Leopold III :<br />

- Posisi pemeriksa menghadap ke kepala klien<br />

- Letakkan tiga ujung jari kedua tangan pada kedua<br />

sisi abdomen klien tepat diatas simphisis<br />

- Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam dan<br />

menghembuskannya<br />

- Tekan jari tangan ke bawah secara perlahan dan<br />

dalam kesekitar bagian presentasi, pada saat klien<br />

menghembuskan nafas.<br />

Tentukan bagian apa yang menjadi presentasi<br />

12 Lakukan Manuver Leopold IV<br />

- Posisi memeriksa menghadap ke kaki klien<br />

- Letakkan kedua belah telapak tangan disisi<br />

abdomen<br />

- Gerakkan jari tangan secara perlahan gerakkan jari<br />

tangan ke sisi bawah abdomen ke arah pelvis<br />

- Palpasi bagian presentasi<br />

- Tentukan letak dari bagian presentasi tersebut<br />

13 Evaluasi pemeriksaan klien dan simpulkan hasil kegiatan<br />

14 Cuci tangan dan catat hasil pemeriksaan leopold di<br />

dalam catatan medis<br />

TOTAL SKOR<br />

KETERANGAN :<br />

0 = tidak dilakukan sama sekali<br />

1 = dilakukan tapi tidak sempurna<br />

2 = dilakukan dengan sempurna<br />

Nilai batas lulus = 75%<br />

NILAI = Jumlah nilai yang didapat X 100%<br />

Jumlah aspek yang dinilai<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


38 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

KETERAMPILAN PEMASANGAN IUD<br />

(INTRA-UTERINE DEVICE)<br />

Susiana Candrawati<br />

B. LEARNING OUTCOME<br />

Setelah menjalani kepaniteraan klinik muda ini, mahasiswa diharapkan<br />

mampu :<br />

1. Melakukan pemasangan IUD<br />

2. Melakukan pencabutan IUD<br />

A. TINJAUAN PUSTAKA<br />

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra-Uterine Device<br />

(IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang<br />

bentuknya bermacam-macam, terbuat dari plastik yang dililit tembaga atau<br />

tembaga bercampur perak yang dapat berisi hormon. Waktu penggunaannya<br />

bisa mencapai 10 tahun.<br />

Cara Kerja :<br />

Mencegah masuknya spermatozoa / sel mani ke saluran tuba<br />

Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas.<br />

Efektifitas : Sekitar 99 %.<br />

Keuntungan :<br />

Praktis dan ekonomis<br />

Efektivitas tinggi (angka kegagalan kecil)<br />

Kesuburan segera kembali jika dibuka<br />

Tidak harus mengingat seperti kontrasepsi pil<br />

<br />

Tidak mengganggu pemberian ASI.<br />

Kerugian :<br />

Dapat keluar sendiri jika IUD tidak cocok dengan ukuran rahim pemakai.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


39 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Cara Penggunaan :<br />

Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat menstruasi. Pemilihan IUD<br />

yang akan digunakan tergantung :<br />

1. IUD yang dipasang harus mempunyai efektivitas kontraseptif yang tinggi<br />

dan angka kegagalan serta efek samping yang rendah<br />

2. Prinsip yang penting adalah IUD harus mudah dipasang , tetapi tidak<br />

bisa lepas sendiri (ekspulsi)<br />

3. Ukuran IUD harus sesuai dengan besar rahim<br />

4. Riwayat pemakaian IUD jenis tertentu sebelumnya<br />

Yang Tidak Boleh Menggunakan / Kontra Indikasi :<br />

Kehamilan<br />

Gangguan perdarahan<br />

Peradangan alat kelamin<br />

Kecurigaan kanker pada alat kelamin<br />

Tumor jinak rahim<br />

Radang panggul.<br />

Efek / Akibat Samping :<br />

Terjadi perdarahan yang lebih banyak dan lebih lama pada masa<br />

menstruasi<br />

Keluar bercak-bercak darah (spotting) setelah 1 atau 2 hari<br />

<br />

<br />

<br />

pemasangan<br />

Keram / nyeri selama menstruasi<br />

Keputihan.<br />

Jenis-jenis IUD dalam Program KB Nasional :<br />

Lippes Loop (A, B, C dan D)<br />

Copper T (220 dan 380 Ag)<br />

Multi Load (Mini, Short dan Standard)<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


40 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Kunjungan Ulang :<br />

Pemakai harus datang ke klinik dalam 1 minggu - 6 minggu untuk<br />

pengecekan<br />

Jika ada keluhan atau masalah, pemakai harus segera kembali ke klinik<br />

<br />

<br />

ALAT DAN BAHAN<br />

<br />

1. IUD dan Inserter<br />

2. Sarung tangan<br />

3. Kain steril (duk) lubang<br />

4. Spekulum<br />

5. Tenakulum (cunam peluru)<br />

6. Pinset<br />

7. Klem<br />

8. Sonde rahim<br />

9. Gunting<br />

PROSEDUR TINDAKAN / PELAKSANAAN<br />

PERSIAPAN<br />

‣ Periksalah apakah alat-alat sudah disiapkan dengan lengkap dan sudah<br />

disterilkan<br />

‣ Memberi salam dan anamnesis seperlunya<br />

Ada dua cara pemasangan atau insersi IUD, yaitu cara dorong dan cara tarik.<br />

Cara dorong digunakan untuk IUD Lippes Loop, sedangkan cara tarik<br />

digunakan untuk IUD Copper-T.<br />

Teknik Pemasangan IUD Lippes Loop (Cara Dorong)<br />

‣ Akseptor dipersilahkan berbaring dengan posisi litotomi, tangan ada di<br />

samping badan atau di atas kepala agar kedudukannya lebih santai dan<br />

otot tidak tegang<br />

‣ Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan toilet dengan<br />

bahan – bahan desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari<br />

kulit di sekitar alat genitalia pada saat pemasangan IUD, maka dipasang<br />

duk (kain) steril yang berlubang<br />

<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


41 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

‣ Spekulum yang ukurannya sesuai dipasang secara hati-hati pada vagina,<br />

sampai porsio dapat ditampakkan dengan jelas. Sekali lagi diamati<br />

apakah ada kelainan pada porsio dan vagina yang merupakan kontra<br />

indikasi pemasangan IUD. Rongga vagina dan permukaan porsio<br />

dibersihkan dibersihkan dengan bahan desinfektan.<br />

‣ Dengan hati-hati porsio bagian depan dijepit dengan tenakulum, agar<br />

porsio dapat terfiksasi. Dilakukan sondase rongga rahim dengan sonde<br />

rahim, perhatikan kelengkungan sonde terhadap posisi dan kedudukan<br />

uterus (anteatau retrofleksi). Tujuan melakukan sondase adalah<br />

mengetahui arah serta panjang rongga rahim, sehingga dapat menentukan<br />

ukuran IUD yang harus dipasang dan kedudukan elips penghenti pada<br />

inserter.<br />

‣ IUD Lippes Loop yang berbentuk seperti spiral, direndam lebih dahulu<br />

dalam bahan desinfektan (biasanya larutan yodium). IUD diregangkan<br />

sehingga hampir lurus dan dimasukkan ke dalam inserter dari ujung yang<br />

menghadap pasien. Secara perlahan, IUD dalam inserter didorong<br />

sedemikian rupa sehingga benang IUD keseluruhannya masuk ke dalam<br />

inserter dan ujung IUD mencapai tepat sejajar dengan ujung inserter<br />

yang menghadap ke arah pasien.<br />

‣ Tangan kiri pemasang memegang pegangan tenakulum. Tabung inserter<br />

yang didalamnya sudah ada IUD dan pendorong Inserter secara halus<br />

dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui orifisium uteri eksternum<br />

dengan tangan kanan sampai melalui kanalis servikalis (tidak sampoai<br />

fundus). Dengan hati-hati IUD didorong dengan pendorong inserter dan<br />

secara bersamaan tabung inserter ditarik perlahan keluar rongga rahim.<br />

‣ Tenakulum dilepas, dan diperiksa apakah bekas jepitan pada porsio<br />

mengeluarkan darah. Darah yang keluar dari luka bekas jepitan dan<br />

keluar dari orifisium uteri eksternum dibersihkan dengan kasa kering.<br />

Benang IUD yang terlalu panjang dipotong dengan gunting, sehingga<br />

benang yang tertinggal terjulur dari orifisium uteri eksternum sampai<br />

kira-kira 2 atau 3 cm dari introitus vagina. Dengan bahan desinfektan<br />

dilakukan desinfeksi pada daerah orifisium uteri eksternum dan luka<br />

bekas tenakulum.<br />

‣ Spekulum dilepas dan sebelum mengakhiri pemasangan, dilakukan<br />

pemeriksaan colok vagina untuk memastikan bahwa seluruh IUD sudah<br />

masuk ke dalam rongga rahim sehingga ujung IUD tidak teraba lagi,<br />

serta untuk menempatkan benang IUD pada forniks anterior vagina agar<br />

tidak memberikan keluhan pada suami saat koitus. kulit di sekitar alat<br />

genitalia pada saat pemasangan IUD, maka dipasang duk (kain) steril<br />

yang berlubang<br />

‣ Setelah selesai pemasangan ditanyakan pada akseptor, apakah cukup<br />

nyaman dan tidak merasa pusing atau sakit perut yang berlebihan. Awasi<br />

juga keadaan umum akseptor sesudah pemasanagan IUD.<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


42 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Teknik Pemasangan IUD COPPER-T (CARA TARIK)<br />

‣ Akseptor dipersilahkan berbaring dengan posisi litotomi, tangan ada di<br />

samping badan atau di atas kepala agar kedudukannya lebih santai dan<br />

otot tidak tegang<br />

‣ Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan toilet dengan<br />

bahan – bahan desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari<br />

kulit di sekitar alat genitalia pada saat pemasangan IUD, maka dipasang<br />

duk (kain) steril yang berlubang<br />

‣ Spekulum yang ukurannya sesuai dipasang secara hati-hati pada vagina,<br />

sampai porsio dapat ditampakkan dengan jelas. Sekali lagi diamati<br />

apakah ada kelainan pada porsio dan vagina yang merupakan kontra<br />

indikasi pemasangan IUD. Rongga vagina dan permukaan porsio<br />

dibersihkan dibersihkan dengan bahan desinfektan.<br />

‣ Dengan hati-hati porsio bagian depan dijepit dengan tenakulum, agar<br />

porsio dapat terfiksasi. Dilakukan sondase rongga rahim dengan sonde<br />

rahim, perhatikan kelengkungan sonde terhadap posisi dan kjedudukan<br />

uterus (ante atao retrofleksi). Tujuan melakukan sondase adalah<br />

mengetahui arah serta panjang rongga rahim, sehingga dapat menentukan<br />

ukuran IUD yang harus dipasang dan kedudukan elips penghenti pada<br />

inserter.<br />

‣ Setelah kemasan dibuka, bagian sayap dari IUD Cu-T dilipat ke arah<br />

pangkalnya dan ikut dimasukkan ke dalam inserter. Cu-T yang terlipat<br />

ini harus sesegera mungkin dipasangkan pada akseptor, agar<br />

kedudukannya tidak tidak menetap (terlipat). Lebih dianjurkan agar<br />

pelipatan ini dilakukan pada saat masih ada dalam kemasan atau<br />

kemasan belum dibuka, sehingga lebih menjamin sterilitasnya.<br />

‣ Tangan kiri pemasang memegang pegangan tenakulum. Tabung inserter<br />

yang didalamnya sudah ada IUD dan pendorong inserter secara halus<br />

dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui orifisium uteri eksternum<br />

dengan tangan kanan. Pada waktu memasukkan inserter dengan IUD di<br />

dalamnya, harus sampai elips penghenti tertahan oleh serviks uteri,<br />

sehingga ujung inserter telah mencapai fundus. Dengan menahan<br />

pendorong inserter, maka IUD dapat dipasang dan tertinggal di dalam<br />

kavum uteri.<br />

‣ Tenakulum dilepas, dan diperiksa apakah bekas jepitan pada porsio<br />

mengeluarkan darah. Darah yang keluar dari luka bekas jepitan dan<br />

keluar dari orifisium uteri eksternum dibersihkan dengan kasa kering.<br />

Benang IUD yang terlalu panjang dipotong dengan gunting, sehingga<br />

benang yang tertinggal terjulur dari orifisium uteri eksternum sampai<br />

kira-kira 2 atau 3 cm dari introitus vagins. Dengan bahan desinfektan<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


43 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

dilakukan desinfeksi pada daerah orifisium uteri eksternum dan luka<br />

bekas tenakulum.<br />

‣ Spekulum dilepas dan sebelum mengakhiri pemasangan, dilakukan<br />

pemeriksaan colok vagina untuk memastikan bahwa seluruh IUD sudah<br />

masuk ke dalam rongga rahim sehingga ujung IUD tidak teraba lagi,<br />

serta untuk menempatkan benang IUD pada forniks anterior vagina agar<br />

tidak memberikan keluhan pada suami saat koitus.<br />

‣ Setelah selesai pemasangan ditanyakan pada akseptor, apakah cukup<br />

nyaman dan tidak merasa pusing atau sakit perut yang berlebihan. Awasi<br />

juga keadaan umum akseptor sesudah pemasangan IUD.<br />

Teknik Pencabutan IUD<br />

‣ Akseptor dipersilahkan berbaring dengan posisi litotomi, tangan ada di<br />

samping badan atau di atas kepala agar kedudukannya lebih santai dan<br />

otot tidak tegang<br />

‣ Untuk mensterilkan daerah vulva dan sekitarnya, dilakukan toilet dengan<br />

bahan – bahan desinfektan. Agar tidak mudah terkena kontaminasi dari<br />

kulit di sekitar alat genitalia pada saat pemasangan IUD, maka dipasang<br />

duk (kain) steril yang berlubang<br />

‣ Sesudah spekulum dipasang dan rongga vagina dibersihkan sehingga<br />

serviks uteri dan benang IUD tampak jelas, maka benang IUD dijepit<br />

dengan klem. Pada waktu mencabut, benang harus ditarik perlahanlahan.<br />

Pencabutan yang terlalu kasar atau tergesa-gesa akan berakibat<br />

putusnya benang IUD. Lebih bijaksana pencabutan dilakukan dengan<br />

menegangkan benang IUD, dan IUD akan tercabut dengan sebdirinya.<br />

‣ Apabila benang IUD tidak tampak, benang putus atau pada waktu<br />

pencabutan dirasakan tarikan berat, hendaknya akseptor dikirimkan<br />

kepada dokter yang berwenang menanganinya lebih lanjut dengan surat<br />

rujukan<br />

TINDAK LANJUT PEMASANGAN IUD<br />

‣ Akseptor diminta untuk datang kembali ke klinik untuk diperiksa pada 1<br />

minggu, 1 bulan dan 3 bulan setelah pemasangan serta sedikitnya tiap 6<br />

bulan sesudahnya. Tindak lanjut ini digunakan untuk mengetahui apakah<br />

adad keluhan dari akseptor, ada tidaknya efek samping, ada tidaknya<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


44 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

kegagalan (kehamilan), dan tentu saja untuk mengetahui apakah IUD<br />

masih terpasang dengan baik.<br />

‣ Salah satu cara untuk mengetahui apakah IUD masih terpasang adalah<br />

dengan mengajar akseptor melakukan pemeriksaan terhadap dirinya<br />

sendiri. Akseptor diajar untuk memeriksa IUD sendiri dengan cara<br />

membasuh tangan kemudian memasukkan jari tangannya ke vagina<br />

hingga mencapai serviks uteri, dan meraba apakah benang IUDnya<br />

masih bisa diraba, tetapi dianjurkan agar tidak menarik benang IUD<br />

tertsebut. Apabila benang tidak teraba, akseptor diminta untuk tidak<br />

melakukan koitus dan segera datang ke klinik.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

1. Soeprono, Bharoto W. Keterampilan Terapi Pemasangan Alat<br />

Kontrasepsi Dalam Rahim. Laboratorium Obstetri-Ginekologi.<br />

Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM. 2001<br />

2. Wiknjosastro, Hanifa dkk. Ilmu Kandungan. Edisi kedua. Jakarta :<br />

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2001<br />

3. Cunningham, MacDonald, Gant. Obstetri Williams. Edisi 18. Jakarta :<br />

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1995<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


45 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Penilaian Ketrampilan pemeriksaan Fisik Ginekologi<br />

Pemasangan AKDR dengan Model Panggul (IUD)<br />

No Aspek yang dinilai Nilai<br />

0 1 2<br />

1 Memeriksa alat dan bahan yang diperlukan, termasuk<br />

menyalakan lampu.<br />

2 Simulasi memberi salam dan melakukan anamnesis<br />

seperlunya.<br />

3 Membetulkan posisi ginekologi klien (model).<br />

4 Simulasi mencuci kedua tangan dengan desinfektan,<br />

termasuk melepas cincin, jam dsb.<br />

5 Memasang sarung tangan secara aseptic.<br />

6 Melakukan simulasi toilet vulva dengan sekitarnya<br />

secara legeartis.<br />

7 Menutup daerah genital dengan kain lubang steril.<br />

8 Memilih spekulum dengan mengatur sekrupnya.<br />

9 Memasang spekulum dengan tangan kanan.<br />

10 Menampilkan serviks dengan membuka spekulum.<br />

11 Mengunci kedudukan spekulum.<br />

12 Simulasi membersihkan rongga vagina dengan<br />

disinfektan.<br />

13 Melakukan simulasi pemasangan tenakulum<br />

14 Melakukan sondase cavum uteri.<br />

15 Melihat angka pada sonde<br />

16 Memasukkan AKDR ke dalam rongga rahim secara<br />

“no touch technic”<br />

17 Melakukan simulasi pengguntingan benang.<br />

18 Melakukan simulasi pelepasan tenaculum.<br />

19 Simulasi mengusap porsio dengan desinfektan.<br />

20 Melepaskan spekulum dan meletakkan pada<br />

tempatnya.<br />

21 Simulasi membuka sarung tangan dan mencuci tangan<br />

Jumlah<br />

Ket : 0 = tidak dilakukan sama sekali<br />

1 = dilakukan tapi kurang sempurna<br />

2 = dilakukan dengan sempurna<br />

Jumlah<br />

Nilai = ------------------------ x 100% =<br />

42<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


46 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Penilaian Ketrampilan pemeriksaan Fisik Ginekologi<br />

Pencabutan AKDR dengan Model Panggul (IUD)<br />

No Aspek yang dinilai Nilai<br />

0 1 2<br />

1 Memeriksa alat dan bahan yang diperlukan, termasuk<br />

menyalakan lampu.<br />

2 Simulasi memberi salam dan melakukan anamnesis<br />

seperlunya.<br />

3 Membetulkan posisi ginekologi klien (model).<br />

4 Simulasi mencuci kedua tangan dengan desinfektan,<br />

termasuk melepas cincin, jam dsb.<br />

5 Memasang sarung tangan secara aseptic.<br />

6 Melakukan simulasi toilet vulva dengan sekitarnya<br />

secara legeartis.<br />

7 Menutup daerah genital dengan kain lubang steril.<br />

8 Memilih spekulum dengan mengatur sekrupnya.<br />

9 Memasang spekulum dengan tangan kanan.<br />

10 Menampilkan serviks dengan membuka spekulum.<br />

11 Mengunci kedudukan spekulum.<br />

12 Simulasi membersihkan rongga vagina dengan<br />

disinfektan.<br />

13 Menampilkan benang dengan pean.<br />

14 Menarik benang dan mencabut AKDR secara perlahan –<br />

lahan<br />

15 Meletakan AKDR di tempatnya<br />

16 Melaporkan keadaan serviks dan AKDR<br />

17 Melepaskan spekulum dan meletakkan pada temparnya<br />

18 Simulasi membuka sarung tangan dan mencuci tangan<br />

JUMLAH<br />

Ket :<br />

0 = tidak dilakukan sama sekali<br />

1 = dilakukan tapi kurang sempurna<br />

2 = dilakukan dengan sempurna<br />

Jumlah<br />

Nilai = ------------------------ x 100% =<br />

36<br />

ModulSkillLabA-Jilid1


47 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

A. TUJUAN PEMBELAJARAN<br />

ASTI<br />

PERSALINAN NORMAL<br />

Setelah menjalani praktikum persalinan normal, diharapkan mahasiswa<br />

mampu:<br />

1. Mendiagnosis gejala dan tanda persalinan normal<br />

2. Melakukan penanganan persalinan normal<br />

B. TINJAUAN PUSTAKA<br />

DIAGNOSIS<br />

Diagnosis persalinan meliputi:<br />

1. diagnosis dan konfirmasi saat persalinan<br />

2. diagnosis tahap dan fase dalam persalinan<br />

3. penilaian masuk dan turunnya kepala di rongga panggul<br />

4. identifikasi presentasi dan posisi janin<br />

Diagnosis dan Konfirmasi Saat Persalinan<br />

Tanda dan gejala adanya persalinan:<br />

Nyeri abdomen yang bersifat intermiten setelah kehamilan 22<br />

minggu<br />

Nyeri disertai lendir darah<br />

Adanya pengeluaran air dari vagina atau keluarnya air secara tibatiba<br />

Pastikan keadaan inpartu jika:<br />

Serviks terasa melunak: adanya pemendekan dan pendataran serviks<br />

secara progresif selama persalinan<br />

Dilatasi serviks: peningkatan diameter pembukaan serviks yang<br />

diukur dalam sentimeter


48 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Gambar I . Pembukaan serviks<br />

Diagnosis kala dan fase persalinan<br />

Tabel 1<br />

Gejala dan tanda Kala Fase<br />

Serviks belum berdilatasi Persalinan<br />

palsu/belum<br />

inpartu<br />

Serviks berdilatasi kurang dari I Laten<br />

4 cm<br />

Serviks berdilatasi 4-9 cm I Aktif<br />

Kecepatan pembukaan 1<br />

cm/lebih perjam<br />

Penurunan kepala dimulai<br />

Serviks membuka lengkap (10 II Awal (non<br />

cm)<br />

ekspulsif)<br />

Penurunan kepala<br />

berlanjut<br />

Belum ada keinginan<br />

untuk meneran<br />

Serviks membuka lengkap (10 II Akhir<br />

cm)<br />

Bagian terbawah telah<br />

mencapai dasar<br />

panggul<br />

Ibu meneran<br />

(ekspulsif)<br />

Catatan: Kala III dimulai dengan lahirnya bayi dan berakhir dengan<br />

pengeluaran plasenta.


49 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Tabel 2. Frekuensi minimal penilaian dan intervensi dalam persalinan<br />

normal<br />

Parameter Frekuensi pada Frekuensi pada<br />

fase laten fase aktif<br />

Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam<br />

Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam<br />

Nadi Setiap 30-60 Setiap 30-60<br />

menit<br />

menit<br />

Denyut jantung Setiap 1 jam Setiap 30 menit<br />

janin<br />

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit<br />

Pembukaan serviks Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*<br />

Penurunan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*<br />

*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam<br />

Pemeriksaan dalam<br />

Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada<br />

persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan<br />

yang ada pada partogram.<br />

Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut:<br />

- warna cairan amnion<br />

- dilatasi serviks<br />

- penurunan kepala (dapat dicocokkan dengan periksa luar) (Lihat<br />

gambar)<br />

Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama,<br />

mungkin diagnosis inpartu belum dapat ditegakkan<br />

- Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita<br />

tersebut setelah 4 jam untuk melihat perubahan pada serviks.<br />

Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita<br />

tersebut dalam keadaan inpartu, jika terdapat perubahan, maka<br />

diagnosisnya adalah persalinan palsu.<br />

Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam.<br />

Hal-hal yang diamati pada pemeriksan dalam:<br />

Luka atau benjolan (termasuk kondilomata)<br />

Varises pada vulva atau rectum<br />

Parut pada perineum<br />

Darah lendir<br />

Darah<br />

Cairan ketuban


50 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Petunjuk pemeriksaan dalam<br />

Langkah-langkah pemeriksan dalam:<br />

1. Jelaskan setiap langkah pemeriksaan kepada ibu<br />

2. Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong,, anjurkan ibu untuk<br />

berkemih dan membersihkan daerah kelaminnya dengan sabun dan air<br />

3. Bersih kedua tangan pemeriksa dengan cara furbringer<br />

4. Mintalah ibu untuk berbaring dengan posisi litotomi<br />

5. Periksa genitalia eksterna<br />

6. Buka labia minora ibu dengan salah satu tangan yang bebas. Secara hatihati<br />

masukkan jari telunjuk dan jari tengah untuk memeriksa keadaan<br />

vagina. Bila jari-jari sudah berada di dalam vagina, jangan keluarkan lagi<br />

hingga seluruh pemeriksaan selesai.<br />

7. Lakukan pemeriksaan dalam<br />

Raba dan rasakan:<br />

Vagina: derajat kekeringan dan suhu vagina.vagina yang kering dan<br />

hangat mungkin merupakan akibat dari suatu proses persalinan<br />

lama, dehidrasi dan infeksi.<br />

Luka lama pada vagina mungkin merupakan bekas dari perlukaan<br />

atau episiotomi.<br />

Pematangan dan pembukaan serviks. Serviks biasanya tipis, lunak<br />

san membuka secara bertahap selama persalinan.<br />

Selaput ketuban<br />

Bagian terbawah janin. Apakah kepala telah melalui pintu atas<br />

panggul dan masuk ke rongga panggul. Bila kepala dapat diraba,<br />

rasakan dimana letak ubun-ubun kecil dan sutura sagitalis untuk<br />

menilai apakah didapatkan moulase.<br />

8. Keluarkan jari tangan dari vagina<br />

9. Rendam sarung tangan dalam cairan klorin 0,5 % . Cuci kedua tangan<br />

setelah pemeriksaan selesai<br />

10. Bantu ibu dalam posisi yang nyaman<br />

11. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu atau keluarganya


51 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Gambar 2. Mekanisme perasalinan normal. a.descent, b. fleksi kepala,<br />

c.rotasi internal, d.ektensi kepala, e. pengeluaran kepala, f. pengeluaran<br />

bahu<br />

PARTOGRAF<br />

Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan<br />

membantu petugas kesehatan alam mengambail keputusan dalam<br />

penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).<br />

Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, baik persalinan<br />

normal aau dengan komplikasi.<br />

Hal-hal yang harus dicatat dalam partograf:<br />

Denyut jantung janin. Catat setiap 1 jam.<br />

Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan<br />

vagina:<br />

- U: selaput utuh<br />

- J : selaput pecah, air ketuban jernih<br />

- M: air ketuban bercampur mekonium<br />

- D: air ketuban bernoda darah<br />

- K: tidak ada cairan ketuban / kering<br />

Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase):<br />

- 0 : sutura terpisah<br />

- 1 : Sutura yang tepat ( bersesuaian)<br />

- 2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki<br />

- 3 : sutura sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki<br />

Pembukaan mulut rahim/serviks. Dinilai setiap 4 jam dan diberi<br />

tanda silang (x)


52 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Penurunan: Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang<br />

teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simfisis pubis; catat<br />

dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada<br />

posisi0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis<br />

pubis.<br />

Waktu: menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah<br />

pasien diterima.<br />

Jam: catat jam sesungguhnya<br />

Kontraksi: Catat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk<br />

menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiaptiap<br />

kontraksi dalam hitungan detik:<br />

- Kurang dari 20 detik<br />

- Antara 20 dan 40 detik<br />

- Lebih dari 40 detik<br />

Oksitosin. Jika memakai oksitosin, cataatlh banyaknya oksitosin<br />

pervolum cairan infuse dan dalam tetesan permenit<br />

Obat yang diberikan: catat semua obat yang diberikan<br />

Nadi: catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik<br />

besar (•)<br />

Tekanan darah. Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah<br />

Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.<br />

Protein, aseton, dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.<br />

Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada, petugas<br />

kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan<br />

segera mencari rujukan yang tepat.


53 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Gambar 2. Partograf<br />

Kemajuan persalinan dalam Kala I<br />

Hal-hal yang menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan<br />

kala I:<br />

- Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan<br />

durasi


54 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

- Kecepatan pembukaan cerviks paling sedikit 1 cm per jam selama<br />

persalinan fase aktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah<br />

kiri garis waspada),<br />

- Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.<br />

Hal-hal yang menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan<br />

kala I:<br />

- Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten<br />

- ATAU kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm per jam<br />

selama persalinan fase aktif ( dilatasi serviks berada disebelah kanan<br />

garis waspada),<br />

- ATAU seerviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin<br />

Kemajuan pada kondisi janin<br />

Jika denyut jantung janin tidak normal ( 180 denyut per<br />

menit), curgai adanya gawat janin<br />

Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan verteks fleksi<br />

sempurna digolongkan dalam malposisi dan malpresentasi<br />

Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan<br />

lama, tangani penyebab tersebut<br />

Kemajuan pada kondisi ibu<br />

Tanda-tanda kegawatan pada ibu:<br />

Jika denyut nadi ibu ibu meningkat, mungkin dalam keadaan<br />

dehidrasi atau kesakitan ( penanganan dengan hidrasi yang cukup<br />

melalui oral atau I.V. dan analgetik secukupnya).<br />

Jika tekanan darah ibu menurun, kemungkinan terjadi perdarahan.<br />

Jika terdapat aseton di dalam urin ibu, kemungkinan kekurangan<br />

nutrisi ( penanganan dengan dekstrose I.V.)<br />

Kemajuan persalinan dalam kala II<br />

Hal-hal yang menunjukkan kemajuan cukup baik dalam persalinan<br />

kala II:<br />

- Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir<br />

- Dimulainya fase pengeluaran<br />

Hal-hal yang menunjukkan kemajuan kurang baik dalam persalinan<br />

kala II:<br />

- tidak turunnya janin di jalan lahir<br />

- gagalnya pengeluaran pada fase akhir


55 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa


56 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

C. ALAT DAN BAHAN<br />

Partus set steril teridiri dari :<br />

2 buah kocher utuh dan 1 buah setengah kocher<br />

gunting tali pusat<br />

benang pengikat tali pusat<br />

set episiotomi<br />

sarung tangan<br />

duk, kasa dan kapas basah<br />

kateter nelaton dan logam<br />

spuit 2 1/2 ml berisi oksitosin 10 U<br />

pengisap lendir<br />

larutan desinfektan: yodium, savlon,lisol<br />

D. PROSEDUR TINDAKAN/ PELAKSANAAN<br />

Persiapan persalinan persiapan ruangan untuk persalinan<br />

Ruangan cukup hangat dengan sirkulasi udara cukup baik<br />

sumber air bersih yang mengalir dalam jumlah cukup<br />

Kamar mandi yang bersih<br />

Ruangan yang cukup untuk ibu berjalan-jalan selama proses<br />

persalinan, untuk proses kelahiran bayi dan untuk perawatan ibu<br />

serta bayi setelah persalinan. Perhatikan privasi ibu.<br />

Ruangan yang bersih untuk persalinan dan perawatan bayi baru lahir<br />

Cahaya atau penerangan yang cukup<br />

a. Persiapan alat dan bahan (lihat alat dan bahan)<br />

b. Persiapan rujukan<br />

Bila mungkin selalu ada kendaraan yang tersedia bila diperlukan<br />

untuk merujuk.<br />

2. Pemeriksaan rutin ibu dalam persalinan<br />

a. Anamnesis<br />

Tanyakan pada ibu tentang:<br />

Nama, gravida, paritas, usia, alamat<br />

Riwayat kehamilan sebelumnya yang berkaitan dengan<br />

pemantauan antenatal, riwayat masalah selama proses persalinan<br />

atau kelahiran terdahulu, berat lahir bayi yang terbesar, riwayat<br />

perdarahan postpartum, hipertensi akibat kehamilan.


57 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Riwayat penyakit yang diderita<br />

Riwayat kehamilan ini<br />

- Pernahkah ibu memeriksakan kehamilannya? Bila ya,<br />

tanyakan apakah membawa kartu ibu?<br />

- Sejak kapan ibu merasa mules?<br />

- Apakah sudah mulai teratur?<br />

b. Pemeriksaan fisik Langkah-langkah pemeriksaan fisik Pemeriksaan<br />

abdomen<br />

Tujuan: untuk menentukan letak dan presentasi janin, turunnya<br />

bagian janin yang terbawah, tinggi uteri dan denyut jantung janin<br />

Sebelum melakukan pemeriksaan, lakukan:<br />

Mintalah ibu untuk mengosongkan kandung kemih bila perlu<br />

Bantulah ibu untuk santai, letakkan sebuah bantal di bawah kepala dan<br />

bahunya. Fleksikan lututnya, jika gelisah suruhlah menarik nafas<br />

panjang<br />

Cuci tangan anda sebelum memeriksa, keringkan dan usahakan agar<br />

tangan anda cukup hangat<br />

Ukur suhu badan ibu dan nadi<br />

Periksa kondisi ibu secara umum (dehidrasi,nyeri, kecemasan dan<br />

kebersihan).<br />

A. Periksa Tinggi fundus uteri<br />

B. Pemeriksan letak, posisi, presentasi dan turunnya kepala janin<br />

dengan pemeriksaan Leopold<br />

C. Pemeriksaan abdomen untuk menilai turunnya kepala janin<br />

Petunjuk cara pemeriksaan:<br />

Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu. Raba kepala janin dengan bagian<br />

palmar jari-jari tangan kanan untuk menentukan berapa bagian dari kepala<br />

janian masih berada di pintu atas panggul.<br />

Hasil:<br />

- Jika seluruh kepala janin dapat diraba dengan kelima jari dan<br />

digerakkan, maka hasil pemeriksaan dinyatakan sebagai 5/5. Semua<br />

jari pemeriksa dapat mencakup kepala janin diatas pintu atas panggul,<br />

berarti kepala janin belum masuk pintu atas panggul atau belum<br />

engaged<br />

- Penurunan kepala janin 4/5 bila hanya sebagian kecil dari kepala janin<br />

memasuki pintu atas panggul<br />

- Penurunan kepala janin 3/5 bila hanya 3 dari 5 jari-jari dapat meraba<br />

seluruh kepala janin


58 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

- Bila kepala janin teraba 2/5 pada bagian atas pintu atas panggul, maka<br />

hanya 2 jari dapat meraba kepala janin.Sebagian besat kepala sudah<br />

masuk ke dalam rongga panggul, kepa janin sudah tidak dapat<br />

digerakkan lagi<br />

- Bila kepala janin 1/5, maka hanya bagian belakang kepala yang dapat<br />

teraba dari bagian luar<br />

- 0/5 bila kepala janin seluruhnya sudah masuk rongga panggul<br />

3. Penanganan proses persalinan sesuai fase persalinan<br />

Kala I<br />

Diagnosis:<br />

Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4<br />

cm dan kontraksi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.<br />

Penanganan<br />

Bantulah ibu dalam persalinan jika tampak gelisah, ketakutan,<br />

kesakitan:<br />

- berikan dukungan dan yakinkan dirinya<br />

- berikan informasi mengenai proses dan kemajuan<br />

persalinan<br />

- dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih<br />

sensitive terhadap keluhannya<br />

Jika tampak kesakitan, asuhan yang dapat diberikan:<br />

- Lakukan perubahan posisi<br />

- Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu<br />

ingin ditempat tidur, sebaiknya dianjurkan ibu tidur<br />

miring ke kiri<br />

- Sarankan ia untuk berjalan<br />

- Ajaklah orang yang menemaninya (suami/ibunya)<br />

untuk memijat/menggosok punggungnya atau<br />

membasuh mukanya diantara kontraksi<br />

- Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan<br />

kesanggupannya<br />

- Ajarkan kepadanya tehnik bernafas: ibu diminta untuk<br />

menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar<br />

kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar<br />

sewaktu terasa kontraksi<br />

- Jika diperlukan berikan petidin 1 mg/kgBB (tetapi<br />

jangan melebihi 100 mg) I.M. atau I.V. secara perlahan<br />

atau morfin 0,1 mg/kg BB I. M., atau tramadol 50 mg<br />

peroral atau 100 mg supositoria atau metamizol 500<br />

mg per oral.


59 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Kala II<br />

Menjaga privasi ibu dalam persalinan, seperti menggunakan<br />

penutup tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa seizing<br />

pasien/ibu<br />

Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi<br />

serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil<br />

pemeriksaan.<br />

Membolehkan ibu untuk mandi dan membersihkan sekitar<br />

kemaluannya setelah buang air kecil/besar.<br />

Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi<br />

dengan cara:<br />

- gunakan kipas angina/ AC/ kipas biasa<br />

- anjurkan ibu untuk mandi sebelumnya<br />

Berikan cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi dan<br />

mencegah dehidrasi<br />

Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin<br />

Pemantauan dilakukan seperti dalam table frekuensi minimal<br />

penilaian dan intervensi dalam persalinan normal<br />

Diagnosis<br />

Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam<br />

untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah<br />

tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.<br />

Penanganan<br />

Memberi dukungan terus-menerus kepada ibu dengan:<br />

- mendampingi ibu dengan agar merasa nyaman<br />

- Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu<br />

Menjaga kebersihan diri:<br />

- ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari<br />

infeksi<br />

- jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera<br />

dibersihkan<br />

Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan ibu<br />

Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan<br />

atau ketakutan ibu, dengan cara:<br />

- menjaga privasi ibu<br />

- penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan<br />

- penjelasan tentang prossedur yang akan dilakukan dan<br />

keterlibatan ibu<br />

Mengatur posisi ibu, dalam membimbing mengedan dapat<br />

dipilih posisi berikut:


60 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

- jongkok<br />

- menungging<br />

- tidur miring<br />

- setengah duduk<br />

posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri,<br />

mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum<br />

dan infeksi<br />

Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan<br />

berkemih sesering mungkin<br />

Memberi cukup minum: untuk memberi tenaga dan mencegah<br />

dehidrasi<br />

Posisi ibu saat meneran<br />

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman<br />

baginya. Setiap posisi memiliki keuntungan masing-masing,<br />

misalnya, posisi setengah duduk dapat membantu turunnya<br />

kepala janin jika persalinan berjalan lambat.<br />

Ibu dibimbing mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk<br />

mengambil nafas. Mengedan tanpa tanpa diselingi bernafas,<br />

kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilicus yang<br />

dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai<br />

Apgar rendah. Minta ibu bernafas selagi kontraksi ketika kepala<br />

akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan<br />

mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan<br />

Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi<br />

untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (< 120)<br />

Catatan:<br />

Episiotomi tidak lagi dianjurkan sebagai prosedur rutin, tidak<br />

terbukti bahwa episiotomi rutin menurunkan angka kerusakan<br />

perineum, prolaps vagina dimasa mendatang, atau inkontinensia<br />

urin. Pada kenyataaannya episiotomi dikaitkan dengan<br />

meningkatnya robekan derajat ketiga dan keempat dan disfungsi otot<br />

sfinger anus.<br />

Pertimbangkan episiotomi hanya pada kasus-kasus:<br />

Persalinan pervaginam dengan komplikasi (sungsang,<br />

distosia bahu, forsep, vakum)<br />

Adanya kekhawatiran akan tidak sembuhnya robekan<br />

derajat ketiga dan keempat<br />

Gawat janin


61 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Kelahiran kepala bayi<br />

Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan<br />

saat kepala bayi lahir<br />

Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak<br />

terlalu cepat<br />

Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika<br />

diperlukan<br />

Mengusap muka bayi untuk membersihkan dari kotoran<br />

lendir atau darah<br />

Periksa tali pusat:<br />

- jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat<br />

longgar, selipkan tali pusat melalui kepala bayi<br />

- jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem<br />

pada dua tempat kemudian digunting diantara kedua<br />

klem tersebut, sambil melindungi leher bayi<br />

Kelahiran bahu dan anggota seluruhnya<br />

Biarkan kepala bayi berpuar dengan sendirinya<br />

Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi<br />

Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu<br />

depan<br />

Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu<br />

belakang<br />

Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian<br />

belakang bayi sambil menyangga kepala dana selipkan satu<br />

tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkantubuh<br />

bayi seluruhnya<br />

Letakkan bayi tersebut di atas perut ibunya<br />

Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan<br />

nilai pernafasan bayi.<br />

Catatan:<br />

- bayi menangis spontan dalam 30 detik setelah lahir<br />

- jika bayi menangis/bernafas (30 x/ menit) tinggalkan<br />

bayi bersama ibu<br />

- jika bayi tidak bernafas dlam 30 detik, mintalah<br />

bantuan dan segera resusitasi<br />

Klem dan potong tali pusat<br />

Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit<br />

dengan kulit dengan dada ibu. Bungkus bayidengan kain<br />

yang kering dan halus, tutup dengan selimut, dan pastikan<br />

kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari<br />

hilannya panas tubuh.


62 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Kala III<br />

Penatalaksanaan aktif kala III meliputi:<br />

Pemberian oksitosin dengan segera<br />

Pengensalian tarikan pada tali pusat,<br />

Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir<br />

Penanganan<br />

Pemberian oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga<br />

mempercepat pelepasan plasenta:<br />

Lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dengan cara:<br />

- satu tangan diletakkan pada korpus uteri, tepat diatas simfisis pubis.<br />

Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan<br />

dorsokranial-ke arah belakang dank e arah kepala ibu<br />

- Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm di<br />

depan vulva<br />

- Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi<br />

kuat (2-3 menit)<br />

- Selama kontraksi lakukan tarikan terkendalipada tali pusat yang<br />

terus menerus, dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus.<br />

PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi<br />

Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan<br />

atau klem pada tali pusat mendekati plasenta, keluarkan plasenta dengan<br />

gerakan ke bawah dan ke atas sesuai jalan lahir . Kedua tangan dapat<br />

memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam<br />

untuk mengeluarkan selaput ketuban.<br />

Segera setelah plasenta dan selaputnya dikeluarkan, masase fundus agar<br />

menimbulkan kontraksi. Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah<br />

dan mencegah perdarahan pascapersalinan.<br />

Periksa pasien dengan seksama dan jahit semua robekan pada serviks<br />

atau vagina atau perbaiki episiotomi.<br />

Kala IV<br />

Dua jam pertama setelah persalinan merupkan waktu yang kritis bagi ibu dan<br />

bayi. Keduanya harus dipastikan dalam kondisi stabil<br />

Penangangan<br />

Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30<br />

menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, masase uterus<br />

sampai menjadi keras.<br />

Periksa tekanan darah, nadi, kantung kemih, dan perdarahan setiap<br />

15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.<br />

Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi


63 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

Bersihkan perineum ibudan kenakan pakaian ibu yang bersih dan<br />

kering.<br />

Biarkan ibu istirahat dan Bantu pada posisi yang nyaman<br />

Biarkan bayi berdekatan dengan ibu untuk memulai menyususi<br />

bayinya sehingga meningkatkan hubungan bayi-ibu.<br />

Pastikan ibu sudah berkemih dalam 3 jam pasca persalinan.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

a. Saifudi n, A.B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan<br />

Maternal dan Neonatal.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,<br />

Jakarta.<br />

b. Noname,Nodate,Normallabour.(Online)Http://www.Fleshandbones.com/<br />

readingroom/Pdf.Diakses 19 mei2005.<br />

c. Buku Acuan Asuhan Persalinan normal. DEPKES


64 Lab Ketrampilan Medik RSAU dr. Esnawan Antariksa<br />

PENILAIAN KETRAMPILAN PENANGANAN PERSALINANNORMAL<br />

Nama :<br />

NIM :<br />

No Aspek yang dinilai Skore<br />

1 Persiapan persalinan<br />

2 Anamnesis pasien<br />

3 Pemeriksaan Abdomen<br />

a Pemeriksaan tinggi fundus uteri<br />

b Pemeriksan letak, posisi, presentasi dan<br />

turunnya kepala janin dengan<br />

pemeriksaan Leopold<br />

c Pemeriksaan abdomen untuk menilai<br />

turunnya kepala janin<br />

4 Melakukan pemeriksaan dalam<br />

5 Menggunakan partograf untuk penilaian<br />

kemajuan persalinan<br />

6 Melakukan penanganan proses persalinan<br />

sesuai dengan fase persalinan:<br />

a Melakukan penanganan persalinan kala I<br />

b Melakukan penanganan persalinan kala II<br />

c Melakukan penanganan persalinan kala III<br />

d Melakukan penanganan persalinann kala<br />

IV<br />

7 Melakukan prinsip sterilitas dalam setiap<br />

tindakan<br />

Total skore<br />

Keterangan:<br />

0 : tidak dilakukan/disebut sama sekali<br />

1: dilakukan tapi kurang sempurna<br />

2: disebut/dilakukan dengansempurna Batas lulus<br />

75 %<br />

Nilai= total skore (…) x 100%<br />

24

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!