Backup_of_Majalah digital4

Marginal
mengenal yang terpinggirkan
edisi November 2016

Salam Redaksi
Assalamualaikum wr.wb
Allhamdulillah puji syukur kehadirat Alllah SWT dan
sholawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW atas segala rahmat-Nya dapat
terselesaikan majalah marginal ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada anggota redaksi yang
telah membantu kami dalam pembuatan majalah ini.
Majalah kami ini bernama Marginal yang berarti isinya
akan mengulas tentang kerja keras seorang lansia.
Bagaimana kerja keras mereka untuk mencukupi
kehidupannya. Majalah ini merupakan wasah kami untuk
berkarya. Ini merupakan awal kami untuk menularkan
ide dan gagasan. Melalui sebuah tulisan kami dapat
menyampaikan sebuah gagasan.
Akhirnya dengan diterbitkannya majalah ini mudah
mudahan dapat peduli dengan orang orang lansia
disekitar kita. Kesempurnaan hanya milik sang pencipta,
untuk itu kami menyadari di edisi perdana ini terdapat
banyak kekurangan yang kami torehkan dalam coretan
majalah ini. Kritik da saran yang membangun sangat
kami harapkan. Selamat membaca!
Wassalamualaikum wr.wb
1

daftar isi
01 – Salam Redaksi
02 – Da ar Isi
05 – Harum Kerja Keras Bulik Yas
06 – Belajar Mandiri Seper Bu
Maslimah
08 – Ban ng Tulang Di Masa Tua
10 – Kacang Penompang Kehidupan
12 – Kuat Bekerja Di Masa Tua
14 – Kerja!
Susunan Redaksi :
Editor : Veronica rahma suwandi
Reporter : Lailatul komariah,Zulfa labibah
SMA Khadijah Surabaya
2

Bulik Yas
3

Harum Kerja
Keras Bulik Yas
Bulik yas seorang penjual
b u n g a y a n g t e l a h
bekerja selama satu tahun di jalan
ngagel, beliau berusia 70 tahun
namun masih tetap gigih bekerja.
Bekerja dari pukul tujuh pagi hingga
tujuh malam dengan penghasilan
yang tidak menentu dan tidak dapat di
p e r k i r a k a n t e r g a n t u n g p a d a
banyaknya pembeli pada hari itu.
Bulik Yas memiliki delapan
anak yang sudah bekerja dan perpisah
tempat tinggal dengan dirinya. Sang
suami tercinta telah meninggal
sehingga mengharuskan beliau untuk
bekerja mencukupi kebutuhan sehari
hari.
Memiliki delapan orang
anak tidak membuat beliau
bergantung pada anak anaknya,
demi sesuap nasi untuk dirinya
beliau berfikir bukanlah hal yang
sulit jika hanya untuk kebutuhan
dirinya saja daripada harus
meminta pada anak anaknya, beliau
berprinsip jika beliau masih kuat
bekerja beliau akan terus bekerja
dengan halal, beliau benar benar
tidak ingin merepotkan anak
anaknya yang sudah memiliki
kehidupan sendiri sendiri, beliau
menjalani kehidupan sehari
harinya dengan perasaan ikhlas
walaupun terkadang tak ada yang
membeli barang dagangannya.
Sahabat marginal,mari kita
ambil pelajaran dari sosok Bulik Yas
yang tidak ingin merepotkan orang
lain walaupun di usia nya yang
sudah terbilang senja, mari kita
berkaca pada diri sendiri sudahkah
kita mandiri? Sudahkah kita tidak
terbiasa meminta belas kasih orang
4

Belajar mandiiri
Ibu Maslimah dengan usia
70 tahun tetap giat mencari
na ah walaupun usianya sudah
senja. Ia tinggal di sebuah kontrakan 1
s e t e n g a h M b e r t e p a t a n d i
Jl.Purwodadi Tengah, Beliau bekerja
dengan menjual rokok,permen,dan
shampo set-an di depan kontrakanya
tersebut. Beliau kerja dan tinggal di
kontrakan tersebut telah cukup lama
yakni selama 40 tahun. Sebelum
beliau bekerja menjual barangbarang
tersebut, beliau pernah kerja
merancang seperti tas,sepatu dan lain
sebagainya namun rupanya nasib
belum berpihak pada ibu Maslimah
sehingga ia harus gulung tikar karna
usahanya tersebut dan menjalani
kehidupan seperti sekarang.
Dengan barang jualan ibu
Maslimah tersebut, beliau mampu
mencukupi kebutuh hidudpnya.
Sehari makan 2 kali sehari dengan
ikan telur atau tahu dengan nasi
seharga Rp 7.000 per harinya.
Dengan kondisi rumah dan
keadaannya ibu Maslimah masih
semangat untuk bekerja dan juga
beribadah."apa yang saya kerjakan
ini yaaa untuk kecukupan saya
sehari-hari nak" begitu kata beliau.
Setiap harinya beliau, mengambil
keuntungan dari rokok yang beliau
jual. Keuntungan yang diperoleh
paling besar Rp 10.000, namun itu
jarang sekali.
Seperti Ibu Maslimah
T e m p a t y a n g i a
gunakan adalah kontrakan
dengan biaya 1 tahunnya Rp
3 0 0 . 0 0 0 . D a n p e m i l i k
kontrakan sudah mengenali
ibu Maslimah dengan baik,
, n a s i y a n g d i b e l i i b u
Maslimah sehari hari di
b e l i n y a d a r i p e m i l i k
kontrakan tersebut.
Setiap harinya bu
Maslimah membuka tokonya
mulai setelah shubuh hingga
pukul 08.00 malam. Dan
selama 40 tahun ini, bu
Maslimah tinggal sendirian
tanpa ada sanak atau saudara
yang menemani. Beliau selalu
berkata bahwa beliau tak suka
merepotkan orang lain karna
itu beliau memilih untuk
tetap mencari na ah.
5

“jangan suka merepotkan orang lain
kalau masih bisa di kerjakan sendiri,kerjakanlah!”
-Ibu Maslimah-
6

Hi d u p m e m a n g t i d a k
selamanya mulus, maka
dari itu dibutuhkan jiwa yang
tangguh dan pekerja keras.
Usaha setiap orang bermacammacam,
yang jelas tujuan
mereka adalah untuk bertahan
hidup melewati cobaan yang
ada.
B e r j u a l a n s a p u d a n
kemoceng adalah sebuah usaha,
yang terlihat sederhana. Tapi
bagi mereka ini adalah usaha
mati-matian mereka untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Pak Nur Wahyudi penjual sapu
dan kemoceng yang sudah
berusia 58 tahun. Beliau berjual
di sekitar Terminal Joyoboyo,
sudah 15 tahun ini menjalani
pekerjaan ini. Beliau mulai
bekerja pukul 09.00 sampai
21.00.
S e l a i n b e r j u a l a n d i
Joyoboyo, beliau juga berjualan
d i l u a r k o t a s e p e r t i
Malang,Blitar,Ponorogo, dan
Trenggalek. Semuanya beliau
te m p u k d e n g a n n a i k b i s.
Bukanlah hal yang mudah
melancong dari satu daerah ke
daerah lain namun pak Nur
Wahyudi menjalani nya dengan
senang hati dan ikhlas tanpa
b a n y a k m e n g e l u h .
Penghasilannya pun tidak
menentu yang berkisar antara
15.000 sampai 50.000.
Banting tulang
di masa tua
Beliau tidak memiliki
tempat tinggal yang pasti,
t e t a p i n a s i b b a i k
m e n g h a m p i r i p a k
Nurwahyudi. Seseorang yangt
b a i k h a t i m e n o l o n g nya
dengan sedikit memberikan
tumpangan rumah. Daerah
tempat tinggal tersebut di
daerah Putat Jaya 86 no. 50.
Pekerjaan ini bukan
miliknya pribadi, sehingga
beliau harus memberikan
setoran hasil penjualannya
tersebut. Beliau memiliki
semangat yang besar "bahwa
lebih baik saya bekerja dari
pada hanya menjadi seseorang
yang pengangguran" ujar
beliau.
7

“bahwa lebih baik saya bekerja dari pada hanya menjadi seseorang yang pengangguran"
-Pak Nurwahyudi-
8

Kacang penompang kehidupan
Pak Kodi (62tahun) seorang laki laki tua yang pekerja keras walau
pekerjaannya tak memberikannya sebuah kepastian dengan penghasilan
yang tidak menentu dan beban tanggung jawabnya menghidupi dirinya dan
keluarganya. Beliau menjual kacang di depan kebun binatang Surabaya. Jarak tempuh
rumah dengan tempat kerjanya tidak dekat tetapi beliau dapat melakoni pekerjaan itu
selama 30 tahun.
Beliau tinggal di Krian, Sidoarjo. Setiap harinya beliau naik bis mini untuk
sampai di tempat beliau biasa berjualan. Beliau bekerja mulai pukul 6 pagi sampai
barang dagangannya habis, Tapi biasanya beliau pulang pada pukul 4 sore. Penghasilan
setiap harinya berkisar antara 20.000 hingga 50.000. jumlah yang tidak banyak untuk
memenuhi kebutuhannya.
Beliau memiliki 5 orang anak dan 7 orang cucu. Salah anak beliau sudah berusia
35 tahun dan sekarang bekerja di sebuah pabrik.
Pak Kodi tidak merasa kesusahan harus bekerja pada usia yang sudah terbilang
tua. Baginya, hanya berada di rumah malah membuatnya sakit.
Sahabat marginal tidak malukah kita pada diri sendiri? yang sering lalai dalam
urusan pekerjaan, semoga kita selalu menjadi pribadi yang bersyukur pada yang maha
esa atas nikmat yang dilimpahkannya pada kita semua.
9

-Pak Kodi-
10

KUAT BEKERJA DI MASA TUA
Bagi sebagian orang usia lanjut tak membuat mereka berhenti untuk berjuang
dalam melanjutkan hidup. Tekad yang bulat membuat mereka melupakan usia
mereka demi melanjutkan hidup. Bekerja keras demi kelanjutan hidupnya.
Bapak Suwardi, pria yang sudah berusia 80 tahun ini tetap bekerja sebagai tukang
becak. Pekerjaan yang banyak menguras tenaga. Beliau sudah menjalani pekerjaan ini sejak
30 tahun yang lalu. Beliau memulai bekerja sejak pukul 05.00 hingga pukul 09.00.
Penghasilan yang didapat oleh beliau pun tak menentu dan terkadang dalam sehari beliau
bisa tidak mendapatkan penumpang .
Saat ini beliau tinggal di Sedati, Sidoarjo. Beliau tinggal bersama anak sulungnya
yang saat ini berusia 40 tahun dan bekerja menjual nasi. dua anaki lainnya tinggal bersama
keluarga masing-masing. Istri beliau sudah meninggal lama. Beliau memilih unntuk
melanjutkan bekerja di usia tua karen beliau merasa bahwa dirinya masih kuat untuk
bekerja. Beliau tidak ingin hidupnya hanya bergantung pada anaknya, karena beliau merasa
bahwa hal itu merepotkan anak – anaknya.
Beliau berprinsip apabila memang masih bisa bekerja sebisa mungkin beliau bekerja.
Semnagat kerja beliau membuat beliau menjadi seorang pekerja keras. Semoga semangat
dan jiwa pekerja keras beliau dapat menginsiprasi kita semua.
11

-Pak Suwardi-
12

Kerja!
Sebagian orang bekerja adalah salah
satu hal yang sangat membebani
pikiran. Terutama bagi seorang wirausaha
ketika dagangan nya tak kunjung laku.
Namun, berbeda dengan Pak Nurhadi, beliau
seorang pekerja keras, berdua dengan istrinya
merintis usaha kecil kecilan berjualan sandal
di daerah bratang dekat dengan terminal.
Beliau bertepat tinggal tidak jauh dari tempat
kerja nya setiap hari, Buka pukul empat sore
hingga sembilan malam. Berpenghasilan tidak
menentu tidak membuat semangat Pak
Nurhadi luntur bahkan beliau tetap buka
seperti biasanya setiap hari bahkan ketika
hujan turun.
Kios kecil di pojok jalan menjadi saksi
kerja keras Pak Nurhadi selama lebih dari 20
tahun. Usia yang cukup senja tidak
menyurutkan semangat beliau untuk bekerja,
berpegang teguh pada prinsip beliau yaitu
kerja,kerja dan kerja selagi masih mampu
bahkan beliau mendidik ketiga anaknya untuk
agar selalu bekerja keras dan berwirausaha
walaupun sekecil apapun usaha tersebut
selama diri kita sendiri mau berusaha itu tidak
jadi masalah.
Melihat dari sifat Pak Nurhadi yang sangat
pekerja keras membuat diri kita berkaca sudahkah
kita seperti beliau? Bahkan ketika kita mendapat
sedikit kesusahan kita sudah mengeluh pada yang
maha kuasa, tidakkah kita malu pada Pak
Nurhadi? Meskipun usia beliau sudah senja tetapi
beliau tetap bersemangat bekerja tanpa keluh
kesah.
13

“kerja.. kerja.. kerja!”
-pak suwardi-
14