Guideline-Stroke-2011
deoksihemoglobin dikelilingi oleh batas dengan edema hiperintens disekitarnya Subakut Minggu, terutama Hipointens Hipointens, subakut methemoglobin dini dengan lebih dominan methemoglobin intraselular. Hiperintens, subakut lanjut dengan lebih dominan methemoglobin ekstraselular Kronik Tahun, hemosiderin Hipointens Hipointens atau batas hipointens disekelilingi kavitas cairan hiperintens 13. Pencitraan vaskular harus dilakukan secara cepat untuk mengidentifikasikan pasien dengan stenosis arterial simptomatik yang mungkin bisa mendapatkan keuntungan dari endarterektomi atau angiopasti. Pemeriksaan non invasif dengan pencitraan colour coded duplex dari arteri ekstrakranial dan intrakranial, CT angiografi (CTA), atau MR angiografi kontras (CE-MRA) sudah tersedia secara luas. Pendekatan ini mempunyai resiko yang lebih rendah, sedangkan angiografi intraarterial mempunyai 1-3% menyebabkan stroke pada pasien dengan lesi karotis simpatomatis. Digital substraction angiography (DSA) mungkin diperlukan jika tes lannya diatas tidak dapat memberikan petunjuk 14. Untrasonografi karotis, MRA dan CTA dapat menunjukkan stenosis karotis. Dasri ulasan beberapa meta analisis menunjukkan bahwa contras-enhanced MRD (CDMRA) adalah yang paling sensitif dan spesidik diantara modalitas non invasif lainnya untuk mendiagnosa stenosis karotis, diikuti oleh ultrasonografi Doppler dan CTA dan MRA nonkontras yang paling sulit menunjukkan stenosis. Diagnosis dengan 123
ultrasonografi vertebral ekstrakranial sangat berguna, tetapi ultrasonografi intrakranial dari sistem vertebrobasiler dapat menyesatkan karena spesivisitasnya yang rendah. 15. Ultrasonografi merupakan pencitraan yang cepat, noninvasif dan dapat digunakan dengan menggunakan mesin protabel, dan juga dapat digunakan pada pasien yang tidak dapat diperiksa dengan MRA atau CTA. Namun pemeriksaan ini juga mempunyai keterbatasan, yaitu hanya memberikan sedikit informasi dan hasilnya tergantung dari operator (operator dependent) 16. Transcranial Doppler (TCD) berguna untuk diagnosis dari abnormalitas dari arteri serebral yang besar pada basis kranii. Namun sekitar 7%-20% dari pasien stroke akut, terutama orang tua dan beberapa ras tertentu, tidak mempunyai jendela akustik yang adekuat. Kombinasi dari pencitraan dengan ultrasonografi dan MRA memberikan hasil yang sama dengan DSA. Reaktifitas serebral dan otoregulasi serebral yang terganggu pada pasien dengan penyakit oklusi arteri ekstraserebral (terutama stenosis dan oklusi karotis) dan kebutuhan kontralateral yang tidak adekuat dapat meningkatkan resiko dari stroke berulang. TCD adalah satusatunya tekni yang dapat mendeteksi emboli intrakranial yang bersirkulasi, yang biasanya terdapat pada pasien dengan penyakit arteri besar. Penyakit stenosis arteri karotis simpatomatik, merupakan faktor resiko independen yang menyebabkan stroke atau TIA berulang. Deteksi TCD mikrobuble dapat digunakan untuk mendeteksi pintas kanan ke kiri akibat patent foramen ovale (PFO). 17. Sekitar 20%-50% pasien dengan TIA mungkin mempunyai lesi iskemik akut pada DWI. Pasien ini mempunyai resiko tinggi terhadap stroke berulang. Tetapi sampai saat ini belum ada bukti bahwa DWI memberikan prediksi stroke yang lebih baik dari skor resiko klinis. Risiko stroke berulang dengan disabilitas meningkat pada pasien dengan TIA dan dengan lesi infark pada CT. Kemampuan DWI untuk mengidentifikasi lesi iskemik yang kecil dapat berguna pada pasien yang bermanifestasi dengan stroke ringan dan tidak mempunyai disabilitas. Jika masih mendapati kesulitan dalam diagnosis klinis stroke. MRI dengan sekuens T2-weighted dapat berguna mengidentifikasi perdarahan setelah stroke fase akut, dimana darah sudah tidak terlihat lagi pada CT. 124
- Page 73 and 74: KEPUSTAKAAN 1. Scottish Intercolleg
- Page 75 and 76: Terapi farmakologi hanya diberikan
- Page 77 and 78: BAB VI PENATALAKSANAAN KHUSUS STROK
- Page 79 and 80: hari dan dilanjutkan dengan oral 2x
- Page 81 and 82: 6 jam kemudian. Kecepatan pemberian
- Page 83 and 84: kraniotomi standar dapat dipertimba
- Page 85 and 86: a. Tatalaksana pasien PSA derajat I
- Page 87 and 88: e. Pada pasien yang gagal dengan te
- Page 89 and 90: BAB VII TERAPI SPESIFIK STROKE AKUT
- Page 91 and 92: B. Rekomendasi NIH tentang Response
- Page 93 and 94: KEPUSTAKAAN 1. Adams H, et al. 2007
- Page 95 and 96: f. Pilihan obat yang spesifik dan t
- Page 97 and 98: Tabel VIII.I Rekomendasi Pengelolaa
- Page 99 and 100: terdapat kondisi spesifik seperti r
- Page 101 and 102: 3. Faktor risiko kardiomiopati a. P
- Page 103 and 104: i. Penambahan aspirin pada terapi k
- Page 105 and 106: 4. Inheritage Trombophily a. Pasien
- Page 107 and 108: tinggi dari amyloid anginopati (mis
- Page 109 and 110: 10. Toksin botulinum direkomendasik
- Page 111 and 112: 3. Pasien mendapatkan pendidikan da
- Page 113 and 114: 3. Penggunaan stoking kompresi atau
- Page 115 and 116: c. Dikonsulkan ke professional yang
- Page 117 and 118: . visual neglect c. defisit memori
- Page 119 and 120: 3. National Clinical Guideline for
- Page 121 and 122: B. Rekomendasi Pemeriksaan Diagnost
- Page 123: c. Gambaran hiperdens dari arteri i
- Page 127 and 128: D. Tes Diagnostik lain 1. Pemeriksa
- Page 129 and 130: subarakhnoid maka harus dilakukan d
- Page 131 and 132: 11. Latchaw et at. Recommendations
ultrasonografi vertebral ekstrakranial sangat berguna, tetapi ultrasonografi intrakranial<br />
dari sistem vertebrobasiler dapat menyesatkan karena spesivisitasnya yang rendah.<br />
15. Ultrasonografi merupakan pencitraan yang cepat, noninvasif dan dapat digunakan<br />
dengan menggunakan mesin protabel, dan juga dapat digunakan pada pasien yang<br />
tidak dapat diperiksa dengan MRA atau CTA. Namun pemeriksaan ini juga<br />
mempunyai keterbatasan, yaitu hanya memberikan sedikit informasi dan hasilnya<br />
tergantung dari operator (operator dependent)<br />
16. Transcranial Doppler (TCD) berguna untuk diagnosis dari abnormalitas dari arteri<br />
serebral yang besar pada basis kranii. Namun sekitar 7%-20% dari pasien stroke akut,<br />
terutama orang tua dan beberapa ras tertentu, tidak mempunyai jendela akustik yang<br />
adekuat. Kombinasi dari pencitraan dengan ultrasonografi dan MRA memberikan<br />
hasil yang sama dengan DSA. Reaktifitas serebral dan otoregulasi serebral yang<br />
terganggu pada pasien dengan penyakit oklusi arteri ekstraserebral (terutama stenosis<br />
dan oklusi karotis) dan kebutuhan kontralateral yang tidak adekuat dapat<br />
meningkatkan resiko dari stroke berulang. TCD adalah satusatunya tekni yang dapat<br />
mendeteksi emboli intrakranial yang bersirkulasi, yang biasanya terdapat pada pasien<br />
dengan penyakit arteri besar. Penyakit stenosis arteri karotis simpatomatik,<br />
merupakan faktor resiko independen yang menyebabkan stroke atau TIA berulang.<br />
Deteksi TCD mikrobuble dapat digunakan untuk mendeteksi pintas kanan ke kiri<br />
akibat patent foramen ovale (PFO).<br />
17. Sekitar 20%-50% pasien dengan TIA mungkin mempunyai lesi iskemik akut pada<br />
DWI. Pasien ini mempunyai resiko tinggi terhadap stroke berulang. Tetapi sampai<br />
saat ini belum ada bukti bahwa DWI memberikan prediksi stroke yang lebih baik dari<br />
skor resiko klinis. Risiko stroke berulang dengan disabilitas meningkat pada pasien<br />
dengan TIA dan dengan lesi infark pada CT. Kemampuan DWI untuk<br />
mengidentifikasi lesi iskemik yang kecil dapat berguna pada pasien yang<br />
bermanifestasi dengan stroke ringan dan tidak mempunyai disabilitas. Jika masih<br />
mendapati kesulitan dalam diagnosis klinis stroke. MRI dengan sekuens T2-weighted<br />
dapat berguna mengidentifikasi perdarahan setelah stroke fase akut, dimana darah<br />
sudah tidak terlihat lagi pada CT.<br />
124