GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011
GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011 GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011
Shock wave therapy dapat mengurangi tonus pada ekstremitas atas. (SIGN, Grade A, Level of evidence 2+). 4 b. Terapi Spastisitas pada Ekstremitas Bawah Tilt table dan night splint mencegah kontraktur pergelangan kaki (SIGN, Level of evidence Ib). 1 Botulinum toxin mengurangi spastisitas tubuh bagian bawah. (SIGN, Level of evidence Ia). 1 Botulinum tidak meningkatkan fungsi motoric anggota gerak bawah (SIGN, Level of evidence IV). 1 Deinervasi otot pada hemiparesis ekstremitas bawah mengurangi spastisitas, tetapi tidak meningkatkan fungsi (SIGN, Intercollegiate Stroke Working Party, Level of evidence Ib) 1,2 Ketazolam, diazepam, dan tolperison lebih efektif dibanding plasebo dalam terapi spastisitas pascastroke (SIGN, Intercollegiate Stroke Working Party, Level of evidence Ib) 1,2 Tolperison mengurangi spastisitas (SIGN, Intercollegiate Stroke Working Party, Level of evidence Ib) 1 Baclofen intratekal mengurangi spastisitas pada tahap stroke kronik. (SIGN, Intercollegiate Stroke Working Party, Level of evidence Ib) 1,2 Stimulasi elektrik mengurangi spastisitas plantar fleksi kaki pascastroke. (SIGN, Intercollegiate Stroke Working Party, National Stroke Foundation, Level of evidence Ia). 1,2,3 Terapi ultrasonografi mengurangi eksitabilitas alpha motorneuron yang berkaitan dengan spastisitas plantar fleksi kaki. (SIGN, Intercollegiate Stroke Working Party, National Stroke Foundation, Level of evidence Ib). 1,2,3 Sesi tunggal dari peregangan isokinetic dan isotonic tidak meningkatkan ukuran langkah (SIGN, Intercollegiate Stroke Working Party, National Stroke Foundation, Level of evidence Ib). 1,2,3 71
KEPUSTAKAAN 1. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management of patients with stroke: rehabilitation, prevention and management of complications, and discharge planning. June 2010 2. Intercollegiate Stroke Working Party. National clinical guidelines for stroke. 2 nd ed. June 2004 3. Stroke Foundation. Clinical guidelines for sroke management 2010. National Stroke Foundation. 9. Disfagia a. Penatalaksanaan Tujuan terapi meliputi mengurangi komplikasi aspirasi, memperbaiki kemempuan makan dan menelan, dan mengoptimalkan status nutrisi. Strategi terapi adalah sebagai berikut. Terapi Menelan i. Compensatorytechniques: teknik ini mengajarkan pasien merubah posisi (postural maneuver) untuk mengimbangi kesulitan menelan. Dengan teknik yang intensif akan memberikan hasil lebih baik (SIGN, Level of evidence 1+). ii. Indirect swallow therapy: teknik ini mengajarkan pasien untuk latihan memperkuat otot yang lemah (otot suprahyoid) (SIGN, Level of evidence 1+) dan otot lingual (SIGN, Level of evidence 2+). iii. Direct swallow therapy: teknik ini mengajarkan pasien untuk melakukan latihan menelan secara langsung. Modifikasi Diit i. Modifikasi diit merupakan standar manajemen pada pasien stroke dengan disfagia dan memiliki efek yang menguntungkan (SIGN, Level of evidence 2+). ii. Teknik ini digunakan jika pasien hanya mengalami aspirasi ketika menelan. Tes ini akan menunjukkan konsistensi makanan apa saja yang ditoleransi denan baik. iii. Pada kasus disfagia yang berat, ketika pasien stroke mengalami kurang gizi atau dehidrasi akan digunakan pipa nasogatrik atau gastrotomi endoskopi perkutan (PEG), yang dimasukkan melalui kulit secara langsung. Risiko 72
- Page 21 and 22: mengidentifikasi individu yang mung
- Page 23 and 24: a. skrining aktif adanya AF pada pe
- Page 25 and 26: g. Skrining di populasi untuk menge
- Page 27 and 28: kontrol diabetes, memperbaiki kebia
- Page 29 and 30: heriditer atau yang didapat asimpto
- Page 31 and 32: TABEL II.2 Lanjutan Profil Risiko S
- Page 33 and 34: isiko stroke Alkohol Pengurangan se
- Page 35 and 36: HDL-C rendah Tidak ada konsensus tt
- Page 37 and 38: BAB III MANAJEMEN PRAHOSPITAL PADA
- Page 39 and 40: d. Memeriksa dan menilai gejala dan
- Page 41 and 42: BAB IV PENATALAKSANAAN UMUM STROKE
- Page 43 and 44: d. Pengendalian Peninggian Tekanan
- Page 45 and 46: Berikan Asetaminofen 650 mg bila su
- Page 47 and 48: . Berikan antibiotika atas indikasi
- Page 49 and 50: BAB V KEDARURATAN MEDIK STROKE AKUT
- Page 51 and 52: Class I, Level of evidence B). Untu
- Page 53 and 54: eseptor α1, β1, β2 tiap 10 menit
- Page 55 and 56: tinggi Fenilefrin * Agonis reseptor
- Page 57 and 58: B. Penatalaksanaan Gula Darah pada
- Page 59 and 60: Tabel IV.4. Infus insulin intravena
- Page 61 and 62: 3. Parsons MW, Barber PA, Desmond P
- Page 63 and 64: Pneumonia akibat disfagia atau gang
- Page 65 and 66: 4. Kedlaya, Divakara. Swallowing, N
- Page 67 and 68: 5. Ulkus Dekubitus a. Prevensi 1 M
- Page 69 and 70: Berikan suplemen vitamin dan minera
- Page 71: KEPUSTAKAAN 1. National Stroke Foun
- Page 75 and 76: Terapi farmakologi hanya diberikan
- Page 77 and 78: BAB VI PENATALAKSANAAN KHUSUS STROK
- Page 79 and 80: hari dan dilanjutkan dengan oral 2x
- Page 81 and 82: 6 jam kemudian. Kecepatan pemberian
- Page 83 and 84: kraniotomi standar dapat dipertimba
- Page 85 and 86: a. Tatalaksana pasien PSA derajat I
- Page 87 and 88: e. Pada pasien yang gagal dengan te
- Page 89 and 90: BAB VII TERAPI SPESIFIK STROKE AKUT
- Page 91 and 92: B. Rekomendasi NIH tentang Response
- Page 93 and 94: KEPUSTAKAAN 1. Adams H, et al. 2007
- Page 95 and 96: f. Pilihan obat yang spesifik dan t
- Page 97 and 98: Tabel VIII.I Rekomendasi Pengelolaa
- Page 99 and 100: terdapat kondisi spesifik seperti r
- Page 101 and 102: 3. Faktor risiko kardiomiopati a. P
- Page 103 and 104: i. Penambahan aspirin pada terapi k
- Page 105 and 106: 4. Inheritage Trombophily a. Pasien
- Page 107 and 108: tinggi dari amyloid anginopati (mis
- Page 109 and 110: 10. Toksin botulinum direkomendasik
- Page 111 and 112: 3. Pasien mendapatkan pendidikan da
- Page 113 and 114: 3. Penggunaan stoking kompresi atau
- Page 115 and 116: c. Dikonsulkan ke professional yang
- Page 117 and 118: . visual neglect c. defisit memori
- Page 119 and 120: 3. National Clinical Guideline for
- Page 121 and 122: B. Rekomendasi Pemeriksaan Diagnost
KEPUSTAKAAN<br />
1. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management of patients with stroke:<br />
rehabilitation, prevention and management of complications, and discharge planning.<br />
June 2010<br />
2. Intercollegiate Stroke Working Party. National clinical guidelines for stroke. 2 nd ed. June<br />
2004<br />
3. Stroke Foundation. Clinical guidelines for sroke management 2010. National Stroke<br />
Foundation.<br />
9. Disfagia<br />
a. Penatalaksanaan<br />
Tujuan terapi meliputi mengurangi komplikasi aspirasi, memperbaiki<br />
kemempuan makan dan menelan, dan mengoptimalkan status nutrisi. Strategi terapi<br />
adalah sebagai berikut.<br />
Terapi Menelan<br />
i. Compensatorytechniques: teknik ini mengajarkan pasien merubah posisi<br />
(postural maneuver) untuk mengimbangi kesulitan menelan. Dengan teknik<br />
yang intensif akan memberikan hasil lebih baik (SIGN, Level of evidence<br />
1+).<br />
ii. Indirect swallow therapy: teknik ini mengajarkan pasien untuk latihan<br />
memperkuat otot yang lemah (otot suprahyoid) (SIGN, Level of evidence<br />
1+) dan otot lingual (SIGN, Level of evidence 2+).<br />
iii. Direct swallow therapy: teknik ini mengajarkan pasien untuk melakukan<br />
latihan menelan secara langsung.<br />
Modifikasi Diit<br />
i. Modifikasi diit merupakan standar manajemen pada pasien stroke dengan<br />
disfagia dan memiliki efek yang menguntungkan (SIGN, Level of evidence<br />
2+).<br />
ii. Teknik ini digunakan jika pasien hanya mengalami aspirasi ketika menelan.<br />
Tes ini akan menunjukkan konsistensi makanan apa saja yang ditoleransi<br />
denan baik.<br />
iii. Pada kasus disfagia yang berat, ketika pasien stroke mengalami kurang gizi<br />
atau dehidrasi akan digunakan pipa nasogatrik atau gastrotomi endoskopi<br />
perkutan (PEG), yang dimasukkan melalui kulit secara langsung. Risiko<br />
72