GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011

GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011 GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011

20.09.2016 Views

Pemberian fludrocortisone acetate dan cairan hipertonik berguna untuk mengoreksi hiponatremia (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B). Dosis fludrocortisone 0,4 mg/hari secara oral atau 0,4 mg dalam dextrose 5% intravena 2 kali sehari. Pada keadaan tertentu, restriksi cairan dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan euvolemik (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence B). KEPUSTAKAAN 1. Brisman JL, Mayberg MR. Subarachnoid hemorrhage. In: Goldstein LB (ed). A prime on stroke prevention and treatment: An overview based on AHA/ASA guidelines. New Jersey 2009;Wiley-Blackwell: 65-80. 7. Trombosis Vena Dalam 1,2,3 a. Pemakaian Stoking dilakukanpada pasien kelemahan tungkai (GRADE B,NationalStroke Foundation 2010,SIGN 2010,ESO 2009). b. Mobilisasi dan hidrasi optimal harus dipertahankan sesering mungkin (GRADE D, National Stroke Foundation 2010,SING 2010,ESO 2009). c. PemberianLMWH atau Heparindiberikan sebagai profilaksis pada pasien stroke iskemik akut yang beresiko tinggi mengalamai trombossis vena dalam (Level of evidence I, GRADE A, National Stroke Foundation 2010, SIGN 2010,ESO 2009). d. Pemakaian stoking ketat diatas lutut tidak banyak bermanfaat dan resikonya pada pasien stroke iskemik akut. Tidak dianjurkan pemakaian stoking ketat secara rutin untuk pencegahan thrombosis vena dalam pada pasien stroke (Level of evidence I, GRADE A, National Stroke Foundation 2010, SIGN 2010, ESO 2009). Pada keadaan tertentu pemakaian stoking bisa bermanfaat (National Stroke Foundation, SIGN, ESO, GRADE C, Level of evidence IV). e. Mobilisasi segera dapat membantu mencegah terjadinya thrombosis vena dalam (National Stroke Foundation, SIGN, ESO, GRADE B, Level of evidence I). 69

KEPUSTAKAAN 1. National Stroke Foundation. Clinical guidelines for acute stroke management 2010. 2. European Stroke Organization.ESO-Guidelines form management of ischemic stroke 2008. Update Jan 2009. 3. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management od patients with stroke: rehabilitation,prevention and management of complications, and discharge planning 2010. 8. Spastisitas a. Terapi Spastisitas pada Ekstremitas Atas 2\ Pemakaian splinting secara rutin untuk mengurangi spastisitas tidak direkomendasikan (SIGN, Grade A, Level of evidence 1+). 1 Splinting secara serial ( tidak dipasang terus menerus) dapat dilakukan untuk mengurangi spastisitas (SIGN, Grade B). 1 Program regangan yang dibimbing oleh fisioterapis dapat meningkatkan range of motion (ROM) pada ekstremias atas dan mengurangi yeri pada stroke lama (National Stroke Foundation, Level of evidence 1+). 2 Pada pasien gangguan fungsi motor yang berat serta spastisitas hebat, pemberian toksin botulinum yang dikombinasikan dengan fisioterapi dapat dilakukan untuk mengurangi tonus dan meningkatkan range of joint motion (ROM) (SIGN, Grade B). 1 Toksin botulinum mengurangi spastisitas dan meningkatkan range of motion (ROM), tetapi tidak mempunyai efek terapetik kekuatan motoric pada ekstremitas atas. (SIGN, Grade A, Level of evidence 1+). 1 Penyuntikan toksin botulinum di rekomendasikan untuk mengatasi spastisitas pasca stroke, namun manfaatnya masih diperdebatkan (ESO, class III level B). Pemberian obat anti spastisitas oral (tizanidine, dantrolene, baclofen, diazepam) tidak direkomendasikan untuk pemakaian rutin dalam mengurangi spastisitas paska stroke (Level of evidence 1). Tolperison mengurangi spastisitas yang menyertai stroke. (SIGN, Grade A, Level of evidence 1+). 1 Bila diperlukan, pemberian obat antispastisitas oral disertai pemantauan efek samping dan penghentian pengobatan bila tidak efektif. 1 70

Pemberian fludrocortisone acetate dan cairan hipertonik berguna untuk<br />

mengoreksi hiponatremia (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B).<br />

Dosis fludrocortisone 0,4 mg/hari secara oral atau 0,4 mg dalam dextrose<br />

5% intravena 2 kali sehari.<br />

Pada keadaan tertentu, restriksi cairan dapat dilakukan untuk<br />

mempertahankan keadaan euvolemik (AHA/ASA, Class IIb, Level of<br />

evidence B).<br />

KEPUSTAKAAN<br />

1. Brisman JL, Mayberg MR. Subarachnoid hemorrhage. In: Goldstein LB (ed). A prime<br />

on stroke prevention and treatment: An overview based on AHA/ASA guidelines.<br />

New Jersey 2009;Wiley-Blackwell: 65-80.<br />

7. Trombosis Vena Dalam 1,2,3<br />

a. Pemakaian Stoking dilakukanpada pasien kelemahan tungkai (GRADE<br />

B,NationalStroke Foundation 2010,SIGN 2010,ESO 2009).<br />

b. Mobilisasi dan hidrasi optimal harus dipertahankan sesering mungkin (GRADE<br />

D, National Stroke Foundation 2010,SING 2010,ESO 2009).<br />

c. PemberianLMWH atau Heparindiberikan sebagai profilaksis pada pasien stroke<br />

iskemik akut yang beresiko tinggi mengalamai trombossis vena dalam (Level of<br />

evidence I, GRADE A, National Stroke Foundation 2010, SIGN 2010,ESO 2009).<br />

d. Pemakaian stoking ketat diatas lutut tidak banyak bermanfaat dan resikonya pada<br />

pasien stroke iskemik akut. Tidak dianjurkan pemakaian stoking ketat secara rutin<br />

untuk pencegahan thrombosis vena dalam pada pasien stroke (Level of evidence I,<br />

GRADE A, National Stroke Foundation 2010, SIGN 2010, ESO 2009). Pada<br />

keadaan tertentu pemakaian stoking bisa bermanfaat (National Stroke Foundation,<br />

SIGN, ESO, GRADE C, Level of evidence IV).<br />

e. Mobilisasi segera dapat membantu mencegah terjadinya thrombosis vena dalam<br />

(National Stroke Foundation, SIGN, ESO, GRADE B, Level of evidence I).<br />

69

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!