GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011

GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011 GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011

20.09.2016 Views

Terapi terhadap demam dengan pemberian antipiretik, misalnya parasetamol atau aspirin. Demam pada stroke akut mempengaruhi keluarga pasien. Pemberian antibiotika spektrum luas atau sesuai hasil laboratorium yang didapat. Pemberian antibiotika tidak boleh lebih dari 7 hari. 2 Pilihan antibiotika meliputi: i. ISK bagian bawah o Cefixime, cotrimoxazole atau ofloxacin (SIGN, level of evidence 1 +) atau Cefixime, Cotrimoxazole (Sulfamethoxazole 800 mg, Trimethoprim 160 mg), Ofloxasin. o Nitrofurantoin (SIGN, level of evidence 1++) ii. ISK bagian atas o Ciprofloxacin (SIGN, level of evidence 4). o Pivmecillinam (SIGN, level of evidence 1+) o Nitrofurantoin tidak efektif (SIGN, level of evidence 4) KEPUSTAKAAN 1. Adams HP, Management of Patients with Recent Stroke, in principles Cerebrovaskular Disease, edited by McGraw Hill Medical, New York, 2007: 525-526. 2. Scottish Intercollegiate Guidelines Network , Management of suspected bacterial urinary tract infection in adult. A national clinical guidline, online www.sign.AC.UK, July 2006; 12-16. 3. Harm H, Halle E, Meisel A. Post-stroe Infections-Diagnosis Prediction, Prevention and Treatment to improve Patient Outcomes, Brain Trauma Stroke, Touch briefings 2010:39:43. 4. Beyer I, Mergam A, Benoit F, Theunissen C and Pepersack T, Management of urinary tract infection in the elder, SpringerLink-Journal Article vol 34, Number 2/April 2001. 2. Bronkopneumonia a. Pencegahan dan Deteksi Pemberian antibiotik profilaks tidak dianjurkan karena dapat memperburuk kondisi saat fase akut storke. 1 61

Pneumonia akibat disfagia atau gangguan refleks menelan erat hubungannya dengan aspirasi penumonia. Oleh karena itu, tes refleks batuk perlu dilakukan untuk mengidentifikasi risiko pneumonia. 2,3 Pemberian pipa nasogastrik segera (dalam 48 jam) dianjurkan pada pasien dengan gangguan menelan. 1 Pencegahan aspirasi pneumonia dapat dilakukan dengan: i. Elevasi kepala 30-45 0 ii. Menghindari sedasi berlebihan iii. Mempertahankan tekanan endotracheal cuff yang tepat pada pasien dengan intubasi dan trakeostomi. iv. Memonitor volume residual lambung selama pemberian makanan secara enteral v. Menghindari pemakaian pipa nasogastrik yang lama vi. Seleksi diit yang tepat untuk pasien dengan disfagia vii. Mengaspirasi sekresi subglotis secara teratu viii. Rehabilitasi fungsi menelan ix. Merubah posisi pasien saat berbaring dan terapi fisik. 3 x. Terapi farmakologis seperti pemberian ACE inhibitor, amantadine dan cilostazol, diduga dapat mengurangi resiko aspirasi pneumonia pada pasien stroke melalui mekanisme peningkatan kadar dopamine dan substansi P. 4 xi. Oleh karena disfagi dapat beresiko terjadi pneumonia aspirasi, maka untuk mencagah komplikasi pneumonia dan memperbaiki fungsi menelan dilakukan modifikasi diit serta latihan otot-otot menelan dan stimulasi struktur mulut dan faring. 1,5,6,7,8 b. Penatalaksanaan Fisioterapi (chest therapy) dengan spidometri, inhalasi ritmik, dan menepuknepuk dada. Pemberian antibiotic sesuai indikasi(kalau perlu tes resistensi kuman) antara lain : i. Tanpa komorbiditas 9 o Macrolide (azithromycin, clarithromycin, atau erythromycin) (Evidence Based Review Of Stroke Rehabilitation; EBRSR, level of evidence I). 62

Pneumonia akibat disfagia atau gangguan refleks menelan erat hubungannya<br />

dengan aspirasi penumonia. Oleh karena itu, tes refleks batuk perlu dilakukan<br />

untuk mengidentifikasi risiko pneumonia. 2,3<br />

Pemberian pipa nasogastrik segera (dalam 48 jam) dianjurkan pada pasien<br />

dengan gangguan menelan. 1<br />

Pencegahan aspirasi pneumonia dapat dilakukan dengan:<br />

i. Elevasi kepala 30-45 0<br />

ii. Menghindari sedasi berlebihan<br />

iii. Mempertahankan tekanan endotracheal cuff yang tepat pada pasien<br />

dengan intubasi dan trakeostomi.<br />

iv. Memonitor volume residual lambung selama pemberian makanan<br />

secara enteral<br />

v. Menghindari pemakaian pipa nasogastrik yang lama<br />

vi. Seleksi diit yang tepat untuk pasien dengan disfagia<br />

vii. Mengaspirasi sekresi subglotis secara teratu<br />

viii. Rehabilitasi fungsi menelan<br />

ix. Merubah posisi pasien saat berbaring dan terapi fisik. 3<br />

x. Terapi farmakologis seperti pemberian ACE inhibitor, amantadine dan<br />

cilostazol, diduga dapat mengurangi resiko aspirasi pneumonia pada<br />

pasien stroke melalui mekanisme peningkatan kadar dopamine dan<br />

substansi P. 4<br />

xi. Oleh karena disfagi dapat beresiko terjadi pneumonia aspirasi, maka<br />

untuk mencagah komplikasi pneumonia dan memperbaiki fungsi<br />

menelan dilakukan modifikasi diit serta latihan otot-otot menelan dan<br />

stimulasi struktur mulut dan faring. 1,5,6,7,8<br />

b. Penatalaksanaan<br />

Fisioterapi (chest therapy) dengan spidometri, inhalasi ritmik, dan menepuknepuk<br />

dada.<br />

Pemberian antibiotic sesuai indikasi(kalau perlu tes resistensi kuman) antara<br />

lain :<br />

i. Tanpa komorbiditas 9<br />

o Macrolide (azithromycin, clarithromycin, atau erythromycin) (Evidence<br />

Based Review Of Stroke Rehabilitation; EBRSR, level of evidence I).<br />

62

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!