GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011

GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011 GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011

20.09.2016 Views

. kolesterol darah harus diperiksa secara teratur. Penerita dengan kolesterol darah tinggi (LDL>150 mg/dl)sebaknya dikelola dengan modifikasi pola hidup dan pemberian statin (ESO, Class I, Level of evidence A) 10. Asymptomatic Carotid Stenosis 1 a. Skrining pada penderita stenosis arteri karotis asimptomatik direkomendasikan uutuk mencari faktor risiko lain dari stroke yang masih dapat diterapi dengan modifikasi gaya hidup dan terapi medis yang sesuai (AHA/ASA , Class I, level of evidence C). b. Pemilihan penderita asimptomatik untuk dilakukan revaskularisasi karotis harus melihat kondisi komorbid, harapan hidupnya, dan juga faktor-faktor individual lain termasuk hasil diskusi tentang manfaat dan risiko dari prosedur yang akan dijalankan. Dokter juga harus menghargai pilihan penderita (AHA/ASA , Class I, level of evidence C). c. Sepanjang tidak ada kontraindikasi, penggunaan aspirin direkomendasikan pada Carotid Endarterectomy (CEA) (AHA/ASA , Class I, level of evidence C). d. CEA profilaksis dapat dilakukan pada penderita stenosis arteri karotis asimptomatik dengan seleksi ketat (minimum 60% dengan angiografi, 70% dengan Doppler ultrasound) (AHA/ASA , Class II, level of evidence A). e. stenting arteri karotis profilaksis pada penderita asymptomatik carotid stenosis dipertimbangkan dengan seleksi ketat (≥60% dari angiografi, ≥70% pada USG doppler atau >80% pada computed tomografi angiografi (CTA) atau magnetik resonance angiografi (MRA) bila stenosis pada USG antara 59-69%). Keuntungan dari revaskularisasi dibandingkan dengan terapi obat saja tidak jelas (ASA/AHA, Class II b, Level of evidence B) f. manfaat Carotid Artery Angioplasty (CAS) sebagai pengganti CEA pada penderita asimptomatik dengan risiko tinggi untuk pembedahan tidak jelas ( AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence C) 23

g. Skrining di populasi untuk mengetahui stenosis arteri karotis asimptomatik tidak direkomendasikan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence B) 11. Sickle Cell Disease (SCD) 1 a. anak-anak penderita SCD direkomendasikan untuk menjalani skrining dengan Transcranial Doppler (TCD) mulai usia 2 tahun (AHA/ASA, Class 1, Level of evidence B). b. meskipun interval skrining yang optimal belum dapat dipasstikan, tetapi cukup beralasan untuk melakukan skrining ulang lebih sering pada anak-anak yang berusia lebih dini dan mereka yang memiliki kecepatan aliran darah berdsarkan TCD borderline abnormal dengan tujuan mendeteksi perkembangan riiko tinggi intervensi berdasarkan indikasi TCD (AHA/ASA, Class Iia, Level of evidence B). c. terapi transfusi (dengan target penurunan HbS dari >90 % menjadi

g. Skrining di populasi untuk mengetahui stenosis arteri karotis asimptomatik tidak<br />

direkomendasikan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence B)<br />

11. Sickle Cell Disease (SCD) 1<br />

a. anak-anak penderita SCD direkomendasikan untuk menjalani skrining dengan<br />

Transcranial Doppler (TCD) mulai usia 2 tahun (AHA/ASA, Class 1, Level of evidence<br />

B).<br />

b. meskipun interval skrining yang optimal belum dapat dipasstikan, tetapi cukup<br />

beralasan untuk melakukan skrining ulang lebih sering pada anak-anak yang berusia<br />

lebih dini dan mereka yang memiliki kecepatan aliran darah berdsarkan TCD borderline<br />

abnormal dengan tujuan mendeteksi perkembangan riiko tinggi intervensi berdasarkan<br />

indikasi TCD (AHA/ASA, Class Iia, Level of evidence B).<br />

c. terapi transfusi (dengan target penurunan HbS dari >90 % menjadi

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!