GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011
GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011 GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011
BAB X PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA STROKE AKUT Banyak kemajuan telah dicapai dalam tes diagnostik untuk menyokong diagnosis kloinis dari stroke akut, tetapi tes ini tidak bertidak sebegai pengganti anamnesis dan pemeriksaan fisik. Adanya syarat waktu yang singkat untuk pemberianterapi trombolitik, memerlukan kemampuan untuk memeriksa klinik yang cepat dan tepat disertai dengan ketajaman pemeriksaan diagnostik yang akurat untuk menegakkan diagnosa stroke yang benar. A. Rekomendasi Pemeriksaan Penunjang yang Segera harus Dilakukan Semua pasien dengan suspek stroke akut jarus dilakukan beberapa pemeriksaan seperti dibawah ini saat masuk ke unit gawat darurat yang meliputi 1. Elektrokardiogram (EKG) (AHA/ASA, Class I, Level of Evidence B) 2. Pencitraan otak : CT (ESO, Class IA) non kontras atau MRI (ESO, Class II) dengan perfusi dan difusi 3. Pemeriksaan labiratorium darah antara lain, hematologi rutin, gula darah sewaktu, fungsi ginjal (ereum, kreatinin). Activated Partial Thrombin Time (APTT), Phrotrombin Time (PT), INR (AHA.ASA, Class I, Level of Evidence B). Pemeriksaan laboratorium di ruang gawat antara lain gula darah puasa dan 2 jam setelah makan, profil lipid, C-Reactive Protein (CRP), laju endap darah, dan pemeriksaan atas indikasi seperti : enzim jantung (troponin / CKMB), serum elektrolit, analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit Pemeriksaan tambahan yang disesuaikan dengan indikasi (sebagian dapat dapat dilakukan diruang rawat) meliputi: 1. Duplex/ Doppler ultrasound ekstrakranial dan transkranial 2. MRA atau CTA 3. MR difusi dan perfusi atau C I perfusi 4. Ekokardiografi (transthoracic clan/ atau transoesophageat) 5. Foto rontgen dada 6. Saturasi oksigen dan analisis gas darah 7. Pungsi lumbal jika dicurigai adanya perdarahan subaraknoid dan CT scan tidak ditemukan adanya perdarahan 8. EEG jika dicurigai adanya kejang 9. Skrining toksikologi (alkohol, kecanduan obat) 10. Pemeriksaan anti kardiolipin„ ANA jika dicurigai adanya lupus 119
B. Rekomendasi Pemeriksaan Diagnostik Pencitraan 1. Pada pasien dengan kecurigaan stroke, segera lakukan CT scan otak (ESO, Class I) atau pilihan altematif dengan MRI otak (AHA/ASA, Class II, Level of evidence A). Jika ada fasilitas MRI >1.5 T gunakan sekuens diffusion weighted imaging (DWI) and T2-weighted gradient echo (AHA/ASA, Class II, Level of evidence A). Pasien dengan TIA dan stroke minor direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan diagnostik, termasuk pencitraan vaskular (ultrasonografi, CT angiografi, atau MR angiografi) (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A) 2. Pasien yang dirawat dalam waktu
- Page 69 and 70: Berikan suplemen vitamin dan minera
- Page 71 and 72: KEPUSTAKAAN 1. National Stroke Foun
- Page 73 and 74: KEPUSTAKAAN 1. Scottish Intercolleg
- Page 75 and 76: Terapi farmakologi hanya diberikan
- Page 77 and 78: BAB VI PENATALAKSANAAN KHUSUS STROK
- Page 79 and 80: hari dan dilanjutkan dengan oral 2x
- Page 81 and 82: 6 jam kemudian. Kecepatan pemberian
- Page 83 and 84: kraniotomi standar dapat dipertimba
- Page 85 and 86: a. Tatalaksana pasien PSA derajat I
- Page 87 and 88: e. Pada pasien yang gagal dengan te
- Page 89 and 90: BAB VII TERAPI SPESIFIK STROKE AKUT
- Page 91 and 92: B. Rekomendasi NIH tentang Response
- Page 93 and 94: KEPUSTAKAAN 1. Adams H, et al. 2007
- Page 95 and 96: f. Pilihan obat yang spesifik dan t
- Page 97 and 98: Tabel VIII.I Rekomendasi Pengelolaa
- Page 99 and 100: terdapat kondisi spesifik seperti r
- Page 101 and 102: 3. Faktor risiko kardiomiopati a. P
- Page 103 and 104: i. Penambahan aspirin pada terapi k
- Page 105 and 106: 4. Inheritage Trombophily a. Pasien
- Page 107 and 108: tinggi dari amyloid anginopati (mis
- Page 109 and 110: 10. Toksin botulinum direkomendasik
- Page 111 and 112: 3. Pasien mendapatkan pendidikan da
- Page 113 and 114: 3. Penggunaan stoking kompresi atau
- Page 115 and 116: c. Dikonsulkan ke professional yang
- Page 117 and 118: . visual neglect c. defisit memori
- Page 119: 3. National Clinical Guideline for
- Page 123 and 124: c. Gambaran hiperdens dari arteri i
- Page 125 and 126: ultrasonografi vertebral ekstrakran
- Page 127 and 128: D. Tes Diagnostik lain 1. Pemeriksa
- Page 129 and 130: subarakhnoid maka harus dilakukan d
- Page 131 and 132: 11. Latchaw et at. Recommendations
BAB X<br />
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA <strong>STROKE</strong> AKUT<br />
Banyak kemajuan telah dicapai dalam tes diagnostik untuk menyokong diagnosis kloinis dari<br />
stroke akut, tetapi tes ini tidak bertidak sebegai pengganti anamnesis dan pemeriksaan fisik.<br />
Adanya syarat waktu yang singkat untuk pemberianterapi trombolitik, memerlukan<br />
kemampuan untuk memeriksa klinik yang cepat dan tepat disertai dengan ketajaman<br />
pemeriksaan diagnostik yang akurat untuk menegakkan diagnosa stroke yang benar.<br />
A. Rekomendasi Pemeriksaan Penunjang yang Segera harus Dilakukan<br />
Semua pasien dengan suspek stroke akut jarus dilakukan beberapa pemeriksaan seperti<br />
dibawah ini saat masuk ke unit gawat darurat yang meliputi<br />
1. Elektrokardiogram (EKG) (AHA/ASA, Class I, Level of Evidence B)<br />
2. Pencitraan otak : CT (ESO, Class IA) non kontras atau MRI (ESO, Class II) dengan<br />
perfusi dan difusi<br />
3. Pemeriksaan labiratorium darah antara lain, hematologi rutin, gula darah sewaktu,<br />
fungsi ginjal (ereum, kreatinin). Activated Partial Thrombin Time (APTT),<br />
Phrotrombin Time (PT), INR (AHA.ASA, Class I, Level of Evidence B).<br />
Pemeriksaan laboratorium di ruang gawat antara lain gula darah puasa dan 2 jam<br />
setelah makan, profil lipid, C-Reactive Protein (CRP), laju endap darah, dan<br />
pemeriksaan atas indikasi seperti : enzim jantung (troponin / CKMB), serum<br />
elektrolit, analisis hepatik dan pemeriksaan elektrolit<br />
Pemeriksaan tambahan yang disesuaikan dengan indikasi (sebagian dapat dapat dilakukan<br />
diruang rawat) meliputi:<br />
1. Duplex/ Doppler ultrasound ekstrakranial dan transkranial<br />
2. MRA atau CTA<br />
3. MR difusi dan perfusi atau C I perfusi<br />
4. Ekokardiografi (transthoracic clan/ atau transoesophageat)<br />
5. Foto rontgen dada<br />
6. Saturasi oksigen dan analisis gas darah<br />
7. Pungsi lumbal jika dicurigai adanya perdarahan subaraknoid dan CT scan tidak<br />
ditemukan adanya perdarahan<br />
8. EEG jika dicurigai adanya kejang<br />
9. Skrining toksikologi (alkohol, kecanduan obat)<br />
10. Pemeriksaan anti kardiolipin„ ANA jika dicurigai adanya lupus<br />
119