GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011
GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011 GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011
BAB IX RESTORASI DAN REHABILITASI STROKE Tujuan dari perawatan rehabilitas stroke adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke dan memaksimalkan fungsional. Untuk mencapai tujuan tersebut, penilaian dan intervensi berbasis bukti segera diperlukan untuk mengoptimalka proses rehabilitasi secara komprehensif dengan menggunakan perlengkapan standar. Proses rehabilitasi dilakukan dengan melibatkan pasien dan anggota keluarga dan atau pengasuh dalam pengambilan keputusan. Penanganan ini sebaiknya dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri dari dokter, perawat, tenaga terapi fisik, tenaga terapi okupasi, tenaga terapi kinesi, ahli patologi bicara dan bahasa, psikolog, tenaga terapi rekreasi, pasien dan keluarga pasien. A. Rekomendasi Mengenai Elemen Dari Rehabilitasi 1. Fisioterapi dan terapi okupasi direkomendasikan, walaupun cara pelaksanaan yang optimal belum diketahui (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A). 2. Meskipun penilaian terhadap gangguan komunikasi direkomendasikan, tetapi data untuk merekomendasikan tatalaksana yang spesifik tidak mencukupi (ESO, Class III, GCP). 3. Fasilitas informasi direkomendasikan untuk disediakan kepada penderita dan perawat disampingnya (AHA/ASA, Class II, Level of evidence B). 4. Rehabilitasi direkomendasikan pada semua penderita, tetapi masih terbatas hasil penelitian tentang tatalaksana yang sesuai untuk sebagian besar kecacatan yang berat (AHA/ASA, Class II, Level of evidence B. 5. Meskipun penilaian terhadap defisit kognitif diperlukan, tetapi data untuk merekomendasikan tatalaksana yang spesifik tidak cukup (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A). 6. Direkomendasikan untuk memantau adanya depresi pada penderita selama perawatan di RS dan setelah rawat jalan(AHA/ASA, Class IV, Level of evidence B). 7. Terapi farmakologi (SSRI dan heterocyclics) dan intervensi non farmakologi direkomendasikan untuk memperbaiki mood (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A). 8. Terapi farmakologi dapat digunakan untuk memperbaiki status emosional pascastroke (AHA/ASA, Class II, Level of evidence B). 9. Obat trisiklik dan antikonvulsan (lamotrigin dan gabapentin) direkomendasikan untuk pengobatan nyeri neuropatik pasca stroke yang terjadi pada beberapa penderita (AHA/ASA, Class III, Level of evidence B). 107
10. Toksin botulinum direkomendasikan untuk tatalaksana spastisitas pascastroke, walaupun manfaat fungsionalnya masih belum jelas (AHA/ASA, Class III, Level of evidence B). B. Rekomendasi Umum Rehabilitasi Stroke 1. Pasien stroke fase akut direkomendasikan menjalani perawatan di unit stroke dengan tujuan untuk mendapatkan penanganan multidisiplin dan terkoordinasi. (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A). 2. Direkomendasikan untuk memulai rehabilitasi dini setelah kondisi medis stabil (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C). 3. Setelah keluar dari unit stroke, direkomendasikan untuk melanjutkan rehabilitasi dengan berobat jalan selama tahun pertama setelah stroke (AHA/ASA, Class II, Level of evidence A). 4. Direkomendasikan untuk meningkatkan durasi dan intensitas rehabilitasi (AHA/ASA, Class II, Level of evidence B). C. Rekomendasi Restorasi dan Rehabilitasi Stroke Pascaakut 1. Keluaran klinis yang baik akan tercapai jika pasien stroke pascaakut yang akan direhabilitasi menerima intervensi yang terkoordinasi dan evaluasi multidisiplin. a. Perawatan stroke pascaakut sebaiknya dilakukan di dalam perawatan restorasi dan rehabilitasi yang secara formal terkoordinasi dan terorganisasi. b. Perawatan stroke pascaakut sebaiknya dilakukan dengan tatalaksana dari berbagai disiplin ilmu, berpengalaman dalam menyediakan perawatan stroke pascaakut, untuk memastikan konsistensi dan mengurangi resiko terjadinya komplikasi. c. Tim multidiplin ilmu dapat terdiri dari dokter, perawat, tenaga terapi fisik, tenaga terapi okupasi, tenaga terapi kinesi, ahli patologi bicara dan bahasa, psikolog, tenaga terapi rekreasi, pasien dan keluarga. 2. Jika tim restorasi dan rehabilitasi yang terorganisasi tidak tersedia di dalam fasilitas, pasien dengan keadaan klinis atau berat sebaiknya ditawarkan untuk mendapatkan fasilitas dengan tim tersebut atau dokter dan spesialis rehabilitasi yang berpengalaman dalam kasus stroke yang sebaiknya tetap didapatkan dalam perawatan pasien. 3. Pendekatan dengan tim yang terorganisasi sebaiknya tetap dilanjutkan pada saat pasien pulang dan mendapatkan perawatan rehabilitasi di rumah. 108
- Page 57 and 58: B. Penatalaksanaan Gula Darah pada
- Page 59 and 60: Tabel IV.4. Infus insulin intravena
- Page 61 and 62: 3. Parsons MW, Barber PA, Desmond P
- Page 63 and 64: Pneumonia akibat disfagia atau gang
- Page 65 and 66: 4. Kedlaya, Divakara. Swallowing, N
- Page 67 and 68: 5. Ulkus Dekubitus a. Prevensi 1 M
- Page 69 and 70: Berikan suplemen vitamin dan minera
- Page 71 and 72: KEPUSTAKAAN 1. National Stroke Foun
- Page 73 and 74: KEPUSTAKAAN 1. Scottish Intercolleg
- Page 75 and 76: Terapi farmakologi hanya diberikan
- Page 77 and 78: BAB VI PENATALAKSANAAN KHUSUS STROK
- Page 79 and 80: hari dan dilanjutkan dengan oral 2x
- Page 81 and 82: 6 jam kemudian. Kecepatan pemberian
- Page 83 and 84: kraniotomi standar dapat dipertimba
- Page 85 and 86: a. Tatalaksana pasien PSA derajat I
- Page 87 and 88: e. Pada pasien yang gagal dengan te
- Page 89 and 90: BAB VII TERAPI SPESIFIK STROKE AKUT
- Page 91 and 92: B. Rekomendasi NIH tentang Response
- Page 93 and 94: KEPUSTAKAAN 1. Adams H, et al. 2007
- Page 95 and 96: f. Pilihan obat yang spesifik dan t
- Page 97 and 98: Tabel VIII.I Rekomendasi Pengelolaa
- Page 99 and 100: terdapat kondisi spesifik seperti r
- Page 101 and 102: 3. Faktor risiko kardiomiopati a. P
- Page 103 and 104: i. Penambahan aspirin pada terapi k
- Page 105 and 106: 4. Inheritage Trombophily a. Pasien
- Page 107: tinggi dari amyloid anginopati (mis
- Page 111 and 112: 3. Pasien mendapatkan pendidikan da
- Page 113 and 114: 3. Penggunaan stoking kompresi atau
- Page 115 and 116: c. Dikonsulkan ke professional yang
- Page 117 and 118: . visual neglect c. defisit memori
- Page 119 and 120: 3. National Clinical Guideline for
- Page 121 and 122: B. Rekomendasi Pemeriksaan Diagnost
- Page 123 and 124: c. Gambaran hiperdens dari arteri i
- Page 125 and 126: ultrasonografi vertebral ekstrakran
- Page 127 and 128: D. Tes Diagnostik lain 1. Pemeriksa
- Page 129 and 130: subarakhnoid maka harus dilakukan d
- Page 131 and 132: 11. Latchaw et at. Recommendations
BAB IX<br />
RESTORASI DAN REHABILITASI <strong>STROKE</strong><br />
Tujuan dari perawatan rehabilitas stroke adalah untuk mencegah terjadinya<br />
komplikasi stroke dan memaksimalkan fungsional. Untuk mencapai tujuan tersebut, penilaian<br />
dan intervensi berbasis bukti segera diperlukan untuk mengoptimalka proses rehabilitasi<br />
secara komprehensif dengan menggunakan perlengkapan standar. Proses rehabilitasi<br />
dilakukan dengan melibatkan pasien dan anggota keluarga dan atau pengasuh dalam<br />
pengambilan keputusan. Penanganan ini sebaiknya dilakukan oleh tim multidisiplin yang<br />
terdiri dari dokter, perawat, tenaga terapi fisik, tenaga terapi okupasi, tenaga terapi kinesi,<br />
ahli patologi bicara dan bahasa, psikolog, tenaga terapi rekreasi, pasien dan keluarga pasien.<br />
A. Rekomendasi Mengenai Elemen Dari Rehabilitasi<br />
1. Fisioterapi dan terapi okupasi direkomendasikan, walaupun cara pelaksanaan yang<br />
optimal belum diketahui (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A).<br />
2. Meskipun penilaian terhadap gangguan komunikasi direkomendasikan, tetapi data untuk<br />
merekomendasikan tatalaksana yang spesifik tidak mencukupi (ESO, Class III, GCP).<br />
3. Fasilitas informasi direkomendasikan untuk disediakan kepada penderita dan perawat<br />
disampingnya (AHA/ASA, Class II, Level of evidence B).<br />
4. Rehabilitasi direkomendasikan pada semua penderita, tetapi masih terbatas hasil<br />
penelitian tentang tatalaksana yang sesuai untuk sebagian besar kecacatan yang berat<br />
(AHA/ASA, Class II, Level of evidence B.<br />
5. Meskipun penilaian terhadap defisit kognitif diperlukan, tetapi data untuk<br />
merekomendasikan tatalaksana yang spesifik tidak cukup (AHA/ASA, Class I, Level of<br />
evidence A).<br />
6. Direkomendasikan untuk memantau adanya depresi pada penderita selama perawatan di<br />
RS dan setelah rawat jalan(AHA/ASA, Class IV, Level of evidence B).<br />
7. Terapi farmakologi (SSRI dan heterocyclics) dan intervensi non farmakologi<br />
direkomendasikan untuk memperbaiki mood (AHA/ASA, Class I, Level of evidence A).<br />
8. Terapi farmakologi dapat digunakan untuk memperbaiki status emosional pascastroke<br />
(AHA/ASA, Class II, Level of evidence B).<br />
9. Obat trisiklik dan antikonvulsan (lamotrigin dan gabapentin) direkomendasikan untuk<br />
pengobatan nyeri neuropatik pasca stroke yang terjadi pada beberapa penderita<br />
(AHA/ASA, Class III, Level of evidence B).<br />
107