GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011

GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011 GUILDELINE STROKE PERDOSSI TAHUN 2011

20.09.2016 Views

8. Kehamilan a. Pada kehamilan yang mengalami stroke atau TIA ditambah dengan risiko tinggi untuk terjadinya proses tromboembolik (kedaan hiperkoagulasi atau katup jantung buatan), beberapa kondisi berikut dapat dipertimbangkan. Penyesuaian dosis heparin selama proses kehamilan misalnya dengan pemberian dosis subkutansetiap 12 jam sambil di monitor aPTT. Dosis yang disesuaikan dari LMWH disertai dengan monitor antifaktor Xa selama kehamilan berlangsung, atau LMWH sampai minggu ke-13 diikuti dengan pemberian heparin sampai semester kedua atau ketiga kehamilan, kemudian diberikan kembali LMWH sampai melahirkan (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence C). 1 b. Jika kondisi risiko tinggi tromboemboli tidak terjadi, wanita hamil dengan stroke atau TIA dapat dipertimbangkan pemberian LMWH selama trisemester pertama diikuti dengan dosis rendah aspirin pada waktu sisa kehamilan sampai melahirkan (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence C). 1 9. Terapi sulih hormon pada saat menopause Untuk wanita yang telah menderita stroke iskemik atau TIA, terapi sulih hormon pada saat menopause (dengan estrogen, tanpa atau dengan penambahan progestin) tidak direkomendasikan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence A). 1 G. Pengobatan Antikoagulan Sesudah Perdarahan Intrakranial 1. Pada pasien yang mengalami perdarahan intrakranial atau pendarahan subarachnoidnatau perdarahan subdural, semua jenis koagulan dan antiplatelet harus dihentikan selama periode akut sekurang-kurangnya 1 sampai 2 minggu dan segera mengatasi efek dari warfarin dengan fresh frozen plasma atau dengan konsentrat protombin kompleks dan vitamin K. (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B). 1 2. Protamin sulfat harus diberikan untuk mengatasi perdarahan intrakranial akibat pemberian heparin, dengan dosis tergantung pada lamanya pemberian heparin pada penderita tersebut. (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B). 1 3. Keputusan untuk memulai kembali pengobatan terapi antitrombotik setelah perdaraha intrakranial tergantung pada resiko ada tidaknya tromboemboli pada arteri atau vena, tergantung pada resiko terjadinya komplikasi tromboemboli selanjutnya, tergantung resiko dari perdarahan intracranial yang berulang dan status keseluruhan dari pasien. Pada pasien-pasien yang mempunyai resiko rendah untuk terjadinya infark serebral (fibriasi arterial tanpa stroke ulang dan riwayat iskemik sebelumnya)ndan resiko 105

tinggi dari amyloid anginopati (misalnya, orang usia lanjut dengan lokasi di lobar), atau kondisi neurologi yang sangat jelek, antiplatelet dapat dipertimbangkan untuk mencegah stroke iskemik. Pada pasien dengan resiko stroke, pemberian ulang warfarin dipertimbangkan untuk dimulai pada hari ke-7 dan ke-10 setelah awitan pendarahan intrakranial (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence B). 1 4. Untuk pasien dengan infark hemoragik, pemberian antikoagulan dapat diteruskan tergantung kepada keadaan klinis yang spesifik dan indikasi penggunaan terapi antikoagulan (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence C). 1 H. Pertimbangan-pertimbangan Khusus untuk Implementasi Guideline dan Penggunaanya pada Populasi Resiko Tinggi 1. Sangat bermanfaat untuk melaksanakan strategi-strategi penggunaan guideline dengan mengikuti proses pembuatan guideline tersebut dan dengan maksud meningkatkan pengggunaan kaidah-kaidah dalam guideline khusus tersebut (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B). 1 2. Strategi intervensi dapat bermanfaat untuk mempertimbangkan hambatan faktor ekonomi dan geografi supaya mencapai kepatuhan dalam pelaksanaan guideline dengan menekankan kebutuhan untuk memperbaiki akses perawatan lansia yang kurang mendapat perhatian dan populasi etnik yang beresiko tinggi (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B). 1 KEPUSTAKAAN 1. AHA/ASA Guideline. Guideline for the Prevention of Stroke in Patien with Stroke or Tansient Ischemic Attack. Stroke 2011;42;227-276 2. The European Stroke Organization (ESO) : Guidelines for Management Ischaemic Stroke and Tansient Ischaemic Attack 2008 3. SPARCL Cerebovacs Disc. 2003;16:389-395. 4. Cochrane systematic Review 2005 5. Japanese Guideline 2009 6. Kamal AK, Naqvi I, Husain MR, Khealani BA. Cilostazol versus aspirin for secondary prevention of vasculars events after stroke of arterial origin. Stroke. 2011;42:e382-e384. 106

8. Kehamilan<br />

a. Pada kehamilan yang mengalami stroke atau TIA ditambah dengan risiko tinggi<br />

untuk terjadinya proses tromboembolik (kedaan hiperkoagulasi atau katup jantung<br />

buatan), beberapa kondisi berikut dapat dipertimbangkan. Penyesuaian dosis<br />

heparin selama proses kehamilan misalnya dengan pemberian dosis<br />

subkutansetiap 12 jam sambil di monitor aPTT. Dosis yang disesuaikan dari<br />

LMWH disertai dengan monitor antifaktor Xa selama kehamilan berlangsung,<br />

atau LMWH sampai minggu ke-13 diikuti dengan pemberian heparin sampai<br />

semester kedua atau ketiga kehamilan, kemudian diberikan kembali LMWH<br />

sampai melahirkan (AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence C). 1<br />

b. Jika kondisi risiko tinggi tromboemboli tidak terjadi, wanita hamil dengan stroke<br />

atau TIA dapat dipertimbangkan pemberian LMWH selama trisemester pertama<br />

diikuti dengan dosis rendah aspirin pada waktu sisa kehamilan sampai melahirkan<br />

(AHA/ASA, Class IIb, Level of evidence C). 1<br />

9. Terapi sulih hormon pada saat menopause<br />

Untuk wanita yang telah menderita stroke iskemik atau TIA, terapi sulih hormon pada<br />

saat menopause (dengan estrogen, tanpa atau dengan penambahan progestin) tidak<br />

direkomendasikan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence A). 1<br />

G. Pengobatan Antikoagulan Sesudah Perdarahan Intrakranial<br />

1. Pada pasien yang mengalami perdarahan intrakranial atau pendarahan<br />

subarachnoidnatau perdarahan subdural, semua jenis koagulan dan antiplatelet harus<br />

dihentikan selama periode akut sekurang-kurangnya 1 sampai 2 minggu dan segera<br />

mengatasi efek dari warfarin dengan fresh frozen plasma atau dengan konsentrat<br />

protombin kompleks dan vitamin K. (AHA/ASA, Class IIa, Level of evidence B). 1<br />

2. Protamin sulfat harus diberikan untuk mengatasi perdarahan intrakranial akibat<br />

pemberian heparin, dengan dosis tergantung pada lamanya pemberian heparin pada<br />

penderita tersebut. (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B). 1<br />

3. Keputusan untuk memulai kembali pengobatan terapi antitrombotik setelah perdaraha<br />

intrakranial tergantung pada resiko ada tidaknya tromboemboli pada arteri atau vena,<br />

tergantung pada resiko terjadinya komplikasi tromboemboli selanjutnya, tergantung<br />

resiko dari perdarahan intracranial yang berulang dan status keseluruhan dari pasien.<br />

Pada pasien-pasien yang mempunyai resiko rendah untuk terjadinya infark serebral<br />

(fibriasi arterial tanpa stroke ulang dan riwayat iskemik sebelumnya)ndan resiko<br />

105

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!