Buku Panduan 2016 TERBARU
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
SEKOLAH BOLEH “METANGKRING”<br />
Ketika kelas pertama Bartender dimulai akhir tahun 1988 masih Bagus Supomo yang mengajar, baru<br />
pada pendaftaran berikutnya dua rekan kami ikut menjadi instruktur, meskipun secara teori<br />
manajemen ada pembagian tugas, Lukman Hakim didapuk Vice Director dan Bambang Hermanto<br />
GHB dipasrahi Financial Director SHS, tapi kami bertiga merangkap pengajar. “Alhamdulillah<br />
sekarang sudah punya gedung sendiri (5 lantai),” tegasnya<br />
Kenapa bartender yang lebih didahulukan? “Meskipun di Surabaya saat itu sudah ada Akademi<br />
Pariwisata, tapi khusus bartender belum ada. Ini yang saya pakai start menapak SHS. Banyak<br />
bantender di kafe-kafe bahkan hotel tidak mempunyai pendidikan khusus bartender”.<br />
Ketika saya bekerja di Garden Palace, banyak siswa perhotelan job training, ketika saya minta untuk<br />
mengerjakan sesuatu, selalu menjawab tidak bisa, di sekolah hanya diajari teori, jarang praktik,<br />
padahal sudah memasuki semester 5. Mereka ini diajari apa kok tidak bisa apa-apa,” Jelas Bagus.<br />
Makin kuat niat Bagus untuk membuat sekolah perhotelan yang banyak praktiknya dibanding teoriteori.<br />
Mereka jadi sasaran siswa, dengan brosur yang disebar seluruh kafe dan hotel, pendaftaran awal<br />
sudah menjaring tidak kurang dari 75 siswa. Satu tahun kemudian kontrak ruangan sudah habis, Kalau<br />
musim hujan juga banjir, “Siswa harus petangkringan kalau hujan deras, karena ruang kelas banjir.”<br />
kenang Bagus.<br />
PUNGGUK MENCAPAI BULAN<br />
Satu tahun kemudian SHS pindah tempat ke Jl. Kedungsari Surabaya. Di tempat yang<br />
baru ini memang tidak banjir, tapi bangunannya kurang memadai, hanya 1 tahun<br />
pindah lagi ke Ruko Bratang. “Kala itu masih sewa 1 ruangan, dalam waktu 3 tahun<br />
kami sudah menyewa 3 ruangan ruko. Karena siswa makin mbludak,” paparnya.<br />
Karyawati pertama dan sampai sekarang masih dinas adalah mbak Titin, “ Dialah<br />
karyawan pertama yang menerima gaji, kami bertiga belum mendapat gaji, karena<br />
pendapatan semua untuk mengembangkan SHS. Besarnya SHS adalah kerelaan dan<br />
ketulusan untuk dibayar dalam kurun waktu tertentu, ” kata Bagus terus terang.<br />
Dahulu ada pepatah ”Pungguk Merindukan Bulan”, lantaran belum ada orang yang<br />
bisa mendarat di Bulan, sekarang pepatah itu harus diubah menjadi ”Pungguk<br />
Mencapai Bulan”. Dalam kurun waktu 18 tahun, semua yang tak mungkin menjadi<br />
mungkin. Tidak kurang 10 ribu kali lipat asset yang dimiliki dibandingkan modal awal<br />
yang ditanam. Dalam kurun 18 tahun itu pula tidak kurang dari 9000 siswa diluluskan.<br />
Dan nyaris 98 % alumni SHS sudah berkarier alias mempunyai pekerjaan tetap,<br />
bahkan 15-20 % di antaranya bekerja di luar negeri, mulai Singapura, Malaysia,<br />
Brunei Darussalam, Australia dan kota-kota besar di Asia bahkan bertebaran di<br />
mancanegara lantaran mereka bekerja di kapal pesiar mancanegara seperti Holland<br />
America Line, Star Cruises dan hotel-hotel berbintang mancanegara serta restoran<br />
sekelas Subway Restaurant di North Carolina Amerika Serikat. Sejak kampusnya<br />
berada di Ruko Bratang Plaza, SHS sudah mempunyai laboratorium bahasa inggris, ”<br />
Ini penting untuk komunikasi, nah melihat trend yang berkembang, kini di SHS juga<br />
diajarkan bahasa mandarin”. Kalau tidak mengikuti perkembangan zaman, SHS bisa<br />
ketinggalan kereta.<br />
”Kita harus songsong trend peradaban, perkembangan Cina yang luar biasa, barangbarangnya<br />
membanjiri Asia, kalau siswa SHS mampu berkomunikasi dengan bahasa<br />
Mandarin, harkat dan martabatnya akan meningkat tajam,” itulah alasan Bagus<br />
Supomo membuka mata bahasa Mandarin untuk sekolah perhotelan lengkap di SHS.<br />
36