30.06.2016 Views

Penghidupan Perempuan Miskin dan Akses Mereka terhadap Pelayanan Umum

297mj3Q

297mj3Q

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Terkait penggunaan listrik, seluruh masyarakat di desa‐desa studi di Sumatera Utara, Jawa Tengah,<br />

<strong>dan</strong> Kalimantan Barat sudah memanfaatkan layanan listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN)<br />

sebagai sarana penerangan kendati ada sebagian kecil yang hanya memasang sambungan secara<br />

ilegal. Sementara itu, di Sulawesi Selatan <strong>dan</strong> NTT masih terdapat kampung atau dusun yang<br />

belum dijangkau jaringan listrik PLN sehingga masyarakatnya menggunakan listrik tenaga surya<br />

atau lampu penerangan berbahan bakar minyak tanah.<br />

Dalam hal komunikasi, sebagian besar masyarakat di desa studi menggunakan telepon seluler<br />

dengan kondisi sinyal yang berbeda‐beda. Hampir semua desa tidak memiliki akses ke jaringan<br />

telepon tetap (PSTN), kecuali di Sumatera Utara. Sambungan PSTN yang tersedia dimanfaatkan<br />

oleh perusahaan yang berlokasi di daerah tersebut.<br />

Terkait fasilitas penunjang, tidak semua desa studi memiliki fasilitas kegiatan ekonomi seperti<br />

pasar, bank, pegadaian, ataupun lembaga keuangan lainnya. Desa‐desa studi di Sumatera Utara<br />

cenderung memiliki fasilitas yang lebih baik bila dibandingkan dengan desa studi lainnya. Sebagai<br />

contoh, di Desa Muliorejo terdapat pasar, bank, pegadaian, <strong>dan</strong> lembaga keuangan berupa<br />

koperasi. Di Desa Payabakung terdapat pasar <strong>dan</strong> dua koperasi, se<strong>dan</strong>gkan di Desa Klambir V<br />

Kebun terdapat dua koperasi. Di provinsi lain, pasar desa hanya terdapat di Desa Rejamulya di<br />

Jawa Tengah, Desa Sungai Ambangah di Kalimantan Barat, <strong>dan</strong> Desa Toineke di NTT. Sementara<br />

itu, lembaga keuangan lain hanya ada di Desa Mekarsari, Kalimantan Barat. Di semua desa studi<br />

juga tidak tersedia kantor pos. <strong>Umum</strong>nya kantor pos terdekat berada di ibukota kecamatan.<br />

4.2 Kondisi Kesejahteraan Masyarakat<br />

4.2.1 Mata Pencaharian Masyarakat<br />

Sesuai dengan pola pemanfaatan lahan, sebagian besar masyarakat desa studi bekerja di sektor<br />

pertanian antara lain, menjadi petani pemilik lahan, buruh tani atau buruh perkebunan, nelayan,<br />

<strong>dan</strong> peternak. Selain itu, pekerjaan lain yang banyak digeluti masyarakat adalah buruh bangunan<br />

<strong>dan</strong> pedagang. Besaran penghasilan dari pekerjaan‐pekerjaan tersebut, bila dirata‐rata dalam<br />

sebulan, berkisar antara Rp500.000–Rp2.500.000. Kondisi yang sedikit berbeda dijumpai di Desa<br />

Muliorejo yang sebagian besar masyarakatnya bekerja di sektor lain, seperti menjadi pegawai<br />

swasta <strong>dan</strong> buruh pabrik. Penghasilan rata‐rata mereka dalam sebulan berada di atas angka<br />

Rp3.000.000.<br />

4.2.2 Proporsi Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan<br />

Kondisi kesejahteraan masyarakat dapat diestimasi dengan menggunakan data yang tersedia<br />

seperti data kemiskinan BPS <strong>dan</strong> basis data terpadu (PPLS 2011) serta infomasi kesejahteraan yang<br />

diambil di tingkat lokal. Studi ini menggunakan informasi kesejahteraan di tingkat lokal, yakni<br />

tingkat desa, untuk menentukan kriteria kesejahteraan masyarakat. Di setiap desa yang menjadi<br />

wilayah studi dilakukan FGD untuk mengumpulkan informasi mengenai kesejahteraan masyarakat<br />

dengan menggunakan indikator kesejahteraan lokal yang biasa digunakan masyarakat setempat.<br />

Indikator kesejahteraan dapat berbeda sesuai dengan kondisi wilayah desa. Bahkan, perbedaan<br />

juga terlihat di antara desa‐desa studi yang berada dalam satu kabupaten. Indikator‐indikator<br />

kesejahteraan yang muncul saling berhubungan dengan indikator lainnya sehingga tingkat<br />

kesejahteraan sebuah keluarga tidak bisa ditentukan hanya berdasarkan salah satu indikator.<br />

Sebagai contoh, kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin di Desa Bowong Cindea,<br />

Sulawesi Selatan, bercirikan memiliki sepeda atau sepeda motor bebek, bekerja sebagai buruh,<br />

The SMERU Research Institute<br />

25

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!