30.06.2016 Views

Penghidupan Perempuan Miskin dan Akses Mereka terhadap Pelayanan Umum

297mj3Q

297mj3Q

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Migrasi lebih banyak dilakukan perempuan berusia di bawah 30 tahun, <strong>dan</strong> umumnya mereka<br />

bermigrasi pertama kali pada usia 20–25 tahun. Sementara itu, perempuan pekerja migran luar<br />

negeri paling banyak berasal dari kelompok usia 20–29 tahun. Menurut status pernikahan, 85%<br />

perempuan pekerja migran berstatus belum menikah. Berdasarkan hasil FGD <strong>dan</strong> wawancara<br />

mendalam, norma di masyarakat yang menganggap bahwa suami adalah pencari nafkah utama<br />

turut berkontribusi pada rendahnya tingkat migrasi perempuan yang sudah menikah.<br />

Mayoritas perempuan pekerja migran pernah bersekolah; 32% di antaranya memiliki ijazah SD<br />

<strong>dan</strong> 21% tidak memiliki ijazah sama sekali. Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan jenis<br />

pekerjaan, <strong>dan</strong> perempuan pekerja migran umumnya bekerja di sektor informal sebagai pekerja<br />

rumah tangga atau pekerja lepas/serabutan. Di Malaysia, perempuan pekerja migran asal<br />

Indonesia yang tidak memiliki ijazah relatif banyak, se<strong>dan</strong>gkan di Singapura lebih banyak pekerja<br />

migran asal Indonesia yang memiliki ijazah SD atau setara SD daripada yang tidak memiliki ijazah<br />

sama sekali.<br />

Alasan ekonomi menjadi faktor pendorong utama perempuan untuk bermigrasi, se<strong>dan</strong>gkan alasan<br />

nonekonomi utama adalah perceraian. <strong>Perempuan</strong> pekerja migran memberikan kontribusi nyata<br />

bagi perekonomian keluarga melalui pengiriman uang (remitansi) kepada keluarganya. Biasanya<br />

uang kiriman ini dimanfaatkan keluarga yang ditinggalkan untuk membiayai kebutuhan hidup<br />

harian, keperluan sekolah, <strong>dan</strong> pelunasan utang keluarga. Jika penghasilan dari migrasi dianggap<br />

sudah bisa memenuhi kebutuhan ekonomi atau telah mencapai tujuan tertentu, biasanya<br />

perempuan pekerja migran akan berhenti bekerja <strong>dan</strong> kembali menetap di desa. Persentase<br />

terbesar remitansi berasal dari kelompok perempuan miskin pekerja migran yang belum menikah<br />

atau perempuan yang merupakan anak kandung dari kepala keluarga yang ditinggalkan.<br />

Secara umum tantangan yang dihadapi perempuan pekerja migran di luar negeri lebih beragam<br />

daripada tantangan yang dihadapi perempuan pekerja migran di dalam negeri. <strong>Perempuan</strong><br />

pekerja migran luar negeri menghadapi banyak permasalahan dalam migrasi, baik sebelum<br />

maupun pada saat pemberangkatan, baik di negara tujuan migrasi maupun setelah pulang ke<br />

kampung halaman. Permasalahan tersebut mencakup modal; a<strong>dan</strong>ya proses pemberangkatan<br />

yang melibatkan jalur tidak resmi <strong>dan</strong> perdagangan manusia; serta risiko terkena tindak<br />

pelecehan, kekerasan, pemerkosaan, <strong>dan</strong> pengabaian hak oleh pemberi kerja.<br />

Kesehatan Reproduksi Ibu<br />

Kubu Raya <strong>dan</strong> TTS memiliki rata‐rata jumlah kehamilan yang relatif lebih tinggi dibandingkan tiga<br />

kabupaten lainnya. Jumlah kehamilan terbanyak terjadi pada perempuan miskin kelompok usia<br />

tertua <strong>dan</strong> tingkat pendidikan terendah. Berdasarkan usia pada saat kehamilan pertama, sebanyak<br />

59% perempuan hamil pertama kali pada usia 20–29 tahun. Namun, 36% perempuan mengalami<br />

kehamilan pertama pada usia remaja, <strong>dan</strong> usia hamil termuda terdapat pada kelompok usia 10–<br />

19 tahun. Di Pangkep, kondisi tersebut terkait erat dengan budaya pernikahan dini. <strong>Umum</strong>nya<br />

pernikahan dini berkorelasi positif dengan kehamilan pada usia dini. <strong>Perempuan</strong> yang hamil pada<br />

usia dini relatif lebih berisiko mengalami gangguan kehamilan <strong>dan</strong> persalinan, terutama karena<br />

organ reproduksi yang belum sempurna <strong>dan</strong> dinding rahim yang belum kuat menampung janin.<br />

Gangguan kehamilan yang umum terjadi adalah bahwa ibu hamil mengalami penyakit darah<br />

tinggi, muntah‐muntah di trimester pertama, anemia, pre‐eklampsia, partus lama, <strong>dan</strong> usia<br />

kehamilan yang lebih dari 40 minggu. Ibu hamil dari keluarga miskin cenderung menderita anemia<br />

karena kurangnya asupan gizi. Sebagian besar ibu hamil sudah memeriksakan kehamilannya di<br />

fasilitas kesehatan atau ke tenaga kesehatan (bi<strong>dan</strong>/dokter). Berdasarkan pertimbangan<br />

ketersediaan <strong>dan</strong> keterjangkauan fasilitas kesehatan, peraturan pemerintah setempat, <strong>dan</strong><br />

xii<br />

The SMERU Research Institute

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!