07.12.2012 Views

isolasi dan elusidasi struktur senyawa triterpenoid dari ekstrak

isolasi dan elusidasi struktur senyawa triterpenoid dari ekstrak

isolasi dan elusidasi struktur senyawa triterpenoid dari ekstrak

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR SENYAWA TRITERPENOID<br />

DARI EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT BATANG TUMBUHAN<br />

KECAPI (Sandoricum koetjape Merr)<br />

ARTIKEL<br />

Oleh :<br />

ERMA SURYANI<br />

0921207014<br />

PROGRAM STUDI KIMIA<br />

PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS<br />

PADANG<br />

2011


ISOLASI DAN ELUSIDASI STRUKTUR SENYAWA TRITERPENOID DARI<br />

EKSTRAK ETIL ASETAT KULIT BATANG TUMBUHAN KECAPI<br />

(Sandoricum koetjape Merr)<br />

Oleh<br />

Erma Suryani (0921207014)<br />

Dibimbing oleh Prof. Dr. H. M. Sanusi Ibrahim, M.S, <strong>dan</strong> Dr. Mai Efdi<br />

ABSTRACT<br />

Kecapi (Sandoricum koetjape Merr) is a medicinal plant of the Meliaceae family<br />

which is a native plant of Southeast Asia region such as Indonesia, Malaysia, Cambodia and<br />

southern Laos. Kecapi plant in Indonesia in the know with the name of Sentul, Santu and<br />

Ketuat. Indonesian traditional societies use herbs to treat vaginal discharge harp, cough, eye<br />

pain and fever medication. This study aims to determine the structure of the <strong>triterpenoid</strong><br />

compounds isolated from the ethyl acetate extract of the stem bark of plants kecapi. To<br />

achieve this goal it has done against the bark maceration method with kecapi plant residues<br />

using solvents hexane and ethyl acetate, hexane extracts obtained 38 g and 102 g ethyl acetate<br />

extract. Separation of the compounds in condensed ethyl acetate extract (15 g) was carried<br />

out using gravity column chromatography with the SGP method (Step Gradient Polarity),<br />

resulting in 485 vials. In vial number 57 obtained yellowish white crystals are then washed<br />

with hexane to obtain the shiny white crystals that dissolve well in ethyl acetate. Further<br />

analysis is also carried out the melting point, and obtained the temperature melting point 224-<br />

226 ° C, then it can be said to be a pure compound with a weight of 32 mg. Based on<br />

spectroscopic analysis of ultraviolet, infrared, 13 C-NMR, 1 H-NMR, DEPT, and HMBC, as<br />

well as with literature searches, it is proposed that the insulating compound is <strong>triterpenoid</strong><br />

compounds derived oleanan as 3-oxo-12-oleanen-29-oic acid.<br />

Key words: Sandoricum koetjape, <strong>triterpenoid</strong>s, 3-oxo-12-oleanen-29-oic acid, structure<br />

elucidation.<br />

PENDAHULUAN<br />

Kecapi (Sandoricum koetjape Merr) adalah tumbuhan obat <strong>dari</strong> famili Meliaceae<br />

yang merupakan tumbuhan asli kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia,<br />

Kamboja, <strong>dan</strong> Laos Selatan (Ismail et al., 2003). Nama lain <strong>dari</strong> tumbuhan kecapi di<br />

Indonesia adalah sentul, santu, sentulu <strong>dan</strong> ketuat.<br />

Akar <strong>dan</strong> daun tumbuhan kecapi berkhasiat sebagai obat keputihan <strong>dan</strong> obat mulas,<br />

daunnya digunakan untuk obat batuk. Selanjutnya tumbuhan kecapi juga digunakan untuk<br />

1


mengobati sakit mata <strong>dan</strong> obat panas (Tinggen, 2000). Masyarakat tradisional Malaysia<br />

menggunakan <strong>ekstrak</strong> kulit batang kecapi untuk pemulihan tenaga setelah melahirkan (Nassar<br />

et al.,2010). Beberapa penelitian tentang fitokimia <strong>dan</strong> sifat farmakologis <strong>dari</strong> tumbuhan<br />

kecapi telah dilaporkan. Berbagai <strong>senyawa</strong> bioaktif telah di<strong>isolasi</strong> <strong>dari</strong> buah, biji, daun <strong>dan</strong><br />

kulit batang tumbuhan kecapi, diantaranya sebagai anti-fee<strong>dan</strong>t (Powell et al., 1991), anti-<br />

inflamasi (Rasadah et al., 2004) <strong>dan</strong> baru-baru ini Nassar et al. (2011) melaporkan bahwa<br />

tumbuhan kecapi menunjukkan aktivitas sebagai anti angiogenik yang sangat penting dalam<br />

terapi kanker.<br />

T<strong>triterpenoid</strong> adalah kelompok <strong>senyawa</strong> bahan alam turunan terpenoid dengan<br />

kerangka karbon yang dibangun oleh enam C-5 yang di sebut unit isopren (2-metilbuta-1,3-<br />

diene). Triterpenoid yang tersebar luas adalah <strong>triterpenoid</strong> pentasiklik. Lebih <strong>dari</strong> sepuluh<br />

<strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> telah di <strong>isolasi</strong> <strong>dari</strong> tumbuhan kecapi, hal ini menunjukkan bahwa<br />

tumbuhan kecapi kaya akan <strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> (Nassar et al., 2010).<br />

Senyawa golongan <strong>triterpenoid</strong> menunjukkan aktivitas farmakologi yang signifikan,<br />

seperti anti-viral, anti-bakteri, anti-inflamasi, sebagai inhibisi terhadap sintesis kolesterol <strong>dan</strong><br />

sebagai anti kanker (Nassar et al., 2010). Lage et al.,(2010) menyatakan bahwa <strong>senyawa</strong><br />

terpenoid <strong>dari</strong> spesies tumbuhan Euphorbia memberikan aktivitas anti tumor. Selanjutnya<br />

<strong>senyawa</strong> terpenoid yang di <strong>isolasi</strong> <strong>dari</strong> tumbuhan Nardophyllum bryoides menunjukkan<br />

aktivitas sitotoksik terhadap sel pangkreatik adenokarsinoma manusia (Sanchez et al.,2010).<br />

Mengingat potensi <strong>dari</strong> <strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> <strong>dan</strong> banyaknya manfaat tumbuhan<br />

kecapi, serta besarnya jumlah <strong>senyawa</strong> golongan <strong>triterpenoid</strong> pada tumbuhan kecapi. Perlu<br />

kiranya dilakukan <strong>isolasi</strong> <strong>senyawa</strong> metabolit sekunder <strong>dari</strong> kulit batang tumbuhan kecapi<br />

untuk mendapatkan <strong>struktur</strong> <strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> lainnya, baik yang baru atau pun yang<br />

sudah dikenal <strong>dari</strong> tumbuhan lain sebelumnya.<br />

2


MATERI DAN METODE<br />

Bahan<br />

Sampel yang digunakan adalah kulit batang <strong>dari</strong> tumbuhan kecapi. Bahan kimia yang<br />

digunakan sebagai pelarut pada proses <strong>ekstrak</strong>si <strong>dan</strong> pemurnian adalah heksana, etil asetat,<br />

<strong>dan</strong> metanol, pelarut yang digunakan berkualitas teknis <strong>dan</strong> p.a. Adsorben yang dipakai pada<br />

proses kolom kromatografi adalah silika gel 60 Art,77733 keluaran Merck. Pereaksi Meyer<br />

dipakai untuk identifikasi alkaloid, pereaksi Liebermann-Burchad untuk identifikasi<br />

terpenoid <strong>dan</strong> steroid, sianoda test untuk identifikasi flavonoid <strong>dan</strong> FeCl3 untuk identifikasi<br />

fenolik. Disamping itu juga dipakai kertas saring whatman, alumunium foil <strong>dan</strong> tisu.<br />

Peralatan<br />

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : alat-alat gelas<br />

yang umum dipakai pada penelitian kimia organik bahan alam, seperangkat alat desrilasi<br />

pelarut, rotary evaporator Heidolp WB 2000, oven, pipa kapiler, plat KLT ( silika gel 60 F<br />

254), kolom kromatografi, oven, lampu ultraviolet untuk pengungkap noda model UV GL – 58<br />

UV 254 nm, fisher jhon melting point apparatus. Spektroskopi ultra violet UV-Vis Secomam<br />

S 1000 PC, spektroskopi infra merah FTIR Perkin Elmer 1600 series, spektroskopi JEOL 600<br />

MHz JNM-ECA ( 13 C-NMR, 1 H- NMR , DEPT <strong>dan</strong> NMR-2 D).<br />

Cara Kerja<br />

Kulit batang Tumbuhan kecapi diambil di Hutan Penelitian <strong>dan</strong> Pendidikan Biologi<br />

Universitas Andalas. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Universitas Andalas<br />

Pa<strong>dan</strong>g (ANDA). Kulit batang tumbuhan kecapi (10 kg) terlebih dahulu dikering anginkan<br />

<strong>dan</strong> dijaga agar tidak terkena sinar matahari secara langsung sampai beratnya konstan, setelah<br />

kering dihaluskan hingga diperoleh serbuk kering kulit batang tumbuhan kecapi (2,9 kg) <strong>dan</strong><br />

siap untuk di <strong>ekstrak</strong>si.<br />

3


Serbuk kering kulit batang kecapi yang telah dikering anginkan sebanyak 2,5 kg<br />

dimaserasi dengan 10 L heksan selama tiga hari. Hasil maserasi disaring <strong>dan</strong> maserasi<br />

diulangi sampai 4 kali atau sampai warna coklat <strong>dari</strong> filtrat mulai memudar. Semua filtrat<br />

digabung <strong>dan</strong> dipekatkan dengan penguap vakum (rotary evaporator) pada suhu 40 o C<br />

sehingga diperoleh <strong>ekstrak</strong> kering heksan sebanyak 38 g. Selanjutnya ampas dimaserasi<br />

kembali dengan etil asetat selama tiga hari. Maserasi dilakukan sampai 4 kali atau warna<br />

coklat kekuningannya mulai memudar. Semua filtrat digabung <strong>dan</strong> dipekatkan dengan<br />

penguap vakum (rotary evaporator) pada suhu 40 o C rotary evaporator sehingga diperoleh<br />

<strong>ekstrak</strong> kering etil asetat sebanyak 102 g.<br />

Untuk memisahkan <strong>senyawa</strong>-<strong>senyawa</strong> yang ada dalam <strong>ekstrak</strong> kental etil asetat<br />

dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom gravitasi dengan menggunakan kolom<br />

berdiameter 3,5 cm <strong>dan</strong> tinggi 60 cm. Kolom di isi dengan fasa diam silika gel 60 GF254<br />

ukuran 40-63 µm (230-400 mesh) sebanyak 125 g, sehingga ketinggian silika mencapai lebih<br />

kurang 35 cm. Ekstrak kering etil asetat yang akan dipisahkan sebanyak 15 g dilakukan<br />

preadsorpsi <strong>dan</strong> dimasukkan kedalam kolom. Selanjutnya dielusi (masing-masing 200 mL)<br />

dengan metode SGP (Step Gradient Polarity) yaitu metoda elusi dimana pelarut ditingkatkan<br />

kepolarannya secara bertahap dalam berbagai perbandingan, menggunakan pelarut heksan,<br />

perbandingan heksan-etil asetat, perbandingan etil asetat-metanol, sampai metanol 100 %.<br />

Hasil kolom yang keluar ditampung dalam vial yang telah diberi nomor hingga mencapai 485<br />

vial.<br />

Setelah diuapkan pelarutnya pada suhu kamar diketahui bahwa pada dinding vial 57<br />

terbentuk kristal putih kekuningan yang kemudian di cuci dengan heksan <strong>dan</strong> diperoleh<br />

kristal putih mengkilat yang larut baik dalam etil asetat. Senyawa yang diperoleh dilakukan<br />

uji tingkat kemurniannya dengan cara dilakukan pengelusian dengan berbagai tingkat<br />

kepolaran eluen, <strong>dan</strong> dilakukan juga pengelusian berulang-ulang terhadap <strong>senyawa</strong> hasil<br />

4


<strong>isolasi</strong>, tetap menghasilkan noda tunggal. Selanjutnya juga dilakukan analisis titik leleh, <strong>dan</strong><br />

diperoleh suhu titik leleh 224-226 o C, maka <strong>senyawa</strong> ini dapat dikatan murni dengan berat 32<br />

mg.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Isolasi serbuk kering kulit batang tumbuhan kecapi (2,5 kg) menggunakan metoda<br />

maserasi dengan pelarut heksan pada suhu kamar selama 4 x 72 jam, kemudian <strong>ekstrak</strong><br />

heksan yang diperoleh dilakukan evaporasi memakai penguap vakum (rotary evaporator)<br />

diperoleh <strong>ekstrak</strong> kering heksan sebanyak 38 g. Selanjutnya ampas direndam kembali<br />

dengan pelarut etil asetat pada suhu kamar selama 4 x 72 jam, kemudian <strong>ekstrak</strong> etil asetat<br />

yang diperoleh dilakukan evaporasi <strong>dan</strong> diperoleh <strong>ekstrak</strong> kering etil asetat sebanyak 102 g.<br />

Hasil pemurnian 15 g <strong>ekstrak</strong> etil asetat dengan metoda kromatografi kolom gravitasi<br />

<strong>dan</strong> pengelusian dilakukan secara bergradien menggunakan pelarut heksan, etil asetat <strong>dan</strong><br />

metanol diperoleh 485 vial/10 mL. Selanjutnya setelah vial dikeringkan, pada dinding vial<br />

nomor 57 terbentuk kristal berwarna putih kekuningan. Kemudian vial nomor 57 dianalisis<br />

dengan KLT <strong>dan</strong> terdapat noda tunggal. Kemudian dilanjutkan dengan pencucian dengan<br />

heksan diperoleh kristal murni berwarna putih berbentuk jarum sebanyak 32 mg.<br />

Sebelum dilakukan <strong>elusidasi</strong> <strong>struktur</strong> <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> dengan spektroskopi terlebih<br />

dahulu dilakukan identifikasi dengan menggunakan pereaksi Liebermann-burchard, hasil<br />

identifikasi terbentuk bercak warna merah, hal ini menunjukkan bahwa <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong><br />

merupakan <strong>senyawa</strong> golongan <strong>triterpenoid</strong>. Pengukuran titik leleh <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong><br />

adalah 224 -226 o C , dengan range titik leleh 2 o C mengindikasikan bahwa <strong>senyawa</strong> hasil<br />

<strong>isolasi</strong> relatif murni.<br />

Senyawa golongan <strong>triterpenoid</strong> jarang yang dianalisis dengan menggunakan<br />

spektrofotometer UV-Vis disebabkan karena <strong>struktur</strong>nya yang tidak menyerap sinar UV-Vis<br />

5


(Kristanti dkk, 2008). Gambar spektrum ultra violet <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> menunjukkan, λmax<br />

(log ε, nm ): 203 nm. Dari data tersebut menunjukan bahwa <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> adalah<br />

golongan <strong>triterpenoid</strong>.<br />

Spektrum IR memperlihatkan pita serapan yang melebar pada bilangan gelombang, υ<br />

max : 3453 cm -1 , mengindikasikan a<strong>dan</strong>ya gugus hidroksil, pita serapan pada bilangan<br />

gelombang, υ max : 2930 cm -1 , merupakan serapan <strong>dari</strong> C-H alifatik, pita serapan pada<br />

bilangan gelombang, υ max : 1691 cm -1 , merupakan serapan <strong>dari</strong> C=O <strong>dari</strong> asam karboksilat<br />

yang diperkuat dengan a<strong>dan</strong>ya pita serapan pada bilangan gelombang, υ max : 1114 cm -1 , pita<br />

serapan pada bilangan gelombang, υ max : 1454 cm -1 CH2 <strong>dan</strong> pita serapan pada bilangan<br />

gelombang, υ max : 1384 cm -1 merupakan serapan <strong>dari</strong> C-H tekuk <strong>dari</strong> geminal dimetil yang<br />

merupakan ciri khas <strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> yang mendukung data spektroskopi ultra violet.<br />

Berdasarkan analisa data diatas dapat diusulkan bahwa <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong><br />

merupakan <strong>senyawa</strong> <strong>dari</strong> golongan <strong>triterpenoid</strong> yang memiliki substituen keton <strong>dan</strong> asam<br />

karboksilat.<br />

Pengukuran data spektrum 13 C-NMR dijumpai 30 signal. Selanjutnya diketahui<br />

a<strong>dan</strong>ya substituen keton <strong>dan</strong> asam karboksilat dengan munculnya signal karbon pada<br />

pergeseran kimia 217, 92 ppm <strong>dan</strong> 181,53 ppm serta ditemukan juga satu ikatan rangkap<br />

yaitu muncul signal karbon pada pergeseran kimia 125,98 ppm <strong>dan</strong> 137,67 ppm, maka<br />

berdasarkan pengujian dengan liebermann-burchard, spektroskopi ultra violet, spektroskopi<br />

infra merah <strong>dan</strong> spektroskopi resonansi magnetik inti karbon ( 13 C NMR), <strong>senyawa</strong> hasil<br />

<strong>isolasi</strong> merupakan <strong>senyawa</strong> golongan <strong>triterpenoid</strong> yang memiliki 30 atom karbon, 3 atom<br />

oksigen <strong>dari</strong> gugus fungsi keton <strong>dan</strong> asam karboksilat serta memiliki sebuah ikatan rangkap.<br />

Dari data tersebut diatas, maka <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> yang dapat diusulkan sementara<br />

adalah <strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> turunan pentasiklik dengan kerangka oleanan <strong>dan</strong> turunan<br />

tiucallan.<br />

6


Untuk mengetahui jumlah ataom karbon primer, sekunder, tersier <strong>dan</strong> kuarterner <strong>dari</strong><br />

<strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> maka dilakukan spektroskopi NMR karbon DEPT. Spektrum NMR<br />

karbon DEPT <strong>dari</strong> <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> dilakukan pada frekwensi 45, 90 <strong>dan</strong> 135 MHz.<br />

Dari spektrum DEPT pada frekwensi 135 MHz sepuluh signal muncul menghadap ke bawah,<br />

signal ini merupakan signal <strong>dari</strong> CH2 dengan demikian <strong>senyawa</strong> ini memiliki sepuluh gugus<br />

CH2. Kemudian <strong>dari</strong> spektrum DEPT pada frekwensi 135 MHz juga muncul sebelas signal<br />

menghadap ke atas, signal ini merupakan signal <strong>dari</strong> CH3 <strong>dan</strong> CH. Selanjutnya percobaan<br />

DEPT pada frekwensi 90 MHz di temukan empat signal. Dengan demikian <strong>senyawa</strong> hasil<br />

<strong>isolasi</strong> memiliki tujuh gugus CH3 <strong>dan</strong> empat gugus CH. Karena ada sembilan signal karbon<br />

yang tidak muncul pada DEPT 135 <strong>dan</strong> DEPT 45 MHz maka <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> memiliki<br />

sembilan karbon kuarterner.<br />

Berdasarkan data tersebut <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> terdiri <strong>dari</strong> 30 karbon yang<br />

terdistribusi pada 7 gugus metil (CH3), 10 karbon metilen (CH2), 4 karbon metin (CH)<br />

dimana salah satunya <strong>dari</strong> ikatan rangkap alken (HC=) yang muncul pada peregeseran δc<br />

125,98 ppm <strong>dan</strong> 9 karbon kuarterner (C) <strong>dan</strong> salah satunya karbon kuarterner <strong>dari</strong> ikatan<br />

rangkap alken yang muncul pada pergeseran δc 137,67 ppm. Selanjutnya <strong>senyawa</strong> hasil<br />

<strong>isolasi</strong> juga memiliki gugus karbonil <strong>dari</strong> keton yang ditunjukkan dengan a<strong>dan</strong>ya signal pada<br />

pergeseran kimia δc 217.92 ppm. Signal ini menunjukkan bahwa kemungkinan <strong>senyawa</strong> hasil<br />

<strong>isolasi</strong> mempunyai gugus keton pada posisi C-3. Selanjutnya <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> juga<br />

memiliki gugus karboksilat pada posisi tertentu, hal ini ditunjukkan a<strong>dan</strong>ya signal pada<br />

pergeseran kimia δc 181.53 ppm.<br />

Berdasarkan <strong>dari</strong> data spektroskopi UV, IR, 13 C NMR <strong>dan</strong> DEPT maka <strong>senyawa</strong> hasil<br />

<strong>isolasi</strong> yang lebih tepat untuk diusulkan sementara adalah <strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> pentasiklik<br />

turunan oleanan dengan subtituen keton yang diperkirakan terletak pada atom C-3, subtituen<br />

7


asam karboksilat yang terletak pada atom C-29 <strong>dan</strong> ikatan rangkap dua pada atom karbon 12<br />

(C-12) <strong>dan</strong> 13 (C-13). Senyawa ini dikenal dengan nama asam okso-3-oleanen-12-oat-29.<br />

Untuk mengetahui jumlah proton <strong>dan</strong> jenis proton <strong>dari</strong> <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong><br />

dilakukan spektroskopi proton 1 H-NMR dengan menggunakan pelarut CDCl3 pada frekwensi<br />

600 MHz. Dari Spektrum 1 H-NMR <strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> hasil <strong>isolasi</strong> diketahui bahwa<br />

terdapat empat puluh enam signal. Masing-masing signal terdistribusi pada kelompok proton<br />

CH3 <strong>dan</strong> CH2 sejumlah empat puluh satu signal <strong>dan</strong> kelompok proton CH tiga signal.<br />

Kelompok proton COOH satu signal <strong>dan</strong> kelompok proton alkena HC=C< ada satu signal.<br />

Selanjutnya agar signal yang dianalisa lebih jelas maka dilakukan ekspansi terhadap<br />

daerah pergeseran kimia 0,8389 – 2,5145 ppm. Dari spektrum ekspansi 1 H-NMR pada daerah<br />

pergeseran kimia 0,8389 – 2,5145 ppm, diketahui bahwa <strong>senyawa</strong> ini memiliki sekelompok<br />

proton pada daerah δ : 0,80-1,54 ppm yang merupakan daerah pergeseran kimia <strong>dari</strong> proton<br />

CH2 <strong>dan</strong> CH3 atau kelompok proton sheilding (terlindung) yakni proton <strong>dari</strong> hidrokarbon<br />

jenuh (Santoni, 2009). Tujuh signal proton metil singlet (s, 3H), yang muncul pada δH 0,80;<br />

0,84; 0,87; 1,03; 1,00; 1,05; 1,06 ppm, masing-masing untuk H-27, H-26, H-25, H-23, H-24,<br />

H-28 <strong>dan</strong> H-30, signal tersebut mendukung data NMR karbon DEPT yang menyatakan<br />

bahwa <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> memilki 7 karbon metil (CH3). Selanjutnya satu signal proton<br />

HC=C< muncul pada pergeseran kimia 5,71 ppm (t, 1H), sesuai untuk signal proton H-12,<br />

signal ini juga mendukung data karbon NMR DEPT yang menyatakan bahwa <strong>senyawa</strong> hasil<br />

<strong>isolasi</strong> memiliki karbon CH <strong>dari</strong> alkena yang diperkirakan pada karbon 12 (C-12).<br />

Selanjutnya <strong>senyawa</strong> ini juga memiliki sekelompok proton pada daerah δ : 1,73-2,51 ppm<br />

yang merupakan daerah pergeseran kimia <strong>dari</strong> proton CH (Pavia et al., (2009).<br />

Dengan demikian <strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> hasil <strong>isolasi</strong> memiliki satu ikatan rangkap<br />

dua . Berdasarkan analisa 13 C-NMR, DEPT <strong>dan</strong> 1 H-NMR diketahui bahwa <strong>senyawa</strong><br />

<strong>triterpenoid</strong> hasil <strong>isolasi</strong> memiliki 30 atom karbon yang terdistribusi pada 7CH3, 10CH2, 4CH<br />

8


<strong>dan</strong> 9C kwarterner serta 46 atom hidrogen yang terdiri <strong>dari</strong> 21 proton metil, 20 proton<br />

metilen, 4 proton metin <strong>dan</strong> 1 proton hidroksi <strong>dari</strong> asam karboksilat, maka berdasarkan data<br />

tersebut <strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> hasil <strong>isolasi</strong> memiliki rumus molekul C30H46O3 yang<br />

merupakan <strong>senyawa</strong> <strong>triterpenoid</strong> golongan oleanan <strong>dan</strong> dikenal dengan nama asam okso-3-<br />

oleanen-12-oat-29.<br />

Spektrum HMBC <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> dapat dilihat pada Gambar 18. Spektrum<br />

NMR-HMBC memberikan konfirmasi letak proton terhadap karbon dengan mempelajari<br />

korelasi yang terjadi (dua atau tiga ikatan) antara proton dengan karbon sehingga dapat<br />

diketahui pola substitusi <strong>dari</strong> <strong>senyawa</strong> asam okso-3-oleanen-12-oat-29. Dari spektrum<br />

HMBC diatas diketahui bahwa terjadi korelasi antara proton pada C-1, C-2, <strong>dan</strong> C-24 dengan<br />

C-3, korelasi proton pada C-19 dengan C-29 serta korelasi proton pada C-18 dengan C-12<br />

<strong>dan</strong> C-13. Dengan demikian diketahui bahwa substituen keton benar terletak pada C-3 <strong>dan</strong><br />

asam karboksilat pada C-29 serta ikatan rangkap dua pada C-12 <strong>dan</strong> C-13. Analisa spektrum<br />

HMBC tersebut mendukung data-data spektroskopi sebelumnya <strong>dan</strong> juga mendukung usulan<br />

bahwa <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> adalah <strong>senyawa</strong> asam okso-3-oleanen-12-oat-29.<br />

Berdasarkan analisa spektroskopi UV,IR, 13 C-NMR, 1 H-NMR, DEPT, <strong>dan</strong> HMBC,<br />

serta pengujian dengan pereaksi Liebermann-Burchad maka <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> <strong>dari</strong> <strong>ekstrak</strong><br />

etil asetat kulit batang tumbuhan kecapi diusulkan sebagai <strong>senyawa</strong> <strong>dari</strong> golongan<br />

<strong>triterpenoid</strong> pentasiklik turunan oleanan dengan nama asam okso-3-oleanen-12-oat-29.<br />

Selanjutnya berdasarkan penelusuran pustaka, <strong>senyawa</strong> yang diusulkan untuk<br />

<strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> sudah pernah ditemukan sebelumnya <strong>dari</strong> tumbuhan yang sama di<br />

Malaysia, yaitu <strong>senyawa</strong> okso-3-oleanen-12-oat-29 yang memiliki aktivitas anti kanker<br />

(Kaneda et al., 1992), anti karsinogenik (Ismail et al.,2003) <strong>dan</strong> anti inflamasi (Rasadah et<br />

al., 2004). Akan tetapi untuk mengetahui lebih jelas stereokimia <strong>dari</strong> <strong>senyawa</strong> asam okso-3-<br />

oleanen-12-oat-29 <strong>dan</strong> untuk membuktikan bahwa <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> persis sama dengan<br />

9


literatur, maka perlu dilakukan <strong>elusidasi</strong> <strong>struktur</strong> lebih lanjut dengan spektroskopi lainnya <strong>dan</strong><br />

kemudian dibandingkan dengan literatur.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Kesimpulan<br />

Berdasarkan analisa spektroskopi UV, IR, 13 C-NMR, 1 H-NMR, DEPT, <strong>dan</strong> HMBC,<br />

serta pengujian dengan pereaksi Liebermann-Burchad maka <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> <strong>dari</strong> <strong>ekstrak</strong><br />

etil asetat kulit batang tumbuhan kecapi diusulkan sebagai <strong>senyawa</strong> <strong>dari</strong> golongan<br />

<strong>triterpenoid</strong> pentasiklik turunan oleanan dengan nama asam okso-3-oleanen-12-oat-29.<br />

Saran<br />

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan <strong>senyawa</strong> metabolit sekunder<br />

yang lain <strong>dari</strong> bagian buah, daun, batang <strong>dan</strong> akar pada tumbuhan kecapi.<br />

Ucapan terima kasih<br />

1. Ucapan teima kasih penulis sampaikan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Riau atas<br />

bantuan beasiswa yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan studi<br />

2. Prof. Mamoru Koketsu, PhD atas bantuannya melalui Dr. Mai Efdi dalam pengukuran<br />

<strong>dan</strong> analisa spektroskopi di University of Gifu, Jepang<br />

3. Saudara Jismi Mubarrak, M.Si<br />

10


DAFTAR PUSTAKA<br />

Ahuja, S. 2003. Cromatography and Separation Science, Academic Press. USA<br />

Aisha, A.F.A., Alrokayan, S.A., Abu-Salah, K.M., Darwis, Y. and Abdul Majid, A.M.S.<br />

2009. In vitro Cytotoxic and Apoptotic Properties of the Stem Bark Extract of<br />

Sandoricum koetjape on Breast Cancer Cells. Int. J. Cancer Res., 5, 123-129.<br />

Aisha, A.F.A., Sahib, H.B., Abu-Salah, K.M., Darwis, Y. and Abdul Majid, A.M.S.<br />

2009.Cytotoxic and Anti-Angiogenic Properties of the Stem Bark Extract of<br />

Sandoricum koetjape. Int. J. Cancer Res., 5,105-114.<br />

Breitmaier, Eberhard. 2006. Terpenes, Falvors, Fragrances, Pharmaca, Pheromoes. Wiley-<br />

VCH Verlag GmbH & Co. KgaA, Germany.<br />

Burkill, I.H. 1966. A Dictionary of the Economic Products of the Malay Penninsula. Vol. II.<br />

Ministry of Agriculture and Co-operatives, Kuala Lumpur, 1988. h.1732.<br />

Connolly. D. Joseph and Robert. A. Hill. 2002. Triterpenoids. Nat Prod rep. 19. 494-495.<br />

Gallo. B. C. Margareth and Miranda J. Sarachine. 2009. Biological Activities of Lupeol.<br />

International journal of Biomedical and Pharmaceutical Science.<br />

Ismail, Intan Safinar, Hideyuki Ito, Tsumo hatano, 2004, Two Analogue of trijugin-Type<br />

Limonoid from the Leaves of Sandoricum Koetjape. Chem.Pharm.Bull.1145-<br />

1147.<br />

Ismail, I.S., Ito, H., Hatano, T., Taniguchi, S. and Yoshida, T. 2003. Modified limonoids<br />

from the leaves of Sandoricum koetjape. Phytochemistry, 64, 1345-1349.<br />

Kristanti, Alfinda novi, Nanik S. A., Mulyadi, T., <strong>dan</strong> Bambang, K. 2008. Buku Ajar<br />

Fitokimia. Airlangga University Press. Surabaya.<br />

Lage, H., N. Duarte, C.Coburger, A. Hilgeroth, <strong>dan</strong> M.J.U. Ferreira. 2010. Antitumor activity<br />

of terpenoids against classical and atypical multidrug resistant cancer cells.<br />

Phytomedicine. 17. 441-448.<br />

Mitchell, T.N., <strong>dan</strong> Costisella, B. 2007. NMR From Spectra to Structures, an Experimental<br />

Approach. 2nd edition. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.<br />

Mohrig, R.J., N.C., Hammond, F.P., Schatz, and C.T., Morrill. 2003. Techniques in Organic<br />

Chemistry. W.H. Freeman Company.<br />

Nassar, Zeyad.,Abdalrahim, Amin M.S. 2010. The Pharmacological Properties of terpenoid<br />

from Sandoricum Koetjape. Journal Medcentral. hal 1-11.<br />

11


Nassar, Z.D., Abdalrahim F.A. A., Zhari I. Khalid M.A.S., Salman A.A., <strong>dan</strong> Amin<br />

M.S.A.M. 2011. Antiangiogenic Properties of Koetjapic acid, a natural triterpene<br />

isolated from Sandoricum koetjape Merr. Biomed Central. Hal 1-9.<br />

Pancaroen, Alchalle, Pipatana,Patikam. 2009. Two New Limonoids From the leaves of<br />

sandoricum Koetjape. Nautal Product Research. Vol 23 hal 10-16.<br />

Philips. DR., Rasbery. JM., Bartel. B., matsuda SPT. 2006. Biosynthetic diversity in plant<br />

triterpene cyclization. Current Opinion in Plant Biology. 9. 305-314.<br />

Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, 2000, Departemen<br />

Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat <strong>dan</strong><br />

Makanan, Jakarta.<br />

Pavia, D.L., Lampman, G.M., Kriz, G.S., <strong>dan</strong> Vyvyan, J.R. 2007. Introduction to<br />

Spectroscopy. Sauders College. Philadelphia.<br />

Rasadah, M.A., Khozirah, S., Aznie, A.A. and Nik, M.M. 2004. Anti-inflammatory agents<br />

from Sandoricum koetjape Merr. Phytomedicine, 11, 261-3.<br />

Sanchez, Marianela, Marcia.M., Maria. JV., Lucia. R.F., Gaston.S., Lydia. P., <strong>dan</strong> Jorge. A.P.<br />

2010. Cytotoxic terpenoids from Nardophyllum bryoides. Phytochemistry. 71.<br />

1395-1399.<br />

Santoni, Adlis. 2009. Elusidasi Stkruktur Senyawa Metabolit Sekunder Kulit Batang Surian<br />

(Toona Sinensis) Meliaceae Dan Uji Aktivitas Insektisida. Disertasi Pascasarjana<br />

Unand, Pa<strong>dan</strong>g.<br />

Stuart, B. 2004. Infra Red Spectroscopy, Fundamental and Aplication. Jhon Wiley & Sons.<br />

Ltd.<br />

Suryati. 2010. Germanikol Sinamat, Suatu Triterpenoid Baru <strong>dan</strong> Triterpenoid Lainnya serta<br />

Steroid <strong>dari</strong> Daun Tabat Barito (Ficus deltoideus Jack). Disertasi Pascasarjana<br />

Unand, Pa<strong>dan</strong>g.<br />

Tanaka, T., Koyano, T., Kowithayakorn, T., Fujimoto, H., Okuyama, E., Hayashi, M.,<br />

Komiyama, K. and Ishibashi, M. 2001. New Multiflorane-Type Triterpenoid<br />

Acids from Sandoricum indicum. Journal of Natural Products, 64, 1243-1245.<br />

Tinggen, IN. 2000. Taru Premana (Pustaka Leluhur). Eka Cipta. Singaraja.<br />

Wixom, R. L <strong>dan</strong> Gehrke, C. W. 2010. Cromatography A Science of discovery. Jhon Wiley<br />

& sons Inc. Pulication. Canada.<br />

12


LAMPIRAN<br />

Data distribusi pergeseran kimia karbon 13 C-NMR <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong><br />

C Pergeseran kimia<br />

1 35,87<br />

2 34,08<br />

3 217,92<br />

4 47,16<br />

5 49,28<br />

6 27,57<br />

7 19,69<br />

8 55,81<br />

9 54,55<br />

10 31,16<br />

11 34,33<br />

12 125,98<br />

13 137,67<br />

14 33,02<br />

15 23,01<br />

Jenis C Pergeseran kimia<br />

CH2 16 36,54<br />

CH2 17 36,78<br />

C=O 18 46,29<br />

C 19 44,11<br />

CH 20 39,90<br />

CH2 21 22,29<br />

CH2 22 39,03<br />

C 23 27,05<br />

CH 24 21,47<br />

C 25 18,05<br />

CH2 26 16,34<br />

HC= 27 23,59<br />

C 28 28,30<br />

C 29 181,53<br />

CH2 30 33,67<br />

Jenis<br />

CH2<br />

Spektrum UV <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong> Spektrum FTIR <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong><br />

C<br />

CH<br />

CH2<br />

C<br />

CH2<br />

CH2<br />

CH3<br />

CH3<br />

CH3<br />

CH3<br />

CH3<br />

CH3<br />

-COOH<br />

CH3<br />

13


Spektrum 13 C-NMR NMR Spektrum DEPT<br />

Spektrum 1 H-NMR NMR Ekspansi spektrum 1 H-NMR<br />

14


O<br />

2<br />

224<br />

3<br />

1<br />

4 5<br />

Spektrum HMBC<br />

11<br />

25 26<br />

23<br />

10<br />

9<br />

6<br />

12<br />

8<br />

7<br />

13<br />

27<br />

14<br />

19<br />

15<br />

OH<br />

18<br />

20<br />

28<br />

17<br />

Struktur <strong>senyawa</strong> hasil <strong>isolasi</strong><br />

O<br />

29 30<br />

16<br />

21<br />

22<br />

15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!