22.07.2015 Views

o_19qq958k2bf813mh1s0c3vu1lr2a.pdf

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Originally published in the U.S.A. under the title:<br />

Unto the Hills<br />

Copyright © 1986, 1996, 2010 by Billy Graham<br />

Indonesian Edition © 2012 by PT. Visi Anugerah Indonesia<br />

with permission of Thomas Nelson. All rights reserved.<br />

Managing Editor : James Yanuar<br />

Tim Redaksi : Andina Rorimpandey, Ellen Hanafi, James Yanuar,<br />

Maria Fennita, Slamat P. Sinambela<br />

Cover & Layout : Felly Meilinda<br />

Proof Reader : Christiady Cohen<br />

Hak terjemahan Bahasa Indonesia ada pada:<br />

PT. VISI ANUGERAH INDONESIA<br />

Jl. Karasak Lama No.2 - Bandung 40235<br />

Telpon : 022-522 5739<br />

Fax : 022-521 1854<br />

Email : visipress@visi-bookstore.com<br />

ISBN 978-602-8073-80-6<br />

Cetakan pertama, Desember 2012<br />

Indonesian Edition © visipress 2012<br />

Hak cipta dilindungi undang-undang.<br />

Dilarang memperbanyak sebagian<br />

atau seluruh isi buku ini tanpa seizin Penerbit.<br />

Member of CBA Indonesia<br />

No : 05/PBL-BS/1108/CBA-Ina<br />

Member of IKAPI<br />

No : 185/JBA/2010


Kata Pengantar Edisi Kedua<br />

Saya sangat berterima kasih kepada penerbit setia saya, Thomas Nelson Inc.,<br />

atas komitmen mereka untuk mencetak ulang buku renungan harian ini, Unto<br />

the Hills. Selama bertahun-tahun, sudah banyak jiwa yang merasakan dorongan<br />

semangat serta penghiburan dari lembar-demi lembar buku ini, dan saya bersyukur<br />

karena kini buku ini akan hadir di kalangan para pembaca dari generasi baru.<br />

Edisi kali ini sebenarnya sama saja dengan edisi sebelumnya, walaupun terdapat<br />

beberapa perubahan kecil untuk membuat naskah lebih jelas dan akurat.<br />

Buku ini pertama kali terbit hampir 25 tahun silam—tahun-tahun yang membawa<br />

banyak perubahan bagi dunia kita, dan bagi hidup kita. Tetapi, di tengahtengah<br />

semua perubahan itu, ada satu kenyataan besar yang tetap sama—dan itu<br />

adalah Firman Allah, Alkitab. Kita selalu memerlukan kebenarannya, dan saya berdoa<br />

agar buku ini akan membuat Anda lebih dekat dengan Kristus dan menolong<br />

Anda membangun hidup Anda dengan berpatokan dengan-Nya setiap hari.<br />

Saya tak akan pernah memegang buku ini tanpa teringat mendiang istri saya,<br />

Ruth. Karunia yang dimilikinya untuk menemukan kutipan maupun kisah yang<br />

pas untuk mengilustrasikan kebenaran Alkitab tersulam di hampir setiap halaman<br />

buku ini. Tak lama lagi, saya tahu, kami akan dipersatukan kembali di hadirat<br />

Tuhan yang ia layani dengan begitu setia—tetapi saat ini, saya mempersembahkan<br />

buku ini untuk mengenangnya.<br />

— Billy Graham<br />

Agustus 2010<br />

Montreat, North Carolina


Pendahuluan<br />

B<br />

ertahun-tahun lamanya keluarga kami tinggal di sebuah rumah kayu yang nyaman<br />

di pegunungan yang terletak di North Carolina, 975 meter dari permukaan<br />

laut. Hidup di pegunungan atau di atas bukit terasa tenang.<br />

Tatkala Yesus menetapkan 12 murid untuk menyertai Dia, Dia mengajak mereka<br />

ke atas bukit dan mereka pun mengikuti-Nya (Markus 3:13). Tuhan kita kerap<br />

menarik diri ke bukit ataupun pegunungan untuk menyendiri saat ada terlalu banyak<br />

orang di sekeliling-Nya. Tetapi mengutip apa yang dikatakan penulis renungan<br />

asal Inggris, Oswald Chambers, kita tidak diciptakan untuk hidup menyendiri<br />

di atas gunung. Kita diciptakan untuk hidup di lembah. Ada kalanya Allah mengizinkan<br />

kita berada di bukit, tetapi itu hanya agar kita cukup segar untuk kembali<br />

ke lembah—untuk bertindak—agar kita cukup segar untuk melayani-Nya. Puncak<br />

gunung berguna untuk pemandangan dan inspirasi, tetapi buah tumbuh di lembah.<br />

Walaupun saya dan istri saya betah di rumah kami yang terletak di perbukitan<br />

North Carolina, kami justru sangat jarang berada di sana karena Allah telah memanggil<br />

kami ke lembah dunia tempat orang-orang yang tersesat berada. Jika kita<br />

menghabiskan seluruh waktu kita di bukit dan gunung, bagaimana mungkin kita<br />

bisa melayani Allah dengan efektif?<br />

Saya mengumpulkan perenungan saya dari sejak lebih dari 50 tahun sebagai<br />

pelayan Injil Yesus Kristus dengan harapan bisa memperlengkapi Anda dengan<br />

lebih baik manakala Anda hidup bagi Kristus di lembah. Anda sudah mencoba<br />

segala cara dan tetap belum menemukan kepuasan. Orang seperti Andalah yang<br />

saya jangkau secara khusus.<br />

Jika Anda sudah percaya kepada Allah dan masih perlu kepastian bahwa, di saat<br />

berjalan di lembah kekelaman maut, Allah tidak melupakan Anda, dan sejatinya,<br />

Dia masih bersama Anda. Saya harap buku ini juga bisa menolong Anda.<br />

Walaupun bukit dan gunung adalah tempat yang indah untuk “melarikan diri<br />

dari semua masalah,” kita harus senantiasa ingat bahwa pertolongan kita yang terutama<br />

dan pasti datangnya dari Tuhan yang menciptakan gunung dan bukit. Daud<br />

mengungkapkan hal ini dalam Mazmur 121:


“Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung;<br />

dari manakah akan datang pertolonganku?<br />

Pertolonganku ialah dari TUHAN,<br />

yang menjadikan langit dan bumi.”<br />

(ayat 1-2)<br />

Semoga Allah memberkat dan membimbing Anda dalam membaca Unto the<br />

Hills.


1 Janua r i<br />

Lembaran yang Bersih<br />

Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!<br />

Mazmur 51:12<br />

Pernahkah Anda menghapus seluruh tulisan di papan tulis di sekolah? Setelah<br />

dibersihkan, seolah-olah tidak ada tulisan yang pernah ditorehkan sebelumnya<br />

di atas papan tulis itu.<br />

Inilah yang dilakukan Allah bagi kita ketika kita datang kepada-Nya untuk<br />

mengakui dosa kita. Kitab 1 Yohanes 1:9 berbunyi, “Jika kita mengaku dosa kita,<br />

maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan<br />

menyucikan kita dari segala kejahatan.”<br />

Berapa kali dalam hidup ini Anda berharap dapat memulai kembali segalanya<br />

dengan suatu lembaran yang bersih, lembaran hidup yang baru? Putuskanlah sekarang<br />

juga untuk mengizinkan Allah membersihkan lembaran hidup Anda dengan<br />

cara mengakui dosa-dosa Anda dan membiarkan-Nya memberi Anda suatu awal<br />

yang baru.<br />

Rasul Paulus melakukan hal ini ketika ia berkata, “Saudara-saudara, aku sendiri<br />

tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku<br />

melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di<br />

hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan<br />

sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus” (Filipi 3:13-14).<br />

Ya Allah Bapa kami, saat ini aku datang kepada-Mu dengan menyadari segala dosa dan<br />

kegagalanku. Namun, aku percaya akan kasih dan belas kasihan-Mu bagiku. Terima<br />

kasih, Engkau telah memberikan kasih karunia dan pengampunan-Mu yang begitu besar<br />

kepadaku dan Engkau juga telah membasuh bersih seluruh lembaran hidupku. Biarkan<br />

kini aku memulai semuanya kembali bersama-Mu dan hidup di dalam rencana-Mu bagi<br />

hidupku, kini dan selamanya, melalui Yesus Kristus, Juru Selamatku. Amin.


2 Janua r i<br />

Hilang dan Ditemukan<br />

Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.<br />

Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”<br />

Yohanes 14:6<br />

Baru-baru ini, ketika kembali ke hotel saya di sebuah kota besar, pengemudi saya<br />

berbelok ke kiri ketika ia seharusnya berbelok ke kanan, dan ia membutuhkan<br />

waktu sejenak untuk berpikir bagaimana caranya agar sampai ke tujuan kami. Ia<br />

harus berhenti dan memeriksa peta perjalanannya.<br />

Seringkali dalam kehidupan, satu keputusan salah saja dapat membawa kita ke<br />

tempat yang tidak kita tuju atau, yang lebih penting lagi, ke tempat yang menjauhkan<br />

diri kita dari tujuan sebenarnya.<br />

Terdapat satu pepatah lama yang berbunyi demikian, “banyak jalan menuju ke<br />

Roma.” Ketika seseorang tersesat dalam perjalanan menuju ke Roma atau ke tempat<br />

lainnya, yang diperlukan adalah menemukan peta perjalanan yang baik dari<br />

seseorang yang tahu jalan menuju ke sana.<br />

Tidak semua jalan menuju kepada Allah, seperti yang dikatakan oleh beberapa<br />

orang. Ada penghalang di jalan yang merintangi manusia untuk mencapai Allah,<br />

tidak peduli jalan manapun yang ditempuh. Penghalang tersebut adalah dosa. Namun<br />

Allah telah memberikan sebuah peta—Alkitab—dan Dia telah memberikan<br />

Seseorang yang mengetahui jalan dan dapat memberikan arah – Yesus Kristus.<br />

Kristus berkata demikian, “Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa,<br />

kalau tidak melalui Aku.” Kristus tidak hanya memberikan arahan sehari-hari kepada<br />

Bapa melalui diri-Nya, tetapi Dia juga memberikan arahan sehari-hari seperti<br />

kehendak Bapa-Nya untuk kehidupan kita. Seperti arah dari sebuah peta atau seseorang<br />

dalam perjalanan kita, kita dapat mengikuti mereka dan sampai ke tujuan<br />

yang kita inginkan, atau kita dapat mengabaikannya dan menjadi tersesat.<br />

Ingatlah, Yesus tidak berkata demikian,”Akulah satu dari banyak jalan, atau<br />

salah jalan yang dapat kalian tempuh untuk sampai kepada Bapa.” Yang Dia<br />

katakan adalah, ”Akulah jalan.” Tetapkanlah diri Anda untuk mengikuti Kristus<br />

dan janganlah tersesat!<br />

Ya Allah Bapa kami, pilihan yang salah dan jalan buntu seringkali telah menghalangi<br />

kemampuan aku untuk menjalani hidupku sepenuhnya bagi-Mu. Jauhkanlah dosa-dosaku<br />

dan tuntunlah aku ke dalam penerimaan penuh panduan dan kepemimpinan yang<br />

Engkau berikan melalui Roh Kudus. Aku akan mengikuti Yesus sebagai jalan, kebenaran,<br />

dan kehidupan. Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.


3 Janua r i<br />

Perlindungan Utama<br />

Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau<br />

dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”<br />

Ibrani 13:5<br />

Beberapa tahun silam saat anak kami Ned masuk sekolah baru, ia bertemu dengan<br />

beberapa remaja berandalan yang sok hebat. Selama ini Ned tidak pernah<br />

harus berhadapan dengan anak jalanan yang lebih berpengalaman membela<br />

diri dan sudah terbiasa menyaksikan tawuran. Anak-anak kota itu mulai mengincar<br />

dirinya.<br />

Anak lain, yang menjadi teman Ned, melihat bahwa ia perlu belajar untuk<br />

membela diri, agar anak kami bisa bertahan; jadi ia mulai mengajari Ned jurus-jurus<br />

dasar karate dan beberapa ilmu bela diri lainnya. Setelah sekian lama berlatih,<br />

Ned menerapkan keahlian barunya itu pada salah seorang berandal yang berusaha<br />

mengganggunya, dan mereka pun tak berani lagi menjahilinya.<br />

Allah ingin mengajari kita cara melindungi diri dari dosa. Setan, pengacau utama,<br />

menyerang titik-titik terlemah kita, dan ingin mengalahkan kita agar kita tidak<br />

efektif bagi Allah.<br />

Di dalam Alkitab, Allah memberikan beberapa “latihan” rohani, yang membentuk<br />

kita dari dalam dengan cara yang sama dengan latihan fisik dan disiplin yang<br />

membentuk kita dari luar. Tetapi, sebagaimana latihan bela diri, kita harus konsisten<br />

membaca Kitab Suci serta rajin menerapkannya dalam dalam segala situasi<br />

dan kondisi di sekeliling kita. Allah tidak pernah berjanji untuk membentengi<br />

kita dari masalah, tetapi Dia berjanji untuk melindungi kita di tengah hantaman<br />

masalah.<br />

Tak ada yang bisa memisahkan kita dari kehendak Allah. Seandainya sesuatu<br />

menimpa kita, yakinlah bahwa itu dimaksudkan untuk membentuk kita menjadi<br />

saksi yang lebih kuat dan efektif, agar Allah dapat memakai kita untuk memerangi<br />

pengacau segala zaman, si Iblis.<br />

Ingat, Allah tak pernah mengecewakan atau meninggalkan Anda!<br />

Bapa dan Allah kami, terima kasih atas kasih dan perhatian-Mu yang luar biasa dan<br />

yang menyertaiku setiap hari. Ajari aku bahwa Engkau memegang kendali atas segala<br />

yang terjadi di dalam hidupku. Aku lega karena aku tahu Engkau selalu ada. Tolong<br />

aku untuk menerapkan kebenaran Kitab Suci, persekutuan doa, serta komitmen pada-<br />

Mu di dalam keseharianku. Di dalam Yesus. Amin.


4 Janua r i<br />

Nilai dari Seorang Manusia<br />

Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?<br />

Mazmur 8:4<br />

Ada seorang kaya meninggal dan pertanyaan yang diajukan pada saat pemakamannya<br />

adalah “Berapa banyak yang ia tinggalkan?” Maka dijawab, “Ia meninggalkan<br />

semuanya.”<br />

Seringkali saya mendengar seseorang diperkenalkan seperti ini, “Ini Bob, dan<br />

ia bekerja sebagai…,” seakan pekerjaan seseorang menentukan nilainya. Saya perhatikan<br />

perkenalan seperti ini hanya untuk orang-orang yang dianggap “sukses.”<br />

Namun Allah tidak menilai kita dari kesuksesan. Dia mengasihi setiap orang<br />

sama, karena nilai Anda dan saya tidak berasal dari apa yang kita lakukan atau<br />

miliki, pakaian yang kita pakai, rumah yang kita tinggali, atau jenis mobil yang kita<br />

kendarai. Nilai kita berasal dari fakta bahwa Allah menciptakan kita dan Kristus<br />

mati untuk kita. Karena itu, terlepas apakah kita memiliki atau tidak, kita sama<br />

berharganya bagi Allah.<br />

Allah memberikan segala yang Dia miliki—Putra-Nya, Tuhan Yesus Kristus—<br />

karena Dia menilai kita sangat tinggi, sekalipun ketika kita tidak menilai Dia<br />

demikian. Karena Allah memikirkan hal sebesar ini tentang kita, bukankah kita<br />

seharusnya menunjukkan bahwa kita menghargai Dia dengan menempatkan Dia<br />

sebagai yang pertama dalam segala hal yang kita lakukan—kehidupan keluarga kita,<br />

kehidupan bisnis kita, kehidupan rohani kita?<br />

Ada sebuah syair lagu berbunyi, “Tempatkanlah Yesus sebagai yang pertama<br />

dalam kehidupanmu, izinkan Dia mengatasi segala persoalan yang merintangimu…<br />

Engkau telah sia-sia mencari sesuatu; kini engkau tidak menginginkan hal yang<br />

sudah kau temukan. Tempatkanlah Yesus sebagai yang pertama dalam kehidupanmu,<br />

dan berbaliklah dari kehidupanmu.”<br />

Nilai sebenarnya dari sebuah objek adalah nilai yang diberikan kepada objek itu<br />

oleh sang pemilik atau sang pembeli. Allah telah memperlihatkan nilai yang Dia<br />

tempatkan pada dirimu dengan mengutus Putra-Nya untuk menebus Anda.<br />

Ya Allah Bapa kami, aku menunduk dengan rendah hati di hadapan Engkau, menyadari<br />

akan kebergantungan totalku kepada-Mu. Tanpa Engkau, aku tidak ada apaapanya,<br />

tetapi karena Putra-Mu aku disucikan, aku diselamatkan. Terima kasih sudah<br />

menilai aku cukup berharga sehingga Engkau merelakan Yesus menggantikanku. Aku<br />

milik-Mu karena darah Putra-Mu, Yesus. Amin.


5 Janua r i<br />

Allah adalah Pribadi<br />

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,<br />

selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!<br />

Ratapan 3:22-23<br />

Semasa kecil, saya membayangkan Allah sebagai laki-laki tua dengan jenggot putih<br />

yang panjang. Bagaimanapun, bukankah Michelangelo melukis-Nya seperti<br />

itu?<br />

Di kemudian hari, ketika saya membaca Alkitab, dan setelah saya menerima<br />

Kristus sebagai Juru Selamat saya, saya menyadari bahwa Allah adalah roh, tetapi<br />

Dia memiliki ciri-ciri manusia: Dia berpikir; Dia berbicara; Dia berkomunikasi;<br />

Dia mengasihi; Dia bisa marah; Dia bisa sedih.<br />

Karena Allah adalah pribadi, Dia merasakan apa yang kita rasakan. Lagi pula,<br />

kita diciptakan menurut gambar-Nya, sehingga diharapkan bahwa kita akan mampu<br />

menyampaikan perasaan dan emosi kita yang terdalam kepada Allah.<br />

Allah berkomunikasi dengan kita dalam dua cara. Pertama-tama, Dia berkomunikasi<br />

dengan kita melalui Firman-Nya yang tertulis, Alkitab. Alkitab memberitahukan<br />

kepada kita tentang siapa Allah, siapa kita, dan mengapa kita membutuhkan<br />

Juru Selamat sehingga kita dapat memiliki hubungan kembali dengan Allah<br />

yang telah dirusak oleh dosa.<br />

Kedua, Allah berkomunikasi dengan kita melalui Putra-Nya. Yesus berkata bahwa<br />

tak seorang pun dapat sampai kepada Bapa kecuali melalui Dia. Kita mendapatkan<br />

akses itu menuju Yesus, dan menuju Allah, melalui keselamatan.<br />

Allah tetap sama, baik kemarin, hari ini, dan untuk selama-lamanya. Dia tidak<br />

pernah berubah.<br />

Ya Allah Bapa kami, kadang kala sulit bagiku untuk mengungkapkan perasaanku<br />

yang terdalam. Namun, aku tahu Yesus dapat mengungkapkan perasaan hatiku yang<br />

terdalam kepada Engkau dan Engkau memahami. Terima kasih, ya Bapa, atas belas<br />

kasihan-Mu yang begitu besar dan kasih setia-Mu. Dalam nama Kristus. Amin.


6 Janua r i<br />

Kebebasan Pilihan<br />

Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini<br />

kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah<br />

di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini.<br />

Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!<br />

Yosua 24:15<br />

Kita sering mendengar tentang “kebebasan pilihan” belakangan ini. Namun,<br />

pikirkanlah tentang hal ini. Makna kata pilihan paling tidak mengisyaratkan<br />

dua alternatif.<br />

Ketika Yosua memerintahkan kepada kaum Israel demikian, “pilihlah pada hari<br />

ini kepada siapa kamu akan beribadah,” pilihan yang ia berikan adalah antara Allah<br />

dan dewa berhala, Baal. Sebelum menunggu balasan dari kaum Israel, Yosua<br />

memberitahukan pilihannya, “Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah<br />

kepada Tuhan!”<br />

Pilihan diberikan di seluruh Alkitab seperti halnya di seluruh kehidupan kita.<br />

Berulang kali melalui Kitab Suci, pilihan dibuat oleh Allah dan manusia. Allah<br />

memerintahkan manusia untuk membuat pilihan, namun hanya setelah membekali<br />

informasi yang cukup bagi manusia sehingga pilihannya adalah pilihan yang bisa<br />

dipertanggungjawabkan. Informasi diperlukan untuk membuat pilihan yang cerdas.<br />

Allah telah memberikan informasi mengenai diri-Nya, kekudusan-Nya, keadaan<br />

manusia yang berdosa, ketetapan Allah atas dosa tersebut, Yesus Kristus, dan janji-<br />

Nya kepada manusia. Galatia 6: 6-8 berkata, “Dan baiklah ia, yang menerima pengajaran<br />

dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang<br />

yang memberikan pengajaran itu. Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya<br />

dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab<br />

barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari daging-Nya,<br />

tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup kekal dari Roh itu.”<br />

Dalam acara televisi berjudul Truth or Consequences, pembawa acaranya kerap kali<br />

berkata demikian kepada para kontestannya, “Apabila Anda tidak mengatakan yang<br />

sebenarnya, maka Anda harus menanggung konsekuensinya.” Demikian pula halnya<br />

dengan pilihan. Apabila Anda membuat pilihan yang salah, maka Anda harus<br />

menanggung konsekuensinya. Namun apabila Anda membuat pilihan yang benar,<br />

maka Anda memperoleh segala keuntungannya. Jadi, yang paling baik adalah memilih<br />

dengan bijaksana, seperti yang dilakukan Yosua, karena pilihan yang kita ambil<br />

berpotensi memengaruhi kehidupan kita lebih baik atau lebih buruk.<br />

Ya Allah Bapa kami, aku menunduk dengan rendah hati di hadapan Engkau, menyadari<br />

akan kebergantungan totalku kepada-Mu. Tanpa Engkau, aku tidak ada apaapanya,<br />

tetapi karena Putra-Mu aku disucikan, aku diselamatkan. Terima kasih sudah<br />

menilai aku cukup berharga sehingga Engkau merelakan Yesus menggantikanku. Aku<br />

milik-Mu karena darah Putra-Mu, Yesus. Amin.


7 Janua r i<br />

Kuasa Allah Dinyatakan Melalui Doa<br />

Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal,<br />

sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.<br />

1 Tesalonika 5:17-18<br />

Berapa sering Anda mendengar orang berkata, “Saya hanya bisa berdoa”?<br />

Saya hanya bisa berdoa?! Anda juga bisa berkata kepada orang yang<br />

kelaparan, “Saya hanya bisa memberimu makanan,” atau kepada orang yang sakit,<br />

“Saya hanya bisa memberimu obat yang akan membuat kau sehat,” atau kepada<br />

anak yang miskin, “Saya hanya bisa membelikanmu mainan yang paling kau ingini<br />

untuk hadiah ulang tahunmu.”<br />

Doa membuka pintu sorga dan melepaskan kuasa Allah. Yakobus 4:2 berkata,<br />

“Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.” Dan Yesus berkata,<br />

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan<br />

menerimanya” (Matius 21:22).<br />

Banyak dari kita ingin berkarya bagi Allah, tetapi hanya sedikit yang ingin meluangkan<br />

waktu untuk berdoa kepada Allah. Memang berdoa bertentangan dengan<br />

kecenderungan alami kita, itulah mengapa doa sangat berarti bagi Allah. Doa<br />

adalah hal yang tidak natural. Padahal sebenarnya doa bersifat supernatural! Dan<br />

doa selalu mendapat perhatian Allah.<br />

Terkadang saya geli jika ada yang berkata, “Allah menjawab doa saya.” Yang mereka<br />

maksudkan adalah Allah mengabulkan keinginan mereka. Tetapi seandainya<br />

Dia tidak mengabulkan permohonan mereka, Dia sebenarnya sudah menjawab<br />

doa mereka. Kita lupa bahwa “Tidak” dan “Tunggu” juga merupakan jawaban,<br />

sama seperti “Ya.”<br />

Saya telah menjawab semua permintaan yang diajukan anak-anak saya. Jawabannya<br />

tidak melulu apa yang mereka ingini, melainkan selalu seturut dengan apa<br />

yang menurut saya terbaik bagi mereka saat itu. Demikian halnya dengan Allah,<br />

kecuali bahwa jawaban-jawaban-Nya selalu benar dan baik dan yang terbaik, sementara<br />

jawaban saya bisa jadi baik atau bahkan tidak.<br />

Dan ingat, jika doa mengubah keadaan kita atau tidak, satu hal yang pasti: doa<br />

akan mengubah kita!<br />

Allah dan Bapa kami, terima kasih atas berkat-berkat luar biasa yang telah Engkau<br />

berikan kepadaku. Aku memuji-Mu atas kemurahan hati-Mu yang besar dan juga<br />

perhatian-Mu yang tak berujung. Beri aku hati untuk mendengar jawaban-Mu atas<br />

doaku, bahkan tatkala jawabannya adalah “Tunggu” atau “Tidak.” Tolong aku untuk<br />

menerima ketuhanan-Mu di dalam hidupku, karena aku tahu bahwa Engkau hanya<br />

memikirkan yang terbaik bagiku. Di dalam Kristus, Tuhanku. Amin.


8 Janua r i<br />

Badai Kehidupan<br />

Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.<br />

Yesaya 26:3<br />

Suatu kali ketika saya terbang di antara dua kota di benua Afrika, saya mulai<br />

membagikan iman saya di dalam Kristus dengan beberapa reporter yang<br />

mendampingi saya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang nampaknya tertarik<br />

mendengar Injil.<br />

Tiba-tiba kami mengalami sebuah badai yang sangat bergelora. Pesawat kami<br />

bergoncang dan mulai melambung ke atas dan ke bawah.<br />

Setelah kami akhirnya berhasil melewati badai itu, salah seorang dari reporterreporter<br />

itu mendekati saya dan berkata, “Apakah yang tadi Anda katakan mengenai<br />

kehidupan setelah kematian?”<br />

Ketika Yesus berada di Danau Galilea bersama dengan beberapa murid-Nya, sebuah<br />

badai terjadi dan mulai menggoncangkan perahu itu. Para murid-Nya berseru<br />

ketakutan, tetapi Yesus tertidur di buritan perahu, tanpa takut dan tidak terintimidasi<br />

oleh cuaca itu.<br />

Ketika mereka membangunkan-Nya, Dia menghardik mereka karena kurangnya<br />

iman mereka, dan kemudian Dia menghardik badai itu. Baik badai itu maupun<br />

para murid pun terdiam!<br />

Ada sebuah himne kuno yang indah yang mengatakan, “Ia memberi kita damai<br />

di tengah badai.” Di dalam kehidupan, ada berbagai macam badai: badai ketidak<br />

percayaan, badai materialisme (sebagian besar dibawa oleh mereka yang menginginkan<br />

lebih banyak hal materi daripada yang mereka miliki); badai sekularisme,<br />

degenerasi moral, dan ketegangan-ketegangan internasional.<br />

Yesus merasakan damai ketika berada di tengah badai karena Dia dan Bapa<br />

sorgawi-Nya memiliki relasi yang memberikan-Nya kedamaian. Inilah tipe relasi<br />

yang Allah inginkan bersama dengan kita.<br />

Apakah badai-badai di dalam kehidupan Anda membuatmu takut? Anda dapat<br />

mengalami damai sekalipun di tengah badai. Tetaplah mendekat dengan Yesus<br />

Kristus. Bacalah Firman Allah. Berdoalah.<br />

Ya Allah Bapa kami, aku datang kepada-Mu dengan segala frustrasi dan stres akan<br />

kehidupanku. Aku berdoa dengan sungguh-sungguh agar damai-Mu menenangkan jiwaku<br />

yang sakit dan melegakan hatiku yang susah. Ingatkanlah aku akan kuasa-Mu<br />

yang mengalahkan dunia dan segala persoalannya. Dalam nama Yesus yang membawa<br />

damai. Amin.


9 Janua r i<br />

Malaikat<br />

Malaikat TUHAN berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia,<br />

lalu meluputkan mereka.<br />

Mazmur 34:8<br />

Bertahun-tahun silam ada sebuah acara televisi/film yang berjudul Charlie’s<br />

Angels. “Malaikat-malaikat” ini terdiri dari tiga wanita yang memesona, yang<br />

terlibat dalam upaya memerangi kejahatan. Di dunia teater, orang-orang yang mendanai<br />

pertunjukan yang memakan biaya mahal disebut “malaikat” karena tanpa<br />

mereka, tidak akan ada pertunjukan di panggung. Semua ini merupakan interpretasi<br />

modern dari kata malaikat, tetapi pengertian dasarnya sudah benar.<br />

Malaikat adalah makhluk yang menolong orang melawan kuasa jahat, dan ia<br />

melakukan tugas-tugas tertentu. Tanpa malaikat, kita tidak selalu bisa mencapai<br />

tujuan atau kedudukan tertentu di dalam kehidupan ini.<br />

Di Alkitab terdapat beberapa contoh manakala malaikat menampakkan dirinya<br />

kepada manusia. Meskipun sebagian besar contoh itu terjadi di Perjanjian<br />

Lama, mungkin penampakan yang paling terkenal terjadi di Perjanjian Baru, yakni<br />

ketika sesosok malaikat mengunjungi Maria dan memberitahunya bahwa ia akan<br />

mengandung Putra Allah, Yesus Kristus.<br />

Namun, sebagian besar malaikat itu tidak kelihatan. Tentu saja hal ini tidak<br />

berarti bahwa mereka kurang riil. Mereka sama riilnya seperti bila mata saya ditutup<br />

sehingga saya tidak dapat melihat Anda. Mampu atau tidaknya kita melihat<br />

malaikat tidak ada hubungannya dengan keberadaan mereka dan peranan mereka<br />

untuk melindungi kita dari bahaya-bahaya tertentu.<br />

Kita tidak berdoa kepada para malaikat. Lagi pula, saat ini manusia hanya “sedikit<br />

lebih rendah daripada malaikat.” Namun, keberadaan malaikat itu hanyalah<br />

satu contoh lainnya tentang bagaimana Allah peduli dan menjaga kita dari kekuatan<br />

Setan yang terus-menerus berusaha mengalahkan kita.<br />

Sesungguhnya, malaikat adalah “agen rahasia” Allah.<br />

Ya Allah Bapa kami, terima kasih atas malaikat-malaikat-Mu yang setiap hari melindungiku<br />

dari kuasa jahat Setan. Juga terima kasih atas semua yang dilakukan oleh“agenagen<br />

rahasia” ini untuk menjagaiku dari mara bahaya. Tolonglah agar aku dapat melihat<br />

mereka dengan hatiku tatkala aku tak dapat melihat mereka dengan mataku.<br />

Dalam nama Yesus Kristus. Amin.


10 Janua r i<br />

Landasan Pernikahan<br />

Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.<br />

Karena itu, apa yang telah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan manusia.<br />

Matius 19:6<br />

Dengan tingkat perceraian yang berada di kisaran 50 persen, masih adakah<br />

keluarga yang tersisa dalam seratus tahun berikutnya? Dampak perceraian<br />

pada anak-anak begitu menggemparkan dan masih dinilai sebagai penyebab luka<br />

emosional dan psikologis yang menyakiti keluarga di masa mendatang.<br />

Salah satu alasan utama gangguan di dalam keluarga adalah bahwa kita telah melupakan<br />

perintah Alkitabiah yang berhubungan dengan pernikahan dan keluarga,<br />

perintah yang tidak pernah berubah. Alkitab tidak memperkenankan perceraian<br />

atas dasar “ia (suamiku) tidak mencintaiku” atau “ia (istriku) tidak mencintaiku.”<br />

Alkitab mengatakan Allah membenci perceraian. Dia membenci perceraian karena,<br />

seperti yang diajarkan Yesus, pernikahan adalah gambaran kesatuan antara Allah<br />

Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Ketika orang melakukan perceraian<br />

maka mereka merobek jalinan kesatuan Allah yang paling kecil sekalipun.<br />

Sejak awal, Iblis telah mencoba mengganggu kesatuan Tritunggal. Pertama, Iblis<br />

mencoba membuat dirinya sebagai bagian Tritunggal dengan menginginkan diri<br />

untuk menjadi sama dengan Allah. Adalah dosa kesombongannya yang menyebabkan<br />

iblis diusir dari Sorga. Kedua, Iblis berhasil menggoda orangtua pertama<br />

kita ke dalam dosa, yang dengan demikian memutuskan hubungan unik antara<br />

manusia dan Sang Pencipta. Ketiga, Iblis mencoba untuk melepaskan Yesus dari<br />

hubungan-Nya dengan Bapa ketika dia mencobai-Nya di padang gurun. Sekarang,<br />

Iblis, seperti rayap yang besar, sedang memakan landasan pernikahan dan keluarga.<br />

Iblis tidak pernah berubah, tidak pula dengan Allah. Allah masih membenci<br />

perceraian.<br />

Tidak ada pernikahan yang tidak dapat dipulihkan menurut pandangan Allah.<br />

Apabila kita terlebih dahulu menyerahkan diri kita ke dalam Kristus dan kemudian<br />

pernikahan kita ke dalam penjagaan dan pemeliharaan-Nya, maka tidak ada<br />

yang mustahil dengan Allah. Namun kita harus merendahkan diri kita dan meletakkan<br />

keangkuhan dan keinginan untuk memuaskan diri kita terlebih dahulu<br />

pada Altar-Nya. Kemudian hanyalah Allah yang dapat mengembalikan perasaan<br />

dan membawa penyembuhan kepada pernikahan yang bermasalah.<br />

Ya Allah Bapa kami, aku meletakkan keangkuhan dan keegoisanku di hadapan-Mu.<br />

Aku mohon ampunilah aku, Tuhan, karena membiarkan Iblis mengganggu persatuan<br />

pernikahanku. Aku mohon bantulah aku untuk mengembalikan kasih dan kesetiaanku<br />

kepada pernikahanku melalui hubunganku dengan Yesus, Tuhanku. Amin.


11 Janua r i<br />

Keluarga dan Tempat Kerja<br />

Anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN,<br />

dan buah kandungan adalah suatu upah.<br />

Mazmur 127:3<br />

Kini tekanan yang terasa dalam keluarga lebih banyak dari segala masa dalam<br />

sejarah umat manusia.<br />

Baik oleh kebutuhan maupun keinginan, kini lebih banyak perempuan yang<br />

bekerja dari sebelumnya. Banyak yang merasa bersalah karena harus menitipkan<br />

anak-anak dalam asuhan orang lain maupun membuat mereka kembali ke rumah<br />

yang kosong sementara orang tua bekerja. Banyak perempuan yang bercerai harus<br />

bekerja untuk menafkahi diri dan anak-anak mereka, fenomena yang menjadi semakin<br />

lazim pada zaman kita. Tetapi banyak perempuan (dan juga laki-laki) yang<br />

menghabiskan lebih banyak waktu demi kehidupan kerja mereka ketimbang kehidupan<br />

keluarga mereka. Jadi haruskah kita heran jika begitu banyak pernikahan<br />

bermasalah?<br />

Jika Alkitab diuraikan kembali, apa untungnya bagi seorang laki-laki (atau<br />

perempuan) yang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan keluarganya? Pencapaian<br />

hidup apakah yang setara dengan keluarga yang bahagia dan membesarkan<br />

anak-anak yang berhasil serta bertumbuh membawa pujian kepada orang tua mereka?<br />

Setiap tujuan material, bahkan jika terpenuhi, akan berlalu. Tetapi warisan<br />

kepada anak-anak kita, tidak lekang oleh waktu. Ada yang berkata bahwa anakanak<br />

kita adalah pesan kita kepada masa depan. Mereka akan memberi tahu tentang<br />

siapa kita kepada orang yang tidak pernah mengenal kita.<br />

Lebih penting lagi, anak-anak kita dipercayakan Allah kepada kita, anak-anak<br />

diciptakan di dalam gambaran-Nya dan demi mereka, Kristus rela mati. Tanggung<br />

jawab utama kita bukanlah memastikan mereka mendapatkan pakaian terbagus<br />

dan tinggal di rumah yang terbaik. Panggilan utama kita adalah memastikan mereka<br />

bertumbuh di keluarga dimana Allah hadir dan kasih Kristus bertakhta, agar<br />

mereka mengenal Allah melalui Anak-Nya. Apa lagi yang lebih berharga dari anakanak<br />

yang berhasil serta kehidupan keluarga yang bahagia?<br />

Bapa dan Allah kami, dengarkanlah doa ucapan syukurku atas anak-anakku yang kupanjatkan<br />

dengan rendah hati ini. Mereka adalah anugerah yang paling berharga dari<br />

semua anugerah duniawi yang Engkau berikan kepadaku. Mereka memberiku sukacita<br />

dan kasih yang melimpah. Kepolosan mereka mengingatkan aku akan Anak Domba<br />

tak bercela yang mati di kayu salib. Tolong aku untuk menuntun mereka kepada Yesus,<br />

satu-satunya Jalan kepada-Mu. Di dalam nama-Nya. Amin.


12 Janua r i<br />

Apa yang Harus Dilakukan dengan Masalah?<br />

Janganlah khawatir mengenai apa pun. Dalam segala hal,<br />

berdoalah dan ajukanlah permintaanmu kepada Allah. Apa yang kalian perlukan,<br />

beritahukanlah itu selalu kepada Allah dengan mengucap terima kasih.<br />

Filipi 4:6 BIS<br />

Apa yang Anda lakukan ketika Anda mengalami sebuah masalah? Apakah<br />

Anda khawatir? Sebagian besar kita merasa khawatir. Tetapi apakah khawatir<br />

menyelesaikan masalah? Tidak, khawatir tidak menyelesaikan masalah. Jadi, jika<br />

kekhawatiran tidak menyelesaikan masalah, mengapa khawatir?<br />

Hizkia memberi kita sebuah ide untuk penyelesaian masalah: Hizkia menerima<br />

surat itu dari tangan para utusan, lalu membacanya; kemudian pergilah ia ke rumah<br />

TUHAN dan membentangkan surat itu di hadapan TUHAN. Hizkia berdoa di hadapan<br />

TUHAN dengan berkata: “Ya TUHAN, Allah Israel, yang bertakhta di atas<br />

kerubim! Hanya Engkau sendirilah Allah segala kerajaan di bumi; Engkaulah yang<br />

menjadikan langit dan bumi… .”<br />

Kemudian Hizkia berdoa: “Maka sekarang, ya TUHAN, Allah kami, selamatkanlah<br />

kiranya kami dari tangannya, supaya segala kerajaan di bumi mengetahui,<br />

bahwa hanya Engkau sendirilah Allah, ya TUHAN” (2 Raja-raja 19:14-15, 19).<br />

Doa Hizkia yang tidak egois memiliki sebuah tujuan, satu tujuan yang tidak bisa<br />

Allah abaikan.<br />

Hizkia, yang terbiasa membawa permasalahannya langsung kepada Allah, ketika<br />

ia mengetahui bahwa raja Asyur akan menyerang Yerusalem, maka ia membawa<br />

masalah itu kepada Tuhan. Dan Allah menjawab dan dengan ajaib membuat raja<br />

yang sangat berkuasa itu dikalahkan.<br />

Kita lebih sering berpaling kepada Allah sebagai usaha terakhir kita meminta<br />

tolong, daripada berpaling kepada Dia sebagai sumber pertolongan kita yang pertama.<br />

Ikutilah formula Hizkia. Bawalah permasalahan Anda kepada Allah terlebih<br />

dahulu, karena hanya Dia yang mampu menangani permasalahan Anda dengan<br />

cara yang terbaik.<br />

Ya Allah Bapa kami, terima kasih karena Engkau selalu menjawab doaku. Saat ini aku<br />

berdoa meminta perlindungan dan keselamatan dari-Mu. Hanya Engkau, ya Tuhan,<br />

yang bisa menyelamatkanmu dari berbagai permasalahan yang disebabkan oleh musuhku,<br />

si Iblis. Kalahkanlah ia ketika ia menyerang kehidupanku. Tetaplah buat aku<br />

dekat pada-Mu melalui Kristus Yesus, Tuhanku. Amin.


13 Janua r i<br />

Keadaan yang Sangat Menyedihkan<br />

Setelah dihabiskannya semuanya, … ia pun mulai melarat.<br />

Lukas 15:14<br />

Rambu-rambu di sepanjang jalan raya dipasang agar kita tidak tersesat dan tetap<br />

aman dengan mengatur kecepatan kita, serta memperingatkan kita tentang<br />

tikungan tajam, jalan memutar, dan berbagai bahaya lainnya. Jika kita mengabaikannya,<br />

kita harus menanggung risiko sendiri.<br />

Dalam kisah terkenal Anak yang Hilang, pemuda itu mengabaikan setiap rambu<br />

yang Allah pasang untuk menjaganya dari keterpurukan. Lama sebelum pemuda<br />

itu mencapai kandang babi tempat akhirnya ia “tersadar kembali,” sesungguhnya<br />

ada banyak kesempatan baginya untuk berbalik, bertobat, dan pulang ke rumah.<br />

Permasalahan pemuda ini diawali jauh sebelum ia meminta warisan kepada<br />

ayahnya dan kemudian menghamburkannya untuk bermalas-malasan dan berfoyafoya.<br />

Ia tidak puas berada di rumah ayahnya dengan segala kebutuhannya yang<br />

terpenuhi. Ia menginginkan yang lebih dari itu. Ia memercayai kebohongan bahwa<br />

ada sesuatu yang lebih mengasyikkan di luar sana jika ia menjauh dari ayahnya.<br />

Bukankah kita kadang kala juga berperilaku demikian? Kita menganggap bahwa<br />

Allah sedang menahan sesuatu dari kita, bahwa ada sesuatu yang lebih baik daripada<br />

kedekatan hubungan dengan-Nya, bahwa dunia menawarkan lebih banyak<br />

kegembiraan dan kepuasan daripada yang diberikan oleh-Nya. Dengan berpikir<br />

demikian dan kemudian berlaku seperti anak yang hilang itu, kita menciptakan<br />

keadaan yang sangat menyedihkan buatan sendiri. Lalu, kita berbalik kepada Allah<br />

dan berseru di tengah keputusasaan kita.<br />

Syukurlah, seperti bapa di dalam kisah Anak yang Hilang itu, Bapa kita selalu<br />

mendengar seruan kita. Namun, sebenarnya jauh lebih baik bila kita tidak<br />

perlu mengalami keadaan buruk itu. Itulah sebabnya Allah memasang rambu di<br />

sepanjang jalan kehidupan―untuk membantu menjauhkan kita dari masalah. Isi<br />

rambu-rambu itu adalah membaca Firman-Nya setiap hari, berdoa senantiasa, dan<br />

bertekad untuk mencari kehendak-Nya bagi hidup kita.<br />

Jalan hidup seperti itu akan membawa kita pulang dengan selamat.<br />

Ya Allah Bapa kami, dengarlah teriakku minta tolong! Aku telah mengikuti jalan yang<br />

bodoh, dan kini aku terperosok di dalam kesulitan. Oh Tuhan, tolonglah aku dari kebodohanku,<br />

dan selamatkanlah aku dari dosaku. Aku tidak sanggup bertahan hidup<br />

tanpa Engkau. Engkaulah sumber segala penghiburan dan pengampunan. Dan aku<br />

tahu Engkau akan menyambutku pulang dengan tangan terbuka karena Juru Selamatku,<br />

Yesus Kristus. Amin.


14 Janua r i<br />

Sukacita<br />

Sebab sukacita karena TUHAN itulah perlindunganmu!<br />

Nehemia 8:10<br />

Apa yang dimaksud dengan sukacita?<br />

Beberapa di antara kita berpikir bahwa sukacita adalah keadaan senang<br />

terus-menerus, kepribadian yang meluap dengan kegembiraan, seseorang yang selalu<br />

tersenyum dan tertawa. Semua ini dapat menjadi ekspresi sukacita, namun<br />

sukacita sejati adalah sesuatu yang jauh lebih dalam daripada hal itu.<br />

Sukacita meluap di dalam hati kita ketika kita tahu bahwa Allah mengasihi<br />

kita, ketika kita memiliki hubungan dekat dengan Dia melalui membaca Firman-<br />

Nya, berdoa, dan berkeinginan untuk menghormati-Nya dalam setiap hal yang kita<br />

lakukan, dan dengan melayani orang lain.<br />

Sukacita tidak berarti bahwa kita tidak pernah sedih, bahwa kita tidak pernah<br />

menangis. Justru, sukacita adalah tenang dalam kepercayaan diri, keadaan damai<br />

di dalam hati orang percaya. Kadang-kadang, sukacita ini memanifestasikan dirinya<br />

dalam lagu spontan ketika berkendara sendiri di dalam mobil. Kadang-kadang,<br />

seseorang yang sangat berlimpah dengan kasih Allah justru menangis bahagia.<br />

Pada saat lainnya, sukacita adalah perasaan damai yang luar biasa di tengah-tengah<br />

perang dan gejolak.<br />

Paulus berkata demikian, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit;<br />

kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan<br />

sendirian, kami dihempaskan, namun tindak binasa” (2 Korintus 4:8-9).<br />

Paulus memiliki sukacita. Demikian pula dengan Yesus, bahkan di bawah bayangbayang<br />

kayu salib sekalipun.<br />

Seperti kebahagiaan, sukacita tidak dapat dikejar. Sukacita muncul dari dalam.<br />

Sukacita adalah keadaan menjadi gembira. Sukacita tidak bergantung pada keadaan,<br />

namun kemenangan atas keadaan. Sukacita menghasilkan kelembutan hati<br />

dan kepribadian menarik.<br />

Adalah mudah untuk mengatakan siapa saja orang-orang yang bersukacita.<br />

Mereka ini adalah orang-orang yang disukai orang lain untuk berada di sekitarnya.<br />

Ya Allah Bapa kami, aku berterima kasih kepada-Mu atas Roh Kudus yang hidup di<br />

dalam diriku. Terima kasih atas damai dan sukacita yang Roh Kudua bawa kepadaku.<br />

Engkau adalah tawa dalam hatiku, ya Tuhan. Engkau adalah sukacita dan perayaan<br />

setiap hari. Engkau adalah Allah yang patut dipuji. Aku berterima kasih kepada-Mu<br />

atas hadiah Putra-Mu, yang membuat sukacita tiada akhir. Amin.


15 Janua r i<br />

Prasangka<br />

Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan<br />

bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?<br />

1 Korintus 3:16<br />

Prasangka adalah kata yang kerap dipakai terkait dengan ras seseorang.<br />

Dalam hal ini, prasangka selalu salah karena menghakimi nilai seseorang<br />

berdasarkan warna kulitnya, padahal Allah tidak memandang warna kulit.<br />

Tetapi ada makna lain yang membuat akar kata prasangka menjadi hal yang<br />

baik. Berprasangka tentang sesuatu ada kalanya diperlukan.<br />

Memang tidak baik untuk menghakimi seseorang berdasarkan penampilan, status<br />

sosial, atau kurangnya pendidikan. Tetapi kita bisa dan harus berprasangka<br />

terhadap beberapa kegiatan “hiburan” berdasarkan apa yang mereka tampilkan di<br />

iklan dan tahu untuk tidak terlibat di dalamnya.<br />

Kita bisa berprasangka pada narkoba, yang telah menjadi masalah yang parah<br />

dalam budaya kita. Dengan melihat akibat narkoba dalam hidup orang lain, kita<br />

bisa menghindarinya. Lagipula, kita tahu bahwa tubuh adalah bait Allah, dan kita<br />

tak boleh mencemarinya dengan melakukan hal-hal cemar, seperti mengonsumsi<br />

narkoba, yang juga bisa merusak tubuh kita.<br />

Jadi, marilah hindari prasangka terkait dengan ras atau latar belakang suku atau<br />

kondisi seseorang yang berada di luar kendalinya. Tetapi marilah berprasangka<br />

dengan benar tentang orang ataupun tempat tertentu yang Allah peringatkan untuk<br />

dihindari melalui Firman-Nya agar kita tidak mengalami masalah.<br />

Bapa dan Allah kami, aku tahu Engkau adalah Hakim yang benar. Berikan aku mata-<br />

Mu untuk membedakan yang baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah, berguna<br />

dan menjerumuskan. Aku ingin murni di mata-Mu, ya Tuhan. Aku ingin menyusuri<br />

jalan yang suci melalui hidup ini menuju sukacita abadi bersama-Mu. Melalui Yesus,<br />

satu-satunya Jalan. Amin.


16 Janua r i<br />

Keamanan Rumah Tangga<br />

Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah,<br />

supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis;<br />

Efesus 6:11<br />

Apakah rumah tangga Anda dibangun di atas fondasi yang kuat? Apakah<br />

rumah rangga Anda tenang-tenang saja? Atau dipenuhi dengan ketegangan?<br />

Dan hampir bercerai?<br />

Keluarga adalah institusi yang paling penting di dunia. Ini ide Allah sejak semula,<br />

bukan ide dari para sosiolog yang berpikir mungkin ini cara yang baik untuk<br />

mengirimkan surat!<br />

Keluarga ada sebelum ada kota, pemerintahan, bahasa tulisan, bangsa-bangsa,<br />

pemujaan, dan gereja. Di dalam rumah tangga, karakter dan sikap dibentuk, integritas<br />

dilahirkan, nilai yang kita hidupi diperjelas, dan sasaran diatur. Semua ini<br />

berlangsung sepanjang hidup.<br />

Banyak orang hari ini meremas tangan mereka dengan ketakutan dan ketidakamanan<br />

karena apa yang terjadi dalam keluarga dan rumah tangga jauh lebih<br />

mengerikan daripada yang mereka lihat di Wall Street atau di Washington, D.C.<br />

Nehemia berkata, “…puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun<br />

kembali tembok ini” (Nehemia 4:10b). Kita melihat puing di mana-mana—<br />

puing di televise, di film dan di majalah yang mengolok-olok rumah tangga, mengolok-olok<br />

pernikahan, yang merupakan salah satu institusi yang terkudus dari<br />

semua institusi. (Pada sebuah program televisi, seorang wanita terkenal ditanya<br />

apakah ia percaya pada institusi pernikahan. “Tentu saja,” jawabnya. “Tetapi siapa<br />

yang mau tinggal dalam institusi?” Ini ejekan khas yang sekarang dilontarkan kepada<br />

rumah tangga dan pernikahan, khususnya oleh mereka yang bercerai atau<br />

hidup bersama tanpa menikah.)<br />

Saat ini, iblis sedang menyerang keluarga, tidak seperti sebelumnya. Tetapi<br />

apakah yang menjadi pertahanan kita terhadap serangan-serangan semacam itu?<br />

Pertahanan terbaik kita adalah Firman Allah, Paulus menyebutnya sebagai “pedang<br />

kebenaran.” Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah. Bacalah Alkitab<br />

bersama keluarga. Milikilah mezbah keluarga. Doakanlah satu sama lain<br />

setiap hari satu persatu. Dan yang paling penting, abdikanlah pernikahan Anda<br />

kepada Kristus dan jadikanlah Dia sebagai pusat rumah tangga Anda.<br />

Ya Allah Bapa kami, aku menyerahkan keluargaku dan rumah tanggaku kepada-Mu.<br />

Mohon, bangunlah tembok perlindungan yang kuat di sekitar kami, ya Bapa, sehingga<br />

Iblis tidak bisa menerobos masuk dan mencuri kesatuan dan sukacita kami. Aku mengabdikan<br />

diriku sendiri, pernikahanku, anak-anakku, dan rumah tangga kami kepada-<br />

Mu. Jagalah kami dalam pemeliharaan-Mu melalui Kristus, Raja kami. Amin.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!