13.07.2015 Views

TUTI ALAWIYAH.pdf - Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu ...

TUTI ALAWIYAH.pdf - Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu ...

TUTI ALAWIYAH.pdf - Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYADengan ini saya menyatakan bahwa :1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhisalah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> <strong>dan</strong><strong>Ilmu</strong> Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkansesuai dengan ketentuan yang berlaku di <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> <strong>dan</strong> <strong>Ilmu</strong>Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli sayaatau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerimasanksi yang berlaku di <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> <strong>dan</strong> <strong>Ilmu</strong> Kesehatan UniversitasIslam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.Jakarta, 30 Oktober 2009MateraiRp. 6.000Tuti Alawiyah


GAMBARAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA PERAWATDI RS. SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2009Laporan PenelitianDiajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> <strong>dan</strong><strong>Ilmu</strong> Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana<strong>Kedokteran</strong> (S.Ked)OlehTuti AlawiyahNIM: 105103003439PembimbingIting Shofwati, ST., MKKKPROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA1430 H/2009 M


PENGESAHAN PANITIA UJIANLaporan Penelitian berjudul GAMBARAN GANGGUAN POLA TIDURPADA PERAWAT DI RS. SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN2009 yang diajukan oleh Tuti Alawiyah (NIM: 105103003439), telah diujikandalam si<strong>dan</strong>g di <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> <strong>dan</strong> <strong>Ilmu</strong> Kesehatan pada 16 November2009. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperolehgelar Sarjana <strong>Kedokteran</strong> (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.Jakarta, 30 Oktober 2009DEWAN PENGUJIKetua Si<strong>dan</strong>g Pembimbing Pengujidr. Nurul Hiedayati, PhD Iting Shofwati, ST., MKKK Dr. Fika Ekayanti, M. Med.EdPIMPINAN FAKULTASDekan FKIK Dekan UIN FKIK UINKaprodi Pendidikan Dokter UINProf. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpProf. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAndDr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM


Tuti AlawiyahProgram Studi Pendidikan DokterGambaran Gangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif HidayatullahJakarta Tahun. 2009xviii + 79 halaman, 13 tabel, 2 gambar, 3 lampiranABSTRAKGangguan pola tidur merupakan keluhan yang sering dirasakan oleh perawatyang bekerja dengan penerapan shift.RS. syarif Hidayatullah merupakan rumahsakit yang menerapkan sistem shift dalam menjalankan sistim pelayanannya.Untuk itu diperlukan a<strong>dan</strong>ya suatu penelitian untuk mengetahui gambarankejadian gangguan pola tidur pola tidur pada perawat yang menjalankan sistemshift <strong>dan</strong> non shift dengan faktor-faktor yang diteliti adalah usia, jenis kelamin,masa kerja shift, status perkawinan, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol <strong>dan</strong>kafein, <strong>dan</strong> penggunaan obat tidur.Pengumpulan data variabel dependen (pola tidur) <strong>dan</strong> variabel independen(shift kerja, usia,jenis kelamin, masa kerja shift, status perkawinan, kebiasaanmerokok, konsumsi alkohol <strong>dan</strong> kafein, <strong>dan</strong> penggunaan obat tidur) menggunakaninstrumen penelitian berupa kuesioner. Penelitian ini merupakan penelitiankuantitatif. Adapun populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat di RS.Syarif Hidayatullah yang berjumlah 41 orang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat yang mengalami gangguanpola tidur sebanyak 23 orang (56%), se<strong>dan</strong>gkan 18 orang (44%) tidak mengalamigangguan pola tidur. Perawat yang bekerja dengan penerapan shift sebanyak 25orang (61%) <strong>dan</strong> tidak penerapan shift sebanyak 16 orang (39%). Perawat yangbekerja dengan penerapan shift lebih banyak memiliki gangguan pola tidurdibandingkan dengan perawat yang non shift.Rumah sakit diharapkan meninjau kembali jadwal shift kerja, sertamenyediakan waktu libur sedikitnya 2 hari untuk perawat terutama perawatdengan penerapan shift . Se<strong>dan</strong>gkan pada perawat disarankan agar menjaga jadwaltidur, <strong>dan</strong> untuk beristirahat sebelum bekerja shift malam.Kata Kunci : gangguan pola tidur


Tuti AlawiyahDepartment of Medical ScienceDescription of Sleep-Pattern Disturbance at Nurses of Syarif HidayatullahHospital of Jakarta. 2009xviii + 79 pages, 13 tables, 2 image, 3 appendixABSTRACTSleep-pattern disturbance is a complaint that is frequently felt by nursesworking by using shift application system. Syarif Hidayatullah Hospital ishospital applying the shift system in performing its service system. Therefore, it isneed a research to know description of sleep-pattern disturbance event at nursesperforming shift and non shift system with factors that observed are age, gender,work period of shift, marital status, smoking habit, alcohol and caffeineconsumption, and the usage of soporific.Data collecting of dependent variable (i.e. sleep pattern) and independentvariable (shift of work, age, gender, work period of shift, marital status, smokinghabit, alcohol and caffeine consumption, and the usage of soporific) is usingresearch instrument in the form of questioner. This Research is quantitativeresearch. The population of this research is entirely nurses of Syarif HidayatullahHospital that amount to 41 people.The research result indicates that nurses experiencing sleep-patterndisturbance are 23 peoples (56%) of amount, whereas 18 peoples (44%) ofamount is not experiencing it. Nurses working by applying the shift system are 25peoples (61%) of amount and Nurses not applying it are 16 peoples (39%) ofamount. Nurses working by applying shift system have more disturbance of sleeppatternthan nurses with non shift.The hospital is expected to revise the shift schedule of work, and providefor nurses time off at least two days especially nurses with shift applicationsystem. The nurses are suggested to keep its schedule of sleep, and rest beforeworking at night shift.Keyword: sleep-pattern disturbance


DAFTAR RIWAYAT HIDUPNama: Tuti AlawiyahTempat tanggal lahir : Jakarta, 11 Nopember 1987Jenis kelaminAgamaKewarganegaraan: Perempuan: Islam: IndonesiaAlamat : Jln. Gelonggong NO. 63 Rt 02/Rw 03Kel. Kedung WaringinKec. Bojong GedeBojong Gede-Bogor Kode Pos 16320E-Mail: cuit_luthu_immut@yahoo.co.idPendidikan :1. SD 03 Bojong Gede (1993 – 1999)2. MTs. Al-Hamidiyah Depok (1999 – 2002)3. MA Al-Hamidiyah Depok (2002 – 2005)4. S-1 Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2005 – 2009)


DAFTAR ISIHalamanHALAMAN JUDUL .............................................................................................. iLEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. iiLEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iiiLEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ivKATA PENGANTAR ........................................................................................... vABSTRAK .......................................................................................................... viiiABSTRACT .......................................................................................................... ixDAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. xDAFTAR ISI ......................................................................................................... xiDAFTAR TABEL .............................................................................................. xiiiDAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvDAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xviDAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xviiDAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviiiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang ................................................................................... 11.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 31.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 31.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 41.5 Ruang Lingkup.................................................................................... 4BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Gangguan Pola Tidur .......................................................................... 62.1.1 Pola Tidur......................................................................................... 62.1.2 Gangguan Pola Tidur ....................................................................... 92.1.3 Efek Gangguan Tidur ..................................................................... 192.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Tidur ............. 212.2.1 Shift Kerja ...................................................................................... 212.2.1.1 Definisi Shift Kerja ..................................................................... 212.2.1.2 Sistem Shift Kerja ....................................................................... 212.2.1.3 Rotasi .......................................................................................... 222.2.1.4 Efek Shift Kerja ........................................................................... 262.2.2 Usia Pekerja ................................................................................... 282.2.3 Masa Kerja Shift ............................................................................. 302.2.4 Usia Perkawinan ............................................................................ 312.2.5 Tempat Kerja ................................................................................. 322.2.6 Jenis Kelamin ................................................................................. 332.2.7 Status Kesehatan ............................................................................ 342.2.8 Kebiasaan Merokok ....................................................................... 342.2.9 Konsumsi Alkohol <strong>dan</strong> Kafein ....................................................... 352.2.10 Konsumsi Obat Tidur ................................................................... 362.3 Kerangka Teori ................................................................................. 372.4 Kerangka Konsep .............................................................................. 38BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Desain Penelitian .............................................................................. 463.2 Tempat <strong>dan</strong> Waktu Penelitian ........................................................... 46


3.3 Populasi <strong>dan</strong> Sampel Penelitian ........................................................ 463.4 Instrumen Penelitian ......................................................................... 463.5 Metode Pengumpula Data ................................................................. 473.6 Pengolahan Data ............................................................................... 473.7 Analisis Data ..................................................................................... 48BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil .................................................................................................. 494.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit ..................................................... 494.1.2 Analisis Univariat .......................................................................... 524.1.2.1 Gambaran Pola Tidur Perawat di RS. Syarif Hidayatullah ......... 524.1.2.2 Gambaran Penerapan Shift Kerja yang Dilaksanakan di RS.Syarif Hidayatullah Tahun 2009 ............................................... 544.1.2.3 Gambaran Karakteristik Perawat di RS. Syarif HidayatullahTahun 2009 ............................................................................... 544.1.2.4 Gambaran Gaya Hidup Perawat di RS. Syarif Hidayatullah Tahun2009 .......................................................................................... 584.2 Pembahasan....................................................................................... 624.2.1 Keterbatasan Penelitian .................................................................. 624.2.2 Pola Tidur....................................................................................... 634.2.3Gambaran Shift Kerja ...................................................................... 644.2.4 Gambaran Distribusi Usia .............................................................. 664.2.5 Gambaran Distribusi Jenis Kelamin .............................................. 674.2.6 Gambaran Masa Kerja Shift ........................................................... 684.2.7Gambaran Status Perkawinan ......................................................... 684.2.8 Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Rokok ................................ 694.2.9 Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Beralkohol ........ 704.2.10 Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Minuman Berkafein ........ 714.2.11 Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Obat Tidur ....................... 72BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 745.2 Saran ................................................................................................. 75DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 77LAMPIRAN ......................................................................................................... 79


DAFTAR TABELHalamanTabel 2.1 Metropolitan Rota ..................................................................... 27Tabel 2.2 Continental Rota ....................................................................... 28Tabel 2.3 Sistem empat orang Siklus 32 jam ............................................ 29Tabel 2.4 Definisi Operasional ................................................................. 44Tabel 4.1 Distribusi Kalitas Tidur Berdasarkan Keluhan di RS. SyarifHidayatullah Tahun 2009 .......................................................... 52Tabel 4.2 Distribusi Kualitas Tidur Perawat di RS. Syarif HiadayatullahTahun 2009 ................................................................................ 54Tabel 4.3 Distribusi Kuantitas Tidur Perawat di RS. Syarif HidayatullahTahun 2009 ................................................................................ 54Tabel 4.4 Distribusi Perawat di RS. Syarif Hidayatullah BerdasarkanKarakteristiknya Tahun 2009 .................................................... 56Tabel 4.5 Distribusi Usia yang Berisiko Mengalami Gangguan Pola Tidurpada Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah Tahun 2009 ............ 58Tabel 4.6 Distribusi Jenis Kelamin yang Berisiko Mengalami Gangguan PolaTidur pada Perawat di RS. Syarif Hiadayatulla Tahun 2009 .... 59Tabel 4.7 Distribusi Masa Kerja Shift yang Berisiko Mengalami GangguanPola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hidayatullah Tahun2009 ........................................................................................... 60Tabel 4.8 Distribusi Status Perkawinan yang Berisiko Mengalami GangguanPola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah Tahun2009 ........................................................................................... 61Tabel 4.9 Distribusi Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah Berdasarkan GayaHidup Tahun 2009 ..................................................................... 62Tabel 4.10 Distribusi Kebiasaan Merokok yang Berisiko MengalamiGangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif Hiadayatullah


Tahun 2009 ................................................................................ 63Tabel 4.11 Distribusi Konsumsi Alkohol yang Berisiko MengalamiGangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif HiadayatullahTahun 2009 ................................................................................ 65Tabel 4.12 Distribusi Konsumsi Kafein yang Berisiko MengalamiGangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif HiadayatullahTahun 2009 ................................................................................ 66Tabel 4.13 Distribusi Konsumsi Obat Tidur yang Berisiko MengalamiGangguan Pola Tidur pada Perawat di RS. Syarif HiadayatullahTahun 2009 ................................................................................ 68


DAFTAR GAMBARHalamanGambar 2.1 Bagan Kerangka Teori ............................................................ 43Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep ......................................................... 44


DAFTAR SINGKATANNREMNSFREM: Non Rapid Eye Movement: National Sleep Foundation: Rapid Eye Movement


DAFTAR ISTILAHCircadian rhythm adalah fluktuasi tubuh manusia <strong>dan</strong> hewan yang mengikutisiklus 24 jam.Pola tidur adalah model, bentuk, atau corak tidur dalam jangka waktu yang relatifmenetap <strong>dan</strong> meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur <strong>dan</strong> bangun, irama tidur,frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur, <strong>dan</strong> kepuasantidur.Rotasi shift adalah perputaran jadwal kerja dalam jangka waktu tertentu.Shift kerja adalah Jadwal jam kerja yang berada di luar jam kerja normal yangdimulai dari sekitar pukul 07.00 sampai pukul 18.00, dengan lamanya jamkerja untuk satu orang adalah 7 – 8 jam.


DAFTAR LAMPIRANLampiran 1Lampiran 2Lampiran 3Surat Pengantar Izin PenelitianKuesioner penelitianHasil Analisis Univariat


c. Diketahuinya gambaran gangguan pola tidur dengan karakteristik (usia, jeniskelamin, masa kerja shift, status perkawinan) perawat di RS. SyarifHidayatullah tahun 2009.d. Diketahuinya gambaran gangguan pola tidur dengan gaya hidup (kebiasaanmerokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, konsumsi obat tidur) perawat diRS. Syarif Hidayatullah tahun 2009.1. 4. Manfaat Penelitian1. 4. 1. Manfaat Bagi Rumah SakitHasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumahsakit, sehingga dapat diketahui apakah shift kerja yang diterapkan sudahcukup baik terhadap keselamatan <strong>dan</strong> kesehatan perawat di RS. SyarifHidayatullah Jakarta.1. 4. 2. Manfaat Bagi PekerjaHasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan sertapemahaman pekerja mengenai gangguan pola tidur yang diakibatkan olehpenerapan shift kerja yang diterapkan rumah sakit.1. 4. 3. Manfaat Bagi PenelitiSebagai bahan referensi yang dapat dijadikan bahan bacaan olehpeneliti selanjutnya yang berhubungan dengan shift kerja <strong>dan</strong> gangguanpola tidur pada perawat.1. 5. Ruang LingkupPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tidur pada pekerjaditinjau dari penerapan shift kerja, karakteristik pekerja, <strong>dan</strong> gaya hidupperawat di RS. Syarif Hidayatullah Jakarta. Sasaran penelitian adalah paraperawat di RS. Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian dilaksanakan pada


ulan Oktober 2009. Penelitian ini perlu dilakukan karena rumah sakit initelah menerapkan shift kerja dalam menjalankan proses pelayanan di rumahsakit. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional(potong lintang). Data-data tersebut disajikan dalam tabel distribusifrekuensi, kemudian dilakukan uji statistik <strong>dan</strong> pengambilan sampeldilakukan dengan mengambil seluruh perawat di RS. Syarif Hidayatullah.Data yang digunakan merupakan data primer berupa kuesioner yangdiperoleh dengan cara menyebar kuesioner yang berupa pertanyaan yangberhubungan dengan gangguan pola tidur yang digunakan untuk mengukura<strong>dan</strong>ya gejala gangguan pola tidur secara subjektif. Kuisoner ini dibagikankepada para perawat <strong>dan</strong> diisi oleh mereka sendiri.


BAB IITINJAUAN PUSTAKA2. 1. Gangguan Pola Tidur2.1.1. Pola TidurTidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani<strong>dan</strong> kelelahan mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang<strong>dan</strong> akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikanpersoalan yang dihadapi (Japardi, 2002).Tidur adalah keadaan normal yang berlangsung secara berkala. Selamatidur terjadi penurunan kegiatan fisiologik yang disertai oleh penurunankesadaran (Kuswadji, 1997).Kebutuhan tidur seseorang dapat digolongkan menjadi dua kelompok,hal ini dikarenakan kebutuhan tidur pada setiap orang tidaklah sama.Kelompok pertama disebut short sleepers, yaitu kelompok manusia yangmembutuhkan tidur kurang dari enam jam per hari. Biasanya merekamemiliki sifat efisien, ambisius, pandai bergaul, bersikap tidak peduliterhadap masalah-masalah umum, memiliki rasa puas diri, <strong>dan</strong> dapatdikatakan terbebas dari gangguan psikologis. Kelompok kedua disebut longsleepers, yaitu kelompok manusia yang membutuhkan tidur lebih darisembilan jam per hari. Umumnya kelompok ini memiliki sifat pemalu,mudah khawatir, banyak berpikir tentang masa depan, diri sendiri, <strong>dan</strong>masalah-masalah umum yang sebenarnya tidak perlu dirisaukan. Biasanyamereka mengalami gangguan psikologis ringan seperti anxietas <strong>dan</strong> depresiringan (Handayani, 2008).Dalam sebuah penelitian menjelaskan apabila dilihat dari usia individuseorang bayi normal membutuhkan waktu untuk tidur selama 16 – 18 jamsehari. Se<strong>dan</strong>gkan manusia dewasa normal rata-rata membutuhkan waktutidur antara 7 – 8 jam sehari. Pada orang yang berusia diatas 60 tahun,


kebutuhan tidurnya akan berkurang antara 4 – 6 jam dalam seharinya. Daripenjelasan tersebut dapat dilihat bahwa kualitas tidur seseorang tidakselamanya tergantung dari lamanya waktu yang dihabiskan untuk tidur,akan tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi fisik <strong>dan</strong> emosional. Tidur yangberkualitas tinggi adalah tidur yang nyenyak, tidak terlalu sering terbangundi tengah malam, <strong>dan</strong> apabila terbangun akan mudah untuk tertidur kembaliserta tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti (Handayani, 2008).Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai denganberedarnya waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasibola dunia disebut sebagai irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadianterletak pada bagian ventral anterior hypothalamus. Bagian susunan sarafpusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada substansiaventrikulo retikularis medulo oblongata yang disebut sebagai pusat tidur.Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasiterdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusatpenggugah atau aurosal state (Japardi, 2002).Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:a. Tipe Rapid Eye Movement (REM)Pada waktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat <strong>dan</strong>menjadi lebih intens <strong>dan</strong> panjang saat menjelang pagi atau bangun. Polatidur REM ditandai dengan a<strong>dan</strong>ya gerakan bola mata yang cepat, tonusotot yang sangat rendah (Japardi, 2002).b. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM)Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium,lalu diikuti oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM <strong>dan</strong>REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi barulahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudianmenurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun <strong>dan</strong> kira-kira 7-7,5jam/hari pada orang dewasa (Japardi, 2002).Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:1. Tidur stadium Satu


Fase ini merupakan antara fase terjaga <strong>dan</strong> fase awal tidur. Fase inididapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang <strong>dan</strong> tampakgerakan bola mata kekanan <strong>dan</strong> kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5menit <strong>dan</strong> mudah sekali dibangunkan. Gambaran EEG biasanya terdiridari gelombang campuran alfa, betha <strong>dan</strong> ka<strong>dan</strong>g gelombang thetadengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan a<strong>dan</strong>ya gelombangsleep spindle <strong>dan</strong> kompleks K (Japardi, 2002).2. Tidur stadium duaPada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus ototmasih berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. GambaranEEG terdiri dari gelombang theta simetris. Terlihat a<strong>dan</strong>ya gelombangsleep spindle, gelombang verteks <strong>dan</strong> komplek K (Japardi, 2002).3. Tidur stadium tigaFase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEGterdapat lebih banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% sertatampak gelombang sleep spindle (Japardi, 2002).4. Tidur stadium empatMerupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. GambaranEEG didominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombangsleep spindle. Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Padawaktu REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat <strong>dan</strong> menjadilebih insten <strong>dan</strong> panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidurREM ditandai a<strong>dan</strong>ya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yangsangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapatmenceritakan mimpinya, denyut nadi bertambah <strong>dan</strong> pada laki-lakiterjadi eraksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi yang dalam(Japardi, 2002).Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang sepertiperiode neonatal bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur.Periode neonatal ini pada EEG-nya masuk ke fase REM tanpa melaluistadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola berubah sehingga persentasi


total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan kematangansel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awal tidur yang didahuluioleh fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengandistribusi fase tidur sebagai berikut:‒ NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%;stadium 4 : 13%‒ REM; 25 % (Japardi, 2002).2. 1. 2. Gangguan Pola TidurAdalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami resiko perubahanjumlah <strong>dan</strong> kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidaknyamanan(Japardi, 2002).Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling seringditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidurdapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin,berpendidikan tinggi <strong>dan</strong> rendah maupun orang muda, serta yang palingsering ditemukan pada usia lanjut (Japardi, 2002).Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akanmengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya,menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudahtersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnyadapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain. Menurutbeberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kalilebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yangtidurnya cukup (Japardi, 2002).Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masakehidupannya. Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasamengalami kesukaran tidur <strong>dan</strong> 17% diantaranya mengalami masalahserius (Japardi, 2002).Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung meningkat, hal inijuga sesuai dengan peningkatan usia <strong>dan</strong> berbagai penyebabnya. Kaplan<strong>dan</strong> Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut


menderita gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkanoleh gangguan psikiatri, ketergantungan obat <strong>dan</strong> alkohol (Japardi, 2002).Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi penyebabpenyebabgangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%),gangguan pusat pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%),psychophysiological (15%), sindroma kaki gelisah (5-15%),ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (5-10%), depresi(65). Demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2- 5%), gangguanobstruksi sesak saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (


• Berhubungan dengan fase REMGangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinusarrest (Japardi, 2002).• Parasomnia lain-lainnyaBruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan,distonia paroksismal (Japardi, 2002).c. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri• Gangguan mentalPsikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat), alkohol(Japardi, 2002).• Berhubungan dengan kondisi kesehatanPenyakit degeneratif (demensia, parkinson, multiple sklerosis),epilepsi, status epilepsi, nyeri kepala, Huntington, post traumatikkepala, stroke, Gilles de-la tourette sindroma (Japardi, 2002).• Berhubungan dengan kondisi kesehatanPenyakit asma,penyakit jantung, ulkus peptikus, sindromafibrositis, refluks gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK)(Japardi, 2002).d. Gangguan tidur yang tidak terklassifikasi1. DissomniaAdalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaranmenjadi jatuh tidur (failling as sleep), mengalami gangguan selamatidur (difficulty in staying as sleep), bangun terlalu dini ataukombinasi diantaranya (Japardi, 2002).2. Gangguan tidur spesifika. NarkolepsiDitandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapatdihindari pada siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20menit atau selalu kurang dari 1 jam, setelah itu pasien akansegar kembali <strong>dan</strong> terulang kembali 2-3 jam berikutnya.


Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan fase REM 30-70%.Pada serangan tidur dimulai dengan fase REM (Japardi, 2002).Berbagai bentuk narkolepsi:- Narkolepsi kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yangsementara baik sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jawdrop, head drop (Japardi, 2002).- Hypnagogic halusinasi auditorik/visual adalah halusinasipada saat jatuh tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga,kemudian ke kerangka pikiran normal (Japardi, 2002).- Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis padasaat masuk tidur sehingga pasien sadar ia tidak mampumenggerakkan ototnya (Japardi, 2002).Gangguan ini merupakan kelainan heriditer, kelainannyaterletak pada lokus kromoson 6 didapatkan pada orang-orangCaucasian white dengan populasi lebih dari 90%, se<strong>dan</strong>gkanpada bangsa Jepang 20-25%, <strong>dan</strong> bangsa Israel 1:500.000. Tidakada perbedaan antara jenis kelamin laki <strong>dan</strong> wanita. Kelainan inididuga terletak antara batang otak bagian atas <strong>dan</strong> kronik padamalam harinya serta tidak rstorasi seperti terputusnya fase REM(Japardi, 2002).b. Gangguan gerakan anggota gerak ba<strong>dan</strong> secara periodik(periodik limb movement disorders)/mioklonus nokturnalDitandai a<strong>dan</strong>ya gerakan anggota gerak ba<strong>dan</strong> secarastreotipik, berulang selama tidur. Paling sering terjadi padaanggota gerak kaki baik satu atau kedua kaki. Bentuknya berupasktensi ibu jari kaki <strong>dan</strong> fleksi sebagian pada sendi lutut <strong>dan</strong>tumit. Gerak itu berlangsung antara 0,5-5 detik, berulang dalamwaktu 20-60 detik atau mungkin berlangsung terusmenerusdalam beberapa menit atau jam. Bentuk tonik lebih sering daripada mioklonus (Japardi, 2002).Sering timbul pada fase NREM atau saat onset tidur sehinggamenyebabkan gangguan tidur kronik yang terputus. Lesi pada


pusat kontrol pacemaker batang otak. Insidensi 5% dari orangnormal antara usia 30-50 tahun <strong>dan</strong> 29% pada usia lebih dari 50tahun. Berat ringan gangguan ini sangat tergantung dari jumlahgerakan yang terjadi selama tidur, bila 5-25 gerakan/jam: ringan,25-50 gerakan/jam: se<strong>dan</strong>g, <strong>dan</strong>lebih dari 50 kali/jam : berat.Didapatkan pada penyakit seperti mielopati kronik, neuropati,gangguan ginjal kronik, PPOK, rhematoid arteritis, sleep apnea,ketergantungan obat, anemia (Japardi, 2002).c. Sindroma kaki gelisah (Restless legs syndrome)/EkbomssyndromeDitandai oleh rasa sensasi pada kaki/kaku, yang terjadisebelum onset tidur. Gangguan ini sangat berhubungan denganmioklonus nokturnal. Pergerakan kaki secara periodik disertaidengan rasa nyeri akibat kejang otot M. tibialis kiri <strong>dan</strong> kanansehingga penderita selalu mendorongdorong kakinya.Ditemukan pada penyakit gangguan ginjal stadium akut,parkinson, wanita hamil. Lokasi kelainan ini diduga diantara lesibatang otak hipotalamus (Japardi, 2002).d. Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea,upper airway obstructive apnea <strong>dan</strong> bentuk campuran darikeduanya. Apnea tidur adalah gangguan pernafasan yang terjadisaat tidur, yang berlangsung selama lebih dari 10 detik.Dikatakan apnea tidur patologis jika penderita mengalamiepisode apnea sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30episode apnea selama semalam. Selama periodik ini gerakandada <strong>dan</strong> dinding perut sangat dominan. Apnea sentral seringterjadi pada usia lanjut, yang ditandai dengan intermitenpenurunan kemampuan respirasi akibat penurunan saturasioksigen. Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara<strong>dan</strong> usaha pernafasan secara periodik selama tidur, sehinggapergerakan dada <strong>dan</strong> dinding perut menghilang. Hal ini


kemungkinan kerusakan pada batang otak atau hiperkapnia(Japardi, 2002).Gangguan saluran nafas (upper airway obstructive) pada saattidur ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea,peningkatan usaha otot dada <strong>dan</strong> dinding perut dengan tujuanmemaksa udara masuk melalui obstruksi. Gangguan ini semakinberat bila memasuki fase REM. Gangguan saluran nafas iniditandai dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada saattidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudianmenghilang <strong>dan</strong> berulang setiap 20-50 detik (Japardi, 2002).Serangan apnea pada saat pasien tidak mendengkur. Akibathipoksia atau hipercapnea, menyebabkan respirasi lebih aktifyang diaktifkan oleh formasi retikularis <strong>dan</strong> pusat respirasimedula, dengan akibat pasien terjaga <strong>dan</strong>respirasi kembalinormal secara reflek. Baik pada sentral atau obstruksi apnea,pasien sering terbangun berulang kali di malam hari, yangka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g sulit kembali untuk jatuh tidur. Gangguan inisering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaanpada pagi hari. Pada anak-anak sering berhubungan dengangangguan kongenital saluran nafas, dysotonomi syndrome,adenotonsilar hypertropi. Pada orang dewasa obstruksi salurannafas septal defek, hipotiroid, atau bradikardi, gangguanjantung, PPOK, hipertensi, stroke, GBS, arnord chiarimalformation (Japardi, 2002).e. Paska trauma kepalaSebagian besar pasien dengan paska trauma kepala seringmengeluh gangguan tidur. Jarak waktu antara trauma kepaladengan timbulnya keluhan gangguan tidur setelah 2-3 tahunkemudian (Japardi, 2002).Pada gambaran polysomnography tampak penurunan faseREM <strong>dan</strong> peningkatan sejumlah fase jaga. Hal ini juga


menunjukkan bahwa fase koma (trauma kepala) sangat berperandalam penentuan kelainan tidur (Japardi, 2002).Pada penelitian terakhir menunjukkan pasien tampak selalumengantuk berlebih sepanjang hari tanpa diikuti oleh fase onsetREM. Penanganan dengan proses program rehabilitasi sepertisleep hygine. Litium carbonat dapat menurunkan angkafrekwensi gangguan tidur akibat trauma kepala (Japardi, 2002).3. Gangguan tidur irama sirkadianSleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitugangguan dimana penderita tidak dapat tidur <strong>dan</strong> bangun padawaktu yang dikehendaki,walaupun jumlah tidurnya tatap.Gangguan ini sangat berhubungan dengan irama tidur sirkadiannormal (Japardi, 2002).Bagian-bagian yang berfungsi dalam pengaturan sirkadianantara lain temperatur ba<strong>dan</strong>,plasma darah, urine, fungsi ginjal <strong>dan</strong>psikologi. Dalam kea<strong>dan</strong> normal fungsi irama sirkadian mengatursiklus biologi irama tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuktidur <strong>dan</strong> dua pertiga untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadianini dapat mengalami gangguan, apabila irama tersebut mengalamiperegseran. Menurut beberapa penelitian terjadi pergeseran iramasirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur yangirreguler (bringing irama sirkadian) (Japardi, 2002).Perubahan yang jelas secara organik yang mengalami gangguanirama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama sirkadiandapat dikategorikan dua bagian:1. Sementara (acut work shift, Jet lag) (Japardi, 2002).2. Menetap (shift worker) (Japardi, 2002).Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehinggaterjadi perubahan pemendekan waktu onset tidur <strong>dan</strong> perubahanpada fase REM (Japardi, 2002).Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadianadalah sebagai berikut:


a. Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type)Yaitu ditandai oleh waktu tidur <strong>dan</strong> terjaga lebih lambat yangdiinginkan. Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anaksekolah atau pekerja sosial. Orang tersebut sering tertidur(kesulitan jatuh tidur) <strong>dan</strong> mengantuk pada siang hari (insomniasekunder) (Japardi, 2002).b. Tipe Jet lagIalah mengantuk <strong>dan</strong> terjaga pada waktu yang tidak tepatmenurut jam setempat, hal ini terjadi setelah berpergianmelewati lebih dari satu zone waktu. Gambaran tidurmenunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur yangterputus-putus (Japardi, 2002).c. Tipe pergeseran kerja (shift work type)Pergeseran kerja terjadi pada orang tg secara teratur <strong>dan</strong> cepatmengubah jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwaltidur. Gejala ini sering timbul bersama-sama dengan gangguansomatik seperti ulkus peptikum. Gambarannya berupa polairreguler atau mungkin pola tidur normal dengan onset tidur faseREM (Japardi, 2002).d. Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome)Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasienusia lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam <strong>dan</strong>terbangun antara pukul 1-3 pagi. Walaupun pasien ini merasacukup ubtuk waktu tidurnya. Gambaran tidur tampak normaltetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tidak sesuai(Japardi, 2002).e. Tipe bangun-tidur beraturanf. Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam4. Lesi susunan saraf pusat (neurologis)Sangat jarang. Les batang otak atau bulber dapat menggangguawal atau memelihara selama tidur, ini merupakan gangguan tidurorganik. Feldman <strong>dan</strong> wilkus et al menemukan fase tidur pada lesi


atau trauma daerahventral pons, yang mana fase 1 <strong>dan</strong> 2 menetaptetapi fase REM berkurang atau tidak ada sama sekali. Penderitachroea ditandai dengan gangguan tidur yang berat, yangdiakibatkan kerusakan pada raphe batang otak. Penyakit sepertiGilles de la Tourettes syndrome, parkinson, khorea, dystonia,gerakan-gerakan penyakit lebih sering timbul pada saat pasientidur. Gerakan ini lebih sering terjadi pada fase awal <strong>dan</strong> fase 1 <strong>dan</strong>jarang terjadi pada fase dalam. Pada dememsia sinilis gangguantidur pada malam hari, mungkin akibat diorganisasi siklussirkadian, terutama perubahan suhu tubuh. Pada penderita strokedapat mengalami gangguan tidur, bila terjadi gangguan vaskulerdidaerah batang otak epilepsi seringkali terjadi pada saat tidurterutama pada fase NREM (stadium ½) jarang terjadi pada faseREM (Japardi, 2002).5. Gangguan kesehatan, toksikSeperti neuritis, carpal tunnel sindroma, distessia, miopatidistropi, low back pain, gangguan metabolik sepertihipo/hipertiroid, gangguan ginjal akut/kronik, asma, penyakit,ulkus peptikus, gangguan saluran nafas obstruksi seringmenyebabkan gangguan tidur seperti yang ditunjukkan mioklonusnortuknal (Japardi, 2002).6. Obat-obatanGangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan sepertipenggunaan obat stimulan yang kronik (amphetamine, kaffein,nikotine), antihipertensi, antidepresan, antiparkinson, antihistamin,antikholinergik. Obat ini dapat menimbulkan terputus-outus fasetidur REM (Japardi, 2002).2. ParasomniaYaitu merupakan kelompok heterogen yang terdiri darikejadian-kejadian episode yang berlangsung pada malam hari padasaat tidur atau pada waktu antara bangun <strong>dan</strong> tidur. Kasus ini seringberhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku <strong>dan</strong>aksi


motorik potensial, sehingga sangat potensial menimbulkan angkakesakitan <strong>dan</strong> kematian, Insidensi ini sering ditemukan pada usiaanak berumur 3-5 tahun (15%) <strong>dan</strong> mengalami perbaikan ataupenurunan insidensi pada usia dewasa (3%) (Japardi, 2002).Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu(Japardi, 2002):a. Peminum alkoholb. Kurang tidur (sleep deprivation)c. Stress psikososialKelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi padastadium transmisi antara bangun <strong>dan</strong> tidur. Gambaran berupaaktivitas otot skeletal <strong>dan</strong> perubahan sistem otonom. Gejalakhasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), <strong>dan</strong> diikutiaurosal <strong>dan</strong> amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi padastadium 3 <strong>dan</strong> 4 (Japardi, 2002).- Gangguan tidur berjalan (sleep walking)/somnabulismeMerupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplektermasuk a<strong>dan</strong>ya automatis <strong>dan</strong> semipurposeful aksi motorik,seperti membuk apintu, menutup pintu, duduk ditempat tidur,menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkah laku berjalandalam beberapa menit <strong>dan</strong> kembali tidur. Gambaran tipikalgangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur yangrendah, berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidurNREM pada stadium 3 <strong>dan</strong> 4. Selama serangan, relatif tidakmemberikan respon terhadap usaha orang lain untukberkomunikasi dengannya <strong>dan</strong> dapat dibangunkan susah payah.Pada gambaran EEG menunjukkan iram acampuran terutamatheta dengan gelombang rendah. Bahkan tidak didapatkana<strong>dan</strong>ya gelombang alpha (Japardi, 2002).- Gangguan teror tidur (sleep teror)Ditandai dengan pasien mendadak berteriak, suara tangisan<strong>dan</strong> berdiri ditempat tidur yang tampak seperti ketakutan <strong>dan</strong>


ergerak-gerak. Serangan ini terjadi sepertiga malam yangberlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 <strong>dan</strong> 4. Ka<strong>dan</strong>gka<strong>dan</strong>gpenderita tetap terjaga dalam keadaan terdisorientasi,atau sering diikuti tidur berjalan. Gambaran teror tidur miripdengan teror berjalan baik secara klinis maupun dalampemeriksaan polisomnografy. Teror tidur mungkinmencerminkan suatu kelainan neurologis minor pada lobustemporalis (Japardi, 2002).Pada kasus ini sering kali terjadi perubahan sistemotonomnya seperti takhicardi, keringat dingin, pupil dilatasi, <strong>dan</strong>sesak nafas (Japardi, 2002).- Gangguan tidur berhubungan dengan fase REMIni meliputi gangguan tingkah laku, mimpi buruk <strong>dan</strong>gangguan sinus arrest. Gangguan tingkah laku ini ditandaidengan atonia selama tidur (EMG) <strong>dan</strong> selanjutnya terjadiaktifitas motorik yang keras, episode ini sering terjadi pada larutmalam (1/2 dari larut malam) yang disertai dengan ingat mimpiyang jelas. Palin banyak ditemukan pada laki-laki usia lanjut,gangguan psikiatri atau dengan janis penyakit-penyakitdegenerasi, peminum alkohol. Kemungkinan lesinya terletakpada daerah pons atau juga didapatkan pada kasus sepertiperdarahan subarakhnoid. Gambaran menunjukkan a<strong>dan</strong>ya REMburst <strong>dan</strong> mioklonik potensial pada rekaman EMG (Japardi,2002).2. 1. 3. Efek Gangguan TidurDalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa gangguan tidur dapatmenimbulkan beberapa efek pada manusia. Ketika kurang tidurseseorang akan berpikir <strong>dan</strong> bekerja lebih lambat, membuat banyakkesalahan, <strong>dan</strong> sulit untuk mengingat sesuatu. Hal ini mengakibatkanpenurunan produktivitas kerja <strong>dan</strong> dapat menyebabkan kecelakaan.Selanjutnya, di Amerika kerugian akibat hal di atas diperkirakanmencapai 18 milyar dollar per tahun. Efek lainnya pada pekerja yaitu


pekerja menjadi lebih cepat marah, tidak sabar, gelisah, <strong>dan</strong> depresi.Masalah ini dapat mengganggu pekerjaan <strong>dan</strong> hubungan keluarga, sertamengurangi aktivitas sosial (Nurmianto, 2004).Gangguan tidur dapat menyebabkan beberapa efek pada pekerja shift ,gangguan tidur dapat mempengaruhi penurunan performance kerja,produktivitas <strong>dan</strong> kualitas kerja, serta hubungan dalam pekerjaan. Tanpatidur yang cukup pekerja menjadi lebih sulit untuk berkonsentrasi,memahami sesuatu, <strong>dan</strong> dalam berkomunikasi. Selain itu Bellmenjelaskan akibat dari gangguan tidur sebagai berikut :a. Kurang tidur pada pekerja menyebabkan penurunan yang signifikanpada performance kerja <strong>dan</strong> kewaspadaan mencapai 32% (Bell, 2005).b. Penurunan kewaspadaan <strong>dan</strong> tidur yang berlebihan berpengaruh padakemampuan kognitif dalam berpikir <strong>dan</strong> memproses informasi (Bell,2005).c. Pekerja shift akan mengalami gangguan dalam kehidupan keluarga(Bell, 2005).d. Tidur yang berlebihan juga meningkatkan risiko 2 kali lipat terjadinyakesakitan akibat kerja secara terus-menerus (Bell, 2005).Hal di atas diperkuat dengan pernyataan penelitian Klein bahwagangguan tidur dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan keluhankesehatan yang serius di tempat kerja. Kurang tidur pada pekerjamerupakan sebab utama penurunan produktivitas, ketidakhadiran pekerja(absentisme), <strong>dan</strong> kecelakaan di tempat kerja (Klein, 2004).Dalam sumber lain disebutkan bahwa gangguan tidur yang tidaksegera diatasi dalam jangka waktu yang lama akan berhubungan denganpenyakit-penyakit serius seperti tekanan darah tinggi, serangan jantung,gangguan jantung, stroke, kegemukan, <strong>dan</strong> luka akibat kecelakaan. Selainitu gangguan tidur juga dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatanpsikis seperti depresi, gangguan jiwa, kerusakan mental, mempengaruhipertumbuhan janin <strong>dan</strong> anak-anak, serta terjadinya penurunan kualitashidup. 1 Menurut penelitian Doghramji, penanganan yang tidak segera


dilakukan pada orang yang mengalami insomnia atau gangguan tidurlainnya dapat menyebabkan kerusakan fungsional tubuh sehinggamemerlukan biaya perawatan yang mahal. Dikatakan pula bahwa tiduryang berlebih tanpa diiringi kualitas tidur yang baik juga dapatberhubungan dengan meningkatnya angka kematian, kesakitan, <strong>dan</strong>kecelakaan yang dapat mengancam jiwa (Handayani, 2008).2. 2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Tidur2. 2. 1. Shift KerjaShift kerja <strong>dan</strong> waktu kerja berlebih biasanya diterapkan untuk lebihmemanfaatkan sumber daya yang ada, meningkatkan produksi, sertamemperpanjang durasi pelayanan. Shift kerja berbeda dengan hari kerjabiasa, di mana pada hari kerja biasa pekerjaan dilakukan secara teraturpada waktu yang telah ditentukan sebelumnya se<strong>dan</strong>gkan shift kerjadapat dilakukan lebih dari satu kali untuk memenuhi jadwal 24 jam/hari.Biasanya perusahaan yang berjalan secara kontinyu yang menerapkanaturan shift kerja ini. Alasan lain dari shift kerja adalah kebutuhan sosialakan pelayanan. Polisi <strong>dan</strong> rumah sakit benar-benar dibutuhkan untuk 24jam/hari, 7 hari/minggu (Kuswadji, 1997).2. 2. 1. 1. Definisi shift kerjaAdalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau sebagaitambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan (Taylor,1970).Namun demikian ada pula definisi yang lebih operasional denganmenyebutkan jenis kerja shift itu. Kerja shift disebutkan sebagaipekerjaan yang secara permanen, atau sering pada jam kerja yang tidakbiasa atau bekerja pada jam yang berubah-ubah termasuk jam kerja yangtidak teratur (Knauth, 1987).2. 2. 1. 2. Sistem shift kerja


Ada dua kelompok besar kerja shift, yaitu permanen <strong>dan</strong> rotasi.Namun demikian dipan<strong>dan</strong>g dari sudut kesehatan yang penting ialahapakah kerja shift itu mengandung unsur kerja malam atau tidak.Pembagian berikutnya ialah sistem shift terputus <strong>dan</strong> sistem shift terusmenerus. Sistem shift terputus berlangsung antara hari Senin sampaidengan Jumat atau antara hari Senin sampai dengan hari Sabtu. Faktorsosial, seperti aktivitas rekreasi keluarga pada akhir pekan dalam sistemtadi tidak menjadi masalah. Sistem shift terus-menerus berlangsungselama 7 hari seminggu termasuk hari-hari libur. Pada sistem shift inifaktor rekreasi keluarga akan sangat terganggu. Dalam hal ini perluditambahkan pula faktor pisah keluarga pada pekerja sistem shift terusmenerus,yang bekerja di tempat terpencil (pekerja anjungan minyaklepas pantai, awak kapal laut, awak pesawat tenbang, eksekutif mancanegara) (Kuswadji, 1997).Pembagian sistem kerja shift lainnya ialah: jumlah hari kerja malamyang berturut-turut, awal <strong>dan</strong> akhir kerja shift, jangka waktu masingmasingshift, urutan rotasi shift, jangka daur shift <strong>dan</strong> keteraturan sistemshift (Kuswadji, 1997).2. 2. 1. 3. RotasiPembagian menurut jumlah hari kerja malam yang berturut-turutpaling sedikit ada tiga jenis :1) Metropolitan rotaPada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-2 (pagi, pagi,siang, siang, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyak dipakaidi Inggris. Pada sistem ini hari libur Sabtu <strong>dan</strong> Minggu hanya terjadisekali dalam 8 minggu (Tabel 2.1) (Kuswadji, 1997).Tabel 2.1 Metropolitan RotaMinggu1Senin PagiSenin MalamSelasa PagiMinggu5Selasa MalamRabu Sore Rabu Libur


Kamis Sore Kamis LiburJumat Malam Jumat PagiSabtu Malam Sabtu PagiMinggu Libur Minggu SoreSeninLiburSeninSoreSelasa Pagi Selasa MalamMinggu2Rabu Pagi Rabu MalamKamis SoreMinggu6Kamis LiburJumat Sore Jumat LiburSabtu Malam Sabtu PagiMinggu Malam Minggu PagiSeninLiburSeninSoreSelasa Libur Selasa SoreMinggu3Rabu Pagi Rabu MalamKamis PagiMinggu7Kamis MalamJumat Sore Jumat LiburSabtu Sore Sabtu LiburMinggu Malam Minggu PagiSeninMalamSeninPagiSelasa Libur Selasa SoreMinggu4Rabu Libur Rabu SoreKamis PagiMinggu8Kamis MalamJumat Pagi Jumat MalamSabtu Sore Sabtu LiburMinggu Sore Minggu LiburKeterangan : Pagi pukul 6 – 14; sore pukul 14 – 22;malam pukul 22 – 6


2) Continental rotaPada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-3 (pagi, pagi,slang, siang, malam, malam, malam, libur, libur). Sistem ini banyakdipakai di negara-negara daratan Eropa. Pada sistem ini hari liburSabtu <strong>dan</strong> Minggu akan terjadi setiap 4 minggu (Tabel 2.2)(Grandjean 1998, Kuswadji 1997).Tabel 4.2. Continental RotaSenin PagiSenin MalamSelasa Pagi Selasa MalamMinggu1Rabu Sore Rabu LiburKamis SoreMinggu3Kamis LiburJumat Malam Jumat PagiSabtu Malam Sabtu PagiMinggu Malam Minggu PagiSeninLiburSeninSoreSelasa Libur Selasa SoreMinggu2Rabu Pagi Rabu MalamKamis PagiMinggu4Kamis MalamJumat Sore Jumat LiburSabtu Sore Sabtu LiburMinggu Sore Minggu LiburKeterangan: Pagi 6-14; sore 14-22; malam 22-63) Sistem 4 orang siklus 32 jamDalam sistem ini lepas jaga tidak ada <strong>dan</strong> tidak ada libur.Keuntungannya ialah setiap orang akan mengalami tidak kerja pagisebanyak lima kali seminggu (baik buat mereka yang sekolah di pagihari). Pergantian pada tengah malam, sehingga pekerja dapat selalutidur pada malam hari (sebelum bekerja atau sesudah bekerja) (Tabel2.3) (Kuswadji, 1997).Tabel 2.3. Sistem empat orang siklus 32 Jam


ShiftHari dalam SemingguS S R K J S A S S R K J S A S S R K J S AMalam A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D APagi D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C DSore C D A B C D A B C D A B C D A B C D A B CMalam B C D A B C D A B C D A B C D A B C D A BPagi A B C D A B C D A B C D A B C D A B C D ASore D A B C D A B C D A B C D A B C D A B C DKeterangan : Malam 00-08; pagi 08-16; sore 16-24Menurut awal <strong>dan</strong> akhir jam kerja shift, lama satu shift, <strong>dan</strong>keteraturannya sistem dapat dibagi sebagai berikut:1) Sistem 3 shift biasaMasing-masing pekerja akan mengalami 8 jam kerja yang samaselama 24 jam: dinas pagi antara pukul 6-14, dinas sore antara pukul14-22 <strong>dan</strong> dinas malam antara pukul 22-6. Dinas pagimemungkmnkan keluargadapat makan bersama pada malam harinya,bisa mengerjakan hobby baik pada sore hari atau malamnya. Biladinas pagi dimulai terlalu pagi misalnya pukul 4, akan sangatmelelahkan <strong>dan</strong> tidur malam menjadi lebih singkat. Dinas soresangat tidak baik untuk kehidupan sosial, namun sebaliknya untuktidur sangat menguntungkan. Dinas malam buruk dipan<strong>dan</strong>g <strong>dan</strong>berbagai segi. Makan malam bersama <strong>dan</strong> kegiatan hobby terganggu.Tidur terganggu akibat berbagai sebab: bising di siang hari, tidurterputus karena harus makan siang, tidur terus sampai sore. Akhirnyamereka mengalami kelelahan karena tidur yang tidak pulas(Kuswadji, 1997).2) Sistem AmerikaMenurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 8-16, dinas soreantarapukul 16-24 <strong>dan</strong> dinas malam antara pukul 24-8. Sistem inimemberikan keuntungan fisiologik <strong>dan</strong> sosial. Kesempatan tidurakan banyak terutama pada pekerja pagi <strong>dan</strong> sore. Setiap shift akan


mengalami makan bersama keluarga paling sedikit sekali dalamsehari (Kuswadji, 1997).3) Sistem 12-12Di penambangan minyak lepas pantai dipakai sistem 12-12.Selama 12 jam dinas pagi <strong>dan</strong> selama 12 jam dinas malam. Jadwalantara 7-19 <strong>dan</strong> 19-7. Satu minggu kerja siang <strong>dan</strong> satu minggu kerjamalam. Pisah dengan keluarga. Setelah dinas 2 minggu, biasanyasetelah dinas malam, pulang ke rumah <strong>dan</strong> tinggal dengan keluarga.Dipan<strong>dan</strong>g dari sudut kesehatan kerja atau ergonomi bekerjamenurut cara demikian tidak baik. Namun beberapa perkecualiandapat dilakukan, misalnya bila pekerjaan im tidak terlalu berat. Bilapekerjaan shift dilakukan selama ini, masing-masing shift baik siangatau malam, harus diikuti dengan istirahat dua hari (Kuswadji,1997).2. 2. 1. 4. Efek shift kerjaVariabel utama manusia yang berkaitan dengan kerja shift adalahcircadian rhytm. Kebanyakan fungsi tubuh manusia berjalan secararitmik dalam siklus 24 jam. Inilah yang disebut circadian rhytm (ritmesirkadian). Fungsi-fungsi tubuh yang meningkat pada siang hari <strong>dan</strong>menurun pada malam hari termasuk temperatur tubuh, detak jantung,tekanan darah, kemampuan mental, produksi adrenalin, <strong>dan</strong>kemampuan fisik (Pulat, 2002).Secara umum, semua fungsi tubuh berada dalam keadaan siapdigunakan pada siang hari. Se<strong>dan</strong>gkan pada malam hari adalah waktuuntuk istirahat <strong>dan</strong> pemulihan sumber daya (energi) (Pulat, 2002).Fungsi tubuh yang ditandai dengan sirkadian adalah tidur, kesiapanuntuk bekerja, <strong>dan</strong> banyak proses otonom, fungsi vegetatif sepertimetabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, <strong>dan</strong> tekanan darah.


Semua fungsi manusia yang telah dipelajari menunjukkan siklus harianyang teratur (Pulat, 2002).Selain itu disebutkan bahwa kerja shift malam akan berdampak padarespon fisiologis tubuh, efek sosial, <strong>dan</strong> efek penampilan (kerja) (Pulat,2002).1. Efek fisiologisBeberapa efek kerja shift terhadap tubuh:a. Mempengaruhi kualitas tidur. Tidur siang tidaklah seefektif tidurpada malam hari karena terdapat banyak gangguan. Biasanyamemakan waktu dua hari istirahat untuk menggantikan waktutidur malam akibat kerja shift malam(Pulat, 2002).b. Kurangnya kemampuan fisik untuk bekerja pada malam hari.Walaupun masalah penyesuaian sirkadian merupakan alasan yangutama, ada alasan lain yaitu perasaan mengantuk <strong>dan</strong> lelah (Pulat,2002).c. Mempengaruhi kemampuan mental. Johnson dalam Pulatmelaporkan bahwa berkurangnya kapasitas mental mempengaruhiperilaku waspada terhadap pekerjaan seperti pengontrolan <strong>dan</strong>monitoring kualitas. Lebih lanjut, Kelly <strong>dan</strong> Schneider dalamPulat menyatakan bahwa kesalahan dapat meningkat secarabermakna (80% sampai 180%) karena bertambahnya lama kerjashift (Pulat, 2002).d. Gangguan kegelisahan juga telah dilaporkan terjadi di antarapekerja shift malam. Kehilangan waktu tidur <strong>dan</strong> efek sosial darikerja shift juga merupakan alasan utama(Pulat, 2002).e. Gangguan saluran pencernaan. Thiis-Everson melaporkan bahwadari 6000 pekerja Norwegia, 35% pekerja shift malam mengalamigangguan perut, 13,4% mengalami ulserasi, <strong>dan</strong> 30% mengalamigangguan usus (Pulat, 2002).2. Efek Sosial


Sebagai tambahan, kerja shift juga mempengaruhi kehidupansosial (Pulat, 2002):a. Mengganggu kehidupan keluarga.b. Sedikitnya kesempatan untuk berinteraksi dengan kerabat <strong>dan</strong>rekan.c. Mengganggu aktivitas kelompok.3. Efek PerformansiWyatt <strong>dan</strong> Marriott dalam Pulat mengkonfirmasikan bahwasebagai akibat dari efek fisiologis <strong>dan</strong> sosial, performansi(penampilan) juga akan menurun pada malam hari. Brownemenemukan bahwa kelambatan atau penundaan menjawab panggilantelepon pada operator telepon meningkat secara drastis pada shiftmalam. Bjerner et al mengobservasi kesalahan yang lebih tinggisecara bermakna dilakukan oleh pembaca meteran di perusahaan gaspada waktu shift malam dari pada shift lainnya. Monk <strong>dan</strong> Embreymenyatakan bahwa kebanyakan dari efek ini akibat kurangnyakewaspadaan pekerja pada waktu shift malam (Pulat, 2002).Penasehat medis perusahaan telah mencatat banyaknya kasusgangguan tidur siang di antara pekerja malam. Gangguan pada tidursiang ini dihubungkan dengan kebisingan, akan tetapi kebanyakanpekerja malam menyatakan mereka merasakan kegelisahan selamasiang hari <strong>dan</strong> tidur siang mereka tidak cukup menyegarkan (Pulat,2002).2. 2. 2. Usia PekerjaDalam sebuah penelitian menjelaskan penyebab gangguan tidur yangberasal dari individu meliputi usia, gaya hidup (seperti mengkonsumsialkohol <strong>dan</strong> kafein, <strong>dan</strong> penggunaan obat), <strong>dan</strong> akibat suatu penyakityang se<strong>dan</strong>g diderita oleh individu tersebut (Handayani, 2008). Faktorusia <strong>dan</strong> masa kerja dapat mempengauhi pola tidur. Semakin tua usiaseseorang, semakin sulit untuk beradaptasi terhadap kerja malam, lagipula mereka cepat lelah <strong>dan</strong> tidak dapat menikmati tidur yang panjang


karena sangat mudah terganggu dalam tidurnya. Oleh sebab itu, pekerjayang berumur kurang dari 25 tahun atau lebih dari 50 tahun sebaiknyatidak bekerja shift, terutama shift malam (Grandjean, 1998).Pekerja yang berusia kurang dari 25 tahun atau lebih dari 50 tahunmerupakan usia yang rentan mengalami gangguan tidur. Hal inididasarkan pada kemampuan pekerja untuk beradaptasi denganlingkungan kerjanya, dimana usia di bawah 25 tahun merupakan usiaawal seorang pekerja untuk bekerja, sehingga pada masa inilah pekerjamulai beradaptasi dengan pekerjaannya. Se<strong>dan</strong>gkan untuk pekerja yangberusia di atas 50 tahun didasarkan pada banyaknya keluhan kesehatan<strong>dan</strong> penurunan terhadap beberapa fungsi organ yang timbul pada usiatersebut, hal ini diduga dapat menyebabkan gangguan pada pola tidurpekerja (Grandjean, 1998).Dalam sumber lain disebutkan bahwa seseorang yang berumur mudasanggup melakukan pekerjaan berat, <strong>dan</strong> sebaliknya jika seseorang sudahberumur lanjut maka kemampuannya untuk melakukan pekerjaan beratakan menurun. Pekerja yang telah berumur lanjut akan merasa cepat lelah<strong>dan</strong> tidak dapat bergerak dengan leluasa ketika melaksanakan tugsanyasehingga mempengaruhi kinerjanya. Kemampuan untuk dapat melakukanpekerjaan dengan baik setiap individu berbeda <strong>dan</strong> dapat jugadipengaruhi oleh umur tersebut. Kapasitas kemampuan bekerja tersisa80% pada umur 50 tahun <strong>dan</strong> mejadi 60% pada umur 60 tahundibandingkan kapasitas pada orang-orangyang berumur 25 tahun(Handayani, 2008).Kebutuhan tidur seseorang akan berkurang seiring denganbertambahnya usia. Sebagian besar kelompok usia lanjut mempunyairisiko mengalami gangguan pola tidur sebagai akibat dari pensiun,perubahan lingkungan sosial, penyakit yang diderita, <strong>dan</strong> perubahanirama sirkadian (Noor, 2003).


Pada penelitian Afriani (2002) dalam Handayani (2008) diketahuibahwa responden yang paling banyak mengalami gangguan tidur adalahpekerja yang berusia 26-35 tahun yaitu sebanyak 71 orang (63,4%) <strong>dan</strong>yang paling sedikit adalah usia 36-40 tahun sebanyak 2 orang (1,8%).Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yangbermakna antara usia dengan gangguan pola tidur pada pekerja dengan Pvalue sebesar 0,028.Pada penelitian Handayani (2008) diketahui bahwa responden yangpaling banyak mengalami gangguan tidur adalah pekerja yang berusia 38tahun atau lebih sebanyak 41 orang (70,7%) <strong>dan</strong> yang paling sedikitadalah usia kurang dari 38 tahun sebanyak 18 orang (37,5%). Hasilpenelitian ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermaknaantara usia dengan gangguan pola tidur pada pekerja dengan P valuesebesar 0,001 (Handayani, 2008).Se<strong>dan</strong>gkan pada penelitian Rosmaliana (2004) dalam Handayani(2008) dikatakan bahwa pekerja usia muda (30-34) tahun lebih banyakmengalami gangguan pola tidur dibandingkan dengan pekerja yangberusia di atas 50 tahun. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antarausia dengan gangguan pola tidur pada pekerja pada penelitian ini denganP value sebesar 0,202. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan olehKurnialyn (2002) dalam Handayani (2008), pada peneltitian ini dikatakanbahwa responden dengan kelompok usia 26-33 tahun merupakankelompok usia yang paling banyak mengalami gangguan tidur yaitusebanyak 91,5%, se<strong>dan</strong>gkan kelompok usia yang paling sedikitmengalami gangguan tidur adalah diatas 50 tahun (75%) dengan P valuesebesar 0,753 (Handayani, 2008).2. 2. 3. Masa Kerja ShiftPada tahun 1999 di Jepang dilakukan sebuah penelitian mengenaihubungan antara shift malam dengan beberapa masalah pada perawatwanita muda, responden yang diteliti adalah perawat yang bekerja di


umah sakit yang sama dengan rata-rata lama masa kerja shift 2 tahun 3bulan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 620 sampel yang diteliti,sebagian besar dari mereka mengalami gangguan tidur (Handayani, 2008).Selain itu, menurut penelitian Bohle dalam Handayani (2008)gangguan pola tidur biasa terjadi pada 5 tahun pertama atau pada masaadaptasi. Jika ditinjau secara teoritis masalah serius baru akan terjadi padasaat masa kerja shift mencapai 30 tahun, karena efek dari kerja shift padagangguan pola tidur bersifat akumulasi (Handayani, 2008).Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) telah menyebutkanbahwa tidak terdapat hubungan antara masa kerja shift dengan gangguanpola tidur (P value = 0,292). Pada penelitian ini gangguan tidur terbanyakdialami oleh pekerja dengan masa kerja shift 5-10 tahun, <strong>dan</strong> yang palingsedikit mengalami hal tersebut adalah pekerja dengan masa kerja shiftlebih dari 10 tahun. Menurut Afriani hal ini terjadi karena mereka sudahmulai toleran terhadap kerja shift, walaupun belum seutuhnya bisaberadaptasi. Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin bisapekerja tersebut beradaptasi terhadap kerja shift yang dijalani karenapekerja telah memiliki pengalaman dalam hal ini (Handayani, 2008).Hal serupa juga diungkapkan oleh Rosmaliana (2004) dalam Handayani(2008), dalam penelitiannya diketahui bahwa gangguan pola tidurterbanyak dialami oleh pekerja dengan masa kerja shift 11-15 tahunsebanyak 17 orang (47,2%) <strong>dan</strong> terendah pada pekerja dengan masa kerjashift 16-20 tahun sebanyak 3 orang (37,5%). Dengan P value sebesar 0,074maka dinyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antaramasa kerja shift dengan gangguan pola tidur pada pekerja (Handayani,2008).2. 2. 4. Status PerkawinanColligan et al (1997) dalam Handayani (2008) menjelaskan bahwastatus perkawinan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkanperubahan pada pola tidur. Biasanya kegiatan sosial <strong>dan</strong> keluarga terjadi


pada sore hari atau saat akhir pekan. Pekerja shift seharusnya beristirahatketika kembali ke rumah, akan tetapi waktu untuk beristirahat sering kalidigunakan untuk kegiatan keluarga sehingga waktu untuk tidur menjadiberkurang <strong>dan</strong> dapat berakibat pada pola tidur pekerja (Handayani, 2008).Menurut Maasen et.al dalam (Handayani,2008) status perkawinansangat mempengaruhi tidur pekerja shift. pekerja yang sudah menikahcenderung mengalami gangguan pola tidur yang lebih tinggi karenabertambahnya tanggung jawab terhadap keluargaseperti istri atau suami<strong>dan</strong> anak-anak. Pekerja yang belum menikah lebih bebas memulai tidurkapan saja ketika selesai bekerja tanpa harus terbebani oleh tugas-tugaslain (Handayani, 2008).Kurnialyn (2002) dalam Handayani (2008), dalam penelitiannyamengenai analisis hubungan antara faktor-faktor pada perawat dengangangguan tidur di RSUP Fatmawati menyebutkan bahwa tidak terdapathubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan gangguan polatidur pada pekerja (P value = 0,220). Pada penelitian ini diketahuigangguan tidur terbanyak dialami oleh pekerja yang sudah menikahsebanyak 105 orang (86,8%), pekerja yang berstatus janda ataupun dudasebanyak 8 orang, se<strong>dan</strong>gkan pekerja yang belum menikah <strong>dan</strong> mengalamigangguan tidur sebanyak 37 orang. Hal serupa juga diungkapkan olehRosmaliana (2004) dalam Handayani (2008), dengan P value sebesar0,374 dinyatakan tidak ada hubungan antara status perkawinan dengangangguan pola tidur pada pekerja. Pekerja yang mengalami gangguan tidursebanyak 47 orang dari 88 orang, 43 orang (55,8%) diantaranya adalahpekerja yang sudah menikah (Handayani, 2008).2. 2. 5. Tempat KerjaSelain itu dalam penelitian Madeleine R. Estryn Behar (1978) <strong>dan</strong>Blanchard (1992) yang dikutip oleh Handayani (2008), disebutkan bahwadari penelitian pada 635 perawat di Massachusetts yang bekerja pada rawatinap dewasa, pediatri, <strong>dan</strong> intensif ditemukan pekerja pada rawat inap


dewasa mengalami gangguan pola tidur yang lebih tinggi dibandingkandengan perawat pediatri <strong>dan</strong> intensif. Hal ini disebabkan tempat kerjarawat inap dewasa cukup luas terdiri atas beberapa kamar sehinggaperawat harus berjalan kurang lebih 6 kilometer untuk mengontrol keadaanpasien. Se<strong>dan</strong>gkan perawat di bagian pediatri <strong>dan</strong> intensif tidak perluberjalan jauh karena lingkupnya yang sempit. 4Afriani (2002) dalam Handayani (2008), dalam penelitiannya mengenaitinjauan pelaksanaan shift kerja terhadap pola tidur perawat di instalasirawat inap A & B RS. Pusat Pertamina Jakarta, menyebutkan bahwa tidakterdapat hubungan antara tempat kerja dengan gangguan pola tidur padapekerja (P value = 0,186). Ganggua tidur tertinggi dialami oleh perawatyang bertugas di lantai 3B sebanyak 18 orang (16%), hal ini disebabkankarena jumlah pasien pada area kerja ini cukup banyak dibandingkanbagian lain. 42. 2. 6. Jenis KelaminMenurut Hestiantoro dalam Handayani (2008) selaku staf bagianobstetri <strong>dan</strong> ginekologi <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> Universitas Indonesia,gangguan tidur lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan denganlaki-laki. Penyebab gangguan tidur pada perempuan antara lain:- Stres psikis, secara statistik 34% kaum perempuan lebih seringmengalami gangguan tidur jika dibandingkan dengan laki-laki yang hanyasekitar 22% yang mengalaminya. Kemungkinan hal ini dapat terjadikarena perempuan merupakan pribadi yang lebih sensitif (Handayani,2008).- Gangguan mitra tidur, kurang lebih 17% perempuan mengeluhmengalami kesulitan tidur karena mitra tidurnya memiliki kebiasaanmendengkur <strong>dan</strong> hanya 5% laki-laki yang mengalami hal serupa(Handayani, 2008).- Pekerja malam seperti perawat rumah sakit, penjaga malam, buruhpabrik, <strong>dan</strong> lain-lain. Perempuan yang bekerja pada malam hari lebih


sering mengalami gangguan tidur, mereka juga biasanya mengalamigangguan siklus haid <strong>dan</strong> masalah kehamilan (Handayani, 2008).- Terkait dengan masalah haid, gangguan tidur terjadi pada saathormon progesterone mengalami penurunan, yaitu beberapa harimenjelang datangnya haid (hari ke 22-28 dari siklus haid) (Handayani,2008).- Terkait dengan masalah kehamilan, pada kehamilan 7-9 bulanbiasanya perempuan hamil akan mengalami gangguan tidur. Berdasarkandata statistik sekitar 97% perempuan akan lebih sering terbangun padatengah malam <strong>dan</strong> sukar untuk tertidur kembali, <strong>dan</strong> sekitar 30%perempuan yang tidak pernah mendengkur akan tidur dengan mendengkur(Handayani, 2008).Menurut penelitian Afriani dalam Handayani (2008), tidak adahubungan antara jenis kelamin dengan gangguan pola tidur pada pekerjashift (P value = 0,301). Dari 112 responden yang mengalami gangguantidur 95 orang (84,8%) diantaranya adalah perawat perempuan <strong>dan</strong> 17orang (15,2%) lainnya adalah perawat laki-laki. Hal yang samadiungkapkan oleh Kurnialyn (2002) dalam Putri (2008), dengan P valuesebesar 0,152 diketahui bahwa dari 150 responden yang mengalamigangguan tidur, 130 orang (90,9%) diantaranya adalah perawat perempuan<strong>dan</strong> 20 orang lainnya adalah perawat laki-laki (Handayani, 2008).2. 2. 7. Status KesehatanMenurut Klein (2004) dalam Handayani (2008), salah satu faktorpencetus gangguan tidur yang berasal dari individu adalah suatu penakityang diderita. Dalam sumber lain disebutkan pula bahwa sakit fisik dapatmenjadi penyebab gangguan tidur, seperti sesak napas pada orang yangterserang asma, sinus <strong>dan</strong> influenza sehingga hidung yang tersumbat dapatmenyebabkan gangguan tidur. Selanjutnya dijelaskan pula bahwagangguan tidur akan tetap terjadi selama penyakit tersebut belum dapatditanggulangi dengan baik (Klein, 2004).2. 2. 8. Kebiasaan Merokok


Menurut sebuah penelitian, gangguan tidur dapat disebabkan olehbanyak faktor salah satunya adalah faktor gaya hidup yang meliputi kafein,alkohol, <strong>dan</strong> nikotin yang berasal dari rokok (Noor, 2003).Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ohida et al (2001) yangdikutip dari Handayani (2008) di Jepang pada tahun 1999 diketahui bahwaada hubungan antara konsumsi minuman beralkohol <strong>dan</strong> kebiasaanmerokok dengan gangguan pola tidur pada perawat yang bekerja padamalam hari (shift malam), dimana minuman beralkohol <strong>dan</strong> rokok dapatmembantu mereka untuk tetap terjaga selama melaksanakan tugasnya(Handayani, 2008).Pada penelitian Kurnialyn (2002) yang dikutip dari Handayani (2008)dinyatakan bahwa ada hubungan antara gangguan tidur dengan kebiasaanmerokok pada responden yang diteliti. Hal ini dapat terlihat dari hasil Pvalue yang diperoleh yaitu sebesar 0,001 lebih rendah dari nilai alphanya(0,05). Dari hasil odds ratio yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulanbahwa responden yang tidak memilki kebiasaan merokok memilikipeluang yang lebih besar untuk mengalami gangguan tidur jikadibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasaan merokok(Handayani, 2008).Hal tersebut dapat terjadi sebagai akibat dari kemampuan seseoranguntuk mengatasi permasalahan yang ada pada dirinya. Merokokmerupakan salah satu hal yang biasa dilakukan seseorang untukmengurangi ketegangan pada dirinya sehingga dengan merokok merekamenganggap bahwa masalah yang se<strong>dan</strong>g mereka hadapi sedikitterlupakan. Berbeda halnya dengan orang yang tidak memiliki kebiasaanmerokok, bagi mereka ketegangan yang mereka hadapi akan tetap ada <strong>dan</strong>berpengaruh pada saat mereka tertidur (Handayani, 2008).2. 2. 9. Konsumsi Alkohol <strong>dan</strong> KafeinMengkonsumsi alkohol <strong>dan</strong> kafein merupakan salah satu penyebabgangguan tidur yang diakibatkan oleh faktor gaya hidup (Klein, 2004).


Colligan et al (1997) dalam Handayani (2008) menjelaskan bahwa seorangpekerja shift sering kali mengkonsumsi alkohol agar mudah tertidur.Alkohol dapat membuat seseorang menjadi mudah tertidur. Alkohol dapatmembuat seseorang menjadi mudah tertidur, tetapi dapat juga mengganggutidur. Setelah mengkonsumsi alkohol, seseorang menjadi sering terbangundari tidurnya <strong>dan</strong> kemudian tertidur kembali. Alkohol juga dapatmengurangi tidur seseorang, sehingga orang tersebut tidak dapat tidurselama yang mereka inginkan/butuhkan. Colligan et al menyarankan untukmenghindari alkohol selama 1-2 jam sebelum tidur, khususnya jikaseseorang harus bekerja setelah tidur (Handayani, 2008).Kafein adalah stimulan yang dapat membantu seseorang untuk tetapterjaga <strong>dan</strong> mungkin dapat membantu orang tersebut untuk bekerja lebihbaik. Kafein telah banyak digunakan oleh semua orang di seluruh dunia.Kandungan alaminya biasa terdapat dalam kopi <strong>dan</strong> teh, <strong>dan</strong> ada pula yangditambahkan ke dalam minuman ringan (soft drinks) seperti minumanbersoda. Minuman berkafein sudah menjadi bagian dalam pola makansehari-hari <strong>dan</strong> mudah untuk didapat. Oleh karena itu, kafein banyakdigunakan untuk menjaga kewaspadaan <strong>dan</strong> performance, atau untukmembantu menyingkirkan rasa kantuk (Handayani, 2008).2. 2. 10. Konsumsi Obat TidurObat tidur terbagi menjadi dua macam yaitu obat tidur yang diperolehberdasarkan resep dokter <strong>dan</strong> obat todur yang dijual bebas. Obat tiduryang dijual bebas sering kali membuat seseorang mengantuk <strong>dan</strong>menolong mereka untuk tertidur. Hal ini akan berlangsung lama, artinyaorang yang mengkonsumsi obat ini akan tetap merasakan kantuk setelahmereka terbangun dari tidur (Handayani, 2008).Tipe obat tidur yang diperoleh dengan resep dokter bekerja denganbaik untuk membantu seseorang untuk tertidur <strong>dan</strong> mempertahankantidur, bahkan sampai sepanjang hari. Walau bagaimanapun tidakdianjurkan bagi seseorang untuk terbiasa mengkonsumsinya (misalnya


lebih dari satu atau dua kali dalam seminggu) kaena tidak ada penelitianpada pekerja shift <strong>dan</strong> penggunaan obat tidur dalam jangka waktu yanglama. Penggunaan obat tidur oleh pekerja shift di setiap waktu pada saatmereka ingin tertidur sepanjanghari bukanlah jalan keluar yang baik.Pada beberapa orang, obat tidur dapat diperoleh dengan mudah, merekaselalu menggunakan obat tidur ketika ingin tertidur. Apabila hal ini terusberlangsung, orang tersebut akan menjadi gelisah atau mudah marahjikakonsumsi obat tidur dihentikan. Penggunaan obat tidur dalam waktu yanglama akan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan setelah terbangundari tidur (Handayani, 2008).2. 3. Kerangka teori


Gambar 2.1 Bagan Kerangka TeoriSumber: Grandjean(1988), Klein (2004), Handayani (2008)


2. 4. Kerangka konsepGambar 2.2 Bagan Kerangka Konsep


2. 5. Definisi operasionalTabel 2.4Definisi operasionalNo. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala1. Pola tidur Ritme jadwal tidur <strong>dan</strong> bangunKuesionerMenyebarkan1. TidakOrdinalseseorang dalam jangka waktukuesioner kepadabaiktertentu sesuai aktivitas.pekerja2. BaikPerubahan pola tidur ini dilihatdari segi kualitas <strong>dan</strong> kuantitastidur.Kualitas tidur adalah nyenyakatau tidaknya tidur seseorang.Kuantitas tidur adalah lamanyaseseorang untuk tidur selama 24jam (dalam satu hari) Pheasantdalam Handayani (2008).2. PenerapanKerja bergilir yang dilakukan diKuesioner1. Menyebarkan1. ShiftNominalShift Kerjaluar jam kerja normal (Kuswadji,kuesioner2.non Shift1997)kepadapekerja2. Wawancaradengan pihakperusahaan3. UsiaMasa yang pernah dilaluiKuesionerMenyebarkan1. < 27OrdinalPekerjaseseorang sejak tahun kelahiranNo. A2kuesioner kepadatahunsampai waktu penelitian (Afriani,pekerja2. > 272002 dalam Handayani, 2008).tahun4. Masa KerjaWaktu yang telah dijalani pekerjaKuesionerMenyebarkan1. < 4 tahunOrdinalShiftdalam menjalankan kerja shiftNo. A5kuesioner kepada2. > 4 tahun(Afriani, 2002 dalam Handayani,pekerja2008).5. StatusStatus atau identitas diri yangKuesionerMenyebarkan1. MenikahNominalPerkawinanmenyatakan belum atau sudahNo. A3kuesioner kepada2. Belummenikahnya responden (Afriani,pekerjamenikah2002 dalam Handayani, 2008).


6. KebiasaanPerilaku yang dilakukanKuesionerMenyebarkan1. YaOrdinalMerokokresponden ditandai dengan biasaNo. C26kuesioner kepada2. Tidakatau tidaknya responden dalampekerjahal merokok (Kurnialyn, 2002dalam Handayani, 2008).7. KonsumsiFrekuensi responden dalamKuesionerMenyebarkan1. YaOrdinalAlkoholmenggunakan minuman yangNo. C22kuesioner kepada2. Tidakmengandung zat yangpekerjamemabukkan (Colligan, 1997dalam Handayani, 2008).8. KonsumsiFrekuensi responden dalamKuesionerMenyebarkan1. SeringOrdinalKafeinmenggunakan minuman yangNo. C24kuesioner kepada2. Jarangmengandung zat penahan kantuk.pekerja(Colligan, 1997 dalam Handayani,2008).9. PenggunaanFrekuensi responden dalamKuesionerMenyebarkan1. YaOrdinalobat tidurmengkonsumsi zat yang dapatmembantu untuk mudah tertidurNo. C3kuesioner kepadapekerja2. Tidak(Colligan, 1997 dalam Handayani,2008)


BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN3.1 Desain penelitianPenelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif. Adapundesain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian crosssectional, karena pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau satuperiode tertentu <strong>dan</strong> pengamatan hanya dilakukan satu kali selamapenelitian.3.2 Tempat <strong>dan</strong> waktu penelitianPenelitian ini dilaksanakan pada September - Nopember 2009 di RS.Syarif Hidayatullah berlokasi di wilayah Jakarta Selatan.3.3 Populasi <strong>dan</strong> sampelJumlah sampel yang kami gunakan dalam penelitian ini sebanyak 41orang dengan mengambil seluruh sampel yang ada di rumah sakit.3.4 Instrumen penelitianInstrumen adalah alat yang digunakan dalam penelitian untukmemperoleh data. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalahkuesioner. Kuesioner ini modifikasi dari kuesioner yang pernahdigunakan dalam penelitian sebelumnya oleh Handayani (2008).Kuesioner ini mencakup pertanyaan mengenai karakteristik perawat,kualitas <strong>dan</strong> kuantitas tidur perawat. Keseluruhan jawaban dari kuesionerakan dijumlahkan, kemudian dihitung nilai mediannya. Selanjutnya hasilperhitungan dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu:1. Pola tidur kurang baik apabila nilainya ≤ nilai median dari soalkuesioner.2. Pola tidur baik apabila nilainya > nilai median dari soal kuesioner.


Penilaian yang dilakukan untuk pertanyaan kualitas tidur nomor 1, 3,5, 7, 9, 11, 13, 15, 18, 20, 22, 24, 26. Nilai median yang didapatkan darihasil penghitungan adalah 26.a. Option 1 mendapat nilai 3 untuk kategori kurang baikb. Option 2 mendapat nilai 2 untuk kategori kurang baikc. Option 3 mendapat nilai 1 untuk kategori baik3.5 Metode pengumpulan dataData yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer <strong>dan</strong> datasekunder1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari seluruhperawat dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner.2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari penelusuran dokumen,catatan, <strong>dan</strong> laporan dari rumah sakit. Seperti jadwal kerja shift <strong>dan</strong>profil rumah sakit.3.6 Pengolahan dataKuesioner yang telah diisi oleh responden, dalam hal ini adalahseluruh perawat, dikumpulkan kemudian diperiksa kelengkapannya, dientry<strong>dan</strong> diolah dengan sistem komputerisasi dengan tahap-tahapsebagai berikut:1. Editing, yaitu kegiatan untuk melihat <strong>dan</strong> memeriksa kelengkapan <strong>dan</strong>ketepatan data, jelasnya jawaban yang ada di kuesioner, serta relevan<strong>dan</strong> konsisten.2. Coding, yaitu untuk mengkode jawaban huruf ke dalam bentukangka.3. Proccessing, yaitu kegiatan memproses data yang dilakukan dengancara melakukan entry data dari kuesioner ke program komputer.4. Cleaning, yaitu kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry,apakah ada kesalahan atau tidak.5. Manajemen data, yaitu proses memanipulasi atau merubah bentukdata.


6. Analisis data, yaitu proses pengolahan data serta menyusun hasil yangakan dilaporkan.3.7 Analisis data‒ Analisis UnivariatAnalisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi <strong>dan</strong>persentase dari setiap variabel independen <strong>dan</strong> dependen yangdikehendaki dari tabel distribusi.


BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HASILPelaksanaan penelitian yang dilakukan meliputi wawancara <strong>dan</strong>penyebaran kuesioner kepada seluruh perawat di RS. Syarif Hidayatullah.Wawancara dilakukan terhadap perawat rumah sakit dalam hal ini pihakpersonalia untuk mengetahui sistem shift yang diterapkan di perusahaan.Hasil penelitian kemudian digambarkan dalam bentuk distribusi frekuensi.Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Oktober 2000. Dari 41 kuesioneryang dibagikan kepada responden, hanya 41 kuesioner yang dikembalikankepada peneliti karena 2 responden sisanya se<strong>dan</strong>g mengambil cuti sehinggatidak bisa mengisi kuesioner.4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakita. Sejarah Singkat Rumah SakitRumah Sakit Syarif Hidayatullah adalah rumah sakit swasta yangtelah melayani masyarakat sejak tahun 1961. Berawal dari sebuah Klinikkecil dilingkungan UIN (IAIN) yang kemudian berkembang menjadiRumah Sakit swasta pertama ditahun 2007. Berdirinya Rumah SakitSyarif Hidayatullah ( RSSH ) diawali dari a<strong>dan</strong>ya sebuah kebutuhandikalangan mahasiswa <strong>dan</strong> pegawai IAIN (sekarang UIN) besertakeluarganya terhadap pelayanan kesehatan di wilayah Ciputat Corps kesehatan Mahasiswa 1962 Berdiri sebuah BKIA <strong>dan</strong> RB 1969 Puskes IAIN, dikelola IAIN 1976 Puskes IAIN, dikelola Yayasan 1986 Klinik Syarif Hidayatullah 1990 Rumah Sakit Syarif Hidayatullah 2007


. Visi <strong>dan</strong> Misi Rumah Sakit1. VisiMenjadi rumah sakit bernuansa Islam yang memiliki citra positif<strong>dan</strong> mampu memberikan pelayanan secara paripurna kepadamasyarakat.2. Misia. Melaksanakan integralisasi nilai Islam ke seluruh aspek manajemenpelayanan.b. Mengembangkan sumber daya manusia Islami yang tanggu, handal<strong>dan</strong> berakhlak mulia.c. Mengupayakan kepuasan <strong>dan</strong> kesan mendalam kepada pelanggansecara berkelanjutan.d. Memberikan dukungan dalam penyediaan fasilitas pendidikan <strong>dan</strong>pelatihan dibi<strong>dan</strong>g medis/kesehatan kepada masyarakat.e. Menjadi bagian integral dari jaringan pelayanan kesehatan nasionalc. Fasilitas RS. Syarif HidayatullahRS. Syarif Hidayatullah mempunyai fasilitas yang terbagi menjadi 3unit: Pelayanan 24 Jam , yang meliputi : Unit Gawat Darurat (UGD),Persalinan, Apotek, Laboratorium, Radiologi, PelayananAmbulance. Rawat Jalan , yang meliputi : Unit Gawat Darurat (UGD), KlinikGigi & Mulut, Klinik Spesialis Orthodontic, Klinik Spesialis Anak,Klinik Spesialis Kandungan, Klinik Spesialis Penyakit Dalam,Klinik Spesialis THT, Klinik Spesialis Mata, Klinik Spesialis Kulit& Kelamin, Klinik Spesialis Syaraf, Klinik Spesialis Bedah Umum,Klinik Spesialis Bedah Mulut, Klinik Spesialis Jantung, KlinikSpesialis Orthopedi & Traumatologi, Klinik Spesialis Gizi Klinis,Psikiater, Psikologi.


Rawat Inap , Meliputi : Ruang Perawatan yang terdiri dari KelasUtama, Kelas I, Kelas II, Kelas III. Dan Pelayanan Tindakan Medisyang terdiri dari Kamar Tindakan, Kamar Bersalin, Kamar Operasi,Kamar Bayi.d. Pengembangan RS. Syarif HidayatullahPengembangan yang akan dilakukan pada tahun 2007-20101. Pengembangan gedung agar sesuai rencana induk (master plan RS)2. Penyediaan layanan rawat intensif (intensive care)3. Perluasan jenis layanan bedah/operasi4. Pengembangan layanan medical check up, diagnostik <strong>dan</strong> penunjangmedis.e. Profil perawat RS. Syarif HidayatullahPerawat adalah seorang petugas kesehatan professional bertujuan untukmerawat, menjaga keselamatan <strong>dan</strong> menyembuhkan orang yang sakitatau terluka baik akut maupun kronik, melakukan perencanaanperawatan kesehatan <strong>dan</strong> melakukan perawatan gawat darurat dalamkerangka pemeliharaan kesehatan dalam lingkup yang luas. Perawat diRS. Syarif Hidayatullah berjumlah 43 orang yang tersebar di 3 unit kerjayaitu 10 orang di UGD (Unit Gawat Darurat), 18 orang di rawat inap <strong>dan</strong>15 orang di rawat jalan. Tugas perawat di RS. Syarif Hidayatullahadalah:1. Menyiapkan fasilitas <strong>dan</strong> lingkungan untuk kelancaran pelayanan.2. Melakukan pertolongan pertama kepada pasien dalam keadaan daruratsecara tepat <strong>dan</strong> cepat.3. Memberikan asuhan keperawatan kepada seluruh pasien <strong>dan</strong>melaksanakan evaluasi tindakan perawatan yang telah dilakukan.4. Menciptakan <strong>dan</strong> memelihara hubungan kerja sama yang baik dengananggota tim (dokter, ahli gizi, analis, pekarya, pekarya rumah tangga).5. Melaksanakan tugas jaga pagi, sore, malam <strong>dan</strong> hari libur secarabergiliran sesuai dengan jadwal dinas.6. Mengikuti pertemuan ilmiah <strong>dan</strong> penataran untuk meningkatkanpengetahuan serta keterampilan.


7. Memberikan health education kepada pasien <strong>dan</strong> keluarga.4.1.2 Analisis Univariat4.1.2.1 Gambaran Pola Tidur Perawat di RS. Syarif HidayatullahIndikator pola tidur pada penelitian ini berdasarkan pada 16pertanyaan mengenai kualitas <strong>dan</strong> kuantitas tidur, jawaban pekerja ataspertanyaan tersebut kemudian diberi skor. Untuk memudahkan analisis,setelah diperoleh skor total dari seluruh pertanyaan, maka pola tidurpekerja dikategorikan menjadi dua yaitu pola tidur tidak baik <strong>dan</strong> polatidur baik. Distribusi pekerja berdasarkan kualitas tidur dapat terlihatpada tabel 4.1Tabel 4.1Distribusi kualitas tidur berdasarkan keluhan perawatdi RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009Kualitas tidur Shift Non shift TidakmengalamikeluhanN % N % N %Sulit tidur 12 29,3% 6 14,6% 23 56,1%Penggunaanobat tidurSeringterbangunSulit tertidurkembali2 4,9% 0 0% 39 95,1%22 53,6% 14 34,2% 5 12,2%23 56,1% 13 31,7% 5 12,2%Mimpi buruk 9 22% 10 24,4% 22 53,6%Tidak segar saatterbangun18 43,9% 13 31,7% 10 24,4%Sulit terbangun 23 56,1% 16 39% 2 4,9%Tidur tidaknyenyak19 46,3% 15 36,6% 7 17,1%


Tidur secarabertahapMengantuk saatbekerja16 39% 9 22% 16 39%25 61% 16 39% 0 0%Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa diantara seluruh keluhan,yang paling sering dirasakan oleh perawat shift adalah mengantuk saatbekerja <strong>dan</strong> sulit terbangun yaitu sebanyak 25 orang (61%) <strong>dan</strong> sulitterbangun sebanyak 16 orang (39%) pada perawat non shift.Distribusi perawat shift <strong>dan</strong> non shift berdasarkan kualitas tidur yangbaik <strong>dan</strong> tidak dapat dilihat pada tabel 4.2Tabel 4.2Distribusi kualitas tidur perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009Kualitas tidurWaktu kerjaShiftNon shiftN % N %Berkualitas 12 29,3% 7 17,1%Tidak berkualitas 13 31,7% 9 21,9%Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa diantara seluruh perawat shiftyang memiliki tidur yang berkualitas sebanyak 12 orang (29,3%) <strong>dan</strong>tidak berkualitas sebanyak 13 orang (31,7%) se<strong>dan</strong>gkan, perawat nonshift yang memiliki tidur yang berkualitas sebanyak 7 orang (17,1%) <strong>dan</strong>yang tidak berkualitas sebanyak 9 orang (21,9%).Se<strong>dan</strong>gkan, distribusi perawat shift <strong>dan</strong> non shift berdasarkankuantitas tidur yang cukup <strong>dan</strong> kurang dapat dilihat pada tabel 4.3.


Tabel 4.3Distribusi kuantitas tidur perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009Kuantitas tidurWaktu kerjaShiftNon shiftN % N %Cukup tidur(≥ 7 jam) 6 14,6% 7 17,1%Kurang tidur (< 7 jam) 19 46,3% 9 22%Dari tabel tersebut diketahui bahwa pada perawat shift yangmengalami tidur yang cukup sebanyak 6 orang (14,6%) <strong>dan</strong> kurang tidursebanyak 19 orang (46,3%) se<strong>dan</strong>gkan, perawat non shift yangmengalami tidur yang cukup sebanyak 7 orang (17,1%) <strong>dan</strong> kurang tidursebanyak 9 orang (22%).4.1.2.2 Gambaran Penerapan Shift Kerja yang Dilaksanakan di RS. SyarifHidayatullah Tahun 2009RS. Syarif Hidayatullah merupakan rumah sakit yang menerapkankerja shift dalam menjalankan proses pelayananannya. Sistem shift yangdigunakan adalah bekerja selama 6 hari berturut-turut yang diikuti hariistirahat selama 1 hari. Hari kerja adalah senin sampai dengan minggudengan ketentuan bahwa 1 hari diantaranya adalah hari libur. Waktukerja yang diterapkan adalah 7 jam kerja per hari untuk shift pagi <strong>dan</strong>sore, <strong>dan</strong> 10 jam kerja per hari untuk pekerja shift malam.4.1.2.3 Gambaran Karakteristik Perawat di RS. Syarif Hidayatullah Tahun2009.Karakteristik perawat dalam penelitian ini meliputi usia perawat, masakerja shift, <strong>dan</strong> status perkawinan perawat. Distribusi perawat di RS.Syarif Hidayatullah menurut karakteristiknya dapat terlihat pada tabel4.4.


Tabel 4.4Distribusi perawat di RS. Syarif Hidayatullahberdasarkan karakteristiknya tahun 2009Variabel N %1. Usia perawat< 27 tahun≥ 27 tahun27142. Jenis kelaminLaki-lakiPerempuan3. Masa kerja shift< 4 tahun≥ 4 tahun4. Status perkawinanMenikahBelum menikah13283011202165,9%34,1%31,7%68,3%73,2%26,8%48,8%51,2% Usia PerawatGambaran usia dilaporkan bahwa perawat yang diteliti memilikikisaran usia 20 – 43 tahun. Perawat terbanyak adalah perawat yangberusia di bawah 27 tahun yaitu sebanyak 27 orang (65,9%),se<strong>dan</strong>gkan perawat yang berusia di atas 27 tahun sebanyak 14 orang(34,1%). Jenis kelaminBerdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 41 perawat terdapat 13orang (31,7%) dengan jenis kelamin laki-laki, <strong>dan</strong> 28 orang (68,3%)lainnya adalah perawat dengan jenis kelamin perempuan. Masa Kerja ShiftBerdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa dari 41 perawat yangditeliti terdapat 30 orang (73,2%) yang memiliki masa kerja di bawah4 tahun, <strong>dan</strong> 11 orang (26,8%) lainnya adalah perawat yang telahmelalui masa kerja shift di atas 4 tahun di RS. Syarif Hidayatullah. Status Perkawinan PerawatDistribusi perawat berdasarkan status perkawinannya dapatterlihat pada tabel 4.4. berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwaperawat yang yang berstatus belum menikah daripada perawat yang


erstatus menikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 41perawat yang diteliti terdapat sebanyak 20 orang (48,8%) yangmemiliki status menikah, <strong>dan</strong> 21 orang (51,2%) lainnya belummenikah.Tabel 4.5Distribusi usia yang berisiko mengalami gangguan pola tidurpada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009Usia Kualitas tidur TotalBaikTidakN % N %< 27tahun≥ 27tahun14 34,1% 13 31,7% 27(65,8%)5 12,2% 9 22% 14 (34,2%)Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa usia pada perawat yangberisiko mengalami gangguan pola tidur lebih banyak pada usia dibawah 27 tahun sebanyak 13 orang <strong>dan</strong> pada usia di atas 27 tahunsebanyak 9 orang se<strong>dan</strong>gkan, perawat yang tidak mengalamigangguan pola tidur lebih banyak pada usia di bawah 27 tahun yaitusebanyak 14 orang <strong>dan</strong> pada usia di atas 27 tahun sebanyak 5 orang.Tabel 4.6Distribusi jenis kelamin yang berisiko mengalami gangguan pola tidurJeniskelaminpada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009BaikKualitas tidurTidakN % N %TotalLaki-laki 8 19,5% 5 12,2% 13(31,7%)Perempuan 11 26,8% 17 41,5% 28(68,3%)


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jenis kelamin padaperawat yang berisiko mengalami gangguan pola tidur lebih banyakpada perempuan sebanyak 17 orang <strong>dan</strong> pada laki-laki sebanyak 5orang se<strong>dan</strong>gkan, perawat yang tidak mengalami gangguan pola tidurlebih banyak pada perempuan yaitu sebanyak 11 orang <strong>dan</strong> padaperawat laki-laki sebanyak 8 orang.Tabel 4.7Distribusi masa kerja shift yang berisiko mengalami gangguanpola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009MasakerjashiftBaikKualitas tidurTidakTotalN % N %< 4 tahun 14 29,3% 16 43,9% 30(73,2%)≥ 4 tahun 5 12,2% 6 14,6% 11(26,8%)Berdasarkan tabel di atas dilaporkan distribusi masa kerja shiftpada perawat yang berisiko mengalami gangguan pola tidur terjadipada perawat yang mempunyai masa kerja shift di bawah 4 tahunyaitu sebanyak 16 orang <strong>dan</strong> perawat yang mempunyai masa kerjashitf di atas 4 tahun sebanyak 6 orang se<strong>dan</strong>gkan perawat yang tidakberisiko mengalami gangguan pola tidur lebih banyak terjadi padaperawat yang memiliki masa kerja shift di bawah 4 tahun yaitusebanyak 14 orang dibandingkan dengan perawat yang mempunyaimasa kerja shift di atas 4 tahun sebanyak 5 orang.


Tabel 4.8Distribusi status perkawinan yang berisiko mengalami gangguanpola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009StatusperkawinanKualitas tidurBaikTidakN % N %TotalMenikah 8 19,5% 12 29,3% 20(48,8%)Belummenikah11 26,8% 10 62,5% 21(51,2%)Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui distribusi statusperkawinan yang mempunyai risiko gangguan pola tidur lebih banyakterjadi pada perawat yang berstatus menikah yaitu sebanyak 12 orangdibandingkan dengan perawat yang belum menikah sebanyak 10orang se<strong>dan</strong>gkan, perawat yang tidak mempunyai risiko gangguanpola tidur lebih banyak terjadi pada perawat yang belum menikahyaitu sebanyak 11 orang dibandingkan dengan perawat yang sudahmenikah yaitu sebanyak 8 orang.4.1.2.4 Gambaran Gaya Hidup Perawat di RS. Syarif Hidayatullah Tahun2009Gaya hidup perawat dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok,konsumsi alkohol, konsumsi kafein, <strong>dan</strong> penggunaan obat tidur.Distribusi perawat di RS. Syarif Hidayatullah menurut gaya hidup dapatterlihat pada tabel 4.9.Tabel 4.9Distribusi perawat di RS. Syarif Hidayatullahberdasarkan gaya hidup tahun 2009Variabel N %1. Kebiasaan merokokYaTidak2. Konsumsi alkohol4379,8%90,2%


YaTidak3. Konsumsi kafeinSeringJarang4. Penggunaan obat tidurYaTidak23912292394,9%95,1%29,3%70,7%4,9%95,1% Kebiasaan Merokok PerawatBerdasarkan data pada tabel 4.9 diketahui bahwa dari 4 perawatyang memiliki kebiasaan merokok dalam penelitian ini dibagi menjadidua kategori yaitu ya (merokok) <strong>dan</strong> tidak (tidak merokok). Hasilpenelitian terlihat dalam tabel 4.8 menunjukkan bahwa terdapat 4orang (9,8%) pekerja yang memiliki kebiasaan merokok, <strong>dan</strong> 37 orang(90,2%) pekerja yang lain tidak memiliki kebiasaan merokok. Perawatyang memilki kebiasaan merokok biasanya merokok 4-12 batang perhari.Tabel 4.10Distribusi kebiasaan merokok yang berisiko mengalami gangguanpola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009KebiasaanmerokokBaikKualitas tidurTidakTotalN % N %Ya 4 9,7% 0 0% 4(9,7%)Tidak 15 36,6% 22 53,7% 37(90,3%)Dari tabel 4.10 dapat dilaporkan distribusi perawat yangmempunyai kebiasaan merokok yang berisiko mengalami gangguanpola tidur terjadi pada perawat yang tidak mempunyai kebiasaanmerokok yaitu sebanyak 22 orang se<strong>dan</strong>gkan, perawat yang tidakmempunyai gangguan pola tidur lebih banyak terdapat pada perawat


yang tidak mempunyai kebiasaan merokok yaitu sebanyak 15 orangdibandingkan dengan perawat yang mempunyai kebiasaan merokoksebanyak 4 orang. Konsumsi AlkoholGambaran kebiasaan mengkonsumsi alkohol pada perawat yangditeliti dapat terlihat pada tabel 4.9. Kebiasaan mengkonsumsi alkoholperawat dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kategori yaitu ya <strong>dan</strong>tidak. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa perawat yangmengkonsumsi minuman beralkohol lebih sedikit yaitu sebanyak 2orang (4,9%) dibandingkan dengan perawat yang tidak mengkonsumsiminuman beralkohol sebanyak 39 orang (95,1%).Tabel 4.11Distribusi konsumsi alkohol yang berisiko mengalami gangguanpola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009KonsumsialkoholBaikKualitas tidurTidakTotalN % N %Ya 2 4,8% 0 4,8% 2(4,8%)Tidak 17 41,5% 22 53,7% 39(95,2%)Dari tabel 4.11 dapat dilaporkan bahwa distribusi kebiasaanmengkonsumsi minuman beralkohol yang berisiko mengalamigangguan pola tidur hanya terjadi pada perawat yang tidakmempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yaitusebanyak 22 orang se<strong>dan</strong>gkan, perawat yang tidak mempunyaigangguan pola tidur lebih banyak terdapat pada perawat yang tidakmempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkohol yaitusebanyak 17 orang dibandingkan dengan perawat yang mempunyaikebiasaan mengkonsumsi alkohol yaitu sebanyak 2 orang.


Konsumsi KafeinBerdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa jumlah pekerja yangsering mengkonsumsi minuman berkafein lebih sedikit dibandingkandengan pekerja yang jarang mengkonsumsi minuman berkafein, yaitusebanyak 12 orang (29,3%). Se<strong>dan</strong>gkan, yang jarang mengkonsumsiminuman berkafein sebanyak 29 orang (70,7%).Tabel 4.12Distribusi konsumsi kafein yang berisiko mengalami gangguan polatidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009KonsumsikafeinBaikKualitas tidurTidakTotalN % N %Sering 8 19,5% 4 9,7% 12(29,2%)Jarang 11 26,8% 18 44% 29(70,8%)Dari tabel 4.12 dapat diketahui distribusi kebiasaan mengkonsumsiminuman berkafein yang mempunyai risiko gangguan pola tidur lebihbanyak terjadi pada perawat yang jarang mengkonsumsi minumanberalkohol yaitu sebanyak 18 orang dibandingkan dengan yang seringmengkonsumsi minuman berkafein yaitu sebanyak 4 orang se<strong>dan</strong>gkan,perawat yang tidak mengalami gangguan pola tidur lebih banyakterjadi pada perawat yang jarang mengkonsumsi minuman berkafeinyaitu sebanyak 11 orang dibandingkan dengan perawat yang seringmengkonsumsi minuman berkafein yaitu sebanyak 8 orang. Penggunaan Obat TidurBerdasarkan data pada tabel 4.9 kebiasaan perawat dalammenggunakan obat tidur, dalam penelitian ini dibagi menjadi tigakategori yaitu ya, ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g <strong>dan</strong> tidak pernah. Dari hasilpenelitian dilaporkan bahwa perawat yang jarang menggunakan obat


tidur lebih sedikit yaitu sebanyak 2 orang (4,9%) dibandingkandengan perawat yang tidak menggunakan obat tidur sebanyak 39orang (95,1%).Dari tabel 4.13 dapat diketahui distribusi kebiasaan mengkonsumsiobat tidur yang mempunyai risiko mengalami gangguan pola tidurhanya terjadi pada perawat yang tidak mempunyai kebiasaanmengkonsumsi obat tidur yaitu sebanyak 22 orang se<strong>dan</strong>gkan, perawatyang tidak mempunyai gangguan pola tidur lebih banyak terdapatpada perawat yang tidak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi obattidur yaitu sebanyak 17 orang dibandingkan dengan perawat yangmempunyai kebiasaan mengkonsumsi obat tidur yaitu sebanyak 2orang.Tabel 4.13Distribusi konsumsi obat tidur yang berisiko mengalami gangguanpola tidur pada perawat di RS. Syarif Hidayatullah tahun 2009Konsumsiobat tidurBaikKualitas tidurTidakTotalN % N %Ya 2 4,8% 0 0% 2(4,8%)Tidak 17 41,5% 22 53,7% 39(95,2%)4.2 PEMBAHASAN4.2.1 Keterbatasan Penelitiana. Hasil penelitian ini merupakan gambaran suatu keadaan pada saattertentu, artinya gambaran pola tidur seluruh perawat shift <strong>dan</strong> non shiftRS. Syarif Hidayatullah pada saat ini <strong>dan</strong> dapat berubah pada saat yangakan datang. Dengan demikian hasil penelitian tidak dapatdigeneralisasikan pada waktu <strong>dan</strong> tempat yang berbeda.


. Peneliti tidak dapat mengobservasi secara langsung pola tidur perawatketika berada di rumah. Dengan demikian, penelitian ini hanyamengkaji secara subjektif sehingga pembahasan yang dikemukakanpada penelitian ini merupakan asumsi peneliti kemudian dibandingkandengan teori yang ada.c. Hasil penelitian tidak dapat digeneralisir ke responden perawat diintansi lain dikarenakan penelitian ini menggunakan sampel jenuh.d. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi pertanyaan untukmengukur pola tidur yang sudah disediakan alternatif jawabannya,sehingga memungkinkan responden tidak dapat mengemukakanjawabannya dengan bebas.e. Kelemahan penggunaan kuesioner pada penelitian ini antara lain : Kesibukan responden pada saat bekerja menyebabkan respondenagak lambat dalam pengisian kuesioner. Bentuk pertanyaan pada kuesioner harus di buat sesederhanamungkin agar responden dapat dengan mudah memahami maksuddari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kualitas data yang diperoleh tergantung dari motivasi pekerja padasaat pengisian kuesioner dilakukan.4.2.2 Pola TidurBagi setiap manusia tidur merupakan fenomena biologis alamiah yangterjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tidur merupakan proses yang sangatdiperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel tubuh yang baru,perbaikan sel tubuh yang rusak, serta memberi waktu bagi organ tubuhuntuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolismetubuh. Dalam tidur seseorang akan beralih dari fase sadar ke tidak sadar.Tidur yang cukup <strong>dan</strong> berkualitas akan membantu seseorang memilikienergi, sehingga dapat mempersiapkan diri untuk kembali melakukanaktivitas setelah terbangun.Tidur merupakan suatu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani <strong>dan</strong>kelelahan mental (Japardi, 2002). Tidur yang baik adalah tidur yang selalumengikuti pola normal. Pola tidur merupakan model, bentuk, atau corak


tidur dalam jangka waktu yang relatif menetap serta meliputi jadwal jatuhtidur <strong>dan</strong> bangun, irama tidur, frekuensi tidur dalam sehari,mempertahankan kondisi tidur, <strong>dan</strong> kepuasan tidur (Noor, 2003).Pola tidur perawat dalam penelitian ini ditinjau dari kualitas <strong>dan</strong>kuantitas tidur pekerja tersebut. Dari hasil penelitian yang terdapat padatabel 4.1 <strong>dan</strong> tabel 4. 2 diketahui bahwa perawat yang mengalamigangguan pola tidur lebih banyak dibandingkan perawat yang tidakmengalami gangguan pola tidur.Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Afrianidalam Putri bahwa pekerja yang mengalami gangguan pola tidur lebihbanyak jika dibandingkan dengan yang tidak mengalami ganggun polatidur. Afriani (2002) dalam Handayani (2008), mengungkapkan bahwa56% gangguan pola tidur dialami oleh perawat di instalasi rawat inapRumah Sakit Pusat Pertamina. Selain itu dalam sebuah penelitian padapekerja shift di PT. Bridgestone menunjukkan bahwa 53,4% pekerjamengalami perubahan pada pola tidurnya (Handayani, 2008).Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan perawat yangmenjelaskan bahwa waktu yang perawat butuhkan untuk tidur dalamsehari berkurang. Distribusi kuantitas tidur perawat dapat terlihat padatabel 4.3, berdasarkan data pada tabel tersebut diketahui bahwa sebagianbesar perawat mengeluhkan waktu yang mereka butuhkan untuk tidurmenjadi kurang dari 7 jam per hari terutama pada hari kerja.Hal tersebut sejalan dengan a<strong>dan</strong>ya penelitian yang melaporkan bahwa40% responden mengeluhkan bahwa jam tidur mereka berkurang menjadidi bawah 7 – 8 jam pada hari kerja (Bell, 2005).4.2.3 Gambaran shift kerjaPola tidur pekerja dalam penelitian ini ditinjau dari kualitas <strong>dan</strong>kuantitas tidur perawat yang mengalami sistem kerja shift <strong>dan</strong> non shifttersebut. Dari hasil penelitian yang ditinjau dari kualitas tidur yang


terdapat pada tabel 4.2 diketahui bahwa perawat yang mengalamigangguan pola tidur lebih banyak pada perawat yang bekerja dengansistem shift dibandingkan perawat yang bekerja dengan sistem non shift.Hasil penelitian yang ditinjau dari kuantitas tidur yang terdapat pada tabel4.3 diketahui bahwa perawat yang mengalami gangguan pola tidur lebihbanyak pada perawat yang bekerja dengan sistem shift dibandingkanperawat yang bekerja dengan sistem non shift.Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada 877 stafrumah sakit jiwa di Prancis tahun 2002, bahwa responden yang bekerjadengan rotasi shift lebih sering mengalami keluhan sulit tidurdibandingkan dengan pekerja shift pagi, <strong>dan</strong> durasi tidur menjadi lebihpendek dibandingkan dengan pekerja lain (Maurice, 2007). Selain itu,penelitian yang dilakukan oleh Afriani (2002)dalam Handayani (2008)menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara shift kerjadengan pola tidur, diantara 112 perawat yang mengalami gangguan polatidur, paling banyak dialami oleh pekerja yang bertugas pada malam hari(shift malam). Demikian pula pada penelitian Rosmaliana (2004) dalamHandayani (2008) yang menyebutkan bahwa 69,7% dari 88 orang pekerjayang mengalami gangguan pola tidur adalah pekerja shift malam(Handayani, 2008).Distribusi kuantitas tidur pekerja dapat terlihat pada tabel 4.3,berdasarkan data pada tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besarperawat shift mengeluhkan waktu yang mereka butuhkan untuk tidurmenjadi kurang dari 7 jam per hari terutama pada hari kerja.Menurut NSF, gangguan tidur dapat menimbulkan beberapa efek padamanusia. Ketika kurang tidur seseorang akan berpikir <strong>dan</strong> bekerja lebihlambat, membuat banyak kesalahan, <strong>dan</strong> sulit untuk mengingat sesuatu.Hal ini mengakibatkan penurunan produktivitas kerja <strong>dan</strong> dapatmenyebabkan kecelakaan. Selanjutnya, di Amerika kerugian akibat hal diatas diperkirakan mencapai 18 milyar dollar per tahun. Efek lainnya padapekerja yaitu pekerja menjadi lebih cepat marah, tidak sabar, gelisah, <strong>dan</strong>


depresi. Masalah ini dapat mengganggu pekerjaan <strong>dan</strong> hubungan keluarga,serta mengurangi aktivitas sosial (NSF, 2005). Selain itu, Bellmenambahkan bahwa gangguan tidur yang tidak segera diatasi dalamjangka waktu yang lama akan berhubungan dengan penyakit-penyakitserius seperti tekanan darah tinggi, serangan jantung, gangguan jantung,stroke, kegemukan, <strong>dan</strong> kecelakaan. Selain itu gangguan tidur juga dapatberpengaruh terhadap masalah kesehatan psikis seperti depresi, gangguanjiwa, kerusakan mental, mempengaruhi pertumbuhan janin <strong>dan</strong> anak-anak,serta terjadinya penurunan kualitas hidup (Bell, 2005).4.2.4 Gambaran distribusi usiaBerdasarkan data pada tabel 4.4 diketahui bahwa distribusi perawatberdasarkan usia kurang merata, perawat yang berusia kurang dari 27tahun jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan perawat yang berusialebih dari 27 tahun. Hal ini dikarenakan usia-usia tersebut merupakan usiaproduktif untuk bekerja. Rumah sakit menerapkan sistem rotasi shift padaseluruh perawat yang mengikuti sistem shift, baik perawat yang berusiakurang dari 27 tahun maupun 27 tahun atau lebih. Dari tabel 4.5 diketahuibahwa pola tidur yang kurang baik paling banyak dialami oleh perawatyang berusia kurang dari 27 tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlahperawat yang berusia kurang dari 27 tahun lebih banyak dibanding denganusia lebiha dari 27 tahun.Selanjutnya, Grandjean menjelaskan bahwa pekerja yang berusiakurang dari 25 tahun atau lebih dari 50 tahun merupakan usia yang rentanmengalami gangguan tidur. Hal ini didasarkan pada kemampuan pekerjauntuk beradaptasi dengan lingkungan kerjanya, dimana usia di bawah 25tahun merupakan usia awal seorang pekerja untuk bekerja, sehingga padamasa inilah pekerja mulai beradaptasi dengan pekerjaannya. Se<strong>dan</strong>gkanuntuk pekerja yang berusia di atas 50 tahun didasarkan pada banyaknyakeluhan kesehatan <strong>dan</strong> penurunan terhadap beberapa fungsi organ yangtimbul pada usia tersebut, hal ini diduga dapat menyebabkan gangguanpada pola tidur pekerja (Grandjean, 1998).


Berdasarkan data yang diperoleh, kisaran usia pekerja yang ditelitiadalah 20 – 43 tahun. Apabila disesuaikan dengan pendapat Grandjean diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perawat RS. SyarifHidayatullah memiliki risiko yang cukup besar untuk mengalamiperubahan pola tidur .4.2.5 Gambaran distribusi jenis kelaminBerdasarkan data dari tabel 4.6 diperoleh bahwa perawat perempuanlebih banyak mengalami gangguan pola tidur dibandingkan denganperawat laki-laki. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah perawat wanitakurang lebih dua kali lebih banyak dibandingkan dengan perawat laki-laki.Hal ini sejalan dengan penelitian seorang staf bagian obstetri <strong>dan</strong>ginekologi <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> Universitas Indonesia, gangguan tidurlebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan dengan laki-laki.Penyebab gangguan tidur pada perempuan antara lain :a. Stres psikis, secara statistik 34% kaum perempuan lebih seringmengalami gangguan tidur jika dibandingkan dengan laki-laki yanghanya sekitar 22% yang mengalaminya. Kemungkinan hal ini dapatterjadi karena perempuan merupakan pribadi yang lebih sensitif(Remelda, 2008).b. Gangguan mitra tidur, kurang lebih 17% perempuan mengeluhmengalami kesulitan tidur karena mitra tidurnya memiliki kebiasaanmendengkur <strong>dan</strong> hanya 5% dari laki-laki yang mengalami hal serupa(Remelda, 2008).c. Pekerja malam seperti perawat rumah sakit, penjaga malam, buruhpabrik, <strong>dan</strong> lain-lain. Perempuan yang bekerja pada malam hari lebihsering mengalami gangguan tidur, mereka juga biasanya mengalamigangguan siklus haid <strong>dan</strong> masalah kehamilan (Remelda, 2008).d. Terkait dengan masalah haid, gangguan tidur terjadi pada saat hormonprogesterone mengalami penurunan, yaitu beberapa hari menjelangdatangnya haid (hari ke 22 – 28 dari siklus haid) (Remelda, 2008).


e. Terkait dengan masalah kehamilan, pada kehamilan 7 – 9 bulanbiasanya perempuan hamil akan mengalami gangguan tidur.Berdasarkan data statistik diketahui sekitar 97% perempuan akan lebihsering terbangun pada tengah malam <strong>dan</strong> sukar untuk tertidur kembali,<strong>dan</strong> sekitar 30% perempuan yang tidak pernah mendengkur akan tidurdengan mendengkur (Remelda, 2008).4.2.6 Gambaran masa kerja shiftBerdasarkan data pada tabel 4.4, distribusi perawat menurut masa kerjashift kurang merata. Hal ini dikarenakan sebagian besar perawat memilikilama masa kerja shift yang telah dilalui adalah di bawah 4 tahun. Datapada tabel 4.7 terlihat bahwa pola tidur kurang baik paling banyak dialamioleh perawat dengan masa kerja shift kurang dari 4 tahun.Hal ini sejalan dengan penelitian Bohle (1991) dalam Handayani(2008) gangguan pola tidur biasa terjadi pada 5 tahun pertama atau padamasa adaptasi. Jika ditinjau secara teoritis masalah serius baru akan terjadipada saat masa kerja shift mencapai 30 tahun, karena efek dari kerja shiftpada gangguan pola tidur bersifat akumulasi (Handayani, 2008).Selain karena a<strong>dan</strong>ya proses adaptasi pada perawat yang mengalamimasa kerja shift kurang dari 4 tahun, dalam penelitian ini juga di dapatkandata bahwa perawat yang mengalami masa kerja kurang dari 4 tahunjumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah perawat yangmengalami masa kerja shift lebih dari 4 tahun sehingga yang mengalamigangguan pola tidur lebih banyak pada perawat yang mengalami masakerja shift kurang dari 4 tahun.4.2.7 Gambaran status perkawinanStatus perkawinan merupakan faktor internal ketiga yang diduga dapatmempengaruhi pola tidur perawat. Berdasarkan data pada tabel 4.4diketahui bahwa perawat yang berstatus menikah lebih banyakdibandingkan dengan perawat yang belum menikah. Hal ini didugadisebabkan oleh faktor usia <strong>dan</strong> kemapanan pekerja, biasanya usia 25


tahun merupakan usia yang ideal bagi seorang laki-laki untuk menikah <strong>dan</strong>21 tahun bagi seorang wanita menikah. Ditambah lagi apabila perawattersebut sudah mempunyai pekerjaan yang tetap, sehingga mereka merasatelah memiliki kemampuan untuk membina rumah tangga.Data pada tabel 4.8, menunjukkan bahwa perawat yang mengalamigangguan pola tidur paling banyak dialami oleh perawat yang berstatusmenikah dibandingkan dengan perawat yang belum menikah.Hal ini sejalan dengan Maasen et.al dalam Handayani (2008) statusperkawinan sangat mempengaruhi tidur pekerja shift. pekerja yang sudahmenikah cenderung mengalami gangguan pola tidur yang lebih tinggikarena bertambahnya tanggung jawab terhadap keluargaseperti istri atausuami <strong>dan</strong> anak-anak. Pekerja yang belum menikah lebih bebas memulaitidur kapan saja ketika selesai bekerja tanpa harus terbebani oleh tugastugaslain (Handayani, 2008).Colligan et al (1997) dalam Handayani (2008) menjelaskan bahwastatus perkawinan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkanperubahan pada pola tidur. Biasanya kegiatan sosial <strong>dan</strong> keluarga terjadipada sore hari atau saat akhir pekan. Pekerja shift seharusnya beristirahatketika kembali ke rumah, akan tetapi waktu untuk beristirahat sering kalidigunakan untuk kegiatan keluarga sehingga waktu untuk tidur menjadiberkurang <strong>dan</strong> dapat berakibat pada pola tidur pekerja (Handayani, 2008).4.2.8 Gambaran kebiasaan mengkonsumsi rokokBerdasarkan data pada tabel 4.9, distribusi pekerja berdasarkankebiasaan merokok kurang merata, perawat yang tidak memiliki kebiasaanmerokok lebih banyak dibandingkan dengan perawat yang memilikikebiasaan merokok.Data pada tabel 4.10 terlihat bahwa yang mengalami gangguan polatidur paling banyak dialami oleh perawat yang tidak memiliki kebiasaanmerokok dibandingkan dengan perawat yang memiliki kebiasaan merokok.


Hal ini dapat disebabkan karena perawat merupakan petugas kesehatanyang mengerti akan efek samping yang kurang baik dari rokok, selain itudapat juga disebabkan oleh jumlah perawat perempuan jauh lebih banyakdibandingkan dengan perawat laki-laki.Gangguan tidur dapat disebabkan oleh banyak faktor salah satunyaadalah faktor gaya hidup yang meliputi kafein, alkohol, <strong>dan</strong> nikotin yangberasal dari rokok (Noor, 2003).Hal ini sejalan dengan penelitian Kurnialyn (2002) yang dikutip dariHandayani (2008) dinyatakan bahwa ada hubungan antara gangguan tidurdengan kebiasaan merokok pada responden yang diteliti. Hal ini dapatterlihat dari hasil P value yang diperoleh yaitu sebesar 0,001 lebih rendahdari nilai alphanya (0,05). Dari hasil odds ratio yang diperoleh, dapatditarik kesimpulan bahwa responden yang tidak memilki kebiasaanmerokok memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami gangguantidur jika dibandingkan dengan responden yang memiliki kebiasaanmerokok (Handayani,2008).4.2.9 Gambaran kebiasaan mengkonsumsi minuman beralkoholBerdasarkan data pada tabel 4.8 diketahui bahwa perawat yangmengkonsumsi minuman beralkohol lebih sedikit dibandingkan denganperawat yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol. Hal inidisebabkan karena sebagian besar perawat di bagian produksi beragamaIslam. Islam mengharamkan setiap umat-Nya mengkonsumsi minumanberalkohol, apalagi sampai memiliki kebiasaan. Jika ditinjau dari segikesehatan, alkohol dapat berdampak buruk bagi kesehatan setiap orangyang mengkonsumsinya secara berlebihan. Selain itu dapat jugadisebabkan oleh karena perawat merupakan petugas kesehatan sehinggamengetahui efek samping alkohol yang kurang baik serta a<strong>dan</strong>ya jumlahperawat perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perawatlaki-laki.


Data pada tabel 4.11, menunjukkan bahwa perawat yang tidakmengkonsumsi alkohol lebih banyak mengalami gangguan pola tidurdibandingkan dengan perawat yang mengkonsumsi alkohol.Mengkonsumsi alkohol <strong>dan</strong> kafein merupakan salah satu penyebabgangguan tidur yang diakibatkan oleh faktor gaya hidup (Klein, 2004).Colligan et al (1997) dalam Handayani (2008) menjelaskan bahwa seorangpekerja shift sering kali mengkonsumsi alkohol agar mudah tertidur.Alkohol dapat membuat seseorang menjadi mudah tertidur. Alkohol dapatmembuat seseorang menjadi mudah tertidur, tetapi dapat jugamengganggu tidur. Setelah mengkonsumsi alkohol, seseorang menjadisering terbangun dari tidurnya <strong>dan</strong> kemudian tertidur kembali. Alkoholjuga dapat mengurangi tidur seseorang, sehingga orang tersebut tidakdapat tidur selama yang mereka inginkan/butuhkan (Handayani, 2008).4.2.10 Gambaran kebiasaan mengkonsumsi minuman berkafeinKonsumsi kafein merupakan salah satu hal yang diduga dapatmempengaruhi pola tidur seseorang. Berdasarkan data pada tabel 4.8diketahui bahwa perawat yang sering mengkonsumsi minuman berkafeinlebih sedikit dibandingkan dengan pekerja yang jarang mengkonsumsiminuman berkafein.Data pada tabel 4.12, menunjukkan bahwa perawat yang jarangmengkonsumsi minuman berkafein lebih banyak mengalami gangguanpola tidur dibandingkan dengan perawat yang jarang mengkonsumsiminuman berkafein. Hal tersebut dapat disebabkan oleh faktor yang adapada responden yaitu a<strong>dan</strong>ya gangguan pola tidur, selain itu dapat jugadisebabkan oleh karena perawat merupakan tenaga kesehatan sehinggamengerti bahwa minuman berkafein dapat menimbulkan efek yang tidakbaik serta jumlah perawat perempuan yang lebih banyak dibandingkandengan perawat laki-laki yang lebih sering mengkonsumsi minumanberkafein.


Mengkonsumsi alkohol <strong>dan</strong> kafein merupakan salah satu penyebabgangguan tidur yang diakibatkan oleh faktor gaya hidup (Klein, 2004).Kafein adalah stimulan yang dapat membantu seseorang untuk tetapterjaga <strong>dan</strong> mungkin dapat membantu orang tersebut untuk bekerja lebihbaik. Kafein telah banyak digunakan oleh semua orang di seluruh dunia.Kandungan alaminya biasa terdapat dalam kopi <strong>dan</strong> teh, <strong>dan</strong> ada pula yangditambahkan ke dalam minuman ringan (soft drinks) seperti minumanbersoda. Minuman berkafein sudah menjadi bagian dalam pola makansehari-hari <strong>dan</strong> mudah untuk didapat. Oleh karena itu, kafein banyakdigunakan untuk menjaga kewaspadaan <strong>dan</strong> performance, atau untukmembantu menyingkirkan rasa kantuk (Handayani, 2008).4.2.11 Gambaran kebiasaan mengkonsumsi obat tidurPenggunaan obat tidur diduga menjadi salah satu faktor gaya hidupyang dapat mempengaruhi perawat shift untuk mengalami gangguan polatidur. Berdasarkan data pada tabel 4.8 diketahui bahwa perawat yang tidakmenggunakan obat tidur lebih banyak dibandingkan dengan perawat yangka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g menggunakan obat tidur. Hal ini diduga disebabkan karenapara perawat tersebut tidak terbiasa untuk mengkonsumsi obat tidur.Data pada tabel 4.13, menunjukkan bahwa perawat yang tidakmengkonsumsi obat tidur lebih banyak mengalami gangguan pola tidurdibandingkan dengan perawat yang mengkonsumsi obat tidur. Hal inidapat disebabkan karena gangguan pola tidur pada masing-masing perawatyang berbeda-beda <strong>dan</strong> dapat juga disebabkan karena perawat merupakantenaga kesehatan sehingga mengerti bahwa mengkonsumsi obat tidurdapat menimbulkan efek yang tidak baik.Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Colligan et al (1997)dalam Handayani (2008) pada penjelasan di atas. Menurut Colligan et al,penggunaan obat tidur yang berlebih tidak dianjurkan bagi seseoranguntuk terbiasa mengkonsumsinya (misalnya lebih dari satu atau dua kalidalam seminggu) karena belum ada penelitian pada pekerja shift <strong>dan</strong>


penggunaan obat tidur dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan obattidur oleh pekerja shift di setiap waktu pada saat mereka ingin tertidursepanjang hari bukan merupakan jalan keluar yang baik. Pada beberapaorang, obat tidur dapat diperoleh dengan mudah, mereka selalumenggunakan obat tidur ketika ingin tertidur. Apabila hal ini terusberlangsung, orang tersebut akan menjadi gelisah atau mudah marah jikakonsumsi obat tidur dihentikan. Penggunaan obat tidur dalam waktu yanglama akan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan setelah terbangundari tidur (Handayani, 2008).


BAB VSIMPULAN DAN SARAN5.1 SimpulanBerdasarkan hasil penelitian <strong>dan</strong> pembahasan pada BAB sebelumnya,maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :1. Perawat yang mengalami gangguan pola tidur lebih banyakdibandingkan dengan perawat yang tidak mengalami gangguan pola tidursebanyak 53,6%.2. RS. Syarif Hidayatullah merupakan rumah sakit yang menerapkan kerjashift dalam menjalankan proses pelayananannya. Sistem shift yangdigunakan adalah tidak beraturan <strong>dan</strong> terdapat 1 hari libur setelah 2 haribekerja shift malam.3. Gambaran karakteristik (usia, jenis kelamin, masa kerja shift, statusperkawinan) perawat antara lain:a. Perawat yang berusia di bawah 27 tahun lebih banyak dibandingkandengan perawat yang berusia di atas 27 tahun sebanyak 65,9%.b. Perawat perempuan lebih banya dibandingkan dengan perawat lakilakisebanyak 68,3%.c. Perawat yang telah melalui masa kerja shift di bawah 4 tahun lebihbanyak dibandingkan dengan perawat yang telah melalui masa kerjashift di atas 4 tahun sebanyak 73,2%.d. Perawat yang memiliki status belum menikah lebih banyakdibandingkan dengan perawat yang sudah menikah sebanyak 51,2%.4. Gambaran gaya hidup (kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, konsumsikafein, konsumsi obat tidur) perawat antara lain:


a. Perawat yang tidak memiliki kebiasaan merokok lebih banyakdibandingkan dengan perawat yang memiliki kebiasaan merokoksebanyak 90,2%.b. Perawat yang tidak mengkonsumsi minuman beralkohol lebih banyakdibandingkan dengan perawat yang mengkonsumsi minuman beralkoholsebanyak 95,1%.c. Perawat yang jarang mengkonsumsi minuman berkafein lebih banyakdibandingkan dengan perawat yang sering mengkonsumsi minumanberkafein sebanyak 70,7%.d. Perawat yang tidak menggunakan obat tidur untuk mengatasi masalahsulit tidur lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang ka<strong>dan</strong>gka<strong>dan</strong>gmenggunakan obat tidur sebanyak 95,1%.5.2 Saran1. Bagi Rumah Sakita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada perawat shift yangmengeluhkan bahwa mereka mengalami gangguan pola tidur. Rumahsakit diaharapkan meninjau kembali jadwal shift kerja untuk menjagakesegaran <strong>dan</strong> kewaspadaan pada saat bekerja dengan demikiankualitas pekerjaan juga diharapkan akan tetap terjaga..b. Rumah Sakit diharapkan menyediakan waktu libur kepada perawatsedikitnya 2 hari berturut-turut setelah shift malam. Hal ini dapatmembantu perawat untuk memulihkan jadwal tidur yang terganggupada saat menjalani shift malam.2. Bagi Perawata. Perawat disarankan untuk menjaga jadwal tidur seperti biasa. Tidur ditempat yang sejuk (dingin) dapat membantu mempertahankan tidur.b. Perawat disarankan untuk istirahat sebelum bekerja shift malam agardapat bekerja secara optimal.


3. Bagi penelitia. Peneliti selanjutnya diharapkan mengikutsertakan variabel-variabellain yang diduga merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengangangguan pola tidur, yang tidak dapat diteliti pada penelitian ini.b. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian mengenaihubungan-hubungan yang dapat mempengaruhi gangguan pola tidur.


DAFTAR PUSTAKABell, Vicki. How Sleep Deprivation Affects Work Performance. June 14, 2005[cited2009October28th].Available:http://www.thefabricator.com/Safety/Safety_Article.cfm?IDBudiarto, Eko. Penelitian Deskriptif. Dalam: Metodologi Penelitian<strong>Kedokteran</strong> Sebuah Pengantar. Jakarta: EGC. 2004. Hal 48.Grandjean, Etienne. Fitting the Task to the Man 4th Edition. Taylor & FrancisPublisher, London. 1998Handayani, Putri. Hubungan Antara Penerapan Shift Kerja Dengan PolaTidur Pekerja di Bagian Produksi PT. Enka Parahiyangan. Jakarta. Skripsi.Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta. 2008. Hal 2, 26-54.Japardi, Iskandar. Gangguan Tidur. <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> Bagian BedahUniversitas Sumatera Utara. USU Digital Library. 2002. Hal 1-11.Klein, Dion. Sleeping on The Job.Canberra Times.[cited 2009 October 28 th ].2004. Available: http://www.sleepdex.org/b4.htmKnauth P. Rutenfranz J. Shift work in Recent Advances in OccupationalHealth Edited by Harrington JM Churchill Livingstone. 263281. 1987.Kuswadji, Sudjoko. Pengaturan tidur Pekerja Shift. Cermin Dunia<strong>Kedokteran</strong> No.116. Jakarta. 1997. Hal 42-48.Maurice et al,. Prevalence and Consequences of Sleep Disorders in a ShiftWorker Population [abstract]. Journal of Psychosomatic Research Volume 53.New York. 2007 [cited 2009 October 30 th ]. Available:http://cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=13856210


National Sleep Foundation (NSF). Strategies for shift Worker : The Night ShiftWorker and Sleep. [cited 2009 October 28 th ]. 2005. Available:http://www.sleepfoundation.org/site/c.hulXKjM0IxF/b.2421189/k.DF93/strategies_for_shift_worker.htmNurmianto, Eko. Ergonomi: Konsep Dasar & Aplikasinya. Guna Widya,Surabaya. Edisi III. 2004.Noor, Asyikin. Mengatasi Insomnia. Banjarmasin Post. 2003 [cited 2009October28 th ].Available:http://www.Indomedia.com/bpost/052007/21/ragam/art-1.htmPrayitno, A. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut <strong>dan</strong>Penatalaksanaannya. Jurnal <strong>Kedokteran</strong> Trisakti ; Volume 21 No. 1: 23 – 30.2002.Pulat, Mustafa B. The Fundamental Ergonomics. Prentice Hall EnglewoodCliffs, New Jersey. 2002.Remelda. Susah Tidur. 2008 [cited 2009 October 28 th ]. Artikel Kesehatan.Available : http://remelda.wordpress.com/2008/05/23/susah-tidur/Taylor PJ. Shift work - Some Medical and Social Factors. Trans. Soc. Occup.1970. Med. 20: 1270132


LAMPIRAN 1KUESIONERAssalamualaikum Wr. WbSaya Tuti Alawiyah bermaksud meneliti “GAMBARAN GANGGUANPOLA TIDUR PADA PERAWAT DI RS. SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 2009”. Penelitian ini merupakan tugas akhir untuk memenuhi syaratmendapatkan gelar Sarjana <strong>Kedokteran</strong> di <strong>Fakultas</strong> <strong>Kedokteran</strong> <strong>dan</strong> <strong>Ilmu</strong>Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Padapenelitian ini peneliti akan bertanya mengenai karakteristik pekerja, kualitas, <strong>dan</strong>kuantitas tidur pada perawat yang terkait dengan jadwal kerja shift. Wawancaraakan berlangsung selama 15-20 menit . Responden diharapkan menjawab setiappertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Setiap jawaban Anda akan dijagakerahasiaannyadari siapapun <strong>dan</strong> tidak akan mempengaruhi penilaian terhadapkinerja Anda, kemudian kuesioner akan disimpan oleh peneliti. Partisipasiresponden bersifat sukarela, responden dapat menolak untuk menjawab atau tidakmelanjutkan wawancara. Untuk itu dimohon kesediaan kepada perawat di instalasirawat inap RS. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta selaku responden untuk mengisikuesioner ini.Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, <strong>dan</strong> saya setujuuntuk menjadi responden dalam penelitian ini.Jakarta,...........................................2009


(........................................................) (........................................................)PenelitiResponden(LANJUTAN)Nomor RespondenLEMBAR KUESIONER PENELITIANA. KARAKTERISTIK PEKERJA (Diisi oleh peneliti)1. Nama responden2. Tanggal lahir: Tanggal...........Bulan............Tahun............... [ ] [ ] A23. Status perkawinan (PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] A31. Menikah2. Belum menikah4. Sudah berpa lama Anda bekerja di RS. UIN SyarifHidayatullah Jakarta?.........................................Tahun5. Sudah berpa lama Anda bekerja dengan sistem shift di RS.UIN Syarif HidayatullahJakarta?.........................................................................Tahun[ ] [ ] A4[ ] [ ] A56. Sebelum bekerja di RS. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, [ ] A6


apakah Anda sudah pernah bekerja?(PILIH SALAH SATUJAWABAN)1. Ya2. Tidak7. Apakah di tempat kerja sebelumnya Anda juga bekerjadengan sistem shift? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] A71. Ya2. TidakB. KUANTITAS TIDUR (Diisi oleh peneliti)1. Berapa lama Anda tidur sesudah bekerja dengan shift pagi?[ ] [ ] B1.............................................................................................jam2. Berapa lama Anda tidur sesudah bekerja dengan shift sore?[ ] [ ] B2...........................................................................................jam3. Berapa lama Anda tidur sesudah bekerja dengan shift malam?[ ] [ ] B3............................................................................................jam4. Menurut Anda apakah kebutuhan jam tidur Anda selama inisudah terpenuhi?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] [ ] B41. Ya2. TidakC. KUALITAS TIDUR (Diisi oleh peneliti)1. Apakah Anda merasa sulit untuk memulai tidur?(PILIHSALAH SATU JAWABAN)[ ] C11. Ya


2. Tidak(LANGSUNG KE NOMOR 3)2. Pada shift apa biasanya Anda mengalami sulit tidur?(PILIHSALAH SATU JAWABAN)[ ] C21. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malam3. Frekuensi Anda menggunakan obat tidur untuk mengatasimasalah sulit tidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C31. Ya2. Tidak (LANGSUNG KE NOMOR 5)4. Pada shift apa biasanya Anda mnegkonsuksi obat tidur unutkmengatasi masalah sulit tidur?(PILIH SALAH SATUJAWABAN)[ ] C41. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malam5. Apakah Anda sering terbangun pada saat tidur?(PILIHSALAH SATU JAWABAN)[ ] C51. Ya2. Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 9)6. Pada shift apa biasanya Anda mengalami sering terbangundari tidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C6


1. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malam7. Apakah Anda sulit tertidur kembali setelah terbangun daritidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C71. Ya2. Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 9)8. Pada shift apa Anda sulit tertidur kembali setelah terbangundari tidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C81. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malam9. Apakah Anda sering bermimpi buruk pada saat tidur?(PILIHSALAH SATU JAWABAN)[ ] C91. Ya2. Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 11)10. Pada shift apa biasanya Anda bermimpi buruk pada saattidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C101. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malam


11. Pada saat bangun tidur apakah Anda merasa segar?(PILIHSALAH SATU JAWABAN)[ ] C111. Tidak segar2. Kurang segar3. Segar (LANGSUNG KE NOMOR 13)12. Pada shift apa biasanya Anda merasa tidak segar pada saatbangun tidur?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C121. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malam13. Pada saat bangun tidur apakah Anda merasa sulit untukterbangun?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C131. Ya2. Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 15)14. Pada shift apa biasanya Anda merasa sulit untukterbangun?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C141. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malam15. Apakah Anda merasa tidur Anda tidak nyenyak?(PILIHSALAH SATU JAWABAN)[ ] C15


1. Ya2. Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 17)16. Pada shift apa biasanya Anda merasa tidur Anda tidaknyenyak?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C161. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malam17. Jika tidur Anda tidak nyenyak, menurut Anda apapenyebabnya? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C171. Lingkungan (lebih bising, lebih terang, lebih panas)2. Jam kerja3. Keluarga (seperti : mengurus anak)4. Lain-lain,sebutkan......................................................................18. Apakah Anda mengalami tidur secara bertahap (tidurkemudian bangun, lalu tidur kembali)? (PILIH SALAHSATU JAWABAN)[ ] C181. Ya2. Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 20)19. Pada shift apa biasanya Anda mengalami tidur secarabertahap? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C19


1. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malam20. Apakah Anda sering merasa mengantuk pada saat bekerja?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C201. Ya2. Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g3. Tidak pernah (LANGSUNG KE NOMOR 22)21. Pada shift apa biasanya Anda sering merasa mengantuk padasaat bekerja? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C211. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malam22. Frekuensi Anda mengkonsumsi minuman yang mengandungalkohol? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C221. Ya2. Tidak (LANGSUNG KE NOMOR 24)23. Pada shift apa biasanya Anda mengkonsumsi minuman yangmengandung alkohol? (PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C231. Shift malam2. Shift sore3. Shift malam24. Frekuensi Anda mengkonsumsi minuman yang mengandung [ ] C24


kafein?(seperti kopi, teh, minuman bersoda). (PILIH SALAHSATU JAWABAN)1. Sering2. Jarang25. Pada shift apa biasanya Anda mengkonsumsi minuman yangmengandung kafein?(seperti kopi, teh, minuman bersoda).(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] C251. Shift malam2. Shift sore3. Shift malam26. Apakah Anda merokok?[ ] C261. Ya2. Tidak27. Berapa batang rokok yang Anda habiskan dalam sehari?[ ] C27....................................................................................batang28. Pada shift apa biasanya Anda lebih sering merokok?[ ] C281. Shift pagi2. Shift sore3. Shift malamD. Lain-Lain1. Siapa saja yang hadir pada saat Anda mengisi kuesioner?(PILIH SALAH SATU JAWABAN)[ ] D11. Teman kerja


2. Atasan3. Lain-lain, sebutkan2. Siapa saja yang membantu menjelaskan pertanyaan pada saatAnda mengisi kuesioner?[ ] D21. Teman kerja2. Atasan3. Lain-lain, sebutkan3. Siapa saja yang membantu menjawab pertanyaan pada saatAnda mengisi kuesioner?[ ] D31. Teman kerja2. Atasan3. Lain-lain, sebutkan


LAMPIRAN 2HASIL ANALISIS UNIVARIATSistem shift pada respondenYa Tidak TotalSulit tidur Ya Count 12 6 18% within Sistem shift padaresponden48.0% 37.5% 43.9%Tidak Count 10 10 20% within Sistem shift padaresponden40.0% 62.5% 48.8%3 Count 3 0 3% within Sistem shift padaresponden12.0% .0% 7.3%Total Count 25 16 41% within Sistem shift padaresponden100.0% 100.0% 100.0%CrosstabSistem shift pada respondenYa Tidak TotalPenggunaan obat tidur Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g Count 2 0 2% within Sistem shiftpada responden8.0% .0% 4.9%


Tidak pernah Count 23 16 39% within Sistem shiftpada responden92.0% 100.0% 95.1%Total Count 25 16 41% within Sistem shiftpada responden100.0% 100.0% 100.0%(LANJUTAN)CrosstabSistem shift pada respondenYa Tidak TotalSering terbangun Ya Count 0 2 2% within Sistem shift padaresponden.0% 12.5% 4.9%Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g Count 22 12 34% within Sistem shift padaresponden88.0% 75.0% 82.9%Tidak pernah Count 3 2 5% within Sistem shift padaresponden12.0% 12.5% 12.2%Total Count 25 16 41% within Sistem shift padaresponden100.0% 100.0% 100.0%CrosstabSistem shift pada respondenYa Tidak TotalSulit tertidur kembali Ya Count 4 2 6% within Sistem shift padaresponden16.0% 12.5% 14.6%Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g Count 19 11 30% within Sistem shift padaresponden76.0% 68.8% 73.2%Tidak pernah Count 2 3 5


% within Sistem shift padaresponden8.0% 18.8% 12.2%Total Count 25 16 41% within Sistem shift padaresponden100.0% 100.0% 100.0%(LANJUTAN)CrosstabSistem shift pada respondenYa Tidak TotalMimpi buruk Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g Count 9 10 19% within Sistem shift padaresponden36.0% 62.5% 46.3%Tidak pernah Count 16 6 22% within Sistem shift padaresponden64.0% 37.5% 53.7%Total Count 25 16 41% within Sistem shift padaresponden100.0% 100.0% 100.0%CrosstabSistem shift pada respondenYa Tidak TotalPerasaan segar ketikabangun dari tidurTidak segar Count 3 0 3% within Sistem shiftpada responden12.0% .0% 7.3%Kurang segar Count 15 13 28% within Sistem shiftpada responden60.0% 81.2% 68.3%Segar Count 7 3 10% within Sistem shiftpada responden28.0% 18.8% 24.4%


Total Count 25 16 41% within Sistem shiftpada responden100.0% 100.0% 100.0%(LANJUTAN)CrosstabSistem shift pada respondenYa Tidak TotalSulit untuk terbangundari tidurYa Count 5 1 6% within Sistem shiftpada responden20.0% 6.2% 14.6%Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g Count 18 15 33% within Sistem shiftpada responden72.0% 93.8% 80.5%Tidak pernah Count 2 0 2% within Sistem shiftpada responden8.0% .0% 4.9%Total Count 25 16 41% within Sistem shiftpada responden100.0% 100.0% 100.0%CrosstabSistem shift pada respondenYa Tidak TotalTidur tidak nyenyak Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g Count 19 15 34% within Sistem shiftpada responden76.0% 93.8% 82.9%Tidak pernah Count 6 1 7% within Sistem shiftpada responden24.0% 6.2% 17.1%Total Count 25 16 41


CrosstabSistem shift pada respondenYa Tidak TotalTidur tidak nyenyak Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g Count 19 15 34% within Sistem shiftpada responden76.0% 93.8% 82.9%Tidak pernah Count 6 1 7% within Sistem shiftpada responden24.0% 6.2% 17.1%Total Count 25 16 41% within Sistem shiftpada responden100.0% 100.0% 100.0%(LANJUTAN)CrosstabSistem shift pada respondenYa Tidak TotalTidur secara bertahap Ya Count 2 2 4% within Sistem shiftpada responden8.0% 12.5% 9.8%Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g Count 14 7 21% within Sistem shiftpada responden56.0% 43.8% 51.2%Tidak pernah Count 9 7 16% within Sistem shiftpada responden36.0% 43.8% 39.0%Total Count 25 16 41% within Sistem shiftpada responden100.0% 100.0% 100.0%


CrosstabSistem shift pada respondenYa Tidak TotalMengantuk pada saatbekerjaYa Count 2 2 4% within Sistem shiftpada responden8.0% 12.5% 9.8%Ka<strong>dan</strong>g-ka<strong>dan</strong>g Count 23 14 37% within Sistem shiftpada responden92.0% 87.5% 90.2%Total Count 25 16 41% within Sistem shiftpada responden100.0% 100.0% 100.0%(LANJUTAN)kualitas tidur * Sistem shift pada responden CrosstabulationSistem shift pada respondenYa Tidak Totalkualitas tidur berkualitas Count 12 7 19% within Sistem shift padaresponden48.0% 43.8% 46.3%tidak berkualitas Count 13 9 22% within Sistem shift padaresponden52.0% 56.2% 53.7%Total Count 25 16 41% within Sistem shift padaresponden100.0% 100.0% 100.0%CrosstabSistem shift pada responden


Ya Tidak Totalkuantitas tidur yang sudahdikelompokkancukup tidur Count 6 7 13% within Sistem shiftpada responden24.0% 43.8% 31.7%kurangtidurCount 19 9 28% within Sistem shiftpada responden76.0% 56.2% 68.3%Total Count 25 16 41% within Sistem shiftpada responden100.0% 100.0% 100.0%


(LANJUTAN)usia perawat yang sudah dikelompokkanFrequency Percent Valid PercentCumulativePercentValid =27 tahun 14 34.1 34.1 100.0Total 41 100.0 100.0Jenis kelamin respondenFrequency Percent Valid PercentCumulativePercentValid Laki-laki 13 31.0 31.7 31.7Perempuan 28 66.7 68.3 100.0Total 41 97.6 100.0Missing System 1 2.4Total 42 100.0Masa kerja shiftFrequency Percent Valid PercentCumulativePercentValid < 4 tahun 30 73.2 73.2 73.2>= 4 tahun 11 26.8 26.8 100.0Total 41 100.0 100.0Status PerkawinanFrequency Percent Valid PercentCumulativePercentValid menikah 20 48.8 48.8 48.8belummenikah21 51.2 51.2 100.0Total 41 100.0 100.0


Kebiasaan merokokFrequency Percent Valid PercentCumulativePercentValid Ya 4 9.8 9.8 9.8Tidak 37 90.2 90.2 100.0Total 41 100.0 100.0Frekuensi mengkonsumsi minuman yang mengandung alkoholFrequency Percent Valid PercentCumulativePercentValid Ya 2 4.9 4.9 4.9Tidak 39 95.1 95.1 100.0Total 41 100.0 100.0Frekuensi mengkonsumsi minuman yang mengandung kafeinFrequency Percent Valid PercentCumulativePercentValid Sering 12 29.3 29.3 29.3Jarang 29 70.7 70.7 100.0Total 41 100.0 100.0Penggunaan obat tidurFrequency Percent Valid PercentCumulativePercentValid Ya 2 4.9 4.9 4.9Tidak 39 95.1 95.1 100.0Total 41 100.0 100.0

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!