13.07.2015 Views

Cahaya Bintang - buku merupakan gudangnya ilmu membaca ...

Cahaya Bintang - buku merupakan gudangnya ilmu membaca ...

Cahaya Bintang - buku merupakan gudangnya ilmu membaca ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Cahaya</strong> <strong>Bintang</strong>Sebuah cerita fiksi yang ditulis oleh Bois, penulis copoyang masih harus banyak belajar. Cerita ini hanyalahsarana untuk mengilustrasikan makna di balikkehidupan semu yang begitu penuh misteri. Perluanda ketahui, orang yang bijak itu adalah orang yangtidak akan menilai kandungan sebuah cerita sebelumia tuntas <strong>membaca</strong>nya.e-book ini gratis, siapa saja dipersilakan untukmenyebarluaskannya, dengan catatan tidak sedikitpunmengubah bentuk aslinya.Jika anda ingin <strong>membaca</strong>/mengunduh cerita lainnyasilakan kunjungi :www.bangbois.blogspot.comwww.bangbois.co.ccSalurkan donasi anda melalui:Bank BCA, AN: ATIKAH, REC: 12816253361


SatuDi tengah hamparan rumput yang luas, seorangpemuda tampak asyik terlentang di atas joksepeda motornya. Kedua matanya yang beningtampak memandang ke langit lepas, memperhatikanpesona malam yang begitu indah. Saat itu, ribuanbintang yang dilihatnya seolah menghibur, memberiketenangan pada hatinya yang lara. Dalamrenungannya dia tak mengerti, kenapa gadis yangbegitu dicintainya lebih memilih pemuda lain? Padahaldia sendiri begitu tampan, bahkan sifatnya pun penuhdengan kasih sayang.“Duhai bintang yang gemerlap, duhai malam yangmenyelimutiku. Kalian adalah teman sejatiku, yangsenantiasa menemaniku di dalam keresahan ini.Ketahuilah... Hatiku hancur berkeping-keping ketikadia mengatakan tak bisa bersamaku. Saat itu jugaharapanku punah seketika, berganti dengan segala2


penderitaan yang amat sangat. Kini aku tak punyagairah untuk hidup, sepertinya kehidupanku ke depanakan selalu dipenuhi dengan segala kesepian yangkian hari memang sudah terasa sepinya.Kini pemuda itu teringat kembali dengan gadispujaannya, betapa dia tak mungkin sanggup jika hiduptanpanya. Tiba-tiba saja, ingatan pemuda itu buyarseketika lantaran deru motor yang kian bertambahdekat. Dilihatnya sorot lampu yang menyilaukan terusmelaju, menuju ke tempatnya berada. Namun pemudaitu mencoba tak mempedulikannya, dalam hati diasudah bertekad, siapa pun yang datang tidak akanmembuatnya bergeming dari posisinya sekarang,yang kini sedang asyik merenung dan mengadu padamalam berbintang. Kini pemuda itu sudah takmendengar lagi deru motor yang semulamengganggunya, bahkan ingatan sudah kembalitertuju ke berbagai peristiwa yang kian membuatnyabertambah sedih.“Malam yang indah ya?” ucap seorang gadis tibatiba.3


Seketika pemuda itu menoleh, memperhatikanseorang gadis yang kini duduk bersantai di atassepeda motornya seraya terus memandangnya.Wajah gadis itu tak kelihatan jelas, hanya berupasiluet yang disebabkan oleh efek sinar rembulan. Kinipandangan gadis itu sudah beralih ke langit lepas,memperhatikan keindahan gemerlap bintang yangbercahaya.“Aku sungguh tidak menduga, ternyata ada jugamanusia yang berprilaku sama sepertiku,” kata gadisitu lagi.Saat itu, pemuda yang bernama Bobby tidakmempedulikan kata-katanya, dia malah memalingkanpandangannya pada bintang-bintang seperti semula.“Kau sedang ada masalah?” tanya gadis itupadanya.Bobby tidak menjawab, dalam hati dia sempatbertanya-tanya, ”Emm... Apa sebenarnya keperluangadis itu datang ke mari? Apakah dia juga sedangsedih dan mengadu pada malam berbintang?”4


“Kau salah, aku memang sedang sedih. Namunaku tidak mengadu pada malam berbintang,melainkan pada Tuhan yang menciptakannya,” jawabgadis itu tiba-tiba.Bobby terkejut mengetahui gadis itu menjawabapa yang ada di pikirannya, “Ka-kau bisa <strong>membaca</strong>pikiranku?” tanyanya tergagap.“Entahlah, aku juga tidak tahu? Kenapa tiba-tibaaku ingin bicara seperti itu,” jawab gadis itu lagi.“Hmm... Siapa sebenarnya dia?” Tanya Bobbydalam hati. “Eng… Ja-jangan-jangan...”“Kau tidak perlu takut!” pinta gadis itu tiba-tiba,kemudian dia melanjutkan kata-katanya. “Aku ini jugamanusia sepertimu, hanya jenis kelamin kita saja yangberbeda.”Lagi-lagi Bobby terkejut, sebab gadis itu kembalimengetahui apa yang ada di benaknya. Namunkarena gadis itu mengatakan kalau dia tidak perlutakut, akhirnya dia berani untuk tidakmempedulikannya. “Hmm… Biarpun gadis itu hantuatau dedemit, pastilah dia itu hantu atau dedemit yang5


aik hati. Tapi... Apa iya ada hantu atau dedemit yangsedih dan mengadu pada Tuhan? Tuhan...???” tibatibaBobby tersentak menyadari sesuatu. “Ya, pantassaja selama aku tidak pernah mendapat jawaban.Sungguh aku telah salah memilih tempat mengadu.Padahal, sejak kecil aku sudah dikenalkan perihalTuhan, namun entah kenapa Tuhan selalu aku nomordua kan. Sejak kecil aku juga sudah diajarkan <strong>ilmu</strong>agama, namun entah kenapa <strong>ilmu</strong> yang kudapat ituselalu kupandang dengan sebelah mata. Apakahsemua ini karena pengaruh lingkungan yangsenantiasa mempengaruhiku dengan berbagai ajaranmaterialistis sehingga nilai spiritual menjadi akukesampingkan?“ Tanya Bobby tersadar.Kini Bobby teringat kembali akan bayang-bayanggadis yang begitu dicintainya. Parasnya cantik danbegitu manis. Tubuhnya pun tampak indah danmenggugah selera. “Ya Tuhan, kenapa aku selalumemikirkannya. Apakah aku memang sudah begituterobsesi dan sulit untuk keluar dari jerat cinta yangbegitu mendalam. Cinta... Terdengar manis dan6


membahagiakan. Itulah yang selalu kubayangkanbersama gadis yang begitu aku cintai, aku bahagiabersamanya di dalam kesepian yang memang selaluhadir. Bahkan di dalam anganku dia selalumemanjakanku dengan segala kasih sayangnya,kemudian membelaiku dengan begitu mesra. Padahalpada kenyataannya, dia itu sudah menjadi kekasihorang. Ya Tuhan, sungguh aku tak sanggup lagi hiduptanpanya?”Kini pemuda itu terbayang kembali dengannarkoba yang dulu pernah menjadi sahabat setianya.Dia sempat berpikir untuk menggunakannya kembali,dengan alasan untuk mengembalikan gairahnya yangkini terkubur.“Jangan biarkan dirimu termakan oleh godaansetan yang senantiasa hadir di benakmu. Betapasetan sangat menginginkanmu untuk selalu murungdan terus merana. Dan jika kau sampai menggunakanbenda laknat itu sebagai jalan keluar, maka setanakan bersorak di atas penderitaanmu,” kata gadis7


yang sejak tadi selalu berhasil <strong>membaca</strong> pikiranBobby.Mendengar itu, Bobby langsung tersadar. Semuaitu memang sebuah bisikan sesat yang akanmembawanya kembali menggunakan barang haramitu. Untuk sementara Bobby bisa menyingkirkanpikiran sesat yang semula begitu menggebu-gebu.Namun tak lama kemudian keinginan itu sudahkembali lagi, dia benar-benar sulit menahan sugestiyang sudah sekian lama mendarah-daging.“Menyesallah kalau kau pernah menggunakanbarang haram itu, dan berdoalah kepada Tuhan agarkau segera dijauhkan dari pikiran sesat yang terusmenghantuimu!” kata gadis itu kembali memperingati.Bobby pun segera menurut, hingga akhirnyapikiran itu kembali lenyap dan berganti dengan pikiranyang lain. Saat itu di benaknya ada sebuah harapanyang begitu gemilang. Bahkan dia sempat terperanjatketika hal itu mampu membuka pintu hatinya, dan halitulah yang membuatnya ingin terus bertahan hidup.8


Sebuah keinginan untuk menjadi manusia yangmenjalankan misinya dengan penuh keridhaan Illahi.Tiba-tiba Bobby mendengar deru motor yangkembali membuyarkan pikirannya. Kemudian dengansegera pemuda muda itu duduk dan memperhatikanapa yang sedang terjadi. Dilihatnya gadis yang tadibersamanya kini telah pergi bersama tunggangannyadan akhirnya menghilang di kejauhan.“Hmm... Sebenarnya siapa gadis itu? Kenapa diadatang dan pergi begitu saja? Ah, sudahlah.... Akutidak mau pusing, yang terpenting setelahkedatangannya itu aku merasa mempunyai harapanbaru. Sebuah harapan yang tidak pernah terpikirkanolehku.“Setelah berpikir sejenak, akhirnya Bobbymemutuskan untuk pulang. Kini dia sedangmenghidupkan sepeda motornya dan bersiap untukpergi. Namun belum sempat dia melaju, tiba-tibapandangannya tertuju kepada sebuah benda yangtampak mengkilat⎯tersorot lampu motornya yangterang-benderang. Lantas dengan segera pemuda itu9


turun dari motor dan melangkah mengambil bendayang menarik perhatiannya itu. “Hmm… Apakahbenda ini milik gadis tadi?” tanya Bobby serayamengamati benda yang kini ada digenggamannya.Benda yang terbuat dari perak itu tampak unik,bentuknya seperti limas yang tersusun dari empatbagian terpisah, tersusun mulai dari bagian bawahhingga ke puncaknya. Setiap bagian yangmembangun limas tersebut bisa diputar hingga 360derajat, dan pada setiap sisi bagian yang terpisah itumempunyai sebuah simbol yang berbeda, sehinggatotal keseluruhan simbolnya berjumlah 16 buah. Padabagian terbawah yang <strong>merupakan</strong> susunanpertamanya mempunyai simbol Lafaz Allah, namaMuhammad, Al-Quran, dan Hadist Rasul. Kemudianpada susunan keduanya mempunyai simbol hati, duatangan menadah, orang sujud, dan bayi. Lalu padasusunan ketiganya mempunyai simbol tangan yangmemberi, tangan yang menggenggam, bibir, danpedang. Pada susunan terakhir yang <strong>merupakan</strong>puncaknya mempunyai simbol Lafaz Allah yang10


ercahaya, matahari yang bercahaya, bintang yangbercahaya, dan bulan yang bercahaya.“Hmm… ini pasti limas teka-teki, sebab jika akumemutar setiap bagian dari limas ini tentu akanmembuat kombinasi simbol yang berbeda. Dan akuyakin, jika kombinasinya tersusun dengan benar pastiakan terjadi sesuatu yang tak disangka-sangka.Hmm… mungkin gadis tadi memang bukan manusiaseperti apa katanya, mungkin dia itu Jin yangmenyerupai manusia dan sengaja meninggalkanbenda ini untukku. Bukankah kehadiran gadis itumemang sangat tidak lazim, bahkan dia bisa<strong>membaca</strong> pikiranku. Hmm… Apa ya kira-kira yangakan terjadi? Apa mungkin benda ini seperti lampualadin, yang jika aku berhasil menemukankombinasinya, maka aku boleh meminta tiga hal yangkuinginkan. Kalau begitu, aku akan memintakekayaan, kemudian aku akan meminta kedudukan,dan terakhir aku akan meminta agar Winda jatuhkepelukanku. Hmm… Jika memang seperti itu, akuakan berusaha untuk menemukan kombinasinya.11


Sebab aku menduga, ini adalah cara Tuhan untukmenolongku, yaitu dengan perantara benda yangdiberikan oleh Jin itu. Namun Tuhan tidak begitu sajamemberikan pertolongan-Nya padaku, melainkan akuharus berusaha keras dulu untuk memecahkan tekatekiini.“Setelah berpikir agak lama, akhirnya Bobbymemutuskan untuk pergi. Dan tak lama kemudian, diasudah melesat menembus gelapnya malam, hinggaakhirnya menghilang di kejauhan.Esok harinya, Bobby tampak duduk mengutak-atikbenda teka-teki yang ditemukan semalam. Dia dudukdi atas langkan balkon rumahnya sambil sesekalimemandang ke arah kolam yang dipenuhi oleh ikanmas berwarna-warni. Setelah pusing tujuh kelilinglantaran tak berhasil memecahkan teka-teki itu,akhirnya dia memilih untuk termenung, memikirkangadis pujaannya yang tanpa disadari sudah membuka12


jalan kepada setan untuk menyesatkannya. Olehkarena itu, kepalanya yang semula dipenuhi berbagairencana gemilang mendadak lenyap seketika, dan halitu benar-benar membuatnya tak mampu lagimenuangkan ide-ide yang semula begitu banyak.Bahkan energinya dirasakan turun dengan sangatdrastis, tubuhnya pun terasa begitu lemas dan tidakbergairah. Tiba-tiba pemuda itu terbayang kembalidengan narkoba yang pernah digunakan. Inginrasanya dia menggunakannya benda haram itu demiuntuk mengembalikan gairahnya yang lagi-lagiterkubur. “Tidak! ini sebuah bisikan sesat yang akanmembawaku kembali menggunakan barang haramitu. Ya Tuhan lindungilah aku dari pikiran yangmenyesatkan ini!” kata Bobby kembali tersadar.Untuk sementara, Bobby bisa menyingkirkanpikiran sesat yang kembali menerpanya. Namun taklama kemudian, keinginan itu sudah kembali lagi danhampir saja membuatnya terpedaya. Untunglahpemuda itu cepat tersadar dan segera memohonkepada Tuhan agar menghilangkan pikiran sesat yang13


terus menghantuinya. Hingga akhirnya pikiran itu punlenyap dan berganti dengan pikiran yang lain, yaitumengenai gadis pujaannya. “Ups! Apa yang baru sajakupikirkan tadi sudah <strong>merupakan</strong> bisikan setan yangkembali menggodaku. Padahal masih banyak yangbisa aku kerjakan selain memikirkan gadis yang samasekali tak mempedulikan aku. Aku tahu dia memangsudah menjadi kekasih orang, dan aku sadar bahwaaku hanya bertepuk sebelah tangan. Tapi aku sudahterlanjur sayang. Kedengarannya memang sepertijudul lagu, tapi itulah aku. Sudah terlanjur sayangkepada orang yang salah. Padahal semula aku takmencintainya, bahkan tak begitu menghiraukannya.Dia itu hanya gadis biasa, bahkan tubuhnya punkurang proporsional. Tapi entah kenapa sekarangjustru sebaliknya, dia itu tampak begitu cantik, bahkantubuhnya pun terlihat sempurna. Apakah ini karenaaku masih menjalani hukuman atas penghinaankudulu, yaitu telah mencela mahluk ciptaan-Mu. OhTuhan, jika demikian ampunilah semua dosaku itu.Bukanlah selama ini aku sudah menyesalinya. Dan14


aku pun sudah berjanji untuk tidak mencela mahlukciptaan-Mu lagi. Namun, entah kenapa Engkau masihterus menghukumku. Tidak layakkah aku mendapatkebahagiaan dengan menjalani kehidupan bersamagadis yang pernah kuhina itu?”Kini Bobby kembali terkenang akan masa lalunya,yaitu disaat dia jatuh cinta dengan gadis pujaannya.Dulu, ketika dia sedang nongkrong bersama temantemannya,gadis itu sengaja datang menghampiri.Karena tidak mau dianggap sombong, Bobby punmencoba untuk menerima kehadirannya. Saat itu,segala pikiran tidak nyaman terus menghantamnyabertubi-tubi, ungkapan hati atas penampilan fisik gadisitu terus tersirat di benaknya. Saat itu Bobby memangjahat karena telah menghina mahluk ciptaan Tuhanbegitu. Hal itu memang sulit, sebab dia tidak mungkinbisa membohongi pengelihatannya sendiri. Sebagaipemuda tampan, rasanya mustahil dia bisa berpikirpositif atas penampilan fisik si Gadis yang menurutpenglihatan lahirnya memang kurang cantik. Apalagisaat itu teman-temannya berusaha menjodohkan. Dan15


karena itulah, lagi-lagi Bobby kembali berpikiran jahat.“Kenapa gadis seperti itu dijodohkan denganku?”tanya Bobby waktu itu. Dalam hati dia sungguh tidakmenerima, jika gadis yang kurang cantik ituberdampingan dengan dirinya yang tampan.“Sungguh jahat aku waktu itu,” ungkap Bobbymenyesal.Tiba-tiba Bobby kembali teringat dengan peristiwayang mengubah penilaiannya. Waktu itu, si gadissempat bicara padanya, kalau dia mendekati Bobbybukan lantaran ingin menjadi pacarnya, namunsekedar mau berteman dengan Bobby yang dinilainyabegitu enak untuk diajak curhat. Dia pun menyadarikalau dirinya memang tidak pantas berdampingandengan Bobby yang tampan. Saat itu dia justru mintamaaf lantaran kehadirannya telah membuat Bobbyikut diolok-olok.“Sungguh teman-temanku memang jahat...Ternyata mereka menjodohkan aku dengan maksudmengolok-oloknya,” saat itu air mata Bobby kembali16


menetes bersamaan dengan hatinya yang kembalimerasakan kepiluan.Sejak mengetahui hal itulah, akhirnya Bobby tidakrisih lagi jika berada di dekatnya. Bahkan setelahsekian lama mengenal pribadinya, akhirnya Bobbyjustru merasa sangat nyaman dan tidak peduli lagidengan segala kekurangannya. Semua itudikarenakan kecantikan hati si Gadis yang benarbenarsudah merubah pandangannya. Walaupunakhirnya si Gadis pergi meninggalkannya karena diamerasa tidak enak melihat Bobby yang terus diolokolok.“Dia memang gadis yang baik. Kecantikan hatinyaitu telah membuatku tersadar, kalau dia itu memangpatut kucintai,” ungkap Bobby mengakui kalau gadisitu telah mengubah kehidupannya.Kini Bobby kembali teringat disaat dia mulai jatuhcinta. Waktu itu, setelah sekian lama tak berjumpa,hatinya pun senantiasa dilanda kerinduan. Sungguhsaat itu Bobby sendiri tak mengerti akan perasaannya,yang jelas saat itu dia benar-benar sangat17


mendambakan kehadirannya. Bahkan di setiap saatdia selalu teringat dengan segala budi baiknya.Bagaimana dulu gadis itu memberinya pengertianmengenai dampak narkoba yang membahayakan,hingga akhirnya dia mau meninggalkan prilaku burukitu dan kembali ke jalan yang lurus. Dan kata-kataterakhir yang masih diingatnya adalah doa dari gadisitu, yang mana telah mendoakan dirinya agarmendapatkan gadis yang diidam-idamkannya.“Sungguh aku tidak menyangka, ternyata kini akusudah begitu mencintainya. Entah kenapa, pada saatitu semua yang pernah kubenci dari dirinya sirnabegitu saja? Mungkinkah semuanya itu karena sudahterkubur oleh kebaikan hatinya yang begitu tulus?”tanya Bobby mengenai ketidakmengertian akanperasaan cinta yang telah merasuki hatinya.Tiba-tiba pemuda itu kembali meneteskan airmatanya. Rupanya dia kembali teringat dengankejadian yang membuat hatinya hancur berkepingkeping,yaitu disaat gadis itu menolak cintanyalantaran dia sudah mempunyai kekasih. Sungguh18


pengalaman itu telah menjadi kenangan pahit yangtak akan pernah dilupakan. Dan dia betul-betulmenyesal, kenapa baru menyadari itu setelahsemuanya terlambat. Haruskah ia membenci gadisyang sangat dicintainya itu, atau haruskah ia terusmencintainya dengan sepenuh jiwa⎯padahal dia tahucintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Katapenyair, bukankah cinta itu tak harus memiliki, namunketulusan mencintai itulah yang terpenting. Sungguhklise kedengarannya, sama sekali tidak masuk di akal.Apa mungkin ia bisa mencintai gadis yang telahmembuat hatinya begitu terluka, yang telah membuatkehidupannya begitu menderita. Sakit… Sungguhsakit jika harus terus mencintainya. Benci… Sungguhbenci kala cintanya harus tertolak. Kecewa… sungguhkecewa karena tak bisa memiliki. Benci! Benci! Benci!Semakin benci semakin terus terbayang, membuathati semakin sakit… sakit… dan sakit… Sungguhdilema, mencintai salah, benci apalagi. Begitulahperasaan pemuda itu selama ini, sehingga dia19


memutuskan untuk tetap mencintainya, walaupun iaharus menderita karenanya.Kini pemuda itu memutuskan untuk melupakangadis pujaannya sesaat, dia menyadari kalau ada hallain yang lebih penting dari itu, yaitu mengenai bendayang ditemukannya waktu itu. “Hmm… Sebetulnyaapa maksud dari semua gambar di benda ini?Sungguh sangat membingungkan,” kata Bobby sambilterus memperhatikan setiap simbol yang ada danberusaha memahami maksudnya.Kini pemuda itu kembali memutar-mutar setiapbagian limas hingga membuat kombinasi baru yangsesuai dengan pikirannya, ”Aduh, kenapa masih salahjuga. Hmm… Kira-kira apa maksud dari gambar yangsatu ini?” tanya Bobby berusaha menerka sebuahsimbol bergambar bayi.Pemuda itu terus berusaha memecahkan teka-tekiyang membingungkan itu, bahkan ia sampaimencatatnya di selembar kertas agar kemungkinanyang sudah dicobanya tak diulangi lagi. Hinggaakhirnya dia sudah mencoba 64 kali kemungkinan.20


“Aduh, kenapa belum ketemu juga? Hmm…Bagaimana jika kombinasinya bukan hanya satu arah,tetapi juga dua arah seperti yang ada pada brankas.Gila…! Kalau begitu kemungkinannya bisa banyaksekali dan tidak mungkin bisa dipecahkan hanyadengan cara menebak-nebak seperti yang kulakukansekarang. Huh! Mau tidak mau aku memang harusmemecahkan makna dari setiap simbol itu. Kalaubegitu, ini sama saja artinya dengan menambahpenderitaanku. Sebab aku sendiri tidak tahu, entahsampai kapan aku bisa mengerti makna dari semuasimbol itu. Hmm… Sebaiknya aku menyerah saja,percuma jika aku terus memikirkannya. Biarlah akutak menjadi orang kaya, biarlah aku tak mempunyaikedudukan, biarlah aku… Tidak! Winda harus bisamenjadi milikku. Ya Tuhan… kenapa harus sesulit ini?Kenapa tidak kau berikan saja cara yang mudah agaraku bisa memilikinya? Kenapa…? Aku kan sudahmengaku salah, dan aku pun sudah menyesalinya.Tapi… Kenapa Engkau masih juga mempersulitnya?”tanya pemuda itu berkali-kali.21


Kini pemuda itu melangkah menuju ke kolam ikanyang ada di taman rumahnya. Setibanya di tempat itudia langsung duduk di tepian kolam dan memanggilikan-ikannya untuk mendekat. Tak lama kemudian,ikan-ikan yang ada di kolam itu tampak menghampiritangannya, kemudian berkeliling⎯mengharapmendapat makanan. Sejenak Bobby memperhatikankeindahan warna-warninya, kemudian memperhatikanprilakunya yang tampak begitu gembira menyambutkehadirannya. Karena tak mau mengecewakan ikanikanyang sudah bergembira itu, Bobby pun segeramengambil pelet dan memberikannya kepada mereka.Sungguh senang hati pemuda itu ketika melihat ikanikannyayang makan dengan begitu lahap. Sejenak iaterlena dengan kesenangan itu sehingga ia pun lupaakan penderitaannya.Esok harinya, seusai mandi dan sarapan pagi,Bobby kembali memikirkan soal Winda. Sungguh22


setiap kali dia memikirkan gadis itu, setiap kali itu puladia merasakan sakit yang tak terkira. Namun karenadia menyadari kalau semua itu bisa menghambatkemajuannya, akhirnya dia memilih untuk menemuiteman-temannya.Kini Bobby sudah melangkah menuju ke suatutempat dimana teman-temannya biasa berkumpul,yaitu di atas balai bambu yang berdiri di tengahrimbunnya perkebunan singkong dan di bawahrindangnya sebuah pohon asam. Setelah agak lamaberada di tempat itu, hati Bobby pun sedikit demisedikit mulai terhibur lantaran bisa bercanda ria danbernyanyi bersama teman-temannya yang samasamamasih pengangguran. Sungguh keadaan itutelah membuat Bobby merasa tentram dan nyamankarena tak melulu diingatkan soal Winda, yangselama ini memang selalu hadir di benaknya danmembuatnya sakit.Pemuda itu terus bergembira bersama temantemannya.Namun ketika seorang temannya23


membawakan lagu yang berjudul Pujangga, hatiBobby pun langsung sedih dibuatnya.“Hidup tanpa cinta... bagai taman tak berbunga...O... begitulah kata para pujangga,” lantun temannyadengan penuh perasaan.Seketika Bobby kembali teringat akan bayangbayangWinda, sang Pujaan Hati yang bak bunga takmenghiasi taman hatinya. Betapa selama ini diamemang begitu mengharapkan kalau Winda maumenjadi pendampingnya. Namun apa daya, selamagadis itu tak mau membalas cintanya, maka semua ituhanya mimpi yang justru membuatnya kian menderitadan sulit melepaskan diri dari cinta yang hanyabertepuk sebelah tangan.Tiba-tiba ingatan Bobby buyar lantaran adaseorang pemuda yang datang mengucapkan salamkepada semua orang yang nongkrong. Kini pemudaitu tampak menghampiri Bobby dan duduk disebelahnya. “Hi, Bob! Ikut aku yuk!” ajaknya kepadaBobby.“Ke mana, Ran?”24


“Sudah… Ikut saja! Nanti kau juga akan tahu.”“Eng… Kalau begitu baiklah, ayo Ran!”Setelah pamit dengan teman-temannya, Bobbydan pemuda itu tampak melangkah pergi. Kinikeduanya sedang menyusuri jalan sambil bercakapcakapperihal kegiatan masing-masing. Ketika sampaidi sebuah warung makan, mereka pun mampir danmenikmati santap siang bersama. Usai makan,mereka tidak langsung pergi, melainkan melanjutkanperbincangan yang sempat tertunda.Kedua pemuda itu terus berbincang-bincanghingga akhirnya. “Benarkah yang kau katakan itu,Bob?” tanya Randy seakan tak percaya.“Iya, Ran. Aku mau berubah. Aku bosan jadipengangguran.”“Kalau begitu kebetulan sekali, Bob. Sebetulnyaaku datang memang mau menawarkan pekerjaanpadamu.”“Eng... Kerja apa itu, Ran?” tanya Bobby.“Kerja di percetakan, Bob. Pada bagian finishing.”25


“Wah, Ran. Apa mampu aku menjalani pekerjaanyang menjemukan seperti itu?”“Coba saja dulu. Barangkali saja kaumenyukainya.”“Ran… Se-sebenarnya aku masih berat untukbekerja. Boro-boro mau bekerja, mau hidup sajarasanya enggan. Apalagi sekarang, disaat aku sedangtertekan oleh berbagai hal yang membuatku ingin matisaja.”“Semua itu karena Winda kan?”“Iya, Ran. Aku tidak tahu lagi bagaimana caramelupakannya.”“Karena itulah aku datang menemui, Bob. Denganharapan kau mau bekerja guna mengalihkanpikiranmu dari Winda.”“Emm… Bagaimana ya?” Bobby tampak berpikirkeras. ”O ya, Ran. Apakah pemilik percetakan itusedang buru-buru mencari pekerja.”“Sama sekali tidak, Bob. Malah pemilik percetakanitu belum membutuhkan pekerja baru.”26


“Lho, kalau begitu untuk apa kau menawarkanpekerjaan padaku?”“Ya untuk membantumu agar kau bisamengalihkan pikiran dari Winda. Bob ketahuilah,pemilik percetakan itu teman baikku sejak kecil, dandia bersedia menolongmu, asal kan kau memangbetul-betul mau bekerja. Katanya jika ia menambahsatu karyawan saja, tentu tidak akan menjadimasalah.”“Eng… kalau begitu, bisakah aku memikirkannyalebih dulu. Terus terang, aku tidak bisa mengambilkeputusan sekarang.”“Baiklah, Bob. Pikirkanlah dengan matangtawaranku itu. Jika kau sudah siap segera hubungiaku!”“Iya, Ran. Aku pasti akan menghubungimu. O ya,Ran. Ngomong-ngomong, kau tahu arti simbol-simbolini tidak?” tanya Bobby seraya menyerahkan limasteka-teki yang ditemukannya kepada Randy.Randy pun segera menanggapi limas itu danmengamatinya dengan penuh seksama. “Hmm…27


sebenarnya benda apa ini, Bob?” tanya Randy serayamengembalikannya kepada Bobby.“Entahlah… Aku juga tidak tahu. Menurutku iniadalah limas ajaib, yang jika seseorang bisamembukanya, maka ia akan diperkenankan untukmeminta tiga permintaan.”“Itu syirik, Bob. Ketahuilah, sebaik-baiknya tempatmeminta hanya kepada Allah, bukan kepada bendaseperti itu.”“Ran, ketahuilah! Aku tidak meminta kepadabenda ini, namun kepada Allah. Benda ini kupercayahanya sebagai perantara saja, yaitu dengan bantuanjin yang menjadi penghuninya. Sama seperti ketikaaku minta tolong kepadamu, yang kuyakini kaumenolongku karena sebab Tuhan menjadikanmusebagai perantara-Nya.”“Bob, itu berbeda. Sebagai manusia aku memangsudah diberikan kuasa untuk menjadi khalifah, yangmana setiap kebaikan yang aku lakukan hanyamengharap ridha dari-Nya. Sedangkan jin sudah tidakdiberikan kuasa untuk menjadi khalifah, sebab28


semenjak Nabi Adam diciptakan hanya manusia yangdiberi tugas mulia itu. Dan sebagai khalifah tidaksepantasnya manusia meminta bantuan denganperantara jin.”“Tapi, Ran. Bagaimana dengan kisah NabiSulaiman yang meminta bantuan jin untukmembangun istananya, dan juga ketika membawasinggasana Ratu Bilqis.”“Ketahuilah, Bob! Nabi Sulaiman tidak memintabantuan, tapi memerintahkan. Dan yang membawasinggasana itu bukanlah jin, melainkan karena doaseorang manusia yang sholeh, yang mana doanyasenantiasa Allah kabulkan. Ketahuilah, Bob.Sesungguhnya Rasulullah tidak pernah mengajarkanmanusia untuk meminta bantuan kepada jin, yaitudengan perantara jimat atau benda magis. Melainkandengan mengajarkan doa-doa yang tujuannya adalahmeminta langsung kepada Allah.”“Tapi, Ran…”“Apa lagi, Bob? Tidak jelaskah apa yangkusampaikan padamu?”29


“Entahlah, aku masih bingung,” jawab Bobbyseraya membatin, “Kau tidak tahu, Ran. Kalausebenarnya jimat atau benda magis secara khususmemang tidak diajarkan oleh Rasulullah SAWsehingga tidak masuk ke dalam Syariat Islam yangdiajarkan olehnya. Namun kata seorang ahli hikmah,firman Allah terbagi menjadi dua bagian, yaitu yangtersurat berupa Al-Quran dan yang tersirat yaitusegala kemahakuasaan Allah SWT yang tampak dimata dan hati manusia.”“Bob, apa yang kau pikirkan?” tanya Randy tibatiba.“Eh, Tidak. Bukan hal yang penting. O ya, Ran.Sebetulnya aku tidak mau membahas soal bolehtidaknya memiliki benda gaib, melainkan aku hanyamau tahu saja apakah kau mengetahui arti darisimbol-simbol yang ada di limas ini.”“Bob, sebenarnya hanya ada beberapa simbolsaja yang kuketahui. Namun, mengenai makna yangterkandung di dalamnya, juga mengenai hubungandengan simbol lainnya sama-sekali tidak aku ketahui.”30


“Ya sudah, kalau begitu. Nanti biar aku tanyakankepada orang lain saja.”“Bob, sebaiknya kau jangan menyimpan bendaseperti itu, sebab aku khawatir kau akan tergelincir.Sekali lagi aku ingatkan, sebaiknya kau ikuti saja apayang diajarkan Rasulullah, yang mana beliau tidakmengajarkan untuk bergantung pada benda-bendaseperti itu. Melainkan hanya kepada Allah, yaitudengan berdoa kepada-Nya dan berusaha sesuaidengan kemampuanmu. Ingatlah, kalau imanseseorang akan selalu mengalami pasang surut.Karenanya, hindarilah berbagai hal yang sekiranyabisa membahayakanmu!”“Baiklah, Ran. Aku akan memikirkan danmempertimbangkan semua perkataanmu itu.”“Baguslah kalau begitu. O ya, Bob. Sebaiknya akupamit pulang. Bukankah kau masih mau nongkrongdengan teman-teman di kebun?”“Tidak, Ran. Aku langsung pulang saja.”“Kalau begitu, kita bisa jalan sama-sama, Bob.”“Iya, Ran. Kalau begitu mari!”31


Setelah Randy membayar apa yang merekamakan, lantas keduanya segera melangkahberiringan, membicarakan berbagai hal mengenaikeagamaan. Selama ini Randy memang sahabatBobby yang paling baik, sebab pemuda itu selalumemberikan masukan positif dan selalumembantunya dikala susah. Karenanyalah Bobbysangat respect padanya dan mau mendengarkansetiap nasihat darinya, yang terkadang memang sukaberseberangan dengan pendapatnya sendiri.Walaupun begitu, Bobby tetap menghormati apa punyang Randy katakan, dan dia berusaha untuk tidakterjebak di dalam sebuah perdebatan yang tak perlu,yang mungkin saja bisa membuat hubungankeduanya menjadi renggang. Randy pun begitu,walaupun ia tahu Bobby terkadang enggan menurutinasihatnya karena sebab perbedaan pendapat,namun ia tak pernah bosan untuk terus menasihatisahabatnya itu. Baginya kebenaran harus tetapdisampaikan, dan mengenai Bobby mau menerima32


atau tidak, semuanya dikembalikan kepada budinyasendiri.33


DuaKini Bobby mulai melupakan gadis pujaannya,namun dikesehariannya dia lebih seringberandai-andai. Andai dia jadi orang kaya, andai iajadi orang terkenal, andai ia punya istri cantik, andai iapunya anak-anak yang menggemaskan, sungguhmembahagiakan. Memang asyik jika berandai-andaiseperti itu, bisa senyam-senyum sendiri, terlenadengan angan yang melambung tinggi, bahkan hinggalupa diri. Maklumlah, selama ini dia merasa kalaudirinya adalah orang yang tidak mempunyai keahlian,ditambah lagi dengan dampak narkoba yang telahmembuatnya menjadi seorang pemalas. Sungguh diatidak tahu harus bagaimana menjalani kehidupannyayang dirasakannya begitu monoton, tak ada warnawarni,hanya berupa beribu penderitaan yangmembuat batinnya merintih, merasakan beratnyapersaingan hidup di dunia yang menjemukan. Namun34


setelah pertemuannya dengan Randy, semuanya punmulai berubah, ada sebuah harapan akan masadepannya. Sayangnya, harapan itu terlalu tinggi danmembuatnya justru jadi sering berandai-andai.Untunglah keadaan itu tak berlangsung lama,sebab sahabatnya yang bernama Randy kembalimengingatkan akan makna hidup yang telahdikaruniakan kepadanya, yaitu mengenai misikekhalifahannya yang mana harus dijalani gunamengubah kehidupannya sesuai dengan keinginanAllah. Dan karena itulah akhirnya Bobby sadar untuktidak lagi berandai-andai, melainkan berusahamerelisasikannya dengan langkah nyata. Bahkan diamenjadi begitu bersemangat untuk merubah dirinyamenjadi lebih baik, yaitu menjadi orang yang mengisihidupnya dengan seproduktif mungkin gunamengemban misi kekhalifahannya. Sungguh diamerasa hidupnya menjadi begitu indah jika dia maumengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat dan takmenyia-nyiakan waktunya sedikit pun.35


Sebagai langkah awal, dia pun tak mau menyianyikankesempatan yang ditawarkan Randy. Kini diasudah bekerja di sebuah perusahaan percetakan,yaitu di bagian finishing. Pekerjaannya adalahmenyelesaikan setiap hasil cetakan. Dari menyusunhalaman <strong>buku</strong> sampai dengan mengelemnya menjadibentuk <strong>buku</strong> yang utuh. Dari menyatukan potongankertas sehingga menjadi sebuah map yang siap pakai.Dan masih banyak lagi jenis pekerjaan finishing yangmesti dia lakoni.Bos Bobby adalah seorang keturunan Tionghoayang baik hati, dan dia sangat senang jika adakaryawannya yang mau meningkatkan kemampuan.Karenanyalah, ketika bosnya mengetahui kalau Bobbymempunyai ketertarikan menjadi seorang graphicdesigner, akhirnya dia diberi kesempatan untukmempelajarinya. Kata Bosnya, selama Bobby tidakada kerjaan dan komputer juga sedang bebas, Bobbydiizinkan untuk menggunakan komputer. Mengetahuiitu, Bobby pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan.Pokoknya setiap ada waktu luang digunakannya untuk36


elajar dan belajar, hingga akhirnya dia dipercayauntuk menjadi seorang setter yang pekerjaannyamembantu seorang designer dalam menyelesaikantugas. Pekerjaannya setiap hari adalah berbagai halyang berkenaan dengan setting materi. Dari mentracinglogo, meng-cropping foto, dan masih banyaklagi. Hingga akhirnya dia semakin mahir dandiperkenankan untuk mulai mendisain.Setelah beberapa tahun bekerja, akhirnya Bobbymenjadi seorang graphic designer yang cukup mahir.Karena keinginannya mengembangkan karir, akhirnyaBobby meminta izin untuk mencari pengalaman ditempat lain. Saat itu Bosnya yang begitu pengertiansama sekali tidak keberatan, dia memang begitumemaklumi jiwa muda Bobby yang masih penuhsemangat. Setelah keluar dari perusahaan itu, Bobbyterus mendalami <strong>ilmu</strong>nya dari perusahaan satu keperusahaan lain. Hingga akhirnya dia betul-betulmenjadi seorang graphic designer yang professional.Pendapatannya saat itu pun terbilang besar untukorang yang hanya tamatan SMK, yaitu sekitar lima juta37


upiah per bulan. Apalagi jika dia mendapatkan ordersampingan dari perusahaan asing, yang hanyadengan sekali desain bisa mendapatkan uang puluhanjuta rupiah. Sungguh semua itu telah membuatnyaterpedaya dengan urusan dunia, dimana kini dia lebihsering menghabiskan uangnya untuk hal-hal yangtidak penting. Bahkan dia sudah tidak ingat dengantekadnya yang ingin mengemban misi khalifahannyasesuai dengan keinginan Tuhan.Kini Pemuda itu sedang asyik berduaan denganseorang gadis yang dikenalnya saat clubbing. Merekaduduk berdua di dalam mobil yang diparkir di bahujalan sambil menikmati udara malam yang semakindingin."Mmm… Ternyata kau ini memang gadis yangtahu segalanya, ya.” Puji Bobby kepada lawanbicaranya.“Ah tidak juga. Aku sungguh tidak menduga, kalaukau ternyata pemuda yang pandai merayu,” balasgadis itu.38


Bobby tersenyum, “Merayu…? Kenapa kau pikiraku sedang merayu?” tanyanya seraya membelairambut gadis yang kini bersandar di bahunya.“Sudahlah, Kak! Aku tahu betul kok mana yangmerayu dan yang tidak,” kata gadis itu sambilmemainkan kancing baju Bobby.“Ya sudah, kalau begitu terserah kau saja.”Nita tersenyum, “Kau memang pandai, Kak.”“Pandai…?” Bobby tampak mengerutkankeningnya.“Ya, kau pandai mengambil hati wanita, Kak,” jelasNita tersipu."Sudahlah, Nit…! Kau jangan terlalu memujibegitu. O ya, ngomong-ngomong sekarang enaknyakita ke mana ya?” tanya Bobby seraya kembalimembelai rambut gadis itu.“Terserah Kakak saja,” jawab Nita manja.“Lho, kok terserah aku. Kalau aku ajak ke kantorpolisi, apa kau mau?”“Ah, Kakak ada-ada saja. Hmm… Bagaimanakalau kita menginap di hotel saja?”39


“A-apa!!!” Bobby terkejut.“Kenapa kau begitu terkejut, Kak? Bukankah ituyang biasanya pria inginkan.”“Maksudmu?” tanya Bobby seraya memandangmata Nita dalam-dalam.“Ya, mau apa lagi? Kalau kita sudah saling suka,bukankah sebaiknya kita ML.”“ML…? Ta-tapi…”“Ayolah, Kak…! Terus terang, sudah lama jugaaku tak merasakan nikmatnya bercinta.”Saat itu Bobby benar-benar dalam ujian yangcukup berat lantaran digoda wanita cantik yangbersedia tidur bersamanya. Sungguh tawaran itubenar-benar membuatnya serba salah, di satu sisi diatakut akan dosa, namun di sisi lain dia memangsangat menginginkan tubuh molek milik Nita. Setelahberpikir keras, akhirnya Bobby mau juga menurutiajakan Nita. “Mmm… Baiklah. Kalau begitu kita kehotel sekarang,” kata Bobby setuju.Mengetahui itu, Nita pun senang bukan kepalang.Terbayang sudah kebahagiaan yang akan dialaminya,40


ersama pemuda tampan yang menurutnya tampakperkasa. “Nah, begitu dong. Kau memang pria yangmengerti wanita, Kak,” katanya seraya menciumBobby mesra.Setelah mendapat ciuman yang terasa hangat itu,Bobby pun segera memacu mobilnya menuju hotelyang tak begitu jauh. Hingga akhirnya sepasangmuda-mudi itu sudah berada di kamar yang lumayanbesar. Kamar itu tampak bagus, dindingnya yangberwarna putih kebiruan adalah wallpaper bermotifbunga yang dihiasi dengan beberapa lukisan yangbegitu indah. Tempat tidurnya pun tampak besar,bergaya classic dengan ukiran kayu yang dihiasiornamen emas. Dan ketika Bobby duduk di atasnya,dia pun merasakan kasur yang didudukinya itu terasabegitu empuk. Pemuda itu sejenak merebahkan diri,merasakan kelembutan bed cover-nya yang berwarnacokelat muda. Saat itu, Nita yang agak binal tampakmembuka kancing baju Bobby satu per satu sambilterus menciuminya mesra. Dan ketika dia hendakmembuka retsleting celana pemuda itu tiba-tiba,41


“Hentikan Nit!” tahan Bobby seraya kembalimengancingi bajunya yang sudah terlepas semua.Sesaat Nita sempat melongo dibuatnya, lalu taklama kemudian gadis itu sudah kembali berkata-kata.“Kenapa, Kak. Apa ada yang salah?”“Ya… Ini sangat salah, Nit. Kita tidak sepantasnyamelakukan ini.”“Kau jangan munafik, Kak. Kau sangatmenginginkannya kan?”“Ya, aku tidak memungkiri itu. Tapi…”“Kau takut dosa kan? Dari gelagatmu aku sudahbisa menduga kalau kau memang takut. Kini akuyakin kalau kau memang masih perjaka, dankarenanya kau merasa takut.”Bobby tidak menjawab, karena saat itu dia yakinkalau Nita sudah memahaminya.“Kak… Pertama kali aku melakukannya jugasepertimu, takut akan dosa. Tapi setelah akumerasakan nikmatnya bercinta, akhirnya aku tidakmempedulikannya lagi. Kak, kita masih muda, masihbanyak kesempatan untuk bertobat.”42


“Benarkah masih banyak kesempatan?” tanyaBobby ragu.“Iya lah. Kita ini kan masih muda dan sehat. Kalaukita sudah tua dan mulai sakit-sakitan barulah kitabertobat.”“Nit… Aku tidak yakin. Sesungguhnya aku takutsekali, bagaimana jika belum sempat bertobat akukeburu mati? Kecelakaan mobil atau apalah…”Nita tampak terdiam, sungguh dia tidak bisamenjawab pertanyaan itu.“Ya sudah kalau begitu. Terus terang, akumenyesal telah mengenalmu, Kak. Ternyata kaubukan pemuda seperti yang kuduga. Kau terlalunaif…”“Maafkan aku, Nit! Sungguh bukan maksudkumembuatmu kecewa. Selama ini aku memang telahsalah langkah, sehingga harus membuatmu kecewa.Andai dari awal aku sudah menyadari kalauperbuatanku ini salah, tentu aku tidak akanmelibatkanmu.”43


“Sudahlah, Kak! Kalau memang tidak bisa,sebaiknya kau antar aku pulang.”“Baiklah, Nit. Sekali lagi aku minta maaf karenatelah mengecewakanmu!”“Iya, aku mengerti. Kau memang tidak sepertipemuda kebanyakan yang kukenal.”Akhirnya Bobby mengantarkan Nita pulang. Saatitu Bobby benar-benar lega karena tidak jadimelakukan perbuatan yang sangat tidak patut itu. Diabersyukur karena masih mau mendengarkan hatinuraninya, yang andai saat itu tidak dituruti mungkinakan membuatnya semakin sulit untuk memadamkanhasrat birahi yang saat itu sudah begitu bergelora.Esok paginya di hari Minggu yang cerah, Bobbytampak duduk di atas balkon rumahnya sambilmemperhatikan limas teka-teki yang ditemukannya.Pemuda itu tampaknya masih penasaran denganbenda yang kata sahabatnya bisa menjerumuskannya44


ke hal-hal yang membahayakan. “Hmm… Bagaimanajika benda ini bukan berisi Jin, melainkan diberikankekuatan oleh Tuhan. Benda ini tidak memberikankekuatan, namun diberi kekuatan. Dengan begitutidak mustahil jika benda ini bisa memberikanpengaruh positif kepadaku, yaitu dengan membuatkumempunyai aura positif yang bisa membuat orangorangdi sekitarku menjadi segan, sehingga segalayang aku inginkan pun bisa diraih dengan mudah.Buktinya, setelah memiliki benda ini kehidupansosialku menjadi lebih baik. Aku mempunyaipekerjaan yang kusuka, berpenghasilan cukup, danberbagai hal yang kuinginkan sudah tercapai. Tanpabenda ini, rasanya mustahil aku bisa seperti sekarang.Kini hanya satu yang belum bisa aku dapatkan, yaituseorang pendamping yang betul-betul mencintaiku.Walau selama ini banyak gadis cantik yang maupadaku, namun tak satu pun yang menarik hatiku. Akumerasa mereka cuma mau uangku saja, yangtentunya akan mudah diperoleh setelah menjadi istrikukelak. Mungkin aku bisa merasa demikian karena45


pengaruh benda ini pula, yang dengan kekuatannyatelah membuatku bisa merasakan perasaan itu.Sungguh benda ini sudah membuatku betul-betulberuntung, padahal aku sendiri belum berhasilmemecahkan teka-tekinya. Hmm… Bagaimana jikakelak aku berhasil memecahkannya, tentu aku akanmenjadi orang yang bahagia dunia dan akhirat.”Bobby terus berusaha memecahkan teka-tekiyang ada di limas itu hingga akhirnya dia pusingsendiri. “Hmm… Sebaiknya aku pergi berlibur saja.Mungkin setelah otakku fresh, aku akan bisamemecahkannya,” kata pemuda itu seraya berkemaspergi.Tak lama kemudian, pemuda itu tampak melajudengan jeep merahnya menuju ke daerah puncak,tepatnya ke sebuah villa mewah yang sangat nyaman.Setibanya di tempat itu, dia merasakan kesejukanudara yang sangat berbeda dengan yang ada diJakarta⎯betul-betul bersih dan menyegarkan. Kinipemuda itu sedang memandang hijaunya perkebunanteh yang menyejukkan mata, yang tumbuh hampir di46


setiap lekuk perbukitan. Di kejauhan juga terlihatgunung yang berselimutkan kabut putih, berdiridengan kokoh memperlihatkan keperkasaannya.Sungguh pesona alam yang indah, ciptakan Tuhanyang membuat dirinya bukanlah apa-apa.Usai menikmati indahnya pesona alam, kinipemuda itu segera berganti pakaian dan melangkahke tepian kolam renang yang airnya tampak begitujernih. Sejenak pemuda itu melakukan pemanasandengan melakukan gerakan ringan yang dapatmelemaskan setiap persendiannya. Setelah itu diaduduk di tepian kolam sambil menggoyangkankakinya di dalam air, dia melakukan itu agar tubuhnyatak terkejut dengan suhu air di kolam. Setelah dirasacukup, akhirnya pemuda itu menceburkan diri.Seketika itu rasa dingin langsung menyeruak,membuat tubuh pemuda itu menggigil hebat bagaidirendam air yang dipenuhi ribuan balok es. Karenatak sanggup melawan dingin yang tak terkira, akhirnyapemuda itu segera naik dan kembali duduk di tepian.Saat itu rasa dingin tak kunjung lenyap, justru semakin47


ertambah-tambah. Pada saat itulah, tiba-tiba seorangpenjaga villa datang menghampirinya.“Den, Bobby. Saya lihat anda tampak begitukedinginan. Apakah anda butuh sesuatu untukmenghangatkannya?”“Iya, Mang. Tolong carikan minuman yang dapatmenghangatkan tubuhku ini!” pinta Bobby serayamemberikan uang kepada penjaga villa itu.Tak lama kemudian, penjaga villa itu tampakmelangkah pergi. Beberapa menit kemudian, diasudah kembali dengan sebotol whisky di tangannya.“Ini, Den,” kata penjaga villa itu seraya menyerahkanminuman yang dibawanya.“Terima kasih ya, Mang. O ya, ambil sajakembaliannya untukmu.”“Terima kasih, Den,” kata penjaga villa serayamelangkah pergi.“Brrr... Dinginnya. Tentu tidak apa-apa kalauminum sedikit saja. Sebab, aku memang betul-betulsedang kedinginan. Tuhan pasti memaklumi aku yangterpaksa meminum cairan beralkohol ini. Bukankah48


Al-Quran juga membolehkan makan daging babi yangdiharamkan itu, jika ia memang betul-betul sedangdalam keadaan darurat.“Setelah berpikir begitu, akhirnya Bobby segerapergi ke teras dan duduk menikmati minuman ituseteguk. Hangat sekali rasanya di kerongkongan, dansetelah masuk ke lambung terasa betul-betul hangat.Sayangnya keadaan itu tak berlangsung lama, rasadingin pun kembali datang. “Hmm... kalau begituseteguk lagi saja,” kata Bobby seraya meneguknyasekali lagi.Keadaan itu terus berlanjut hingga akhirnya sudahsetengah botol minuman itu ia habiskan. "Ah,sekarang sudah lebih baikan,” gumam Bobby serayameneguknya sekali lagi. "Sungguh indah hidup ini,dunia pun seakan terang-benderang. Sungguh tidaksia-sia Tuhan menciptakan semua ini. Aku heran,kenapa agama melarang minuman keras ini, yangnyatanya tidak membuatku mabuk, aku justrumerasakan kebahagiaan yang tiada tara. Saat ini aku49


etul-betul konsen, bahkan aku merasa justru bisaberpikir dengan jernih dan masih ingat Tuhan.”“Maaf, Den Bobby!” ucap penjaga villa yang tibatibasudah berada di tempat itu. ”Sekali lagi maaf,Den! Saya lihat anda duduk sendirian saja. Apakahanda butuh teman untuk diajak bicara?” tanyanyakemudian."O, kau rupanya. Apakah kau mau menemanikubicara?”“Bukan saya, Den. Tapi seorang wanita yangmasih muda dan cantik.”“Eng... Kalau begitu mana wanita itu?”“Maaf, Den! Saya harus menjemputnya dulu?”“O…” Kata Bobby mengerti. “Kalau begitu, apasegini cukup?” kata Bobby seraya menyerahkansejumlah uang kepada penjaga villa itu.“Cukup, Den.” Jawab penjaga villa dengan rautwajah berseri."O, ya nanti temui aku di ruang tamu saja,tampaknya di sini sudah mulai gelap, dan kabut dingin50


juga sudah mulai turun,” kata Bobby serayamelangkah pergi.“Baik, Den,” kata penjaga villa serayamemperhatikan kepergian Bobby yang tampakberjalan dengan agak terhuyung. “Hehehe...! TernyataDen Bobby sudah mabuk berat, jalannya saja sudahtidak lurus begitu, dan bicaranya tadi juga sudah tidakjelas,” duga penjaga villa itu seraya melangkah pergi.Pada saat yang sama, Bobby sudah berada di dalamruang tamu dan duduk di sebuah sofa cokelat yangempuk.“Hmm... Seorang wanita muda yang cantik. Tentutidak apa-apa jika hanya sekedar berbincang-bincang.Aku ini kan masih konsen, bicara dan jalanku sajamasih lancar. Tentu aku masih bisa menjaga diri darihal-hal yang sekiranya bisa membahayakan. Aku tidakakan sampai jauh seperti kejadian kemarin malam,sebab aku memang hanya mau sekedar berbincangbincangsaja.”Setelah menunggu agak lama, akhirnya penjagavilla sudah kembali bersama seorang wanita muda51


yang cantik. Usianya baru 20 tahun, dia mengenakankaos you can see putih dengan jeans biru yangtampak ketat. Sungguh saat itu Bobby dapat melihatkeindahan tubuhnya yang tampak sempurna.Kini wanita itu sudah duduk di samping Bobby danberbincang-bincang mengenai suasana malam dankeindahannya. Lama mereka berbincang-bincanghingga akhirnya, "O ya, Kak. Ngomong-ngomong, daritadi kulihat Kakak sering menggoyangkan bahu.Apakah bahu Kakak terasa pegal?” tanya wanitamuda itu.“Ya, kau benar. Saat ini bahuku memang terasapegal sekali,” jawab Bobby terus terang.“Eng.. Kalau begitu, biar aku memijatmu, Kak.”Tawar wanita muda itu.Mendapat tawaran itu, Bobby pun langsungberpikir. “Hmm... Kalau cuma dipijat sih tidak apa-apa,sebab tidak akan membuatku terangsang.”Setelah Bobby mengijinkan, lantas dengan segerawanita itu mulai memijatnya. “Bagaimana, kak. Apa52


segini cukup?” tanya wanita muda itu mengenaikekuatan memijatnya.“Ya cukup. Oh, nikmat sekali rasanya!” ungkapBobby merasakan jemari gadis itu terus menari-nari dibahunya yang terasa pegal. Bahkan saking nikmatnyamembuat Bobby merasa betul-betul mengantuk.“Kak, bagaimana jika aku memijatmu di kamarsaja, sebab aku lihat Kakak tampak mulai mengantuk.Nanti jika Kakak sampai tertidur, aku bisa langsungmenyelimutimu dan membiarkanmu tidur dengannyenyak.”“Kau benar, kalau begitu mari!”Lantas anak manusia yang bukan muhrim itusegera menuju kamar yang tampak nyaman. Saat ituBobby langsung tengkurap di kasur yang empuk,sedangkan gadis yang bersamanya kembali mijatbahunya. Bukan hanya bahu, tapi juga punggung danpinggangnya. “Oh, benar-benar nyaman sekali,”ungkap Bobby senang. "O ya, dari mana kau belajarmemijat seenak ini?” tanya pemuda itu kemudian.53


“Dulu aku pernah bekerja di sebuah panti pijat,Kak. Dan karenanya aku bisa memijat seperti yangkau rasakan sekarang.”"O, jadi begitu. Pantas saja pijatanmu terasa betulbetulenak.”Saat itu Bobby bukan hanya merasakan enaknyadipijat, tapi ia juga merasakan perasaan lain yangmembuatnya benar-benar lupa diri. Saat itu diasedang merasakan sebuah bentuk perhatian dankasih sayang dari seorang wanita, yang mana takpernah dirasakan sebelumnya. Sungguh sebuahbentuk perhatian dan kasih sayang semu yangmembahagiakan, bahkan rasa kesepian yang selamaini menerpanya sudah sirna seketika⎯bergantidengan perasaan syahdu yang terus mengisi relungjiwanya yang haus akan kasih sayang.Esok paginya ketika baru bangun tidur, Bobbydikejutkan oleh keadaan dirinya yang sudah tanpa54


usana. Apalagi di sebelahnya ada seorang wanitacantik yang juga tanpa busana, gadis itu sedangterlelap di bawah selimutnya. “Ya Tuhan... sudahkahaku melakukan itu?” tanya Bobby merasa takut dancemas akan dosa yang mungkin sudah diperbuatnya.Seketika Bobby mencoba mengingat kejadiansemalam, mengenai apa saja yang telah dilakukannyabersama wanita itu⎯dari awal kedatangannya hinggaakhirnya dia dipijat, dan setelah itu dia tak ingat lagi.Lantas dengan segala perasaan resah dan gelisah,pemuda itu segera mengenakan pakaiannya kembalidan mencoba membangunkan gadis yangbersamanya. “Len, Leni! Bangun Len!” pinta Bobbysambil menepuk-nepuk bahu gadis itu.“Ada apa, Kak?” tanya Leni seraya bersandar dikepala dipan dengan tubuh yang masih tertutupselimut.“Len... A-apakah semalam kita melakukan itu?”tanya Bobby cemas.“Melakukan apa, Kak?”“A-apakah semalam kita berhubungan intim?”55


“Tidak, Kak. Bukankah kau sudah berpesanpadaku agar tidak melayanimu.”“Be-benarkah?” tanya Bobby hampir takmempercayainya.“Iya, Kak. Semalam kau sudah bicara panjanglebar mengenai siapa dirimu. Bahkan mengenai gadisyang bernama Winda pun kau ceritakan pula.”“A-aku cerita soal Winda?”“Iya, Kak. Bahkan kau menceritakannya begitudetail, sehingga aku pun bisa merasakan perasaanmuyang sudah begitu mencintainya. Kak... Terus-terang,baru kali ini aku melayani pemuda sepertimu, yangdengan polosnya menceritakan segala masalahpribadinya. Ternyata kau mengundangku lantaransedang kesepian dan butuh teman untuk curhat.”“La-lalu kenapa aku bisa sampai tak berpakaian?”“Se-sebenarnya semalam kau sudah maumelakukan itu, namun karena aku menyadari kalaukau sedang mabuk, aku pun lantas menolak danberusaha kembali mengingatkanmu. Terus-terang,aku kasihan padamu, Kak. Bukankah kau sudah56


menceritakan siapa dirimu, dan karenanyalah akuyakin sekali⎯jika pikiranmu sedang sehat, kau pastitak menghendakinya.”“Kau benar, Len. Aku memang tidak menghendakihal itu. Terima kasih, Len. Kau memang gadis yangbaik.”“Sudahlah, Kak. Aku ini bukan gadis baik-baik.Aku ini hanyalah kupu-kupu malam yang dibayar demimendapatkan cinta sesaat. Namun untukmu adapengecualian, sebab aku menganggapmu bukanlahsebagai pemuda hidung belang yang harus aku layanidemi memuaskan hasrat birahinya. Kau sudahkuanggap sebagai seorang sahabat yangmembutuhkanku sebagai tempat curahan hatimu.”“Tidak, Len. Kau itu gadis yang baik, kau berbedadengan lain. Aku yakin, kau menjalani profesi inikarena terpaksa. Andai kau berpeluang mendapatpekerjaan yang lebih baik, aku yakin kau tidak maumelakukannya. Kau itu hanya tidak tahu sajabagaimana caranya menemukan peluang.”57


“Entahlah, Kak. Mungkin begitu, mungkin jugatidak. Terus terang, aku sendiri bingung, harusbagaimana lagi menjalani hidupku ini. Sesungguhnyaaku jadi begini lantaran ulah pacarku yang tidakbertanggung jawab. Semenjak dia merenggutkesucianku, aku merasa hidupku sudah hancurberkeping-keping, dan aku merasa tidak punya masadepan. Dia telah menghancurkan cita-citaku untukmenjadi ibu rumah tangga yang baik, ibu rumahtangga yang bersama suami tercinta membesarkananak-anaknya di dalam sebuah mahligai perkawinanyang penuh dengan kebahagiaan,” cerita Leni serayamenitikkan air matanya.Pada saat itu Bobby betul-betul prihatin dengancerita Leni yang menyedihkan itu. Dalam hati pemudaitu sempat berpikir, andai saja ia seorang pemudayang siap mental, tentu ia akan menikahi danmembawanya ke kehidupan yang lebih baik. Namun,saat ini ia hanya pemuda yang juga sedang dilandaberbagai kesusahan yang membebani hatinya.58


Sungguh dia tak kuasa untuk menolong Leni selainhanya dengan doa yang tulus.59


TigaSetelah peristiwa dua malam yangmembahayakan itu, akhirnya Bobby tersadardan takut sekali jika sampai terjerumus ke lembahnista. Karenanyalah dia memutuskan untuk bertemuRandy, sahabatnya yang sudah dianggap sebagaisaudara kandungnya sendiri. Barangkali saja dia bisamembantunya mencarikan jalan keluar agar bisalepas dari bayang-bayang Winda, yang mana selamaini telah membuatnya terpedaya sehingga harus larike hal-hal yang negatif. Kini pemuda itu tampakdisambut hangat oleh sahabatnya dan dipersilakanmasuk ke kamar kos-kosannya yang terasa cukupnyaman.“Kau masih suka hura-hura, Bob?” tanya Randyperihal kebiasaan buruk Bobby yang membuatpemuda itu merasa perlu untuk menanyakannya.60


“Eng… Kenapa kau menanyakan hal itu, Ran?”Bobby malah balik bertanya.“Tidak… Aku cuma prihatin saja. Andai kau maumenggunakan uangmu untuk hal-hal yangbermanfaat, tentu Tuhan akan memuliakanmu.”“Ran, ketahuilah. Kini aku sudah sadar, kalauperbuatanku yang lalu itu memang salah.Karenanyalah, kini aku datang menemuimu karenaingin meminta masukan darimu.”“Benarkah yang kau katakan itu?”Bobby mengangguk. “Begini, Ran. Terus terang,hingga hari ini aku tidak bisa melupakan Winda.Sebenarnya selama ini aku melakukan itu agar bisalepas dari bayang-bayangnya. Namun cara yangkutempuh itu keliru, sebab cara itu <strong>merupakan</strong> upayasetan untuk pemperdayaku. Selama ini aku merasabisa menjaga diri hal-hal yang membahayakan, sebabaku punya iman yang menjadi tameng pelindungku.Pikirku tidak apa-apa jika aku pergi ke tempat-tempathiburan demi mengobati hatiku yang lara. Aku merasapasti tidak akan terjerumus ke arah yang menyimpang61


selama aku bisa membedakan mana yang baik danyang tidak. Namun pada kenyataannya, sedikit demisedikit setan berhasil memperdayaku. Dan yangterakhir setan hampir saja berhasil menjerumuskankuke lembah nista. Karenanyalah kini aku benar-benarbingung, bagaimana caranya agar bisa melupakandia, namun dengan cara-cara yang tidakmenyimpang.”Randy menepuk bahu Bobby pelan, “Kau tidakmungkin untuk bisa melupakannya, Bob. Namunjadikanlah itu sebagai pelajaran yang berharga.Sungguh Tuhan telah menciptakan episode yangdemikian agar kau bisa menjadi lebih baik. Ketahuilah,tidak akan bertambah kemuliaan seseorang sebelumTuhan memberikan ujian kepadanya. Karena itulah,kau tidak perlu melupakannya, namun ambillahhikmah dari peristiwa itu.”“Hikmah apalagi yang bisa kuambil selain darikekecewaan dan sakit hati lantaran telah mencintaigadis yang salah.”62


“Banyak... banyak sekali, Bob. Andai kau bisamengikhlaskannya, kau tentu akan betul-betulmenjadikan peristiwa itu sebagai ujian. Pikirkankenapa Tuhan tak mengizinkanmu menjalin cintadengannya. Pikirkan juga kenapa Tuhanmenakdirkanmu untuk bertemu dengannya dan jatuhcinta kepadanya. Berprasangka baiklah pada Tuhanyang telah menciptakan episode yang demikian demiuntuk kebaikanmu, yang mana bisa memetik segalapelajaran darinya. Dan jika kau sudah memahaminya,lalu kau ikhlas dan sabar dalam menjalaninya, makaInsya Allah kau akan menjadi lebih baik. Kau akanmenjadi lebih dewasa dan lebih bijaksana ketikamenjalani episode selanjutnya.”“Ikhlas dan sabar…?”“Ya, itulah kuncinya. Sebab untuk menjadi lebihbaik, tidak ada cara lain lagi selain harus latihan danlatihan. Episode yang sedang kau jalani selama iniadalah bagian dari sarana latihan itu. Karenanya kautidak perlu lari, namun hadapi sekuat kemampuanmu.Jika kau tak sanggup, jangan sampai kau putus asa,63


sebab kepasrahan adalah sebaik-baiknya jalan yangbisa kau tempuh.”Bobby pun terdiam merenungi semua perkataanRandy barusan, hingga akhirnya dia bisa memahamikalau semua peristiwa di dalam kehidupannya adalahsarana latihan agar kelak dia bisa memahami artikehidupan.Esok siangnya, Bobby dan Randy datangmenemui teman mereka yang bekerja sebagaiseorang satpam di sebuah perumahan mewah. Kiniketiganya tampak asyik berbincang-bincang di dalamgardu yang diteduhi oleh rindangnya pohon beringin,dan terkadang angin sepoi-sepoi bertiup melewatitempat itu, hingga membuat tempat itu kianbertambah sejuk. Ketiga pemuda itu terus berbincangbincanghingga akhirnya perbincangan merekaterhenti oleh kedatangan seorang gadis cantik.64


“Hai, Kak Haris!” sapa gadis itu kepada pemudayang duduk di sebelah Randy.“Hi, Nur..! Apa kabar?” Balas pemuda itu.“Baik, Kak,” jawab gadis itu singkat.“O ya, Nur. Kenalkan, ini teman-temanku!”Gadis itu tampak tersenyum, kemudian dengansegera dia bersalaman dengan Randy, “Aku Nuraini,”katanya kepada pemuda itu.“Aku Randy,” balas Randy seraya membalassenyum gadis itu.Entah kenapa, saat itu Nuraini langsung duduk disebelah Haris dan berbincang-bincang dengannyaseolah tak mengindahkan kehadiran Bobby.“O ya, Kak Haris. Jadi malam nanti kita pergi?”tanya gadis itu pelan.“Iya, tentu saja. Setelah penggantiku datang, akupasti langsung pulang untuk bersiap-siap,” jawabHaris.Pada saat yang sama, Bobby tampak masihterheran-heran. Sungguh dia tidak mengerti dengansikap gadis yang baru dikenalnya itu, dalam hati dia65


pun merasa agak kesal, “Hmm… Sombong sekali dia.Masa dia hanya kenalan dengan Randy saja,memangnya aku ini dianggap apa?”“Bob, nanti malam kau ikut ya!” ajak Harismembuyarkan pikiran pemuda itu.“Eng… I-ikut?” tanya Bobby setengah terkejut.“Me-memangnya kalian mau pergi ke mana?”lanjutnya kemudian.“Kami akan pergi memancing, Bob.” jawab Haris.“Me-memancing?” Bobby tampak melongo.“Bersama gadis itu?” tanyanya kemudian.“Kenapa, Bob. Kau heran?” tanya Haris.“Iya, tidak biasanya… Apa mungkin dia akansabar menemani kita memancing, jangan-jangan nantimalah jadi pengganggu.”“Nuraini tidak cuma menemani, Bob. Tapi dia jugaikut memancing.”“Benarkah? Sungguh aku tidak menduga, akupikir selama ini seorang gadis maunya hanya pergimakan, nonton, atau belanja. Tapi ternyata…”66


“Nuraini itu memang tidak seperti gadiskebanyakan, Bob. Sebab katanya dengan memancingdia bisa menjadi gadis yang lebih sabar, dan terbuktidia memang seorang gadis yang penyabar,” jelasHaris.Mendengar itu Bobby langsung berpikir, “Gadissesombong itu. Apa mungkin dia juga gadis yangpenyabar?” tanya Bobby dalam hati.“Bagaimana, Bob. Mau tidak…?” tanya Harismembuyarkan pikiran Bobby.“Sudahlah, Kak Haris. Aku yakin, pemuda loyoseperti dia mana bisa memancing,” komentar Nuraini.“Siapa bilang aku tidak bisa? Huh, kau memangsok tahu. Ok, Har. Nanti malam aku ikut,” jawabBobby seraya melirik kepada Randy yang dilihatnyatampak senyam-senyum sendiri. “Kau kenapa, Ran?”tanya Bobby perihal keanehan itu.“Tidak… Tidak ada apa-apa kok,” jawab Randy.“Tadi, kenapa kau senyam-senyum sendiri?” tanyaBobby lagi.“Hehehe…!”67


“Aneh…? Sekarang kau malah cengengesan…”Bobby semakin bertambah bingung.“Sudahlah, Bob. Tidak usah dipikirkan!Memangnya tidak boleh apa orang senyam-senyumsendiri?”“Boleh saja sih, tapi… Sepertinya aku merasasedang dipermainkan.”“Maaf deh, kalau senyam-senyumku tadimembuatmu merasa demikian!” ucap Randy serayatersenyum tipis.“Ya sudah, kita lupakan saja masalah itu. O ya,Ran. Ngomong-nomong kau ikut juga kan?”“Tentu saja aku ikut, kan aku yang mempunyai idememancing itu.”“Ka-kau yang punya ide…?” tanya Bobby dengankening berkerut.“Betul… Aku pikir liburan akhirnya pekan ini lebihasyik kalau memancing. Apa lagi kalau ada seoranggadis yang ikut, pasti tambah asyik. Hehehe…!”68


Mendapat jawaban itu, Bobby pun kembalimemikirkan sesuatu, “Hmm… tidak biasanya Randyseperti ini, ja-jangan-jangan...”“Bob! Kalau kau tidak punya pancing, aku akanmeminjamkannya. Kebetulan aku punya dua,” kataHaris membuyarkan pikiran Bobby.“Eh i-iya, Har. Terima kasih.”“Apa lagi yang kau pikirkan, Bob? Aduh, kau inijangan terlalu banyak mikir! Nanti cepat tua loh,” kataRandy yang mengetahui Bobby baru saja memikirkansesuatu.“Entahlah, Ran. Sebab, aku merasa ada sesuatuyang aneh.”“Aneh…?” tanya Randy dengan wajah serius.“Iya, tidak biasanya kau bersikap seperti ini?”“Bob, ketahuilah. Kita tuh tidak harus mikir seriusmelulu, sekali-kali bolehlah kita santai sejenak. Dankarenanya, saat ini aku tidak mau memikirkan sesuatuyang berat. Lagi pula, bukankah ini hari libur, dimanakita seharusnya rileks guna menghilangkan kepenatansetelah bekerja hampir satu minggu.”69


Malam harinya, Bobby dan ketiga temannya sudahberada di tepian telaga. Telaga itu cukup luas,dikelilingi beragam pepohonan liar. Ada rumpunbambu yang tampak lebat dengan sebagian daunnyatampak menjuntai ke air, juga ada pohon kirai yangtumbuh persis di tepian telaga dengan akarnya yangterendam air. Saat itu Randy dan Haris dudukberdampingan, asyik memancing di bawah terangnyacahaya bulan. Sedangkan di tepian yang berbeda,Bobby dan Nuraini tampak duduk berdampingan,memancing dengan sabar, menunggu pelampungmereka bergerak, sebuah pertanda kalau kail sedangdimakan ikan. Lama keduanya duduk berdampingantanpa mengucap sepatah kata pun, hingga akhirnya,“Malam yang indah ya,” komentar Nuraini tiba-tiba.“I-iya…” jawab Bobby tergagap. “Eng… Langitmalam ini memang lagi cerah. Lihatlah bintangbintangyang bertaburan itu, juga rembulan yanghampir bulat sempurna,” sambungnya kemudian.“O ya, kalau kau mau tahu. Karena sebab itulahaku suka memancing di malam hari. Cobalah kau71


dengar suara serangga-serangga itu! Terasamenentramkan jiwa bukan?”“Kau benar… Sungguh suara-suara yangterdengar itu begitu menentramkan jiwa. Selama ini,suara-suara merdu itu telah luput daripendengaranku.”“O ya, maafkan aku ya! Kalau siang tadi akusudah bersikap tak semestinya. Tadinya kupikir kauitu bukan pemuda baik-baik. Lihat saja penampilanmuitu, berambut gondrong, pakai anting, dan bercelanajeans robek-robek begitu, malah di lenganmu akumelihat ada tatonya. Untunglah ketika di mobil tadiKak Randy sempat cerita, kalau kau itu adalahseniman grafis, dan tatomu itu pun hanya yangtemporary. Karenanyalah kini aku bisa memaklumi,bukankah kebanyakan seniman memang seperti itu?”“Entahlah, sebetulnya aku menjadi begini bukanlantaran aku seniman, tapi lebih kepada ekspresikekecewaanku yang mendalam. O ya, aku juga mintamaaf karena sudah menganggapmu sombong.”72


“Lihat!!! Pelampungmu bergerak! Ayo cepathentakkan sebelum umpannya habis dimakan!” seruNuraini tiba-tiba.Lantas dengan panik, Bobby pun segeramenghentakkan joran yang dipegangnya. Sungguhsangat disayangkan, akibat kurangnya pengalamanmembuat ikan itu terlepas kembali.“Sial… Tidak kena!” keluh Bobby seraya mulaimenggulung benang pancingnya.“Tidak apa-apa… kau kan masih pemula,” kataNuraini mencoba membesarkan hati pemuda itu.“Pemula…! Huh, andai saja tadi kau tidakmengejutkan aku, mungkin ikan itu kini sudah beradadi genggamanku.”Mendengar tuduhan itu, Nuraini pun merasa kesalsekali. Ingin rasanya dia membela diri dengan sebariskalimat yang menikam, namun akhirnya dia memilihuntuk mengalah. “Maaf! Sungguh aku tidakbermaksud mengejutkanmu. Aku cuma merasasenang karena setelah sekian lama menunggu73


akhirnya ada juga ikan yang memakannya,” kataNuraini seolah menyesal.“Sudahlah… lupakan saja! Lain kali, kau janganmengejutkan aku ya!”“Iya… aku janji,” kata Nuraini seraya menggerutudalam hati, “Huh, ternyata dia itu pemuda yanggengsian. Baru dibilang pemula saja sudah semarahitu.”“Tuh… pelampungmu bergerak!” kata Bobbymembuyarkan pikiran Nuraini.Mengetahui itu, lantas dengan mantap Nurainimenghentakkan joran yang dipegangnya, dan karenakepiwaiannya memancing membuatnya berhasilmendapatkan ikan itu . ”Lihat…! Besar kan ikan yangkudapat ini?”“Ah, itu sih masih belum seberapa. Lihat sajananti, aku pasti bisa mendapatkan yang lebih besardari itu.”“I-iya… iya… kau memang lebih hebat dariku,”kata Nuraini merendah. “Huh, dasar manusia yangtidak bisa menghargai orang lain. Sungguh sombong74


manusia yang merasa lebih hebat seperti itu,”lanjutnya dalam hati.“Kau kenapa? Kenapa raut wajahmu berubahseperti itu?” tanya Bobby ketika melihat beberapakerutan tanda tak senang tampak menghiasi wajahNuraini.“Ah, tidak apa-apa,” jawab Nuraini merahasiakan.“Kau kesal ya atas kata-kataku barusan. Maaf ya!Sesungguhnya aku tidak mengatakan itu dari lubukhatiku terdalam. Terus terang, aku hanya mengujimu,apa betul kau itu gadis yang penyabar.”“Kau itu seperti anak kecil, Kak. Dewasalahsedikit, sebab memainkan perasaan orang lain itu bisamenyakitkan dan membuat orang lain jadiberprasangka buruk.”“I-iya.. iya.. kau benar. Semua ini memang agakdilema… sebagai manusia yang mempunyai banyakkekurangan tentu sulit menilai kepribadian manusiajika hanya menebak-nebak tanpa melakukanpengujian. Namun begitu, aku akan selalu berusahauntuk kembali meluruskannya.”75


“Benarkah…?”Bobby mengangguk, sedang di bibirnyatersungging sebuah senyum yang menandakankerendahan hatinya. Melihat itu, Nuraini pun jaditerpana. “Sungguh dia memang pemuda yang baik,namun…”“Hai, kalian! Tampaknya malam sudah semakinlarut. Ayo sebaiknya kita lekas pulang!” Ajak Randyyang tiba-tiba sudah berada di tempat itu bersamaHaris.“Betul. Coba rasakan, bukankah udara malam inisudah semakin menusuk kulit?” timpal Haris.“Baiklah… aku juga sudah mulai merasa lelah. Oya, ngomong-ngomong kalian dapat ikan berapa?”tanya Nuraini.“Aku dapat lima,” jawab Haris.“Kalau aku tujuh,” jawab Randy. "O ya, kaliandapat berapa?” tanyanya kemudian.“Aku satu,” jawab Nuraini.“Kalau aku, sama sekali tidak dapat,” timpalBobby.76


“Huh, kalian sih bukannya memancing, tapi malahngobrol. Iya kan?” kata Randy mengomentari.“Kami memancing kok? Mungkin itu karenaikannya lagi pada sentimen sama kami,” kelit Bobby.“Hihihi… kau ini ada-ada saja, Kak. Kalaumemang masih amatir bilang saja, jangan pakaialasan ikannyalah dibilang sentimen!” kata Nurainimengomentari.“Iya.. iya… aku memang amatir. Dan kau jugaamatir, buktinya kau cuma dapat satu.”“Kak, sebetulnya ini karena kita ngobrol melulu.Betul kata Randy tadi. Sebab, jika kita tadiberkonsentrasi memancing tentu filing kita akan lebihbermain. Kita akan menyadari kalau di lokasi iniikannya sedikit, dan dengan demikian kita tentu akanmencari lokasi yang lebih baik.”“O, begitu…” kata Bobby mengangguk-angguk.“Sudahlah! Dapat ikan berapa pun tidak menjadimasalah, yang terpenting kita bisa menikmati malamini dengan suka-cita,” kata Randy.77


“Betul, bukankah kita memancing ke sini karenamau mencari suasana yang berbeda,” timpal Haris.“Kalian, benar… selama berada di sini. Akumemang merasakan suasana yang betul-betulmenyenangkan,” kata Bobby sependapat.“Tentu saja… bagaimana tidak menyenangkanjika berduaan dengan gadis cantik di tempat sepiseperti ini.”“Ran! Kau bicara apa?”“Hehehe… terlambat, Bob. Sudah tertelan tuh.”Saat itu, dalam hati Bobby mengakui kalaukeberadaan Nuraini memang sudah membuat malamitu menjadi istimewa, dan pemuda itu pun sudah bisamenebak kalau pertemuannya dengan Nurainimemang sudah diaturnya. “Hmm… Randy memangpandai membuat sandiwara ini menjadi sangatberkesan. Aku yakin, dia sengaja mengenalkankupada Nuraini dengan maksud mengalihkan pikirankudari Winda. Tapi sayang… hingga kini Winda tetapmenjadi gadis pujaanku. Tapi Biar pun begitu, akusangat menghargai upayanya, dan tidak mustahil,78


setelah malam yang berkesan ini lambat-laun hatikupun bisa berpaling dari Winda.”“Oi…! Ayo kita pergi, jika ingin memikirkannyananti saja di rumah!” kata Randy membuyarkanpikiran Bobby.“I-iya, iya… Yuk kita pulang!”Lantas keempat anak manusia itu segera kembalike mobil dan langsung melaju pulang. Di dalamperjalanan, mereka terus berbincang-bincang seputarkegiatan memancing tadi. Bahkan saat itu Harissempat cerita kalau ketika memancing tadi ia melihatbayangan putih yang berkelebat melintasi semakbelukar. Mengetahui itu, Bobby jadi sedikit merinding.Bagaimana jika dia yang mengalami kejadian itu, tentudia akan lari terbirit-birit. Tapi untunglah dia takmengalaminya, sebab saat bersama Nuraini tadi, diasama sekali tidak memikirkan hal itu, yang adadipikirannya hanyalah soal Nuraini dan kegiatanmemancingnya. Andai saat itu dia memikirkan soalhantu, kemungkinan besar dia akan merasa takut, dankarena rasa takut itulah yang sebenarnya dapat79


menyebabkan seseorang bisa melihat hal-hal yangmembuatnya takut.80


EmpatSemenjak pertemuannya dengan Nuraini,kehidupan Bobby pun mulai berubah. Sungguhdia tidak menduga kalau gadis itu ternyata bisamembahagiakannya. Gadis itu memang pandaibertutur kata, dan setiap apa yang dikatakannya selalumembuat pemuda itu menjadi lebih baik. Canda dantawanya pun membuat pemuda itu merasa begitudamai, sehingga dia selalu betah untuk selalu beradadi dekatnya.Kini Bobby dan Nuraini tampak asyik memancingdi laut, keduanya duduk berdampingan di tepianpantai tak jauh dari sebuah mercu suar. Saat itumereka begitu menikmati suasana pantai yang indah,merasakan hembusan angin sepoi-sepoi yang terusbertiup di bawah teriknya sinar mentari yang semakinmenyengat.81


“Tarik terus, Nur. Ikannya pasti besar!” teriakBobby senang ketika mengetahui kail Nuraini dimakanikan."Wah, tarikannya kuat sekali, Kak. Aku yakinikannya pasti besar.”Setelah berusaha keras, akhirnya ikan itu punberhasil diangkat, namun sayangnya hanya sebesartelapak tangan. “Apa!!! Kok cuma sebesar ini,” kataNuraini terkejut plus kecewa.“Iya, ya. Padahal tadi joranmu itu sampai menekuksekali.”“Hmm... ikan laut itu kuat-kuat ya, Kak. Yang kecilbegini saja tarikan begitu kuat, apalagi jika dapat yangbesar, tentu aku akan kewalahan. O ya, Kak. Apamata ka<strong>ilmu</strong> belum juga dimakan?”“Belum, Nur. Dari tadi aku tidak merasakangetaran apa-apa.”“Kak, getarannya memang tak terlalu terasa.”“Hmm... apa mungkin getaran yang sekarang akurasakan.”“Kalau begitu cepat dihentakkan, Kak!”82


Bobby pun menurut, saat itu juga dia langsungmenghentakkan joran yang dipegangnya. Ternyatabenar, saat itu mata kailnya telah dimakan ikan. "Wah,sepertinya besar, Nur. Lihatlah! Joranku sampaimenekuk seperti ini.”"Ah, paling juga sama seperti tadi. Bukankah tadijoranku juga menekuk seperti itu.”“Beda, Nur. Aku yakin yang ini pasti besar.Soalnya aku sendiri merasakan betapa besarnyatenaga ikan ini.”“Ikan yang kudapat tadi juga tarikan kuat sekali.”“Aduh...!” keluh Bobby tiba-tiba ketika merasakanbenang pancingnya mendadak putus begitu saja.“Wah, berarti tadi itu memang ikan yang besar,Kak. Seharusnya tadi jangan ditarik terus. Sekalisekalikau harus mengulurnya.”“Iya, Nur. Soalnya tadi aku begitu bersemangatsehingga melupakan aturan memancing. Wah,timahnya juga hilang! Bagaimana nih, padahal akusudah tidak mempunyai timah dan mata kail lagi.”83


“Aduh, kau ini boros sekali sih, Kak. Masak timahdan mata kail selusin sudah habis.”“Bagaimana tidak habis, Bur. Bukankah kau tahukalau sejak tadi pancingku nyangkut terus di karang.”“Jika nyangkut seharusnya kau berusaha untukbisa melepaskannya dengan cara ditarik-ulur. Tapiapa yang telah kau lakukan? Kau malah menariknyaterus. Kalau sudah begitu, bagaimana tidak putus.”“Kenapa kau baru bilang sekarang?”“Jika aku bilang, kau pasti tidak akan terima.Bukankah kau memang suka begitu. Lagi pula,memangnya ketika Haris menjelaskan perihal tatacaramemancing di laut kau tidak menyimaknya.”“Aku menyimaknya, tapi kan aku tidak mungkinmengingat semuanya.”"Wah, kalau begitu ingatanmu payah juga ya?”“Ya begitulah. Hehehe... “Melihat Bobby cengengesan, Nuraini pun jadibingung. “Tumben kau tidak marah, Kak,”komentarnya akan ketidaklaziman itu.84


“Itu karena ingatanku memang payah. Hehehe...aku jadi ingat masa sekolah dulu.”“Hmm... memangnya kenapa?”“Dulu, ketika aku masih sekolah. Aku pernahbercita-cita jadi ahli kimia. Namun lantaran ingatankupayah, akhirnya aku membakar <strong>buku</strong> kimia danmeminum abunya. Dengan harapan aku mampumenghafal rumus kimia yang ada di <strong>buku</strong> itu. Sebab,kata seorang para normal memang bisa. Tapiternyata, tidak ada pengaruhnya sama sekali. Akumalah jadi mules karenanya.”"Wah, kau ini memang payah sekali. Percaya sajadengan yang begituan.”“Kau jangan salah, Nur! Saat itu aku justru tidakpercaya, makanya tidak berhasil. Sedangkan temankuyang percaya justru sukses menghafal.”“Kau yakin, dia hafal karena berbuat begitu?”“Entahlah... temanku bilang sih memang begitu.”“Jangan kau mudah percaya kalau temanmumelakukan itu, Kak! O ya, kalau kau mau tahu,85


sebenarnya rumus-rumus itu begitu mudah untukdihafal.”“Apa! Mudah...? Kau ini jangan mengada-ada,Nur. Aku ini kan laki-laki, mana mungkin aku bisamenghafal seperti perempuan.”“Lho memangnya ada hubungannya?” tanyaNuraini bingung.“Tentu saja. Bukankah daya ingat perempuan itulebih baik daripada laki-laki.”“Masa sih?” kata Nuraini seakan tak percaya.“Bukan cuma daya ingat, tapi juga tingkatketelitiannya,” jelas Bobby lagi.“Apa iya begitu?” tanya Nuraini meragukan.“Ya, kata peneliti sih memang begitu. Tapientahlah....”“Kak, kalau kau mau tahu. Sebenarnya akumampu menghafal bukan karena kelebihan gadisyang kau katakan itu, tapi lebih kepada teknik yangaku gunakan.”“Teknik?” Bobby mengerutkan keningnya.86


“Tentu saja. Menghafal itu kan ada tekniknya.Yaitu, bisa dengan persamaan pola, persamaangambar, persamaan benda, atau dengan caramenyingkatnya. Dan masih banyak lagi cara lain yangbisa digunakan, tergantung otak mana yang lebihberperan, kiri atau kanan.”“Nur, aku betul-betul tidak mengerti?” tanya Bobbybingung.“Begini, Kak. Misalkan kau ingin mengingat nomortelepon, kau bisa menggunakan persamaan pola. Danjika kau ingin mengingat kata kau bisa menggunakanpersamaan gambar atau benda aslinya. Dan jika kauingin mengingat urutan warna atau planet, kau tinggalmenyingkatnya menjadi sebuah kata yang mudahdiingat.”"Wah, Nur. Aku sama sekali tidak mengerti akanketeranganmu itu,” ucap Bobby sambil garuk-garukkepala."Wah, kalau begitu berarti nalarmu juga payah,”kata Nuraini mengejek.87


“Entahlah... aku tidak mau memikirkan masalahitu, yang lagi kupikirkan sekarang adalah, bagaimanacaranya agar aku bisa memancing lagi.”"Ups! Iya, ya... maafkan aku, Kak! Aku lupa.”“Tidak apa-apa, Nur. Aku memakluminya kok, nobody perfect.”“Kau sih, pakai ingat masa lalu. Coba kalau tidak,aku kan tidak perlu bicara panjang lebar.”“Aduh, kenapa kau malah masih bicara saja.Bagaimana dengan soal memancingku?”“Hihihi...! Kau ini ternyata tidak sabaran juga ya.Kalau begitu, ini pakai timah dan mata kailku saja.Jangan dihilangkan lagi ya!”“Beres, Nur. Aku tidak akan menghilangkannyalagi, bukankah aku sudah mengetahui caranya.”Setelah berkata begitu, Bobby segera memasangmata kail dan timah yang tadi diberikan oleh Nuraini.Setelah memasang umpannya, pemuda itu punsegera melemparnya jauh ke laut. Memancing dipantai memang agak berbeda dengan memancing ditelaga. Untuk mengetahui mata kailnya di makan ikan88


atau tidak sama sekali tidak menggunakanpelampung, tapi hanya menggunakan timah besarsehingga membuat benang pancing menegang, danjika terasa getaran yang merambat melalui benangpancing yang menegang itu berarti mata kailnyasedang dimakan. Seperti yang dirasakan Bobbysekarang. “Kena!” ucap Bobby senang karenahentakkannya berhasil mengenai ikan.“Jangan lupa, Kak! Sesekali diulur!”“Beres...” kata pemuda itu meyakinkan.Sambil terus menuruti instruksi dari Nuraini, Bobbytampak berusaha keras, hingga akhirnya dia punberhasil mendapat ikan itu.“Kenapa, Kak?” tanya Nuraini bingung ketikamelihat wajah pemuda itu tampak kecewa.“Aku pikir akan mendapat ikan yang lebih besardarimu. Tapi… ternyata malah lebih kecil.”“Sudahlah! Kau itu kan masih amatir. Jadi, wajarsaja jika kalah denganku.”89


“Ya, aku memang amatir. Namun begitu, tidakseharusnya aku kalah dengan pemancing yang jugaamatir sepertimu.”“Hihihi… begitu saja ngambek,” kata Nurainidalam hati. “Iya deh… aku memang amatir, dan kauitu memang pemancing amatir yang lagi sial saja.Andai kau lebih beruntung, tentu kau bisa mendapatikan yang lebih besar dariku,” kata Nuraini merendah.Saat itu Bobby langsung memandang Nuraini,kemudian diperhatikan kedua bola matanya denganmata tak berkedip. “Dia memang gadis yang mengertiaku,” kata Bobby dalam hati.Saat itu Nuraini langsung berpaling danmembereskan alat pancingnya. “Kak, kita istirahatdulu yuk!” ajaknya kemudian.Mengetahui itu, Bobby langsung setuju, kemudiandengan segera dia membereskan alat pancingnya danmelangkah bersama Nuraini menuju ke mercu suar.Kini mereka sedang menikmati bekal yang merekabawa dengan lahapnya. Angin sepoi-sepoi yang terus90


erhembus membuat keduanya merasa betul-betulnyaman.“Wah, nikmat sekali makanku hari ini,” kata Bobbyseraya membereskan sisa makanan danmenyimpannya di dalam ransel. Setelah itu pemudaitu segera duduk berdampingan dengan Nurainiseraya memandang ke laut lepas. Tak lamakemudian, pandangannya sudah beralihmemperhatikan kulitnya yang terasa agak nyeri. “Wah,kulitku terbakar matahari,” keluh Bobby ketika melihatkulitnya yang putih tampak kemerahan.“Kau sih, tadi kan sudah kubilang untuk memakailotion pelindung. Tapi kau tetap menolak. Kau bilang,kau itu pemuda yang tidak perlu lotion segala, sebabkulitmu lebih kuat ketimbang aku. Tapi padakenyataannya, kulitmu kini terbakar. Dan dalamhitungan hari, kulitmu itu akan menghitam danmengelupas.”“Benarkah akan seburuk itu?”“Tentu saja. Karenanyalah cepat kau pakai lotionini!”91


“Hmm… tidak usah, Nur. Terima kasih. Biarlah…aku ini kan laki-laki, jadi wajar saja jika terbakarsedikit.”“Sedikit kau bilang? Lihatlah wajahmu juga. Dalamhitungan hari wajahmu itu akan menghitam danmembuatmu malu untuk keluar.”“Sudahlah, Nur. Kau tidak perlu menakutikubegitu! Memangnya kau senang ya kalau wajahku jadijelek.”“Kak, aku justru khawatir dan sama sekali tidakmenghendaki hal itu. Karenanyalah tadi akumenyarankanmu agar mau menggunakan lotion ini.Tapi pada dasarnya kau ini memang suka ngeyel.”Lagi-lagi Bobby memandang Nuraini, kemudiandiperhatikan kedua bola matanya dengan mata takberkedip. “Dia memang gadis yang perhatian,” kataBobby dalam hati.Saat itu Nuraini langsung berpaling danmelangkah menuju ke ujung karang, kemudian berdirimematung di tempat itu. Sementara itu, Bobby terusmemperhatikan Nuraini yang kini masih berdiri92


memandang ke laut lepas, diperhatikannya wajahgadis itu dengan penuh kekaguman, sungguh tampakcantik dan penuh pesona. Apalagi jika dia tersenyum,sungguh sangat manis dan memikat hati. Rambutnyapun tampak indah, panjang dan hitam pekat. Disaatangin meniupnya tampak semakin indah, berkibardengan penuh kilauan perak.Kini gadis itu menatap Bobby, kedua matanyayang indah tampak menghujam ke lubuk hatinya yangpaling dalam. Pada saat itu, Bobby pun merasakanribuan bunga warna-warni seakan bertebaranmengelilinginya. Harum semerbaknya pun terciumhingga pusat saraf dan membuatnya seakanmelayang, melayang tinggi sekali bersama ribuanbunga warna-warni yang terus berputarmengelilinginya. Mendadak sensasi itu lenyap,bersamaan dengan pandangan Nuraini yang kinikembali ke laut lepas. “Nur… aku mencintaimu…”ungkap pemuda itu dalam hati.Pada saat yang sama, di atas karang yang takpernah bergeming dari hempasan ombak, gadis93


manis yang bernama Nuraini masih berdiri mematung.Perasaan bahagia akan sensasi yang baru dirasakanmembuatnya seakan menjadi seorang putri raja yangberdiri di hamparan permadani sutra dengan taburanbunga yang harum semerbak. Berdiri dengan anggunmemamerkan keindahan tubuhnya yang mengenakangaun sutra mahal berhiaskan emas permata yangberkilauan, dan semakin tampak sempurna denganadanya sebuah mahkota indah yang bertengger serasimenghias tatanan rambutnya yang membanggakan.“Kak, Bobby… aku mencintaimu…” ungkap gadisitu dalam hati.“Duhai gadis yang penuh misteri… Maukah kaumendengar isi hatiku ini...?” tanya seorang pria tibatiba.Mendengar itu Nuraini tersentak, saat itu dilihatnyaBobby sudah berdiri di sampingnya. Lantas denganpenuh rasa penasaran, gadis itu pun terpakumenunggu apa yang akan Bobby katakan. Namunentah kenapa, pada saat itu lidah Bobby justru terasakelu, sungguh pemuda itu tak kuasa lagi untuk94


mengontrol perasaannya yang kini sudah semakin takterkendali. Hanya ada satu kata yang bisa ia katakanuntuk meredakan semua itu. “Lupakanlah...!” pintaBobby seraya melayangkan pandangannya ke lautlepas.Kini kedua muda-mudi itu tampak bersama-samamemandang ke laut lepas, memperhatikan hamparanbiru yang tak bertepi, juga burung-burung camar yangmereka lihat begitu lincah menunggang angin yangterus berhembus. Suara nyanyian mereka punterdengar merdu, menyatu dengan hempasan ombakyang memecah di karang. Sungguh semua itu telahmembuat perasaan keduanya menjadi begitu damai,hingga akhirnya membuat emosi mereka lebih santai.“Duhai gadis yang memikat hatiku... Ketahuilah,bahwa sebenarnya a-aku sangat mencintaimu...”ungkap Bobby tiba-tiba.“Duhai pemuda yang meluluhkan hatiku...Ketahuilah, kalau sebenarnya aku pun sangatmencintaimu...”95


Kini kedua muda-mudi itu tampak salingberpandangan. Seiring dengan itu, kedua tanganBobby tampak sudah mendarat di bahu Nuraini,kemudian dengan segala perasaan sayang, pemudaitu pun berniat mencium kening gadis yang dicintainyaitu. Namun, ketika bibir pemuda itu hampir mendaratdi kening yang tampak begitu mulus itu, tiba-tiba“Jangan, Kak!” tolak Nuraini seraya kembalimemandang ke laut lepas.“Kenapa? Bu-bukankah kita saling mencintai?”tanya Bobby heran.“Apakah setelah saling mencintai berarti kita jugasaling memiliki? Tidak, Kak. Selama kita belum diikatdalam suatu ikatan perkawinan, aku belumlah menjadimilikmu,” jelas Nurnaini.“Kau benar, Nuraini... maafkanlah aku yang sudahmerasa memilikimu!”“Sudahlah, Kak! Sesungguhnya aku pun sangatingin kau perlakukan begitu, namun karena aku takutnoda hitam ini semakin melebar karenanyalah akuharus bisa menahan diri.”96


Kini kedua muda-mudi itu membisu, sedang didalam benak keduanya terlintas berbagai harapanakan masa depan yang menjanjikan. Bahwasannyasetelah menikah kelak, tentu mereka akan mendapatkebahagiaan yang selama ini hanya bisa didengar daricerita orang. Penuh dengan nuansa keindahan yangmelengkapi kehidupan, suasana romantis yang betulbetulhak dan tak bercela noda hitam. Sungguhsebuah surga dunia yang dilandasi atas hasrat cintayang diridhai Tuhan.Kedua muda-mudi itu terus terlena dengan tujuanmulia yang mereka harapkan akan bisa segeraterwujud, hingga tak terasa matahari pun kini sudahseparo menghilang, menciptakan pemandangan indahyang selalu dinantikan. Bahkan sering diabadikandalam sebuah karya seni yang indah.Esok paginya, disaat Bobby baru selesai mandidan berganti pakaian. Pemuda itu dikejutkan oleh97


kehadiran Randy yang datang dengan sangatmendadak. Kini kedua pemuda itu sedangberbincang-bincang di teras, membicarakan perihallimas teka-teki.“Bob, aku mohon kiranya kau mau ikut denganku!”“Ran, hari ini aku harus menemui Nuraini. Akusudah berjanji mau mengajaknya jalan-jalan.”“Kemarin kan sudah, Bob. Masak sekarang maujalan-jalan lagi.”“Tapi kan aku sudah janji, Ran.”“Kalau begitu batalkan janjimu itu, bilang padanyaada hal penting yang tidak mungkin ditunda-tunda.”“Kalau begitu kau saja yang bilang!”“Baiklah, kalau begitu aku yang akan bilangpadanya.”Setelah berkata begitu, Randy pun segeramenghubungi Nuraini dan menjelaskan perihalbatalnya janji Bobby. Hingga akhirnya, ”Terima kasih,Nur. Kau memang gadis yang pengertian. Kalaubegitu, sudah dulu ya! Wassalamu’alaikum!” pamit98


Randy seraya menyimpan HP-nya ke dalam saku.“Ayo, Bob. Kita pergi sekarang!” ajaknya kemudian.Lantas kedua pemuda itu segera memasuki mobildan meluncur menuju ke rumah teman Randy yangkatanya mempunyai kemampuan mendeteksi bendagaib. Rupanya Randy sengaja mengajak Bobby untukmengungkap perihal limas teka-teki yang menurutdugaannya sudah membuat Bobby mulai terpedaya.Dan setelah menempuh perjalanan yang lumayanjauh, akhirnya kedua pemuda itu tiba di tempat tujuan.Kini Bobby, Randy, dan teman Randy yang bernamaAbas tampak duduk saling berhadapan.“Ini bukan benda gaib,” jelas Abas yang baru sajamelakukan pengujian.“Lalu, itu benda apa?” tanya Randy penasaran.“Ini hanya benda biasa yang aku sendiri tidak tahugunanya,” jawab Abas.“Kau yakin benda itu tidak diberi kekuatan?” tanyaBobby tak mau percaya begitu saja.99


“Tentu saja. Kau lihat sendiri kan, tadi bandulmilikku tidak bereaksi apa-apa ketika berada diatasnya,” jelas Abas berusaha meyakinkan.“Hmm... mungkin saja bandulmu itu yang tidakmempunyai kekuatan,” bantah Bobby.“Kau benar. Ini memang bandul biasa, namun tadiaku sudah meminta kepada Tuhan untuk memberikankekuatan padanya agar ia bisa mendeteksi suatuenergi yang ada di sekitarnya.”“Apa iya begitu?” tanya Bobby ragu.“Sudahlah, Bob. Kau jangan keras kepala begitu.Abas ini memang temanku yang dulu pernahmendalami <strong>ilmu</strong> mistik, namun akhirnya dia memilihmeninggalkan itu semua lantaran ia menyadaribahayanya. Karenanyalah kau tak perlu ragu, sebabkini dia hanya menggunakan doa yang terbukti lebihampuh.”“Hanya doa? Lalu bandul itu?”“Bob, jika tanpa bandul itu bagaimana ia bisa tahu.Bandul itu hanya sebagai media yang berguna untuk100


memberitahukan kepada indera manusia. Fungsinyahampir sama seperti alat pengukur suhu.”“Hmm... Jadi benar ini cuma benda biasa?” tanyaBobby lagi hampir tak mempercayainya.Randy mengangguk. “Nah... Sekarang apa kausudah yakin, kalau keberhasilanmu selama inibukanlah karena pengaruh benda itu, melainkankarena sebab doa dan kerja kerasmu sendiri.”“Iya, Ran. Sepertinya memang begitu.”“Kok sepertinya? Jadi, kau belum yakin100%?”“Entahlah, Ran. Kini aku jadi bingung. Jika inimemang benda biasa, lalu kenapa saatmendapatkannya diawali dengan kejadian yang taklazim.” Lantas Bobby pun menceritakan kejadian yangdialaminya ketika menemukan benda itu.“Mungkin benda itu milik gadis itu, Bob. Dan dia ituhanya manusia biasa, bukannya Jin yang menyerupaimanusia.”“Ran, apa iya ada manusia yang bisa <strong>membaca</strong>pikiran orang lain?”101


“Entahlah, Bob. Kalau menurut keyakinanku sihtidak ada, tapi mungkin saja dia itu manusia yangmemang dikaruniai kemampuan itu, yaitu dengandibantu oleh Jin yang baik. O ya, Bas. Kalaumenurutmu bagaimana?”"Wah, aku juga tidak tahu pasti. Kalau mengenaibenda gaib sih mungkin aku bisa menjawabnya, tapikalau soal <strong>membaca</strong> pikiran masih cukupmembingungkanku. Seperti halnya hipnotis, sungguhhingga kini aku belum mendapat jawaban yangmemuaskan, walau hati nuraniku mengatakaan kalauitu hanyalah muslihat para jin fasik.Menurut pengetahuanku, manusia mempunyaisemacam antena semu di dahinya, yang mana jika iabisa menggunakan antena itu, maka ia bisamengendalikan apa saja melalui pikirannya. Antena ituberfungsi sebagai perangkat yang menghubungkanmanusia dengan keadaan dunia sebenarnya, yaitudunia yang benar-benar nyata, tidak seperti duniasemu yang kita lihat sekarang.102


Bob, Ran, ketahuilah! Dunia kita dan dunia gaibadalah semu. Karenanya, apapun yang ada di duniakita dan yang di dunia gaib bisa dimanipulasisedemikian rupa sehingga menjadi kejadian yangtampak aneh buat kita. Seperti <strong>ilmu</strong> sihir yang bisamemanipulasi manusia menjadi seekor katakmisalnya. Kalau kalian mau tahu, Jin adalah makhlukyang diberi kemampuan untuk bisa memanipulasiseperti itu, yang mana jin fasik justrumenyalahgunakannya untuk menyesatkan manusia.Karenanya tidak usah heran jika ada manusiayang bisa mengoperasi tanpa luka, memindahkanpenyakit dari manusia kepada hewan, dan masihbanyak lagi peristiwa aneh yang sulit diterima akal.Ada dua kemungkinan yang bisa membuat manusiabisa melakukan itu. Pertama karena ia sudahmenguasai antena semu yang ada di dahinya, danyang kedua karena dia dibantu oleh Jin yang memangsudah mempunyai kemampuan itu.”“Bas? Apa mungkin pengendalian antena itu bisadilakukan dengan cara berdoa, <strong>membaca</strong> mantra,103


atau berkonsentrasi penuh. Yang mana selama inimanusia tidak menyadari kalau sebetulnya dengancara itu mereka sudah mengendalikan antena semuitu,” tanya Randy menambahkan.“Eng, mungkin saja begitu. Entahlah, aku sendiribelum tahu cara mengendalikan antena itu agar bisamemanipulasi hal apa pun di dunia ini,” jawab Abasjujur."Wah, kalau aku bisa mengendalikan antena itu.Aku pasti bisa menjadi manusia sakti mandra guna.Aku bisa terbang, bisa menurunkan hujan, bisamerubah sebuah benda menjadi bentuk lain, danmasih banyak lagi hal-hal hebat yang bisa akulakukan. Orang pasti kagum jika aku mempunyaikemampuan seperti itu,” ungkap Bobby terus terang.“Bob, sudahlah! Kau jangan berpikiran aneh-anehbegitu. Ingatlah, hidupmu adalah untuk menjadiseorang khalifah. Bukan untuk menjadi manusia yangterkuat atau yang terhebat di mata manusia, sebabyang terkuat dan terhebat di mata Allah adalahmanusia yang bisa melaksanakan tugasnya sebagai104


khalifah dengan tanpa menunjukkan kehebatan yangdikaruniakan kepadanya. Seperti para nabi dan parawali, yang dengan rendah hati menganggap dirinyabukan apa-apa, padahal mereka itu sudah mempunyaikehebatan yang melebihi manusia biasa,” jelas Randypanjang lebar.“Apa yang dikatakan Randy itu benar, Bob.Karenanyalah kau tidak usah menginginkan hal yanganeh-aneh, sebab dengan sendirinya Tuhan akanmemberikan kemampuan itu padamu, yaitu berupakaromah. Yang mana akan diberikan kepada manusiayang bertakwa kepada-Nya dan selalu rendah hati danbisa menjaga karunia-Nya itu hanya untukmenegakkan kebenaran dan membela agama-Nya,”jelas Abas menambahkan.“Betul itu, Bob. Itulah yang dinamakan khalifahsejati, seorang wali Allah,” timpal Randy meyakinkan.“Kalau begitu, bisakah aku menjadi wali Allah?”tanya Bobby.“Sudahlah, Bob! Kau jangan berpikiran sejauh itu.Lakukan saja tugasmu sebagai manusia biasa, yaitu105


dengan selalu bertakwa kepada-Nya. Berusahalahuntuk memperbaiki diri sendiri dengan penuhkesungguhan sehingga ketika tiba saatnya kaudipanggil Tuhan, kau sudah mempunyai cukup bekaluntuk kehidupan di akhirat nanti,” pesan Randy.Bobby pun tampak merenungi kata-kata Randytadi, hingga akhirnya dia bisa menyadari kalaukeinginannya yang terlalu muluk itu bisa sajamembuatnya justru menjadi sesat dan jauh darirahmat Tuhan-nya. Dalam hati, ia hanya bertekaduntuk berusaha memperbaiki akhlaknya sendiri yangterkadang memang suka melenceng dari tuntunanagama. Namun begitu, dia pun akan berusaha kerasuntuk menjadi khalifah yang sesuai dengankapasitasnya sebagai manusia awam yang masihharus banyak belajar.Kini Bobby sudah kembali berbincang-bincangdengan kedua saudaranya yang seiman itu, hinggaakhirnya Bobby dan Randy memutuskan untuk pamitpulang. Dan setelah mengantar Randy pulang, Bobbypun segera pulang ke rumah dan langsung106


menyimpan limas teka-teki ke dalam laci lemarinya.Kini pemuda itu sudah tidak mau memikirkan perihalbenda itu, yang nyatanya hanya sebuah benda biasa.Dia memilih untuk menyerah saja, daripada nantinyamalah membuat pikirannya menjadi bertambah kusutseperti benang kusut yang sulit untuk diluruskankembali. Karenanyalah dia memutuskan untukmenyimpannya sebagai benda kenangan, walaupunsebenarnya di dalam hati pemuda itu masih ada rasapenasaran dengan segala teka-teki yang belumterpecahkan, yaitu mengenai arti simbol yang ada dibenda itu.“Hmm... lebih baik sekarang aku ke rumah Nurainisaja. Entah kenapa tiba-tiba aku begitumerindukannya, dan aku ingin sekali melihat wajahnyayang cantik itu.”Lantas dengan segera Bobby kembali ke mobildan melaju menuju ke rumah Nuraini. Dalamperjalanan, pemuda itu terus membayangkan perihalkekasihnya. Dari awal dia berkenalan sampai akhirnyaNuraini menerima cintanya di suasana yang begitu107


omantis. Hingga akhirnya, tanpa terasa pemuda itusampai juga di rumah Nuraini. Kini pemuda itu sudahberbincang-bincang dengan gadis pujaannya sambilmenikmati suguhan ala kadarnya.“Terima kasih, Nur. Kau sudah mau memaafkanaku. Percayalah, minggu depan aku pasti akanmengajakmu jalan-jalan.”“Sudahlah, Kak. Aku mengerti kok, kalau kaumelakukan itu karena sebab ada hal yang lebihpenting. O ya, Kak. Ngomong-ngomong, memangnyakau dan Randy pergi ke mana sih?”“Tadi aku dan Randy pergi ke rumah Abas untukmendeteksi sebuah benda yang semula kuanggapdiberi kekuatan magis. Dan ternyata, benda ituhanyalah sebuah benda biasa yang tak mengandungunsur magis.”“Kak, benda seperti apa itu?”“Sudahlah, Nur. Aku mohon kita janganmembahas mengenai benda itu lagi. Kini benda itusudah aku simpan di laci lemariku, dan aku tidak maudibuat pusing lagi olehnya. Lebih baik kita bicara soal108


encana kita minggu depan. Eng... bagaimana kalauminggu depan kita pergi ke mal saja, nonton filmsekalian makan-makan. Kita tidak usah memancing,sebab aku takut kalau terlalu sering memancing nantikulitmu yang putih mulus itu jadi hitam legam.”"Ah, Kakak. Aku kan selalu merawat diri.Percayalah, kulitku tidak akan menjadi hitam sepertiyang kau takutkan itu.”Kedua muda-mudi itu terus berbincang-bincanghingga akhirnya mereka sepakat untuk pergi ke SeaWorld saja. Sebab, di tempat itu mereka bisa pacaransambil menikmati keindahan makhluk laut yangberagam.109


LimaSetelah beberapa bulan menjalin cinta denganNuraini, akhirnya Bobby mulai bisa melupakanWinda. Sungguh dia tidak menyangka kalau Nurainiadalah sosok gadis pujaan yang sangatdidambakannya. Berkat kehadiran Nuraini di dalamkehidupannya, dia merasa menjadi manusia baruyang beruntung. Hidupnya yang semula begitu sepikini berganti menjadi penuh warna-warni. Namunbelakangan ini, dia melihat Nuraini agak berubah.Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikannya,sesuatu yang semakin membuat Bobby terusbertanya-tanya. Karena rasa penasaran yang amatsangat, akhirnya dia pun membicarakan hal itu padakekasihnya.“Apa??? Ka-kau sudah dilamar orang?” tanyaBobby dengan keterkejutan yang amat sangat.Nuraini mengangguk.110


“Kau menerimanya?” tanya pemuda itu lagi.“Kak, dia itu pemuda yang baik dan juga beriman.Terus terang, aku merasa berdosa jika menolaklamarannya.”“Tapi, Nur. Kau kan sudah mempunyai kekasih.”“Kita kan baru sebatas kekasih, Kak. Apakah itucukup kuat untuk menolak lamarannya?”“Tentu saja. Bukankah jelas-jelas aku sudah lebihdulu memilikimu.”“Kau jangan lupa, Kak. Aku belumlah milikmu.”“Jadi, karena itu kau bisa seenaknyamenghianatiku.”“Aku tidak mengkhianatimu, Kak. Namun akuhanyalah menjalankan apa yang sudah digariskanTuhan padaku. Salah sendiri, kenapa kau tidak cepatcepatmelamarku?”“Apa! Kau pikir menikah itu seperti membaliktelapak tangan. Apa kau pikir dengan keadaankusekarang, aku bisa menjadi kepala rumah tanggayang baik?”111


“Kak, ingatlah...! Bahwa semua perkara ituTuhanlah yang mengaturnya. Manusia hanya tinggalmenjalani apa yang sudah digariskan padanya. DanMengenai apa yang akan terjadi kemudian, hanyaTuhan yang mengetahuinya. Kita sebagai manusiahanya bisa menjalani dengan selalu mengharap kasihsayang-Nya. O ya, Kak. Kalau kau mau tahu,sebenarnya orang yang melamarku itu adalahsahabatmu sendiri, dialah Randy yang selama iniselalu mengajarkan kebaikan padamu.”“A-apa??? Ra-Randy... be-benarkah yang kaukatakan itu?” tanya Bobby dengan keterkejutan yangamat sangat.Nuraini mengangguk.“Dasar pengkhianat, pagar makan tanaman!Sungguh aku tidak menyangka dia akan tega berbuatbegitu. Sungguh dia memang sudah sangatketerlaluan dan tak berkeperimanusian, tega-teganyadia mengkhianatiku. Padahal, selama ini aku sudahmenganggapnya sebagai saudaraku sendiri. Sungguhkini dia sudah tidak layak lagi menjadi sahabatku.112


Terus-terang, aku betul-betul menyesal dan kecewakarena telah bersahabat dengan manusia seperti dia.““Kau tidak mengerti, Kak. Dia sama-sekali tidakseperti yang kau tuduhkan.”“Alah! Sudahlah...! Kini aku sudah tahu siapa diasebenarnya. Dan kau juga, kenapa kau begitu tegamenghianatiku, kenapa kau mau saja dilamarolehnya?”“Kak, kau lupa dengan kata-kataku tadi. Bahwasemua ini adalah karena kesalahanmu sendiri. Andaikau cepat melamarku mungkin tidak seperti inikejadiannya.”“Cukup, Nur! Aku tidak mau mendengar katakatamulagi. Kau memang gadis yang picik. Jika kaubijak, paling tidak kau ultimatum aku dulu,“ kata Bobbyseraya bergegas meninggalkan Nuraini.”“Kak Bobby, tunggu...! Aku mau bicara padamu!”tahan Nuraini.Tampaknya Bobby memang sudah tidak maumendengar kata-kata Nuraini, dia terus saja berlalutanpa menengok sedikitpun. Pada saat yang sama,113


Nuraini tampak terduduk di atas kursi denganperasaan yang sangat menyesal. “Kak Bobby,maafkanlah aku! Sungguh aku tidak menyangka akanseperti ini kejadiannya.”Gadis itu terus larut di dalam penyesalan,sementara itu di dalam sebuah jeep, Bobby tampakbegitu kalut. Sungguh pemuda itu tidak menyangkakalau sahabatnya yang selama ini dikenal baikternyata telah tega mengkhianatinya. Dan setelahagak lama menyusuri jalan yang menuju rumahRandy, akhirnya Bobby tiba juga di rumah sahabatnyaitu. Kini pemuda itu tampak sedang bertatap mukadengan sahabatnya yang diketahuinya telahberkhianat. Dalam hati, dia ingin sekali menghajarRandy yang dianggapnya sudah menzolomisaudaranya sendiri. Namun karena pemuda itu masihmempunyai rasa hormat, maka ia pun mengurungkanniatnya. “Ran, apa benar kau telah melamar Nuraini?”tanya pemuda itu memastikan.“Kau benar, Bob. Kalau kau mau tahu, sebetulnyaselama ini aku pun mencintainya. Untunglah kau tidak114


cepat melamarnya sehingga aku masih mempunyaikesempatan. Lagi pula, aku menduga selama iniNuraini paling hanya kau jadikan sebagai pelarian.Coba katakan padaku sejujurnya! Kau tidak benarbenarmencintainya kan, hingga kini kau masihmencintai Winda. Iya kan?”“Kau salah, Ran. Kalau kau mau tahu, sekarangini aku sudah begitu mencintainya. Semula akumemang merasa tidak mungkin bisa pindah ke lainhati, namun setelah aku mengenal Nuraini,pandanganku pun mulai berubah. Dia itu bukan hanyacantik, tapi juga berkepribadian seperti Winda.Sungguh bodoh jika aku tidak bisa mencintai gadisseperti dia.”“Benarkah?” tanya Randy ragu.Bobby mengangguk.“Jika kau memang mencintainya, kenapa kautidak segera melamarnya?”“Aku belum siap, Ran.”“Kalau begitu, itu memang sudah salahmu sendiri.Andai kau berkeyakinan kalau setiap kejadian di dunia115


ini adalah ketentuan Tuhan, tentu kau tidak akanterlalu banyak pertimbangan terhadap sesuatu yangbaik. Kau itu sudah menunda-nunda kebaikan, Bob.Sehingga takdir yang semula akan membawamukepada kebahagiaan, yaitu menikah dengan Nuraini,kini telah lewat dan telah berganti menjadi hukuman,yaitu lepasnya Nuraini darimu. Bukankah kau sudahmengetahui kalau Nuraini itu gadis yang baik, malahkau bilang kepribadiannya itu sama seperti Winda.Nah, jika memang benar demikian, apa alasanmuuntuk menunda-nundanya. Jika alasanmu memangbelum siap, kapan kau akan siap, Bob? Aku yakin,kau tidak akan pernah siap jika alasanmu itu selalukarena belum siap.”“Kau benar, Ran. Kini aku sungguh menyesalkarena telah menyia-nyiakan kesempatan itu.Karenanyalah aku mohon padamu, kiranya kau maumembatalkan lamaran itu!”“Itu tidak mungkin, Bob. Mau disembunyikan kemana mukaku dan muka kedua orang tuaku jika akusampai membatalkannya. Apa kau lupa dengan116


pelajaran yang sudah aku ajarkan padamu, yaitujanganlah kau merebut gadis yang sudah dilamar olehsaudaramu sendiri.”“Iya, Ran. Aku ingat, tapi kan...”“Sudahlah, Bob. Semuanya sudah terlambat. Lagipula, apa yang bisa menjadi jaminan kalau nantinyakau akan menikahi dia.”“Nyawaku, kau boleh membunuhku jika akusampai tidak menikahinya.”“Benarkah yang kau katakan itu? Begitu besarkahcintamu kepadanya sehingga kau begitu yakin kalaukau memang akan menikahinya.”“Tentu saja, aku kan memang sangatmencintainya. Jika tidak, untuk apa aku memohonpadamu.”“Hmm... aku rasa memang begitu. Karena begitucintanya kau kepada Nuraini, sampai-sampai kaumelanggar larangan agama dengan mau merebutgadis yang sudah dilamar oleh saudaramu sendiri.”“Aku bukan hendak mau merebut dia darimu, Ran.Tapi... aku justru memohon kerelaanmu.”117


“Hmm... baiklah kalau begitu, sebaiknya sekarangkau bicara kepada Nuraini. Apakah dia bersedialamarannya kutarik kembali lantaran kau begitumencintainya. Dan apakah dia rela menanggung malukarena sebab batalnya lamaranku.”“Ka-kau bersedia membatalkannya, Ran.”“Kini semuanya tergantung kepada Nuraini, Bob.Terus terang, aku merasa berdosa jika membatalkanlamaranku begitu saja tanpa persetujuannya lebihdulu. Sebab jika aku membatalkannya dengan alasankarena kau tak bisa melepaskannya sungguh tidakmasuk di akal, akan dianggapnya pemuda macamapa aku ini.”“Baiklah, Ran. Aku akan bicara padanya, dan akuyakin dia pasti mau. Sebab aku meyakini kalausesungguhnya dia pun tak menghendaki hal itu.Terima kasih, Ran. Kau memang sahabatku yangpaling baik. O ya, maafkan aku yang telahmenuduhmu yang tidak-tidak.”“Sudahlah, Bob... sebaiknya sekarang cepat kautemui dia!”118


“Iya, Ran. Wassalamu’alaikum...”“Wa-allaikum salam...”Saat itu Bobby bahagia bukan kepalang, dan kaliini dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidakmenyia-nyiakan kesempatan yang ada. Sakinggembiranya dia pun memacu mobilnya dengan sangatcepat, sampai-sampai tidak mempedulikankeselamatannya sendiri. Akhirnya pemuda itu pun tibakembali di kediaman Nuraini. Kini dia tampak sedangberbincang-bincang dengan seorang wanita yangmirip dengan Nuraini.“Apa? Nuraini sedang pergi keluar,” ungkap Bobbydengan nada kecewa.“Betul, Nak Bobby. Katanya sih dia mau pergimemancing bersama Haris di tempat biasanya,” jelasibunya Nuraini."O, kalau begitu sebaiknya aku mohon dirisekarang, Bu.”"O ya, apa mungkin ada pesan yang bisa Ibusampaikan.”“Tidak, Bu. Wassalamu’alaikum...”119


“Wa Allaikum salam… Hati-hati di jalan NakBobby!”“Iya, Bu. Terima kasih.”Bobby pun segera kembali ke mobil danmemacunya menuju ke tempat Nuraini biasamemancing. Saat itu, Bobby lagi-lagi memacumobilnya dengan kecepatan tinggi, sungguh dia sudahtak sabar ingin segera bertemu dengan sang PujaanHati. Setibanya di tempat tujuan, pemuda itu langsungmemarkir mobilnya di tepian telaga dan segeramelangkah menuju ke lokasi yang cukup jauh, yaitu didaerah yang masih banyak ditumbuhi pepohonanlebat.Pemuda itu terus melangkah dan melangkah,menyusuri jalan setapak yang di kanan-kirinya banyakditumbuhi ilalang. Tak lama kemudian, pemuda itutiba juga di tepian telaga yang ditumbuhi pepohonanbambu yang begitu lebat dan menyeramkan. Kinipemuda itu melangkah melewati rimbunnya pohonbambu yang sebagian akar-akarnya tampak digenangiair. Setibanya di tempat yang agak kering, sayup-120


sayup terdengar suara sepasang muda-mudi yangsedang berduaan, tertawa riang seolah mendapatkepuasan. Saat itu, dari balik kerimbunan pohonbambu, Bobby melihat seorang pemuda tampaksedang mengenakan celana panjangnya, sementarayang gadis tampak sedang mengancingkan bajunya.“Nu-Nuraini...?” tanya Bobby dalam hati. “A-apasebenarnya yang dia dilakukannya bersama Haris ditempat sepi seperti ini?” tanya pemuda itu hampir takbisa mempercayainya. Lantas dengan rasa penasaranyang teramat sangat, pemuda itu pun terusmengamati keduanya dengan penuh seksama.“Nur, aku senang bisa membuatmu ceriakembali,” kata Haris puas.“Iya, Kak. Kakak memang hebat, terus terang akubetul-betul puas dengan pengalaman yang luar biasaini. Terima kasih ya, Kak!”“Kalau begitu, maukah kau melakukannya di lainwaktu?”Nuraini mengangguk sambil merapikan tatananrambutnya.121


“Bagus... lain waktu tentu akan lebih hebat dariyang tadi,” kata Haris seraya menggendong ranselyang dibawanya. Kini kedua muda-mudi itu tampakbergerak meninggalkan tempat itu sambil terusberceloteh riang gembira. Pada saat yang sama,Bobby tampak sedang berpikir keras. “Hmm...sungguh aku tidak menduga kalau mereka baru sajamelakukan itu,” gumam Bobby seraya tertunduk sedih.Saat itu perasaannya langsung hancur berkepingkepingkarena sebab peristiwa yang baru dialaminya.“Nuraini.... sungguh aku tidak menduga, kalau kauadalah gadis seperti itu. Sungguh selama ini kau telahmemikatku dengan kepalsuan.“ Lantas pemuda itusegera melangkah pergi. Setibanya di mobil, dia punlangsung merebahkan diri di atas kap mobilnya danmerenungkan apa yang baru didengar dandisaksikannya. Saat itu hatinya terasa benar-benarhancur, dan dia benar-benar tidak menyangka kalauapa yang didengar dan disaksikannya itu telah begitumenyayat hatinya.122


Malam harinya, Randy tampak sedang meneleponNuraini. Rupanya pemuda itu ingin mengetahui perihalBobby yang katanya mau datang menemui Nuraini,namun dia menjadi heran lantaran Bobby belum jugadatang menemuinya.“Nur, kau jangan bercanda!”“Sungguh, Kak. Dia memang belum menemuiku.”“Hmm... aku benar-benar tidak mengerti akansikapnya. Padahal ketika sedang bersamaku tadi, diasudah tak begitu sabar ingin menemuimu. Bahkan akusudah menduga, kalau dia pasti akan langsungmelamarmu. Tapi ternyata...”“Mungkin dia datang saat aku sedang pergi, Kak.”“Memangnya kau pergi ke mana?”“Aku pergi memancing bersama Haris.”"O, kalau begitu... mungkin saja dia memangdatang disaat kau pergi. Tapi...”“Tapi apa, Kak?”Tapi, bukankah dia bisa kembali lagi untukmenemuimu. Sekarang kan sudah pukul sembilan123


malam, masa sih sudah selama ini dia belum jugamenemuimu.”“Iya, ya... jika dia memang betul-betulmencintaiku, seharusnya dia itu sudah datang danlangsung melamar aku.”“Ya, seharusnya memang seperti itu. Sebab, diasudah begitu memohon padaku untuk membatalkanlamaranku, bahkan dia berani menyerahkannyawanya padaku.”“Hmm... ini memang benar-benar aneh.”Kedua muda-mudi itu terus berbicara mengenaikeanehan itu. Sementara itu di tempat lain, di tepiantelaga. Orang yang sedang mereka bicarakan itutampak masih termenung di atas kap mobilnya. Diatampak termenung sambil memperhatikan air telagayang tenang. kini pemuda itu tampak terlentangmemandang ke arah bintang-bintang yang bertaburan.Matanya yang basah tampak tak berkedipmemperhatikan bintang-bintang itu, dan ketika iaberkedip bulir air matanya pun langsung meluncurjatuh. “Ya Tuhan... aku betul-betul tidak mengerti akan124


garis hidupku yang sudah kau tentukan ini. Haruskahaku menikahi gadis lacur seperti dia, yang selama initelah bersembunyi di balik topengnya yang hampirsempurna. Dan jika memang benar demikian, kenapaEngkau membukakan topengnya padaku, sehinggaaku pun merasa berat untuk menikah dengannya? YaTuhan... apakah ini semua karena hukuman-Mu yangtak menghendaki aku memiliki gadis yang sudahdilamar oleh saudaraku sendiri?”Pemuda itu terus hanyut di dalam kesedihan,hingga akhirnya dia memutuskan untuk kembalipulang. Di dalam perjalanan, pemuda itu tampakmemacu mobilnya dengan kecepatan yang sangattinggi dan berharap maut segera merenggutnya.Namun karena Tuhan masih melindungi, akhirnya diatiba di rumah dengan selamat.Esok harinya, sepulang dari Mall, Bobby langsungduduk melamun di tepian kolam ikan dan125


memandangi ikan-ikannya yang tampak rianggembira. Sungguh sangat kontras denganperasaannya yang kini sedang dilanda kesedihan.Pada saat itulah, tanpa diduga-duga Randy datangmenemuinya dan menceritakan perihal lamaran yangternyata hanya sebuah sandiwara. Ketika mengetahuiitu, Bobby sama sekali tidak terkejut, sebab diamemang sudah mengetahuinya dari mulut Nurainisendiri. Bahkan dia sudah tidak mempermasalahkanhal itu lantaran kebenciannya kepada Nuraini⎯yangdiketahuinya telah mengkhianati cintanya.“Sudahlah, Bob! Sebaiknya kau lekas temuiNuraini, dia sengaja melakukan sandiwara itu karenadia itu begitu mencintaimu,” pinta Randy yangmenduga Bobby masih kecewa lantaran sandiwara itu.“Ran, kau tidak perlu mengajariku soal itu.Ketahuilah! Hati nuraniku mengatakan kalau Nurainiitu bukanlah gadis yang tepat untukku, sungguh dia itutidak seperti yang kuduga selama ini.”“Kau salah, Bob. Nuraini itu adalah gadis yangbaik, dan dia sangat layak menjadi pendampingmu.”126


“Tidak, Ran. Hanya Winda-lah satu-satunya gadisyang tepat untukku. Dan aku percaya hanya dialahgadis yang bisa mengerti aku.”“Bob, Winda itu tak mungkin bisa menjadi milikmu.Jika kau terus mengharapkannya, kau hanyamembuang-buang waktumu.”“Ran, kau jangan sok tahu. Kau jangan sombongdengan menjadikan dirimu lebih tahu dari Tuhan.Ketahuilah kalau sebenarnya jodoh itu bukan kauyang menentukan, melainkan Tuhan-lah yangmenentukannya.”“Kau benar, Bob. Tapi kau juga harus ingat,bahwasannya manusia harus menyadari realita, dan iaharus berusaha mencari alternatif lain.”“Aku kan sudah berusaha, dan ternyata Nurainimemang bukan untukku.”“Bob, apa kau masih juga tidak percaya kalau soallamaran itu hanyalah sebuah sandiwara.”“Ya, aku percaya.. sangat percaya... Namun,bukan itu persoalannya.”“Lalu apa?”127


“Ketahuilah kini aku sudah tidak tak berminat lagipadanya, sebab dia itu seorang gadis pendusta yangselama ini telah bersembunyi di balik topengkebaikan. Hanya Windalah satu-satunya gadis yangterbaik untukku.”“Bob, aku betul-betul tidak mengerti. Waktu itusepertinya kau begitu mencintai Nuraini, lalu kenapatiba-tiba kau begitu membencinya. Apakah semua inikarena sebab lamaran sandiwara itu, sehingga kaumenganggapnya sebagai gadis pendusta yang takpantas kau cintai. Bob, kau tidak fair. Apakah karenasebab kekurangan Nuraini yang terpaksa melakukandusta putih itu, lantas kau membandingkannyadengan segala kebaikan Winda yang kau sendiribelum mengetahui pribadinya secara utuh.”“Sudahlah, Ran. Terus terang, sebetulnya akuenggan untuk mengungkap aib Nuraini. Sebabdengan begitu, sama saja dengan mengungkap aibkusendiri. Bukankah kau sendiri yang mengajariku soalitu. O ya, Ran. Aku betul-betul tidak mengerti, kenapasih kau begitu ngotot untuk menjodohkanku dengan128


Nuraini? Bahkan kau harus terlibat dengan dusta yangkau bilang putih itu. Apa iya ada dusta putih, setahukudusta tidak berwarna, dusta tetaplah dusta.”“Kau benar, Bob. Dusta tetaplah dusta. Tapi... akuterpaksa terlibat demi untuk kebaikanmu, dan jugakebaikan Nuraini. Bob, aku ini sahabatmu, dan akusangat peduli denganmu.”“Jika memang benar demikian, kenapa kau tidakberusaha mencari Winda dan menyatukan kami.”“Itu tidak mungkin, Bob.”“Kenapa?”“Sebab, kini dia sudah menjadi milik orang.”“A-apa! Ja-jadi dia sudah menikah?”“Belum, Bob. Tapi... dia sudah menjadi kekasihorang.”“Jadi... baru sebatas kekasih. Ketahuilah, Ran...!Selama dia belum dilamar orang, berarti aku masihmempunyai kesempatan. Kalau begitu, katakanlah! Dimana dia sekarang. Biar aku menemuinya danlangsung melamarnya.”129


“Sudahlah, Bob! Lupakanlah dia, sebab tak lamalagi dia akan dilamar. Lagi pula, aku juga tidak tahusekarang dia lagi ada di mana.”“Be-benarkah yang kau katakan itu?”Randy mengangguk. “Karenanyalah aku mohonkepadamu untuk segera menemui Nuraini, dankemudian minta maaflah padanya. Bob... jika kausudah mengenal dia aku yakin kau akan sangatmencintainya.”“Tidak, Ran. Aku tidak mungkin bisa mencintaigadis munafik seperti dia.”“Kau bicara apa, Bob! Teganya kau menuduhNuraini seperti itu.”“Kau tidak tahu, Ran. Kalau sebenarnya Nuraini itutidak seperti yang kau duga selama ini. Ketahuilahkalau selama ini dia sudah menipumu dengan segalakedok kebaikan yang memikat itu.”“Bob, kau memang sudah keterlaluan. Akusungguh tidak menduga kalau kau bisa berkataseperti itu. Sebab aku tahu betul siapa Nuraini itu, diaadalah gadis baik-baik yang taat kepada perintah130


Tuhan. Tidak mungkin menjadi seperti yang kautuduhkan itu.”“Iya, kan. Baru aku bilang begitu saja kau sudahsangat marah. Apalagi jika aku sampaimengungkapkan aib yang sebenarnya. Mungkin kauakan menuduhku sebagai tukang fitnah.”“Aib? Aib apa itu, Bob. Katakanlah!”“Tidak! Aku tidak akan mengatakannya padamu.Pokoknya kini semua terserah kepadamu, kalau kaumau percaya padaku, ya syukur. Kalau pun tidak, yatidak apa-apa. Yang jelas, aku tidak akan bersediamengikuti keinginanmu untuk kembali mencintaiNuraini. O ya, aku sama-sekali tidak percaya kalauWinda sudah mau dilamar orang. Mungkin itu hanyasiasatmu agar aku kembali pada Nuraini. Jika benardemikian, sungguh aku tidak menduga kalausahabatku tega berbuat serendah itu.”“Bob, kau bicara apa! Andai kau tahu yangsebenarnya tentu kau tidak akan menuduhku begitu.““Kalau begitu, katakanlah yang sebenarnya!”131


“Baiklah, aku akan mengatakan hal yangsebenarnya.” Saat itu Randy tampak terdiam sepertimemikirkan sesuatu.“Ran! Kenapa kau diam?” tanya Bobbymenyadarkan pemuda itu dari lamunannya. “Kau inibagaimana sih, katanya mau mengatakan hal yangsebenarnya. Tapi, kenapa kau malah diam?”“Maaf, Bob! Aku tidak bisa,” kata Randymengurungkan niatnya, dia betul-betul khawatir jikasampai memberitahunya tentu akan membuat Bobbymenjadi seperti yang ada di bayangannya barusan.“Bob, kini aku bisa mengerti, cinta itu ternyatamemang tidak bisa dipaksakan. Kalau kau memangtidak mencintai Nuraini, aku tidak akan berusaha lagimenjodohkanmu dengannya. Lakukanlah apa yangmenurutmu baik, karena apa yang menurutku baikbelum tentu baik untukmu,” kata pemuda itumelanjutkan.Sungguh Bobby tidak menduga kalau akhirnyaRandy akan mengatakan itu. “Terima kasih, Ran.132


Akhirnya kau mau mengerti aku,” kata pemuda itupuas.“Bob, maafkan aku jika tak bisa membantumu!”Setelah berkata begitu, Randy mohon pamit danakhirnya pergi meninggalkan Bobby. Pada saat yangsama, Bobby tampak heran dengan perubahan prilakusahabatnya yang begitu tiba-tiba. Entah kenapa diapergi begitu saja dengan meninggalkan banyakpertanyaan, sepertinya pemuda itu sengajamenyembunyikan sesuatu yang tak sepatutnya diaketahui.133


EnamSemenjak pertemuannya dengan Randy waktuitu, Bobby tak pernah berjumpa lagi dengannya.Karena penasaran, Bobby pun berniatmengunjunginya. Di suatu siang yang panas, Bobbytampak mengendarai mobilnya menuju ke tempat kostRandy. Setibanya di sebuah gang kecil, pemuda itusegera turun dan melangkah menyusuri jalan MHTyang di kanan-kirinya tampak permukiman pendudukyang padat dan berdempet-dempet. Pemuda itu terusmelangkah, hingga akhirnya dia tiba di tempat tujuan.Saat itu Bobby betul-betul tampak kecewa, ternyatasahabatnya itu sudah pindah entah ke mana.“Hmm... sebenarnya dia pergi ke mana, hingga takseorang pun teman kostnya mengetahui?” tanyaBobby seraya meninggalkan tempat itu.Sungguh dia tidak menyangka kalau Randy kinisudah menghilang bak ditelan bumi. Kini pemuda itu134


duduk di atas pagar jembatan sambil terusmemikirkan perihal sahabatnya. Sungguh dia tidakmengerti, kenapa hanya karena perbincangannyawaktu itu Randy menjadi demikian. Sambilmemandang ke aliran sungai yang cukup tenang,pemuda itu pun mencoba mendapat jawaban.“Hmm... Kenapa dengan Randy? Apakah semuaitu karena dia kecewa dengan keputusanku. Akubenar-benar heran, kenapa Randy begitu ngotot inginmenjodohkanku dengan Nuraini. Padahal, dia itu kangadis lacur yang tak bermoral. Hmm... apa mungkinkarena selama ini dia sudah begitu percaya denganNuraini yang begitu lihai bersembunyi di baliktopengnya yang benar-benar sempurna, hinggaakhirnya dia pun tidak mampu mengetahui siapaNuraini itu sebenarnya. Jika benar demikian,perbuatan Randy yang ingin menjodohkanku dengangadis itu adalah perbuatan yang sangat bodoh. Dankarena kebodohannya itu, dia hampir sajamemasukkanku ke dalam perangkap gadis yang tak135


ermoral itu,” pikir Bobby sambil terus memperhatikanriak air sungai yang dilihatnya tampak kotor.Pemuda itu terus memikirkan Randy, sedangkedua matanya tampak memperhatikan aliran sungaiyang saat itu dilihatnya banyak membawa bendabendaaneh dan unik yang entah dari mana asalnya.Saat itu dia sempat melihat sebuah boneka yangmenyeramkan, tangan dan kakinya sudah tak ada,sebagian kepalanya yang berambut pirang tampakgundul. Dan yang paling menyeramkan adalahsebelah matanya yang tak mempunyai bola mata. Takjauh dari boneka yang hanyut itu terlihat sebuah bolaplastik yang sudah penyok-penyok, dan juga seekorbangkai kucing yang hampir membusuk. Bobbysempat iba melihat hewan malang yang sudahmenjadi bangkai itu, bahkan dia sempat memikirkanpenyebab kematiannya. Namun belum sempat diamendapatkan jawaban, tiba-tiba dia melihat sebuahbagian tubuh manusia yang tengah mengapung.Bobby sempat terkejut dengan apa yang dilihatnya itu,namun setelah dia mengamati dengan seksama kalau136


itu hanyalah sebuah tangan boneka yang seringdilihatnya di etalase, akhirnya dia pun menjadi lega.Memang ada-ada saja yang dibawa oleh aliransungai di Ibu Kota ini, yang mana airnya terkadangberwarna cokelat keruh dan terkadang berwarnakelabu dengan sedikit hijau kehitaman. Bahkansesekali waktu airnya itu pun beraroma tak sedap danmembuat selera makan jadi berkurang, sungguhcocok buat mereka yang berniat melangsingkanbadan. Karena dengan tanpa obat-obatan yangmempunyai efek samping, dia pun bisa menguranginafsu makannya.Tiba-tiba Bobby dikejutkan oleh seekor ikan sapusapuyang entah kenapa mendadak muncul danmenciptakan suara yang cukup mengejutkan. Saat ituBobby sempat terpukau dengan ikan yang diduganyasangat kuat dan bisa mempertahankan keberadaanrasnya dari kepunahan. Maklumlah, ikan jenis itumemang cukup banyak ada di sungai itu, danukurannya pun cukup besar pula, namun anehnyatidak banyak orang yang mau mengkonsumsinya. Dan137


yang paling membuat Bobby kagum adalah ikan itumampu bertahan hidup disaat ikan-ikan lain sudahpada teler lantaran limbah yang mengotori sungai.Setelah Bosan merenung di tempat itu, Bobbysegera kembali ke mobil dan bergerak menuju ketempat favoritnya. Dan beberapa menit kemudian, diasudah sampai di tempat tujuan. Kini pemuda itusedang melangkah ke sebuah gedung tinggi yangbelum selesai dibangun. Di atap gedung itulah diatampak menyendiri sambil memperhatikan kepadatanrumah penduduk yang jika dilihat dari atas hanyatampak atapnya saja. Ada atap yang berwarna merah,kuning, hijau, cokelat, dan biru. Saat itu dia sempatmelihat beberapa anak kecil tampak sedang bermainlayang-layang di atap rumahnya masing-masing. Kinikedua mata pemuda itu tampak memperhatikanberbagai antena televisi yang seperti berlomba-lombamenangkap gelombang siaran. Bentuknya puntampak bermacam-macam, ada yang besar dan yangkecil, malah ada yang berbentuk unik seperti seekorikan yang tinggal hanya tulangnya saja, dan ada juga138


yang aneh menyerupai tutup panci. Ups! Ternyata itumemang tutup panci betulan yang dimanfaatkan untukantena karena tak mampu membelinya. Saat ituBobby hanya tersenyum dalam hati, dan di dalambenaknya pemuda itu sempat bertanya-tanya apa iatutup panci seperti itu bisa menangkap gelombangdengan bagus.Setelah sedikit terhibur dengan segala yangdilihatnya, kini pemuda itu kembali merenungkansahabatnya. Dan setelah agak lama, renungan itu punberubah. Kini pemuda itu tengah merenungkan perihalpujaan hatinya, yang selama ini tak pernah diketahuirimbanya. “Winda... ke mana lagi aku harusmencarimu? Padahal, aku sudah sangatmerindukanmu. Entah sampai kapan aku sanggupbegini? Apakah selama ini usahaku masih kurangmaksimal sehingga aku tak jua menemukanmu.Baiklah... aku berjanji, mulai saat ini aku akanberusaha lebih keras lagi untuk mencarimu. Kalauperlu, semua pelosok akan kujelajahi demi bisaberjumpa denganmu. Bukankah Randy belum lama139


telah berjumpa denganmu. Dengan begitu, aku puntentu bisa berjumpa denganmu.”Bobby terus memikirkan perihal pujaan hatinya.Sementara itu di tempat lain, Randy dan Nurainitampak sedang bercakap-cakap. Mereka dudukberdampingan di sebuah kursi taman yang terbuatdari beton. “Ja-jadi... kau masih mau mencoba untukbisa mendekatinya?” tanya Randy kepada Nuraini.“Kau betul, Kak. Sebab aku sudah begitumencintainya, dan aku ingin dia menjadi suamiku.”“Hmm... apa mungkin dia mau kembali padamu?Bukankah kau bilang ketika terakhir bertemudengannya, dia tampak begitu marah, bahkan diabilang sudah tak mau melihat wajahmu lagi. Kalausudah begitu, bagaimana mungkin kau bisamendekatinya.”“Entahlah, Kak. Aku juga tidak tahu, namun begituaku akan berusaha untuk bisa mendapatkan hatinyakembali.”“Kalau begitu terserah kau saja. Aku pun tidakpunya cara untuk bisa menyatukan kalian, saat ini aku140


cuma bisa bantu doa semoga kalian bisa kembalibersatu. O, ya Nur... ngomong-ngomong kenapa diasampai menuduhmu seperti itu.”“Sebagai gadis munafik maksudmu?”Randy mengangguk.“Entahlah, aku juga tidak tahu. Terus terang, akusendiri masih bingung kenapa dia tiba-tibamenuduhku begitu. Dan terakhir aku bertemudengannya, dia tampak begitu jijik dan...” tiba-tibaNuraini menangis.Seketika gadis itu teringat kembali denganperistiwa yang menyedihkan itu. Waktu itu, ketika diadan Bobby bertemu di areal parkir sebuah Mall. “Kak,Bobby!” panggil Nuraini kepada Bobby yang kala itudilihatnya sedang berjalan menuju mobil. Lantasdengan segera gadis itu berlari menghampiri, “Kak,maafkan aku yang sudah memainkan perasaanmu.Terus terang, lamaran Randy itu hanyalah sebuahsandiwara.”“Be-benarkah yang kau katakan itu?” tanya Bobbyhampir tak mempercayainya.141


Nuraini mengangguk.“Jahat sekali kau, Nur. Kau senang ya jika akusampai bunuh diri.”“Aku terpaksa, Kak. Sebab, A-aku...”“Sudahlah, lupakan saja soal itu! Dan karenaperistiwa itu pula kini aku tahu siapa dirimusebenarnya. Dasar gadis munafik!““Ka-kau bicara apa, Kak?”"Huh, pura-pura bodoh. Dasar gadis pendusta!”“Kak, sekali lagi aku minta maaf! Bukanmaksudku untuk memainkan perasaanmu. Tapi...”“Sudahlah! Kau tidak perlu banyak bicara!Sebaiknya kau pergi dari hadapanku! Terus terang,aku sudah muak dan jijik melihatmu.”“Kak, ka-kau...” saat itu Nuraini menangis.Sungguh kata-kata yang diucapkan Bobby itu telahmenyakiti perasaannya.“Percuma kau menangis, Nur. Kau pikir aku akanluluh oleh air matamu itu. Dasar gadis munafik yangmurahan!” kata Bobby ketus seraya masuk ke dalammobilnya.142


“Kak! Tunggu, Kak...! Aku mohon, biar akumenjelaskan semuanya,” kata Nuraini serayamenahan pemuda itu untuk tidak meninggalkannya.“Alah..! Pergi sana! Jangan dekat diriku, najis akuberdekatan dengan gadis sepertimu, kata Bobby ketusseraya melaju bersama mobilnya meninggalkantempat itu. Pada saat itu Nuraini hanya bisa menangisdan menangis.“Sudahlah, Nur! Kau jangan menangis seperti itu.Jika kau terus menangis, bagaimana aku mencarikanjalan keluarnya,” kata Randy membuyarkan ingatanNuraini.Mendengar itu, Nuraini pun segera mengusap airmatanya. Kini gadis itu tampak berusaha tegarmelawan kesedihannya.“Hmm... apa semua itu karena sebab sandiwaralamaran itu?” duga Randy.“Aku rasa bukan. Aku kan sudah mengatakannya.Dan kau pun sudah memberi tahunya kalau ituhanyalah sebuah sandiwara. Lagi pula, bukankahdisaat sandiwara itu, kau bilang dia begitu143


menginginkan aku, bahkan dia rela menyerahkannyawanya padamu. Dan ketika dia mendapatkesempatan, dia pun begitu senang bukan kepalang.Lantas apakah pantas jika dia marah hanya gara-garakita mempermainkan perasaannya.”“Iya, semula aku pun menduga demikian. Namunsetelah kupikir-pikir, rasanya memang tidak mungkin.Masa iya dia sampai tega meninggalkanmu olehkarena sebab hal seperti itu. Menurut dugaanku, diamenjadi seperti itu karena ada sebab lain, yaitu diamasih tetap terpengaruh oleh sandiwara lamaranitu⎯yang mungkin saja diyakininya bukanlah sebuahsandiwara.”“Maksudmu?” tanya Nuraini mau tahu lebih jauh.“Bukankah sebelumnya dia tidak tahu kalaulamaran itu hanya sebuah sandiwara.”“Iya... lalu?”“Eng… Begini, Nur. Saat itu dia memang sangatmenginginkanmu, namun karena suatu sebab tidakmustahil dia mengurungkan niatnya itu.”144


“Hmm... maksudmu?” Nuraini tampakmengerutkan keningnya.“Begini, Nur. Bagaimana kalau dia merasaperbuatannya itu salah. Dan karena dia merasaberdosa, akhirnya dia pun pura-pura marah dengantujuan agar kita kembali bersatu dan menikah, dengandemikian dia merasa kesalahannya tentu akanterbayar. Dan ketika aku memberitahunya kalau ituhanyalah sebuah sandiwara tentu dia tidak akanmudah percaya begitu saja.”“Kalau begitu, bodoh sekali dia. Bukankah hal itumemang cuma sandiwara.”“Ya bodoh sekali dia. Hmm... aku sungguh tidakmenyangka kalau dia bisa begitu menghayati hal itu.”“Hal apa, Ran?” Tanya Nuraini penarasan.“Itu, kalau gadis yang sudah dilamar olehsaudaranya seiman, maka ia sebagai pemudapantang untuk merebutnya. Dalam kasus itu kan, akusudah melamarmu lebih dulu, dan aku yakin dia pastimerasa berdosa karena sudah berupaya merebutmudariku.”145


“Tapi, bukankah saat itu dia tidak merasademikian. Ingatlah, bukankah saat itu kau pernahbilang, kalau dia itu tak hendak merebut aku darimu,tapi dia memohon kerelaanmu.”“Ya, itu memang benar. Tapi jika kesadarannyamemang sudah begitu tinggi, maka dia pasti bisamerasa kalau apa yang dilakukannya adalahperampasan dengan cara yang sangat halus.”“Hmm... begitu ya. Sungguh betul-betulmengherankan. O ya, ngomong-ngomong kenapa kaupindah dan tak mau menemuinya lagi?” tanya Nurainiperihal kepindahan Randy.“Itu karena aku takut rahasiaku terbongkar,soalnya akibat sandiwara itu dia justru semakinmengharapkan Winda. Kau kan bisa mendugabagaimana jika sampai ia mengetahui tentangrahasiaku. Dalam kasus lamaran itu terbukti sepertiapa dia.”“Kalau begitu, kau tak perlu khawatir. Sebabsudah terbukti kalau dia memang pemuda yang bisaberbesar hati.”146


“Apa kau bilang? Ingat Nur, biarpun kedua kasusitu serupa, namun sebab-musababnya jauh berbeda.Dan apa kau yakin kalau ending-nya akan sama. Lagipula, perihal Bobby yang berubah pikiran itu kan barudugaanku saja. Namun, bagaimana jika ternyatapenyebabnya bukan karena kesadarannya yang tinggi,melainkan karena ada sebab lain. Jika begitu,bukankah itu berarti akan mengancamkebahagiaanku.”“Entahlah... aku tidak tahu,” jawab Nurainibingung.Kedua muda-mudi itu terus berbincang-bincangmemecahkan persoalan itu. Sementara itu di tempatlain, Bobby yang sudah merasa lapar terlihat sedangmenuruni gedung tempatnya merenung. Kini pemudaitu sudah sampai di warung padang dan langsungmemesan sepiring nasi dengan lauk rendang yanglezat. Saat itu selera makannya sempat hilang karenasebab dia teringat kembali dengan peristiwa senjayang menyakitkan itu. Namun karena dia teringatkembali dengan tekadnya yang mau mencari Winda,147


maka dia pun berusaha untuk tetap makan agartujuannya mencari Winda tak terhalang oleh karenakesehatan.Malam harinya, di atas gedung tinggi yang belumselesai dibangun. Bobby tampak kembali termenungsambil memperhatikan rumah-rumah yang ada dikejauhan, namun kali ini pemandangan yangdilihatnya hanyalah lampu-lampu berwarna-warni yangtak beraturan letaknya. Saat itu dia kembali teringatkembali dengan peristiwa yang tak akan pernahdilupakannya, yaitu ketika dia menyusul Nuraini ketelaga. Saat itu, hatinya pun kembali tersayat-sayat,dan dari kedua matanya tampak mengalir air matakesedihan. Kini kedua mata yang sudah basah itutampak memperhatikan bintang-bintang yangbertaburan. Dalam benaknya pemuda itu terusmeratap sedih, mengadu pada Tuhannya di bawahgemerlap malam berbintang. Dan setelah udara148


ertambah dingin, barulah pemuda itu pergimeninggalkan tempat itu.Esok siangnya, Bobby tampak sedangmemasukkan barang-barang yang akan dibawanyabersama pengembaraannya nanti. Rupanya pemudaitu sudah bertekad untuk mencari sang Pujaan Hatiyang kini entah berada di mana. Andai saja ia punyafotonya, mungkin akan lebih untuk mudahmencarinya. Setelah semuanya beres, pemuda itusegera menuju ke mobil dan mengendarainyamenyusuri jalan yang sudah mulai gelap.Jeep warna merah yang dikendarai pemuda ituterus melaju menyusuri jalan yang mengarah ke pusatperbelanjaan. Bobby memang berniat mencarinya ditempat itu dan berharap bisa berjumpa dengankekasihnya. Setibanya di tempat tujuan, pemuda itusegera melangkah memasuki pusat perbelanjaan danmengamati setiap orang yang ditemuinya. Pemuda itu149


terus melangkah dan melangkah hingga akhirnya diapun merasa lelah.Kini pemuda itu tampak sedang beristirahat disebuah kafetaria. Sambil menikmati lezatnyamakanan dan minuman di tempat itu, Bobby terussaja mengamati orang-orang yang berlalu-lalang.Dalam hati dia sangat berharap akan melihat Winda diantara orang-orang yang berlalu lalang itu. Namunhingga makanan dan minumannya habis, pemuda itutak jua menemukannya. Hingga akhirnya, denganlangkah gontai pemuda itu segera kembali kemobilnya dan duduk termenung.“Win… hari ini aku tidak berhasil menemukanmu.Tapi aku yakin, jika aku terus berusaha, Tuhan pastiakan mempertemukan kita.” Saat itu Bobby sempatmembayangkan betapa indahnya masa pertemuan itu.Semua kerinduan dan penderitaannya selama ini akanberubah menjadi kebahagiaan yang tiada tara.Maklumlah, pemuda itu merasa kalau selama iniWinda berusaha menjauhinya dan menolak cintanyalantaran dia itu sudah mempunyai kekasih, dan bukan150


karena sebab dia tak mencintainya. Andai saja duludia langsung melamar Winda, tentu gadis itu takmungkin bisa menolaknya. Sebab, dia yakin sekalikalau Winda itu adalah gadis yang baik dan taatagama, sehingga tidak ada alasan yang kuat baginyauntuk menolak lamarannya yang semata-mata karenaAllah. Dan keyakinannya itu muncul karena sebabsandiwara lamaran yang dimainkan Nuraini danRandy waktu itu, yang betul-betul sudah memberikaninspirasi kepadanya perihal pentingnya arti sebuahlamaran. Bahkan, saat ini dia sudah tidak sabar lagiingin segera bertemu dengan Winda, yang jika nantibertemu tentu akan langsung dilamarnya. Andai punnanti Winda menolak dengan alasan yang tidak kuatmenurut ukuran agama, maka dia bisa menyimpulkankalau Winda itu bukanlah tergolong gadis yang baikuntuknya.Kini pemuda itu sudah kembali melaju bersamajeep merah yang dikendarainya. Kali ini dia berniatuntuk pergi ke Solo, tanah kelahiran Winda.Maklumlah, saat ini dia menduga kalau Winda151


mungkin saja sudah pulang kampung dan menjalanikehidupannya di sana. Dan selama di perjalanan,pemuda itu selalu menyempatkan diri untuk mampir ditempat-tempat keramaian dan berharap bisaberjumpa dengan pujaan hatinya itu. Namun sungguhdisayangkan, di setiap tempat yang disinggahinya itu,Winda tak juga ditemukan, bahkan ketika pemuda itusudah sampai di Solo, ternyata gadis itu juga tak adadi rumahnya.Kini pemuda itu sedang berbincang-bincangdengan adik lelaki Winda yang pekerjaannya sehariharimembantu ayahnya menggarap sawah.“Kak, Bobby. Sudah lama juga Kak Winda belummemberi kabar apa-apa mengenai dirinya. Bahkansaat ini pun kami tidak tahu di mana dia sekarang.Kabar terakhir yang kami ketahui, dia itu mau pergidari Jakarta dan bekerja di kota lain. Sayangnya, KakWinda tidak memberitahu nama kota itu. Kalau sajadia sempat memberitahuku, tentu aku akanmemberitahukannya pada Kakak.”152


“Hmm... kira-kira kota apa ya?” tanya Bobbyseakan tak mempunyai harapan.“Entahlah, Kak. Yang jelas kota itu masih di PulauJawa.”Sejenak Bobby menarik nafas panjangmembayangkan betapa luasnya Pulau Jawa itu,haruskah ia menelusuri setiap jengkal kota-kota diPulau Jawa demi menemukan Winda. “Hmm...sanggupkah aku untuk terus mencarinya?” tanyaBobby dalam hati meragukan kemampuannya. "Ya,Tuhan... apakah aku memang sanggup. Terus terang,mencarinya hingga sampai di sini saja aku sudahmerasa kelelahan. Apa lagi jika harus mencarinya disemua kota, bisa-bisa....”“Kak, apa yang kau pikirkan?” tanya adik Windamembuyarkan pikiran pemuda itu.“Tidak. Aku hanya sedang bingung saja, apakahaku akan terus mencarinya atau tidak,” jawab Bobbyterus terang."Kak, sebaiknya sekarang ikut aku yuk!” tawaradik Winda kepada Bobby.153


“Ke mana?” tanya Bobby penasaran.“Bagaimana kalau kita ngopi di warung sambilmendengarkan teman-temanku bermain musik.Mungkin dengan begitu, hati Kakak akan bisa sedikitterhibur.”Saat itu Bobby langsung membayangkan suasanaceria yang ada di warung itu, di dalam benaknya diamembayangkan kalau suasananya tentu akan lebihramai daripada di kebun singkong tempatnya biasanongkrong. “Kalau begitu, Mari!” ajak pemuda itubersemangat.Lantas kedua pemuda itu segera melangkahmenuju warung yang dimaksud. Dan setibanya disana, mereka pun langsung memesan kopi danmenikmatinya sambil mendengarkan beberapapemuda yang memainkan alat musik. Saat itu, suaratabuhan gendang yang bertalu-talu, dan juga suaragitar dan alat perkusi lainnya terdengar begituharmonis, sungguh semua itu telah menciptakansuasana yang membahagiakan. Hati Bobby punmenjadi riang kala mendengar semua itu, bahkan rasa154


sedihnya sedikit bisa terobati, hingga akhirnya dia punbisa bersenda-gurau dengan adik Winda dan jugapara pemuda yang baru dikenalnya itu.Beberapa bulan kemudian, di sebuah jalan,seorang pemuda tampak duduk termenung sambilmenyandarkan kepalanya di atas setir mobil. “YaTuhan... Ampunkanlah segala dosa-dosaku yang lalu.Berilah aku kekuatan untuk terus bisa mencarinya. YaTuhan, Engkau tentu tahu, kalau selama ini aku sudahmenelusuri beberapa kota, namun ternyata Winda takjua kutemukan. Karenanyalah aku mohon, kiranyapada kota berikutnya Engkau mau mempertemukanaku dengan gadis yang aku cintai itu,” ucap Bobbydalam hati seraya kembali teringat dengan segalakebaikan yang Winda miliki. “Ya Tuhan, aku tentuakan bahagia bila dia benar-benar bisa menjadiistriku. Sebab, dia itu akan menjadi istri yang baik, istriyang pengertian dan juga patuh kepada suami, yang155


dengannya aku akan menjadi suami yangbertanggung jawab dan merasa berkewajiban untukmembahagiakannya.”Tiba-tiba ingatan pemuda itu dibuyarkan olehkehadiran seorang ibu tua yang meminta belaskasihannya. Saat itu, Bobby pun segera mengambiluang receh yang ada di dashboard mobil danmemberikannya kepada ibu tua itu. Setelah ibu tua itupergi, Bobby tampak memikirkan rencana selanjutnya.Dan setelah berpikir agak lama, akhirnya diamemutuskan untuk segera melanjutkan perjalanannyake kota berikutnya, yaitu ke Kota Perjuangan,Surabaya.156


TujuhSetahun telah berlalu. Di stasiun kereta api TuguJogyakarta, seorang pemuda tampak duduktermenung di peron sambil memandang ke rangkaiangerbong yang sedang dibersihkan. Kini pemuda itutampak menyeka rambut kusut yang menutupisebagian wajahnya. Hingga akhirnya tampak jelaslahseluruh goresan air muka yang menggambarkankepedihannya selama ini, sungguh terlihat lusuhbagaikan kain tua yang tak terawat. Tiba-tiba wajahlusuh itu tertunduk, lantas dari kedua matanya yangtak lagi bersinar tampak mengalir air mata kesedihan.“Winda... ke mana lagi aku harus mencarimu? Sudahseluruh pelosok kota aku jelajahi, namun hingga kiniaku tak jua menemukanmu. Haruskah akumenghentikan pencarian yang sia-sia ini?” tanyaBobby dalam hati seraya kembali memandang ke arahrangkaian gerbong yang sedang dibersihkan itu.157


“Hmm... sebaiknya aku memang harus menyerah dansegera pulang ke kampung halamanku. Sebab, disanalah aku bisa menjalani kehidupanku denganpenuh makna. Biarlah aku tak bisa bersamamu,biarlah aku terus menderita di dalam kesendirianku,yang selama ini memang terasa begitu sepi, walaukini aku sedang berada di tengah hiruk-pikuknyakehidupan kota yang tak pernah tidur. Walaupundemikian, aku akan terus berusaha bertahan. Sebabaku yakin, suatu saat aku pasti akan menemukankebahagiaan lain yang direncanakan Tuhan.”Sungguh penampilan pemuda itu sangat berbedadengan penampilannya setahun yang lalu. Kini diasudah menjadi seorang gelandangan karena semuamiliknya sudah dijual selama pengembaraan. Kiniyang tertinggal hanya pakaian lusuh yang melekat ditubuhnya.“Ka-Kak, Bobby! Apa yang kau lakukan di sini?”tanya seorang wanita yang tampak begitu terkejutmelihatnya.158


Mendengar namanya dipanggil, seketika pemudaitu menoleh. “Le-Leni? Ka-kau...” ucap pemuda itutergagap sambil terus memperhatikan wajah cantik,milik seorang wanita yang dikenalnya ketika menginapdi villa dulu.“Iya, Kak. Ini aku. Se-sebenarnya apa yang telahterjadi?” tanya Leni prihatin.“A-aku mencari Winda, Len. Dan karenanya akumenjadi seperti ini. Namun, kini aku sudahmenghentikan pencarian. Sebab aku menyadari, kalaudia memang bukanlah jodohku. Ka-kau sendiri sedangapa di sini?“ Bobby balik bertanya.“A-aku berjualan nasi gudeg, Kak,” jawab Lenitersipu.“Ka-kau sudah meninggalkan pekerjaan lamamu?”tanya Bobby hampir tak mempercayainya.“Iya, kak. Masih ingatkah ketika kau memberikanuang Rp. 2.000.000 kepadaku?”“Ya, aku memberikan uang itu sebagai ucapanterima kasihku karena kau sudah mau menjadi tempatcurahan hatiku,” jawab Bobby.159


“Nah, dengan uang itulah akhirnya akumemutuskan untuk pulang kampung dan membukausaha nasi gudeg ini. Saat itu aku menyadari kalaukau telah memberikan peluang padaku untuk kembalike jalan yang lurus, dan dengan uang halal yang kauberikan itu, akhirnya aku memutuskan untuk menjalanikehidupan baru, yaitu hidup dengan nafkah halal yangdiridhai Tuhan. Saat itu aku betul-betul yakin, jika akumemang mau berusaha keras aku pasti bisa bertahanhidup walaupun dengan penghasilan yang kecil.”“Syukurlah, Len. Sungguh aku sangat bersyukurkarena ternyata doaku sudah dikabulkan-Nya,” kataBobby gembira. “Len...” lanjutnya lagi seraya menatapmata wanita itu dalam-dalam.“Iya, Kak. Ada apa?”“Ma-maukah kau menikah denganku?”“Me-menikah...!” ucap Leni terkejut.“Iya, Len. Dengan begitu, aku bisa membantumuberjualan nasi gudeg itu. Atau kalau perlu kita pergi keJakarta dan membuka usaha di sana. Len... apakahkau bersedia?”160


Leni tidak segera menjawab, dia malahmeneteskan air matanya. Lalu dengan air mata yangmasih terus berlinang, gadis itu menatap mata Bobbydalam-dalam. Dipandangnya kedua bola matapemuda itu dengan penuh penyesalan. “Kak, maafkanaku! Belum lama aku sudah menikah dengan seorangpemuda baik-baik yang mau menerimaku apaadanya.”“Be-benarkah itu?” tanya Bobby hampir takmempercayainya.Leni mengangguk, “Terima kasih atas niat baikmuitu, Kak. Namun sekali lagi aku minta maaf karena takmungkin bisa menerimanya.”“Tidak apa-apa, Len. Aku bahagia kalau ternyatakau sudah mempunyai suami yang baik. Akumenyadari, kalau kau memang bukanlah jodohku. Kauhanyalah gadis yang sengaja dipertemukan olehTuhan untuk menjadi bagian dari upayaku dalammeningkatkan nilai keikhlasan dan juga kesabaranku.Rupanya inilah yang dimaksud oleh sahabatku Randy,kalau setiap episode yang aku jalani adalah untuk161


membuatku menjadi lebih dewasa dan lebihbijaksana. Jika aku ikhlas dan sabar dalammenjalaninya, maka Insya Allah aku akan menjadilebih baik. Kini aku bukan hanya tahu, namun jugabisa memahaminya,” ungkap Bobby yang tampaknyasudah mulai memahami akan hikmah tersembunyiyang ada pada setiap episode. Namun sebetulnyabukan itu saja hikmah yang bisa ia dipetik, melainkanada hikmah lain yang belum dia sadari, yaitu bahwa iatelah dilindungi untuk tidak menikahi gadis pezinalantaran ketidaktahuannya. “O ya, Len. Terima kasihkarena kau sudah menjadi bagian terpenting di dalamkehidupanku. Aku doakan, semoga keluargamu bisamenjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah.Amin…”“Terima kasih, Kak. Aku doakan juga semogaKakak segera bertemu dengan belahan jiwa Kakak.Amin…. O ya, Kak. Ngomong-ngomong apa rencanaKakak selanjutnya? Apakah Kakak akan menetap disini?”162


“Tidak, Len. Aku akan kembali ke Jakarta. Sebab,di sanalah aku telah dilahirkan dan dibesarkan. Dan disana pulalah aku berharap akan meninggal dandimakamkan. Namun, sebelum aku menemui ajal,aku akan berjuang dan ikut berpartisipasi semampukudalam membangun kampung halaman tercintaku.”“Kalau begitu, aku doakan semoga Kakak tiba disana dengan selamat. Dan aku juga mendoakansemoga apa yang selama ini Kakak cita-citakandikabulkan oleh Tuhan Yang Maha Pengasih lagiMaha Penyayang. Amin…”“Amin… Terima kasih, Len. Kalau begitu,sebaiknya aku pergi sekarang.”“Iya, Kak. Hati-hati di jalan!”Setelah melempar sebuah senyum, lantas dengansegera Bobby mengejar sebuah kereta barang yangbaru saja bergerak meninggalkan stasiun. Dan taklama kemudian, dia sudah naik di atas sambungangerbong sambil melambaikan tangannya kepada Leni.Pada saat itu, perempuan yang bernama Leni itucuma bisa terpaku seraya membatin, ”Kakak...163


kenapa kau tak bilang kalau kau tak punya ongkos?Andai kutahu, aku pasti akan memberikannya dengansuka rela.”Sementara itu di atas kereta api, Bobby tampaksudah duduk di ruang sempit yang ada di dekatsambungan gerbong. Saat itu dia tampak berbincangbincangdengan seorang pengamen yang juga mau keJakarta. Keduanya tampak begitu akrab karenamenjadi teman seperjalanan, sebuah perjalananpanjang yang pastinya akan sangat melelahkan.Benar saja, setelah menempuh perjalanan beberapapuluh kilometer, kedua pemuda itu tampak mulaikelelahan. Maklumlah, memang lelah sekali rasanyaberjam-jam duduk di tempat yang tidak nyamanseperti itu, apa lagi ketika hari sudah semakin larut,dimana hawa dingin dan rasa lelah membuat rasakantuknya hampir tak tertahankan.“Kau jangan tidur, Bob!” larang Manto, teman baruBobby yang pengamen itu.“Aku tak kuat lagi, To.”164


“Jika kau tertidur, kau bisa jatuh, Bob. Kalaubegitu, pakai tali gantungan gitarku ini! Jika kautertidur, kau akan sedikit lebih aman.”Lantas, Bobby pun segera mengikat dirinyadengan menggunakan tali gantungan gitar itu. Benarsaja, ketika Bobby tertidur, tali itu bisa menahannyaagar tidak terjatuh.“Bob, bangun!” seru Manto tiba-tiba sambilmenepuk pundak pemuda itu. Seketika Bobby terjagadan berusaha memperbaiki posisi duduknya. “MaafTo! Aku telah tertidur.”“Berusahalah untuk tetap terjaga, Bob!”“Iya, To. Aku akan berusaha, sebab tadi kantukkumemang sudah tak tertahankan. Tapi sekarang,sepertinya sudah agak berkurang.”Agar rasa kantuk tak kembali menyerang,akhirnya kedua pemuda itu memutuskan berbincangbincangmenceritakan pengalaman hidup masingmasing.Benar saja, setelah saling berbagipengalaman hidup, mereka pun sudah tak mengantuklagi.165


“Bob, bersiap-siaplah menjadi tuli!” kata Mantomemperingati.“A-apa, tuli…?”“Ya, sepertinya kereta ini mulai memasukiterowongan. Dengarlah suara bising di depan kita itu!”“Kau benar, To. Sepertinya kereta ini memangmemasuki terowongan.”“Kalau begitu, bersiaplah untuk menerimakebisingan yang menyiksa!”Benar saja, ketika gerbong yang mereka tumpangimemasuki terowongan, suara bising pun terdengarbegitu memekakkan telinga. Saat itu Bobby inginsekali menutup telinganya, namun dia tidak bisa,sebab sebelah tangannya sudah digunakan untukmembantu memegang gitar Manto, dan yang satunyalagi digunakan untuk berpegangan agar tak jatuh. Laludengan terpaksa, pemuda itu terus mendengarkanbunyi bising yang menyiksa itu, hingga akhirnya keretasudah kembali keluar terowongan.166


“Apa?” tanya Bobby tak mendengar ucapantemannya yang kini sedang berbicara padanya.“Gawat, aku jadi tuli,” kata Bobby dalam hati.“Bob!” seru Manto.“Apa, To?” tanya Bobby refleks seraya menyadarisesuatu. “A-aku bisa mendengar,” ungkap pemuda itusenang ketika menyadari kalau ia bisa mendengarucapan Manto barusan. “To, tadi aku pikir aku akantuli selamanya. Tapi untunglah kini aku sudah bisamendengar,” kata pemuda itu senang bukankepalang.“Itu namanya kau masih beruntung, Bob. Sebab,jika tidak kau tentu tuli selamanya.”Dalam hati, Bobby merasa kapok untukmenumpang kereta dengan cara seperti itu karenamemang sangat berbahaya. Kalau saja dia tahu akanseperti itu, tentu ia akan mengesampingkan rasa tidakenaknya terhadap Leni, yang karena rasa sayangnyatidak mau membebani gadis itu dengan meminta hasilusahanya yang tak seberapa sebagai ongkos pulang.Tapi, semua sudah terlambat. Akibat rasa tidak enak167


itu, maka nyawa dan pendengarannya pun menjaditaruhan.Pagi harinya, sinar mentari yang keemasantampak mulai menerangi stasiun Jakarta Gudang.Pada saat itu, Bobby dan Manto terlihat menurunigerbong dan melangkah menuju ke tempat truk-trukbesar sedang diparkir. “Hati-hati, Bob!” pesan Mantoseraya menjabat tangan pemuda itu dengan erat.“Terima Kasih, To. Sampai berjumpa lagi,” pamitBobby seraya naik ke atas truk yang kebetulanmemang satu tujuan dengannya.Setelah menempuh perjalanan yang lumayanjauh, akhirnya Bobby sampai juga di perkampungantempat tinggalnya. Dan setibanya di rumah, dialangsung terkapar di tempat tidurnya yang berdebu.Lama pemuda itu tertidur karena kelelahan yangteramat sangat.168


Esok harinya, Bobby sudah lupa dengan tekadnyauntuk menjalani kehidupan dengan penuh makna. Kinidia justru sedang meratapi nasibnya yang dirasakantidak adil. Sungguh perkataan yang mengatakan kalauia sudah memahami mengenai arti ikhlas dankesabaran hanyalah berupa isapan jembol belaka. “Initidak mungkin, Tuhan sudah terlalu berat memberikanujian kepadaku. Padahal selama ini aku sudahberusaha keras, namun entah kenapa semuausahaku itu sia-sia. Kalau terus begini aku tidaksanggup lagi. Padahal, selama ini aku sudahberusaha baik, namun tampaknya Tuhan masih jugatidak peduli, sungguh Dia tidak adil dan tak sayangpadaku. Sebaiknya aku mati saja, sebab percuma akuhidup jika terus seperti ini. Persetan dengankehidupan nanti, biarlah Tuhan yang menentukanmenurut kebijaksanaannya. Selamat tinggal Dunia,selamat tinggal penjara yang menyesakkan.”Ketika Bobby hendak menenggak obat seranggayang ada digenggamannya, tiba-tiba ia kembaliteringat dengan ayat yang sudah sangat dihafalnya,169


ahwa Tuhan tidak akan memberikan ujian yangmelebihi kesanggupan hamba-Nya. “Hmm… apabenar aku masih sanggup sehingga Tuhan masihterus memberikan ujian yang berat ini,” pikir Bobbyseraya meletakkan obat serangga yang dipegangnya.“Ya, Tuhan… ampunkanlah apa yang sudahkuniatkan tadi. Sesungguhnya Engkau masih pedulidan sayang padaku, sehingga disaat aku hampirputus asa. Kau pun segera mengingatkanku akanfirman-Mu. Sungguh kau Tuhan yang Maha Pengasihlagi Maha Penyayang. Andai Kau tidak bertindakdemikian, tentu aku akan terus berada di dalamkesesatan.”Karena tak ingin setan kembali memperdayainyalagi, akhirnya Bobby memutuskan untuk pergiberjalan-jalan agar pikiran yang semula kusut bisamenjadi segar kembali, sehingga dengan demikian diabisa berpikir lebih jernih dan bisa mengambil putusandengan tepat. Begitulah pasang surut keimananmanusia yang terkadang turun dengan sangat drastis,sehingga dia tidak lagi bisa berpikir panjang.170


Untunglah Tuhan masih mencintainya dengan caramemberikan petunjuk, sehingga ia tidak terusterjerumus. Sungguh ini bukan perkara yang mudah,sebab manusia yang mengerti agama saja masih bisaseperti itu, apalagi yang tidak, tentu ia akan mudahuntuk diperdaya oleh bisikan setan yangmenyesatkan.Kini pemuda itu berniat pergi ke telaga, sebuahtempat yang menurutnya cukup indah dan bisamenyegarkan pikirannya. Dan setelah menempuhperjalanan yang lumayan menyita waktu, akhirnyapemuda itu sampai juga di tepian telaga. Kini pemudaitu sedang duduk memperhatikan keindahanpemandangannya yang cukup menentramkan jiwa.Dengan khusuk dia memperhatikan pohon-pohonyang menghijau, dan juga riak gelombang air telagayang tenang. Hijaunya ganggang dan kejernihan airtelaga itu betul-betul membuat hatinya merasa sejuk.Bukan itu saja, dia pun begitu terhibur dengankehadiran capung-capung yang dilihatnya bakpesawat canggih, bermanufer memamerkan171


kemampuan terbangnya. Saat itu Bobby begitu takjubdengan serangga yang satu itu, bahwa sesungguhnyatubuh serangga kecil itu memang memiliki disain yanglebih unggul dari rancangan manusia. Dan teknologipenerbangan capung yang disain sayapnya tampakbegitu canggih itu telah mengemukakan suatu faktabahwa ciptaan Allah itu sangatlah sempurna.“Kau kagum?“ kata seorang gadis tiba-tiba.Mendengar itu, Bobby segera menoleh,memperhatikan seorang gadis bercadar yang kinisedang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk. “Sisiapakau…?” kata pemuda itu tergagap.“O ya, kenalkan. Namaku <strong>Bintang</strong>.”“Eng… A-aku, Bobby. O ya, kalau boleh kutahu,sedang apa kau di tempat seperti ini?”“Sama sepertimu… memikirkan setiap ciptaanTuhan,” jawab gadis bercadar itu.Bobby tampak mengerutkan keningnya. “Ya…entah kenapa kini aku baru menyadari, bahwasesungguhnya masih banyak hal penting yang bisa172


kupikirkan selain memikirkan gadis yang takmempedulikan aku,” ucap Bobby terus terang.“Hmm… Itu tandanya Tuhan masihmenyayangimu, yaitu dengan membuka mata hatimuagar bisa lebih mengenal-Nya, yaitu melalui berbagaiciptaan-Nya. Sesungguhnya ayat-ayat Al-Quran punmenyatakan bahwa tujuan diwahyukannya Al-Quranadalah untuk mengajak manusia berpikir danmerenung.Dalam surat Ibrahim ayat 52 Allah menyatakan:(Al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagimanusia, dan supaya mereka mengetahuibahwasannya Dia adalah Illah Yang Maha Esa danagar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.Yaitu Allah mengajak manusia untuk tidakmengikuti secara buta kepada kepercayaan dannorma-norma yang diajarkan masyarakat. Akan tetapimemikirkannya dengan terlebih dahulumenghilangkan segala prasangka, hal-hal yang tabudan yang mengikat pikiran mereka.173


Manusia harus memikirkan bagaimana ia menjadiada, apa tujuan hidupnya, mengapa ia suatu saatakan mati dan apa yang terjadi setelah kematiannya.Ia hendaknya bertanya mengenai bagaimana dirinyadan seluruh alam semesta menjadi ada danbagaimana keduanya terus-menerus ada. Ketikamelakukan hal ini, ia harus membebaskan dirinya darisegala ikatan dan prasangka.Dengan berpikir menggunakan akal dan nuraniyang terbebaskan dari segala ikatan sosial, ideologisdan psikologis, seseorang pada akhirnya akanmerasakan bahwa seluruh alam semesta termasukdirinya telah diciptakan oleh sebuah kekuatan YangMaha Tinggi. Bahkan ketika ia mengamati tubuhnyasendiri atau segala sesuatu di alam ia akan melihatadanya keserasian, perencanaan dan kebijaksanaandalam perancangannya.Al-Quran memberikan petunjuk kepada manusiadalam masalah ini. Dalam Al-Quran Allahmemberitahu kepada kita apa yang hendaknya kitarenungkan dan amati. Dengan cara perenungan yang174


diajarkan dalam Al-Quran, seseorang yang memilikikeimanan kepada Allah akan merasakan secara lebihbaik kesempurnaan, hikmah abadi, <strong>ilmu</strong> dankekuasaan Allah dalam ciptaan-Nya. Ketika orangyang beriman mulai berpikir menurut cara yangdiajarkan Al-Quran, ia segera menyadari bahwakeseluruhan alam semesta adalah sebuah isyaratkarya seni dan kekuasaan Allah, dan bahwa "alamsemesta adalah sebuah hasil kreasi seni, dan bukanpencipta kreasi seni itu sendiri." Setiap karya senimemperlihatkan keahlian yang khas dan unik sertamenunjukkan pesan-pesan dari sang pembuatnya.Dalam Al-Quran, manusia diseru untuk merenungiberbagai kejadian dan benda-benda alam yangdengan jelas menunjukkan kepada keberadaan danke-Esaan Allah beserta Sifat-sifat-Nya. Di dalam Al-Quran segala sesuatu yang menunjukkan kepadasuatu kesaksian (adanya sesuatu yang lain) disebutsebagai "ayat-ayat", yang berarti "bukti yang telahteruji (kebenarannya), pengetahuan mutlak danpernyataan kebenaran." Jadi ayat-ayat Allah terdiri175


atas segala sesuatu di alam semesta yangmemperlihatkan dan mengkomunikasikan keberadaandan sifat-sifat Allah. Mereka yang dapat mengamatidan senantiasa ingat akan hal ini akan memahamibahwa seluruh jagad raya hanya tersusun atas ayatayatAllah.Sungguh, adalah kewajiban bagi manusia untukdapat melihat ayat-ayat Allah…Dengan demikianorang tersebut akan mengenal Sang Pencipta yangmenciptakannya, dan akan menjadi lebih dekatkepada-Nya, serta mampu menemukan artikehidupannya, dan akhirnya menjadi orang yangberuntung (dunia dan akhirat).Itulah hal penting yang Allah sampaikan kepadakudengan perantara manusia yang bernama pena HarunYahya, seorang penulis yang karya-karyanyamengajak kepada kebaikan.”Setelah mendengar penuturan <strong>Bintang</strong>, Bobby punlangsung merenung dan merenung. Betapa saat itudia merasakan seolah mendapat cahaya bintang dimalam yang kelam. “Kini aku menyadari kenapa176


hidupku selama ini terasa hampa dan tidak berartiapa-apa, walaupun selama ini aku sudah mencobauntuk mengisinya dengan hal-hal yang sekiranyabermanfaat. Ternyata aku telah salah menilai, karenabukan itulah tujuan hidup yang sesungguhnya. YaTuhan.... lagi-lagi Aku telah melupakan-Mu. Selamaini aku terlalu sibuk dengan urusan dunia, dan sangatsedikit waktu yang aku berikan untuk bermunajadkepada-Mu. Selama ini aku telah menyia-nyiakanhidupku dengan jarang beribadah kepada-Mu. Selamaini kehidupanku selalu kuisi dengan hal-hal yangkuanggap bermanfaat, tapi nyatanya aku salah duga.Ternyata hal itu tidaklah membawa manfaat kepadaorang-orang di sekitarku. Kerja kerasku selama initidaklah membawa manfaat apa-apa. Aku baru sadar,kalau produktif itu adalah untuk orang lain, bukanuntuk diriku semata. Selama ini aku memang terlaluegois sampai-sampai melupakan orang-orang disekitarku. Aku terlalu asyik dengan pekerjaan yangaku anggap bermanfaat itu. Dan aku terlenadengannya hingga tidak sadar kalau aku hidup177


tidaklah sendirian. Untunglah Engkau masih sayangkepadaku sehingga Engkau mau memberi rahmat danhidayah-Mu kepadaku. Rupanya inilah hikmah yangbisa kupetik dari pertemuanku dengan Leni, bahwauangku bisa menjadi sangat berguna untukkehidupannya.”“Kak Bobby, apa yang kau pikirkan?” tanya<strong>Bintang</strong> membuyarkan renungan pemuda itu.Bobby tersentak seraya memandang kepadagadis yang dianggapnya sudah berjasa itu, yaitu telahmenyampaikan suatu nilai kebenaran kepadanya.“Terima kasih, <strong>Bintang</strong>… kau adalah gadis yang baikdan peduli kepada manusia sepertiku,” ucapnya tulus.“Kau bicara apa, Kak? Bukankah setiap manusiaitu memang berkewajiban untuk menyampaikan nilaikebenaran.”“Kau benar, <strong>Bintang</strong>… namun, jika tanpakeikhlasan, kerendahan hati dan rasa kepedulianmu,apakah kebenaran itu bisa sampai kepadaku?“<strong>Bintang</strong> segera mengalihkan pandangannya kearah telaga, “Sesungguhnya Allah-lah yang telah178


membuatku menjadi demikian. Dan karena izin-Nyapulalah kebenaran itu bisa sampai kepadamu,”katanya kemudian.179


DelapanDi siang yang cerah, ketika Bobby hendak pergike telaga untuk menjumpai <strong>Bintang</strong>. Tiba-tibapemuda itu dikejutkan oleh kehadiran seorang gadisyang selama ini dicarinya. “Win! Winda!” teriakpemuda itu seraya berlari menghampiri. “Win.Tunggu, Win!” tahan pemuda itu ketika mengetahuigadis itu akan menaiki sebuah angkot.Mendengar namanya dipanggil, Winda pun segeramenoleh. “Ka-Kak Bobby…,” ucap gadis itu terkejutseraya memperhatikan Bobby yang kini sudah berdiridihadapannya.“Win… ke mana saja kau selama ini? Ketahuilah,kalau selama ini aku sudah mencarimu ke manamana.Win, terus terang aku sangat mencintaimu.Dan aku ingin menikah denganmu.”180


“Kak...” kata gadis itu menggantung kalimatnya,saat itu dia tampak begitu berat untuk mengatakan halsebenarnya. “I-itu tidak mungkin, Kak. Se-sebab…”“Sebab apa, Win. Katakanlah!”“Sebab… kini aku sudah menikah.”“A-apa??? Ka-kau sudah menikah?” tanya Bobbyhampir tak mempercayainya.“Betul, Kak. Bukankah saat itu aku pernahmengatakan padamu, kalau aku terpaksa menolakcintamu dan meninggalkanmu karena sebab akusudah mempunyai kekasih. Dan kekasihku itulah yangkini menjadi suamiku.”Mendapat jawaban itu, hati Bobby pun langsunghancur berkeping-keping. Sungguh kini dia sudahtidak mempunyai harapan lagi untuk bisa bersandingdengan gadis yang begitu dicintainya.“Maaf kan aku, Kak! Andai saat itu kau tidakmemberi kesempatan padaku untuk mencintainya,tentu tidak demikian jadinya.”“Iya aku tahu. Itu memang salahku. Saat itu akumemang lebih menuruti ego ketimbang hati nuraniku181


sendiri. Bahkan setelah kau memberitahukan perihalkekasihmu itu, aku pun hanya diam saja. Saat itu akumemang betul-betul bodoh. Andai saat itu aku sudahtahu <strong>ilmu</strong>nya, tentu aku akan segera melamarmu.Bukankah saat itu pemuda itu belum menikahimu, jadiaku tentu masih mempunyai kesempatan.”“Itu juga tidak mungkin, Kak.”“Ke-kenapa tidak mungkin?”“Se-sebab, yang menjadi pacarku adalahsahabatmu sendiri, Randy. Malah saat itu kami sudahbertunangan. Sebetulnya saat itu Randy ingin segeramenikahiku, namun karena dia tahu ternyata kausangat mencintaiku, akhirnya dia menundanya hinggakau menikah lebih dulu.”“Ra-Randy???” ucap pemuda itu terkejut bukankepalang. “Pantas selama ini dia tidak pernah ceritatentang pacarnya, dan dia malah berupayamenjodohkanku dengan Nuraini agar bisamelupakanmu,” kata pemuda itu melanjutkan.Saat itu Bobby merasa iri dan begitu cemburuterhadap sahabatnya, namun di sisi lain dia bahagia182


karena ternyata gadis yang dicintainya itumendapatkan seorang suami yang tampan dan baikhati, dialah Randy, sahabatnya sendiri, yang manaselama ini diduga telah mengkhianatinya. Kini pupussudah harapannya, dan dia gagal mendapatkan gadissebaik Winda, Gadis dengan inner beauty yang telahmembuatnya jatuh cinta.“Hmm... kini aku mengerti kenapa setelahperistiwa sandiwara lamaran itu Randy menghilangbak ditelan bumi, mungkin dia sudah buntu untukmengalihkan pikiranku dari gadis yang ternyata telahmenjadi belahan jiwanya. Jadi, selama ini aku sudahterlalu berharap untuk mendapatkan gadis yang begitudicintai oleh sahabatku sendiri. Ah, sudahlah…semuanya sudah terjadi dan tak mungkin bisaterulang lagi,” kata Bobby dalam hati mencoba untukmengikhlaskannya.Tak lama kemudian, pemuda itu pun kembaliberbicara dengan Winda, “Win… aku senang kalauternyata kau sudah menikah dengan sahabatku. Danaku doakan semoga kalian bisa terus berbahagia,183


menjadi keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah.Eng… sudah saatnya kini aku mohon diri. Sebab,masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan,”pamitnya kepada Winda. Namun, ketika Bobby barumelangkah beberapa meter, tiba-tiba.“Kak, tunggu!” tahan Winda seraya menghampiripemuda itu.Seketika Bobby menghentikan langkahnya,kemudian berpaling memandang gadis yang kinisudah berdiri dihadapannya. “Ada apa, Win?” tanyapemuda itu heran.“Kak, apakah kau mau kukenalkan denganseorang gadis yang menurutku begitu baik? Saat ini,dia pun sedang mencari seorang suami. Kebetulanhari ini dia mau main ke rumahku, dan kau bisasegera berkenalan dengannya.”“Eng, ti-tidak Win... Terima kasih,” tolak Bobbytidak mempercayai kalau ada gadis yang lebih baikdari gadis pujaannya itu.184


“Ayolah, Kak! Aku mohon! Kau pasti tidak akanmenyesal, dia itu cantik dan juga seorang gadis yangtaat beribadah.”“Kenapa kau begitu yakin kalau aku tidak akanmenyesal. Lagi pula, belum tentu dia mau padaku.”“Dia pasti mau. Sebab, aku sudah begitumengenalnya. Andai pun kau tidak suka, kau bolehmenjadikannya hanya sebagai teman”“Hmm... baiklah. Aku rasa jika hanya berkenalantentu tidak apa-apa.”Lantas mereka pun segera menuju ke rumahWinda. Setibanya di sana, Bobby tampak terkejutkarena di muka rumah tampak seorang gadisbercadar yang sedang duduk menunggu.Penampilannya sama persis dengan gadis yangsudah dikenalnya. “Bi-<strong>Bintang</strong>, benarkah kau itu<strong>Bintang</strong>?” tanya Bobby seakan tidak mempercayainya.Kini Bobby, Winda, dan gadis bercadar itu sudahsaling berhadapan. Saat itu Winda langsung memelukdan mencium kedua pipinya. “Duhai sahabatku!185


Maafkan aku karena sudah membuatmu lamamenunggu,” ucap Winda kepada gadis bercadar itu.“Tidak apa-apa, duhai sahabatku? Aku juga barutiba kok.”“O ya, kenalkan ini temanku.”“Hai, Kak Bobby!” sapa Gadis bercadar itu tibatiba.Mendengar itu Bobby langsung yakin kalau diaadalah <strong>Bintang</strong>. “Bi-bintang… Ternyata kau memang<strong>Bintang</strong>. Aku betul-betul tidak menyangka kalau kauadalah sahabat Winda…?”“Betul, Kak. Aku dan Winda sudah bersahabatlama.”“Wah, ternyata kalian sudah saling mengenalrupanya,” komentar Winda tiba-tiba.“Betul, Win. Aku bertemu dengannya di tepi telagaketika aku sedang merenung.”“Kalau begitu, berbincang-bincanglah kalian! Akumau membuat minum dulu.”Sepeninggal Winda, kedua muda-mudi itu tampakberbincang-bincang dengan akrabnya. Tak lama186


kemudian, Winda sudah kembali dengan membawamakanan dan minuman. “Ini silakan dinikmatimakanan dan minuman ala kadarnya!” tawar Windakepada kedua tamunya.“O ya, Win. Ngomong-ngomong, Randy kemana?” tanya Bobby kangen.“Dia sedang keluar kota. Katanya sih, lusa akankembali.”“O ya, Win. Bisakah kau merahasiakan pertemuankita ini, jangan sampai Randy mengetahuinya.”“Untuk apa, Kak?” tanya Winda heran.“Jika aku bertemu dengannya, aku maubersandiwara bahwa aku masih mencintaimu. Terusterang, aku ingin memberi pelajaran padanya, yaitudengan membalas semua sandiwaranya yang telahmemainkan perasan orang itu.”“Tapi, Kak…”“Please, Win…! Hanya itu permintaanku padamu.”“Hmm… baiklah. Tapi ingat, jangan kau terlalulama memainkan perasaannya.”“Tidak akan. Percayalah padaku!”187


<strong>Bintang</strong> yang sejak tadi terdiam, kini mulai ikutbicara. “O ya, Kak. Ngomong-ngomong apa kausudah melamar kerja kembali?”“Belum, <strong>Bintang</strong>. Hingga saat masih belumsempat memikirkannya.”“Emm… memangnya apa yang masih kaupikirkan?”“Banyak… banyak sekali. Sebelum bertemudenganmu aku hanya memikirkan soal pendamping.Namun sekarang, setelah perbincangan kita tempohari di tepian telaga. Entah kenapa pikiranku jadisemakin bertambah kusut.”“Lho… kenapa bisa begitu?”“Ya, soalnya banyak sekali yang ingin akulakukan. Namun, aku tidak tahu harus memulainyadari mana.”“Kak, sebaiknya kau cari kerja dulu. Setelah itubaru kau melakukan segala keinginanmu yang lain,dan keinginan itu haruslah yang sesuai dengankapasitasmu.”188


“<strong>Bintang</strong> benar, Kak. Jika kau belum bekerjabagaimana kau bisa mewujudkan segala keinginanmuitu,” timpal Winda.“Kalian benar. Sebab tidak mungkin akumewujudkan semua itu hanya dengan mengandalkanuang pinjaman dari teman-temanku. Kalau begitu,besok aku akan mencoba melamar kembali dikantorku yang dulu, dan mudah-mudahan sajamantan bosku mau menerimaku kembali.”“Baguslah kalau begitu, aku doakan semoga kaukembali diterima,” kata <strong>Bintang</strong> senang.“Aku juga akan mendoakanmu, Kak,” timpalWinda juga ikut merasa senang.“Terima kasih, <strong>Bintang</strong>, Winda. Kalian memangwanita yang baik.”Ketiga anak manusia itu terus berbincangbincang,hingga akhirnya Bobby dan <strong>Bintang</strong> pamitmohon diri. Saat itu, Bobby yang ingin sekalimengantar <strong>Bintang</strong> sampai ke rumah, namun dialangsung ditolak mentah-mentah. Sebab, <strong>Bintang</strong>khawatir tetangganya akan berpikiran macam-macam189


jika sampai melihatnya berjalan berdua dengan Bobbyyang bukan muhrimnya. Karena alasan itulah,akhirnya Bobby mau mengerti.Esok harinya, sepulang dari melamar pekerjaan,Bobby langsung menuju ke telaga. Saat itu dia sangatberharap bisa bertemu dengan <strong>Bintang</strong> dan dapatsegera mencurahkan isi hatinya. Namun sungguhdisayangkan, ketika Bobby berada di tempat itu dia takmenjumpai <strong>Bintang</strong>. Lantas dengan kecewa pemudaitu duduk di bawah sebuah pohon yang rindang,memperhatikan seorang pemuda tua yang sedangmengendarai rakit bambu. Saat itu Bobby sempatmembayangkan dia dan <strong>Bintang</strong> sedang berada diatas rakit itu, mengarungi indahnya telaga bersamasamasambil memikirkan berbagai ciptaan Tuhanyang ada sekitar mereka.“Kak Bobby!” seru seorang gadis tiba-tiba.190


“Bi-bintang!” seru Bobby senang bukan kepalangketika mengetahui gadis yang memanggilnya adalah<strong>Bintang</strong>. Lantas dengan segera pemuda itu berdirimenghampirinya.“Apa kabar, Kak?” sapa gadis itu.“Baik,” jawab Bobby singkat. “O ya, ini…” kataBobby seraya menyerahkan seikat bunga kepadagadis itu.<strong>Bintang</strong> pun segera menanggapi bunga putihtanda persahabatan itu seraya menciumnya dalamdalam.“Terima kasih, Kak. Kau baik sekali,” ucapnyakemudian.“O ya, bunga itu juga sebagai ucapan terimakasihku atas doamu. Kini aku sudah diterima kembalidi kantorku yang dulu. Malah bosku sangat senangaku mau kembali.”“Benarkah yang kau katakan itu, Kak? Kalaubegitu, aku ucapkan selamat,” ucap <strong>Bintang</strong> gembira.“Terima kasih, <strong>Bintang</strong>. O ya, tunggu sebentar ya!”pinta Bobby seraya menghampiri pengendara rakityang kini dilihatnya sedang menepi. Dan tak lama191


kemudian pemuda itu sudah kembali. “<strong>Bintang</strong>,maukah ikut denganku mengarungi telaga ini denganrakit itu!” pinta Bobby kemudian.“Aku takut, Kak!” kata <strong>Bintang</strong> sungguh-sungguh.“Kau tidak perlu takut, <strong>Bintang</strong>. Rakit itu amankok, percayalah!”“Tapi, Kak.”“Ayolah, <strong>Bintang</strong>. Sekali ini saja.”“Eng, baiklah. Tapi hati-hati ya.”“Beres…”Lantas kedua muda-mudi itu segera menaiki rakitdan melaju mengarungi air telaga yang tenang. Kinimereka sudah berada di tengah telaga sambilmenikmati pemandangan yang kali ini tampakberbeda dari yang mereka lihat sebelumnya.“Kak… pasti asyik ya jika memancing di tengahtelaga seperti ini.”“Memancing? Ka-kau suka memancing?” tanyaBobby hampir tak mempercayainya.192


“Eng, ma-maksudku bukan aku, ta-tapi kaulahyang memancing. Sebab, aku senang melihat orangmemancing.”“O, aku kira kau yang suka memancing.”“Kak… memangnya ada gadis yang sukamemancing?”“Ada. Salah satunya adalah gadis yang sudahmengecewakan aku, dia itu gadis tak bermoral yangbegitu kubenci.”“Hmm… memangnya apa yang sudahdilakukannya sehingga kau sampai begitumembencinya?”“Ceritanya begini. Waktu itu…” tiba-tiba Bobbymenghentikan kata-katanya.“Wa-waktu itu kenapa, Kak?” tanya <strong>Bintang</strong>penasaran.“Maaf, <strong>Bintang</strong>! Aku tidak bisa menceritakannyapadamu. Ingatlah, bukankah menceritakan aib orangitu tidak baik.”193


“Kau betul, Kak. Menceritakan aib orang itu samajuga dengan membuka aib kita sendiri. Maafkan akuyang hampir saja membuatmu berbuat demikian!”“Tidak apa-apa, <strong>Bintang</strong>. Aku maklum, kitasebagai manusia terkadang memang suka lupa.Karena itulah, kenapa aku suka berteman denganmu.Sebab, kau gadis yang bijaksana. Selain kau sukamengingatkan aku, kau juga mau menerima apa yangaku ingatkan kepadamu.”“Itu karena aku menyadari kalau sesama saudaraseiman memanglah harus saling mengingatkan.”“<strong>Bintang</strong>… coba kau lihat itu!”Pandangan <strong>Bintang</strong> pun segera tertuju kepadasesuatu yang diberitahukan Bobby. “Hmm… Elang. Ituburung elang, Kak. Wah, aku betul-betul heran,kenapa burung itu bisa ada di wilayah ini ya?”“Iya, itu memang burung elang. Namun yangmenarik perhatianku bukanlah keberadaannya ditempat ini, sebab burung elang itu adalah burungpeliharaan yang tadi kulihat dilepaskan olehpemiliknya dari tepian telaga, tapi yang menarik194


perhatianku adalah untuk apa dia berputar-putar diatas telaga seperti itu?”“Paling dia sedang mencari makan, Kak.” Jelas<strong>Bintang</strong>.“Mencari makan kok hanya berputar-putar diudara seperti?”“Dia itu sedang mencari target, Kak.”“Target?”“Ya, targetnya adalah ikan di telaga ini. Kalau kaumau tahu, sebenarnya penglihatan elang itu sangattajam. Dia bisa melihat mangsanya dari tempatsetinggi itu, dan kecepatan menukiknya pun sangattinggi. Kecepatan seekor elang emas menukik hampirsama dengan kecepatan pesawat jet tempur ketikamendarat yaitu 240-320 km/jam.”“Hebat, bagaimana mungkin dia bisamempertahankan posisinya dalam kecepatan sepertiitu?”“Kak, burung itu bukan hanya bisa menjagaposisinya, namun juga bisa menangkap mangsanya195


dengan akurat dan tepat waktu. Lihatlah dia mulaimenukik!”Kedua muda-mudi itu tampak terpana dengan apayang dilakukan oleh burung elang itu. Burung elang itumenukik dengan cepat, dan dengan cakarnya yangtajam dia berhasil mencengkram seekor ikan yangcukup besar.Bobby tampak geleng-geleng kepala, “Sungguhluar biasa, pengaturan waktu, jarak, dan jugakecepatan yang sangat mengagumkan. Aku sajaketika memainkan simulator pesawat tempur sangatkesulitan ketika harus mendaratkan pesawat di ataslandasan kapal induk yang terus bergerak. Padahal,saat itu aku sudah dibantu dengan berbagai peralatannavigasi. Coba kau pikirkan, seekor ikan yang maumengambil udara kan cepat sekali. Bagaimana diabisa begitu akurat mengukur jarak dirinya denganjarak ikan itu tanpa bantuan alat apa pun, apalagi diabegitu mudahnya mengontrol kecepatannya yangbegitu tinggi.”196


“Itulah kuasa Tuhan, Bob. Yang mana telahmenciptakannya sedemikian rupa. Sebenarnyaburung itu sudah dilengkapi dengan berbagaiperalatan super canggih ciptaan Tuhan,” jelas <strong>Bintang</strong>yang begitu mengagumi Sang Pencipta.Begitulah yang selama ini dilakukan oleh mudamudiitu jika mereka bertemu, keduanya selalumemperbincangkan ciptaan Tuhan yang tampak luarbiasa. Terkadang, Bobby pun suka heran dengansikap <strong>Bintang</strong> yang selalu mau menemaninya.Padahal dia sudah tahu, kalau tidak sepantasnyapemuda dan gadis yang bukan muhrimnya untukberduaan seperti yang mereka lakukan sekarang.Apalagi <strong>Bintang</strong> itu gadis yang taat agama, yangtentunya juga memahami hal itu. Bukankah waktu itu,ketika dia mau mengantarnya pulang sampai kerumah, <strong>Bintang</strong> menolaknya mentah-mentah lantarantakut ada orang yang akan berpikiran macam-macam.Tapi entah kenapa, justru di tempat sepi seperti ini diatak mempedulikan semua itu. Betul-betul sungguhmengherankan. Apakah dia melakukan itu karena197


menganggap Bobby hanyalah sebagai seorangsahabat, yang tak akan berani berbuat kurang ajarkepadanya, yaitu dengan meminta yang tidak-tidak,seperti yang biasanya dilakukan seorang pemudakepada pacarnya karena merasa sudah memiliki.Padahal sesungguhnya, bisa saja hal itu menimbulkanfitnah yang akan mencelakakan keduanya karenatergoda oleh bisikan setan yang menyesatkan.Semula, Bobby pun sempat ragu mengenai prilaku<strong>Bintang</strong> yang demikian, apa betul <strong>Bintang</strong> itu memangseorang gadis yang taat agama. Jangan-jangan dia ituseperti Nuraini, gadis yang menurut Bobby begitumunafik dan sangat lihai bersembunyi di baliktopengnya yang sempurna. Namun akhirnya pemudaitu bisa memaklumi, bahwa semua itu bisa terjadikarena sebab di negeri ini seorang gadis memangboleh bebas berkeliaran ke mana saja tanpa perludidampingi oleh muhrimnya. Dan karena sebab itulah,Bobby tidak mau ambil pusing memikirkannya.Walaupun pada hati kecilnya dia merasa risih jugakarena apa yang dilakukannya bersama <strong>Bintang</strong> itu198


isa membuat citra berbusana yang dikenakan<strong>Bintang</strong> menjadi ternoda. Seperti ketika dirinya menilaikalau <strong>Bintang</strong> mungkin saja seorang gadis yangmunafik yang bersembunyi di balik topengnya yangsempurna. Sungguh dilema, akibat tidak adanyaperaturan yang melindungi citra berbusana seperti itu,dan juga peraturan yang melindungi gadis dari fitnahdunia, maka orang pun bisa berpikiran macammacam.Padahal apa yang tampak di mata, belumtentu sama dengan yang tergambar di dalam hati.199


SembilanSemenjak pertemuannya dengan <strong>Bintang</strong>,kehidupan Bobby pun mulai berubah.Maklumlah, selama ini mereka sering bertemu ditepian telaga dan berbincang-bincang seputarkehidupan. Dengan begitu, segala keresahan yangsemula sangat membebaninya kini dengan perlahansirna dan berganti menjadi pelajaran yang sangatbermakna. Gadis itu memang sudah memberikancahaya yang menerangi hatinya, cahaya terang yangbersumber dari segala sumber cahaya, dialah AllahSWT, yang kembali menerangi hatinya melalui cahaya<strong>Bintang</strong> untuk kembali mengingat-Nya.Kini Bobby sudah kembali produktif dengan tanpamelanggar aturan Tuhan. Dan dampak darimelakukan itu adalah dia bisa mendapatkankebahagiaan yang hakiki, kebahagiaan yang selamaini tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Kini dia200


merasa betul-betul bahagia karena kepintaran dankerja kerasnya telah dimanfaatkan oleh orang-orang disekelilingnya. Dia bahagia melihat mereka bahagia,dan dia bahagia karena telah menjadi manusia yangproduktif sesuai dengan aturan Tuhan. Dia punsemakin mendekatkan diri kepada Tuhan danmenjalani kehidupannya dengan hanyamengharapkan ridha dari-Nya. Namun, setelah agaklama berada di jalur yang benar, tiba-tiba sebuahcobaan lain menghadang. Kini dia mulai bersikapsombong dan angkuh, seakan-akan dia telah berbuatbanyak untuk mereka, padahal apa yang sudahdiperbuatnya itu tidaklah seberapa. Maklumlah, setanmemang lihai memperdayanya, sehingga dia selaluteringat akan setiap perbuatan baik yang pernahdilakukan. Dan karenanyalah sedikit demi sedikitsetan telah berhasil membuatnya semakin angkuhdan semakin menjauh dari-Nya, sehingga kini diamerasa orang yang terbaik di antara mereka, dan diamerasa orang yang paling tahu segalanya.201


Kini pemuda itu tampak sedang berdirimemperhatikan para pengemis dan pengamenjalanan yang ada di lampu merah. “Dasar manusiapemalas, seharusnya mereka mengikuti jejakkudengan menjadi manusia yang produktif yang tidakmenyusahkan orang lain.”“Kasihan, Den… minta sedekahnya…!” kataseorang pengemis kepada Bobby.“Maaf, Pak! Minta sama yang lain saja ya!” kataBobby ringan seraya memaki dalam hati. “Huh, dasarpemalas! Masih segar-bugar seperti itu kok mintaminta.Jika aku memberinya sama saja denganmembuatnya bertambah malas,” gerutu Bobby serayamelangkah menuju ke sebuah halte dan duduk ditempat itu.Kini pemuda itu tampak memperhatikan seorangpengamen yang baru saja turun dari bis kota.Pengamen yang masih muda itu lantas duduk disebelah Bobby. “Rokok, Bang,” tawarnya kepadaBobby.202


“Maaf saya tidak merokok,” jawab Bobby sopanseraya menggerutu dalam hati, “Huh, sok banyakuang. Padahal dia sendiri boleh mengamen denganmenjual suaranya yang aku yakin tidak bagus. Aduh,dasar manusia tidak punya otak… masak merokok ditempat umum begini. Itu kan sama saja denganmenzolimi orang lain, sebab dia bisa membuat orangorangdi sekitarnya menjadi perokok pasif. Andai sajadia mau mengikuti jejakku menjadi pemuda baik yangproduktif untuk kebahagiaan banyak orang, dan tidakmembuang-buang uang dengan cara dibakar sepertiitu tentu kehidupannya akan menjadi lebih baik.“Karena tak mau menjadi perokok pasif, akhirnyaBobby melangkah menuju ke sebuah rumah makan.Di tempat itulah dia menikmati santap siangnya sambilsesekali memperhatikan pengunjung yang datang.“Hmm… Siswi SMA itu pasti bukan gadis baik-baik,dia pasti mau menggadaikan kehormatannya padapria hidung belang itu,” duga Bobby ketika melihatseorang siswi SMA yang tampak bersikap manjakepada pria paruh baya. “Hufff… Sungguh kasihan203


sekali dia karena telah menyia-nyiakan masamudanya demi kesenangan duniawi. Beruntung jikadia masih punya kesempatan untuk bertobat, sebabkalau tidak tentu dia akan masuk neraka.”Begitulah Bobby sekarang yang sudah merasamenjadi orang baik, yang senantiasa prihatin melihatkondisi sosial masyarakat yang katanya beradab.Rasa kepeduliannya terhadap masa depan merekasungguh membuatnya mengusap dada. Haruskah iaberbuat sesuatu untuk menyelamatkan mereka,padahal dia sendiri masih kesulitan memperbaikibudinya sendiri. Haruskah ia menghilangkan rasakepedulian di hatinya itu demi melapangkanperasaannya sendiri, yang mana selalu miris jikamelihat orang-orang di sekitarnya berbuat dosa.Haruskah ia menyendiri dan menutup diri, tidak peduliterhadap urusan orang lain yang memang bukanurusannya. “Ah, sudahlah…. Biarlah merekamelakukan apa saja sekehendak hati mereka. Tohjika mereka berbuat dosa, mereka sendiri yang akanmenanggung akibatnya. Bukankah lebih baik204


mengurusi budiku sendiri, yang masih dipenuhidengan banyak kekurangan,” gumam Bobby serayamengambil tissue dan membersihkan lemak yangmelekat di bibirnya. “Hmm… tapi, benarkah merekasendiri yang akan menanggung akibatnya? Aku rasatidak demikian, sebab orang baik-baik tentu akanterkena dampaknya. Jika Tuhan sudah menurunkansebuah bencana dasyat, yang terkena bukan hanyamereka yang berdosa, tapi juga mereka yang tidakpeduli, dan mereka yang sudah dianggap gagal dalammenyampaikan kebenaran. Sebab bencana adalahsebuah peringatan karena sebab Tuhan begitu sayangdan peduli kepada hamba-hambanya. Untuk merekayang berdosa, supaya mereka mau menghentikanperbuatan dosa, untuk mereka yang tidak peduli,supaya mereka mau lebih peduli lagi, dan untukmereka yang gagal supaya mereka mau berjuanglebih keras lagi.Lagi pula, bukankah aku ini makhluk sosial yangmempunyai tugas mulia. Aku ini makhluk yang takmungkin bisa mulia jika tanpa mempedulikan205


kemuliaan manusia lain. Tanpa itu, manusia takmungkin sempurna kemuliannya, tak lengkap nilaikemanusiaannya yang sudah ditugaskan untukmenjadi khalifah di muka bumi ini. Jika tidakmelakukan tugas mulia itu, aku ini sama saja sepertihewan yang diciptakan hanya sekedar untukberkembang biak dan memenuhi kebutuhan hidupnya,bahkan ada hewan yang sama sekali tidak pedulidengan hewan lain yang menjadi mangsa ataupemangsa, sebab yang terpenting bagi hewan adalahbagaimana ia bisa mempertahankan kehidupannyasendiri dengan tanpa mempedulikan kehidupanhewan lain. Karenanyalah, aku tidak mau sepertihewan. Aku ini manusia yang sudah dikaruniakan akalpikiran, yang dengannya aku bisa menjalanikehidupanku sebagai manusia.”Setelah berpikir begitu, akhirnya Bobby bergegasmeninggalkan rumah makan itu. Selama perjalananpulang, ada saja hal-hal yang membuatnya miris.Sungguh saat itu dia tidak tahu harus bagaimana lagi206


ersikap, apakah dia memang harus menjadi manusiasejati, ataukah malah menjadi seperti hewan.Esok harinya, di tepian telaga. Bobby kembaliberjumpa dengan <strong>Bintang</strong>. Seperti biasa, sambilmemandang keindahan telaga mereka bercakapcakapseputar kehidupan. Saat itu Bobbymenceritakan perihal realita yang dilihatnya selamaini, yaitu perihal orang-orang malas yang tak mauberusaha keras guna memperbaiki kualitaskehidupannya, juga mengenai rendahnya moralmanusia yang sudah tergilas oleh pesatnya kemajuanzaman.“Sebaiknya kau jangan seperti itu, Kak. Sebab jikaterus seperti itu kau akan menjadi orang yang otoriter.Ingatlah, jangan sampai kau memaksakan nilaikemanusiaanmu kepada orang lain. Manusia hanyawajib menyampaikan dan harus belajar hidup darikesalahan dan kekurangan manusia lain. Ketahuilah,207


ahwa apa yang kau lihat itu belum tentu sama sepertidugaanmu. Mungkin saja mereka itu <strong>merupakan</strong>orang-orang yang malas, atau manusia yang takbermoral, tapi mungkin juga tidak. Untuk bisamengetahuinya kau harus melakukan penyelidikanlebih jauh, apa sebenarnya yang membuat merekajadi demikian. Tapi bukankah itu tidak mungkin,bagaimana mungkin kau mampu untuk menyelidikikehidupan setiap orang. Karenanyalah, kau janganpernah menilai sesuatu yang kau sendiri belummengerti betul perihal kebenarannya, yaitu denganmenilai berdasarkan dengan apa yang kau lihat saja.Jika sampai melakukannya, berarti kau itu manusiayang sombong. Sebab, hanya Tuhanlah yang bisamengetahui segalanya, bahkan yang tersembunyi didalam hati makhluk ciptaan-Nya sekalipun.Karenanyalah kau tidak boleh membenci mereka,namun cintailah mereka apa adanya dengankepedulian sejatimu, walaupun itu akan membuathatimu miris. Bencilah hanya kepada perbuatanmereka saja, yang mana sudah betul-betul kau208


ketahui kalau perbuatan itu memang salah. Danberjuanglah terus untuk menyampaikan kebenaranhingga akhir hayatmu. Sekali lagi, jangan sampai kaumembenci manusianya, namun bencilah kepadaperbuatan mereka dan berusahalah untukmemperbaiki sistem yang telah membuat mereka jadidemikian.Ketahuilah, sebenarnya dulu aku juga seperti itu.Namun pada akhirnya aku menyadari kalau apa yangkulakukan itu adalah salah. Dulu aku begitu sombongkarena menjadi orang yang baik, sehingga setandengan mudahnya memperdaya aku dengan hal-halyang aku anggap baik. Andai dulu aku bisa menyadarikalau kebaikan itu berasal dari-Nya tentu aku tidakakan seperti itu.““Kau benar <strong>Bintang</strong>. Kini aku menyadari kalausemua kebaikan itu adalah dari Allah, dan tanpanyaaku tidaklah mungkin menjadi orang yang baik. Danorang yang kuanggap hina, mungkin saja dia justrulebih mulia di sisi-Nya daripada diriku. Aku betul-betulmenyesal karena sudah menjadi sombong, yaitu209


merasa menjadi orang yang baik. Selama ini aku tidakmau memberikan uangku sepeser pun untuk orangyang memang membutuhkannya dengan alasan yangseakan-akan baik. Aku selalu menghina mereka yangkulihat masih segar-bugar tapi meminta-minta padaorang lain, aku berpikir jika aku memberikannyamungkin akan membuatnya semakin malas.Padahal.... aku tidak tahu keadaan dia sebenarnya,mungkin dia memang sedang mengalami kesulitan,yaitu dia sudah berusaha, namun dia mengalamikegagalan. Dia melakukan itu hanyalah terpaksa danuntuk sementara saja. Dan perokok yang kuhina itupun, mungkin dia ingin sekali berhenti merokok.Namun karena dia belum tahu <strong>ilmu</strong>nya, maka dia punkesulitan untuk menghentikannya. Bahkan putusanpemerintah daerah yang melarang merokok di tempatumum <strong>merupakan</strong> kezoliman yang tampaknya baiknamun pada kenyataannya tidak. Sebab pemerintahmembuat peraturan seperti itu tanpa memikirkanmereka yang sudah terlanjur terjerat oleh bendaberbahaya itu. Bukankah para perokok itu adalah210


korban kebijakan pemerintah yang mengizinkanberdirinya perusahaan rokok, dan memberikan izinatas peredarannya di tengah masyarakat. Jika merekabijaksana, seharusnya selain mengeluarkan peraturanyang melarang, juga menyediakan fasilitas yangmemadai dan tentu sangat dibutuhkan oleh paraperokok itu. Kalau perlu, pemerintah menyediakanlayanan gratis untuk mereka yang ingin berhentimerokok, dan dikampanyekan sehingga semua orangtahu dan tergerak hatinya untuk berhenti merokok.Juga mengenai siswi SMA yang kulihat itu, mungkinsaja saat itu ia sedang bersama ayahnya. Dan karenaia anak yang sangat perhatian pada ayahnya, maka iapun bersikap demikian, walaupun aku tahu selama inibanyak juga siswi SMA yang sudah salah jalan sepertiyang pernah kulihat di berbagai tayangan TV.““Syukurlah kalau kau memang betul-betulmenyadarinya. O ya, Kak. Ketahuilah! Sebetulnya kitadi dunia ini adalah untuk mengenal Tuhan danmenghamba pada-Nya. Bukan untuk menghakimimanusia lain yang kita sendiri belum tahu sebab211


musababnya. Sebab, hanya Dialah, Zat yang MahaTahu Segalanya. Biarlah Dia saja yang menjadi hakimmutlak, yang pantas menentukan dosa-dosaseseorang. Sebab, jika kau sampai menghakimimanusia lain tanpa bukti yang jelas, apalagi sampaimembencinya, itu berarti kau sudah merusak nilaikemanusiaanmu sendiri. Sebab, nilai kemanusiaanhanya dapat dibina dengan mencintai, dan bukandengan membenci. Ikutilah teladan Rasulullah yangdengan rasa cintanya justru mendoakan umatnya agartidak salah jalan, bahkan Beliau pun mau mendoakanorang-orang yang telah menzolimi dan membencinyaagar kembali ke jalan yang lurus.Sebaiknya kau pasrahkan saja rasa kepedulianmukepada Tuhan, dengan berharap kau akan mendapatpetunjuk untuk melakukan suatu perbuatan yang baikdan berkah. Percayakan saja pada-Nya, jika itumemang perbuatan baik dan berkah, yang bertujuanuntuk membantu manusia lain untuk menjadi lebihbaik, tentu dengan seizin-Nya kau akan rela untukmenjalaninya. Dengan begitu, segala sesuatu yang212


datang padamu hanyalah yang baik saja, dan yangburuk tentu akan pergi dengan sendirinya. Ingatlahuntuk selalu memohon segala petunjuk danpertolongan-Nya di mana saja kau berada. Dansenantiasa berprasangka baik kepada-Nya, sehinggakau akan mendapat kebaikan sesuai denganprasangkamu itu. Dengan demikian, segalaperjuanganmu yang bertujuan untuk mengemban misikekhalifahanmu tentu akan diridhai-Nya.”Saat itu Bobby terdiam memikirkan kata-kata<strong>Bintang</strong> barusan. “Ya Allah.... yang Maha mendengarlagi Maha Bijaksana, Maha Pengasih lagi MahaPenyayang. Kepada siapa lagi aku meminta dankepada siapa lagi aku memohon selain hanya kepada-Mu, Tuhan yang Maha Pemurah dan yang Mahatahusegalanya. Ampunkanlah segala perbuatanku yangmembuat-Mu murka dan yang membuat-Mu menjauhiaku! Aku tahu Engkau adalah Tuhan yang MahaPengasih lagi Maha Penyayang, karenanyalah akuyakin Engkau akan senantiasa mengampuni segaladosa-dosaku. Dan aku yakin, jika aku senantiasa213


erbuat baik sesuai dengan kehendak-Mu, tentuEngkau juga akan selalu mencintai danmenyayangiku. Kini aku memohon, berilah akupetunjuk-Mu untuk senantiasa berada di jalan-Muyang lurus. Amin....”“Lihat, Kak! Brayak!” Seru <strong>Bintang</strong> tiba-tiba,memberitahukan perihal kehadiran anak-anak ikangabus yang sedang bergerombol.“Wah, banyak sekali. Pasti asyik jika dipancingdengan serat pelepah pisang. Kita bisa dapat banyak,”kata Bobby senang.“Hmm… lalu untuk apa anak-anak ikan itu?” tanya<strong>Bintang</strong> heran.“Ya untuk dipelihara di aquarium. Bukankah anakikan gabus itu mempunyai garis kuning yang bagus dibadannya. Tentu akan menjadi indah jika mereka adadi aquarium. Tunggu sebentar ya, aku mau mencariserat pelepah pisang dan cacing untuk umpannya,”jelas Bobby seraya melangkah pergi.Dalam waktu yang tidak terlalu lama, Bobby sudahkembali dengan membawa pancing serat pelepah214


pisang dan ember yang diambilnya dari bagasi mobil.Di dalam ember itu ada sekantong plastik cacing kecilyang tadi dicarinya di bawah kedebong pisang yangtumbang. “Ini untukmu, <strong>Bintang</strong>,” kata Bobby serayamenyerahkan pancing yang terbuat dari lidi daunkelapa yang dipasangi dengan benang serat pelepahpisang.Kini keduanya sudah mulai memancing, dan tanpaterasa satu per satu anak ikan yang semula ada ditelaga kini telah pindah ke dalam ember yang di isi airsetengahnya. Kedua muda-mudi itu tampak gembiradengan hasil pancingan mereka yang lumayanbanyak, hingga akhirnya <strong>Bintang</strong> menghentikankegiatan itu. “Cukup, Kak! Bukankah ini sudah terlalubanyak.”“Terus saja, <strong>Bintang</strong>! Mumpung mereka masihada di sini. Bukankah kita jarang mendapatkesempatan seperti ini.”“Tapi, Kak. Lihatlah anak-anak ikan yang ada diember itu!”215


Bobby pun segera melihatnya, di dalam emberbeberapa anak ikan tampak sedang kepayahan. Danbeberapa yang lain tampak tenggelam di dasar embertak bergerak sama-sekali.“Mereka semua bisa mati jika kondisinya sepertiitu, Kak.”“Eng… Kau betul, <strong>Bintang</strong>. Suhu dan keasamanair di ember jauh berbeda dengan di telaga, danoksigennya pun tidak cukup untuk mereka semua.Kalau begitu, sebaiknya kita lepaskan mereka.Sungguh aku tidak menyangka akan seperti inijadinya.”Setelah berkata begitu, Bobby segera melepaskananak-anak ikan yang malang itu. Hingga akhirnyamereka bebas berlarian menuju saudara-saudaramereka yang lain.“Sungguh berat perjuangan makhluk ciptaanTuhan itu dalam mempertahankan kehidupannya,”<strong>Bintang</strong> berkomentar.“Berat? Mereka itu kan hanya anak ikan, <strong>Bintang</strong>.Janganlah kau terlalu menyesalinya,” kata Bobby yang216


menduga <strong>Bintang</strong> sangat menyesal karenamenyebabkan matinya beberapa anak ikan.“Bukan soal itu, Kak. Aku memang menyesal akankematian anak-anak ikan itu. Namun, aku mendapatpelajaran akan kejadian yang baru kita alami ini.”“Pelajaran apa itu, <strong>Bintang</strong>?” tanya Bobbypenasaran.“Coba kau pikir dan renungkan. Mereka itujumlahnya banyak, namun dari mereka ada yangberuntung dan yang tidak. Yang beruntung adalahmereka yang tak memakan umpan kita, dan yangtidak beruntung adalah mereka yang masuk ke dalamember itu. Itulah yang dinamakan takdir, dimana anakanakikan itu sama-sekali tidak bisa menduga akantakdir yang harus mereka jalani. Sungguh aku salutakan perjuangan mereka yang dengan begitu gigihmempertahankan kehidupannya, walaupun takdirpada akhirnya memutuskan mati di dasar ember,”jelas <strong>Bintang</strong> panjang lebar.“Ya kau betul, <strong>Bintang</strong>. Bukankah ketika kitamasih berupa sperma juga seperti mereka, ada yang217


eruntung ada juga yang tidak. Dan yang beruntungadalah kita, sperma yang berhasil membuahi sel telur.Sungguh hingga saat ini aku tidak mengerti kenapaterkadang aku bisa mudahnya putus asa terhadapujian yang diberikan Tuhan. Bukankah ketika masihmenjadi sperma aku bisa menang dalam menghadapipersaingan, namun setelah aku bisa berpikir kenapajustru malah menjadi pecundang. Apakah semua itukarena aku belum betul-betul mencintai Tuhan,sehingga setiap ujian yang diberikan-Nya hanyakurasakan sebagai beban berat yang harus kupikul.Terus terang, selama ini aku sudah berusaha kerasmemikirkan perihal Tuhan dan mencoba untukmencintai-Nya dengan sepenuh hatiku, tapi anehnyahingga saat ini cinta itu tak kunjung hadir.”“Hmm.. sebentar! Dulu aku pernah <strong>membaca</strong>jawaban dari surat pembaca di internet, yaitumengenai Mencintai Tuhan. Sepertinya surat ituberhubungan dengan hal ini. Untungnya aku sempatmencetak surat itu dan selalu membawanya kemanamana,yaitu agar aku bisa senantiasa mengingatnya.218


Inilah surat itu,“ kata <strong>Bintang</strong> seraya memberikanbeberapa lembar surat yang diambilnya dari dalamtas.Saat itu, Bobby pun langsung <strong>membaca</strong>nya.Ibu Ummul. Untuk mencintai Allah janganlah pakairasa, karena rasa apapun tidak akan pernah bisamerasakan cinta Allah. Untuk memikirkan Allah, makajanganlah gunakan pikiran, karena berpikirbagaimanapun Allah itu tidak akan pernah terpikirkan.Begitu kita TIDAK menggunakan rasa kita, makadi dada kita akan dikaruniakan rasa yang hakikinantinya. Begitu kita TIDAK menggunakan pikiran kita,maka di otak kita akan dikaruniakan pikiran yanghakiki nantinya.Untuk realitasnya, lihatlah anak dari umur bayisampai dengan umur 2 tahun. Dia tidak terikat denganpikirannya, tapi bisa cerdas, dan bisa berkreasi walaudengan kapasitas seorang anak saja. Dia tidak terikatdengan rasa, buktinya kalau dia kehilangan apa sajadia tidak tergoncang dengan kehilangannya itu dalam219


waktu yang lama. Paling cuma sebentar saja. Saat diadiberi mainan baru pun dia tidak terikat denganmainan baru itu dalam waktu yang lama. Hanyasebentar saja dia seperti asyik dengan mainannya itu.Tapi kosongnya rasa dia, bisa membuat orangmengalirkan rasa sayang kepadanya hampir tanpabatas. Siapa pun yang melihat anak bayi, maka orangakan mengalirkan rasa cinta ke bayi itu. Siapa saja.Kenapa bisa begitu....?. Ya..., karena sang bayi itupada hakekatnya TIADA. FANA. Sang Bayi tidak tahunamanya, tidak tahu jenis kelaminnya, tidak tahuapakah dia lapar atau haus, tidak tahu apa yangsedang dia pikirkan, tidak tahu apa yang dia rasakan.TIDAK TAHU saja dia itu sebenarnya. Totalkeberserahan bayi itu. Tapi coba lihat, saat bayi itudialiri rasa haus, maka dengan tergopoh-gopoh adayang datang menyusuinya. Sang Ibu. Sang bayi tidaktahu sedikit pun apakah dia itu haus atau tidak. Tapisaat air mulai kurang dalam tubuhnya, maka adadorongan kuat (kehendak) yang tidak bisa dia tahanuntuk menangis. Dan dorongan kuat (kehendak) itu220


juga mengalir tak bisa diabaikan sedikit pun oleh sangibu untuk menyodorkan susunya. Si bayi juga tidaktahu sedikit pun apakah yang diberikan kepadanya itudarah atau cairan busuk atau racun sekalipun. Diatidak sedikit pun tahu. Tapi keberserahan sang bayiyang sangat total itu telah menyebabkan sang ibuTIDAK KUASA pula untuk tidak memberikan yangterbaik buat sang bayi. Selalu yang terbaik yangdiberikan oleh sang ibu kepada si bayi, walau denganitu sang ibu harus menderita dan pontang-pantinguntuk mendapatkannya. Karena sang ibu saat itu jugatengah FANA, TIADA. Sang ibu hanya patuh kepadasebuah aliran kehendak yang murni dari Tuhan. Alirancinta kasih Tuhan. Sang bayi menerima dan sekaligusmemberi cinta kasih kepada ibunya. Dan sang ibu pundemikian pula adanya.Akan tetapi, akan sangat berbeda saat anak itusudah mulai punya "pikiran sendiri", maka seringkalipikirannya itu bertabrakan dengan pikiranorangtuanya. Begitu juga saat anak itu sudah punyaperasaan sendiri, maka rasa anak itu kadangkala221


ertentangan dan tidak klop dengan rasa orangtuanya.Lalu siapa yang mengalirkan pikir pada anak bayiitu, siapa yang mengalirkan rasa pada anak bayiitu...??.Nah jadilah seperti bayi itu, maka kita nanti akantersenyum saja melihat ADA yang menggerakkansegala sesuatunya. Ada yang mengalirkan pikiran kedalam otak kita, ada yang mengalirkan rasa ke dalamdada kita. Dan kita tinggal bersyukur saja dibuat-Nya.Syukur inilah sebenarnya makna HAKIKI dari cinta kitakepada Allah.Karena kalau kita tidak bersyukur yang ditandaidengan tidak maunya kita menyiapkan otak kita untukdialiri HANYA oleh pikiran Tuhan, maka pikiran kitasering atau hampir selalu saja bertabrakan denganpikiran Tuhan. Saat kita tidak mau menyiapkan dadakita untuk menerima HANYA aliran rasa dan kehendakTuhan, maka rasa dan kehendak kita nyaris selalusering bertubrukan dengan rasa dan kehendak Tuhan.Buktinya...?. Tuh lihat..., kita hampir saja selalu protes222


kepada Tuhan. Kenapa...?. Ya..., karena masih adasayanya. Ini pikiran saya, ini rasa saya, ini kehendaksaya. Kalau ada yang tidak sama dengan atribut sayaitu, maka DOOOORRR..., saya kecewa, sayamenggerutu, saya mencak-mencak kepada Allah, danjuga kepada sesama manusia. Ya seperti kita-kitasekarang inilah.Kerjaan kita hanya berdoa, berdoa, dan berdoa,tapi anehnya juga protes melulu ke Allah.Akan tetapi saat mana kita mau bersyukur, makaAllah menjamin akan menambah apa-apa yang telahkita syukuri itu yang <strong>merupakan</strong> tanda atau bukti atascinta Allah kepada kita. Dan bahasa cinta Allah ituadalah sebuah bahasa yang sangat SEDERHANAyang bahkan seorang bayi pun bisa mengerti. Bahasacinta Tuhan itu adalah dorongan-dorongan untukmenjalankan kehendak Tuhan dengan enak, tanpabeban, dan tidak terpaksa sedikit pun, yaitu untukmenjalankan fungsi kekhalifahan kita masing-masingdi dunia ini. Bahasa cinta Tuhan itu bukanlah223


dorongan untuk melarikan diri dari permasalahanpermasalahanyang ada di depan mata kita.Kalaupun kita tidak bersyukur, yang bisa diartikanbahwa kita tidak mencintai-Nya, Tuhan pun akan tetapmencintai makhluk-Nya. Tuhan akan tetapmengalirkan kehendak-Nya kepada setiap dada danotak manusia agar manusia itu bisa menganyamkehidupannya. Karena Dia memang Sang MahaPemanggul Tanggung Jawab atas semuakelangsungan hidup ciptaan-Nya. Akan tetapi dampaktidak bersyukurnya kita itu adalah munculnyakesombongan demi kesombongan, keangkuhan demikeangkuhan yang akibatnya juga akan ditanggungoleh kita sendiri. Dan akibatnya itu begituburuknya....!.Jika orang bersyukur, maka OTAKNYA akanLUAS. Artinya otaknya itu seperti dilalui oleh angin,tembus ke segala arah, dan menerima pula darisegala arah. Tidak ada sekatan sedikitpun di dalamotak itu. Coba perhatikan, orang yang terhenti diwilayah otak saat memikirkan sesuatu, maka sebentar224


saja kepalanya akan panas. Bahkan tidak jarangorang tersebut akan pusing, akan sakit kepala, akanpuyeng, akan bete. Dan untuk keluar dari wilayahsekatan otak tersebut, maka orang biasanya rinduuntuk datang ke puncak, ke gunung, atau ke pantai,sehingga dia bisa keluar dari wilayah otaknya denganmelihat suasana LUAS itu. Itulah sebabnya orangselalu rindu untuk jalan-jalan (santai, makan angin) kewilayah yang berpemandangan luas.Untuk keluar dari sekatan otak dengan cara yangsangat primitif adalah dengan merokok. Denganmerokok, orang bisa keluar dari kemelut pikiran (badaipikiran) di otaknya. Coba perhatikan orang yangsedang merokok. Saat-saat yang paling membuatsang perokok ecstasy adalah saat dia menghisapasap rokok dengan perlahan dan dalam, lalu diamengeluarkannya kembali dengan hembusanperlahan-lahan dan lama pula. Apalagi kalau dibarengidengan keluaran asap rokok yang berbentuk donatyang melingkar-lingkar dan menghilang perlahan.225


Nikmat sekali, sehingga hampir secara otomatisbadai pikiran di otak si perokok itu akan hilang. Inilahyang menyebabkan orang ketagihan untuk merokok.Kalau masalah nikotinnya sih itu adalah penyebabyang kesekiannya.Begitu juga..., jika orang yang bersyukur, makaDADANYA akan LUAS. Dadanya seperti tembus kemana-mana dan seperti bisa pula dilalui oleh aliranangin dari mana-mana. Cool sekali rasanya. Lembutsekali dada itu, selembut dada bayi, sehingga dada itubisa dialiri bahasa Tuhan yang juga sangat lembutsekali.Karena Tuhan itu memang adalah Sang MahaLembut (Al Lathief). Sedih dan senang, marah dansabar dan berbagai sifat bolak-balik lainnya yangmuncul silih berganti hanya seperti singgah sebentarsaja di dada itu, lalu menguap pergi.Sehingga tidak meninggalkan ruang lagi untuktumbuhnya rasa kecewa, rasa khawatir, dan rasaketakutan (laa khaufun 'alaihim walahum yah zanun)baginya. Dada yang luas itu akan mampu menjangkau226


penderitaan orang lain di belahan bumi mana pun,sehingga simpati dan kehendak untuk membantupenderitaan orang lain itu mengalir dan taktertahankan untuk dilaksanakan. Dada yang luas itujuga akan mampu menjangkau kebahagiaan oranglain dimana-mana, sehingga dia akan ikut bersyukuratas kebahagiaan orang lain itu.Untuk keluar dari kesempitan dada itu, makaberbagai macam cara juga telah disediakan olehAllah. Misalnya dengan menangis. Banyak cara untukmenangis itu, misalnya dengan menciptakan suasanauntuk bisa menangis. Tangis simulasi otak. Menyanyi,mengaji, mengingat dosa, mengingat siksa adalahsedikit dari sekian banyak cara untuk bisa menangis.Tapi semua itu tampaknya hanyalah "pseudo crying"saja. Nah carilah tangis yang dikaruniai Tuhan. CaraTuhan membuat tangis itu ada macam-macam,dengan menurunkan BENCANA yang sedahsyatTsunami di Aceh, misalnya. Namun ada pula denganmenurunkan tangis yang melapangkan dada karena227


Tuhan sendiri yang menangiskan kita. Melapangkandada kita. Nikmat Tuhan saja sebenarnya.Rasulullah Muhammad SAW, ISA, IBRAHIM ASadalah sedikit dari sekian banyak orang yangmempunyai pikiran dan dada yang luas, sehinggapikiran Beliau dan rasa Beliau mampu menjangkaumelintasi zaman demi zaman.Ah..., cukup segini dululah Bu Ummul, lain kali kitasambung lagi.WassDekaUsai <strong>membaca</strong> Bobby tampak berpikir keras,keningnya tampak berkerut berusaha memahami apayang baru dibacanya.“Bagaimana, Kak? Apa Kakak mengerti?” tanya<strong>Bintang</strong> tiba-tiba.“Aku belum mengerti sepenuhnya,” jawab Bobbyterus terang.228


“Kau harus <strong>membaca</strong>nya berulang kali, Kak. Padamulanya aku tidak begitu mengerti, namun setelahaku <strong>membaca</strong>nya berulang kali, dan jugamerenungkannya lebih dalam, akhirnya denganperlahan isi surat itu mulai aku pahami. Bahwasesungguhnya untuk bisa mencintai Allah tidaklahdengan rasa seperti yang kita rasakan selama iniketika kita sedang mencintai berbagai bentuk ciptaanTuhan, sebab rasa itu hanya bergantung kepadaindera manusia yang terbatas. Kita mencintai suatuwujud materi karena sebab bentuk, warna, suara,rasa, atau baunya. Yang kesemuanya membutuhkanindera.Mencintai sifat materi juga begitu. Manusiamencintai sifat manusia lain karena sebab, ia melihat,ia mendengar, ia meraba, ia mengecap, ia mencium,dan akhirnya ia merasakan. Tanpa indera mustahilmanusia bisa mencintai suatu materi. Karenanyalahtidak mungkin bisa mencintai Allah dengan rasa yangdemikian, sebab Allah itu bersifat ada dan tiada, Allahitu ada, namun juga tiada, adanya Allah karena sebab229


ketiadaan-Nya. Karenanyalah mencintai Allah tidakbisa dengan rasa melainkan dengan iman.Dan untuk mengenal Allah janganlah memikirkanzat-Nya, sebab Zat Allah itu memang tak terpikirkan.Pikirkanlah segala hal yang menjadi ciptaan-Nya,sebab dengan memikirkan ciptaan-Nya itu kita punbisa mengenal-Nya, yaitu melalui berbagai sifat danprilaku yang dimiliki oleh semua ciptaan-Nya. Ditambah lagi dengan memperlajari sifat Allah yangtertera di dalam sifat dua puluh, yang secara spesifikdijabarkan dalam <strong>ilmu</strong> tauhid.Karenanyalah kita tidak mungkin bisa mengenalAllah dengan cara memikirkan zat-Nya, sebab Allahitu bersifat ada dan tiada, Allah itu ada, namun jugatiada, adanya Allah karena sebab ketiadaan-Nya.Menurut indera kita Allah itu tiada, padahalsesungguhnya menurut indera kita pula Allah itu ada,tentunya jika kita mau menggunakan iman.Sesungguhnya segala ciptaan Tuhan yang ditangkapoleh indera kita adalah bukti keberadaan-Nya.230


Begitu kita TIDAK menggunakan rasa kita, makadi dada kita akan dikaruniakan rasa yang hakikinantinya. Begitu kita TIDAK menggunakan pikiran kita,maka di otak kita akan dikaruniakan pikiran yanghakiki nantinya.Selain itu, kita pun harus selalu bertakwa kepada-Nya dan tidak pula menghakimi segala rencana-Nya,yaitu dengan mengikuti apa yang sudah nurani kitakatakan dengan cara berserah diri secara total. Dankarena keberserahan diri inilah kita bisa menjalankansegala takdir Tuhan yang sudah digariskan kepadakita dengan penuh keikhlasan, sehingga kita pun akansenantiasa bersyukur ketika mendapat nikmat dari-Nya dan senantiasa bersabar ketika mendapat ujiandari-Nya.Itulah hakekat cinta sejati, yang mana dengansendirinya kita akan mendapat Cinta Tuhan yangmana berupa kenikmatan-kenikmatan yang takpernah kita rasakan sebelumnya. Tuhan pun akanmenambah setiap kenikmatan yang kita disyukuri, danakan senantiasa membimbing kita untuk bisa memilih231


takdir yang akan membawa kepada kebahagiaan,yaitu surga Allah,” jelas <strong>Bintang</strong> panjang lebar.“<strong>Bintang</strong>… Setelah kurenungkan isi surat itu danjuga keterangan darimu, kini aku bisa lebihmemahami kenapa cinta Tuhan masih tak hadir. Akusangat berterima kasih kepada yang menulis surat itu,karena dengan keikhlasannyalah pesan itu bisasampai kepadaku. Dan aku juga berterima kasihkepadamu karena sudah menyampaikannya padaku.Kini aku merasa lebih tentram karena aku sudahmulai bisa mengikhlaskan dan mempasrahkan atassegala takdir yang sudah digariskan kepadaku.Ketahuilah, kalau selama ini aku sudah berjuangkeras mencari belahan jiwaku. Namun ternyatausahaku itu tak membuahkan hasil. Karenanyalahselama ini aku terus saja merasa kecewa danmenderita, namun entah kenapa setelah akumengikhlaskan dan mempasrahkannya, hatiku terasabegitu damai dan tentram. Bahkan kini aku mulai bisamensyukuri atas segala nikmat yang diberikan Tuhankepadaku. Bukan hanya nikmat, tapi juga hikmah232


yang kudapat di dalam setiap ujian itu, dan akhirnyaaku pun mulai bisa bersabar atas segala macambentuk ujian yang telah diberikan-Nya.Kini aku merasakan kalau semua ujian itu adalahjalan untuk meningkatkan nilai kemanusiaanku danjuga nilai kemuliaanku di sisi-Nya. Bahkan, aku punmerasa kalau ujian itu adalah jalan untuk berjumpadengan belahan jiwaku yang sebenarnya, yaitu kau...<strong>Bintang</strong>.”“A-apa! Ka-kau bicara apa, Kak?”“<strong>Bintang</strong>, terus terang a-aku mencintaimu.”“Be-benarkah yang kau katakan itu, Kak?”“Tentu saja. Sebab, entah kenapa kini aku merasakalau kau itu adalah belahan jiwaku. Dankarenanyalah, aku kini mencintaimu.”“Kak, se-sebenarnya. A-aku sudah mencintaimusejak lama.”“Be-benarkah?”“Iya, Kak. Bahkan lebih lama dari perkiraanmu.”233


Akhirnya dengan perasaan yang berbunga-bungakedua muda-mudi itu pun berpisah untuk kembali kerumah masing-masing.234


SepuluhPada suatu kesempatan di akhir pekan, Bobbyberniat menemui Randy. Keinginannya itukarena sebab ia ingin memberi pelajaran kepadasahabatnya itu, yaitu dengan bersandiwara agar diatidak mengulangi kesalahannya, yang telahseenaknya memainkan perasaan orang. Apalagisetelah dia mendapat kabar perihal Winda yang sudahberangkat untuk menengok orang tuanya di kampung.Saat inilah kesempatannya untuk bertemu denganRandy yang sedang sendirian di rumah, danmemberikan kejutan kepadanya.Setibanya di rumah Randy, Bobby pura-puramenjadi seorang peminta-minta. Betapa terkejutnyaRandy saat itu, sungguh dia tidak menduga akanbertemu dengan Bobby yang sudah dalam keadaanseperti itu.235


“Ayo, Bob. Silakan duduk!” kata Randymenawarkan kepada pemuda itu. “Tunggu sebentarya, Bob!” kata Randy seraya buru-buru ke belakang.Dan tak lama kemudian, pemuda itu sudah kembalidengan membawa makanan dan minuman.“Ini, Bob. Makanlah dulu,“ kata pemuda itu iba.“Terima kasih, Ran,” ucap Bobby senang karenasaat itu dia memang sedang lapar betulan. Laludengan tanpa ragu, Bobby pun segera menyantapmakanan itu.Setelah mengetahui Bobby sudah selesaimenikmati makanannya, Randy kembali bicara.“Aduh, Bob. Sebenarnya ke mana saja kau selamaini?”“Emm… A-aku pergi mencari Winda, Ran.”“A-apa???” Randy tampak terkejut.“Ya, selama ini aku mencari Winda hingga hampirke seluruh penjuru kota besar. Namun sayangnya,aku tak berhasil menemukannya.”“Kau memang sudah gila rupanya.”236


“Terserah kau mau bilang apa, yang jelas akumelakukan semua itu karena aku betul-betulmencintainya.”“Bob, aku mohon lupakanlah Winda! Sadarlahkalau dia itu bukan jodohmu.”“Itu tidak mungkin, Ran. Winda adalah belahanjiwaku, dan aku sangat sayang padanya. Andai akuberjumpa dengannya, aku pun akan langsungmelamarnya.”“Tapi, Bob. Sekarang dia sudah menjadi istriorang.”“Kalau begitu. Aku akan membunuh suaminya.Dengan begitu tentu Winda akan menjadi milikku. Danaku akan membunuh suaminya itu tanpasepengetahuannya.”“Bob, sadarlah. Jangan hanya karena obsesimuitu kau jadi gelap mata. Ingatlah kalau perbuatan itudosa besar, dan kelak kau akan dimintaipertanggungjawabannya.”237


“Hahaha…! Peduli setan! Pokoknya aku tetappada pendirianku semula, yaitu menikahi Winda,walaupun dengan cara harus membunuh suaminya.”“Bob, aku mohon sadarlah! Aku ini sahabatmu,dan aku sangat peduli padamu. Apa kau tidak kasihandengan Winda yang akan kehilangan suami yang diacintainya, dan apa kau juga tidak kasihan dengansuaminya yang tak tahu apa-apa?”“Ran, aku tidak yakin kau peduli padaku. Mungkinkau cuma takut dengan kematian.”“Bob, a-aku tidak mengerti akan kata-katamu itu?”“Kau kan yang menikahi Winda! Dan kau pantasmati karenanya.”“Bo-Bob. Ka-kau bicara apa?”“Sudahlah, Ran! Kau jangan berkelit! Aku sudahtahu kebusukanmu. Ternyata selama ini kau sudahmenyembunyikan Winda dariku, dan itu karenakeegoisanmu yang mementingkan diri sendiri. Kausama sekali tidak peduli dengan diriku yang harusmenderita karena mengharapkannya.”238


“Bob, maafkan aku! Aku betul-betul menyesal atassemua itu. Terus terang, aku tidak mungkinmenyerahkan Winda padamu, sebab aku betul-betulmencintainya. Dan aku mencintainya ketika kau itubelum mencintainya. Ingatkah ketika kaumemperkenalkannya padaku?”“Ya aku ingat.”“Setelah perkenalan itulah aku jatuh cintapadanya, dan semua itu lantaran dia menarik hatiku,apa lagi setelah aku tahu kalau dia itu adalah gadisyang baik. Semakin besarlah cintaku kepadanya.Bukankah saat itu kau sama sekali tak mencintainyalantaran fisiknya yang tak sempurna.”“Ran ketahuilah! Sebenarnya saat itu, biarpunkutahu wajahnya kurang cantik, tapi sesungguhnyadia telah menarik hatiku. Tapi, karena saat itu akugengsi. Aku pun menapikkan hal itu. Coba kau pikir,apa kata teman-temanku jika aku sampai menikahigadis seperti dia. Mereka pasti akan menertawakandan mengolok-olok aku.“239


“Itu berarti kau belum dewasa, Bob. Kau lebihmengkhawatirkan apa kata orang ketimbang menurutikata nuranimu sendiri.”“Ya, saat itu aku memang belum dewasa. Kini akusudah tidak mempedulikan masalah fisik lagi. Andaiaku bertemu dengan gadis seperti dia, dan diamenarik hatiku, tentu aku akan menikahinya. Sepertihalnya ketika aku bertemu dengan gadis cantik,namun karena dia tak menarik hatiku, maka aku puntidak mempedulikannya.”“Apakah ini berarti kau sudah bisa melupakanWinda?”“Apa kau bilang? Melupakan Winda. Tidak, Ran.Saat ini aku belum menemukan gadis yang menarikhatiku. Hanya Windalah yang masih melekat erat dihatiku.”“A-apakah itu berarti ka-kau akan membunuhku?”“Tentu saja. Hanya dengan cara itulah aku bisamenikahi Winda.”“Bob, sekali lagi aku minta maaf. Kau tidak perlumenjadi pembunuh jika ingin mendapatkan Winda!240


Bob… A-aku akan menceraikannya, dan kau bisamenikah dengannya. Walaupun ini berat buatku,namun tentu lebih berat ketimbang menjadikansahabatku menjadi seorang pembunuh.”“Benarkah yang kau katakan itu, Ran? Kaumelakukan itu karena takut atau karena memangpeduli dengan sahabatmu?”“Aku peduli padamu, Bob. Sebab, selama ini akusudah begitu egois, yaitu menyembunyikan Windadarimu. Andai dulu aku bisa lebih bijaksana dengantidak bersikap egois seperti itu, tentu tidak akan sesulitini jadinya. Bob, percayalah kalau aku akanmenceraikan Winda demi untuk kebaikanmu.Sungguh aku tidak mau kau menjadi seorangpembunuh.”“Sudahlah, Ran! Kau tidak perlu menceraikannya.Hehehe…! Sebenarnya saat ini aku sedangbersandiwara. Aku ini bukanlah orang bodoh yanghanya karena cinta buta tega membunuh sahabatnyasendiri.”241


Bobby pun menceritakan perihal pertemuannyadengan Winda dan rencananya untuk bersandiwara.“Be-benarkah yang kau katakan itu, Bob? Ka-kauitu sungguh keterlaluan. Kau sudah membuatperasaanku tidak karuan.”“Hehehe… kini aku puas karena sudah bisamemberi pelajaran padamu. O ya, kalau kau mautahu, sebenarnya kini sudah melupakan Winda.Sebab, aku menyadari kalau dia memang bukanlahjodohku. Ketahuilah, setelah usahaku yang begitukeras untuk mencari Winda, toh pada akhirnya Tuhantak jua mempertemukanku. Bukankah itu pertandakalau dia memang bukanlah untukku, dankeyakinanku itu semakin kuat setelah aku mengetahuikalau dia sudah menjadi istrimu.”“Syukurlah kalau kau menyadarinya, Bob.”“O ya, Ran. Kenapa kau tidak mau berterusterang?”“Aku takut, Bob. Aku takut kau akan membenciku.Masih ingatkah ketika terakhir kali kita bertemu?”Bobby mengangguk.242


“Saat itu sebetulnya aku mau mengatakan halyang sebenarnya, namun akhirnya aku mengurungkanniatku itu karena di dalam benakku sudah terbayangapa yang bakal terjadi kemudian. Saat itu aku takutkau akan membenciku dan menganggapku sebagaiseorang pengkhianat. Apalagi setelah kutahu sikapmuketika sandiwara lamaran itu, bisa-bisa kau memohonpadaku untuk melepaskan Winda yang begitukucintai. Beruntung jika kau seorang yang pengertiandan besar hati, namun jika tidak tentu kebahagiaankudan persahabatan kita akan terancam. Karenanyalah,akhirnya aku pun memilih untuk terusmerahasiakannya dan memutuskan untukmeninggalkanmu hingga saat yang tepat untukmengatakan mengenai kebenaran itu tiba. O ya, Bob.Bagaimana kalau kau kembali pada Nuraini!Sebenarnya dulu aku berusaha menjodohkanmudengannya karena aku merasa bersalah, dan akuingin menebusnya dengan membuatmu bahagia.”243


“Tidak, Ran. Aku sudah menemukan gadis lainyang kini mulai mengisi relung hatiku. Gadis itubernama <strong>Bintang</strong>.”“Bi-<strong>Bintang</strong>?” tanya Randy terkejut.“Ya, <strong>Bintang</strong>. Kau tentu mengenalnya, dia itusahabat istrimu, gadis bercadar yang mempunyai hatiyang begitu baik, bahkan mungkin lebih baik daripadaistrimu itu. Dia itu gadis yang betul-betul sudahmemikat hatiku, yaitu dengan kebaikannya. Tidakseperti Nuraini, gadis murahan yang berani berzinah.”“A-apa??? Nu-Nuraini berzinah?”“Ya, dia telah berzinah dengan Haris. Sungguhperbuatan yang memalukan. Semula aku begitumembencinya, namun sekarang aku justru kasihanpadanya. Andai dia mau bertobat dan kembali ke jalanyang lurus, tentu aku akan bahagia sekali. Apalagi jikaia minta dicambuk dan diasingkan selama setahun,tentu aku akan sangat bangga padanya. Dansepertinya, hanya dengan cara itu dosa-dosanya bisasegera diampuni. Kini tak banyak yang bisa akulakukan padanya, selain hanya mendokan agar dia244


kembali ke jalan yang lurus. Kini aku terpaksamengungkap aib Nuraini demi untuk kebaikannya,mungkin dengan begitu kau mau menasihatinya agarkembali ke jalan yang lurus. Bukankah kau orangyang pandai dalam hal itu.”“Bob, kau jangan mengada-ngada. Jangan kaumemfitnah Nuraini dengan tuduhan keji seperti itu!Tidak mungkin Nuraini berzinah dengan Haris? SebabNuraini itu…”“Sudahlah, Ran. Aku tidak mau mendengar perihalkebaikannya yang hanya sebagai topeng belaka.Benar saja dugaanku, jika aku sampai mengungkaphal ini, kau tentu akan menuduhku demikian. Danterbukti sekarang kau sudah menuduhku sebagaitukang fitnah. Ketahuilah kalau aku sama-sekali tidakhendak memfitnahnya, namun aku bisa bicara begitukarena sebab aku mengetahuinya dengan matakepalaku sendiri. Kalau kau memang tidak percaya,tanyakan saja pada dia!”“Kalau begitu, ayo kita buktikan tuduhanmu itu!”245


“Tapi, Ran. Rasanya percuma, dia pasti tak akanmau mengakuinya. Lagi pula, aku kan tidakmempunyai empat orang saksi, yang menurutpandangan agama, tuduhanku itu memang taksepatutnya untuk dipercaya.”“Itu tak jadi soal, Bob. Sebab, jika dia memangmelakukannya dan dia mencoba berkelit, minimal akubisa <strong>membaca</strong> dari gelagatnya bicara. Bukankahorang yang berkata dusta karena sebab dosa bisadibedakan dengan orang yang berkata jujur. Ataukalau perlu kita memintanya bersumpah atas namaTuhan.”“Ran, apa kau sungguh-sungguh bisamembedakannya. Sudahlah Ran, aku yakin kau tidakakan mampu. Terus terang, aku kasihan padamu.Kalau kau mau tahu, selama ini sebenarnya kausudah dibodohi olehnya. Dan aku maklum kenapa kaubisa sampai dibodohinya, itu semua karena topengnyayang kuakui betul-betul hebat. Andaipun diabersumpah, tentu sumpahnya adalah sumpah palsu.Kau mungkin wajib untuk mempercayai manusia yang246


sudah bersumpah atas nama Tuhan, sebab kaubukan seorang saksi. Namun aku, yang kini sebagaisaksi tentu tidak akan bisa mempercayainya begitusaja.”“Sudahlah, Bob. Aku tidak mau mendengar katakatamuyang terus memojokkan Nuraini. Sebaiknyakita lekas ke sana. Kita lihat saja nanti, apakah semuatuduhanmu itu memang benar.”“Hmm... kalau begitu baiklah, ayo kita ke sana!”“Kalau begitu, tunggu sebentar, Bob! Aku mauganti pakaian dulu.”Lantas dengan segera Randy menggantipakaiannya, dan setelah itu dia segera meneleponNuraini. Lama juga mereka bercakap-cakap hinggaakhirnya, “Ran…. Terus terang aku tidak maubersandiwara lagi. Aku takut sesuatu yang diluarperkiraan kita akan terjadi, seperti waktu itu.”“Kita harus melakukannya, Nur. Sebab kalautidak, aku justru khawatir Bobby akan menjadi putusharapan. Aku mohon, janganlah kau merusak apayang sudah menjadi harapannya kini.”247


“Hmm… baiklah, Ran. Deminya aku rela menjadiNuraini yang dulu, Nuraini yang belum memahamiagama dengan baik.”“Syukurlah kalau kau mau melakukannya. Kalaubegitu, sudah dulu ya. Aku khawatir Bobby akanberpikiran macam-macam jika kau tak segeramenemuinya. Wassalamu’alaikum…”“Wa-allaikum salam…”Setelah menutup telepon, Randy segera menemuiBobby dan mengajaknya pergi ke rumah Nuraini. Dansetelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh,akhirnya kedua pemuda itu tiba di tempat tujuan. Kinimereka sedang membicarakan apa yang sudahdituduhkan Bobby.“Astagfirullah...! Apa yang sudah kalianbicarakan?” tanya Nuraini terkejut.“Sudahlah, Nur. Kau tidak usah bersembunyi lagidi balik topeng kebaikanmu itu. Sebab, aku memangsudah melihatmu di tepi telaga bersama Haris. Kaumelakukannya di tempat sepi tak jauh darikerimbunan pohon bambu.”248


“Ka-kau waktu itu ada di sana?” tanya Nurainihampir tidak mempercayainya.“Ya, sebab kata ibumu kau dan Haris pergi kesana. Saat itu, aku yang sudah begitu ingin bertemudenganmu akhirnya mencoba menyusul. Namun,sungguh di luar dugaan ternyata...”Bobby pun menceritakan segala yang dialaminyasaat itu.“Cukup, Kak. Kini aku mengerti, kenapa kau bisasampai menuduhku begitu. Ketahuilah, kalau apayang kau dengar dan kau saksikan saat itu tidakseperti apa yang kau duga.”Nuraini pun segera menceritakan kejadian waktuitu, malah dia menceritakan kenapa saat itu dia bisapergi bersama Haris. “Kak, ketahuilah! Saat itu,setelah kepergianmu yang marah karena tahu akudilamar Randy. Aku merasa betul-betul menyesal dantidak tega melihatmu yang tampak benar-benarterpukul akibat sandiwara lamaran itu. Saat itu punsebetulnya aku mau memberitahukan kalau ituhanyalah sebuah sandiwara, namun karena saat itu249


kau terus pergi, akhirnya aku cuma bisamenyesalinya. Dan disaat aku sedang terpukul karenamerasa berdosa sudah membohongimu, tiba-tibaHaris datang ke rumahku. Dan setelah diamengetahui apa yang aku alami, dia pun mencobamenghiburku. Saat itu dia mencoba mengajakkumemancing, namun dia tidak mengajakku memancingikan, tapi dia mau mengajakku memancing belut yangkatanya pasti bisa menghibur dan menjadipengalaman baru.Karena itulah, aku pun akhirnya mau mengikutiajakannya, dengan maksud untuk menghibur hatiku.Dan setelah berpamitan dengan i<strong>buku</strong>, kami punsegera berangkat menuju telaga. Setibanya di sana,kami langsung menuju ke tempat dimana belut-belutbiasa bersarang, yaitu di tempat yang tak jauh darikerimbunan pohon bambu itu. Dan ketika umpankudimakan seekor belut, aku langsung kegirangan.Begitu pun dengan Haris, dia tertawa senang karenamelihatku gembira. Sungguh saat itu aku merasakanpengalaman baru yang luar biasa. Karena saking250


kuatnya tarikan belut itu, aku pun sempat terengahengahdibuatnya. Saat itu, aku sempat bilang padaHaris kalau aku tak kuat melawan tarikannya yangluar biasa kuat. Namun, saat itu Haris memberisemangat padaku untuk tetap mempertahankannya,karena dia yakin tak lama lagi belut itu akankelelahan. Benar saja, tak lama kemudian belut itupun mulai kelelahan, pada saat itulah Haris membukacelana panjangnya dan turun ketepian telaga hanyadengan mengenakan celana pendek saja, dan diaberusaha keras membantu mengeluarkan belut darisarangnya dengan cara merogoh lumpur dari arahberlawanan. Saat itu, aku dan Haris betul-betulmerasa lega karena akhirnya kami berhasilmengeluarkannya.Dan setelah memasukkan belut itu ke dalamransel, kami pun berniat pergi karena mengetahui harisudah sore. Saat itu aku sempat merapikan pakaiandan rambutku yang berantakan setelah lamaberaktifitas, begitu pun dengan Haris yang kembalimengenakan celana panjangnya. Saat itu, lantaran251


saking gembiranya, aku pun langsung memuji Harisyang sudah membuktikan ucapannya kalaumemancing belut itu memang pengalaman yangsangat hebat. Dan Haris pun menawarkan kalau lainwaktu bisa memancing lagi. Sungguh apa yang sudahdiupayakan Haris itu sudah begitu menghibur hatikuyang semula galau. Begitulah ceritanya, Kak.”“Be-benarkan semua ceritamu itu, Nur?” tanyaBobby ragu.“Sungguh, Kak. Untuk apa lagi aku berdustapadamu. Cukup sudah dustaku perihal sandiwaralamaran itu, dan aku sungguh menyesal karena sudahberbuat demikian. Kalau kau mau tahu, sebetulnyaaku terpaksa bersandiwara seperti itu agar kau cepatmenikahiku. Waktu itu aku sudah tak sanggup karenaterlalu lama menunggu lamaranmu, kau selalu sajaberkelit dengan alasan belum siap. Kalau kau mautahu, sebetulnya selama kita pacaran aku sudahtersiksa karena selalu menolak hasrat biologisku, danaku tidak mungkin memenuhi kebutuhan itu di luarketentuan agama, karenanyalah aku ingin kita252


menikah sehingga aku bisa selamat dari perbuatandosa. Tapi sayang, ternyata semua rencana itu samasekali tidak berjalan sebagaimanamestinya.”Saat itu Bobby terdiam, sepertinya pemuda itusedang memikirkan berbagai hal yang sudah Nurainikatakan. “Hmm... benarkah semua yangdikatakannya? Tidak, aku tidak bolehmempercayainya begitu saja. Aku harus mencari buktilebih jauh kalau kejadian waktu itu memanglahkegiatan memancing.” Kini pemuda itu menatapNuraini seraya berkata, “Nur, aku sama sekali tidakpercaya dengan karanganmu yang hebat itu. Akuperlu bukti lain yang lebih meyakinkan.”“Kenapa kau tidak tanyakan saja pada Haris, diapasti akan memberikan keterangan yang sama.”“Tentu saja, dia kan sudah sekongkol denganmu.”“Bob, dengarkan aku!” pinta Randy tiba-tiba. “Saatini kan Nuraini dan Haris belum bertemu. Aku yakin,Haris pasti belum tahu perihal keberadaanmu ditempat itu. Nah, jika kau menanyakan padanya dandia memberikan keterangan yang sama berarti apa253


yang diceritakan Nuraini tadi memang begitulahadanya. Andai jika saat ini Nuraini berbohong,kemungkinan besar Haris akan memberikan alasanyang berbeda.”“Randy benar, Kak. Tidak mungkin kami bisamengarang cerita yang sama, sedangkan saat itu akudan Haris sama sekali tidak mengetahuikeberadaanmu di tempat itu.”“Kalian benar. Kalau begitu, ayo Ran. Kita temuiHaris dan memintanya menceritakan apa yangdilakukannya bersama Nuraini.”“Kalau begitu, Ayo Bob!“Lantas dengan segera keduanya berangkatmenemui Haris, dan betapa terkejutnya Bobby kalauternyata cerita Haris sama persis dengan apa yangdiceritakan Nuraini. Kini Bobby tampak sedangmemikirkan hal itu, “Hmm… Ternyata Nuraini berkatajujur, dia memang sedang memancing dengan Haris.Tapi... ya ampun kenapa aku bisa sampai melupakanhal itu. Telepon, ya pesawat telepon. Pantas sajaceritanya bisa sama, sebab Nuraini pasti sudah254


meneleponnya. Bukankah perjalanan dari rumahNuraini kemari cukup jauh, tentu ada kesempatanbaginya untuk menceritakan semua itu. Sungguhcerdik sekali dia, hampir saja aku berhasil ditipunya.”“Bob, apa yang kau pikirkan?” tanya Randy tibatiba."Ah, bukan apa-apa. Aku hanya sedang menyesalsaja karena telah menduga yang tidak-tidak terhadapNuraini dan Haris.”“Sudahlah, kau jangan terlalu memikirkannya.Pradugamu selama ini hanyalah kesalahpahaman.”“Kau benar, Har. Kini semuanya sudah semakinbertambah jelas, siapa Nuraini itu sebenarnya.”“Bob, sebetulnya ketika Nuraini bercerita tadi akusudah bisa menduga kalau ia memang berkata jujur.Sebab, tanda-tanda ia berdusta sama sekali takkelihatan.”Mendengar itu, dalam hati Bobby hanya bisatertawa. Sungguh pemuda itu merasa kasihan dengansahabatnya yang bisa dengan mudahnya bisadibohongi. “Randy... Randy... kasihan sekali kau, tentu255


saja kau tak bisa menganggap kebohongan itu.Sebab, mereka itu sudah pro dalam hal berdusta. JikaNuraini baru pertama kali berbuat Dosa mungkinbohongnya akan mudah terlihat, tapi aku yakin diasudah seringkali melakukannya sehingga dia sudahtak terpengaruh dengan perasaan dosa. Dankarenanya, dia pun bisa berbohong dengan tanpa adabeban sama sekali.Untunglah kini aku sudah bisa lebih pasrahkepada Tuhan, sehingga apapun yang baik tentu akandatang padaku, dan yang tidak tentu akan pergidengan sendirinya. Aku yakin, Tuhan telahmemberitahuku yaitu dengan lintasan pikiran soaltelepon itu.“Tak lama kemudian, Bobby dan Randy sudahpamit pulang. Kini mereka sedang dalam perjalananmenuju ke sebuah halte yang tak begitu jauh darigang rumah Haris.“Bob, semua kan sudah jelas, kalau Nuraini itutidak berzinah. Lalu, apa rencanamu selanjutnya,256


apakah kau akan segera melamarnya?” tanya Randykepada Bobby.“Tidak, Ran. Aku tidak mau menikah denganNuraini.”“Kenapa, Bob? Apa lagi yang memberatkanhatimu?”“Aku kan sudah bilang padamu kalau akumencintai gadis yang bernama <strong>Bintang</strong>, bahkan akusudah menyatakan cinta padanya. Dan disaat itu, diapun menerima cintaku. Kini aku berniatmembelikannya seikat cincin sebagai tandakeseriusanku untuk melamarnya.”“Benarkah kau akan segera melamarnya?”“Hatiku sudah mantap, Ran. Kalau dialah gadisbelahan jiwaku.”“Baiklah, Bob. Kalau begitu aku akan sangatmendukung niat baikmu itu.”“Terima kasih, Ran. O ya, apakah kau maumenemaniku membeli cincin itu?”“Tentu saja, Bob. Aku mau sekali.”257


Setibanya di mobil, kedua pemuda itu segera naikdan bergegas ke pasar. Hingga akhirnya, mobil yangmereka tumpangi tiba juga di tempat tujuan.Esok harinya, di hari Minggu yang cerah. Bobbytampak sedang melangkah menuju ke rumah Randy.Rupanya dia sengaja datang ke rumah itu untukmeminta Winda agar mau mengantarkannya pergi kerumah <strong>Bintang</strong>. Maklumlah, hingga hari ini Bobbymemang belum mengetahui keberadaan rumah<strong>Bintang</strong>. Namun setibanya di tempat tujuan, dia malahtidak jadi berangkat ke sana. Hal itu dikarenakan saatitu <strong>Bintang</strong> justru sedang bertamu ke rumah Winda.Kini Bobby, <strong>Bintang</strong>, Randy, dan Winda tampaksedang berbincang-bincang di teras muka. Hinggaakhirnya Randy dan istrinya sengaja pamit ke dalamdengan maksud memberi kesempatan kepada keduamuda-mudi itu agar bisa berduaan.258


“<strong>Bintang</strong>... bolehkah aku melihat wajahmu itusebentar saja! Sebab hari ini aku sudah berniat untukmelamarmu,” pinta Bobby kepada <strong>Bintang</strong>.“Benarkah yang kau katakan itu, Kak?”Bobby mengangguk.“Kalau memang demikian, tentu saja akubersedia. Sebab kau memang berhak untuk melihatlebih dulu gadis yang hendak kau lamar. Andai kausuka, kau boleh melamarku. Andai pun tidak, ituadalah hakmu untuk menentukan pilihan,” kata<strong>Bintang</strong> seraya membuka cadarnya dengan perlahan.“Ka-kau...” Bobby tampak terkejut ketika <strong>Bintang</strong>telah membuka seluruh cadarnya.“Ya, ini aku. Nuraini… <strong>Bintang</strong> Nuraini. Gadis yangselama ini terus berusaha keras untuk mendapatkancintamu kembali, yang mana selama ini sudahmembenciku dan mendugaku melakukan perbuatanterlarang, dan itu semua karena kesalahpahaman.Ketahuilah! Setelah kepergianmu aku betul-betulkehilanganmu. Dan sejak saat itu aku terus bercerminkenapa Tuhan sampai menjauhkanmu dariku.259


Semula aku menduga kau bukanlah pemuda yangbaik untukku. Namun setelah aku mengerti akan artiprasangka baik, maka aku pun kembali berkaca. Saatitu aku merasa justru sebaliknya, bahwa aku bukanlahgadis yang pantas untukmu. Lantas aku berusahauntuk berprasangka baik, kalau kau itu adalahpemuda yang baik, dan karenanyalah Tuhan takmengijinkan aku untuk bisa bersamamu. Dan sejaksaat itulah aku melihat kekuranganku itu, yaitu akubelum menjadi gadis yang sesuai dengan tuntunanagama. Dan sejak saat itulah, aku mulai berhijabdengan sempurna dan terus memperdalam <strong>ilmu</strong>agamaku seraya mengamalkannya dengan sungguhsungguh.Setiap hari aku tak lupa untuk terus berdoadan berharap, andai suatu saat aku sudah menjadigadis yang shalihah kiranya Tuhan berkenan untukmempersatukan kita lagi.Hingga suatu hari harapanku itu sepertinyaterbuka lebar, yaitu ketika kita bertemu kembali di tepitelaga. Saat itu, sebetulnya aku ingin sekalimengungkap jati diriku, namun entah kenapa aku260


merahasiakannya dengan memakai nama <strong>Bintang</strong>.Nama yang selama ini tidak banyak orang yangmengetahuinya, karena aku memang tidak pernahmenggunakannya lagi lantaran nama itu adalahpemberian ayahku yang begitu kubenci. Akumembenci ayahku karena sebab ia telah menceraikani<strong>buku</strong>. Namun sekarang, nama itu sudah kembalimenjadi nama depanku, dan itu dikarenakan akusudah memahami agama dengan lebih baik, sehinggaaku pun bisa memaafkan ayahku. Dan berkat namaitu, juga penampilan baruku, akhirnya aku kembalimembuatmu jatuh cinta untuk yang kedua kali.Andai saat itu aku langsung membuka jati dirikutentu kau akan menjauh dariku, dan aku tentu tidakakan mempunyai kesempatan lagi. Dan karenakekhawatiran itu pulalah yang membuatku terpaksakembali bersandiwara, yaitu setelah kaumengungkapkan perihal kesalahpahaman mengenaiapa yang terjadi antara aku dan Haris di telaga petangitu.261


Saat itu, sebelum kalian datang menemuiku.Randy sempat meneleponku dan memintaku untukkembali menjadi Nuraini yang dulu, yaitu menjadiNuraini yang belum berbusana dengan sempurna.Dan aku pun terpaksa melakukan itu oleh sebabkekhawatiran Randy yang sangat masuk akal, yaitusama seperti kekhawatiranku juga. Bahwasannya,setelah kau mengetahui kalau <strong>Bintang</strong> adalah aku,maka kau pasti akan meninggalkannya juga. Selainitu, sebetulnya Randy juga ingin mengetahui perihalbenar-tidaknya perzinahan yang kau tuduhkan itu.Sebab, dia sendiri memang betul-betul inginmengetahuinya, apa aku ini betul-betul berzinahdengan Haris atau tidak. Ketika dia meneleponkuwaktu itu, dia pun sama sekali tidak membicarakanperihal tuduhanmu itu.Karenanyalah ketika kalian membicarakanmasalah itu di rumahku, aku betul-betul terkejutdibuatnya. Dan karena aku memang tidak melakukanitu, aku pun menceritakan apa adanya. Tapisayangnya saat itu kau tetap tidak percaya, dan saat262


itulah terlintas pikiran agar kau menemui Haris danmendengar sendiri cerita darinya. Saat itu, Randyyang memang mempercayai ceritaku juga setujudengan gagasanku, dan dia pun berusahameyakinkanmu kalau gagasanku itu adalah sebuahbukti yang bisa merubah penilaianmu. Tapisayangnya, lagi-lagi kau masih juga tidakmempercayainya. Dan semua itu lantarankesombonganmu yang merasa telah menjadi orangbaik, sehingga kau merasa lintasan pikiran perihal akumenelepon Haris sebelum kalian tiba di sana adalahpetunjuk dari Tuhan. Padahal sesungguhnya lintasanpikiran itu bukan dari Tuhan, melainkan dari setanyang berupaya memperdayamu agar kau menjadisombong dengan tanpa kau sadari.Ingatlah, Kak! Semakin kau memahami ajaranagama, maka setan yang menggodamu pun akansemakin lihai. Mereka berusaha memperdayamudengan hal-hal yang kau anggap berasal dari Tuhan.Aku mengetahui perihal ketidakpercayaanmu itu dariRandy, sebab kau sudah menceritakan hal itu263


padanya, yaitu disaat kau pulang dari membeli cincinuntuk <strong>Bintang</strong>. Karenanyalah Randy mengundangkuke mari, dan dia juga memintaku untuk menceritakansemua ini apa adanya. Sebab hanya dengan carainilah mungkin kau mau mengerti.”“Benarkah yang kau katakan itu?” tanya Bobbyragu.“Tentu saja benar. Namun kini aku sudahmempasrahkan semuanya kepada putusan Tuhanyang Maha Mengetahui, apakah kita bisa bersatukembali atau tidak. Dan apakah Tuhan akanmenolongmu dengan memberi petunjuk yang benar,atau Dia akan tetap membiarkanmu di dalamkesesatanmu yang sudah menjadi sombong lantarankau merasa menjadi orang baik yang selalu diberipetunjuk oleh-Nya, padahal sebenarnya setanlah yangsudah memberimu petunjuk yang menyesatkan itu.”Mendengar kata-kata <strong>Bintang</strong> barusan, membuatBobby kembali berpikir dan berpikir. Hingga akhirnyawajah pemuda itu tampak damai karena sudahmenyesali segala kekeliruannya. “Alamak.... ternyata264


Gadis cantik yang pernah kubenci itu adalah <strong>Bintang</strong>.Gadis baik yang memang tidak mungkin beranimelakukan itu. Sungguh tidak layak aku membencinyalantaran praduga yang tak kuketahui dengan jelas.Biarlah kini aku serahkan kepada Tuhan saja, dansemuanya tentu akan terbukti setelah malam pertamananti. Andai dia memang sudah tidak perawan lagi,aku kan tinggal menceraikannya. Dan jika diamemang masih suci, tentu aku adalah pemudaberuntung yang bisa mendapatkannya.”Saat itu Bobby langsung memandang <strong>Bintang</strong>dengan penuh keyakinan. Seiring dengan itu, <strong>Bintang</strong>langsung tertunduk dan segera memakai cadarnyakembali. “<strong>Bintang</strong>… maukah kau menikah denganku?”Saat itu <strong>Bintang</strong> tidak menjawab, sebuah pertandabahwa dia memang bersedia. Ketika kata lamaran ituterucap, di dalam hatinya, gadis itu sempatmeragukan kalau Bobby adalah suami idamannya.Maklumlah, selama ini sedikit banyak dia sudahmengetahui beberapa sifat Bobby yang tak berkenandi hatinya. Biarpun begitu, akhirnya dia percaya kalau265


sifat yang tak berkenan itu pasti bisa berubah, hinggaakhirnya dia pun tak terlalu mempersoalkannya. Yangjelas, dia mau menikah dengannya bukan karena cintabuta, namun lebih kepada keimanan dan niat baikBobby yang mau menikahinya dengan cara yanghalal. Sebab dia menyadari, tujuan utamanya menikahadalah untuk beribadah. Kini dia sudah menyadarinya,kalau penampilan fisik dan kepribadian yang takberkenan bukanlah sesuatu yang terpenting dalammembina suatu hubungan. Sebab, jika hati sudahmenerima dan perbedaan bukanlah masalah tentutidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Lagi pula,bukankah manusia itu bisa berubah kapan saja, dankarenanyalah perceraian itu dihalalkan karenamanusia memang makhluk lemah yang mungkin sajatidak mampu dalam mempertahankan bahtera rumahtangganya.Walaupun perceraian itu dibenci Tuhan, namunTuhan tetap Maha Penyayang. Karenanyalah,manusia diberi kesempatan untuk menjalanikesempatan berikutnya dan menjadikan peristiwa266


yang dialaminya itu sebagai pelajaran guna bisamemaknai arti kehidupan. Dan karena itulah, <strong>Bintang</strong>sama sekali tidak takut dengan perceraian. Sebab diapercaya, jika mereka memang betul-betul maumengikuti petunjuk Tuhan, dia yakin perceraian itutidak akan pernah terjadi. Perceraian hanya bisaterjadi jika salah-satu dari mereka sudah kalah olehbisikan setan yang menyesatkan. Sehingga ego akanlebih bermain ketimbang nuraninya yang senantiasaberkata jujur.Bahkan kini Nuraini mencoba untuk mempercayaiBobby sepenuhnya, kalau pemuda itu kelak bakalmenjadi suami idamannya, walaupun dia menyadarihal itu bisa saja bertolak belakang. Sebab diamemang belum mengetahui tabiat aslinya, yangmungkin saja tidak sesuai harapan. Itulah yangdinamakan cinta sejati, yang dibina atas dasarkepercayaan. Sebab, kepercayaan itu adalah bagianpada cinta itu sendiri. Yang tanpanya, cinta tidaklahsempurna.267


Bobby pun yakin untuk melamarnya karena diamau menikah semata-mata karena Allah, dan diaakan menjadikan kehidupan rumah tangganyasebagai ladang amal yang akan menambahkedekatannya kepada Tuhan. Dan jika gadis ituterbukti masih suci, tentu gadis seperti itulah yangdiyakini bisa menyempurnakan akidahnya, yaitu gadisyang berkomitmen teguh dan optimis untuk bisabersama-sama mengarungi kehidupan di dalamsebuah bahtera rumah tangga yang diridhai Tuhan.Akhirnya Bobby dan <strong>Bintang</strong> Nuraini menikah.Mereka menikah dengan cara yang sederhana, danhal itu sama sekali tidak mengurangi kesakralannya.Malam harinya, seusai sholat malam, <strong>Bintang</strong> Nurainitak lupa berdoa kepada Tuhan, mengikuti apa yangpernah dibacanya di internet.“Ya Allah.. Ampunilah dosaku yang telahkuperbuat, limpahkanlah aku dengan kesabaran yang268


tiada terbatas, berikanlah aku kekuatan mental,kurniakanlah aku dengan sifat keridhaan, peliharalahlidahku dari kata-kata nista, kuatkanlah semangatkudalam menempuh segala cobaan-Mu, berikanlah akusifat kasih sesama insan.Ya Allah... Sekiranya suamiku ini adalah pilihan-Mu di Arash, berilah aku kekuatan dan keyakinanuntuk terus bersamanya. Sekiranya suamiku iniadalah suami yang akan membimbing tanganku dititian-Mu, kurniakanlah aku sifat kasih dan ridha atassegala perbuatannya. Sekiranya suamiku ini adalahbidadara untukku di Jannah-Mu, limpahkanlah akudengan sifat tunduk dan tawaduk akan segalaperintahnya. Sekiranya suamiku ini adalah yangterbaik untukku di dunia-Mu, peliharalah tingkah lakuserta kata-kataku dari menyakiti perasaannya.Sekiranya suamiku ini jodoh yang dirahmati oleh-Mu,berilah aku kesabaran untuk menghadapi segalamacam tabiatnya yang tak berkenan.Tetapi ya Allah... Sekiranya suamiku iniditakdirkan bukan untuk diriku seorang, tunjukkanlah269


aku jalan yang terbaik untuk menerima segala takdir-Mu. Sekiranya suamiku tergoda dengan keindahandunia-Mu, limpahkanlah aku kesabaran untuk terusmembimbingnya. Sekiranya suamiku tunduk terhadapnafsu yang melalaikan, kurniakanlah aku kekuatan-Muuntuk memperbaiki keadaannya. Sekiranya suamikumencintai kesesatan, pandulah aku untuk menarikdirinya keluar dari keterlenaannya.Ya Allah... Kau yang Maha Mengetahui apa yangterbaik untukku, Kau juga yang Maha Mengampunisegala kekhilafan dan keterlanjuranku. Sekiranya akukhilaf mengambil putusan, bimbinglah aku ke jalanyang Engkau ridhai. Sekiranya aku lalai dalamtanggung jawabku sebagai istri, hukumlah aku didunia tetapi bukan di akhirat-Mu. Sekiranya aku ingkardan durhaka, berikanlah aku petunjuk ke arah rahmat-MuYa Allah... Sesungguhnya aku lemah tanpapetunjuk-Mu, aku buta tanpa bimbingan-Mu, aku cacattanpa hidayah-Mu, aku hina tanpa Rahmat-Mu.Ya Allah...270


Kuatkan hati dan semangatku, tabahkan akumenghadapi segala cobaan-Mu. Jadikanlah aku istriyang disenangi suami, bukakanlah hatiku untukmenghayati agama Mu, bimbinglah aku menjadi istriSalehah. Hanya pada-Mu, Ya Allah... aku memohonsegala harapan, karena aku pasrah dengan dugaan-Mu, karena aku sadar hinanya aku, karena aku insanlemah yang kerap keliru, karena aku terlena dengankeindahan dunia Mu, karena kurang kesabarankumenghadapi cobaan-Mu, karena pendek akalkumengarungi ujian-Mu.Ya Allah Tuhanku… Aku hanya ingin menjadi istriyang dirahmati, istri yang dikasihi, istri yang salehah,istri yang senantiasa di hati. Amin...“Pada saat yang sama, Bobby pun sedang berdoakepada Tuhan. Dia berdoa dengan khusuk dan penuhpengharapan, mengikuti lembaran doa yang pernahdiberikan <strong>Bintang</strong> dan dengan sedikit tambahan doadarinya.“Ya Allah.. Ampunilah dosaku yang telahkuperbuat, limpahkanlah aku dengan kesabaran yang271


tiada terbatas, berikanlah aku kekuatan mental,kurniakanlah aku dengan sifat keridhaan, peliharalahlidahku dari kata-kata nista, jauhkan aku dari berbagaipenyakit hati, kuatkanlah semangatku menempuhisegala cobaan-Mu, berikanlah aku sifat kasih sesamainsan. Andai istriku memang tak suci lagi, berilah akukekuatan dan kesabaran sehingga aku tak sampaimenceraikannya.Ya Allah... Sekiranya istriku ini adalah pilihan-Mudi kerajaan-Mu, berilah aku kekuatan dan keyakinanuntuk terus bersamanya. Sekiranya istriku ini adalahistri yang menjadi tanggung jawabku untukmembimbingnya menuju titian-Mu, kurniakanlah akusifat sabar dan tawakal atas segala perbuatannya.Jadikanlah aku suami yang bijaksana dan penuhtanggung jawab, yang bisa membawa bahtera rumahtangga ini sesuai dengan keridhaan-Mu. Sekiranyaistriku ini adalah bidadari untukku di Sorga-Mu,limpahkanlah aku dengan sifat sayang dan lemahlembut kepadanya, dan jadikanlah aku hanya untukdirinya seorang hingga akhir hayat kami. Sekiranya272


istriku ini adalah yang terbaik untukku di dunia-Mu,peliharalah tingkah laku serta kata-kataku darimenyakiti perasaannya. Sekiranya istriku ini jodohyang dirahmati oleh-Mu, berilah aku kesabaran untukmenghadapi segala macam rintangan yangmenghadang.Tetapi ya Allah... Sekiranya aku ditakdirkan bukanuntuk dirinya seorang, tunjukkanlah aku jalan yangterbaik untuk menerima segala takdir-Mu. Sekiranyaistriku tergoda dengan keindahan dunia-Mu,limpahkanlah aku kesabaran untuk terusmembimbingnya. Sekiranya istriku tunduk terhadapnafsu yang melalaikan, kurniakanlah aku kekuatan-Muuntuk membetulkan keadaannya. Sekiranya istrikumencintai kesesatan, pandulah aku untuk menarikdirinya keluar dari keterlenaannya.Ya Allah... Kau yang Maha Mengetahui apa yangterbaik untukku, Kau juga yang Maha Mengampunisegala kekhilafan dan keterlanjuranku. Sekiranya akukhilaf mengambil putusan, bimbinglah aku ke jalanyang Engkau ridhai. Sekiranya aku lalai dalam273


tanggungjawabku sebagai suami, hukumlah aku didunia tetapi bukan di akhirat-Mu. Sekiranya aku ingkardan durhaka, berikanlah aku petunjuk ke arah rahmat-MuYa Allah... Sesungguhnya aku lemah tanpapetunjuk-Mu, aku buta tanpa bimbingan-Mu, aku cacattanpa hidayah-Mu, aku hina tanpa Rahmat-Mu.Ya Allah...Kuatkan hati dan semangatku, tabahkan akumenghadapi segala cobaan-Mu. Jadikanlah aku suamiyang disenangi istri, bukakanlah hatiku untukmenghayati agama-Mu, bimbinglah aku menjadi suamiyang saleh. Hanya pada-Mu, Ya Allah... aku memohonsegala harapan, karena aku pasrah dengan dugaan-Mu, karena aku sadar hinanya aku, karena aku insanlemah yang kerap keliru, karena aku terlena dengankeindahan dunia-Mu, karena kurang kesabarankumenghadapi cobaan-Mu, karena pendek akalkumengarungi ujian-Mu.274


Ya Allah Tuhanku… Aku hanya ingin menjadisuami yang dirahmati, suami yang dikasihi, suamiyang saleh, suami yang sentiasa di hati. Amin...“Usai berdoa, Bobby pun bersiap-siap untukmenafkahi istrinya. Kini dia dan istrinya itu sudahberada di atas tempat tidur. Dan seusai berdoamemohon perlindungan Tuhan demi keselamatanbenih yang akan mereka semai, pemuda itu punlangsung menafkahi istrinya di bawah selimut yanglembut. Sungguh Bobby sangat bersyukur atas malampertamanya itu, karena ternyata dia diberikan seorangistri yang selama ini memang dia idam-idamkan.Ternyata <strong>Bintang</strong> Nuraini memang masih suci, dan diapun berniat untuk menggantung rasa penasarannyaitu hinga hari ke tujuh. Kini pemuda itu tampakberistirahat sambil bersandar di ranjang, sedangkanistrinya tampak berbaring di dadanya penuhkemanjaan. Dalam hati, pemuda itu tampak menyesaliprasangka buruknya selama ini. “Duhai Istrikusayang… maafkan aku yang selama ini sudahmengiramu sebagai gadis yang tak bermoral.275


Sungguh prasangka yang tak sepatutnya melekat eratdi benakku,” ucapnya dalam hati.Belum sempat pemuda itu mengungkapkan apayang ada di hatinya itu, mendadak <strong>Bintang</strong> Nurainisudah mendahuluinya. “Tidak apa-apa, Sayang… akubisa mengerti. Kau berbuat begitu karenakesalahpahaman,” kata gadis itu serayamenggenggam tangan suaminya.“Ka-kau bisa <strong>membaca</strong> pikiranku?”“E-entahlah… aku juga tidak mengerti. Bahkanhingga kini aku pun masih bingung, kenapa terkadangdi hatiku timbul sebuah perkataan yang membuat akumerasa harus menjawabnya? Dan anehnya, jawabanitu selalu saja nyambung dengan pikiranmu. Tapi itujarang sekali terjadi, yaitu hanya jika perasaankusedang betul-betul sensitif. Seperti saat ini, ketikakebahagiaan yang kurasakan begitu membuatku inginmenangis. O ya, ingatkah ketika malam itu, disaat kausedang menyendiri di atas sepeda motormu, ketikakau sedang mengadu pada malam berbintang?“ tanya<strong>Bintang</strong> kepada suaminya.276


“Ka-kau gadis misterius itu? Gadis yang datangdan pergi dengan begitu saja?” tanya Bobby hampirtak mempercayainya.“Iya, Sayang… Saat itu kau pun bilang kalau akubisa <strong>membaca</strong> pikiranmu, padahal sesungguhnya saatitu aku hanya menjawab apa yang ada di hatiku.”“Aneh… apakah itu karena kau bagian daridiriku?”“Entahlah… Mungkin saja begitu. Dankarenanyalah kini kita kembali bersatu untukmenyempurnakan bagian yang terpisah itu.”“Mungkin juga hanya sebuah kebetulan. Kalaubegitu katakanlah, Sayang…! Perkataan apa yang adadi benakmu itu sehingga kau menjawabnyademikian?”“Tadi di benakku tergambar dirimu yangmengatakan kau menyesal karena sudah berburuksangka padaku. Lantas aku pun menjawabnya sepertiyang kau dengar tadi.”“Sayang apakah aku berkata Istriku sayang…maafkan aku yang selama ini sudah mengiramu277


sebagai gadis yang tak bermoral. Sungguh prasangkayang tak sepatutnya melekat erat di benakku.”“Sama sekali tidak. Di benakku hanya tergambardirimu yang mengatakan kau menyesal karena sudahberburuk sangka padaku. Itu saja.”“Syukurlah… ternyata kau tidak betul-betul bisa<strong>membaca</strong> pikiranku. Kau hanya mendapat firasatmengenai apa yang ada di hatiku. Terus terang, akutakut sekali jika kau betul-betul bisa melakukan itu.““Astagfirullah… hampir saja aku terpedaya olehbisikan setan. Tadi aku sempat merasa hebat karenamempunyai kelebihan itu. Kini aku semakin yakin,tidak ada Jin dan Manusia yang dapat mengetahui isihati kita yang sebenarnya, sebab hanya Allah-lah yangdapat mengetahuinya. Aku menduga setan telahberhasil mencuri sedikit data darimu dan dia mencobamemberitahunya padaku, dengan tujuan agar akutergelincir. Seperti halnya para peramal yangmendapat berbagai informasi dari setan, namunkarena di langit sudah dipasang panah-panah api,maka setan pun hanya bisa mendapat informasi278


mengenai apa yang akan terjadi itu hanya sedikit saja.Lantas mereka memberikan informasi itu kepada paraperamal dengan tujuan menyesatkan manusia.Karenanya siapa saja yang percaya dengan ramalanselain dari yang ada di Al-Quran dan Hadist Rasuladalah sesat.”“O ya, bagaimana dengan orang-orang yang bisamenerawang dari jarak jauh, atau seorang yang bisa<strong>membaca</strong> peristiwa masa lalu.”“Kak, ketahuilah! Kalau sebenarnya semua datamengenai isi dunia sudah tertulis jelas sampaisedetail-detailnya pada sebuah kitab yang bernamaLauhul Mahfuzh. Seperti dari partikel debu hinggajagad raya, dari satu huruf hingga ensiklopedia. Dantermasuk kata-kataku barusan. Karenanya tidak usahheran jika ada orang yang sampai tahu, semua ituadalah karena ulah setan yang sengaja mencuriinformasi dari kitab tersebut, atau bisa juga Tuhansendiri yang memberitahunya karena orang itu sudahmenjadi kekasih Tuhan. Dulu Allah membiarkan setanmencuri informasi itu, dan akibatnya kehidupan dunia279


pun jadi kacau-balau. Ilmu sihir merajalela, dankekuatan hitam hampir mengusai dunia. Zaman ituadalah zaman jahiliyah. Karenanyalah, Allah lantasmenurunkan Al-Quran dan mengutus seorang Rasuluntuk membenahi itu semua, yaitu di wilayah yangpaling parah kejahilannya, yaitu kota Mekah. Malahpada saat itu, rumah Allah yang ada di kota itu sudahberani mereka kotori dengan hal-hal yang Allah benci,yaitu dengan meletakkan berhala-berhala yangmenjadi sembahan mereka. Selain menurunkan KitabSuci Al-Quran dan Rasulnya Muhammad SAW, Allahjuga membatasi gerak setan dalam upaya mencuriinformasi dari Kitab Lauhul Mahfuzh, yaitu denganmemasang panah-panah api. Dan karenanyalah setanhanya bisa mendapatkannya sedikit saja. Allahsengaja membiarkan itu demi berjalannya sebuahsistem yang seadil-adilnya, yaitu agar anak cucuAdam bisa selamat dari godaan setan, dan setan pundi berikan haknya, sesuai dengan janji Tuhankepadanya."“Benarkah semua itu?” tanya Bobby agak bingung.280


“Entahlah, Wallahu alam. Sebetulnya aku jugamengetahui semua itu dari guruku. Karenanyalah agarkita bisa benar-benar yakin kalau semua itu benaratau tidak kita harus mau belajar mengenai sejarahIslam, yaitu sejak Nabi Adam diciptakan hingga masaKejayaan Islam. Kita bisa mengetahuinya lewat Al-Quran, Hadist Rasul, Internet, dan berbagai <strong>buku</strong> yangberkenaan dengan hal itu. Masih ingatkah Kakakdengan tulisan Harun Yahya yang mengatakan,Dalam Al-Quran Allah mengajak manusia untuk tidakmengikuti secara buta kepada kepercayaan dannorma-norma yang diajarkan masyarakat. Akan tetapimemikirkannya dengan terlebih dahulumenghilangkan segala prasangka, hal-hal yang tabudan yang mengikat pikiran mereka.”“Ya, kau benar. Sebaiknya kita jangan begitu sajamenelan mentah-mentah berbagai informasi yang kitadapatkan, namun kita wajib mengkajinya lebih jauhagar kita tidak tersesat nantinya. Apalagi berbagaiinformasi yang kita baca melalui <strong>buku</strong>-<strong>buku</strong> atauinternet, yang <strong>merupakan</strong> buah pikiran penulisnya.281


Bukankah penulis itu juga manusia, yang memilikibanyak kekurangan. Ia bisa benar dan bisa jugasalah.O ya, Istriku sayang… Sebentar ya, aku maumenunjukkan sesuatu padamu!” pinta Bobby serayamelangkah dan mengambil limas teka-teki yangditemukannya waktu itu. “Sayang… apakah kaumengetahui benda ini?” tanya Bobby seraya kembalimerebahkan diri di sisi istrinya dan memberikan bendaitu kepadanya.“Ini kan limas teka-tekiku, kenapa bisa adapadamu?”“Aku menemukannya malam itu, rupanya tanpasengaja kau telah menjatuhkannya. Akhirnya kinisemua terjawab sudah, ternyata benda itu memangmilikmu. Ketahuilah, dulu aku hampir saja menduakanTuhan karena terlalu berharap dengan benda itu.Walaupun pada mulanya aku menganggap benda ituhanyalah sebagai perantara, namun lama-kelamaandan dengan sangat perlahan benda itu hampirmembuatku tergelincir. Untung saja Randy sempat282


memperingati sehingga aku bisa selamat. O ya,ngomong-ngomong apa kau sudah bisa memecahkanteka-teki itu.”“Tentu saja. Lihatlah!” kata <strong>Bintang</strong> serayamemutar setiap bagian dari limas itu sesuai denganurutan simbol yang benar.“Nah terbuka sudah,” kata <strong>Bintang</strong> serayamengambil dua buah benda yang ada di dalam limastersebut. “Eng… Ini adalah duplikat sepasang kubusberpikir yang diberikan oleh sahabat i<strong>buku</strong> yangbernama Tante Olivia 1 , yaitu disaat aku sedangberulang tahun,” jelas bintang seraya memberikansepasang kubus yang bentuknya menyerupai dadu itukepada suaminya. “O ya, kalau kau mau tahu,sebetulnya sepasang kubus itu digunakan untukmengungkap tabir kehidupan. Coba kau perhatikansetiap simbol yang ada di keenam sisinya!Sesungguhnya simbol-simbol itu adalah bahasa1 Cerita yang berkenaan dengan Tante Olivia itu bisa anda bacapada cerita Merah Muda dan Biru.283


kiasan yang mengandung makna untuk memahamiarti kehidupan sesungguhnya.”Kini Bobby tampak memperhatikan kedua kubusyang masih penuh misteri itu. Dalam benaknya, lelakiitu terus memikirkan perihal simbol-simbol yang kata<strong>Bintang</strong> mempunyai arti penting dalam memahami artikehidupan yang sesungguhnya. “Hmm… apakahsimbol-simbol ini <strong>merupakan</strong> petunjuk untuk siapasaja yang memang ingin mengungkap rahasia kenapaTuhan menciptakan manusia, yang bermula daripenciptaan Adam dan Hawa yang pada akhirnyaharus tinggal di dunia karena telah berbuat dosa,” pikirBobby seraya kembali memperhatikan semua simbolyang ada di kedua kubus itu, enam buah simbol yangberbeda terdapat pada masing-masing kubus. Persisseperti dua buah dadu yang apabila dikocok akanmenghasilkan kombinasi sisi yang berbeda. Namunpada kubus itu, simbol yang bermakna itulah yangakan dikombinasikan. Sebenarnya keenam simbol ituadalah, pertama simbol Lafaz Allah dan nama Rasulyang disatukan dalam bentuk kaligrafi, kedua simbol284


pria, ketiga simbol wanita, keempat simbol warnamerah muda, kelima simbol warna biru, dan keenamadalah simbol dunia.Karena bentuknya seperti dadu, maka Bobby punmencoba memperlakukannya seperti benda itu. Diamengocoknya di dalam tangan, dan setelah dirasacukup, lelaki itu pun segera membuka genggamannyadan memperhatikan kombinasi simbol yang ada padabagian atas kedua kubus itu. “Hmm... wanita danwarna merah muda,” lalu Bobby mencobanya lagi,“Hmm kali ini, pria dan wanita.”Bobby terus mengocok kedua kubus itu sehinggadia mendapat beberapa kombinasi seperti berikut,wanita dan dunia, Tuhan beserta Rasul-Nya dandunia, wanita dan warna biru, pria dan warna merahmuda, dunia dan warna biru, Tuhan beserta Rasul-Nya dan pria, Tuhan beserta Rasul-Nya dan wanita,dunia dan pria, Tuhan beserta Rasul-Nya dan warnabiru, dunia dan warna merah muda, Tuhan besertaRasul-Nya dan warna merah muda, dunia dan biru,merah muda dan biru. “Hmm... semua ini benar-benar285


membingungkan, apa maksud dari kombinasikombinasiitu? Jangankan kombinasinya, beberapasimbol itu saja tidak aku pahami maksudnya.”“Kenapa, Kak? Kau bingung ya?” tanya <strong>Bintang</strong>tiba-tiba.“Iya… Sayang… Aku betul-betul bingung.”“Aku juga, Kak. Sungguh telah dibuat pusing. Tapikata Tante Olivia, sebelum kita mengerti tentang artisimbol-simbol itu kita harus mengerti dulu arti simbolsimbolyang ada pada limas itu.““Hmm… apakah kau sudah mengetahui maksuddari simbol-simbol yang ada di limas itu?” tanya Bobbypenasaran.“Sedikit, Kak. Kalau tidak salah, maksud darisimbol-simbol pada limas itu begini, keempat simbolyang ada pada bagian dasar yang terdiri dari LafazAllah, nama Muhammad, Al-Quran, dan Hadist Rasuladalah kita harus berpegang teguh kepada kalimattauhid, yaitu mengakui Allah adalah Tuhan kita danNabi Muhammad adalah Rasul-Nya. Dan sebagaimanusia yang sudah berikrar demikian, maka ketika286


menjalani kehidupan manusia wajib berpedoman padaAl-Quran dan Hadist Rasul.Sedangkan pada ke empat simbol di atasnya yangterdiri dari simbol hati, dua tangan menadah, orangsujud, dan bayi adalah manusia harus mempunyai hatiyang bersih, karena dengan hati yang bersih manusiabisa bekerja dengan baik, halal, dan juga bisamencintai sesama atas dasar cintanya kepada Tuhan.Manusia adalah mahluk lemah yang harus senantiasaberdoa dan memohon hanya kepada-Nya. Dia hanyamenghamba kepada-Nya, sujud sebenar-benarnyasujud, yaitu hanya menyembah kepada Allah tanpapernah menyekutukan-Nya. Manusia juga harusmenjadi seperti bayi yang senantiasa pasrah danbersih dari dosa, sehingga dengan begitu Tuhan akanselalu membimbingnya agar ia bisa memilih takdiryang akan membawanya sampai ke Jannah-Nya.Kemudian pada susunan ketiga, yang terdiri darisimbol tangan yang memberi, tangan yangmenggenggam, bibir, dan pedang adalah manusiaharus menjalankan tugasnya sebagai khalifah, yaitu ia287


memberikan yang terbaik yang mampu ia lakukan,berjuang dengan penuh semangat dan hanyamengharap ridha Allah semata. Menyampaikankebenaran dengan cara yang lembut, danmenggunakan kekerasan hanya untuk membela diri,berjihad memerangi kaum zolim yang menindas.Semangat jihad tak boleh padam, demi tegaknyakebenaran.Dan pada susunan puncak, yang terdiri dari simbolLafaz Allah yang bercahaya, matahari yangbercahaya, bintang yang bercahaya, dan bulan yangbercahaya adalah simbol-simbol yang menjelaskankalau Allah itu adalah sumber dari segala cahaya,cahaya di atas cahaya, matahari adalah cahaya yangmemberikan kehidupan, bintang adalah cahaya yangmemberikan petunjuk, dan bulan adalah cahayakerinduan.Pada hakekatnya manusia mempunyai kerinduanuntuk kembali kepada penciptanya, yaitu kematian.Bulan bisa bercahaya karena mendapat cahaya darimatahari, begitu pun manusia bisa hidup karena288


diberikan ruh oleh Tuhannya. Manusia dan Tuhanmempunyai ikatan yang begitu erat dalam kontekspenciptaannya, layaknya seorang ibu yang melahirkananaknya, dan anak itu akan selalu rindu pada ibunya.Jika si anak pergi jauh, pada suatu saat ia akanpulang untuk melepaskan kerinduannya pada sangIbu dan juga kampung halamannya.Jadi, kerinduan terhadap segala ikatan primordialyang bersifat fisik (keluarga, kampung halaman)adalah simbol dari kerinduan metafisik manusia untukkembali pada Tuhannya. Namun kerinduan metafisikitu tidak dapat terobati, kecuali batin manusia itu telahtersucikan untuk merasakan limpahan kasih sayang-Nya. Kerinduan yang tidak terobati adalah sumber darisegala penderitaan batin manusia. Tidakmengherankan kalau manusia selalu dalam keadaangelisah dan menderita karena tidak tahu bagaimanamengobati kerinduan metafisiknya. Karena itulahcahaya bintang hadir untuk memberi petunjuk kepadamanusia yang tersesat tak tahu arah tujuan. <strong>Bintang</strong>adalah matahari di kejauhan, jika jauh ia memberi289


petunjuk dan jika dekat ia memberikan penghidupan.Begitulah arti dari simbol-simbol yang ada pada setiapbagian limas itu, Kak,” jelas <strong>Bintang</strong> Nuraini panjanglebar.“Hmm... Lalu arti urutan yang benar dari bagiandasar hingga ke bagian puncaknya itu?” tanya Bobbylagi.“Kalau arti urutan yang benar dari bagian dasarhingga ke bagian puncaknya itu adalah seperti berikutini. Simbol Lafaz Allah, hati, tangan memberi, danseberkas cahaya, itu artinya Allah mencintai manusiadengan cara memberikan cahaya-Nya kepada orangorangmukmin. Lalu urutan berikutnya, yaitu NamaMuhammad, dua tangan menadah, tangan mengepal,dan matahari yang bersinar, yang artinya Muhammaditu adalah utusan Allah, yang kehadirannya telahdiharapkan banyak orang untuk memperjuangkan danmenegakkan kebenaran. Urutan berikutnya lagiadalah Al-Quran, orang sujud, bibir, dan bintang. Yangartinya Al-Quran itu adalah petunjuk, petunjuk untukmenghamba kepada Tuhan dengan benar, yaitu290


ertakwa kepada-Nya dan berani menyampaikankebenaran walaupun akan pahit akibatnya, sebabkebenaran itu nantinya akan menjadi petunjuk kepadamanusia yang sedang dalam kesesatan. Dan urutanyang terakhir, yaitu Hadist Rasul, bayi, pedang, danbulan yang bersinar mempunyai arti sebagai berikut.Hadist Rasul itu adalah petunjuk atas segalaketidakjelasan dan ketidakmengertian, tanpanya Al-Quran itu bagaikan pedang, bisa bermanfaat dan bisajuga merusak, tergantung kepada manusianya,apakah ia mempunyai hati yang bersih atau malahsebaliknya.Ketahuilah… Bila seorang yang busuk hatinyasengaja menafsirkan ayat Al-Quran denganseenaknya, maka dampaknya tentu bisa sangatberbahaya. Untuk itulah Hadist Rasul sangatdiperlukan untuk menjelaskan segala hal yang masihbelum jelas itu. Dan dengan berpedoman kepadakeduanya, maka manusia bisa pulang ke asalnya danmelepaskan kerinduan pada pencipta-Nya.Demikianlah, Kak. Arti semua urutan simbol yang291


enar dari bagian terbawah limas hingga kepuncaknya. Dan setelah kita mengerti akan tujuanhidup manusia di dunia, maka kita pun akan bisamengerti tentang hakikat penciptaan, yaitu denganbantuan sepasang kubus itu, yang nantinya akanmengupas arti kehidupan. Bagaimana, Kak? Kaumengerti penjelasanku kan?”“Iya, Sayang. Walaupun belum sepenuhnya. O ya,ngomong-ngomong kenapa ketika aku mengadu padamalam berbintang kau bisa ada di sana?” tanyaBobby.“Itu Rahasia Illahi, Sayang… Ceritanya begini….Waktu itu aku sedang sedih karena perceraian orangtuaku. Tapi begitu bertemu denganmu, entah kenapakesedihanku sirna seketika. Saat itu aku merasakansebuah perasaan yang begitu berbunga-bunga,bahagia sekali rasanya saat itu, bahkan aku punsempat berandai-andai. Andai saat itu kau adalahsuamiku, aku ingin sekali dipeluk, merasakanhangatnya dekapan kasih sayangmu. Saat itu pun akuingin sekali mengungkapkan beribu kata cinta292


untukmu, namun… aku takut, aku malu. Dan akhirnyaaku cuma bisa berharap, kiranya kau mau bangkit darisepeda motormu, lantas menghampiri aku danmengucapkan kata cinta padaku. Namun harapankuitu tak terwujud, kau diam seolah tak menghiraukankehadiranku. Hingga akhirnya aku memutuskan untukmeninggalkanmu karena aku merasa saat itu setansedang menggodaku dengan jerat cinta yangmembutakan. Dan semua itu karena aku telah melihatwajah tampan yang diterangi rembulan, sehingga akupun merasa syahdu.Sejak pertemuan malam itulah aku tak bisamelupakanmu, namun aku tak berdaya karena taktahu hendak mencarimu ke mana. Hingga pada suatuketika Randy datang kepadaku dan memperlihatkanfotomu. Sungguh aku sangat terkejut, dan sekaligussenang karena telah mendapat kesempatan yang takdisangka dan tiada diduga. Bahkan, saat itu Randyingin menjodohkan aku denganmu. Mengetahui itu,aku pun langsung menangis bahagia. Ketahuilah…Sebetulnya saat itu Randy ingin langsung293


mengenalkan aku padamu. Namun karena dia takutkau akan tersinggung lantaran saat itu kau masihsangat mencintai Winda, akhirnya dia memutuskanuntuk membuat sandiwara perkenalan yang bertujuanagar kita bisa saling berkenalan secara wajar, seolahmemang tidak direncanakan.”“Ya, pada mulanya aku memang merasademikian. Semula kupikir kau itu temannya Haris yangmau ikut memancing lantaran Randy mengajak Harismemancing. Namun karena prilaku Randy saat itusangat mencurigakan, akhirnya aku bisa mendugakalau itu hanyalah sebuah sandiwara. Untungnyapertemuan malam itu begitu berkesan bagiku,sehingga aku pun memutuskan untuk lebihmengenalmu, dan ternyata kau itu memang gadismenyenangkan buatku. Apalagi kau itu gadis yangsemakin membuatku penasaran, kau itu begitu susahuntuk disentuh.Selama kita bersama, hanya sekali aku bisamenyentuhmu, yaitu setelah aku mengucapkan katacinta, dan itu pun hanya sebatas memegang bahumu.294


Sebab ketika aku ingin mencium keningmu kausegera menghindar karena menyadari kekeliruan.Tapi kini, aku bisa menciummu sesukaku.”Lantas Bobby pun segera mencium kening istrinyaitu berkali-kali, bukan hanya kening, tapi juga, pipi,dan seterusnya, dan seterusnya. Bahagia sekalirasanya malam pertamanya itu, bisa menikmati gadisyang dia cintai dengan tanpa beban dosa sama sekali,betul-betul fresh dan menggairahkan. Kenikmatansorga Dunia yang sempurna, Ecstasy tingkat tinggiyang hanya bisa dicapai dengan kondisi psikologisdan fisik yang prima. Dan semua itu bisa terjadikarena keduanya selalu mengingat Tuhan di manapun mereka berada, dan ketika melakukan aktifitasapapun. Termasuk ketika mereka akan berhubunganintim, mereka pun tak lupa untuk berdoa kepadaTuhan. Karena dengan selalu mengingat Tuhanmanusia akan mendapat petunjuk yang laksanacahaya bintang memberikan petunjuk kepadamanusia yang tak tahu arah tujuan. Ia menerangi hatidan memberi kehidupan padanya. Tanpa mengingat295


Tuhan hati akan mati, dan manusia tidak akan tahubagaimana menjalani kehidupan yang betul-betuldiridhai Allah.296


Assalam….Mohon maaf jika pada tulisan ini terdapatkesalahan di sana-sini, sebab saya hanyalah manusiayang tak luput dari salah dan dosa. Saya menyadarikalau segala kebenaran itu datangnya dari Allah SWT,dan segala kesalahan tentulah berasal dari saya.Karenanyalah, jika saya telah melakukan kekhilafankarena kurangnya <strong>ilmu</strong>, mohon kiranya teman-temanmau memberikan nasihat dan meluruskannya.Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasihbanyak.Akhir kata, semoga cerita ini bisa bermanfaat buatsaya sendiri dan juga buat para pembaca. Amin…Kritik dan saran bisa anda sampaikan melalui e-mailbangbois@yahoo.comWassalam…[ Cerita ini ditulis tahun 2006 ]297

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!