13.07.2015 Views

fungsi pengasuhan dan interaksi dalam keluarga terhadap kualitas ...

fungsi pengasuhan dan interaksi dalam keluarga terhadap kualitas ...

fungsi pengasuhan dan interaksi dalam keluarga terhadap kualitas ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

12 PUSPITAWATI & SETIONINGSIH Jur. Ilm. Kel. & Kons.sejahteraan ekonomi <strong>keluarga</strong>. Devisa dari TKIini merupakan devisa terbesar kedua setelahminyak <strong>dan</strong> gas. Selain dampak positif,pekerjaan sebagai TKI juga memiliki berbagairisiko. Saat ini terdapat 3,8 juta TKI yangbekerja di 27 negara penempatan. Sekitar 70persen dari jumlah TKI itu adalah perempuanyang rentan <strong>terhadap</strong> masalah (Subkhan,2007). Menurut data Depnakertrans, sepanjangtahun 2006 kumulatif kasus TKI/TKW mencapai1.091 kasus dengan rincian kasus adalah gajitak dibayar 371 kasus, pelecehan seksual 29kasus, penganiayaan 88 kasus, kecelakaankerja 29 kasus, PHK 140 kasus, sakit 124kasus, putus komunikasi 253 kasus, kriminal 12kasus, <strong>dan</strong> gagal berangkat 45 kasus (Fereshti,2007).Dampak negatif lain akibat dari kepergianTenaga Kerja Indonesia (TKI), terutamaTenaga Kerja Wanita (TKW), yang relatif lamamenyebabkan a<strong>dan</strong>ya perubahan struktur<strong>keluarga</strong> <strong>dan</strong> <strong>fungsi</strong> <strong>pengasuhan</strong> anak. Sistem<strong>keluarga</strong> Indonesia menganut sistem patriarkiyang menganggap laki-laki atau suami sebagaipencari nafkah utama (main bread winner).Namun demikian dengan a<strong>dan</strong>ya kepergian istrimenyebabkan terjadinya pergeseran peran<strong>dalam</strong> <strong>keluarga</strong> dengan kondisi peran istrisebagai pencari nafkah utama (main breadwinner). Blood, diacu <strong>dalam</strong> Luthfiyasari (2004)menyebutkan beberapa akibat yang mungkinterjadi dari keterpisahan anggota <strong>keluarga</strong> <strong>dan</strong>perubahan keber<strong>fungsi</strong>an <strong>keluarga</strong> antara lainberkurangnya intensitas komunikasi, melemahnyaikatan kekerabatan, goyahnya stabilitas<strong>keluarga</strong>, serta melonggarnya keterikatan moral<strong>terhadap</strong> budaya setempat.Banyak kasus terjadi akibat bekerjanyaistri di luar negeri sebagai TKW, salah satunyaadalah kasus di Desa Paciran, Lamongan,Jawa Timur yang melaporkan bahwa berdasarkandata dari KUA setempat antara tahun2000 sampai 2003 angka perceraian rata-ratabertambah dua kali lipat dibandingkan kurunwaktu sebelumnya. Data ini menunjukkan,hampir 60 persen kasus perceraian diakibatkanpengaruh TKI yang bekerja di luar negeri.Faktor penyebabnya antara lain persoalanekonomi, perselingkuhan, pengaruh dukungansosial dari pihak luar, atau menikah diam-diamdi bawah tangan. Kasus tersebut mengungkapkanbahwa hampir 75 persen penyebabperceraian pada <strong>keluarga</strong> TKI/TKW adalahperselingkuhan, suami menikah lagi denganperempuan lain, <strong>dan</strong> hamil dari suami yangtidak jelas keberadaannya (Republika, 2004).Selain berdampak pada hubunganpasangan suami istri, perpisahan ibu <strong>dan</strong><strong>keluarga</strong> juga berdampak kepada kondisi anak.Perpisahan antara ibu <strong>dan</strong> anak <strong>dalam</strong> jangkawaktu yang relatif lama dapat merenggangkanikatan emosi (emotional bonding) antara anak<strong>dan</strong> ibu sehingga menyebabkan tidakterbangunnya basic trust <strong>dan</strong> menimbulkankesulitan-kesulitan tingkah laku <strong>dalam</strong>perkembangan kepribadian anak selanjutnya(Gunarsa & Gunarsa, 2003). Basic trust <strong>dan</strong>kepribadian anak merupakan landasan <strong>dalam</strong>perkembangan sosial anak untuk dapatmenjalin hubungan dengan orang lain.Keuntungan ekonomi dari TKI berupapendapatan yang tinggi tidak sebandingdengan social cost yang harus dibayar selamakepergian <strong>dan</strong> setelah kepulangan TKW.Keutuhan <strong>keluarga</strong> yang dipertaruhkan sertagenerasi penerus bangsa yang harusdikorbankan merupakan hal yang harusditanggung <strong>keluarga</strong> serta negara. Dengandemikian, sangat menarik untuk menganalisiskarakteristik anak, karakteristik <strong>keluarga</strong>,dukungan sosial, <strong>fungsi</strong> <strong>pengasuhan</strong>, <strong>interaksi</strong><strong>keluarga</strong>, <strong>kualitas</strong> perkawinan, <strong>dan</strong> kondisi anakpada <strong>keluarga</strong> TKW. Selain itu, penelitian inijuga bertujuan untuk menganalisis hubunganantar variabel penelitian <strong>dan</strong> perbedaan<strong>pengasuhan</strong> <strong>dan</strong> <strong>interaksi</strong> <strong>dalam</strong> <strong>keluarga</strong>.Pengaruh karakteristik anak, karakteristik<strong>keluarga</strong>, dukungan sosial, <strong>pengasuhan</strong>, <strong>dan</strong><strong>interaksi</strong> <strong>keluarga</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>kualitas</strong> perkawinan<strong>dan</strong> kondisi anak <strong>keluarga</strong> TKW juga dianalisis<strong>dalam</strong> penelitian ini.METODEDisain penelitian yang digunakan <strong>dalam</strong>penelitian ini adalah cross-sectional study <strong>dan</strong>retrospective study. Penelitian dilakukan di tigadesa yaitu Desa Cikahuripan, Cisolok, <strong>dan</strong>Cikelat, Kecamatan Cisolok, KabupatenSukabumi, Provinsi Jawa Barat. Lokasipenelitian dipilih secara purposive denganpertimbangan Kecamatan Cisolok merupakankecamatan yang memiliki jumlah TKI sepuluhterbanyak di Kabupaten Sukabumi.Responden penelitian ini adalah <strong>keluarga</strong>dari TKW yang istrinya se<strong>dan</strong>g atau sudahpulang dari luar negeri (maksimal 3 bulanterhitung mundur dari waktu penelitian), istripernah berangkat ke luar negeri minimal enambulan, <strong>dan</strong> memiliki anak yang masih duduk dibangku sekolah dasar. Responden berjumlah47 <strong>keluarga</strong> yang dipilih menggunakan metodepurposive sampling dengan teknik snowball.


14 PUSPITAWATI & SETIONINGSIH Jur. Ilm. Kel. & Kons.(27-37), <strong>dan</strong> tinggi (38-48). Berdasarkaninterval kelas, prestasi belajar anakdikategorikan menjadi sangat baik (81-90), baik(71-80), cukup (61-70), <strong>dan</strong> kurang (50-60).Uji hubungan merupakan uji dari variabelvariabelyang telah dikomposit menjadi variabelyang lebih umum. Dukungan sosial merupakankomposit dari dukungan <strong>keluarga</strong>, tetangga,<strong>dan</strong> PJTKI. Pengasuhan selain ibu merupakankomposit dari <strong>pengasuhan</strong> dimensi kehangatanayah <strong>dan</strong> pengganti ibu. Interaksi ibu anakadalah komposit dari frekuensi komunikasi ibuanak, komunikasi ibu anak, <strong>dan</strong> emotionalbonding ibu anak. Interaksi ayah anak <strong>dan</strong>suami istri merupakan komposit dari frekuensikomunikasi ayah anak, komunikasi ayah anak,emotional bonding ayah anak, komunikasisuami istri serta emotional bonding suami istri.Kualitas perkawinan merupakan komposit darikebahagiaan perkawinan <strong>dan</strong> kepuasan perkawinan.Kondisi anak merupakan kompositdari keterampilan sosial anak, stres anak, <strong>dan</strong>prestasi akademik anak.Data yang telah dikumpulkan diolah <strong>dan</strong>dianalisis. Analisis deskriptif dilakukan untukmenyajikan gambaran berbagai variabel yangditeliti <strong>dalam</strong> kuesioner <strong>dan</strong> penjelasan dariwawancara men<strong>dalam</strong> (indepth interview).Perbedaan <strong>pengasuhan</strong> ibu, <strong>pengasuhan</strong>pengganti ibu, <strong>dan</strong> <strong>pengasuhan</strong> ayah, serta<strong>interaksi</strong> ibu <strong>dan</strong> anak dengan <strong>interaksi</strong> ayah<strong>dan</strong> anak dianalisis dengan menggunakan ujibeda T Test. Uji korelasi Pearson dilakukanuntuk menganalisis hubungan antarvariabel. Ujiregresi linear berganda untuk mengujipengaruh karakteristik anak, karakteristik<strong>keluarga</strong>, dukungan sosial, <strong>pengasuhan</strong>, <strong>dan</strong><strong>interaksi</strong> <strong>dalam</strong> <strong>keluarga</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>kualitas</strong>perkawinan <strong>dan</strong> kondisi anak (keterampilansosial, stres, <strong>dan</strong> prestasi akademik).HASILKarakteristik Anak. Sebagian besar anakpartisipan <strong>dalam</strong> penelitian ini (85,11%)termasuk <strong>dalam</strong> masa akhir kanak-kanak(9-12 tahun). Jenis kelamin anak terdiri ataslaki-laki (59,57%) <strong>dan</strong> perempuan (40,43%).Satu dari dua anak yang terlibat <strong>dalam</strong>penelitian ini merupakan anak pertama(51,06%).Karakteristik Keluarga. Hasil penelitianmenunjukkan sebagian besar umur suami <strong>dan</strong>istri (masing-masing 74,47% <strong>dan</strong> 97,87%)termasuk <strong>dalam</strong> usia dewasa awal. Persentaseterbesar suami (51,06%) <strong>dan</strong> istri (85,11%)memiliki pendidikan tamat sekolah dasar.Persentase terbesar suami adalah bekerjasebagai nelayan (29,79%), se<strong>dan</strong>gkanpersentase terbesar istri adalah bekerjasebagai ibu rumah tangga sebelum menjadiTKW (85,11%). Lebih dari separuh <strong>keluarga</strong>responden (51,06%) merupakan <strong>keluarga</strong> kecil.Rata-rata pendapatan per bulan <strong>keluarga</strong>sebelum istri menjadi TKW sebesarRp1.138.723,00, se<strong>dan</strong>gkan saat istri menjadiTKW rata-rata pendapatan per bulan meningkathampir tiga kali lipat menjadi Rp3.247.670,00.Setelah menjadi TKW, aset <strong>keluarga</strong> respondenrata-rata mengalami kenaikan sebanyak 1,99kali. Negara tujuan terbesar TKW adalah ArabSaudi (61,7%) dengan rata-rata gaji sebesarRp1.800.000,00 per bulan. Lama TKW bekerjadi luar negeri berkisar antara tujuh sampaisepuluh tahun dengan rata-rata 44,81 bulan.Hal yang memotivasi istri untuk menjadi TKWadalah agar anak dapat melanjutkan sekolah,memenuhi kebutuhan <strong>keluarga</strong>, merubah statussosial ekonomi <strong>keluarga</strong>, membangun rumah,<strong>dan</strong> menjadi perempuan mandiri.Dukungan Sosial. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa lebih dari separuh<strong>keluarga</strong> responden (55,32%) mendapatdukungan sosial yang tergolong kategorise<strong>dan</strong>g. Hal ini terlihat dari dukungan sosialyang diterima <strong>keluarga</strong> TKW berupa dukungan<strong>dalam</strong> <strong>pengasuhan</strong> anak <strong>dan</strong> membantupekerjaan rumah tangga (dukungan sosial<strong>keluarga</strong> luas), a<strong>dan</strong>ya rasa aman hidup dimasyarakat <strong>dan</strong> tetangga dapat dijadikanteman <strong>dalam</strong> bertukar pikiran (dukungan sosialtetangga), serta membantu <strong>dalam</strong> pembuatanpaspor <strong>dan</strong> melindungi keselamatan TKW(dukungan sosial PJTKI).Pengasuhan Anak. Sebelum ibu menjadiTKW, <strong>pengasuhan</strong> anak dilakukan oleh ibuseorang diri, namun ada sebagian kecil ibuyang mendapatkan (6,38%) bantuan<strong>pengasuhan</strong> dari nenek. Setelah ibu menjadiTKW, sebanyak 25,53 persen ayah melakukan<strong>pengasuhan</strong> tanpa bantuan dari <strong>keluarga</strong> luasatau lainnya, 48,94 persen ayah melakukan<strong>pengasuhan</strong> dengan bantuan <strong>keluarga</strong> luasatau lainnya, <strong>dan</strong> 25,53 persen <strong>pengasuhan</strong>dilakukan <strong>keluarga</strong> luas.Pengasuhan anak pada dimensi kehangatandiukur dari aspek penerimaan <strong>dan</strong>penolakan (Rohner, 1986). Berdasarkan hasilpenelitian, sebagian besar <strong>pengasuhan</strong> dimensikehangatan yang dilakukan ibu sebelummenjadi TKW (78,72%) termasuk <strong>dalam</strong>kategori tinggi. Hasil yang sama dilakukan olehpengganti ibu <strong>dan</strong> ayah, dimana sebagian


Vol 4, 2011 KUALITAS PERKAWINAN DAN KONDISI ANAK TKW 15besar pengganti ibu (74,43%) <strong>dan</strong> sebagianbesar ayah (80,85%) menerapkan <strong>pengasuhan</strong>dimensi kehangatan <strong>dalam</strong> kategori tinggi.Berdasarkan uji beda T Test, diketahui bahwatidak terdapat perbedaan yang signifikan antara<strong>pengasuhan</strong> penerimaan <strong>dan</strong> <strong>pengasuhan</strong>penolakan yang dilakukan ibu <strong>dan</strong> penggantiibu, ibu <strong>dan</strong> ayah, serta pengganti ibu <strong>dan</strong>ayah.Interaksi <strong>dalam</strong> Keluarga. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa lebih dariseparuh (59,57%) <strong>keluarga</strong> TKW memiliki<strong>interaksi</strong> antara ibu <strong>dan</strong> anak <strong>dalam</strong> kategorise<strong>dan</strong>g, dengan komunikasi (63,83%) <strong>dan</strong>emotional bonding (59,57%) pada tingkatse<strong>dan</strong>g. Lebih dari separuh (53,19%) <strong>keluarga</strong>TKW memiliki <strong>interaksi</strong> ayah <strong>dan</strong> anak yangtergolong kategori tinggi, dengan komunikasi(59,57%) <strong>dan</strong> emotional bonding (53,19%)berada pada tingkat tinggi. Hampir tigaperempat (70,21%) <strong>keluarga</strong> TKW melakukan<strong>interaksi</strong> suami <strong>dan</strong> istri <strong>dalam</strong> kategori tinggi,dengan komunikasi (65,96%) <strong>dan</strong> emotionalbonding (74,47%) berada pada tingkat tinggi.Hasil uji beda menunjukkan a<strong>dan</strong>ya perbedaansignifikan antara (p < 0,01) komunikasi ibu <strong>dan</strong>anak (rata-rata=1,82) dengan komunikasi ayah<strong>dan</strong> anak (rata-rata=2,35). Hal serupa jugaditunjukkan pada hasil uji beda (p < 0,01)antara emotional bonding ibu <strong>dan</strong> anak (ratarata=1,93)dengan emotional bonding ayah <strong>dan</strong>anak (rata-rata=1,9340).Kualitas Perkawinan. Hasil penelitianmenunjukkan <strong>kualitas</strong> perkawinan <strong>keluarga</strong>responden (78,72%) termasuk <strong>dalam</strong> kategoritinggi. Hal serupa juga ditunjukkan untukkebahagiaan perkawinan (65,96%) <strong>dan</strong>kepuasan perkawinan (65,69%). Sebaranpersentase <strong>kualitas</strong> perkawinan, kebahagiaanperkawinan, <strong>dan</strong> kepuasan perkawinan yangcenderung sama menunjukkan bahwakebahagiaan perkawinan <strong>dan</strong> kepuasanperkawinan merupakan kontributor <strong>terhadap</strong><strong>kualitas</strong> perkawinan.Kondisi anak. Kondisi anak diukurberdasarkan keterampilan sosial, stres, <strong>dan</strong>prestasi akademik. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa sebanyak 63,83 persenanak memiliki keterampilan sosial <strong>dalam</strong>kategori tinggi. Sementara itu, stres anaktermasuk <strong>dalam</strong> kategori rendah (38,30%),se<strong>dan</strong>g (27,66%), <strong>dan</strong> tinggi (34,04%). Prestasiakademik anak diukur dari nilai rapor enammata pelajaran sekolah yaitu agama,pendidikan kewarganegaraan, BahasaIndonesia, matematika, IPA, <strong>dan</strong> IPS. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa prestasiakademik anak termasuk <strong>dalam</strong> kategori cukupdengan rata-rata nilai sebesar 66,7.Hubungan Antarvariabel. Analisiskorelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapathubungan yang signifikan <strong>dan</strong> positif (r=0,318,p


16 PUSPITAWATI & SETIONINGSIH Jur. Ilm. Kel. & Kons.Jenis kelamin anak memiliki nilai β=-0,259,artinya bahwa orang tua yang memiliki anakberjenis kelamin laki-laki mempunyai tingkat<strong>kualitas</strong> perkawinan yang lebih tinggi dibandingdengan orang tua yang memiliki anak berjeniskelamin perempuan. Hal ini berarti bahwapenerimaan <strong>keluarga</strong> responden kepada anaklaki-laki lebih besar daripada anak perempuan.Interaksi ayah anak <strong>dan</strong> suami istriberpengaruh positif ter-hadap <strong>kualitas</strong>perkawinan. Kualitas per-kawinan akansemakin baik jika <strong>interaksi</strong> ayah anak <strong>dan</strong>suami istri semakin tinggi.Pengaruh Variabel Karakteristik Anak,Karakteristik Keluarga, Dukungan Sosial,Pengasuhan, Interaksi <strong>dalam</strong> Keluarga, <strong>dan</strong>Kualitas Perkawinan Terhadap KondisiAnak. Model yang disusun memiliki koefisiendeterminasi (Adjusted R Square) sebesar0,359. Analisis regresi linear berganda menunjukkanbahwa dari dua belas variabel yangdiduga berpengaruh <strong>terhadap</strong> kondisi anakhanya ada empat variabel yang berpengaruhsignifikan, yaitu lama ibu menjadi TKW(p < 0,05), pendapatan (p < 0,05), <strong>pengasuhan</strong>selain ibu (p < 0,1), <strong>dan</strong> <strong>interaksi</strong> ayah anak<strong>dan</strong> suami istri (p < 0,01) (Tabel 2).Tabel 2 Koefisien regresi karakteristik anak,karakteristik <strong>keluarga</strong>, dukungan sosial,<strong>pengasuhan</strong>, <strong>interaksi</strong> <strong>dalam</strong> <strong>keluarga</strong>,<strong>dan</strong> <strong>kualitas</strong> perkawinan <strong>terhadap</strong>kondisi anak 1)Variabel Beta Tvalue Sign.TKonstanta - 5,053 0,000Jumlah anggota<strong>keluarga</strong>-0,244 -1,553 0,130Jenis kelaminanak (0=laki-laki, 0,072 0,521 0,6061=perempuan)Nomor urut anak 0,138 0,814 0,422Pendidikan ayah 0,043 0,259 0,797Pendidikan ibu -0,194 -1,353 0,185Lama TKW -0,420 -2,753 0,010**Pendapatan 0,380 2,536 0,016**Dukungan sosial 0,108 0,695 0,492Pengasuhanselain ibu0,281 1,812 0,079*Interaksi ibu anak 0,121 0,777 0,443Interaksi ayahanak <strong>dan</strong> suami -0,511 -3,091 0,004***istriKualitasperkawinan-0,114 -0,663 0,512R 2 (R 2 adj) 0,534 (0,359)F (Sig) 3,054 (0,006)Keterangan:* p ≤ 0,1, **p ≤ 0,05, ***p ≤ 0,0011)Komposit dari keterampilan sosial anak, stres anak, <strong>dan</strong>prestasi akademik anakLama ibu menjadi TKW (β=-0,420) <strong>dan</strong><strong>interaksi</strong> ayah anak <strong>dan</strong> suami istri (β=-0,511)berpengaruh negatif <strong>terhadap</strong> kondisi anak.Artinya, setiap kenaikan satu satuan lama ibumenjadi TKW maka akan menurunkan kondisianak sebesar 0,420 satuan. Demikian jugahalnya setiap kenaikan satu satuan <strong>interaksi</strong>ayah <strong>dan</strong> anak serta <strong>interaksi</strong> maka semakinmenurunkan kondisi anak sebesar 0,511satuan. Pendapatan (β=0,380) <strong>dan</strong> <strong>pengasuhan</strong>selain ibu (β=0,281) berpengaruh positif<strong>terhadap</strong> kondisi anak. Artinya, kenaikan satusatuan pendapatan akan meningkatkan kondisianak sebesar 0,380 satuan. Demikian jugahalnya setiap kenaikan satu satuan <strong>pengasuhan</strong>selain ibu dapat meningkatkan kondisianak sebesar 0,281 satuan.PEMBAHASANKemiskinan yang melanda <strong>keluarga</strong> diIndonesia menuntut anggota <strong>keluarga</strong>melakukan penyesuaian agar <strong>keluarga</strong> dapatmelangsungkan hidup layak secara ekonomi.TKW merupakan salah satu strategi istri untukmenyelamatkan ekonomi <strong>keluarga</strong>. dampakbekerja sebagai TKW adalah terjadinyaperpisahan antara istri dengan <strong>keluarga</strong>.Perpisahan istri dengan <strong>keluarga</strong>menyebabkan terjadinya perubahan struktur<strong>keluarga</strong> <strong>dan</strong> <strong>fungsi</strong> <strong>pengasuhan</strong> anak.Berdasarkan teori struktural <strong>fungsi</strong>onal, setiapanggota <strong>keluarga</strong> memiliki peranannya sendiri<strong>dalam</strong> <strong>keluarga</strong> dimana ayah melakukan peranpencari nafkah (main breadwinner) se<strong>dan</strong>gkanibu melakukan peran ekspresif (termasuk<strong>pengasuhan</strong> anak) <strong>dan</strong> secondary breadwinner.Pola perubahan <strong>dalam</strong> <strong>keluarga</strong> TKWmenyebabkan ibu berganti peran menjadi mainbread winner se<strong>dan</strong>gkan ayah memerankanperan ekspresif <strong>dan</strong> secondary breadwinner.Perubahan tersebut dapat menimbulkan resikobaik <strong>terhadap</strong> pasangan maupun kondisi anak.Hasil analisis menunjukkan bahwasemakin lama istri bekerja menjadi TKW makakomunikasi <strong>dan</strong> emotional bonding yang terjalinantara suami <strong>dan</strong> istri semakin melemah, begitupula emotional bonding antara ibu <strong>dan</strong> anak.Hal ini menyebabkan kondisi anak menurun<strong>dan</strong> anak menjadi semakin stres, keterampilansosial melemah, <strong>dan</strong> prestasi akademikmenurun. Disisi lain, penelitian ini jugamenunjukkan bahwa semakin lemahkomunikasi <strong>dan</strong> emotional bonding suami istrimaka semakin menurun <strong>kualitas</strong> perkawinanyang dirasakan pasangan. Hal ini menggambarkanbahwa lama menjadi TKW secaratidak langsung akan berpengaruh <strong>terhadap</strong>


Vol 4, 2011 KUALITAS PERKAWINAN DAN KONDISI ANAK TKW 17<strong>kualitas</strong> perkawinan, akibat semakin lama istrimenjadi TKW.Menarik untuk dicermati bahwa lama ibumenjadi TKW juga berpengaruh <strong>terhadap</strong>penurunan kondisi anak (menurunkanketerampilan sosial, meningkatkan stres, <strong>dan</strong>menurunkan prestasi akademik anak). Hal initercermin dari kebutuhan emotional bondingdengan ibu yang tinggi. Bahkan <strong>pengasuhan</strong>dimensi kehangatan <strong>dan</strong> komunikasi yangtinggi antara ayah <strong>dan</strong> anak, kebahagiaanperkawinan yang dirasakan ayah, sertadukungan sosial <strong>keluarga</strong> luas <strong>dan</strong> tetanggayang diterima <strong>keluarga</strong> tidak mampumenurunkan tingkat stres yang dialami anak.Fenomena ini menunjukkan bahwa ketikapengasuh utama pergi maka akan terjadiperubahan <strong>fungsi</strong> psikologis anak seperti polamakan <strong>dan</strong> tidur, pola bemain, <strong>dan</strong> mood anaksehingga anak kehilangan pegangan hidup <strong>dan</strong>menjadi stres. Prestasi akademik anak disekolah juga menunjukkan a<strong>dan</strong>ya kecenderunganperolehan nilai yang tidak cukupmemuaskan akibat kepergian ibu. Begitu puladengan keterampilan sosial anak akancenderung menurun akibat ketidakhadiran ibudi tengah-tengah <strong>keluarga</strong>. Namun di sisi lain,hasil analisis menunjukkan bahwa semakintinggi pendapatan <strong>keluarga</strong> maka <strong>keluarga</strong>dapat memberikan fasilitas untuk dapatmeningkatkan kondisi anak, khususnya fasilitasuntuk meningkatkan prestasi akademik anak.Fenomena ini menggambarkan a<strong>dan</strong>yadilema paradoks pada <strong>keluarga</strong> TKW. Di satusisi kepergian ibu menjadi TKW memberikandampak positif karena pendapatan yangdiperoleh TKW dapat meningkatkan kesejahteraan<strong>keluarga</strong>, termasuk <strong>dalam</strong> investasipendidikan anak. Namun di sisi lainketidakseimbangan ekosistem <strong>keluarga</strong> TKWberesiko menurunkan <strong>kualitas</strong> perkawinan,menurunkan keterampilan sosial anak,meningkatkan stres anak, <strong>dan</strong> menurunkanprestasi akademik anak akibat tidak a<strong>dan</strong>yaperhatian ibu <strong>terhadap</strong> anak.Bagaimanapun juga, benefit <strong>dan</strong> cost rasioakibat kepergian ibu menjadi TKW tidaklahseimbang. Dampak negatif yang ditimbulkanlebih besar dari pada dampak positif yangdidapatkan. Hasil penelitian ini menguatkanteori struktural <strong>fungsi</strong>onal <strong>dan</strong> perkembangananak yang telah ada bahwa apabila <strong>keluarga</strong>tidak ber<strong>fungsi</strong> sebagaimana mestinya maka<strong>keluarga</strong> menjadi disorganisasi <strong>dan</strong> dibuktikandengan berbagai kondisi yang tidak menguntungkan<strong>dalam</strong> <strong>kualitas</strong> perkawinan <strong>dan</strong>kondisi anak TKW yang memburuk.Akibat ketidakseimbangan <strong>keluarga</strong>tersebut maka dibutuhkan dukungan yangdiberikan <strong>keluarga</strong> besar <strong>dan</strong> tetangga yangdapat membantu meminimalisir dampakkepergian istri. Dengan dukungan tersebutayah dapat lebih baik <strong>dalam</strong> menerapkan<strong>pengasuhan</strong> kehangatan kepada anak,<strong>interaksi</strong> yang terjalin diantara anggota<strong>keluarga</strong> akan semakin baik, <strong>dan</strong> <strong>kualitas</strong>perkawinan juga semakin kokoh. Peran PJTKIjuga penting untuk menjadi penghubung antaraanak dengan ibu sehingga dapat meminimalisirstres anak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebihdari separuh anak memiliki keterampilan sosial<strong>dalam</strong> kategori tinggi, namun proporsi terbesarstres anak juga tergolong <strong>dalam</strong> kategori tinggi.Keadaan yang dialami oleh <strong>keluarga</strong> TKW inisejalan dengan pendapat Brooks (2001) yangmenyatakan bahwa orang tua, terutama ibuyang memiliki sedikit waktu bersama <strong>keluarga</strong>merupakan sumber stres terbesar <strong>dalam</strong>kehidupan <strong>keluarga</strong>.Jenis kelamin anak memiliki nilai β=-0,259,artinya bahwa orang tua memiliki anak berjeniskelamin laki-laki mempunyai tingkat <strong>kualitas</strong>perkawinan yang lebih tinggi dibanding denganorang tua yang memiliki anak berjenis kelaminperempuan. Hal ini berarti bahwa penerimaan<strong>keluarga</strong> responden kepada anak laki-laki lebihbesar daripada anak perempuan. Penelitianyang dilakukan di India menunjukkan bahwaanak laki-laki terlihat lebih diunggulkandaripada anak perempuan, khususnya di desaIndia Utara (unpublished data, CSPAR <strong>dalam</strong>Rohner, 1986). Hal ini dapat menunjukkanbahwa a<strong>dan</strong>ya kemungkinan bahwa orang yangtinggal di desa memiliki sikap penerimaan yanglebih baik kepada anak laki-laki dibandingkankepada anak perempuan. Selain itu, Kameyer(1987) menyimpulkan dari berbagai penelitianbahwa orang-orang hampir di seluruh negaralebih menginginkan anak laki-laki daripadaperempuan. Selanjutnya Hurlock (1980)menyatakan bahwa orang tua akan memilikisikap yang lebih menyenangkan jikamempunyai anak dengan jenis kelamin yangdikehendaki.Interaksi <strong>dalam</strong> <strong>keluarga</strong> (<strong>interaksi</strong> ayahanak <strong>dan</strong> <strong>interaksi</strong> suami istri) memiliki nilaikoefisien regresi sebesar 0,562, artinya setiapkenaikan satu satuan <strong>interaksi</strong> (komunikasi <strong>dan</strong>emotional bonding) ayah anak <strong>dan</strong> <strong>interaksi</strong>(komunikasi <strong>dan</strong> emotional bonding) suami istrimaka <strong>kualitas</strong> perkawinan akan naik sebesar0,562 satuan. Montgomery, diacu <strong>dalam</strong>Kammeyer (1987) menjelaskan bahwa terdapathubungan antara <strong>kualitas</strong> komunikasi


18 PUSPITAWATI & SETIONINGSIH Jur. Ilm. Kel. & Kons.dengan <strong>kualitas</strong> perkawinan. Hal ini diartikanbahwa pasangan yang memiliki kemampuanbaik <strong>dalam</strong> berkomunikasi maka akan semakinbaik hubungan diantara suami istri. Selain itu,Davidson et al., diacu <strong>dalam</strong> Kammeyer (1987)menyatakan bahwa kedekatan suami <strong>dan</strong> istridapat memberikan efek <strong>terhadap</strong> hubunganperkawinan. Rendahnya kedekatan suami <strong>dan</strong>istri akan menimbulkan masalah untukpasangan diantaranya menipisnya perasaanlekat <strong>terhadap</strong> pasangan <strong>dan</strong> pada akhirnyaakan berdampak pada hubungan perkawinan.Lama ibu menjadi TKW berpengaruhnegatif (β=-0,420) <strong>terhadap</strong> kondisi anak,artinya bahwa setiap kenaikan satu satuanlama ibu menjadi TKW maka akan menurunkankondisi anak (menurunkan keterampilan sosial,meningkatkan stres, <strong>dan</strong> menurunkan prestasiakademik) sebesar 0,420 satuan. MenurutGunarsa <strong>dan</strong> Gunarsa (2003), hal yangmempengaruhi perkembangan anak saatmengalami perpisahan dengan ibunya yaitulama ibu <strong>dan</strong> anak berpisah serta bagaimanasikap ibu saat bertemu kembali dengan anak.Bowlby juga mengamati gejala pada anak-anakyang tumbuh normal di rumah untuk sementarawaktu namun kemudian menderita perpisahancukup lama. Hasil menunjukkan bahwa anakanakbegitu terguncang. Jika hal ini dibiarkan<strong>dalam</strong> waktu yang terlalu lama <strong>dan</strong> jika anakjuga kehilangan pengasuh pengganti ibu makaanak secara permanen akan menjauh dariikatan erat <strong>dan</strong> tidak akan peduli lagi denganorang lain. Hasilnya adalah “karakter yang tidakmemiliki afeksi”, sebuah kepribadian yang tidaklagi peduli dengan orang lain dengan cara yangmengerikan (Crain, 2007).Pendapatan <strong>keluarga</strong> berpengaruh positif(β=0,380) <strong>terhadap</strong> kondisi anak, artinya setiapkenaikan satu satuan pendapatan maka akanmeningkatkan kondisi anak (meningkatkanketerampilan sosial, menurunkan stres,meningkatkan prestasi anak) sebesar 0,380satuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Brooks(2001) yang menyatakan bahwa salah satu halyang dapat menurunkan kompetensi sosialanak adalah orang tua yang tidak bekerja. Halini secara tidak langsung menyatakan bahwasalah satu pemicu stres orang tua yang dapatmenurunkan kompetensi sosial anak adalahpendapatan <strong>keluarga</strong>. Selain itu menurutNational Research Council (NRC), diacu <strong>dalam</strong>Papalia et al. (2008), status sosioekonomidapat menjadi faktor yang sangat kuat <strong>dalam</strong>prestasi edukasional. Hal ini karena orang tuamampu membentuk atmosfer <strong>keluarga</strong> <strong>dalam</strong>menyediakan lingkungan yang mendukungpembelajaran, mampu memilih <strong>kualitas</strong>sekolah, <strong>dan</strong> cara orang tua mengasuhanaknya. Hal ini menunjukkan bahwa orang tuayang memiliki pendapatan tinggi dapatmenyediakan fasilitas-fasilitas untuk meningkatkanketerampilan anak <strong>dan</strong> prestasi belajaranak, juga fasilitas yang ada dapat menurunkanstres yang diderita anak.Faktor lain yang mempengaruhi kondisianak adalah <strong>interaksi</strong> <strong>dalam</strong> <strong>keluarga</strong> (<strong>interaksi</strong>ayah anak <strong>dan</strong> <strong>interaksi</strong> suami istri) (β=-0,511).Artinya setiap kenaikan satu satuan <strong>interaksi</strong>ayah <strong>dan</strong> anak serta <strong>interaksi</strong> maka semakinmenurun kondisi anak sebesar 0,511 satuan.Hal ini menunjukkan bahwa keadaan hangatyang dibentuk lingkungan anak tidak mampumeningkatkan kondisi anak. Anak membutuhkankedekatan <strong>dan</strong> bonding yang nyatadengan ibunya sehingga anak tetap mengalamistres meskipun orang disekitarnya telahmembentuk lingkungan yang hangat <strong>dan</strong>menyenangkan.SIMPULAN DAN SARANDukungan sosial yang diterima <strong>keluarga</strong>responden tergolong kategori se<strong>dan</strong>g. Setelahibu menjadi TKW, persentase terbesar <strong>pengasuhan</strong>anak dilakukan oleh ayah denganbantuan <strong>keluarga</strong> luas. Sebagian besar <strong>pengasuhan</strong>dimensi kehangatan yang dilakukan ibusebelum menjadi TKW, pengganti ibu, <strong>dan</strong>ayah tergolong kategori tinggi. Interaksi antaraibu <strong>dan</strong> anak termasuk kategori se<strong>dan</strong>g,<strong>interaksi</strong> antara ayah <strong>dan</strong> anak termasukkategori tinggi, <strong>dan</strong> <strong>interaksi</strong> suami <strong>dan</strong> istritermasuk kategori tinggi. Kualitas perkawinansebagian besar responden termasuk <strong>dalam</strong>kategori tinggi. Lebih dari tiga perlima anakmempunyai keterampilan sosial kategori tinggi,tiga perlima anak mempunyai stres kategorise<strong>dan</strong>g <strong>dan</strong> tinggi. Hampir tiga perempat anakmempunyai prestasi kurang memuaskan. Tidakterdapat perbedaan antara <strong>pengasuhan</strong>dimensi penerimaan <strong>dan</strong> penolakan yang dilakukanibu sebelum menjadi TKW, penggantiibu, <strong>dan</strong> ayah. Namun terdapat perbedaannyata antara <strong>interaksi</strong> ibu <strong>dan</strong> anak dengan<strong>interaksi</strong> ayah <strong>dan</strong> anak.Semakin tinggi dukungan sosial, <strong>pengasuhan</strong>dimensi kehangatan pengasuh, <strong>dan</strong><strong>interaksi</strong> <strong>dalam</strong> <strong>keluarga</strong> maka semakin tinggi<strong>kualitas</strong> perkawinan <strong>keluarga</strong> responden.Namun, semakin lama istri menjadi TKW makasemakin berkurang komunikasi <strong>dan</strong> emotionalbonding suami <strong>dan</strong> istri sehingga semakinrendah <strong>kualitas</strong> perkawinan responden.Semakin lama ibu menjadi TKW maka semakinmemperburuk kondisi anak, namun di lain pihak


Vol 4, 2011 KUALITAS PERKAWINAN DAN KONDISI ANAK TKW 19pendapatan kelarga yang semakin tinggi jugadapat memperbaiki kondisi anak, terutama<strong>dalam</strong> memberikan fasilitas belajar. Hal inimenunjukkan a<strong>dan</strong>ya dilema paradoks pada<strong>keluarga</strong> TKW. Namun secara keseluruhansocial cost yang harus ditanggung <strong>keluarga</strong> <strong>dan</strong>anak lebih besar bila dibandingkan denganbenefit yang diperoleh <strong>keluarga</strong> responden.Berdasarkan hasil analisis, penelitian inimenyarankan agar pemerintah dapat menerapkankebijakan yang bersifat holostik <strong>dan</strong> solutif.Solusi preventif <strong>dan</strong> kuratif yang dapatdiberikan penulis kepada pemerintah. Pertama,mengingat anak merupakan generasi penerusbangsa maka pemerintah daerah sebaiknyamelakukan konseling secara berkelanjutanuntuk memastikan anak mengalamipertumbuhan <strong>dan</strong> perkembangan secaranormal, misalnya diadakan perkumpulansesama anak TKW yang di<strong>dalam</strong>nya dilakukankegiatan-kegiatan bermanfaat seperti out-bondatau bertukar pengalaman. Rekomendasikedua adalah pemerintah sebaiknyabekerjasama dengan lembaga penting sepertiMajelis Ulama Indonesia (MUI) atau organisasiwanita untuk merubah pola pikir masyarakatbahwa tanggung jawab <strong>terhadap</strong> <strong>keluarga</strong> <strong>dan</strong>anak merupakan tanggung jawab terpentingbagi <strong>keluarga</strong>.DAFTAR PUSTAKAAntara. (2007). Pemerintah TargetkanTempatkan Satu Juta TKI pada Tahun2007. Tersedia pada http://www.antara.co.id/arc/2007/5/22/pemerintah-targetkantempat-kan-satu-juta-tki-pada-2007/.[diunduh 29 Februari 2009].[BKKBN NTB] Ba<strong>dan</strong> Koordinasi KeluargaBerencana Nasional Nusa Tenggara Barat.(2009). Ratusan Ribu Anak Terlantar diNTB. Tersedia pada: http://prov.bkkbn.go.id/ntb/news_detail.php?nid=316. [diunduh29 Feb 2009].[BNP2TKI] Ba<strong>dan</strong> Nasional Penempatan <strong>dan</strong>Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.(2008). Remitansi TKI Naik 37,3 Persen.Tersedia pada: http://www.ham.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=384%3Aremitansi-tki-2008-naik-373-persen&Itemid=151. [diunduh 29 Feb2009].[BPS] Ba<strong>dan</strong> Pusat Statistik. (2006). Tersediapada: www.bps.go.id/releases/files/kemiskinan-1sep06.pdf[diunduh padaFebruari 2009].Brooks, J. (2001). Parenting, Third Edition.California: Mayfield Publishing Company.Conger, et al. (1994). Families in TroubledTimes: Adapting to Change in RuralAmerica. New York: Aldine De Gruyter.Crain, W. (2007). Teori Perkembangan: Teori<strong>dan</strong> Aplikasinya. Yogyakarta: PustakaPelajar.Fereshti. (2007). Buruh Migran, Batas TipisDevisa <strong>dan</strong> Derita. Tersedia pada http://202.146.5.33/kompas-cetak/0707/26/jogja/1040304.htm. [diunduh 18 Desember2009].Goleman, D. (2006). Kecerdasan Emosional:Mengapa EI Lebih Penting dari IQ.Hermaya T, penerjemah. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Terjemahandari: Emotional Intelligence.Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. (2003).Dasar <strong>dan</strong> Teori Perkembangan Anak.Jakarta: Gunung Mulia.Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangananak: suatu pendekatan sepanjangrentang kehidupan. Istiwidayanti,Soedjarwo, penerjemah; Silabat, R. M.,editor. Ed ke-5. Jakarta: Erlangga.Terjemahan dari: DevelopmentalPsycology: A Life-Span Approach.Kammeyer, K. C. W. (1987). Marriage andFamily: A Foundation for PersonalDecisions. Allyn Bacon, Inc.Luthfiyasari, A. (2004). Peran Instrumental <strong>dan</strong>Ekspresif Orang tua serta Hubungannyadengan Sikap <strong>dan</strong> Perilaku Remaja padaKeluarga dengan Ibu Bekerja di LuarNegeri (TKW) [skripsi]. Bogor: InstitutPertanian Bogor.Melson. (1980). Family and Environment AnEcosystem Perspective. Minnesota:Burgess Publishing Company.Nurani. (2004). Pengaruh Kualitas Perkawinan,Pengasuhan Anak <strong>dan</strong> KecerdasanEmosional <strong>terhadap</strong> Prestasi Belajar Anak[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D.(2009). Human Development (PerkembanganManusia). Marswendy B,penerjemah; Widyaningrum R, editor. Edke-10. Jakarta: Salemba Humanika.Terjemahan dari: Human Development.


20 PUSPITAWATI & SETIONINGSIH Jur. Ilm. Kel. & Kons.Puspitawati, H. (2006). Pengaruh FaktorKeluarga, Lingkungan Teman <strong>dan</strong> Sekolah<strong>terhadap</strong> Kenakalan Pelajar di SekolahLanjutan Tingkat Atas (SLTA) di KotaBogor [Disertasi]. Bogor: Institut PertanianBogor.Republika. (2004). Pengaruh TKI <strong>terhadap</strong>Jumlah Perceraian di Paciran. Tersediapada: http://www.republika.co.id. [diunduh8 Maret 2009].Rohner, R. (1986). The Warmth Dimention:Fondation of Parental Acceptance-Rejection Theory. California: SagePublication, Inc.Subkhan. (2007). Benang Kusut Persoalan TKI.(2009). Tersedia pada http://subkhan.wordpress. com/ 2007/11/19/benangkusut-persoalan-tki/.[diunduh 16 Februari2009]

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!