TOLERANSI SUHU PADA CRUSTACEA DAN MOLLUSCA DI ...

TOLERANSI SUHU PADA CRUSTACEA DAN MOLLUSCA DI ... TOLERANSI SUHU PADA CRUSTACEA DAN MOLLUSCA DI ...

oseanografi.lipi.go.id
from oseanografi.lipi.go.id More from this publisher

BURHANUD<strong>DI</strong>Nin lasser number in the area close to the discharge are than away from this one.Onlythose animals tolerant to high temperature can live in this warm water. The marinebiota which are included in Group II consist of seven species of Crustacea and twospecies of Mollusca. The highest temperature tolerated by Crustacea was 37.9 0 C andby Mollusca 36.7 0 C.The temperature of the Muara Karang waters influenced by thermal waterdischarge tends to increase with the increase of capacity of SPEGP at Muara Karang. Inthe transitional season the isotherm 34 0 C was found farther away from the thermaldischarge than it was in the orther seasons.The distribution of the cooling water canreach an area of about 1,700 m from coastal line.PENDAHULUANListrik merupakan salah satu ciri utama dan ukuran kemajuan suatumasyarakat modern. Makin maju suatu masyarakat, makin banyak merekamenggantungkan kehidupan sehari-hari pada listrik. Semua orang yanghidup di zaman ini secara sadar atau tidak, langsung maupun tidak langsungbersinggungan dengan alat listrik, Dengan kata lain dewasa ini listriktermasuk kebutuhan hidup pokok sehari-hari yang terus meningkat. Dalamrangka memenuhi laju permintaan tenaga listrik dan meningkatkanpelayanan kepada masyarakat itulah maka pemerintah membangun pusatpusatpembangkit tenaga listrik yang salah satunya adalah pembangkitlistrik tenaga uap (PLTU).PLTU menggunakan tenaga uap sebagai penggerak utama turbin gunamenghasilkan tenaga listrik. Ke luar dari turbin, uap dimasukkan ke mesinpengembun (kondensor) dengan pendingin berasal dari air sehingga uapmencair kembali, Tugas utama air pendingin hanyalah mengambil kalordi dalam kondensor sehingga air pendingin menggalami kenaikan suhu,Besarnya kebutuhan air pendingin ini tergantung kepada kapasitas maksimudari PLTU yang bersangkutan. PLTU Muara Karang dengan kapasitas 700MW membutuhkan air pendingin 113,4 — 188,6 juta I/jam bila ber-operasidengan kapasitas maksimum. Air pendingin yang bersuhu relatif tinggi danbervolume besar itu secara berkesinambungan di buang ke laut dankarenanya akan menaikkan suhu perairan penerima dan lambat launmempengaruhi lingkungan akuatik di sekitar PLTU itu. Jadi pembangunanPLTU Muara Karang memasukkan faktor baru ke dalam lingkungan perairansetempat dan mungkin menimbulkan kerusakan terhadap kehidupanbiota bila telah melampaui ambang batas toleransi biota.42Oseanologi di Indonesia No. 26, 1993sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


<strong>TOLERANSI</strong> <strong>SUHU</strong> CRUTACEA <strong>DAN</strong> <strong>MOLLUSCA</strong>Suhu permukaan maksimum tercatat sebesar 42,2 °C pada bulan Mei1983. Kenaikan suhu air pendingin PLTU Muara Karang dapat disimakdengan membandingkan suhu air laut di Stasiun S 1 dan Stasiun S 2 . Kenaikansuhu air laut terbesar terjadi pada bulan Agustus 1983 yaitu sebesar11.4 °C. Suhu air pendingin lebih besar dari 40 °C tercatat pada bulanDesember 1982, Februari , April, Mei dan Agustus 1983 (Gambar 2).Kenaikan suhu air pendingin di PLTU Muara Karang ini masih dalam bataskewajaran untuk suatu pembangkit listrik. Hal ini tampak jelas bila dibandingkandengan kenaikan suhu air pendingin di mancanegara. Kenaikansuhu air pendingin di pembangkit tenaga listrik Inggris biasanya berkisarantara 8 — 12 °C (LANG-FORD 1983), di PLTU Douglas Point, Canadadengan kapasitas terpasang 220 MW kisaran kenaikan suhunya antara 7,1 —13,6 °C (MINN et al. 1978) dan kisaran kenaikan suhu di PLTN AmerikaSerikat adalah antara 6 — 19 °C dengan rata-rata 10 °C (COUTANT1970).Suhu air di perairan Muara Karang berubah dengan beroperasinyaPLTU Muara Karang. Sebelum PLTU Muara Karang beroperasi suhu minimumtercatat sebesar 27,5 °C pada musim barat dan suhu maksimum30,8°C pada musim peralihan I (LON 1976). Hasil pengamatan KASTORO& BIRowo 1977 mencatat nilai suhu minimum pada musim barat yaitu27.5 °C dan suhu maksimum 30,6 °C pada musim peralihan I, Suhuminimum pada pengamatan ini tercatat 28,7 °C pada bulan Agustus 1983dan suhu maksimum sebesar 42,2 °C pada bulan Mei 1983. Jadi nilai suhumaksimum sebesar di perairan berubah dengan adanya PLTU ini,sedangkannilai suhu minimum masih dalam batas normal, Jelas terlihat bahwa suhuair di tempat ini cenderung naik sejalan dengan pertambahan kapasitasterpasang PLTU Muara Karang. Suhu permukaan tercatat antara 28,3 °C —35,5 °C ketika beroperasi dengan kapasitas 300 MW (LON 1980) dan40,01°C pada kapasitas 700 MW (ARINAR<strong>DI</strong> 1984),Penurunan suhu limbah air panas berlangsung cepat setelah meninggalkanStasiun S 2 , kecuali pada musim peralihan 1 (Maret dan April 1983)dan musin peralihan II (September — November 1982), Sebaran limbahair panas pada kedua musim peralihan 1 tadi diduga mencapai 1.300 m —1.700 m dari garis pantai, sedangkan pada musim lainnya berkisar antara400 m-1.000 m.45Oseanologi di Indonesia No. 26, 1993sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


Oseanologi di Indonesia No. 26, 1993sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


<strong>TOLERANSI</strong> <strong>SUHU</strong> <strong>CRUSTACEA</strong> <strong>DAN</strong> <strong>MOLLUSCA</strong>Sebanyak 22 jenis Crustacea dan 39 jenis Mollusca tertangkap denganjaring trawl (Tabel 1 & 2). Jaring pantai menghimpun 36 jenis Crustaceadan 7 jenis Mollusca (Tabel 3 & 4). Sebagian dari Jenis Crustacea yangtertangkap oleh jaring pantai tertangkap juga oleh jaring trawl, sehinggadari 16 jenis Crustacea yang tertangkap dengan jaring pantai, 11 jenistertangkap dengan kedua alat tadi. Sisanya sebanyak 5 jenis memperkayafauna Crustacea di perairan ini . Jumlah jenis Mollusca selama telaah initercatat 39 jenis. Dari 7 jenis Mollusca yang berasal dari jaring pantai,hanya 4 jenis tidak tercatat di jaring trawl. Dengan demikian jumlah jenisMollusca di perairan Muara Karang menjadi 43 jenis. Hasil tangkap Crustaceadenqan jaring trawl dan jaring pantai di dominasi oleh Metapenaeusaffinis, Partunus pelagicus. Penaeus merguiensis dan P. semisulcatu.Oseanologi di Indonesia No. 26, 1993sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


Oseanologi di Indonesia No. 26, 1993sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


Oseanologi di Indonesia No. 26, 1993sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


BURHANUDDlNBiota yang tertangkap di perairan Muara Karang dapat dibagi menjadidua kelompok berdasarkan suhu air lingkungannya (Tabel 5).Kelompok I terdapat di perairan yang bersuhu antara 28,0 0 C — 35,0 °Cdan kelompok II yang terdapat pada suhu 35.1 °C ke atas, Kelompok Idigolongkan pada jenis yang bertoleransi kecil terhadap perubahan ataukenaikan suhu. Kelompok II mempunyai toleransi besar terhadapperubahan suhu di suatu perairan.Keempat jenis Crustacea yang mendominasi hasil tangkap termasukkelompok II sehingga kenaikan suhu yang kecil kurang berpengaruh terhadapkeberadaan keempat jenis Crustacea di pelimbahan. Kemampuan beradaptasiterhadap perubahan suhu tinggi hampir sama pada keempat jenistadi, Metapenaeus affinis dan Penaeus semisulcatus ditangkap pada perairanhingga suhu 37,5 °C, untuk Portunus pelagicus dan suhu 37,9 °C untukPenaeus merguiensis, Scylla serrata yang tergolong ekonomis penting hanyatertangkap di perairan dengan suhu sekirar 35,7 °C. Dua jenis lainnyayang masuk kelompok II yaitu Matuta banksiidan Neodorippe Neodorippehystrio kendatipun hanya sanggup berada di perairan dengan suhu tak lebihdari 36,7 °C. Charybdis lucifera dan Ch anisodon masuk kelompok I, Keduajenis ini kurang toleran terhadap kenaikan suhu. Hal yang sama terjadi padaOratosquill nepa. Jenis Crustacea ini banyak tertangkap dengan trawl tetapitidak tertangkap dengan jaring pantai yang beroperasi di sekitarpelimbahan. Selama pengamatan, ke empat jenis Crustacea yang dominanitu tertangkap dalam jumlah banyak pada bulan Mai, Juni, Juli danAgustus tahun 1982 dan 1983 di Stasiun B 1 dan B 2 . Pada musim peralihan I(Maret dan April 1983) Crustacea tidak tertangkap dengan jaring pantai, tetapimasih tertangkap dengan trawl. Pada saat itu suhu air di kolam pelimbahantercatat cukup tinggi, Garis isoterm 36 °C — 38 °C tercatat pada bulanMaret 1983 dan 38 0 C-40 °C pada bulan April 1983. Lidah suhu yang tinggiitu mungkin menjadi penghalang bagi Crustacea untuk mendekati kolampelimbahan. Keadaan yang sama terjadi pada musim peralihan II (September1982 dan November 1983), Garis isoterm 34 °C - 37 °C pada bulanSeptember 1982 dan 34 °C - 39 °C pada bulan November 1982 menyebarluas di kolam pelimbahan,Jumlah jenis Crustacea yang tertangkap pada stasiun trawl relatif sedikitdan perbedaan jumlah jenis antar stasiun trawl tidak mencolok. JenisCrustacea terbanyak ada di stasiun T1 sebanyak 16 jenis dan palingsedikit dijumpai di stasiun T 6 (10 jenis). Stasiun trawl lainnya mencatatjumlah jenis di antara kedua stasiun trawl itu. Berkurangnya jumlah jenisdi stasiun T 6 itu mungkin berkaitan dengan tingginya suhu air di sana yangtercatat antara 30,2 °C - 37,5 °C. Suhu air di stasiun T 1 relatif rendahdengan kisaran nilai 29,9 °C - 32,7 °C.50Oseanologi di Indonesia No. 26, 1993sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


Oseanologi di Indonesia No. 26, 1993sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


BURHANUD<strong>DI</strong>NPada pengamatan ini Crustacea yang tertangkap dengan jaring pantai sebanyak 16 jenis.Jumlah jenis Crustacea yang tertangkap ini belum berubah dibandingkan denganpengamatan sebelumnya. Jumlah jenis Crustacea diduga sebanyak 14 jenis pada waktuPLTU berkapasitas 300 MW (LON I980) dan 15 jenis disaat PLTU belum beroperasi (LON1976). Komposisi jenis Crustacea di peraian ini terjadi perubahan. Metapenaeus lysianassa danTrachypenaeus sp. hanya tertangkap pada saat PLTU belum beroperasi dan menghindari perairanini setelah PLTU beroperasi. Charyb-dis yadorum, Thalamita danae, Harpiosquilla raphidae danDorippe (Doripoides) facchino, hanya muncul pada waktu kapasitas terpasang sebesar 300 MW.Metapenaeus brevirostris, M.brevicornis, Penaeus merguiensis, Charybdis lucifera, Ch anisodondan Ch. feriatus tertangkap pada waktu PLTU Muara Karang beroperasi 300 MW dan 700 MW.Penaeus semisulcatus, P. canaliculatus, Neodorippe (Nobilum) hystrio, N.(Neodorippe) astuta,Clorida javanica, C microphthalma, Cloridopsis scorpio. Anchias quilla fasciata, Matutabanksii dan Camatopsis rubida hanya tertangkap pada waktu PLTU beroperasi sebesar 700MW.Jumlah jenis Mollusca yang tertangkap di stasiun trawl relatif besar pada stasiun yangagak jauh dan kolam pelimbahan atau pengaruh limbah termal di stasiun itu relatif kecil. jenisMollusca terbanyak ditemukan di stasiun T 1 sebanyak 20 jenis dengan suhu perairan antara29,9 °C — 32,7 °C. Jumlah jenis MolIusca terendah ada di stasiun T 7 yaitu 12 jenis dengansuhu perairan 30,0 °C — 35 , 6 0 C, disusul dengan stasiun T 6 sebanyak 14 jenis dengan suhuperairan 30,2 °C — 37,5 °C. Stasiun trawl lainnya mencatat jumlah antara 16 — 19 jenis,Hasil tangkap Mollusca dengan jaring trawl didominasi oleh Volema sp. Turris sp. Babyloniacanaliculata, Turricula neliae spurius, Loligo edulis dan Anadara indica. Dua jenia Molluscayang terakhir ini tergolong ekonomis penting. Jenis Mollusca dominan tidak ada dari jaringpantai, Ketujuh jenis yang berasal dari jaring pantai hanya terjaring tidak lebih dari dua spesimendan hanya sekali tertangkap ,selama pengamatan ini, Morula sp, Mercenaria sp dan Meretrixmeretrix lusoria berturut-turut tertangkap pada bulan September 1982, Mei 1983 dan Juni1983. Thais undulato dan Macoma sp. hanya tetangkap pada bulan Juli 1982 dan hanyabulan Juli 1983 untuk Cantharus sp. Pada umumnya fauna Mollusca kurang tahan terhadapkenaikan suhu perairan. Hal ini tercermin dengan hasil tangkap trawl. Dari 39 jenis Molluscayang terjaring, hanya dua jenis tertangkap di Stasiun Bi dan B2. Thais undulata tertangkap diperairan dengan suhu hingga 34,9 o C sedangkan Mytilus viridis sampai suhu 35,2 °C.52Oseanologi di Indonesia No. 26, 1993sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


<strong>TOLERANSI</strong> <strong>SUHU</strong> <strong>CRUSTACEA</strong> <strong>DAN</strong> <strong>MOLLUSCA</strong>Lima jenis Mollusca yang ekonomis penting adalah Loligo edulis,L. duvaucelii, Sepiella inermis, Anadara indica dan A. inflata. Kelimajenis ini termasuk kelompok I dan L. duvaucelii tertangkap di perairan dengansuhu 30 , 8 °C. Jenis ini hanya tertangkap di stasiun T 5 pada bulanSeptember dan Oktober 1982. Loligo edulis dan Sepiella inermis dengantoleransi suhu 34,7 °C tertangkap di semua stasiun trawl. Hasil inimenunjukkan bahwa L.edulis dan S. inermis lebih toleran terhadap kenaikansuhu daripada L. duvaucelii. Anadara indica dengan toleransi suhu 34,5 °Cdan A. inflata dengan toleransi suhu 34,7 °C tertangkap di semua stasiuntrawl, Jenis Mollusca dalam kelompok II hanya tercatat Morula sp dengantoleransi suhu 36,2 °C dan Meretrix meretrix lusoria hingga suhu 36,7°C.Tujuh jenis Mollusca tertangkap dengan jaring pantai pada pengamatanini. Jumlah jenis Mollusca pada saat 300 MW tercatat sebanyak dalapan jenis(LON 1980). Dan delapan jenis ini. hanya Modiolus sp tidak tertang-kappada pengamatan ini. Survai sebelum PLTU Muara Karang beroperasi hanyamengidentifikasi empat jenis Mollusca yaitu Donax sp, Tellia sp , Pholas spdan Placuna sp. Mollusca lainnya diidentifikasi hingga tingkat suku. Darikeempat jenis tadi, hanya Tellina &p dan Placuna sp tertangkap padapengamatan sekarang ini. Donax sp dan Pholas sp menghilang pada kapasitasPLTU 300 MW dan 700 MW,Secara umum hasil pengamatan mencatat nilai suhu berkisar antara28,7 °C — 42,2 °C. Kenaikan mencolok nilai suhu ini disebabkan olehlimbah termal PLTU Muara Karang. Pada musim peralihan, sebaran limbahtermal dapat tersebar luas hingga mencapai jarak 1,700 m dari pantai.Kenaikan suhu suatu perairan mengakibatkan berkurangnya jenisbiota yang hidup di sana. Komposisi biota ikut berubah. Ada biota yangbertahan di tempat semula, ada biota yang melarikan diri dan ada pula yangmuncul sebagai pendatang baru.Berdasarkan hasil rangkap Crustacea dan Mollusca di lapangan diperolehbiota yang toleran terhadap suhu tinggi dan ada pula yang tidak toleran.Dominasi Crustacea terjadi di hasil tangkap dengan trawl dan jaringpantai sedangkan Molusca hanya dijaring trawl.DAFTAR REFERENSARlNAR<strong>DI</strong> , O.H. 1984. Pengaruh pembangkit listrik tenaga uap Muara Karang, Jakartaterhadap kandungan plankton di perairan saluran pemasukan dan saluran pengeluaran airpendingin. M.S. tesis, Fakultas Pasca Sarjana IPB : 136 hal.53Oseanologi di Indonesia No. 26, 1993sumber:www.oseanografi.lipi.go.id


BURHANUD<strong>DI</strong>NCOLES. S.L. 1977. Marine management and siting of electrical generating stationson tropical shorelines area. Mar. Res. Indonesia 19 57 — 7 2.COUTANT, CC. 1970. Biological aspects of thermal pollution : IEntrainment and discharge canal effects. Crit.Rev.Environ-Control 1( 3 ) : 341 pp .KASTORO dan S. BlRQWO 1977.Temperature observations in the water ofMuara Karang. Mar. Res. Indonesia 1 9 : 51 — 66.LANGFORD. T.E 1983. Electricity generator and the ecology of naturalwaters. Liverpool Univ . Press : 342 pp.LEMBAGA OSEANOLOGI NASIONAL 1976.final report on the secondstage on the oceanological investigation and survey in connection withthe Muara Karang Steam Power Station Project March 1975. LON -LIPI: 45 halLEMBAGA OSEANOLOGI NASIONAL 1985. Penelitian oseanologitahap IV di perairan Muara Karang sehubungan denganberoperasinya PLTU Muara Karang Unit 4 & 5 Laporan akhir :221 hal.MINN, C.K., J.RM. KELSO and W.Hyatt 1978. Spatial distribution onnearshore fish in the vicinity of thermal stations. Naticoke andDouglas Point on the Great Lake. J. Fish.Res.Board Can. 35(6) :885 — 892.Oseanologi di Indonesia No. 26, 199354sumber:www.oseanografi.lipi.go.id

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!