13.07.2015 Views

Sistem Sirkulasi di Rumah Sakit - Manajemen Rumah Sakit PKMK ...

Sistem Sirkulasi di Rumah Sakit - Manajemen Rumah Sakit PKMK ...

Sistem Sirkulasi di Rumah Sakit - Manajemen Rumah Sakit PKMK ...

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Sistem</strong> <strong>Sirkulasi</strong> Di <strong>Rumah</strong> <strong>Sakit</strong>Dewi Feri, ST,MKesDefinisi <strong>Sirkulasi</strong> <strong>di</strong> <strong>Rumah</strong> <strong>Sakit</strong><strong>Rumah</strong> sakit, sebuah lembaga pelayanan kesehatan masyarakat yang sarat dengan berbagaipermasalahan.mempunyai kemiripan dengan kota kecil. <strong>Rumah</strong> sakit ter<strong>di</strong>ri dari area tempat tinggal,kantor, workshops, laboratorium dan banyak bagian lain. <strong>Sirkulasi</strong> utama sering <strong>di</strong>deskripsikan seperti“jalan” <strong>di</strong> rumah sakit. Jalan <strong>di</strong>buat saling berkaitan dan menja<strong>di</strong> satu kesatuan namun dari bagian bagianyang berbeda seperti urban design, juga jalan ini mempunyai pergerakan lalu lintas (James,1994)<strong>Rumah</strong> sakit adalah tipe bangunan yang mempunyai banyak pengguna yang harus <strong>di</strong>puaskankebutuhannya. Semua pengguna tersebut melakukan pergerakan. Dalam melakukan pergerakan inilah,pengguna menggunakan elemen-elemen sirkulasi sehingga semakin banyak pengguna maka semakinkomplek pula sirkulasi yang terja<strong>di</strong>.Tata sirkulasi adalah suatu tatanan dari bagian bangunan yang merupakan alur penghubungantara satu bagian bangunan ke bagian bangunan yang lain. Berdasarkan fungsinya, elemen sirkulasiterbagi menja<strong>di</strong> 3 bagian yaitu: 1. Entry bukaan untuk masuk dan keluar suatu area dalam rumah sakit, 2.<strong>Sirkulasi</strong> horisontal yaitu penghubung antar bagian bangunan secara mendatar misalnya selasar, selasardan pedestriant. <strong>Sirkulasi</strong> horisontal ini tidak hanya <strong>di</strong> dalam bangunan rumah sakit tetapi <strong>di</strong> luar rumahskait juga 3. <strong>Sirkulasi</strong> vertikal yaitu penghubung antar bagian bangunan atas dan bawah seperti tangga,elevator dan ramp antar lantai (Mustikawati, 2002). Pengguna jalur sirkulasi ini adalah pasien, pengunjung,karyawan rumah sakit, tenaga me<strong>di</strong>s dan parame<strong>di</strong>s, servis (Hatmoko, 2003).Sedangkan menurut Olds dan Daniel (1987), tata sirkulasi yang baik adalah bila :a. Mempunyai entrance yang: terlihat baik, terlihat sebagai entry point terlindung dari segala cuacadan lalu lintas jalan raya, bias <strong>di</strong> jangkau oleh semua pejalan kaki, penyandang cacat dankendaraan. Mempunyai tempat untuk transisi secara fisik maupun psikis dari area terbuka ataujalan raya menuju gedung. Bila mempunyai beberapa entrance maka salah satu harus dapat<strong>di</strong>bedakan dan terlihat jelas.b. Mempunyai area parkir yang cukup luas untuk keluarga pasien, pengunjung dan staf. Areatersebut terjamin dan mudah <strong>di</strong>jangkau dengan mudah pula akses ke entrance gedung. Sertamengelilingi gedung. pola sirkulasi parkir yang dewasa ini sangat menja<strong>di</strong> pertimbangan pelangganuntuk memilih sebuah rumah sakit. Terdapat 16 hal yang dapat menja<strong>di</strong>kan rumah sakitmemenangkan persaingan, salah satunya adalah parkir yang baik (Malley, 1997).1


c. Mempunyai selasar, area transisi dan jalur sirkulasi yang: dapat mengarahkan pengguna menujutempat yang <strong>di</strong>tuju. Hangat, berkesan mengundang dan informatif. Mudah dan nyaman bagipenggunanya, terlihat bersih secara pandangan, menye<strong>di</strong>akan orientasi pada waktu sebaik dalamruangan, mempunyai pencahayaan yang cukup, lantai yang nyaman dan plafond yang berkesanintim.Masing masing pengguna jalur sirkulasi ini mempunyai tuntutan yang berbeda beda. Pasien membutuhkanjalur yang pendek, namun nyaman dan aman. Pengunjung membutuhkan jalur yang accessable,komunikatif dan nyaman. Servis membutuhkan jalur yang terpisah dari jalur pengunjung unt menjagakenyamanan pengunjung (Hatmoko, 2003). Sedangkan untuk tenaga me<strong>di</strong>s dan parame<strong>di</strong>s menginginkanjalur yang dekat dari satu bagian ke bagian yang lain. Dalam memberikan kepuasan terhadap penggunatata sirkulasi ini menempuh dua cara yaitu dengan memperbaiki ukuran atau standar fisik dan membuattata sirkulasi ini memuaskan secara psikologis. Memperbaiki ukuran atau standar fisik tata sirkulasi rumahsakit dengan menggunakan standar Internasional ukuran elemen tata sirkulasi sedangkan memuaskansecara psikologis dengan cara menjawab kebutuhan kepuasan dasar manusia. Kepuasan dasar manusiaakan berorientasi, aman, nyaman, <strong>di</strong>hormati dan tenang. Berorientasi yang <strong>di</strong>maksudkan adalah orangmenja<strong>di</strong> tidak bingung dan <strong>di</strong>beri kemudahan, sedangkan rasa <strong>di</strong>hormati dan tenang juga tercakup dalamrasa nyaman (Kliment, 2000)Selain standar dan kriteris sirkulasi yang baik juga <strong>di</strong> dukung adanya kemudahan mencari sebuahtitik <strong>di</strong> rumah sakit dan penanda <strong>di</strong> rumah sakit, mengingat rumah sakit mewadah berbagai kegiatan dan <strong>di</strong>gunakan oleh penguna yang ”understress”. Dan juga sebagai sebuah bangunan publik <strong>di</strong>haruskan untukmemiliki jalur darurat apa bila terja<strong>di</strong> hal hal yang tidak <strong>di</strong>inginkan seperti adanya bencana alam terutamagempa bumi dan bahaya kebakaran misalnya.2


Standar Fisik dan Kriteria <strong>Sirkulasi</strong> yang baika. Standar Fisik Elemen <strong>Sirkulasi</strong>Menurut Neuvert (1999) standart atau ukuran yang telah <strong>di</strong> standarisasi secara internasional mengaturELEMENSIRKULASIJalan keluar masukURAIAN• Pemisahan sirkulasi untuk pejalan kakidan kendaraan bermotor kecuali jalanbuntu.• Untuk jalan yang <strong>di</strong>gunakan bersama,<strong>di</strong>beri pembedaan tekstur agar terja<strong>di</strong>pengurangan kecepatan• Pencahayaan cukup• Membatasi jumlah kendaraan yangmasuk• Bebas halangan pandanganUKURAN• Kapasitas 2 mobil• 4,1 m – 5, 5 m• Kapasitas 1 mobil• Minimal 3 mJalan setapakParkirPintu masukPintu Darurat• Aman, nyaman terlindung dari angindan hujan• Terlihat jelas• Ada daerah bebas parkir untuk putardan sirkulasi• Bisa <strong>di</strong> lalui penyandang cacat berkursiroda• Membuka ke luar• Mempunyai daerah putar• Melindungi dari api dan asap• Berhubungan dengan dunia luar• Tiap pejalan kaki 0,6-0,75 m• Dengan kereta dorong/ kursi roda 1,7 – 1,8m• Untuk sudut 45, jarakantar mobil 3,4 m.Lebar mobil 2,4 m danpanjang mobil 5,5 m• Kapasitas parkir 1,5 –2 kendaraan / TT• Lebar pintu1,2 – 1,8 m• Luasan area putar 1,5x 1,5 m2• Jarak antara 1 jalur kejalur lain minimal 64 mTangga darurat • Bebas api dan asap • Jarak antar tanggamaksimal 45 m• Lebar min 2,8 m• Lebar bordes >1,95 m• Lebar anak tanggabawah dgn pintu>1,95 m3


ELEMENSIRKULASIJarak capai jalankakiURAIANUKURAN• Lebar anak tangga >1,2 m• Tinggi antar bordes 2m• Jarak anak tanggaujung ke ujung < 45• Harus sesingkat mungkin • Antar TT denganKM/WC maks 12 m• Antara TT dgn Nursestation 20 mKebisingan dan suhu • Memberikan kenyamanan • Kebisangan 40 – 45dB unt siang dan 35 –40 dB unt malam• Suhu 21 CKoridor• Sudut mengurangi pandangan lebihbaik <strong>di</strong> beri tumpul ¼ lingkaran atau<strong>di</strong>gunakan cermin• Lebar min 2,4 mDropping area • Dise<strong>di</strong>akan atap minimal <strong>di</strong> pintu • Ruang bebas belok15,25 mb. Kriteria Tata <strong>Sirkulasi</strong> yang memuaskan penggunanyaSeperti <strong>di</strong> kemukakan <strong>di</strong> muka bahwa kepuasan dari pengguna adalah tercapainya rasa aman, nyamandan mudah dari penggunanya. Atribut dariRepublic Philiphines of Departement of Health (2004), menyatakan bahwa yang <strong>di</strong>maksud dengankeamanan adalah :1) <strong>Rumah</strong> sakit dan fasilitas kesehatan lainnya memberikan dan menjaga keamanan lingkunganuntuk pasien, staf dan masyarakat.2) Gedung <strong>di</strong>bangun dengan tidak menimbulkan bencana bagi kehidupan masyarakat, pasien danstaf yang ada <strong>di</strong> dalamnya. Dan cukup kapabel untuk menampung segala beban yang ada <strong>di</strong>dalamnya.3) Jalan keluar termasuk untuk darurat seharusnya mengikuti beberapa tipe, seperti: pintu keluargedung harus langsung bertemu dengan alam bebas, mempunyai tangga <strong>di</strong> dalam bangunan dan<strong>di</strong> luar bangunan serta memiliki ramp (lantai miring)4) Minimal mempunyai 2 pintu keluar yang berseberangan satu sama lain dan terse<strong>di</strong>a <strong>di</strong> setiap lantai5) Pintu keluar berakhir <strong>di</strong> open space (alam terbuka) bagian luar dari gedung4


Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomer 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedungyang <strong>di</strong>maksud dengan persyaratan kenyamanan : meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antarruang, kon<strong>di</strong>si udara dalam ruang, pandangan serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan. Kenyamananruang gerak sebagaimana <strong>di</strong>maksud dalam ayat 1 <strong>di</strong> atas merupakan tingkat kenyamanan yang <strong>di</strong>perolehdari <strong>di</strong>mensi ruang dan tata letak ruang yang memberikan kenyamanan bergerak dalam ruangan.Kenyamanan hubungan antar ruang sebagaimana <strong>di</strong>maksudkan <strong>di</strong> atas merupakan tingkat kenyamananyang <strong>di</strong> peroleh dari tata letak ruang dan sirkulasi antar ruang dalam bangunan gedung untukterselenggaranya fungsi bangunan gedung. Kenyamanan kon<strong>di</strong>si udara dalam ruang sebagaimana<strong>di</strong>maksud dalam hal <strong>di</strong>atas merupakan tingkat kenyamanan yang <strong>di</strong>peroleh dari temperatur dankelembaban <strong>di</strong> dalam ruang untuk terselenggaranya fungsi bangunan gedung. Kenyamanan pandanganyang <strong>di</strong>maksud <strong>di</strong> atas adalah merupakan kon<strong>di</strong>si <strong>di</strong>mana hak priba<strong>di</strong> orang dalam melaksanakan kegiatan<strong>di</strong> dalam bangunan gedungnya tidak terganggau dari bangunan lainnya. Kenyamanan tingkat kebisinganmerupakan kon<strong>di</strong>si <strong>di</strong>mana pengguna berada dalam keadaan tidak terganggu getaran dan atau kebisinganyang timbul dari dalam bangunan maupun dari luar bangunan.Di dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomer 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedungyang <strong>di</strong>maksud dengan persyaratan kemudahan: meliputi kemudahan hubungan ke, dari dan <strong>di</strong> dalambangunan, akses yang mudah termasuk untuk penyandang cacat, kemudahan hubungan atau pencapaianhorisontal dan vertikal dengan menye<strong>di</strong>akan pintu, selasar, tangga dan ramp, kemudahan untuk evakuasidarurat, kemudahan menggunakan dengan <strong>di</strong>lengkapi petunjuk yang jelas. Menurut Hatmoko (2003)kemudahan bagi pengguna dapat <strong>di</strong>lihat dari, main entrance yang jelas dan pintu masuk khusus yangmudah <strong>di</strong>lihat, jejalur yang sederhana, jelas dan accessable.Menurut Alen dan Karolyi (1976), untuk memuaskan semua pengguna bangunan sebisa mungkinsirkulasi <strong>di</strong>bedakan menja<strong>di</strong> 2 yaitu sirkulasi manusia berkendaraan dan sirkulasi manusia berjalan.<strong>Sirkulasi</strong> manusia berkendaraan <strong>di</strong>bagi menja<strong>di</strong> 3 yaitu parkir, me<strong>di</strong>s dan non me<strong>di</strong>s serta kendaraanumum (lalu lalang). Sedangkan sirkulasi pejalan kaki terbagi menja<strong>di</strong> 4 yaitu : untuk pasien, pengunjungdan keluarga, sirkulasi staf me<strong>di</strong>s dan staf non me<strong>di</strong>s (servis).5


JenisPengguna<strong>Sirkulasi</strong>Kendaraan<strong>Sirkulasi</strong>Pejalan KakiParkirKriteria Tata <strong>Sirkulasi</strong>Elemen Aman Nyaman MudahMe<strong>di</strong>s dan nonme<strong>di</strong>sUmumPasienVisitorServiceMe<strong>di</strong>sBebas tabrakanTerkontrolBebas dari tabrakanTidak licinTerkontrolBebas dari tabrakanTidak licinTerkontrolBebas dari tabrakanTidak licinTerkontrolBebas dari tabrakanTidak licinTerkontrolBebas dari tabrakanTidak licinBebas dari tabrakanTidak licinTerkontrolCukup terangPandangan bebasLuasan cukupTerlindung daricuaca luarSuhu optimalCukup terangLuasan cukupCukup terangLuasan yg cukupTerlindung daricuaca luarCukup TerangSuhu optimalBebas kebisinganPandangan bebasLuasan cukupTerlindung daricuaca luarCukup TerangSuhu optimalBebas kebisinganPandangan bebasLuasan cukupTerlindung daricuaca luarCukup TerangSuhu optimalBebas kebisinganPandangan bebasLuasan cukupTerlindung daricuaca luarCukup TerangSuhu optimalBebas kebisinganPandangan bebasLuasan cukupAccessableJejalursederhanaAccessableTanpa hambatanJejalursederhanaTidakmenimbulkankebingunganAccessableJejalursederhanaTanpa hambatanTidakmenimbulkankebingunganAccessableJejalursederhanaTanpa hambatanTidakmenimbulkankebingunganAccessableJejalursederhanaTanpa hambatanTidakmenimbulkankebingunganAccessableJejalursederhanaTanpa hambatan6


Wayfin<strong>di</strong>ng dan SignageWayfin<strong>di</strong>ng adalah sebuah cara untuk mendapatkan kemudahan atau menemukan jalan dantempat yang <strong>di</strong>tuju. Kemudahan ini dapat membuat pasien/pengguna tidak takut dan gelisah. Ruangregristrasi <strong>di</strong>tempatkan <strong>di</strong> tempat yang paling terlihat pada saat pasien datang, dan mudah <strong>di</strong>jangkau.Penye<strong>di</strong>aan tanda <strong>di</strong> lobi, <strong>di</strong> persimpangan selasar dan lobi elevator. Pemberian tanda tanda khususmempermudah pengingatan dari pasien dan pengunjung adalah contoh - contoh wayfin<strong>di</strong>ng yangmeggunakan sistem penempatan <strong>di</strong> rumah sakit. Namun tidak semua elemen dapat <strong>di</strong> desain denganmenggunakan penempatan seperti <strong>di</strong> atas, sehingga untuk memudahkan menemukan sebuah lokasi <strong>di</strong>perlukan adanya tanda atau signagePenanda (signage) hendaknya merupakan sebuah sistem grafis yang efektif yang <strong>di</strong>rangkaidengan bantuan visual dan rangkaian alat untuk menye<strong>di</strong>akan informasi, arah, orientasi, identifikasi,daerah terlarang, peringatan, serta hal yang perlu <strong>di</strong>perhatikan untuk optimalnya kinerja operasionalisasirumah sakit. Penanda/signage <strong>di</strong> rumah sakit adalah hal yang komplek. <strong>Rumah</strong> sakit terkenal sulitnyamenemukan sebuah tujuan oleh penggunanya, membuat persepsi negatif terhadapnya, mengurangikepercayaan atas kemampuan sebuah rumah sakit untuk menangani sebuah kasus. Pasien danpengunjung yang datang ke rumah sakit adalah orang-orang yang berada <strong>di</strong> bawah tekanan. Sehinggakemampuannya untuk membaca sebuah sistem penandaan menurun. Sebuah bangunan dapatmenurunkan ”stress” ini atau malah menambah ”stress” dari para penggunanya. Pengguna membutuhkanarahan dari mereka datang <strong>di</strong> lingkungan rumah sakit, menuju ke dalam gedung rumah sakit, menuju ketempat tujuannya, dan kembali lagi ke tempat ia datang untuk selanjutnya ia keluar. Arahan ini <strong>di</strong>perolehdari penandaan yang tepat dan baik. Terdapat 9 hal yang bisa <strong>di</strong> tempuh agar penandaan inimempermudah para penggunanya yaitu: 1. Penanda <strong>di</strong>peruntukkan untuk pengguna eksternal, 2.Terbangun dari sistem yang bersih (komunikatif, jelas maksudnya), 3. Se<strong>di</strong>kit penanda <strong>di</strong> persimpanganjalan, 4. Pemisahan tanda untuk pejalan kaki dan pengendara dengan ukuran dan lokasi yang tepat, 5.Hurufnya bersih dan mudah untuk <strong>di</strong>baca, 6. Terdapat penerangan <strong>di</strong>malam hari, 7. Hindari penanda tidakresmi, 8. Jika menggunakan code warna maka jangan terja<strong>di</strong> persamaan dengan warna gedung, 9.Pertimbangkan untuk menggunakan bahasa lain.Penanda dapat <strong>di</strong>bagi menja<strong>di</strong> 2 katagori yaitu, <strong>di</strong>rectional or wayfin<strong>di</strong>ng yang menggambarkanarah ke suatu tempat dan locational signs yang menandakan tujuan itu sen<strong>di</strong>ri, yang dapat berupabangunan, landscape maupun berupa tulisan. Contoh wayfin<strong>di</strong>ng misalnya membuat selasar utama (yangmenghubungkan satu bagian ke bagian lain) berukuran lebih besar <strong>di</strong>ban<strong>di</strong>ng dengan selasar sekunder7


(yang menghubungkan selasar utama ke bangunan atau <strong>di</strong> dalam bangunan/instalasi tertentu), membuatgaris warna warni yang mengarahkan ke bagian tersebut seperti yang telah <strong>di</strong> lakukan <strong>di</strong> RSUD Dr SudonoMa<strong>di</strong>un. Sedangkan contoh dari local sign misalnya bangsal anak yang <strong>di</strong> desain dengan pewarnaan yanginteraktif, scupture jantung untuk penanda unit jantung terpadu, atau tulisan besar ”KANTIN” untukmenunjukkan bahwa bangunan ini adalah kantin.Jalur DaruratDi setiap rumah sakit sirkulasi saat terja<strong>di</strong> adanya bencana harus <strong>di</strong>rencanakan dan <strong>di</strong>implementasikan ke dalam bangunan. Bencana yang <strong>di</strong>maksud adalah bencana bencana yangmenyebabkan pengguna bangunan harus keluar meninggalkan bangunan tersebut. Antara lain bencanagempa bumi maupun kebakaran. Dibutuhkan waktu hingga 2 jam untuk menyelamatkan 600 pasien daribanguan berlantai 2 dan membutuhkan 4 jam untuk menyelamatkan pasien dari gedung berlanatai banyak(Neuvert, 1999). Untuk menghidarai adanya jatuh korban pada saat bencana <strong>di</strong> setiap daerah telah <strong>di</strong>tetapkan peraturan bangunan yang mengedepankan keselamatan pengguna bangunan saat bencana.Untuk mengihdari bencana alam seperti gempa bumi bisanya <strong>di</strong> rekomendasikan untuk memperkuatstruktur bangunan, deminikan juga dengan bencana kebakaran dengan memilih bahan bangunan yangtanah api. Sedangkan dari sisi sirkulasi maka <strong>di</strong> se<strong>di</strong>akan jalur evaluasi atau jalur darurat yang <strong>di</strong>lenkapidengan tanda atau signage yang mudah <strong>di</strong>mengerti oleh penggunan bangunan yang panic. Elemensirkulasi untuk evakuasi pengguna saat ada bencana yaitu jalur khusus yang berhubungan langsungdengan dunia luar atau tangga darurat. Untuk evakuasi secara vertikal dengan menggunakan tanggal daratatau ramp. Jarak yang <strong>di</strong>rekomendasikan untuk 2 buah tangga darurat adalah tidak lebih dari 45 m,sedangkan dari ruang yang banyak <strong>di</strong> huni dengan tanggal darurat atau pintu keluar tidak lebih dari 32 m(neuvert, 1999). Namun pada Pedoman Pelayanan RS, Depkes RI 2008 menetapkan jarak antaranya tidaklebih dari 25 m.Penentuan jalur evakuasi yang biasnaya <strong>di</strong> tuliskan pada Hospital Disaster Plan <strong>di</strong>pilih jalur yangpaling mudah <strong>di</strong> jangjau dan merupakan jalur yang lurus agar tidak membuat pengguna semakin panic.Pengaturan letak jalan keluar darurat- Seluruh ruang tidur pasien harus memounyai pintu darurat langsung ke lorong darurat yanglebarnya setidak tidaknya 2,44 m- Untuk ruangan ang memiliki lebih dari 93 m2 harus mempunyai 2 pintu darurat- Sedangkan lorong darurat setidaknya ke dua arah keluar8


- Apabila lorong yang salah satu ujungnya buntu panjangnya tiak boleh lebih dari 90 mPersyaratan lain sebuah jalan darurat adalah <strong>di</strong>setiap ujung dari jalan darurat ini berakhir pada dunia luar(udara bebas), mempunyai tangga <strong>di</strong> dalam dan <strong>di</strong> luar bangunan dan mempunyai ramp (Republic ofPhiliphines Departement of Health, 2004).Tambunan (1996) mengatakan untuk menjaga agar jatuhnyakorban yang tidak lebih banyak saat terja<strong>di</strong> kebakaran maka selasar tidak <strong>di</strong>buat buntu <strong>di</strong> satu ujungnya.Dan juga dengan membuat tangga darurat yang kedap asap dapat menekan secara significan korbanakibat kebakaran.Kebanyakan rumah sakit <strong>di</strong> Indonesia masih menempati areal lahan yang sangat luas maka<strong>di</strong>sarankan untuk membuat jalur darurat <strong>di</strong> sekeliling rumah sakit dengan tujuan agar mempermudahproses evakuasi saat terja<strong>di</strong> bencana. Dan membuka akses akses yang cukup <strong>di</strong> beberapa bagian rumahsakit.Parkir dan <strong>Sirkulasi</strong> Luar BanguanTempat parkir dewasa ini menja<strong>di</strong> hal yang cukup menentukan bagi pelanggan untuk memilihsebuah tempat yang <strong>di</strong>kunjungi. Demikian juga dengan rumah sakit, untuk pelayanan yang sama atauberbeda se<strong>di</strong>kit tidak jarang faktor kemudahan dan keamanan tempat parkir menja<strong>di</strong> pertimbangannya,terumtama untuk bagian rumah sakit yang banyak <strong>di</strong>kunjungi pelanggan non emergency dan karyawan.Tempat parkir yang <strong>di</strong> rumah sakit mempunyai kriteria harus jelas dan terdapat area untuk berputar sertasirkulasi. Sedangkan untuk ukuran yang <strong>di</strong> sarankan adalah memiliki sudut 45, jarak antar mobil 3,4 m.Lebar mobil 2,4 m dan panjang mobil 5,5 m.Kapasitas parkir yang <strong>di</strong>saranan untuk sebuah rumah sakit adalan 1,5 – 2 kendaraan / TT(Neuvert,1999). Untuk rasio kapasitas parkir antara kesepakan internasional yang <strong>di</strong> kemukakan olehNeuvert dan rasio parkir menurut DepKes RI terdapat perbedaan yang cukup significan, DepKes RImengatakan bahwa rasio tempat parkir dengan tempat tidurnya adalah 1 kendaraan /10 TT hal ini<strong>di</strong>karenakan pertimbangan profil pelanggan <strong>di</strong> mayoritas rumah sakit <strong>di</strong> Indonesia.Untuk mendukung kenyamanan pelanggan rumah sakit beberapa kantung parkir perlu <strong>di</strong> buat <strong>di</strong>rumah skait ini , tentunya apabila lahan yang <strong>di</strong>miliki rumah sakit ini masih memungkinkan. Idealnyakantung parkir rumah sakit ini terdapat <strong>di</strong> area instalasi rawat darurat, rawat jalan, rawat inap dan parkirkaryawanur. Karakteristik parkir yang ada <strong>di</strong> instalasi rawat darurat tentunya berbeda dengan parkir yangada <strong>di</strong> area dekat rawat inap. Parkir <strong>di</strong> area IRD mempunyai karakteristik cepat berganti mobil yang parkir,membutuhkan area sirkulasi yang luas mengingat kasus kasus emergency yang <strong>di</strong> bawa oleh mobil mobil9


ke gedung untuk menjaga keamanan penggunanya, pedestriant mempunyai bentuk yang <strong>di</strong>bedakandengan jalan mobil dan kendaraan (Neuvert, 1993). Sebagian besar desain pedestriant <strong>di</strong> area umumseperti taman kota dan hotel <strong>di</strong>buat beratap agar menjamin kenyamanan penggunanya terutama daripengaruh cuaca.11


DAFTAR PUSTAKAAllen and Karoly, 1976, Hospital Planning Handbook, A Wiley-Interscinence PublicationCarpman and Janet,1986, Design That Care Planning Facilities for Patient and Visitor Chicago, AmericaHospital PublisingDirektorat Jendral Pelayanan Me<strong>di</strong>k, 1998, Pokok Pokok Pedoman Arsitektur Me<strong>di</strong>k <strong>Rumah</strong> <strong>Sakit</strong> UmumKelas B Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan, Depkes RIHardy and Lammers,1986, Hospital Planning and Desining Prosess, An Aspen PublicationHatmoko, 2003, Seminar “ Arsitektur <strong>Rumah</strong> <strong>Sakit</strong> : Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi ,MMR UGMHendrata ,2003, Makalah Seminar “ Arsitektur <strong>Rumah</strong> <strong>Sakit</strong> : Perencanaan Implementasi dan Evaluasi,MMR UGMJames and Noakes,1994, Hospital Architecture, Longman Group UK ltdKliment ,2000, Healthcare Fasilities ,American Hospital Associstion InstituteMacklin and Marshall, 2000,Queen’s University Parking Strategy Study,availablewww.queensu.ca/pps/parking/study/study.htmlMulyono, 2006, , <strong>Rumah</strong> <strong>Sakit</strong> dan Bencana. Health and Hospital MagazineMustikawati , 2002, Element element sebagai acuan untuk menemukan arah menuju suatu tempat (wayfin<strong>di</strong>ng) menuju ke suatu tempat <strong>di</strong>dalam suatu bangunan, stu<strong>di</strong> empiris pada kasus <strong>Rumah</strong><strong>Sakit</strong> Dr Sarjito Yogyakarta” Tesis Program Stu<strong>di</strong> Teknik Arsitektur Jurusan ilmu ilmu teknikFakultas Teknik Arsitektur UGMNeuvert ,1999, Data Arsitek Jilid 2 E<strong>di</strong>si 2, PT ErlanggaNHS,1993, Design Guide The Design of Hospital Main Entrance, HMSO LondonOlds dan Daniel, 1987,Child Healt Care Facilities, association for the Care of children’s HealthPlanning an ENT hospital - Architecture - Express Healthcare Management.htm, 2003Republic of Philiphines Departement of Health, 2004, Guidelines in the planning and design healthservice,available on www.Wipo.int/scit/meeting/6/pdfSahney and Warden, The Quest for Quality and Productivity in Health Service available onwww.Pohly.com/books/healthservice.htmlTambunan 1996, Kajian Tentang Penerapan <strong>Sistem</strong> Keselamatan Jiwa Bahaya Kebakaran <strong>di</strong> <strong>Rumah</strong> <strong>Sakit</strong>Bertingkat <strong>di</strong> Bandung - Departemen Arsitektur ITBUndang Undang Republik Indonesia Nomer 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung12


Vederber dan Fine,2000, Health Care Architecture in An Era of Ra<strong>di</strong>cal Transformation, Yale UnivercityPressWashington Administrative Code, 2002, Hospital licensing regulation. Available onwww.leg.wa.gov/document/wsr/1999/04/99-04-052.htmWHO, 1998, District Health Facilities, WHO Regional PublicationWijaya,2003, Makalah Seminar “ Arsitektur <strong>Rumah</strong> <strong>Sakit</strong> : Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi ,MMRUGM13

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!