KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU ENGGANO ...

KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU ENGGANO ... KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU ENGGANO ...

oseanografi.lipi.go.id
from oseanografi.lipi.go.id More from this publisher
13.07.2015 Views

sumber:www.oseanografi.lipi.go.idOseanologi dan Limnologi di Indonesia (2007) 33: 139 – 158 ISSN 0125 – 9830KOMUNITAS IKAN KARANG DI PERAIRAN PULAU ENGGANO,PROPINSI BENGKULUolehMOHAMMAD ADRIMPusat Penelitian Oseanografi – LIPIReceived 14 February 2007, Accepted 24 April 2007ABSTRAKPenelitian tentang komunitas ikan karang telah dilakukan di lima lokasi penelitiandi perairan karang Gugus Pulau Enggano, Propinsi Bengkulu pada bulan Oktober 1996.Perairan karang Pulau Enggano mengalami sejarah gempa bumi berabad-abad,ekosistem tersebut diduga memiliki berbagai keistimewaan. Informasi dan data tentangkomunitas ikan karang di daerah tersebut masih minim. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui komposisi jenis, sebaran, kelimpahan, dan struktur komunitas ikan karangdi daerah tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sensusvisual dan peralatan SCUBA-diving. Ikan-ikan diamati jenis dan kelimpahannya padadua kedalaman yakni pada kedalaman 3 meter, dan 10 meter. Selama penelitian telahdapat dihimpun sebanyak 56 jenis ikan target (ikan pangan), 30 jenis ikan indikator, dan103 jenis ikan kelompok lainnya (major group). Kelompok ikan pangan yang dominanadalah jenis-jenis Lutjanus biguttatus, L. gibbus, Siganus guttatus, S. virgatus, danCaesio lunaris. Jenis-jenis yang dominan dari kelompok ikan indikator adalahChaetodon ephippium, C. trifasciatus, dan C. rafflesii. Dari kelompok lainnya (majorgroup) yang dominan adalah Amblyglyphidodon leucogaster, Pomacentrusphilippinus, dan Ctenochaetus striatus. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener(H’, berbasis log e) diperoleh antara 2,2 – 3,9. Indeks kekayan Margalef (d) berkisar6,6 – 12,8. Indeks kemerataan Pielou (J’=H’/log eS) diperoleh pada kisaran 0,6 – 0,9.Dendrogram matrik kesamaan Bray-Curtis menunjukkan empat pengelompokan stasiun.Hasil ordinasi sampel dengan MDS diperoleh dari kesamaan (stress = 0,05) denganjelas menunjukkan bahwa terdapat dua kommunitas berbeda pada zonasi di kedalaman3m dan 10 m.Kata kunci: Ikan karang, struktur komunitas, indeks ekologi, Enggano, Propinsi Bengkulu.139Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

sumber:www.oseanografi.lipi.go.idOseanologi dan Limnologi di Indonesia (2007) 33: 139 – 158 ISSN 0125 – 9830<strong>KOMUNITAS</strong> <strong>IKAN</strong> <strong>KARANG</strong> <strong>DI</strong> <strong>PERAIRAN</strong> <strong>PULAU</strong> <strong>ENGGANO</strong>,PROPINSI BENGKULUolehMOHAMMAD ADRIMPusat Penelitian Oseanografi – LIPIReceived 14 February 2007, Accepted 24 April 2007ABSTRAKPenelitian tentang komunitas ikan karang telah dilakukan di lima lokasi penelitiandi perairan karang Gugus Pulau Enggano, Propinsi Bengkulu pada bulan Oktober 1996.Perairan karang Pulau Enggano mengalami sejarah gempa bumi berabad-abad,ekosistem tersebut diduga memiliki berbagai keistimewaan. Informasi dan data tentangkomunitas ikan karang di daerah tersebut masih minim. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui komposisi jenis, sebaran, kelimpahan, dan struktur komunitas ikan karangdi daerah tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode sensusvisual dan peralatan SCUBA-diving. Ikan-ikan diamati jenis dan kelimpahannya padadua kedalaman yakni pada kedalaman 3 meter, dan 10 meter. Selama penelitian telahdapat dihimpun sebanyak 56 jenis ikan target (ikan pangan), 30 jenis ikan indikator, dan103 jenis ikan kelompok lainnya (major group). Kelompok ikan pangan yang dominanadalah jenis-jenis Lutjanus biguttatus, L. gibbus, Siganus guttatus, S. virgatus, danCaesio lunaris. Jenis-jenis yang dominan dari kelompok ikan indikator adalahChaetodon ephippium, C. trifasciatus, dan C. rafflesii. Dari kelompok lainnya (majorgroup) yang dominan adalah Amblyglyphidodon leucogaster, Pomacentrusphilippinus, dan Ctenochaetus striatus. Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener(H’, berbasis log e) diperoleh antara 2,2 – 3,9. Indeks kekayan Margalef (d) berkisar6,6 – 12,8. Indeks kemerataan Pielou (J’=H’/log eS) diperoleh pada kisaran 0,6 – 0,9.Dendrogram matrik kesamaan Bray-Curtis menunjukkan empat pengelompokan stasiun.Hasil ordinasi sampel dengan MDS diperoleh dari kesamaan (stress = 0,05) denganjelas menunjukkan bahwa terdapat dua kommunitas berbeda pada zonasi di kedalaman3m dan 10 m.Kata kunci: Ikan karang, struktur komunitas, indeks ekologi, Enggano, Propinsi Bengkulu.139Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idMOHAMMAD ADRIMABSTRACTTHE REEF FISH COMMUNITIES AT <strong>ENGGANO</strong> ISLANDS REEFS,BENGKULU PROVINCE. The study on reef fish communities was conducted onfive locations of Enggano Islands reef areas, Bengkulu Province, in October1996. At Enggano Island reefs have taken place the tectonic earthquake historyalong past decades, the ecosystem may be have different from others. Lackinformations and data on coral reef fish community from that area of water. Thestudy aim to investigate the species, distributions, abundance, and communitystructure of reef fishes in that area. The collecting data were used by visualcensus method and transect lines and the SCUBA-diving. The species and theirabundance was observed on both 3 meter and 10 meter depths. During the study,there are 56 species of target (foodfishes), 27 species of indicators, and 103species of major groups were recorded. The target fishes were dominated byspecies of Lutjanus biguttatus, L. gibbus, Siganus guttatus, S. virgatus, and Caesiolunaris. The dominant species of indicator fishes namely; Chaetodon ephippium, C.trifasciatus, and C. rafflesii. The major goups were dominated by Amblyglyphidodonleucogaster, Pomacentrus philippinus, and Ctenochaetus striatus. Shannon-Wienerindex of diversity (H’, base on log e) ranged from 2,2 – 3,9. Margalef’s speciesrichness (d) ranged from 6,6 – 12,8. Pielou’s ivenness index (J’=H’/log eS) between0,6 – 0,9. A dendrogram for similarity matrix Bray-Curtis shows that four groupsat 3 m and 10 m depths. The result of MDS ordination sample by the similarity(stress = 0,05) clearly presentation two different fish community of zonations at3m and 10m depths.Key words: Coral fishes, community structur, ecology index, Enggano, Bengkulu Province.PENDAHULUANGugus Pulau Enggano adalah daerah terluar wilayah Baratdaya Indonesia,yang merupakan suatu gugus pulau-pulau kecil di Samudera Hindia, letaknya terpencilberjarak ± 100 km dari daratan utama Sumatera. Pulau Enggano sendiri merupakanpulau terbesar di antara pulau-pulau kecil lainnya. Sebagaimana diketahui bahwaPulau Enggano termasuk di antara pulau-pulau yang terletak pada posisi garispertemuan lempeng tektonik Eurasia dengan Australia. Pada daerah pertemuan kedualempeng tersebut sering terjadi gempa tektonik, termasuk gempa berskala besar.Berdasarkan peta gempa USGS-Amerika, gempa tektonik pernah terjadi di PulauEnggano dan sekitarnya antara lain pada tahun 1914, 1931, 1950, 1975, 2000, dan2001 diduga di kedalaman antara 0 – 60 km (USGS). Gempa bumi yang terjadidapat mencapai di atas 5 - 6 skala reichter. Sejarah geologi di perairan Enggano140Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>KOMUNITAS</strong> <strong>IKAN</strong> <strong>KARANG</strong> <strong>DI</strong> <strong>PERAIRAN</strong> <strong>PULAU</strong> <strong>ENGGANO</strong>tersebut selama berabad-abad silam secara alami diduga telah menimbulkan dampakterjadinya perubahan-perubahan ekologis paska kejadian gempa. Namun tidak pernahada data dan informasi penelitian yang tersedia selama ini untuk daerah Pulau Engganotersebut baik sebelum maupun sesudah gempa.Kelompok ikan merupakan taksa terbesar dari hewan-hewan vertebrata yangberasosiasi dengan terumbu karang. Disepakati para ahli bahwa kelompok ikan dapatmendiami terumbu karang dengan keanekaragaman tinggi. Menurut MASUDA etal. (1984), ANONIM (1999a, 1999b, 2001a, dan 2001b) sebagian besar suku(family) ikan dari bangsa (ordo) Perciformes hidup menetap di terumbu karang. Diantara suku-suku tersebut adalah kelompok ikan kepe-kepe dari sukuChaetodontidae, ikan betok laut (suku Pomacentridae), ikan gigi jarang (Labridae),ikan kakatua (Scaridae), ikan beronang (Siganidae), ikan kakap/tanda-tanda(Lutjanidae), lencam (Lethrinidae), ikan kurisi (Nemiphteridae), beloso (Gobiidae)dan masih banyak lagi suku-suku lainnya yang bermukim di karang.Ilmu pengetahuan mengenai berbagai seluk-beluk kehidupan ikan karangternyata masih belum banyak diketahui, antara lain meliputi kajian pola sebaran spasial,temporal, populasi, struktur komunitas ikan-ikan dan lain sebagainya. Pengetahuantersebut sebenarnya termasuk di antara banyak cara yang dapat bermanfaat dalammenerangkan dasar-dasar pengetahuan tentang kehidupan ekologi hewan tersebut.MAPSTONE & FOWLER (1988) mengemukakan bahwa pengetahuan dinamikapopulasi dan demografi sangat diperlukan untuk mengembangkan hipotesis, terutamaterhadap faktor-faktor yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada populasidan ciri komunitas ikan karang. Menurut JONES (1988), distribusi dan kelimpahanyang akurat dalam skala ruang dan waktu adalah suatu tahapan yang signifikan dalamproses penelitian guna memperoleh pengetahuan ekologi ikan karang.Berkaitan dengan hal diatas, tujuan penelitian tentang ikan karang di gugusPulau Enggano dimaksudkan untuk mengetahui jenis, kelimpahan, sebaran spasial,dan ekologi ikan karang tersebut. Selain itu diharapkan pula hasil penelitian ini dapatbermanfaat sebagai data dasar dalam menyusun rencana pengelolaan bagi PemerintahDaerah setempat. Terkait pula dengan peristiwa gempa bumi yang terjadi cukup besarpada tahun 2000 dan 2001 diduga mempengaruhi perubahan ekologi daerah setempat,akan tetapi sampai saat ini belum diketahui tentang publikasi yang tersedia. Hasilstudi ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan perbandingan atau referensi untukstudi berikutnya jika di kemudian hari terjadi pula bencana gempa.141Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idMOHAMMAD ADRIMBAHAN DAN METODEPenelitian ikan-ikan karang di pulau-pulau kecil perairan gugus Pulau Engganodilaksanakan pada bulan Oktober 1996. Lokasi penelitian Pulau Dua Utara, PulauDua Selatan, Pulau Merbau, Pulau Bangkei, dan Pulau Satu (Gosong) sebagaimananampak dalam Gambar 1.P. EngganoEDABCGambar 1. Peta Pulau Enggano dan lokasi penelitian ikan karang ( )Oktober 1996.Figure 1. Map of Enggano Islands and lokations study of reef fishes ( )in October 1996.142Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>KOMUNITAS</strong> <strong>IKAN</strong> <strong>KARANG</strong> <strong>DI</strong> <strong>PERAIRAN</strong> <strong>PULAU</strong> <strong>ENGGANO</strong>Tabel 1. Lokasi, kode dan posisi tempat penelitian ikan karang di Enggano, Oktober 1996.Table 1. Locations, codes, and positions of reef fish study in Enggano, October 1996.LOCATIONPOSITIONSDua Utara Island (A) 5 o 26.293’ S ; 102 o 23,208’ EDua Selatan Island (B) 5 o 26.914’ S ; 102 o 23,208’ EMerbau Island (C) 5 o 28.220’ S ; 102 o 23,060’ EBangkei Island (D) 5 o 26.998’ S ; 102 o 23,206’ ESatu Island (E) 5 o 28.462’ S ; 102 o 13,813’ EMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensus visual dan transekmengikuti cara DARTNALL & JONES (1986). Peralatan yang digunakan adalahperalatan selam (SCUBA), alat tulis bawah air, dan meteran tali (roll meter). Transeksepanjang 50 m dibuat sejajar tubir atau garis pantai, dengan jarak pengamatanmemakai garis khayal sejauh 5 m kiri dan kanan dari garis transek. Pada masingmasinglokasi ditempatkan tiga transek (tiga pengulangan) dengan jarak tiap transek5 m. Garis transek ditempatkan pada kedalaman 3 m dan 10 m, masing-masing 3kali ulangan. Penempatan transek pada dua kedalaman tersebut dimaksudkan untukmengamati komunitas ikan berdasarkan zonasi. Kedalaman 10 m untuk transekditetapkan atas dasar bahwa pada kedalaman tersebut merupakan batas aman(savety) bagi penyelam dalam melakukan pekerjaan sensus visual. Ikan-ikan yangdiperoleh diamati jenisnya dan dicacah sepanjang garis transek tersebut. Ikandiidentifikasi antara lain berdasarkan; MASUDA et al. (1984), CARPENTER(1987), ANONIM (1999a), ANONIM (1999b), ANONIM (2001a), ANONIM(2001b), ALLEN (1991) dan ALLEN & ADRIM (2003). Untuk kelengkapandata juga dilakukan pengamatan melalui hasil koleksi bebas (penangkapan denganjaring, ikhtiosida, dsb.) dan pengambilan beberapa foto bawah air.Dalam menghitung berbagai indeks ekologi seperti: indeks keanekaragamanShannon-Wiener (H), indeks dominasi (D), indeks Pilou (Evenes) (J) dan sebagainyadilakukan mengikuti cara PIELOU (1975), JONES & CHASE (1975), danWILIAMS & HATCHER (1983). Analisis ordinasi dan klaster dari strukturkomunitas dilakukan berdasarkan CLARKE & WARWICK (1994) dan FIELD etal. (1982). Sejak awal pengolahan data sampai menghasilkan gambar ordinasi danklaster dilakukan dengan menggunakan beberapa perangkat lunak komputer, meliputiprogram Primer versi 5.2.143Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idMOHAMMAD ADRIMKeanekaragaman jenisHASIL DAN PEMBAHASANSelama penelitian telah diperoleh sebanyak 190 jenis ikan karang yangmewakili 22 suku (Tabel 2). Ikan-ikan tersebut dapat dibedakan atas 3 kelompokmengikuti cara DARTNALL & JONES (1986), yakni kelompok ikan target, ikanindikator, dan kelompok lain-lain (major group). Ikan target dijumpai sebanyak 59jenis mewakili 10 suku ikan indikator dari suku Chaetodontidae sebanyak 30 jenis,dan ikan major group sebanyak 102 jenis mewakili 13 suku.Tabel 2. Daftar jenis ikan hasil sensus visual di perairan Enggano, Oktober 1996.Table 2.List of species of fishes resulted from visual census inEnggano waters,October 1996.MAJOR GROUPFAMILY/SPECIESPOMACENTRIDAE1 Abudefduf vaigiensis (Quoy & Gaimard, 1825)2 Amblyglyphidodon aureus (Cuvier, 1830)3 Amblyglyphidodon curacao (Bloch, 1787)4 Amblyglyphidodon leucogaster (Bleeker, 1847)5 Amphiprion clarkii (Bennett, 1830)6 Amphiprion ocellaris Cuvier, 18307 Chromis analis (Cuvier, 1830)8 Chromis flavipectoralis Randall, 19889 Chromis dimidata (Klunzinger, 1871)10 Chromis lineata Fowler and Bean, 192811 Chromis margaritifer Fowler, 194612 Chromis opercularis (Günther, 1867)13 Chrysiptera rollandi (Whitley, 1961)14 Chromis ternatensis (Bleeker, 1856)15 Chrysiptera talboti (Allen, 1975)16 Chromis viridis (Cuvier, 1830)17 Chromis weberi Fowler and Bean, 192818 Chromis xanthura (Bleeker, 1854)19 Chrysiptera caeruleolineata (Allen, 1973)20 Chrysiptera glauca (Cuvier, 1830)21 Dascyllus aruanus (Linnaeus, 1758)22 Dascyllus melanurus Bleeker, 185423 Dascyllus trimaculatus (Rüppell, 1828)24 Dischistodus melanotus (Bleeker, 1857)25 Dischistodus perspicillatus (Cuvier, 1830)26 Hemiglyphidodon plagiometopon (Bleeker, 1852)27 Neoglyphidodon melas (Cuvier, 1830)28 Plectroglyphidodon dickii (Liénard, 1839)29 Pomacentrus alexanderae Evermann and Seale, 190730 Pomacentrus amboinensis Bleeker, 186831 Pomacentrus bankanensis Bleeker, 185332 Plectroglyphidodon lacrymatus (Quoy and Gaimard, 1825)33 Pomacentrus lepidogenys Fowler and Bean, 192834 Pomacentrus moluccensis Bleeker, 185335 Stegastes nigricans (Lacepède, 1803)36 Neoglyphidodon nigroris (Cuvier, 1830)37 Pomacentrus pavo (Bloch, 1787)38 Pomacentrus moluccensis Bleeker, 185339 Pomacentrus tripunctatus (Cuvier, 1830)LABRIDAE40 Labrichthys unilineatus (Guichenot, 1847)41 Bodianus mesothorax (Bloch and Schneider, 1801)42 Epibulus insidiator (Pallas, 1770)43 Gomphosus varius Lacepède, 180244 Halichoeres argus (Bloch and Schneider, 1791)45 Halichoeres chrysotaenia (Bleeker, 1853)46 Halichoeres hortulanus (Lacepède, 1802)47 Halichoeres marginatus Rüppell, 183548 Halichoeres melanurus (Bleeker, 1851)49 Halichoeres scapularis (Bennett, 1831)50 Hemigymnus fasciatus (Bloch, 1792)51 Hemigymnus melapterus (Bloch, 1791)52 Labroides bicolor Fowler and Bean, 192853 Labroides dimidiatus (Valenciennes, 1839)54 Novaculichthys taeniourus (Lacepède, 1802)55 Cheilinus oxycephalus Bleeker, 185356 Cheilinus fasciatus (Bloch, 1791)57 Cheilinus trilobatus Lacepède,1802144Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>KOMUNITAS</strong> <strong>IKAN</strong> <strong>KARANG</strong> <strong>DI</strong> <strong>PERAIRAN</strong> <strong>PULAU</strong> <strong>ENGGANO</strong>58 Choerodon anchorago (Bloch, 1791)59 Thalassoma hardwicke (Bennett, 1830)60 Thalassoma jansenii (Bleeker, 1856)61 Thalassoma lunare (Linnaeus, 1758)62 Cheilinus chlorurus (Bloch, 1791)63 Stethojulis albovittatus (Bonaterra, 1788)SCARIDAE64 Cetoscarus bicolor (Rüppell, 1829)65 Scarus quoyi Valenciennes, 184066 Scarus dimidiatus Bleeker, 185967 Scarus gibbus68 Scarus ghobban Forsskål, 177569 Scarus margaritus70 Scarus niger Forsskål, 177571 Scarus oviceps Valenciennes, 183972 Scarus spp.POMACANTHIDAE73 Chaetodontoplus mesoleucus (Bleeker, 1857)74 Centropyge bicolor (Bloch, 1787)75 Centropyge bispinosa (Günther, 1860)76 Centropyge eibli Klausewitz, 196377 Centropyge multispinus (Playfair and Günther, 1867)78 Centropyge vrolicki (Bleeker, 1853)79 Pomacanthus imperator (Bloch, 1787)80 Pomacanthus navarchus (Cuvier, 1831)81 Pygoplites diacanthus (Boddaert, 1772)BALISTIDAE82 Balistapus undulatus (Park, 1797)83 Melichthys indicus Randall and Klausewitz, 197384 Melichthys vidua (Solander, 1844)85 Rhynecanthus sp.86 Sufflamen chrysopterus (Bloch and Schneider, 1801)ACANTHURIDAE87 Ctenochaetus striatus (Quoy and Gaimard, 1825)88 Ctenocaetus strigosus89 Zebrasoma scopas (Cuvier, 1829)90 Zebrasoma veliferum (Bloch, 1797)ZANCLIDAE91 Zanclus cornutus (Linnaeus, 1758)HOLOCENTRIDAE92 Neoniphon sammara (Forsskål, 1775)93 Neoniphon sammara94 Sargocentron caudimaculatum (Rüppell, 1838)95 Sargocentron rubrum (Forsskål, 1775)APOGONIDAE96 Cheilodipterus macrodon (Lacepède, 1802)97 Cheilodipterus quinquelineatus Cuvier, 182898 Apogon compressus Smith and Radcliffe, 1911FISTULARIIDAE99 Aulostomus chinensis (Linnaeus, 1758)PEMPHERIDAE100 Pempheris vanicolensis Cuvier, 1831ALUTERIDAE101 Aulostomus chinensis (Linnaeus, 1758)MONACANTHIDAE102 Amanses scopasFISHESFAMILY/SPECIESCAESIO<strong>DI</strong>DAE1 Caesio lunaris Cuvier, 18302 Pterocaesio pisang (Bleeker, 1853)3 Pterocaesio randalli Carpenter, 19874 Caesio teres Seale, 19065 Pterocaesio trilineata Carpenter, 19876 Caesio sp.MULLIDAE7 Parupeneus barberinus (Lacepède, 1801)8 Parupeneus bifasciatus9 Parupeneus cyclostomus (Lacepède, 1801)10 Parupeneus indicus (Shaw, 1803)11 Parupeneus multifasciatus (Quoy and Gaimard, 1824)HAEMULIDAE12 Diagramma pictum (Thunberg, 1792)13 Plectorhinchuschaetodonoides Lacepède, 180014 P. flavomaculatus (Cuvier, 1830):15 Plectorhinchus albovittatus (Rüppell, 1838)16 Plectorhinchus picus (Cuvier, 1830)LETHRINIDAE17 Lethrinus harak (Forsskål, 1775)18 Lethrinus lentjan (Lacepède, 1802)19 Lethrinus obsoletus (Forsskål, 1775)20 Lethrinus erythracanthus (Valenciennes, 1830)21 Monotaxis grandoculis (Forsskål, 1775)22 Gnathodentex aurolineatus (Lacepède, 1802)23 Gnathodentex aurolineatus24 Lutjanus biguttatus (Valenciennes, 1830)25 Lutjanus bohar (Forsskål, 1775)26 Lutjanus decussatus (Cuvier, 1828)27 Lutjanus fulviflamma (Forsskål, 1775)28 Lutjanus gibbus (Forsskål, 1775)29 Lutjanus kasmira (Forsskål, 1775)30 Lutjanus fulvus (Schneider, 1801)31 Lutjanus lunulatus (Park, 1797)32 Macolor macularis Fowler, 193133 Macolor niger (Forsskål, 1775)34 Scolopsis bilineata (Bloch, 1793)35 Scolopsis lineata Quoy and Gaimard, 182436 Scolopsis margaritifer (Cuvier, 1830)37 Scolopsis lineata Quoy and Gaimard, 1824145Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idMOHAMMAD ADRIMSIGANIDAE38 Siganus canaliculatus (Park, 1797)39 Siganus corallinus (Valenciennes, 1835)40 Siganus guttatus (Bloch, 1787)41 Siganus magnificus (Burgess, 1977)42 Siganus puellus (Schlegel, 1852)43 Siganus stellatus (Forsskål, 1775)44 Siganus virgatus (Valenciennes, 1835)45 Siganus vulpinus (Schlegel and Müller, 1845)ACANTHURIDAE46 Acanthurus dussumieri Valenciennes, 183547 Acanthurus auranticavus Randall, 195648 Acanthurus leucosternon Bennett, 183349 Acanthurus lineatus (Linnaeus, 1758)50 Acanthurus pyroferus Kittlitz, 183451 Acanthurus spp.52 Naso lituratus (Forster, 1801)53 Naso unicornis (Forsskål, 1775)54 Naso sp.SERRANIDAE55 Aethaloperca rogaa (Forsskål, 1775)56 Cephalopholis argus Bloch and Schneider, 180157 Epinephelus merra Bloch, 179358 Plectropomus maculatus (Bloch, 1790)SCARIDAE59 Bolbometopon muricatum (Valenciennes, 1840)IN<strong>DI</strong>CATOR FISHESFAMILY/SPECIESCHAETODONTIDAE1 Chaetodon adiergastos Seale, 19102 Chaetodon auriga (Forsskål, 1775)3 Chaetodon baronessa Cuvier, 18314 Chaetodon collare Bloch, 17875 Chaetodon ephippium Cuvier, 18316 Chaetodon falcula Bloch, 17957 Chaetodon guttatissimus Bennett, 18338 Chaetodon kleinii Bloch, 17909 Chaetodon lineolatus Cuvier, 183010 Chaetodon lunula (Lacepède, 1802)11 Chaetodon melannotus Bloch and Schneider, 180112 Chaetodon meyeri Bloch and Schneider, 180113 Chaetodon ocellicauda Cuvier, 183114 Chaetodon ornatissimus Cuvier, 183115 Chaetodon punctatofasciatus Cuvier, 183116 Chaetodon rafflesi Bennett, 183017 Chaetodon semeion Bleeker, 185518 Chaetodon speculum Cuvier, 183119 Chaetodon triangulum Cuvier, 183120 Chaetodon trifascialis Quoy and Gaimard, 182421 Chaetodon trifasciatus Park, 179722 Chaetodon vagabundus Linnaeus, 175823 Coradion chrysozonus (Cuvier, 1831)24 Forcipiger flavissimus Jordan and McGregor, 189825 Forcipiger longirostris (Broussonet, 1782)26 Heniochus chrysostomus Cuvier, 183127 Heniochus monoceros Cuvier, 183128 Heniochus singularius Smith and Radcliffe, 191129 Heniochus varius (Cuvier, 1829)30 Heniochus pleurotaenia Ahl, 1923146Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>KOMUNITAS</strong> <strong>IKAN</strong> <strong>KARANG</strong> <strong>DI</strong> <strong>PERAIRAN</strong> <strong>PULAU</strong> <strong>ENGGANO</strong>Ikan TargetSebanyak 59 jenis ikan target yang mewakili 9 suku dijumpai selama penelitiandi Pulau Enggano.FOOD FISHESMAJOR GROUPMullidaeAcanthuridaeSiganidaeCaesionidaeSerranidaeScolopsidaeHaemulidaeLethrinidaeLutjanidaeSpecies6050403020100Depth 3 meterA B C D ELocationMonacant hidaePhemperidaeFistulariidaeApogonidaeHolocentridaeZanclidaeAcanthuridaeBalistidaePomacant hidaeLabridaeScaridaePomacentridaeSpeciesDepth 3 meter6050403020100A B C D ELocationMullidaeAcanthuridaeSiganidaeCaesionidaeSerranidaeScolopsidaeHaemulidaeLethrinidaeLutjanidaeSpeciesDepth 10 meter6050403020100A B C D ELocationMonacant hidaePhemperidaeFistulariidaeApogonidaeHolocentridaeZanclidaeAcanthuridaeBalistidaePomacant hidaeLabridaeScaridaePomacentridaeSpecies6050403020100Depth 10 meterA B C D ELocationKeterangan : A = Pulau Dua Utara D = Pulau BangkeiB = Pulau Dua Selatan E = Pulau Satu (Gosong)C = Pulau MerbauGambar 2. Komposisi suku-suku dan sebaran ikan target dan ikan major group padakedalaman 3 meter dan 10 meter di perairan gugus Pulau Enggano.Figure 2. Composition and distributions of family of target fishes and major groups at 3 and10 meter depths in Enggano Islands.Dilihat dari jumlah jenis untuk setiap suku maka suku-suku yang dominanadalah suku Lutjanidae (10 jenis), Acanthuridae (9 jenis), Siganidae (8 jenis). SukuLutjanidae tergolong hewan karnivora, sedangkan suku Acanthuridae dan Siganidaetergolong herbivora. Sebaran keanekaragaman jenis dari suku-suku tersebut padakedalaman 3 m dan 10 m disajikan pada Gambar 2.147Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idMOHAMMAD ADRIMSuku-suku lainnya yang tergolong karnivora dari ikan target ini adalah sukuLethrinidae (lencam), Pelectorhinchidae (kaci-kaci), Scolopsidae (serak), danSerranidae (kerapu). Sedangkan suku-suku yang herbivora adalah Scaridae (kakatua)dan Acanthuridae (butana). Ekor kuning suku Caesionidae menurut CARPENTER(1987) pada umumnya mengkonsumsi zooplankton sebagai makanannya (planktonfeeder).Jenis-jenis dominan dari kelompok ikan target adalah; Lutjanus biguttatus,Scolopsis margaritifer, dan Acanthurus lineatus. Jenis Bolbometopon muricatusdari suku Scaridae (ikan kakatua) dalam ukuran dewasa yang cukup besar (± 60kg), dijumpai selama penelitian. Masyarakat nelayan di Pulau Enggano telahmemanfaatkan berbagai jenis ikan karang dari suku-suku di atas untuk kebutuhanprotein di daerah setempat sejak lama. Penangkapan semua ikan suku-suku di ataspada umumnya dengan menggunakan berbagai alat seperti pancing, bubu, tombak,jaring insang (gillnet) dan lain-lain. Sebagian besar hasil tangkapan nelayan di Engganohanya terbatas untuk mencukupi kebutuhan lokal. Keanekaragaman jenis ikan targetdi Pulau Enggano masih tergolong tinggi (59 jenis), walaupun eksploitasi telah lamadilakukan. Kehadiran ikan target suku Lutjanidae sebanyak 10 jenis, Acanthuridae9 jenis, Siganidae 8 jenis di Pulau Enggano mewakili berturut-turut; 25 %, 18,4 %,dan 40 % dari total jenis masing-masing suku di Indonesia yang dikemukakan ALLEN& ADRIM (2003).Ikan Indikator (Chaetodontidae)Sebanyak 30 jenis ikan kepe-kepe dijumpai selama penelitian yang menempatitiga marga yakni Chaetodon (22 jenis), Forcipiger (2 jenis), Coradion (1 jenis) danHeniochus (4 jenis) (Tabel 2). Kelimpahan dan sebaran ketiga marga tersebutditunjukkan pada Gambar 3. Dari total individu keseluruhan, marga yang palingdominan adalah Chaetodon (81%), dijumpai di semua lokasi 3 m dan 10 m. MargaHeniochus (12,5%), dan Forcipiger (3,2%) dijumpai pada 4 lokasi, dan tidakdijumpai pada lokasi Pulau Satu. Marga Coradion (0,2%) memiliki kelimpahan yangpaling rendah dan dijumpai hanya di Pulau Dua Selatan pada kedalaman 10 m. Didugamarga tersebut memerlukan habitat tertentu untuk kehidupannya.Untuk kelimpahan tertinggi pada 3 m, dijumpai di lokasi Pulau Dua Selatandan terrendah di Pulau Bangkei. Selanjutnya kelimpahann tertinggi pada 10 m, dijumpaidi Pulau Satu dan terrendah di Pulau Merbau. Tidak terlihat keterkaitan yang jelasantara tinggi rendahnya kelimpahan ikan (total individu) dengan tutupan karang batu.Namun diduga keterkaitannya dengan ikan kepe-kepe jenis tertentu. Di antarakeseluruhan jenisnya terdapat 3 jenis kepe-kepe yang merupakan fauna ikan yangtersebar hanya di Lautan Hindia saja (tergolong fauna; endemik) yaitu Chaetodonguttatissimus, C. triangulum, dan C. falcula. Ikan kepe-kepe yang dominanadalah Chaetodon ephippium (11,6%), C. vagabundus (11,0%), dan C.148Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>KOMUNITAS</strong> <strong>IKAN</strong> <strong>KARANG</strong> <strong>DI</strong> <strong>PERAIRAN</strong> <strong>PULAU</strong> <strong>ENGGANO</strong>trifasciatus(10,3%). Hasil ini berbeda dengan kepe-kepe di Pulau Pulau Seribu,menurut ADRIM et al. (1991) kepe-kepe C. octofasciatus (85,2%) mendominasisecara ekstrim, dan jenis tersebut lebih menyukai perairan laut dangkal yang biasanyarelatif keruh. Di Pulau Enggano jenis C. octofasciatus tersebut tidak ditemukan. DiPulau Enggano tidak terdapat jenis kepe-kepe yang dominan secara ekstrim. BELLet al. (1985), LA TANDA (1996), dan BOUCHON-NAVARO et al. (1985)mengemukakan asosiasi yang kuat antara ikan kepe-kepe dan tutupan karang. Hasilpenelitian di Enggano belum dapat membuktikan informasi tersebut.Hasil pengukuran kecerahan air dengan Seichi disc rata-rata ± 24 m,mengindikasikan perairan tersebut tergolong jernih. Pulau Enggano dengan letakterisolir, air lautnya jernih, minim dampak perusakan oleh manusia, secara teoritispersentasi tutupan karang akan tinggi.Chaetodon 3 m6050403020Coradion 10IndividuForcipiger 0HeniochusChaetodonA B C D ELocation60Chaetodon 10 mIndividuCoradionForcipigerHeniochusChaetodon50403020100A B C D ELocationGambar 3. Kelimpahan marga Chaetodon (22 jenis), Heniochus (5 jenis) Forcipiger (2 jenis),dan Coradion (1 jenis) pada kedalaman 3 m dan 10 m di Enggano, Oktober 1996.Figure 3. Abundance of genus Chaetodon (22 species), Heniochus (5 species) Forcipiger (2species), dan Coradion (1 species) at 3 m and 10 m depth in Enggano, October 1996.149Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idMOHAMMAD ADRIMAkan tetapi menurut ANONIM (1997) kondisi karang relatif tidak memilikitutupan yang tinggi (Tabel 3). Penyebab rendahnya tutupan karang di Pulau Engganobelum dapat diketahui secara pasti, tetapi diduga ada kaitannya dengan peristiwatektonik. Proses pemulihan habitat (recovery) diduga terhambat akibat gempa yangberulangkali terjadi di daerah tersebut. Selain itu posisi daerah penelitian di Engganomemang relatif terbuka dari gempuran gelombang laut, terutama di saat musim Timur,dimana arah angin datang dari Tenggara (Juni-Agustus). Tingginya kekuatan arus lautdengan gelombang laut yang besar juga diduga menghambat pemulihan tutupan habitatkarang.Tabel 3. Kondisi karang batu pada lokasi penelitian di Enggano. (Sumber : ANONIM 1997).Table 3. Coral conditions at location study in Enggano. (Resource: ANONIM 1997).LOCATIONSDua Utara Island(A)Dua Selatan Island(B)Merbau Island(C)Bangkei Island(D)Satu Island(E)STONY CORAL (Coralia)3 m depth 10 m depth6.04 %17,53 %Millepora =3,63 %. Acropora = 6,96 %Millepora = 4,14 %.1,71 %5,08 %Heliopora= 1,02 % Heliopora = 3,41 %13,24 %16,11 %Millepora= 9,40 % undominated8,12%4,52 %Millepora=4,69 %4,52 %undominatedundominated10,14 %undominatedREMARKS(SOEKARNO et al. 1986),Coral cover < 25% = damageIkan kelompok lainDari segi jumlah jenis maupun kelimpahan pada kedalaman 3 m dan 10 mkelompok tersebut didominasi oleh suku Pomacentridae dan Labridae (Gambar 2).Sebanyak 103 jenis ikan kelompok tersebut yang mewakili 12 suku dijumpai selamapenelitian (Tabel 2). Jenis-jenis yang dominan adalah Amblyglyphydodon leucogaster,Chromis ternatensis, Pomacentrus philippinus, dan Ctenochaetus striatus.Gambar 2 menunjukkan keanekaragaman jenis dan kelimpahan ikan untukikan kelompok lain. Secara umum nampak populasi ikan ternyata lebih tinggi padakedalaman 3 meter dibanding dengan yang di 10 meter, hal yang sama dikemukakanoleh LIM & CHOU (1991) di Singapura. Hasil tersebut erat kaitannya dengan kondisihabitat karang, dimana pada kedalaman 3 meter keanekaragaman karang dantutupannya lebih tinggi dibandingkan dengan pada 10 meter. Intensitas cahaya mataharisecara alami tentu saja akan lebih besar diperoleh pada daerah yang lebih dekat kepermukaan. Hewan koralia membangun terumbu karang, sangat tergantungpertumbuhannya pada sinar matahari. Berdasarkan distribusi spasial ikan kelompoklain maka daerah yang paling tinggi diversitasnya adalah Pulau Dua Utara padakedalaman 3 meter (Gambar 2).150Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>KOMUNITAS</strong> <strong>IKAN</strong> <strong>KARANG</strong> <strong>DI</strong> <strong>PERAIRAN</strong> <strong>PULAU</strong> <strong>ENGGANO</strong>Indeks ekologiHasil analisis beberapa indeks ekologi terhadap ikan karang di Pulau Engganoberdasarkan kelimpahan individu, diperoleh bahwa indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H-log e ) berkisar antara 2,2 – 3,9. Indeks kemerataan Pielou (J’) berkisarantara 0,6 – 0,9 dan untuk indeks kekayaan jenis Margalef (d) diperoleh antara6,6 – 12,8.Gambar 4. Hasil analisis nilai indeks ekologis komunitas ikan karang pada kedalaman 3 mdan 10 m di tiap lokasi di Pulau Enggano. Keterangan: S = jumlah jenis; N =individu; d = indek kekayaan jenis (Margalef’s); J’= indeks kemerataan (Pielou’sevenness);H = indeks keanekaragaman (Shanon-index).Figure 4. Result of analysis values of ecological indices of reef fish community at 3 m and 10m depths of each locations in Enggano Island. Remarks: S = number of species; N =number of individuals; d = species richnes of Margalef’s; J’= evenness of Pielou(Pielou’s-evenness); H = Shanon indices.151Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idMOHAMMAD ADRIMMenurut ODUM (1971) Indeks Shannon-Wiener kecil dari 1, komunitasdinyatakan tidak stabil, 1 – 3 komunitas dinyatakan sedang (moderat), besar dari 3komunitas dinyatakan stabil. Dengan demikian komunitas ikan di Pulau Enggano dapatdinyatakan antara moderat dan stabil. Indeks kemerataan (J’) tinggi berarti tidakterjadi pemusatan individu pada satu jenis tertentu. Indeks (J’) berkisar antara 0 – 1.Indeks ekologi yang relatif tinggi di Enggano ada kaitan dengan letak geografis sepertidikemukakan di atas bahwa perairan Pulau Enggano relatif jauh jaraknya dari daratanutama Sumatera yakni di tengah Samudera Hindia, sehingga masih minim dari pengaruhkegiatan manusia dan kondisinya juga jernih.Gambar 4 menunjukkan histogram indeks ekologi (H’, J’, d dan S) tersebut.Jumlah jenis nampak lebih tinggi di kedalaman 3 m dibandingkan dengan 10 m.Sebaliknya indeks Shannon-Wiener (H’), indeks kekayaan jenis Margalef (d), danindeks kemerataan (J) nampak lebih tinggi pada kedalaman 10 m dibandingkan dengan3 m. Ketiga nilai tersebut nampak lebih berfluktuatif pada kedalaman 3 m dibandingkandengan di kedalaman 10 m. Dengan demikian komunitas ikan pada kedalaman 10 mdapat dianggap lebih stabil dibandingkan dengan di kedalaman 3 m. Hasil penelitiandi Taman Nasional Tsitsikamma Afrika Selatan BUXTON(1993) mengemukakanbahwa indeks ekologi (N, d, J’, dan H’) komunitas ikan cenderung lebih rendah dariarah perairan pantai ke arah laut lepas (off shore). JONES & CHASE (1975)mengemukakan hasil yang relatif sama dari hasil penelitian di Guam Amerika Serikat.Depth StationGambar 5. Grafik kumulatif jenis ikan pada tiap lokasi di dua kedalaman (3 m dan 10 m) diperairan Pulau Enggano.Figure 5.Cummulative curve of number of species at each location of both depth (3 m and10 m) in Enggano Island.152Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>KOMUNITAS</strong> <strong>IKAN</strong> <strong>KARANG</strong> <strong>DI</strong> <strong>PERAIRAN</strong> <strong>PULAU</strong> <strong>ENGGANO</strong>Gambar 5 menunjukkan kecenderungan angka kumulatif spesies lebih tinggipada kedalaman 3 m apabila dibandingkan dengan di kedalaman 10 m. Selain itu,bilamana dilihat dari posisi lokasi penelitian secara umum maka kecenderungan grafikkumulatif spesies meningkat dari arah tempat agak terlindung dalam teluk di PulauDua Utara (A) ke arah laut terbuka Pulau Satu (E) yang terpisah agak jauh darilokasi lainnya di sebelah tenggara Pulau Enggano. Diduga faktor sirkulasi masa airyang lebih dinamis di bagian tenggara pulau, atau dari arah laut terbuka (front reef)ikut berpengaruh pada nilai kumulatif species ikan tersebut.Analisis klasterGambar 6 dari hasil analisis klaster menunjukkan bahwa sebesar 40 %diperoleh pengelompokan empat group lokasi (entitas).GROUP IZonasi 3 mGROUP IIZonasi 10 mGROUP IIISimilarity (Bray-Curtis)GROUP IVRemarksLocations Codes Locations CodesDua Utara Island (3m) A-3m Dua Utara Island (10m) A-10mDua Selatan Island (3m) B-3m Dua Selatan Island (10m) B-10mMerbau Island (3m) C-3m Merbau Island (10m) C-10mBangkei Island (3m) D-3m Bangkei Island (10m) D-10mSatu Island (3m) E-3m Satu Island (10m) E-10mGambar 6 . Dendrogram dari klasifikasi hirarkis untuk group lokasi penelitian padakedalaman 3 m dan 10 m berdasarkan kelimpahan jenis seluruh ikan di PulauEnggano, Oktober 1996.Figure 6.Dendrogram of hierarchical classification of location groups of study at both 3 mand 10 m depths base on abundance in Enggano Island, October 1996.153Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


MOHAMMAD ADRIMsumber:www.oseanografi.lipi.go.idGroup pertama (I) terdiri dari lima lokasi meliputi seluruh lokasi penelitian(A, B, C, D, dan E) yakni pada zonasi kedalaman 3 meter. Group ke dua (II) terdiridari satu lokasi yakni Pulau Dua Selatan (B-10m). Group ke tiga (III) terdiri dari tigalokasi yakni Pulau Dua Utara (A-10m), P. Bangkei (D-10m) dan Pulau Merbau (C-10m). Group ke empat (IV) hanya satu lokasi yaitu P. Satu (E-10m). Group II, III, danIV semuanya pada kedalaman 10 meter. Group II dan IV dapat mencerminkan faktorkarakteristik ekologi tersendiri yang berbeda dengan lokasi lainnya, dimana lokasiPulau Satu (10 m) terpisah jauh dari lokasi lainnya, sedangkan lokasi Pulau DuaSelatan (B-10m) berdekatan dengan lokasi Group III.Hasil pengujian sampel lokasi dengan menggunakan MDS (Multidimensionalscaling) ternyata lebih baik untuk menggambarkan kelompok. Berdasarkan ordinasiindeks koefisien kesamaan (similarity coeficient index) Bray-Curtis diperoleh bahwaterdapat dua kelompok utama. Kedua kelompok bebeda berdasarkan zonasi, yakni dikedalaman 3m dan 10 m. Tiap kelompok besar tersebut terdapat pula subkelompokdari masing-masing lokasi.Kelompok besar lokasi sampling pada zonasi kedalaman 3 m, berada terpisahdi atas axis horizontal, dan plot lokasi pada zonasi kedalaman 10 m berada terpisah dibawah dengan posisi berpencar (Gambar 7), berarti kedua habitat memiliki kondisiberbeda.Gambar 7 :Figure 7 :Klasifikasi dimensional MDS (Multidimensional scaling) berdasarkan indekssimilarity Bray-Curtis, di dua kedalaman pada 3 m dan 10 m untuk tiap lokasisampling, Oktober 1996.MDS dimensional classification (Multidimensional scaling) base on Bray-Curtissimilarity indices, at both 3 m and 10 m depths of each location study, October1996.154Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>KOMUNITAS</strong> <strong>IKAN</strong> <strong>KARANG</strong> <strong>DI</strong> <strong>PERAIRAN</strong> <strong>PULAU</strong> <strong>ENGGANO</strong>Menurut CLARKE & WARWICK (1994) dan FIELD & WARWICK(1982), pengambilan sampel dianggap representatif, apabila nilai koefisien kurangdari 0,2. Pada hasil pengujian ini diperoleh hasil 0.05, berarti sampel yang diteliticukup representatif untuk melihat pengelompokan.KESIMPULANPulau Enggano, adalah suatu daerah yang terisolasi jauh di tengah SamuderaHindia. Kondisi lingkungan perairan Enggano dapat dianggap bebas dari berbagaibahan pencemar limbah industri dan perkotaan. Dampak negatif dari aktivitas manusiayang berasal dari limbah di daratan Sumatera, untuk dapat mencapai daerah tersebutdiduga amat minim sekali.Selama penelitian, telah dijumpai 187 jenis ikan karang yang mewakili 22suku terdiri dari kelompok ikan target (55 jenis;10 suku), ikan indikator (30 jenis),dan major group (103 jenis; 13 suku). Jumlah jenis diperoleh di 3 m lebih tinggidibandingkan dengan di 10 m. Indeks keanekaragaman (H’) berkisar antara 2,2 –3,9. Pada kedalaman 10 m indeks keanekaragaman lebih tinggi (3,6 – 3,9), jikadibandingkan dengan di kedalaman 3 m (2,2 – 3,1). Demikian pula halnya denganindeks kemerataan (J) dan kekayaan jenis Margalef menunjukkan pula hal yang samadimana kedua indeks lebih tinggi di kedalaman 10 m dibandingkan dengan di 3 m.Hasil tersebut menunjukkan bahwa komunitas ikan di kedalaman 10 m lebih stabiljika dibandingkan dengan di kedalaman 3 m. Dari hasil analisis klaster dan MDS,diperoleh pengelompokan atribut lokasi pada zonasi kedalaman 3 m dan 10 m. Darihasil tersebut nampak bahwa struktur komunitas ikan di perairan Enggano berbedaberdasar zonasi atau kedalaman.UCAPAN TERIMA KASIHPenelitian ini dapat terlaksana atas dana <strong>DI</strong>P (APBN) Puslitbang Oseanologi-LIPI tahun anggaran 1995/1996. Untuk itu penulis menghaturkan terima kasih sebesarbesarnyakepada Bpk. Prof. Dr. Ir. Ono Kurnaen Sumadiharga (Kapuslitbang) ataskepercayaan yang diberikan untuk terselenggaranya kegiatan penelitian tersebut.Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Yahmantoro dan Parino dari teknisiBalitbang Biologi yang telah membantu terlaksananya penelitian ikan karang ini denganbaik. Kepada Bpk. Martoni (Nakhoda) dan seluruh awak kapal KM. Samuderaatas bantuan dan kerjasamanya selama mengikuti pelayaran ke Enggano penulismenyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.155Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idMOHAMMAD ADRIMDAFTAR PUSTAKAADRIM, M., M. HUTOMO and S. R. SUHARTI 1991. Chaetodontid fishcommunity structure and its relation to reef degradation at the Seribu Islandreefs, Indonesia. In : A. C. ALCALA (ed.): Proceedings of the regionalsymposium on living resources in coastal areas.Manila, Philippines:163-174.ALLEN, G. R. 1991. Damselfishes of the world. Mergus Verlag. Melle, Germany:271 pp.ALLEN, G. R. and M. ADRIM 2003. Review article; Coral reef fishes of Indonesia.Zoological Studies. 42 (1): 1-72.ANDERSON, G.R.V., A.H. EHRLICH, P.R. EHRLICH, J.D. ROUGHGARDEN,B.C. RUSSELL, and F.H. TALBOT 1981. The community structure of coralreef fishes. American Naturalis. 117: 476-495.ANONIM 1997. Penelitian Kualitas air laut dan sifat-sifat oseanologi Wisata Baharidi Pulau Enggano, Bengkulu. Laporan Tahunan 1996/1997. PuslitbangOseanologi LIPI.ANONIM 1999a. FAO species identification guide for fishery purposes. The livingmarine resources of the Western Central Pacific. Volume 3. In : CARPENTER,K. E. & V. H.NIEM (eds.). Batoid fishes, chimaeras and bony fishes part 1(Elopidae to Linophrynidae). Rome: 1540-2068.ANONIM 1999b. FAO species identification guide for fishery purposes. The livingmarine resources of the Western Central Pacific. Volume 4. In : CARPENTER,K. E. & V. H.NIEM (eds.). Bony fishes part 2 (Mugilidae to Carangidae).FAO, Rome: 2069-2790.ANONIM 2001a. FAO species identification guide for fishery purposes. The livingmarine resources of the Western Central Pacific. Volume 5. In : CARPENTER,K. E. & V. H.NIEM (eds.). Bony fishes part 3 (Menidae to Pomacentridae).FAO, Rome: 2791-3380.ANONIM 2001b. FAO species identification guide for fishery purposes. The livingmarine resources of the Western Central Pacific. Volume 6. In : CARPENTER,K. E. & V. H.NIEM (eds.). Bony fishes part 4 (Labridae to Latimeriidae,estuarine crocodiles, sea turtles, sea snakes and marine mammals). FAO,Rome: 3381- 4218.156Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.id<strong>KOMUNITAS</strong> <strong>IKAN</strong> <strong>KARANG</strong> <strong>DI</strong> <strong>PERAIRAN</strong> <strong>PULAU</strong> <strong>ENGGANO</strong>BELL J., M. HARMELIN-VIVIEN, and R. GALZIN 1985. Large scale spatialvariation in abundance of butterfly fishes (Chaetodontidae) on Polynesian Reefs.In: Proceedings of the Fifth International Coral Reef Congress, Tahiti.5: 421-426.BOUCHON-NAVARO Y., C. BOUCHON, and M. L. HARMELIN-VIVIEN1985. Impact of coral degradation on a chaetodontid fish assemblage (Moorea,Frech Polynesia). In: Proceedings of the fifth international coral reefcongress, Tahiti. 5. 427-432.BUXTON, C. D. 1993. The distribution and abundance of the littoral ichthyofaunain the Tsitsikamma National Park. In: L. E. BECKLEY & R.P. van der ELST(eds.) Fish, Fishers and Fisheries. Proceedings of the second South AfricanMarine Linefish symposium, Durban. Special Publication 2: 45-51.CARPENTER, K. E. 1987. A revision of the Indo-Pacific fish family Caesionidae,with descriptions of five new species. Indo-Pacific Fishes 15: 1-56.CLARKE, K.R. and R.M. WARWICK 1994. Changes in marine communities :an approach to statistical analysis and interpretation. Plymouth, PlymouthMarine Laboratory: 144 pp.DARTNALL, H.J and M. JONES 1986. A manual of survey methods of livingresources in coastal areas. Asean-autralia cooperative programme marinescience handbook. Townsville: Australian institute of marine science : 167 pp.FIELD, J.G., K.R. CLARKE and R.M. WARWICK 1982. A practical strategy foranalysing multispecies distribution patterns. Mar. Ecol. Prog. Ser. 8: 37-52.JONES, G.P 1988. Ecology of rocky reef fish of north-eastern New-Zealand. N. Z.J. Mar. Freshwater Res. 22: 445-462.JONES, R. S. & J. A. CHASE 1975. Community structure and distribution offishes in an enclosed high Island Lagoon in Guam. Micronesica 11 (1): 127-148.LA TANDA 1996. Komunitas ikan kepe-kepe di perairan Terumbu karang PerairanBiak, Irian Jaya. Dalam: S. WOUTHUYZEN et al. (eds.) Perairan Malukudan Sekitarnya, Balitbang SDL, P3O-LIPI, Ambon 11: 79-88.LIM, G.S.Y. and L.M.CHOU 1991. Studies of reef fish communities in Singapore.In: A. C. ALCALA (ed.); Proceedings of the Regional Symposium on LivingResources in Coastal Areas. Manila, Philippines: 117-127.157Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007


sumber:www.oseanografi.lipi.go.idMOHAMMAD ADRIMMAPSTONE, B.D. & A. J. FOWLER 1988. Recruitment and the structure ofassamblages of fish on coral reef. Trends Ecolo. Evolut. 3: 72-77.MASUDA, H., K. AMAOKA, C. ARAGA, T. UYANO, and T. YOSHINO. 1984.The fishes of the Japan Archipelago. Tokai, Japan, Tokai University Press, 2vols.: 435 p.ODUM, E. P. 1971. Fundamental of ecology. W.B. Sounders, Philadelphia:574 pp.PIELOU, E. C. 1975. Ecological diversity. John Wiley & Sons. New York:165 pp.WILLIAMS, D. McB. and A.I. HATCHER 1983. Structure of fish communities onouter slopes of inshore, mid-shelf and outer shelf reefs of the Great BarrierReef. Mar. Ecol. Prog. Ser. 10 : 239-250.158Oseanologi dan Limnologi di Indonesia Vol. 33 (1), 2007

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!