13.07.2015 Views

esensi pendidikan nilai moral dan pkn di era globalisme - SKP

esensi pendidikan nilai moral dan pkn di era globalisme - SKP

esensi pendidikan nilai moral dan pkn di era globalisme - SKP

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ESENSI PENDIDIKAN NILAI MORAL DAN PKN DI ERA GLOBALISMEAuthor : Gungun Wiya<strong>di</strong>Publish : 11-08-2011 22:01:43Prof.Drs.H.A.Kosasih Djahirithe 20th century has been characterized by three developments of great political importance:The growth ofdemocracy, the growth of corporate power, and the growth of corporate propaganda as a means of protectingcorporate power against democracy ( Alex Carey ).My country is the world, and my religion is to dogood.(Thomas Paine)PendahuluanTidak seorangpun mampu melepaskan <strong>di</strong>ri dari hakekat kodrati manusia sebagai insan yangdapat <strong>di</strong><strong>di</strong><strong>di</strong>k <strong>dan</strong> belajar sepanjang hayat (educated human being), sehingga <strong>di</strong>namik berubah sepanjangmasa.Pengalaman hidup manusia (life experiences) adalah pengalaman belajar manusia yang dariwaktu/kon<strong>di</strong>si/tempat ke waktu/kon<strong>di</strong>si/tempat mengembangkan potensi <strong>di</strong>ri <strong>dan</strong> kehidupan kita baik dalamarus posiitif maupun arus negatif.Hakekat lain yang tidak bisa <strong>di</strong>hindari manusia ialah selaku social and political human being, <strong>di</strong>mana sejaklahir kita hidup "in group" dalam keluarga <strong>dan</strong> masyarakat yang ahirnya berbangsa &ndash; bernegara (Zoonpoliticon, organized political man). Lembaga-lembaga ta<strong>di</strong> <strong>di</strong>samping merupakan wadah/rumah bagi manusiajuga merupakan institusi pembina &ndash; penegak <strong>dan</strong> pengembang ipoleksosbudag yang amat potensial.Namun makin kini ketiga lembaga itu makin kurang berfungsi (melonggar) <strong>dan</strong> bahkan ada kecendrungan<strong>di</strong>hilangkan.Bahwa Potensi <strong>di</strong>ri manusia yang Illahiah yang <strong>di</strong>bawa setiap manusia meliputi potensi ba<strong>dan</strong>iah <strong>dan</strong>rohaniah. Melalui berbagai kajian pakar <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong> <strong>dan</strong> psikologis, potensi rohaniah <strong>di</strong>katagorikan kedalamtiga potensi dasar yakni Daya Intelektual/Nalarr (dengan 6 potensi ); daya afektual (8 potensi afektual) <strong>dan</strong>Psikomtorik (8 potensi), sehingga keseluruhannya meliputi 22 potensi.Dalam Dunia Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan (terutama <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong> formal) secara kurikuler rumusan sosok keluarannya<strong>di</strong>nyatakan harus utuh bulat (ragawi <strong>dan</strong> rohaniah) namun secara programatik &ndash; prosedural maupunrealita keluarannya (outcomes) bersifat parsial. Totalitas <strong>di</strong>ri anak <strong>di</strong><strong>di</strong>k hampir tidak pernah <strong>di</strong>belajarkansecara kaffah. Target penyelesaian bahan ajar yang konseptual teoritik &ndash; keilmuan/normative ataustructural <strong>di</strong>sipliner <strong>dan</strong> target <strong>nilai</strong> angka (marking) atau NEM tinggi yang <strong>di</strong>iringi ketidaktahuan/profesionalan guru melahirkan <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong> <strong>dan</strong> pembelajaran parsial. Masalah potensi ragawi <strong>dan</strong> <strong>nilai</strong>&ndash; <strong>moral</strong> serta norma hampir tidak pernah masuk hitungan termasuk dalam program khusus MKU(PKN, PAI, dll). Tidak Profesionalnya guru, <strong>di</strong>samping pola pembelajaran &ndash; pelatihan professionalskills yang kurang terutama <strong>di</strong>karenakan ketentuan formal <strong>dan</strong> system seperti a.l. wajib mengajar minimal 19jampel <strong>di</strong> satu sekolah, sistim penempatan guru, guru SD adalah guru kelas (baca "Guru 7 mata pelajaran" ! ).Maka oleh karenanya tidaklah mustahil apa yang <strong>di</strong>kemukakan McLuhan (teori Pendulum) besok lusa akanberwujud, yakni manusia yang cerdas otaknya namun tumpul emosinya. Potret ini <strong>di</strong>sejumlah tempat sudahmulai nampak. Proses emoting &ndash; min<strong>di</strong>ng, spiritualizing, valuing <strong>dan</strong> mental round trip <strong>di</strong>kalahkanoleh proses thinking and rationalizing. Pembelajaran berlandaskan <strong>nilai</strong> <strong>moral</strong> yang normative/luhur/suci/religius kalah oleh pembelajaran theoretic &ndash; conceptual based <strong>dan</strong> perhitungan untung rugirasional &ndash; keilmuan <strong>dan</strong> atau yuri<strong>di</strong>s formal. Potret ini sudah juga nampak dalam <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong> informalcq. kehidupan keluarga, pembinaan <strong>dan</strong> <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong> anak (termasuk agama <strong>dan</strong> bu<strong>di</strong> luhur) mulai kurang<strong>di</strong>perdulikan <strong>dan</strong> sudah sepenuhnya <strong>di</strong>s<strong>era</strong>hkan kepada instansi lain cq. Guru <strong>dan</strong> sekolah. Rumah <strong>dan</strong>keluarga mulai tererosi dari status <strong>dan</strong> role behavior bakunya (agamis &amp; cultural) <strong>dan</strong> hanya menja<strong>di</strong>"symbol terminal berkumpul <strong>dan</strong> sumber status social &ndash; ekonomi" bagi warganya. Bagi keluarga yangsudah masuk "super developed/ nuclear &ndash; family" perkawinan hanya <strong>di</strong>maknai sebagai lembaga/me<strong>di</strong>auntuk memenuhi kebutuhan biologis <strong>dan</strong> social ekonomis saja. Demikian halnya dalam berbangsa <strong>dan</strong>bernegara, hanya <strong>di</strong>anggap keharusan otomatik (opinio necesitatic) tanpa <strong>di</strong>iringi oleh rasa-emosi lain (senseof integrity, patriotism <strong>dan</strong> proudnes, dll ). Allohuma Nauzubillahi min zaalik !.Dalam kehidupan masa lampau gen<strong>era</strong>si usia 50/60 th keatas, apa yang <strong>di</strong>uraikan <strong>di</strong> atas boleh <strong>di</strong>bilang "tabu"dalam <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong> keluarga, seluruh p<strong>era</strong>ngkat tatanan <strong>nilai</strong> &ndash; <strong>moral</strong> <strong>dan</strong> norma agama ( <strong>dan</strong> budayaPage 1


ESENSI PENDIDIKAN NILAI MORAL DAN PKN DI ERA GLOBALISMEkarya manusia yakni Ilmu <strong>dan</strong> Hukum serta teknologi. Iptek <strong>dan</strong> modernity secara inheren membawakan <strong>nilai</strong>&ndash; <strong>moral</strong> (karakteristik): added values, easiness, enjoy, rasionalism, sekulerism, materislism,in<strong>di</strong>vidualism, kompetisi &amp; conflict, spesialisasi, dll. Maka oleh karenanya NMNr kontras &ndash;paradoxal kian meningkat <strong>dan</strong> sering melahirkan "ketimpangan" <strong>dan</strong> atau kesenjangan keadaan/ kehidupanmanusia yang kalau tidak mampu <strong>di</strong>seimbangkan maka muncul aneka keanehan, stress <strong>dan</strong> strook.Gen<strong>era</strong>tion gap, friksi kehidupan rumah tangga <strong>dan</strong> masyarakat, gaya hidup (life style) yang "aneh", Hippiesdll adalah buah <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong> parsial yang meninggalkan <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong> <strong>nilai</strong> &ndash; <strong>moral</strong>. Berikut kami angkatbeb<strong>era</strong>pa statements para pakar Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan Nilai yang mengungkapkan <strong>esensi</strong> Diknil: "Value Education ornone at all" (Phlips Comb)"Value education is the central of human being" (Piaget, Aristoteles, dll)"Janganlahberfikir sebelum kamu iman, <strong>dan</strong> jangan berbuat sebelum iman <strong>dan</strong> berfikir" (Imam Al Gazali)."My country isthe world, and my religion is to do good" (Thomas Paine)Dan sebagai insan religius, kita yakini bahwa dalamrukun iman <strong>dan</strong> Islam yang <strong>di</strong>minta adalah percaya akan&hellip;HAKEKAT PENDIDIKAN KEWARGAAN NEGARA (PKN)PKN atau Civic Education adalah program <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong>/pembelajaran yang secara programatik &ndash;prosedural berupaya memanusiakan (humanizing) <strong>dan</strong> membudyakan (civilizing) serta memberdayakan(empowering) manusia/anak <strong>di</strong><strong>di</strong>k (<strong>di</strong>ri <strong>dan</strong> kehidupannya) menja<strong>di</strong> warga negara yang baik sebagaimanatuntutan keharusan/ yuri<strong>di</strong>s konstitusional bangsa/negara ybs.Rujukan WNI yang baik dalam NKRI ialahUUD 1945/2003 yang jabarannya termuat dalam TAP MPR <strong>dan</strong> UU (a.l. UUSPN menja<strong>di</strong> kiblat seluruhProgram <strong>dan</strong> Sistem <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong> ). Menurut landasan konstitusional <strong>di</strong> atas, maka Visi PKN NKRI lahirnyamanusia/ WNI <strong>dan</strong> kehidupan masyarakat bangsa NKRI religius, cerdas, demokratis <strong>dan</strong> lawful ness, damai&ndash; tent<strong>era</strong>m &ndash; sejaht<strong>era</strong>, moderen <strong>dan</strong> berkeriba<strong>di</strong>an Indonesia. Misi yang <strong>di</strong>embannya adalahprogram <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong>; yang membelajarkan <strong>dan</strong> melatih anak <strong>di</strong><strong>di</strong>k secara demokratis &ndash; humanistic&ndash; fungsional.Membelajarkan hendaknya <strong>di</strong>maknai memberi pembekalan pengetahuan melek politik &ndash; hukum,membina jati <strong>di</strong>ri WNI berkepriba<strong>di</strong>an/berbudaya Indonesia, melatih pelakonan <strong>di</strong>ri/kehidupan WNI yangmelek politik hukum serta berbudaya Indonesia dalam tatanan kehidupan masyarakat &ndash; bangsa&ndash; negara yang moderen. Dari gambaran <strong>di</strong> atas maka jelas target harapan pembelajaran PKN NKRI,yakni:1. Secara Programatik memuat bahan ajar yang kaffah/utuh (CAP) berupa bekal pengetahuan untuk melekpolitik &amp; hukum yang ada/berlaku/imp<strong>era</strong>tive dalam kehidupan bermasyarakat &ndash; berbangsa <strong>dan</strong>bernegara NKRI yang demokratis sistim perwakilan &ndash; konstitusional.Bahan ajar yang kaffah mutlakharus menampilkan politik &ndash; hokum NKRI secara factual &ndash; teoritiik konseptual <strong>dan</strong> normativeberikut isi pesan (<strong>nilai</strong> &ndash; <strong>moral</strong>) serta aturan main <strong>dan</strong> tata cara pelaksanaannya. Dan sebagai bekalpengetahuan tidak mutlak semua hal <strong>di</strong>sampaikan melainkan <strong>di</strong>pilah <strong>dan</strong> <strong>di</strong>pilih berdasarkan tiga criteriadasar yakni: tingkat <strong>esensi</strong>nya, kegunaannya <strong>dan</strong> kritis tidaknya.Hakkekat isi pesan program PKN yang utama(lihat UUSPN 2003) harus memuat a.l. :a. Insan <strong>dan</strong> kehidupan Relgius Imtaq dalam semua gatra kehidupanb.Melek politik &ndash; hukum tahu/faham hal ihwal keharusan berkeh<strong>di</strong>upan berbangsa &ndash; bernegarabaik secara konstitusional maupun secara praksis/ nyatanya (kemarin &ndash; kini <strong>dan</strong> esok hari) Tatanan <strong>dan</strong>kehidupan Politik &ndash; Hukum <strong>dan</strong> Masyarakat Indonesia.c. Insan <strong>dan</strong> kehidupan Demokratis yanglawfulness dalam NKRI/Pancasila/ berbudaya Indonesiad. Insan <strong>dan</strong> kehidupan yang Cerdas, damai <strong>dan</strong>sejaht<strong>era</strong>e. Insan <strong>dan</strong> kehidupan yang Cinta bangsa negara, Patriotik: cinta <strong>dan</strong> bela bangsa negara (hak daulat<strong>dan</strong> martabat bgs negara)f. Pergaulan dunia/antar bangsa yang setara <strong>dan</strong> damai2. Secara Prosedural target sasaran pembelajarannya ialah penyampaian bahan ajar pilihan &ndash;fungsional kearah membina, mengembangkan <strong>dan</strong> membentuk potensi <strong>di</strong>ri anak <strong>di</strong><strong>di</strong>k secara kaffah sertakehidupan siswa &amp; lingkungannya (fisik &ndash; non fisik) sebagaimana <strong>di</strong>harapkan/keharusannya ( 6sumber normative <strong>di</strong> Indonesia) serta pelatihan pelakonan pemberdayaan hal tersebut dalam dunia nyataastagatranya secara demokratis, humanis <strong>dan</strong> fungsional.Tersirat dalam semua uraian <strong>di</strong> atas sejumlah hal yang secara konseptual <strong>dan</strong> praksisnya paradox/tabrakandengan hakekat <strong>globalisme</strong> <strong>dan</strong> modernity. Dan ini b<strong>era</strong>rti tantangan riil yang cukup b<strong>era</strong>t untuk <strong>di</strong>hadapiPage 4


ESENSI PENDIDIKAN NILAI MORAL DAN PKN DI ERA GLOBALISMEpara guru PKN, PAI bahasa &amp; Budaya Da<strong>era</strong>h <strong>dan</strong> semacamnya. Bila kita meny<strong>era</strong>h b<strong>era</strong>rti kitamengurbankan hakekat kodrati/Illahiah <strong>dan</strong> social politik <strong>di</strong>ri siswa <strong>dan</strong> kehidupan Bangsa Negara kita.Jawaban ada <strong>di</strong> tangan anda ! Globalisme adalah <strong>era</strong> iptek yang superdeveloped, modernity adalah NeoGeopolitik yang cyberspace/world wide <strong>dan</strong> SekulerIptek melahirkan temuan konsep/dalil <strong>dan</strong> produk baru yang serba elektronik &ndash; massal meninggalkanketergantungan manusia <strong>dan</strong> kehidupannya terhadap tenaga manusia, binatang <strong>dan</strong> alam, sertamemperpendek jarak waktu antar space. Banyak hal yang semula bersifat "tidak mungkin atau masa iya" kiniada <strong>dan</strong> terbuktikan. Bahkan iptek mulai mencoba menundukan alam serta kodrat natural manusia, kesemuahal inilah yang menyebabkan manusia "arogan" <strong>dan</strong> mendewakan <strong>di</strong>rinya serta melahirkan dalil "I`m nothingbut every things" (aku adalah segala &ndash; galanya). Teknologi industri yang sepenuhnya rational andcapital base melahirkan tuntutan kehidupan yang ilmiah &ndash; rasional, sekuler, materialistic, capitalismyang kompetitif serta mendorong meningkatnya pola keadaan yang in<strong>di</strong>vidualistik <strong>dan</strong> Utilities &ndash;beneficial &ndash; universal/ global/world wide.Pola universalism yang kompetitif ini merupakan tuntutankeharusan (opinio necessitatic) teknologi modern yang berproduksi massal. Produksi massal menuntut kapital<strong>dan</strong> pasar (bahan <strong>dan</strong> produk) yang meluas dengan tingkat kompitisi kian tajam serta melahirkan sin<strong>di</strong>katgabungan industri (negara) raksasa yang secara konseptual paradox dengan karakter modernity. Gabunganraksasa industri &amp; negara maju ini <strong>di</strong>kenal dengan berbagai label, ialah a.l. World Dragons, IGGI,Euro/Nato,AFTA, negara super power, world police dll. Pangsa pasar mereka ialah dunia tanpa batas wilayah(Planetary Territory, Cyber space), wilayah politik kebangsaan (nation) <strong>dan</strong> bahkan kedaulatan tererosimelalui pola kehidupan sosio politik Demokrasi Modern, Neo Geopolitic,World Peaceful andwealthfare,Multy National Corporation, Transnationalism, Global Capitalism, Planetary Territory dll yangkesemuanya memaksa manusia/bangsa/negara mengglobal sehingga tercipta tatanan norma baru yang dalaminternet <strong>di</strong>sebut dengan Normative Globalism yang berpolakan cyber ipoleksosbud dengan super developedtechnology dalam kehidupan post modernity yang <strong>di</strong>kendalikan world dragons &amp; super power countriesta<strong>di</strong>.Suka atau tidak suka, semua orang <strong>dan</strong> bangsa negara <strong>di</strong>giring menuju dunia baru itu. Para<strong>di</strong>gma barubernegara muncul dalam dalil baru Demokrasi Baru, new democracy yang world wide cq. Westerndemocracy yang lib<strong>era</strong>lis <strong>dan</strong> kapitalistik <strong>di</strong>mana kepentingan ekonomi menja<strong>di</strong> penjuru <strong>dan</strong> primadonanyasemua hal..Dalam awal makalah ini kami cantumkan petikan tulisan Alex Carey, <strong>di</strong>mana <strong>di</strong>kemukakan ada tiga kekuatandahsyat yang muncul <strong>di</strong> <strong>era</strong> post modernity ini, yakni perkembangan demokrasi beserta kekuatankorporasisnya, laju propoganda kekuatan kubu korporasi demokrasi termasuk proteksi kubu demokrasimelawan kubu yang berbeda prinsip (a.l. tra<strong>di</strong>tionalis cultural atau Oriental Despotism, nasionalisme sempit,serta undemocratic democracy lainnya). Maka melalui berbagai dalih <strong>dan</strong> dalil (terutama dalih terrorism <strong>dan</strong>obat bius) maka dunia <strong>di</strong>wilah-wilah <strong>dan</strong> <strong>di</strong>ciptakan "aneka conflicts" serta terja<strong>di</strong>lah berbagai "p<strong>era</strong>ng"(war), mulai dari p<strong>era</strong>ng Panama, Vietnam samapi p<strong>era</strong>ng Teluk , Afganistan, Irak dll yang ujung-ujungnyaadalah lib<strong>era</strong>lisasi <strong>dan</strong> demokrasi yang menyelebungi kepentingan ekonomi <strong>dan</strong> iptek tinggi (bahan baku <strong>dan</strong>pangsa pasar). Korporasis kubu demokrasi ta<strong>di</strong> dalam mewujudkan targetnya , yakni Cyber Politics/Economics and Modernization (system <strong>dan</strong> life style) menggunakan berbagai cara <strong>dan</strong> kekuatan terutamakekuatan ekonomi (bantuan <strong>dan</strong> atau embargo), pembentukan Hukum/Lembaga Internasional (WTO,NATO,Euro dll) serta sin<strong>di</strong>kat kekuangan (IMF,World Bank, IGGI, dll) yang pada puncaknya <strong>di</strong>gelarnyap<strong>era</strong>gaan kekuatan militer iptek mutahir. Semua hal ini "memaksa" masyarakat bangsa berkembangmenerima/mengadopsi <strong>dan</strong> atau memasuki kubu baru mereka. Dan ironisnya karakter iptek &ndash;modernisasi ini bila sudah memasuki kehidupan manusia/masyarakat ybs has a beginning but will has no end! Geo politik lama (wilayah <strong>di</strong>tentukan oleh kedaulatan/kekuasaan negara) berubah menja<strong>di</strong> Neo Geopolitik,<strong>di</strong>mana "kepentingan politik suatu/sejumlah negara" (yang adalah kepentingan ekonomi bangsa/negara ybs)menja<strong>di</strong> kiblat kekuasaan dengan jalan "menghapuskan batas wilayah nasionalisme sempit <strong>dan</strong> kekuasaan/kedaulatan territorial lama". Semua harus membuka <strong>di</strong>ri, untuk itu kembali teknologi berbicara dalam wujudteknologi militer , me<strong>di</strong>a cetak &ndash; elektronik <strong>dan</strong> indsutri.Me<strong>di</strong>a cetak elektronik menja<strong>di</strong> pendobraktra<strong>di</strong>onal culture and life style. Melalui budaya <strong>dan</strong> <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong> (materiil <strong>dan</strong> sumber serta me<strong>di</strong>aPage 5


ESENSI PENDIDIKAN NILAI MORAL DAN PKN DI ERA GLOBALISMEpembelajaran) gen<strong>era</strong>si muda (yang umumnya mayoritas populasi bangsa <strong>dan</strong> dalam kon<strong>di</strong>si jiwa inovatif&ndash; kreatif <strong>dan</strong> "revolution age") <strong>di</strong>ciptakan a new and modern gen<strong>era</strong>tion yang cinta/gila modernity,new democratic style <strong>dan</strong> world wide.Dalam kehidupan <strong>dan</strong> gen<strong>era</strong>si inilah keb<strong>era</strong>daan tatanan normadengan p<strong>era</strong>ngkat <strong>nilai</strong> &ndash; <strong>moral</strong> luhur goyah, tergeser <strong>dan</strong> atau tergusur . Rem normative yang menja<strong>di</strong><strong>di</strong>rektiva (<strong>moral</strong> conduct) <strong>di</strong>ri &amp; kehidupan "blong" <strong>dan</strong> terciptalah proses erosi <strong>dan</strong> dehumanisasi,<strong>di</strong>mana martabat <strong>di</strong>ri <strong>dan</strong> kodrat <strong>di</strong>rinya "<strong>di</strong>jual <strong>dan</strong> <strong>di</strong>kurbankan" untuk kenikmatan, kesenangan <strong>dan</strong>kemudahan serta <strong>nilai</strong> tambah duniawi semata . Muncullah gen<strong>era</strong>si <strong>dan</strong> kehidupan masyarakat yang serbarasional, sekuler, materialistik, in<strong>di</strong>vidualis &ndash; utilities <strong>dan</strong> kontras dengan sejumlah NMNr luhur yangberlaku/ada/baku serta menamakan <strong>di</strong>ri "kehidupan baru yang moderen"Harapan kita tentu saja manusia, bangsa negara <strong>dan</strong> kehidupan Indonesia masuk dalam katagori manusia&ndash; bangsa &ndash; negara modern super canggih, namun harus tetap manusia <strong>dan</strong> bangsa yang berbu<strong>di</strong>luhur yang tetap mampu tampil dalam kepriba<strong>di</strong>an Manusia/Bangsa Indonesia. Kita tidak berharap keha<strong>di</strong>ranmanusia/ masyarakat &amp; kehidupan yang modern namun kufur <strong>dan</strong> dolim terhadap <strong>di</strong>ri sen<strong>di</strong>ri, NMNrluhur serta warisan budaya (cultural heritage) Indonesia.Bagaimana kita, bangsa Indonesia mampu membinanya? Pertanyaan ini hendaknya menja<strong>di</strong> keperduliansemua orang, terutama para orang tua, pemimpin masyarakat <strong>dan</strong> negara serta tentu saja para pen<strong>di</strong><strong>di</strong>k <strong>dan</strong>guru. Melihat kecen-derungan "perges<strong>era</strong>n status <strong>dan</strong> fungsi p<strong>era</strong>n keluarga" (<strong>di</strong> kota maupun desa) sekarangini maka nampaknya semua beban itu akan terpulang <strong>dan</strong> harus terpikul oleh Guru <strong>dan</strong> pen<strong>di</strong><strong>di</strong>k cq. Sekolahdengan seluruh instrumental inputs nya. Secara institusional, progaramtik curricular <strong>dan</strong> proseduralpembelajaran harus kaffah <strong>dan</strong> value base.Ini adalah harga mati untuk terpenuhinya harapan lahirnyaManusia <strong>dan</strong> Bangsa yang religius , cerdas, <strong>dan</strong> b<strong>era</strong>hlak mulia yang tentunya harus <strong>di</strong>iringi system <strong>dan</strong>mekanisme kerja berbasis profesionalisme dalam dunia <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong>.Keterbatasan <strong>dan</strong> keterpurukan socialekonomi <strong>dan</strong> politik, hendaknya jangan menja<strong>di</strong> excuse penyelewengan <strong>dan</strong> pelacuran <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong>.Hendaknyasama-sama kita sadari bahwa dunia dewasa ini makin terbuka, <strong>dan</strong> sang maha guru Iptek &ndash; elektronik&ndash; cetak kini kian m<strong>era</strong>jalela membelajarkan <strong>dan</strong> melatih pengalaman hidup/belajar gen<strong>era</strong>si penerusbangsa negara ini. Perlombaan (musabaqoh) pembaharuan kurikulum <strong>dan</strong> buku teks harus <strong>di</strong>perhitung kansecara lebih serius (bukan hanya mengejar target waktu/tahun/proyek ) <strong>dan</strong> harus <strong>di</strong>iringi peningkatankeb<strong>era</strong>daan <strong>dan</strong> tegaknya profesionalisme Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>k , Guru serta pelaksana <strong>pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan</strong>. Sekolah harus kitafungsionalkan menja<strong>di</strong> "agent of changes" <strong>dan</strong> membelajarkan keluarga <strong>dan</strong> masyarakat, sehingga terciptaproses revitalisasi fungsi p<strong>era</strong>n keluarga/masyarakat. Hari esok bangsa <strong>dan</strong> negara kita b<strong>era</strong>da pada our nextyoung gen<strong>era</strong>tions. Maka benarlah dalil Phillip Combs Value education or none at all !!Daftar Bacaan: Kumpulan HO <strong>dan</strong> Internet (E<strong>di</strong>tor Prof.A.Kosasih Djahiri; 2004, Pro<strong>di</strong> PU PPS UPI):Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>kan Nilai <strong>dan</strong> Humaniora Learning Theories Globalism and Ethics &ndash; MoralityCoop<strong>era</strong>tive/Collaburative Group Learning A.Kosasih Djahiri; 1990; Menulusuri Dunia Afektif; Lab.PPKNUPI A.Kosasih Djahiri; 2004, Membina <strong>dan</strong> meningkatkan Profesionalisme Tugas P<strong>era</strong>n Pen<strong>di</strong><strong>di</strong>k, Pro<strong>di</strong> PUPPS UPI.Page 6

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!