Oseana, Volume XIII, Nomor 3 : 109 - 123, 1988 ISSN 0216-1877 ...

Oseana, Volume XIII, Nomor 3 : 109 - 123, 1988 ISSN 0216-1877 ... Oseana, Volume XIII, Nomor 3 : 109 - 123, 1988 ISSN 0216-1877 ...

oseanografi.lipi.go.id
from oseanografi.lipi.go.id More from this publisher
13.07.2015 Views

www.oseanografi.lipi.go.idOseana, Volume XIII, Nomor 3 : 109 - 123, 1988 ISSN 0216-1877PERANAN HIPOFISADALAM PRODUKSI BENIH IKANolehSutomo l )ABSTRACTTHE IMPORTANCE OF HYPOPHYSIS IN FISH SEED PRODUCTION. Hypophysisor pituitary gland is an endocrine mastergland which can be found throughoutthe vertebrates. In fish, the gland is situated between the posterior of nervus opticus andthe anterior of saccus vasculosus. This gland can produce gonadotrophic hormon(gonadotropin) which indirectly influences the gonadal maturation, by stimulating theproduction of sex steroids (androgens, estrogens, and progesterons). Due to itsgonadotropin content, hypophysis is now widely used in many hatcheries as a spawninginducer. The spawning method is commonly termed as hypophysation technique. Theprocedures of this technique include : selecting offish breeders ; dissecting, collecting,extracting of hypophysis; hormon injection, and spawning. The success of hypophysationdepends on how a proper donor and recipient fish are selected. The donor fish should betaken prior to spawning season to ensure the high content of gonadotropin. Recipientfish should be mature in gonad condition or at least the eggs have filled with yolk. Onlygood and healthy fish are choosen. The other important aspect is the breeders handlingtechnique. The handling of the breeders should be done carefully and be avoided fromphysical damage. The hormon should be given at suitable dosage which correlate withgonad maturation stage. The ripe gonad requires lower dosage than the immature one.More accurate method for determining gonad maturation is by biopsy method rather thanby morphological character. The procedure of biopsy, eggs hatching and larvae rearingare described in this paper.PENDAHULUANSejalan dengan pesatnya usaha budidayaikan akhir-akhir ini, kebutuhan akanbenih ikan semakin meningkat pula. Pengumpulanbenih dari alam dirasakankurang dapat memenuhi kebutuhan. Bahkandengan semakin menurunnya kualitas airsebagai akibat meningkatnya pencemaranlingkungan, serta musim dan kondisi alamyang kadang-kadang kurang menguntungkanmengakibatkan pengun)pulan benihmenjadi lebih sulit dan kurang dapat diandalkan.Untuk mengatasi hal tersebut, saatini telah banyak didirikan pusat-pusat1) Balai Penelitian dan Pengembangan Biologi Laut, Pusat Penetitian dan Pcngembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.109Oseana, Volume XIII No. 3, 1988

www.oseanografi.lipi.go.id<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong>, <strong>Nomor</strong> 3 : <strong>109</strong> - <strong>123</strong>, <strong>1988</strong> <strong>ISSN</strong> <strong>0216</strong>-<strong>1877</strong>PERANAN HIPOFISADALAM PRODUKSI BENIH IKANolehSutomo l )ABSTRACTTHE IMPORTANCE OF HYPOPHYSIS IN FISH SEED PRODUCTION. Hypophysisor pituitary gland is an endocrine mastergland which can be found throughoutthe vertebrates. In fish, the gland is situated between the posterior of nervus opticus andthe anterior of saccus vasculosus. This gland can produce gonadotrophic hormon(gonadotropin) which indirectly influences the gonadal maturation, by stimulating theproduction of sex steroids (androgens, estrogens, and progesterons). Due to itsgonadotropin content, hypophysis is now widely used in many hatcheries as a spawninginducer. The spawning method is commonly termed as hypophysation technique. Theprocedures of this technique include : selecting offish breeders ; dissecting, collecting,extracting of hypophysis; hormon injection, and spawning. The success of hypophysationdepends on how a proper donor and recipient fish are selected. The donor fish should betaken prior to spawning season to ensure the high content of gonadotropin. Recipientfish should be mature in gonad condition or at least the eggs have filled with yolk. Onlygood and healthy fish are choosen. The other important aspect is the breeders handlingtechnique. The handling of the breeders should be done carefully and be avoided fromphysical damage. The hormon should be given at suitable dosage which correlate withgonad maturation stage. The ripe gonad requires lower dosage than the immature one.More accurate method for determining gonad maturation is by biopsy method rather thanby morphological character. The procedure of biopsy, eggs hatching and larvae rearingare described in this paper.PENDAHULUANSejalan dengan pesatnya usaha budidayaikan akhir-akhir ini, kebutuhan akanbenih ikan semakin meningkat pula. Pengumpulanbenih dari alam dirasakankurang dapat memenuhi kebutuhan. Bahkandengan semakin menurunnya kualitas airsebagai akibat meningkatnya pencemaranlingkungan, serta musim dan kondisi alamyang kadang-kadang kurang menguntungkanmengakibatkan pengun)pulan benihmenjadi lebih sulit dan kurang dapat diandalkan.Untuk mengatasi hal tersebut, saatini telah banyak didirikan pusat-pusat1) Balai Penelitian dan Pengembangan Biologi Laut, Pusat Penetitian dan Pcngembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta.<strong>109</strong><strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idpembenihan yang jumlahnya terus bertambahdari waktu ke waktu. Perkembanganpembenihan telah begitu pesat terutamauntuk perikanan darat, sehingga berjuta-jutabenih ikan-ikan telah dapat dihasilkan setiaptahunnya. Dibalik keberhasilan ini, adabeberapa faktor penunjang yang turutberperan. Salah satu diantaranya ialah"hipofisa", si kecil mungil tetapi kemampuannyadalam menunjang produksi benihikan tidak dapat diragukan lagi.Dalam makalah ini akan dibicarakansedikit tentang hipofisa dan peranannyadalam produksi benih.HIPOFISAStruktur dan fungsiHipofisa atau kelenjar pituitaria adalahsuatu kelenjar endokrin penting pada semuahewan vertebrata (bertulang belakang). Karenaletaknya di bawah otak, maka kelenjarini sering disebut sebagai kelenjar bawah otak.Pada ikan, hipofisa terletak di sebelahbelakang "chiasma nervi optici", yaknipersilangan nervus opticus yang menujuke mata. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Bentuknya membulatsampai agak lonjong tergantung dari jenisikannya, ukurannya relatif sangat kecillebih kurang sebesar butiran beras. Sepertihalnya pada kelenjar endokrin lainnya, hipofisakaya akan vaskularisasi pembuluhdarah sehingga dalam keadaan segar tampakberwarna putih kemerahan. Gambaran mikroanatomihipofisa yang terpotong vertikal(tegak) dapat dilihat pada Gambar 2. Kelenjarterdiri atas dua bagian yaitu neurohipofisadan adenohipofisa. Bagian adenohipofisaterbagai lagi atas tiga bagian yaituproadenohipofisa, mesoadenohipoflsa danmetaadenohipofisa. Bagian mesoadenohipofisamampu memproduksi gonadotropin,yakni suatu hormon yang mempunyaiperanan penting dalam sistem reproduksi.Hormon ini dapat merangsang perkembangandan pematangan testis dan ovarium.Menurut susunan kimianya, gonadotropinadalah suatu senyawa glikoprotein denganS 20w mendekati 2,5 dan berat molekulnya28.000 (BURZAWA-GERARD danBURZAWA-GERARD & FONATAINE dalamMALINS & SARGENT 1975).Pada ikan yang telah dewasa, hormonini diproduksi lebih banyak daripada ikanyang masih muda dan jumlahnya meningkatpada saat menjelang musim pemijahan.Hormon yang telah diproduksi dicurahkanlangsung ke dalam pembuluh darah. Melaluisistem sirkulasi darah inilah akhirnya gonadotropinsampai ke organ sasarannya (gonad).Di sini gonadotropin memainkanaksinya, yakni menginduksi jaringan gonaddalam memproduksi steroid-steroidkelamin seperti androgen, estrogen danprogesteron yang secara langsung berperanterhadap perkembangan gonad (HARVEY& HOAR 1979). Melihat kenyataan bahwahipofisa mengandung hormon gonadotropin,para ahli telah tertarik untuk memanfaatkankelenjar tersebut sebagai bahanperangsang pemijahan pada ikan. Beberapapercobaan telah dilakukan dan terbuktibahwa penyuntikkan ekstrak kelenjar hipofisadapat merangsang pematangan garnet(sel kelamin), ovulasi dan pemijahan (KIN-NE 1977).Peranannya dalam produksi benih ikanDengan berhasilnya pemanfaatan hipofisasebagai bahan perangsang pemijahan,dewasa ini kelenjar tersebut banyak digunakanorang dalam industri pembenihan.Sebagai pionir dalam pemanfaatan hipofisaadalah seorang ahli biologi dari Braziliapada tahun 1935. Beliau telah berhasilmemijahkan suatu jenis ikan yang padamulanya tidak mau memijah dalam kolampemeliharaan, dengan cara menyuntikanekstrak hipofisa terhadap induk pemijah.110<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idGambar 1. A. Contoh susunan otak pada ikan karper, Cyprinus carpio L.B. Irisan membujur - tegak dari otak dan hipofisa.C. Otak (pandangan atas)D. Otak (pandangan bawah)1. Lubang hidung 7. Medulla spinalis2. Mata (notocord)3. Cerebrum (otak besar) 8. Nervus opticus4. Lobus opticus 9. Hipofisa5. Cerebellum (otak kecil) 10. Infundibulum6. Medulla oblongata 11. Epifisa12. Fossa rhomboidea111<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idGambar 2. Diagram kelenjar hipofisa pada ikan : (a) "lamprey" petromyzon ; (b) "dogfishShark" (Squalus) ; (c) "trout" (Salmo) ; (d) "perch" (Perca). HL. lumen hipofisa;IN, infundibulum ; MA, meso-adenohipofisa; ME, meta-adenohipofisa ;NE, neurohipofisa ; PA, pro-adenohipofisa ; SV, kantong vasculosus ; VL, lobusventral. (LAGLER et al. 1977).112<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idMetode ini disebut sebagai teknik hipofisasi.Teknik ini kemudian diikuti dan diterapkandi berbagai negara Asia maupunEropa dan ternyata telah memberikan hasilyang menggembirakan. Sebagai contoh misalnyaThailand, pada tahun 1969 telahdapat memproduksi benih ikan lokal,Brabus goniotus sebanyak 500.000 ekor.Demikian pula di Jepang, dengan penerapanteknik tersebut saat ini telah dapatdi produksi berjuta-juta benih ikan, misalnyaikan karper perak, karper rumput danjenis ikan lainnya. Di Indonesia, teknikhipofisa juga telah lama diterapkan dan telahberkembang baik terutama untukperikanan darat. Sedangkan untuk perikanananatau budidaya laut masih bersifatpenelitian. Berikut ini diterangkantentang cara pemijahan dengan teknikhipofisa dan beberapa hal yang terkait.RANGSANGAN PEMIJAHAN DENGANTEKNIK HIPOFISASISecara garis besar prosedur pemijahanterupaya dengan teknik hipofisasi meliputipemilihan induk, pengambilan dan ekstraksihipofisa, penyuntikan hormon dan pemijahanseperti terlihat pada Gambar 3. Ikanyang akan dijadikan induk dapat diperolehdari alam atau dari tempat pemeliharaandengan diet yang telah diatur. Makananyang diberikan biasanya mengandung kadarprotein yang tinggi tetapi rendah dalamkadar lemak.Pemilihan indukPemilihan calon induk hendaknya dilakukanseteliti mungkin. Pemilihan indukyang tepat dan baik merupakan salah satukunci menuju keberhasilan dalam teknikhipofisasi.Gambar 3. Prosedur pemijahan terupaya dengan teknik hipofisa.113<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idIkan yang akan dijadikan donordipilih yang telah dewasa. Jenis kelaminnyabebas, jantan atau betina. Hal yang perludiperhatikan di sini ialah pada waktu pengambilanhipofisa sebaiknya dilakukan padasaat menjelang musim pemijahan. Hal inidimaksudkan untuk menjamin kandunganhormon gonadotropin yang tinggi. Sumberlain dari hipofisa sebenamya dapat diperolehdari hewan lain seperti misalnya hipofisamamalia, burung, reptilia atau amfibia.Beberapa percobaan menunjukkan bahwaekstrak hipofisa dari hewan-hewan tersebuttelah terbukti mampu merangsang pemijahanpada ikan. Para ahli berpendapat bahwakeefektifitasan tersebut karena adanya homologidari hormon gonadotropin yangdihasilkan. Namun demikian hasil yangpaling baik adalah penggunaan hipofisadari jenis hewan yang sama (LAGLER etal. 1977), diikuti oleh marga yang sama,kemudian oleh suku yang sama (KAFUKU &IKENOOEU 1983).Mengenai induk ikan yang akan dijadikandonor, ada dua hal penting yangharus diperhatikan. Pertama, ikan dipilihyang sehat, tidak cacat dan telah matangtelur. Tanda karakteristik induk ikan yangmatang telur umumnya adalah sebagaiberikut : perut buncit, gerakkan agaklamban, dan bagian lubang genital (kelamin)tampak berwarna kemerahan. Kedua, penangananyang kurang hati-hati pada waktupenangkapan ataupun waktu transportasidapat mengakibatkan luka, hilangnya sisikserta stres pada ikan. Ikan yang telah mengalamihal tersebut di atas tidak akan memijahkantelurnya walaupun telah disuntikdengan dosis hormon yang tepat. Untukmengatasi hal ini biasanya para budidayawanmempergunakan zat bius seperti MS222, Ethyl-p-amino-benzoat, chlorobutanoldan bahan kimia lainnya. MS 222 telahdigunakan secara luas tetapi harganyaagak mahal. Sebagai gantinya, saat ini banyakdigunakan Ethyl-p-amino-benzoat karenadi samping efektif juga murah harganya.Dosis yang umum dipakai adalah 1 gram/liter (HUISMAN 1976).Pengambilan dan ekstraksi hipofisaUntuk mengambil hipofisa, kepalaikan donor terlebih dahulu dipotong. Metodepengambilannya ada dua cara sepertiterlihat pada Gambar 4. Pertama, melaluibagian atas tulang kepala (tengkorak).1). Potong tulang kepala bagian atas denganpisau tajam sepanjang garis yang bertitik.2). Singkapkan seluruh bagian otak danpotong "notocord" (utat syaraf tulangbelakang) sepanjang garis yang bertitik.3). Angkat bagian ujung notocord yangterpotong, maka akan tampak hipofisa,tertinggal di dasar tulang tengkorak yangberupa tulang rawan. Kedua, melalui bagianbawah tulang tengkorak. (1). kepala dibelahmelalui lubang mulut sampai ke bagianbelakang. 2). letakkan kepada bagian atasdengan posisi terbalik. 3). Gunting danpindahkan jaringan yang lunak dan potongtulang "basioccipital" sepanjang garis bertitik.4). Gunting jaringan yang terdapatdi kedua sisi tulang basioccipital. 5). Angkatlahtulang tersebut. untuk menyingkapkankelenjar hipofisa.Setelah hipofisa di ambil segera diletakkandi atas kertas hisap sambil digulingkansecara merata untuk menghilangkancairan dan noda sampai bersih. Kelenjarhipofisa yang telah bersih di masukkan kedalam alat penggerus atau tabung gelaskemudian dilumat sampai halus. Setelahitu ke dalam tabung tersebut dimasukkanlarutan garam fisiologis atau larutan garammurni (NaCl) 0,65% atau bila tidak adadapat digunakan air suling (aquadest)sebanyak 1 ml. Ekstrak kelenjar tersebut114<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idGambar 4. Metode pengambilan hipofisa.kemudian dipindahkan ketabung "centrifuge"untuk diendapkan dengan pemusinganseiama 1 – 2 menit. Hasil pemusinganakan tampak terpisah antara cairanyang jernih dengan endapan partikel jaringanhipofisa. Cairan yang jernih mengandunggonadotropin dan siap untuk disuntikan.Apabila hipofisa dibutuhkan dalamjumlah besar, untuk menghemat waktudan tenaga, maka pengumpulan kelenjarini dapat dilakukan jauh-jauh hari sebelumproses pemijahan di mulai. Hipofisa dapatdiawetkan baik dalam keadaan utuh, berbentuktepung (powder) ataupun dalambentuk ekstrak.Hipofisa dalam keadaan utuh dapatdiawetkan dengan alkohol absolut atauaceton. Caranya adalah sebagai berikut :Setelah hipofisa dikeluarkan dari kepalaikan, kelenjar dibersihkan dengan kertashisap. Kemudian di masukkan ke dalambotol kecil yang berisi alkohol atau aceton.115<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idSetiap 24 jam sekali larutan dibuang dandiganti dengan larutan yang baru. Hal inidiulangi sampai tiga kali agar dehidrasi(penghilangan air) dan "defattening" (penghilanganlemak) telah sempurna. Setelahitu hipofisa dipindahkah ke dalam botolgelap yang telah berisi cairan alkohol atauaceton baru dan di simpan dalam lemari es(refrigerator). Menurut KAFUKU & IKE-NOUE (1983), dengan cara ini keefektifanhipofisa dapat bertahan lebih dari satu tahun.Berdasarkan pengalaman ternyata hipofisayang diawetkan dengan ethyl alkoholhasilnya lebih baik daripada aceton, sepertiyang telah dituturkan oleh PRUGININ &CIRLIN(1976).Cara pengawetan hipofisa dalam bentukekstrak telah berhasil dilakukan oleh ahlidari Brazilia. Untuk mengawetkan ekstrakkelenjar ini digunakan larutan gliserin.Metodenya yaitu meliputi ekstraksi kelenjardengan air suling, kemudian dimasukkan kedalam botol-botol kecil dan di simpan dalamlemari es selama 24 jam – 48 jam. Setelahitu ke dalam botol-botol tersebut ditambahkanlarutan gliserin untuk membentuk perbandingan2 : 1 dengan volume air. Suspensitersebut kemudian di simpan lagi dalam lemaries selama 24 – 48 jam, lalu dipusingkandengan "centrifuge" selama beberapamenit. Supernatan (cairan jernih) yang terjadikemudian dimasukkan dalam botolbotolkecil yang ditutup rapat dan di simpandalam lemari es. Penemuan metode pengawetandari Peneliti Brazilia tersebut ternyatatelah memberikan hasil (keefektifan) yanglebih seragam (uniform) daripada bila disimpan dalam larutan air asin atau air suling.Metode pengawetan hipofisa dalambentuk tepung saat ini banyak dilakukanorang. Bahkan dibeberapa negara majuseperti Australia, Jepangdan Kanada metodeini telah dikembangkan secara komersil.Sumber hipofisa umumnya diperoleh dariikan salmon. Di Kanada misalnya, tepunghipofisa ikan salmon telah diproduksi secarabesar-besaran oleh Syndel LaboratoriesLtd, Vancouver. Pada prinsipnya metodepembuatannya cukup sederhana. Hipofisayang telah diawetkan dengan aceton dantelah kering, ditempatkan pada alat penumbuk.Setelah itu kelenjar dihaluskan, kemudiandiayak. Tepung hasil ayakan dimasukkandalam botol-botol kecil dan disimpandalam suhu 5°C. Tepung tersebut dapatdisimpan untuk periode waktu dua tahuntanpa kehilangan potensinya. Pada waktuakan dipergunakan, tepung hipofisa dilarutkanterlebih dahulu dalam larutan garamfisiologis baru disuntikan terhadap indukpemijah. Sedangkan untuk hipofisa yangdiawetkan dalam keadaan utuh, cara pemakaiannyasama seperti hipofisa segar.Kelenjar di ekstraksi dengan larutan garamfisiologis atau air suling, kemudian disentrifugasi(dipusingkan), baru cairan yangjernih disuntikkan.Penyuntikan hormonPenyuntikan hormon dapat dilakukanmelalui empat rute yaitu : 1). melalui ototatau daging ikan (intramuskular). 2). melaluiselaput dinding perut (intraperitonial).3). melalui rongga dada (chest cavity) dan 4).melalui tempurung kepala (intracranial).Suntikan secara intracranial daya reaksinyacepat tetapi dianggap kurang aman. Demikianpula suntikan secara intraperitonialmempunyai resiko terhadap kerusakkan organdalam. Cara yang paling umum dilakukanorang adalah suntikan secara intramuskuler(menembus daging) pada bagianpunggung dan suntikan melalui rongga dada.Cara penyuntikan ke dalam rongga dadayaitu dengan menusukkan jarum suntikpersis di bagian bawah sirip dada. Keduacara ini tidak membahayakan ikan atau organdalam dan ternyata memberikan hasil116<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idyang positif. Supaya tidak banyak bergerakwaktu penyuntikan dilakukan, ikan yangakan di suntik diletakkan secara halus kebak porselin dan diselimuti dengan jalahalus atau kain handuk yang telah dibasahi,bagian kepala dipegang hati-hati. Untukmencegah stres atau kerusakan fisik waktupenyuntikan, para budidayawan biasanyamenggunakan anesthesia (obat bius) sebelumikan disuntikan. Sebagai obat bius dapatdigunakan MS 222 (Sandoz) 50 ppm, Ammoniumbenzoat 1 ppm atau obat biuslain. Anesthesia tersebut membuat ikan lebihtenang dan penyuntikan dapat berjalanlancar.Jumlah hormon yang diberikan disesuaikandengan tingkat kematangan gonadikan. Pada awal musim pemijahan, yangmana ikan belum cukup matang telur,jumlah hormon yang dibutuhkan lebih besardaripada waktu akhir musim pemijahan(FIJAN 1976). Induk ikan yang telahbenar-benar matang telur membutuhkanjumlah hormon lebih rendah dan mungkincukup membutuhkan satu kali suntikanseperti telah dituturkan oleh MASAHIROMASYUSHIMA (komunikasi pribadi). Contohpemberian dosis dan pentahapan penyuntikanpada pemijahan terupaya beberapajenis ikan dapat di lihat pada Tabel1. Pemberian dosis yang tepat kadang-kadangmerupakan masalah yang sering timbuldalam teknik hipofisa. Hal ini tampaknyadisebabkan karena kurangnya pengalamanatau skil dalam menentukan tingkat kematangangonad ikan. Secara umum diakuibahwa induk ikan matang telur sepertitelah disebutkan di atas mempunyai tandakarakteristik : perut buncit, gerakkan agaklamban, dan lubang genital berwarna kemerahan.Tetapi tanda-tanda tersebut tidakselalu berlaku untuk beberapa jenis ikantertentu sehingga dapat menimbulkan salahtafsir. Ikan yang sebenarnya belum matangtelur dapat dianggap sudah matang teluryang akhirnya dapat mengakibatkan kegagalanpemijahan. FIJAN (1976) menyatakanbahwa ikan yang hendak disuntikharus mencapai kematangan gonad tertentu.Hal yang serupa di utarakan pula olehSHEHADEH et al. (1973a), yang menyatakanbahwa ikan mulai dapat dipijahkandengan teknik hipofisa waktu kondisitelurnya telah terisi kuning telur (yolk).Pada ikan belanak, Mugil cephalus yaitupada waktu diameter telur sekurang-kurangnyatelah mencapai 0,6 mm. Untuk menentukantingkat kematangan telur dapat diperlihatkandengan kenampakan histologis,warna dan ukuran telur. Tetapi metode inidianggap kurang efisien, karena memakanwaktu dan melibatkan interpretasi yangsubjektif (HARVEY & HOAR 1979). Metodehistologis akan sangat baik bila diterapkandalam mencari hubungan antaratingkat kematangan telur dengan diameternya.Sedangkan untuk menentukan tingkatkematangan telur dari ikan yang akan diinduksi dengan hormon hendaknya dicarimetode yang praktis, cepat dan tekniknyasederhana serta dapat mengurangi stressekecil mungkin. Pendekatan yang dianggapcukup baik memberikan harapan dan dapatdipertanggung-jawabkan pada saat ini adalahmetode biopsi. Prinsip dasar metode biopsiadalah berpatokan pada besarnya diameteroosit (telur). Metode ini telah berhasil diterapkandengan baik terhadap ikan belanak,Mugil cephalus yang dilakukan oleh SHE-HADEH et al. (1973b). Beberapa butir telurdiambil dari induk ikan betina dengan sebuahpipa kecil lembut yang terbuat dari poliethylen.Pipa dimasukkan ke dalam indungtelur sedalam 6 – 7 cm melalui lubanggenital, kemudian telur secara perlahandisedot dan dikeluarkan. Setelah itu telurtelurtersebut dicuci, dan difiksasi denganformalin 1% dalam larutan NaCl 0,6%.Pengamatan diameter telur dilakukan di bawahmikroskop dan ditera dengan mikrometercokuler.117<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idTabel 1. Pemijahan terupaya (induced spawning) pada beberapa jenis ikan.JenisSumberHipofisaBahanPengawetPelarutSu n t i k a nDosis I Dosis II Dosis III∆T(jam)PemijahanSumberSilurus glanisIkan karperaceton – B: 0,3 mg/kgBBB: 3 mg/kgBB– 18 Ikan mulaimemijah secaraalami10 –12 jamsetelah suntikanke duaHUISMAN (1976)118Cyprinus carpioPuntiusgonionotus– NaCl 0,6%atau airsulingB: 6 mg/kgBBB: 6 mg/kgBBJ: 12 mg/kg BB– 5 Ikan mulaimemijah secaraalami6 – 7 jam setelahsuntikankeduaTAY dalamHERVEY &HOAR (1979)Cyprinus carpioCyprinuscarpioaceton NaCl 0,6%gliserin,7 : 3B: 1 hipofisakg BBJ: 1 hipofisa/kg BB– – – Pemijahan dengancara pengurutan(strippingmethod)WOYNAROVICH(1975)HypophthalmicthymolitrixCyprinuscarpioatauPuntiusgonionotus– NaCl 0,6% B: 5–6mg/kg BBB: 5 – 6 mg/kg BBJ: 5 mg/kg BB– 5 Pemijahan dengancarapengurutanCHEN et al.(1969)<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idTabel 1 (Lanjutan)JenisSumberHipofisaBahanpengawetPelarutSuntikanDosis I Dosis II Dosis III∆T(jam)PemijahanSumberCtenopharyngodonidellusCyprinuscarpioatauPuntiusgonionotus– NaCl 0,6% B:5 – 6 mg/kg BBB: 5 – 6mg/kgBBJ: 5 mg/kgBB– 5 Pemijahan dengancarapengurutanCHEN et al.(1969)CtenopharyngodonidellusCtenopharyngodonidellusAlkoholatauacetonNaCl 0,65% B: 5 mg/kgBB– – – mulai memijah20 jam setelahpenyuntikanke duaKAFUKU & IKE-NOUE (1983)119Mugil cephalus Ikan Karper – – B: 1 / 2 hipofisa/kgBBJ : ¼ hipofisa/kgBBB: 1 hipofisa/kgBBJ : 1 / 2 hipofi -sa/kg BBB: 2 hipofi -sa/kg BBJ : 1 hipofisa/kgBB7;14 Ikan mulaimemijah 16 -24 jam setelahsuntikanke tigaPRUGININ &CIRLIN (1976)Pengasius sutchiIkan leleHipofisasegar atauawetan– air suling Dosis tidak diterangkan secara jelas :B: dosis suntikan ke dua sebanyak1,5 – 3 kali dosis suntikan pertama.J: dosis suntikan ¼ dosis ikan betina,disuntikkan bersamaan waktu– Pemijahan dengancarapengurutanPOTAROS & SI-TASIT (1976)B : Induk ikan betina BBJ : Induk ikan Jantan ∆TBerat badan ikanWaktu antara dua periode suntikan.<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idBerdasarkan hasil penelitiannya, dosis efektifhomon, berbanding terbalik dengan diametertelur dan hasil terbaik ditemukan ketikatelur berdiameter lebih besar dari 0,65 mm.Seorang ahli budidaya dapat menentukandosis secara sederhana, hanya dengan menginterpolasigambar hubungan antara diametertelur rata-rata dan dosis efektif(Gambar 5). Metode ini ternyata cukuptepat, dan dipandang cukup aman apabiladilakukan secara hati-hati. Dalam penerapanmetode ini tidaklah tertutup kemungkinannyauntuk mempergunakan jenis ikan lain,asalkan mempunyai beberapa persyaratankhusus seperti berikut ini :— Saluran genital pada ikan betinamempunyai struktur anatomi sedemikianrupa sehingga pengambilan telur denganpipa kecil mudah dilakukan tanpa mengakibatkankerusakkan atau menembus organdalam. Sebagai contoh misalnya padaikan belanak, karper dan lele, tampaknyatidak mempunyai banyak problem karenamempunyai struktur anatomi ovarium (gonadbetina) dan oviduct (saluran telur)yang berkelanjutan (continues), sehinggapipa (tabung kecil) yang dimasukkan melaluilubang genital akan mudah mencapaimasa ovarium. Sedangkan pada ikan bandeng,Chanos chanos, penerapan teknikini tampaknya kurang cocok karena strukturovarium dan oviductnya tidak berkelanjutan(NASH & KUO 1976).— Telur berkembang secara serentak,yang mana tidak terdapat perbedaan dalamtingkat kematangan contoh telur yang diam-Diameter telur rata-rata (µm)Gambar 5. Hubungan antara diameter telur rata-rata pada ikan belanak, Mugil cephalusbetina (recipient) dan jumlah gonadotropin yang dibutuhkan untuk pemijahanterupaya (SHEHADEH et al. 1973a).120<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idbil dari beberapa bagian ovarium yang berbedaletaknya (depan, tengah, atau bagianbelakang ovarium).— Diameter telur harus diketahui untuksemua tingkat kematangan. Hal ini pentinguntuk pembuatan "atlas" diametertelur dalam hubungan dengan penentuandosis hormon yang tepat. Penemuan dosisyang tepat dapat dilakukan melalui penelitianyang cermat dan berulang-ulang sehinggahasilnya dapat dipertanggung-jawabkan.Pembuatan atlas semacam ini sangatpenting untuk tiap-tiap jenis ikan yang akandibudidayakan dan dapat mempermudahserta mempercepat kerja bagi para budidayawan.PemijahanSetelah penyuntikan selesai, langkahberikutnya adalah pemijahan. Ada duametode pemijahan yang sering dilakukanyaitu metode pengurutan (stripping method)dan metode pemijahan secara alami (naturalspawning method).a. Metode pengurutanSetelah selesai penyuntikkan, indukikan segera dimasukkan ke dalam tangkipemijahan. Beberapa jam setelah penyuntikkanterakhir, ikan ditangkap untuk diperiksakondisi gonadnya. Apabila bagian peruttelah terasa lembek dan dengan sedikitmenekan perut telur mudah ke luar makapengeluaran telur dapat dilakukan dengancara mengurut perut ke arah dubur. Telur ditampung dalam wadah untuk pembuahan(fertilisasi) buatan. Pembuahan buatan dapatdilakukan dengan dua metode. Pertamaialah metode basah (wet method) ke dalammangkok yang telah diisi air dan telur-telurditambahkan cairan sperma yang diperolehdari ikan jantan dengan cara pengurutan badanikan ke arah dubur, kemudian secarahati-hati sperma dan telur diaduk merata.Metode kedua disebut metode kering (drymethod). Telur dan sperma dicampur secarahati-hati dengan menggunakan bulu ayamyang halus, tanpa penambahan air. Setelahtelur dan sperma tercampur seluruhnya,telur dicuci air bersih beberapa kali untukmenghilangkan kelebihan sperma. Telur yangtelah dibuahi tersebut dimasukkan kembalike dalam mangkok yang berisi air bersihselama beberapa saat, kemudian dipindahkanke tempat penetesan.b. Metode pemijahan alamiMetode ini telah diterapkan secaraluas dalam pemijahan. Induk ikan betinayang telah di suntik hormon dan ikanjantan (biasanya tanpa suntikan hormon)dimasukkan bersama-sama ke dalam tangki/kolam pemijahan. Perbandingan jumlahikan jantan dan ikan betina 1:1. tetapipada umumnya ikan jantan diberikan dalamjumlah yang lebih besar. Ikan-ikan tersebutdibiarkan memijahkan telur-telurnya secaraalami. Telur-telur yang dikeluarkan dan dibuahikemudian dikumpulkan dan diinkubasidalam tempat penetasan.Penetasan dan pemeliharaan burayakTempat untuk penetasan telur dapatdibuat dari net plankton yang telah diletakkandalam tangki yang telah berisi air.Air penetasan harus diberi pengudaraan(aerasi) yang cukup. LINDROTH dalamHUISMAN (1976) mengatakan bahwa konsumsioksigen meningkat 10 kali selama masainkubasi. Tipe lain dari tempat penetasandapat dibuat dari bak kayu, plastik ataufiberglas dengan sistem air mangalir. Tempatyang paling baik adalah berbentuk kerucutdengan sudut puncak 36°. Panjang kerucutberkisar antara 20 – 30 cm. Air di alirkandari bawah (ujung kerucut) sehingga memberikangerakkan turbulensi terhadap telurtelur.Keunggulan tipe ini ialah telur-teluryang mati akan menepi pada dinding sehinggadapat di sifon dengan mudah. Lamanya121<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idpenetasan tergantung dari jenis ikannya sertatinggi rendahnya suhu air penetasan.Setelah telur menetas, burayak (larva)dipindahkan ke tangki pemeliharaan, diberiaerasi yang cukup. Setelah kuning telur(yolk) diserap, burayak harus mulai diberimakan. Makanan pada fase ini adalah jenismakanan yang berukuran kecil, disesuaikandengan diameter mulut burayak. Pada tahapini dapat diberikan kuning telur rebus danhati yang dihaluskan. Untuk satu juta benihdibutuhkan satu kuning telur rebus ditambah3 – 5 gram hati per hari. Selainitu dapat diberikan telur-telur kerang, bulubabi atau sejenis Zooplankton yaitu rotifer(Brachionus plicatilis), Daphnia atau jenislainnya. Pemberian pakan hidup ini ternyatamemberikan hasil yang baik terutama darisegi kualitas air. Sedangkan pemberian teluryang berlebihan dapat menurunkan kualitasair karena pembusukan apabila tidak segeradi sifon. Setelah burayak berukuran besardapat diberi kopepod seperti Acartia,Oithona, Paracalanus atau "brine shrimp",Artemia salina. Pada tahap berikutnya dapatdiberikan cacahan daging ikan, kerang,udang atau makanan buatan (pelet) sampaiakhirnya benih ikan siap di pasarkan ataulangsung ditebar dalam tempat budidaya.DAFTAR PUSTAKACHEN, F.Y.; M, CHOW and B.K. SIN 1969.Induced spawning of the three majorChinese in Malacca, Malysia. Malay. Agric. J.47 : 24 – 28.FIJAN, N. 1976. Induced spawning, larvarearing and nursery operations (Silurusglanis). Tech. Pap. 25, EIFAC. Workshop on controlled reproduction ofcultivated fishes : 130 – 138.HARVEY, B.J. and W.S. HOAR 1979.The theory and practice of inducedbreeding in fish. Ottawa, Ont. IDRC : 48pp.HUISMAN, E.A. 1976. Hachery and nurseryoperations. Tech. pap. No. 25. Workshopon controlled reproduction on cultivatedfishes : 101 – 110.KAFUKU, T. and H. IKENOUE 1983.Modern methods of aquaculture in Japan.Development in Aquaculture andFisheries Sciences 11 : 216 pp.KINNE, O. (ed). 1977. Fisces : rearing ofjuveniles and adults. In : Marine Ecology3 : 1009 – 1033.LAGLER, K.F.: J.E. BARDACH and D.R.MAYPASSINO 1977. Ichthyology. JohnWilley & Sons : 506 pp.MALINS, D.C. and J.R. SARGENT 1975.Biochemical and biophysical perspectivesin marine biology. Vol. 2. AcademicPress. London : 359 pp.NASH, C.E. and C.M. KUO 1976. Preliminarycapture husbandry and inducedbreeding results with the milfish, Chanoschanos.Presented at the Intl. MilkfishWorkshop Conf., Iloilo, Philippines :139 – 160.PATAROS, M. and P. SITASIT 1976. Inducedspawning of Pangasius sutchi (Fowler).Tech. Pap. 15, Freshwater FisheriesDivision, Departement of Fisheries, Bangkok,Thailand.PRUGININ, Y. and B. CIRLIN 1976. Techniquesused in cotrolled breeding andproduction of larvae and fry in Israel.Tech. Pap. 25, EIFAC. Workshop oncontrol reproduction of cultivated fish : 90– 100.SHEHADEH, A.H., C.M. KUO and K.K.MILISEN 1973a. Induced spawning ofgrey mullet Mugil cephalus with fractionatedsalmon pituitary extract. J. Fish.Biol. 5 : 471 – 478.122<strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>


www.oseanografi.lipi.go.idSHEHADEH, Z.H., C.M. KUO and K.K.MILISEN 1973b. Validation of an invivo method for monitoring ovariandevelopment in the grey mullet (Mugilcephalus). J. Fish. Biol. 5 : 489 –496.WOYNAROVICH 1975. Elementary guideof fish culture in Nepal. Rome, FAO : 138pp.<strong>123</strong><strong>Oseana</strong>, <strong>Volume</strong> <strong>XIII</strong> No. 3, <strong>1988</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!