329 STRUKTUR KOMUNITAS EKHINODERMATA DI PADANG ...

329 STRUKTUR KOMUNITAS EKHINODERMATA DI PADANG ... 329 STRUKTUR KOMUNITAS EKHINODERMATA DI PADANG ...

oseanografi.lipi.go.id
from oseanografi.lipi.go.id More from this publisher

<strong>STRUKTUR</strong> <strong>KOMUNITAS</strong> <strong>EKHINODERMATA</strong>Asosiasi fauna dengan lamun merupakan salah satu kajian yang palingmenarik serta mudah untuk diamati oleh para peneliti di Indonesia. Padang lamunyang tersebar di seluruh Kepulauan Indonesia, merupakan ladang penelitian yangsangat potensial untuk dikembangkan lebih intensif di masa yang akan datang (http://web.ipb.ac.id/~dedi_s/indek.php?option=com.content&task=view&id=26&itemid=54).Tingginya tutupan vegetasi lamun di perairan memungkinkan kehadiranberbagai biota yang berasosiasi dengan ekosistem padang lamun untuk mencarimakan, tempat hidup, memijah dan tempat berlindung untuk menghindari predator(http://web.ipb.ac.id/~dedi_s/indek.php?option=com.content&task=view&id=26&itemid=54). Namun sampai saat ini, penelitian di ekosistem lamun masih belumbanyak dilakukan.Ekhinodermata merupakan salah satu biota yang berasosiasi kuat denganpadang lamun dan berperan dalam siklus rantai makanan di ekosistem tersebut. Studiekologi fauna ekhinodermata telah banyak dilakukan di perairan wilayah SulawesiUtara diantaranya oleh DARSONO & AZIZ (2002) di Teluk Kwandang, PulauPaniki, Pulau Tiga dan Pulau Tagulandang, YUSRON & SUSETIONO (2005) diperairan Tanjung Merah, SUPONO & SUSETIONO (2008) di perairan Wori danSUPONO (2009) di perairan Likupang Timur. Akan tetapi data yang ada belummencakup area padang lamun yang sangat luas di provinsi ini, sehingga diperlukankajian-kajian lebih lanjut, terutama di wilayah-wilayah lain yang belum dilaporkan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas ekhinodermatadi perairan Kema, Sulawesi Utara. Hasil yang diperoleh diharapkan dapatmemberikan tambahan informasi mengenai sebaran fauna ekhinodermata padahabitat, substrat dan kondisi perairan dari perairan ini. Lebih jauh lagi, hasilpenelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pengelolaan wilayahpesisir oleh pihak-pihak terkait.BAHAN DAN METODEPenelitian dilakukan di beberapa desa di perairan Kema, Kecamatan Kema,Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara pada bulan Agustus 2008 pada posisiantara 1 o 15’34,79” N, 125 o 03’34,19” E dan 1 o 25’30,26” N, 125 o 07’50,05” E(Gambar 1). Metode yang digunakan adalah metode transek kuadrat, denganmenggunakan kerangka frame (LOYA 1978) berukuran 15 x 15 m yang diletakkanpada 56 stasiun, dimana masing-masing transek pada jarak yang agak berjauhan.Kemudian dilakukan pencatatan fauna ekhinodermata yang terdapat dalam kerangkaframe, meliputi jumlah jenis dan jumlah individu. Jenis ekhinodermata yang belumdiketahui namanya, untuk kepentingan identifikasi di laboratorium, kemudiandiawetkan dalam larutan formalin 5%. Untuk penyimpanan lebih dari 2 hari,dilakukan pengawetan dengan alkohol 70% (POHLE & THOMAS 2001).Identifikasi jenis-jenis ekhinodermata merujuk pada kepustakaan CLARK & ROWE(1971), ROWE (1969), ROWE & DOTY (1977) dan LANE & VANDENSPIEGEL(2003).331


<strong>STRUKTUR</strong> <strong>KOMUNITAS</strong> <strong>EKHINODERMATA</strong>babi, diantaranya tubuh bulu babi memipih dan duri-duri tubuh rusak. Selain itu jugadiperlukan penelitian lebih lanjut yang tidak dilakukan pada penelitian ini yaitumengukur kualitas air di lokasi penelitian untuk mengetahui apakah ada faktorpencemaran.Tabel 1. Kepadatan dan frekuensi kehadiran jenis ekhinodermata setiap stasiun.Table 1. Density and frequency of occurence of echinoderms at each stations.SpeciesNumber ofindividual(per 15m 2 )Numberof stationDensity(ind/m 2 )Frequency ofoccurence(%)ASTEROIDEACulcita novaeguineae 11 9 0.013 16.07Echinaster luzonicus 1 1 0.001 1.79Linckia laevigata 55 25 0.065 44.64Nordoa tuberculata 2 2 0.002 3.57Pentaceraster alveolatus 3 3 0.004 5.36Pentaster obtusatus 2 2 0.002 3.57Protoreaster nodosus 688 50 0.819 89.29OPHIUROIDEAOphiolepis superba 2 1 0.002 1.79Ophiocoma erinaceus 2 2 0.002 3.57Ophiocoma dentata 1 1 0.001 1.79Ophiomastix anulosa 26 2 0.031 3.57Macrophiothrix rugosa 2 1 0.002 1.79Ophiarachna incrasata 2 1 0.002 1.79HOLOTHUROIDEABohadschia argus 2 2 0.002 3.57Bohadschia marmorata 1 1 0.001 1.79Euapta godeffroyi 75 9 0.089 16.07Holothuria atra 16 8 0.019 14.29Holothuria hilla 925 8 1.101 14.29Holothuria fuscogilva 1 1 0.001 1.79Stichopus variegatus 15 3 0.018 5.36Synapta maculata 107 19 0.127 33.93Holothuria nobilis 1 1 0.001 1.79Opheodesoma spectabilis 4 2 0.005 3.57ECHINOIDEADiadema savignyi 2.025 25 2.411 44.64Diadema setosum 2.953 34 3.515 60.71Echinometra mathaei 67 7 0.080 12.50Echinothrix calamaris 149 21 0.177 37.50Mespilia globulus 24 5 0.029 8.93Pseudoboletia indiana 4 4 0.005 7.14Toxopneustes pileolus 25 9 0.030 16.07Tripneustes gratilla 707 18 0.842 32.14Number of Individu 7.898Number of Species 31335


SUPONO & ARBIKepadatan dan frekuensi kehadiran tiap jenisKepadatan tiap jenis ekhinodermata pada tiap transek bervariasi antara0,0013 – 3,51 individu/m 2 (Tabel 1). Kepadatan jenis ekhinodermata tertinggi adalahdari kelompok bulu babi Diadema setosum di kelas Echinoidea, yaitu sebesar 3,51individu/m 2 dengan frekuensi kehadiran tiap lokasi transek 60,71 %, sedangkan jenisekhinodermata yang hampir ditemukan di setiap lokasi transek adalah jenis bintanglaut Protoraster nodusus dari kelas Asteroidea. Hal ini ditunjukkan denganprosentase frekuensi kehadiran jenis tersebut sebesar 89,29%. CRANDALL et al.(2008) menyatakan bahwa P. nodusus lebih banyak ditemukan di area padang lamundengan substrat pasir. SUSETIONO (2007) menambahkan bahwa makanan utamajenis P. nodusus adalah lamun, detritus dan rumput laut.Tingginya jumlah individu Diadema setosum per luasan transek padapenelitian ini berhubungan dengan preferensi jenis Diadema terhadap makanan yangmelimpah, yaitu lamun. Penelitian dengan menganalisis isi lambung bulu babiditemukan beberapa jenis lamun seperti jenis Thalassia hemprichi dan Syringodiumisoetifolium (MUKAI & NOJIMA 1985), yang menunjukkan kecenderunganpreferensi pakan jenis Diadema terhadap lamun (CLINTOCK et al. 1982).Selain Diadema setosum, jenis lain dari kelompok bulu babi yang memilikitingkat kepadatan yang tinggi jika dibandingkan kelompok lainnya adalah Diademasavignyi (2,41 individu/m 2 ) dan Tripneustes gratilla (0,84 individu/m 2 ). Kedua jenisbulu babi tersebut umumnya ditemukan hidup berkelompok di balik daun lamun ataudi antara vegetasi lamun. CHIU (1985) menyatakan bahwa makanan utamakelompok bulu babi yang hidup di perairan dangkal adalah alga dan lamun.Kelompok bulu babi yang hidup di perairan dalam dimana alga bentik sudah tidakbisa tumbuh lagi, umumnya mereka bersifat omnivora (NAGAI & KANEKO 1975),yaitu dengan memakan berbagai jenis cacing, moluska, krustasea, diatom dan sisaalga yang terbawa arus. Sifat hidup berkelompok beberapa jenis bulu babi di padanglamun tidak selalu memberi pengaruh positif terhadap siklus rantai makanan diekosistem tersebut bagi setiap penyusun rantai makanan tersebut. Kebiasaan jenisbulu babi tertentu untuk hidup mengelompok (agregasi) seperti pada marga Diademadan Strongulocentrotus ternyata mempengaruhi komunitas alga dan lamun sebagaimakanannya.Penelitian PAINE & VADAS (1969) tentang hubungan antara kehadiranbulu babi dengan kelimpahan alga dan lamun terhadap sifat agregasi bulu babimarga Strongulocentrotus menunjukkan bahwa marga tersebut mempunyai efeknegatif yang langsung terhadap kelimpahan jenis alga tertentu. Dari penelitian yangdilakukan oleh kedua pakar tersebut di Teluk Mukkaro, Washington ternyata bahwaapabila semua bulu babi disingkirkan pada luas areal tertentu, pada kedalamanantara nol sampai dengan enam meter, maka akan terlihat alga dari margaHedophyllum menjadi predominan. Hal yang sama juga terlihat pada kedalamansampai dengan delapan meter di mana "kelp" marga Laminaria akan menjadipredominan setelah bulu babi disingkirkan. MOORE (1966) melaporkan bahwa bulubabi jenis Paracentrotus lividus dengan kepadatan 4 individu/m 2 dapat mereduksitutupan alga sebesar 33-50% dan apabila kepadatan bulu babi ini meningkat sampai11 individu/m 2 , maka beberapa jenis alga akan habis.336


<strong>STRUKTUR</strong> <strong>KOMUNITAS</strong> <strong>EKHINODERMATA</strong>Tabel 2.Table 2.Indek keanekaragaman jenis (H’), Indek kemerataan jenis (J) danIndek kekayaan jenis (D) fauna ekhinodermata di perairan Kema.Diversity index (H’), evenness index (J) and richness index (D) ofechinoderm at Kema waters.StationNumber ofSpecies (S)Number ofIndividu (N)Richness Index(d)Evenness index(J')DiversityIndex(H')St 1 2 13 0.39 0.391 0.271St 2 6 112 1.06 0.677 1.213St 3 3 23 0.638 0.4281 0.47St 4 2 40 0.271 0.769 0.533St 5 7 35 1.688 0.816 1.591St 6 4 5 1.864 0.961 1.332St 7 7 32 1.731 0.794 1.545St 8 5 31 1.165 0.8 1.287St 9 4 135 0.612 0.704 0.975St 10 4 54 0.7521 0.814 1.129St 11 1 2 0 - 0St 12 8 93 1.544 0.672 1.397St 13 7 217 1.115 0.423 0.822St 14 5 397 0.669 0.497 0.8St 15 9 1363 1.108 0.52 1.143St 16 6 938 0.731 0.565 1.012St 17 9 476 1.298 0.489 1.074St 18 11 562 1.579 0.667 1.599St 19 5 23 1.276 0.558 0.898St 20 6 69 1.181 0.809 1.45St 21 6 21 1.642 0.874 1.566St 22 5 37 1.108 0.755 1.214St 23 5 190 0.762 0.331 0.533St 24 2 17 0.762 0.331 0.533St 25 8 177 1.352 0.473 0.984St 26 8 52 1.772 0.589 1.224St 27 4 6 1.674 0.896 1.242St 28 4 12 1.207 0.865 1.199St 29 2 3 0.91 0.918 0.637St 30 8 83 1.584 0.354 0.735St 31 3 368 0.339 0.534 0.586St 32 4 7 1.542 0.921 1.277337


<strong>STRUKTUR</strong> <strong>KOMUNITAS</strong> <strong>EKHINODERMATA</strong>kepadatan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan hasil yang didapat di lokasilokasilainnya.Pada kelompok bintang laut, kepadatan tertinggi ditemukan pada jenisProtoreaster nodusus. Jenis ini banyak ditemukan di padang lamun dan sedikitditemukan di daerah karang mati, area dengan substrat berpasir dan daerah tubir. Halini disebabkan makanan utamanya adalah lamun, detritus dan rumput laut(SUSETIONO 2007). Pada saat surut terrendah jenis ini memanfaatkan dedaunanlamun untuk melindungi tubuh dari panas matahari. Selain itu jika terjadi surutkering maka lengan-lengan tubuh jenis ini akan melipat untuk mengurangi sengatanmatahari. Oleh karena itu jenis Protoreaster nodusus jarang ditemukan di area rataanterumbu terbuka dengan komposisi subsrat pasir dan karang mati yang kelimpahanlamunnya sedikit.KESIMPULANDi ekosistem lamun perairan Kema, ditemukan 31 jenis ekhinodermata,yang terdiri tujuh jenis kelas Asteroidea, enam jenis kelas Ophiuroidea, sepuluh jeniskelas Holothuroidea dan delapan jenis kelas Echinoidea. Protoreaster nodususmerupakan jenis ekhinodermata yang hadir pada setiap stasiun. Secara umumkeanekaragaman jenis ekhinodermata di ekosistem lamun perairan Kema beradadalam kondisi rendah sampai sedang.PERSANTUNANPenulis mengucapkan terima kasih kepada tim survey dari DirektoratJenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan danPerikanan, Jakarta dan nelayan setempat yang telah banyak membantu pengambilandata di lapangan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada tim editor yang telahmengoreksi dan memberikan masukan selama proses perbaikan tulisan ini.DAFTAR PUSTAKABROWER, J.E., & J.H. ZAR 1977. Field and laboratory methods for generalecology. MWC Brawn Company Publishing, IOWA: 194 pp.CHIU, S.T. 1985. Feeding biology of the short-spined sea urchin Anthocidariscrassispina (Agassiz) in Hong Kong. In: B.F. KEEGAN and B.D.S.O'CONNOR (eds.). Echinodermata, A.A. Balkema, Rotterdam: 223–232.339


SUPONO & ARBICLARK, A.M., & F.W.E. ROWE 1971. Monograph of shallow sater Indo WestPasific Echinoderms. Trustees of the British Museum (Nat. Hut). London:238 pp.CLINTOCK, J.B., T.S. KLINGER & J.M. LAWRENCE 1982. Feeding preferenceof echinoids for plant and animal food models. Bull. Mar. Sci. 31 (1): 365–369.CRANDALL, E. D., M. E. JONES, M. M. MUNOZ, B. AKINROBI, M. V.ERDDMANN & P. H. BARBER. 2008. Comparative phylogeography oftwo Seastars and their ectosymbionts within the coral triangle. MolecularEcology : 5276-5290.DAFNI, J. 2008. Diversity and recent changes in the echinoderm fauna of the Gulfof Aqaba with Emphasis on the Regular Echinoids. In : F. D. POR (ed.)Aqaba-Eilat, the Improbable Gulf : Environtment, Biodiversity andPreservation. Magnes Press Jerusalem : 225-242.DAGET, J. 1976. Les Modeles Mathematiques en Ecologie. Masson, Coll. Ecol. No.8, Paris: 172 pp.DARSONO, P., & A. AZIZ. 2002. Komunitas ekhinodermata dari beberapa pulau didaerah Sulawesi Utara. Majalah Ilmu Kelautan 26 (7): 77-88.HOWARD, R.K., G.J. EDGAR and P.A. HUTCHINGS 1989 Faunal assemblages ofseagrass beds. In: A. W. D, LARKUM., A.J, Mc. COMB and S.A.SHERPHERD (eds.). Biology of Seagrass. Elsevier. Amsterdam : 536–564.LAMBSHEAD, P.J.D., G.L.J. PATERSON and J.D. GAGE 1997. Biodiversityprofessional version 2 (Software). Natural History Museum and The ScottishAssociation for Marine Science.LANE, D. J. W., & D. VANDENSPIEGEL. 2003. A guide to Sea Stars and otherEchinoderms of Singapore. Singapore Science Center : 187 pp.LOYA, Y. 1978. Plotless and transect methods, In: D.R. STODDARD and R.E.JOHANNES (eds.). Coral Reef Research Methods, (UNESCO). Paris: 22–32.MISRA, R. 1985. Ecological workbook. Oxford and IBM. Publs. Co., New Delhi:224 pp.MOORE, H.B. 1966. Ecology of echinoids. In: BOO-LOOTIAN, R.A (ed.).Physiology of Echinodermata. Wiley Interscience, New York: 73–86.MUKAI, H., & S. NOJIMA. 1985. A Preliminary report on the distribution pattern,daily activity and moving pattern, of a seagrass grazer, Tripneustes gratilla340


<strong>STRUKTUR</strong> <strong>KOMUNITAS</strong> <strong>EKHINODERMATA</strong>(L.) (Echinodermata: Echinoidea), in Papua New Guinean seagrass beds.Spec. Publ. Mukaishima Mar. Biol. St. : 173–183.NAGAI, Y. and K. KANEKO 1975. Culture Experiments on the Sea UrchinStrongylocentrotus pulcherimus Feed and artificial diet. Mar. Biol., 29: 105–108.ODUM, E.P. 1963. Ecology. The University of Georgia, USA: 152 pp.ODUM, E.P. 1971. Fundamental of ecology. W.E. Saunders, Philadelphia, USA:574 pp.PAINE, R.T. and R.L. VADAS 1969. The effects of grazing by sea urchinStrongylocentrotus spp., on Benthic Algal Populations. Limnol. Oceanogr.14 (5): 710–719.PHERSON, B.F. 1969. Studies on the biology of the tropical Sea Urchin,Echinometra hicunter and Echinometra viridis. Bull. Mar. Sci., 19: 194–213.POHLE, G.W. and M.L.H. THOMAS, 2001. Monitoring Protocol for MarineBenthos: Intertidal and Subtidal Macrofauna, http:// attentionnature.ca /English / monitoring / protocols / marine / benthics / benthos.html, browsing20 Desember 2008.ROWE, F.W.E. 1969. A Review of family Holothuroidae (Holothuroidea:Aspidochirotida). Bull. Br. Mus. Nat. His. Zool. : 117–170.ROWE, F.W.E. and J.E. DOTY 1977. The Shallow - water Holothurian of Guam.Micronesica 13 (2): 217–250.RUSSO, A.R. 1977. Water flow and the distribution and abundance of Echinoids(Genus: Echinometra) on an Hawaiian reef. Austr. J. Mar. Freswat. Res. 28:693–702.SHLESINGER, Y. 1986. Distribution patterns of the holothurian Actynopygabannwarthi, as correlated with levels of phosphate pollution in Gulf of Eilat(Red Sea). In : DAFNI (ed). Environmental Quality and Ecosystem Stability.Proceedings of the 3 rd International Conference. Vol. IIIa: 195-203.SUPONO 2009. Komunitas ekhinodermata padang lamun perairan Likupang Timur,Sulawesi Utara. Dalam: Perairan Maluku dan Sekitarnya. UPT LKBLAmbon : 12 hal.SUPONO dan SUSETIONO,2008. Struktur komunitas ekhinodermata di beberapaLokasi perairan Wori, Sulawesi Utara : 17 hal (unpublished).341


SUPONO & ARBISUSETIONO 2004. Fauna padanglLamun Tanjung Merah, Selat Lembeh. PusatPenelitian Oseanografi – LIPI. Jakarta: 106 hal.SUSETIONO 2007. Lamun dan fauna Teluk Kuta, Pulau Lombok. Pusat PenelitianOseanografi – LIPI. Jakarta: 99 hal.YUSRON, E. dan SUSETIONO 2005. Fauna ekhinodermata dari perairan TanjungMerah, Selat Lembeh – Sulawesi Utara. Makara Sains 2 (9) : 60–65.YUSRON, E. 2009. Biodiversitas fauna ekhinodermata di perairan Selat Lembeh,Bitung-Sulawesi Utara. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 35 (1):225-237.SOEDHARMA, D. 2009. Asosiasi dan Interaksi. http://web.ipb.ac.id /~dedi_s/index.php option=comcontent&ask=view&id=26&Itemid=54.Diakses pada tanggal 21 Januari 2009.342

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!