13.07.2015 Views

Volume 02 Nomor 01, April 2005 ISSN 1829-510X - USUpress ...

Volume 02 Nomor 01, April 2005 ISSN 1829-510X - USUpress ...

Volume 02 Nomor 01, April 2005 ISSN 1829-510X - USUpress ...

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

trium<strong>Volume</strong> <strong>02</strong> <strong>Nomor</strong> <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> <strong>ISSN</strong> <strong>1829</strong>-<strong>510X</strong>PEMIMPIN UMUM/CHAIRMANNurlisa Ginting, Ir., M.ScPEMIMPIN REDAKSI/MANAGING EDITORDwira N. Aulia, Ir., M.ScDEWAN REDAKSI/BOARD OF MANAGEMENTProf. M. Nawawiy Loebis, Ir., M.Phil, PhDAchmad Delianur Nasution, ST, MTPENYUNTING/EDITORProf. Ghani Salleh, Universiti Sains MalaysiaBA, M.Sc, PhD, PERANCANGAN URBANDr. Abdul Majid, Universiti Sains MalaysiaBA, B.Arch, PhD, TEKNOLOGI BANGUNANDr. Julaihi Wahid, Universiti Sains MalaysiaBSc, B.Arch, M.Arch, PhD, PERANCANGAN ARSITEKTURProf. Dr. M. Nawawiy Loebis, Universitas Sumatera UtaraIr, M.Phil, PhD, SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTURProf. Mas Santosa, Institut Teknologi Sepuluh NopemberIr, M.Sc, PhD, TEKNOLOGI BANGUNANPENYUNTING PEMERIKSA/REVIEW EDITORA. Ridwan Siregar, Universitas Sumatera UtaraDrs., SH, M.Lib, METODOLOGI PENELITIANPENYUNTING PELAKSANA/EDITORIAL ASSISTANTAchmad Delianur Nasution, ST, MT, PERKOTAANBasaria Talarosha, Ir., MT, TEKNOLOGI BANGUNANBauni Hamid, Ir., M.DesS, PERANCANGAN ARSITEKTURDwi Lindarto, Ir., MT, SEJARAH DAN TEORI ARSITEKTURDwira N. Aulia, Ir., M.Sc PERUMAHAN DAN PERMUKIMANBudi Faisal, PERANCANG LANSEKAPDESAIN DAN TATA LETAK/DESIGN AND LAYOUTHajar SuwantoroSEKRETARIAT/SECRETARIATR. Lisa Suryani, STNovi YanthiALAMAT PENERBIT/EDITORIAL CORRESPONDENCEProgram Magister Teknik ArsitekturGedung D Fakultas TeknikUniversitas Sumatera UtaraJalan Perpustakaan Kampus USUMedan 2<strong>01</strong>55 IndonesiaTel. 061-8219525 Fax. 061-8223525Email: mtausu@telkom.nethttp://www.arch-usu.net/atriumDICETAK OLEH/PRINTED BYUSU PressJalan Perpustakaan No. 1 Kampus USUMedan 2<strong>01</strong>55 IndonesiaTel. 061-8218666 Ext. 244Harga berlangganan untuk satu tahun (3 kali terbit) sudah termasuk ongkos kirim/Subscription rates for the customers for one year (3 issues)include the postage (by airmail):Pulau Sumatera Rp 90.000Luar Sumatera Rp 120.000


trium<strong>Volume</strong> <strong>02</strong> <strong>Nomor</strong> <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> <strong>ISSN</strong> <strong>1829</strong>-<strong>510X</strong>DAFTAR ISIPerencanaan Kota Pasca Bencana Gempa Bumi dan Tsunami*Abdul Ghani SallehLoad Capacity Of Floating Raft-Pile*Abdul Hakam, Novrial, Imam Faisal PanePrinsip Dan Konsep Perancangan Kota Pada KawasanRawan Bencana TsunamiKasus: Kota-Kota Pantai Barat Daya Aceh*Achmad Delianur NasutionPublic Space Design To Minimize The Effect Of Earth Quake AndTsunami DisasterEdy DarmawanMengatasi Kerusakan Lingkungan yang Diakibatkan oleh Gempa danGelombang Tsunami*Syamsul ArifinPembangunan Rumah Untuk Masyarakat Korban Bencana Gempa &Tsunami di Desa Suak Nie, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten AcehBarat, Maret <strong>2005</strong>N. Vinky Rahman1-45-1415-2223-2728-3334-41* Tulisan sudah dipresentasikan pada Seminar Internasional Urban Recovery After Earthquake& Tsunami Disaster, pada tanggal 29 Januari <strong>2005</strong> di Ruang IMT GT Biro Rektor USU yangdiselenggarakan oleh Program Studi Magister Teknik Arsitektur Sekolah Pascasarjana USUJurnal Arsitektur “Atrium” adalah jurnal ilmiah dalam bidang arsitektur serta ilmu-ilmu terapannya dalambidang-bidang: perancangan arsitektur, perancangan tapak dan lingkungan, perkotaan dan permukiman,teknologi bangunan ,serta teori dan kritik arsitektur.Bagi penulis yang berminat memasukkan tulisan dalam jurnal ini harap merujuk pada ketentuan dan formatpenulisan pada bagian dalam sampul belakang.Jurnal Arsitektur “Atrium” diterbitkan oleh Program Magister Teknik Arsitektur Program Pascasarjana UniversitasSumatera Utara, dengan frekuensi penerbitan tiga kali (nomor) untuk setiap tahun (volume).Ide maupun opini yang tertuang dalam tulisan yang dimuat di jurnal ini merupakan murni berasal daripenulis, dan sama sekali tidak mencerminkan pandangan, kebijakan, maupun keyakinan dari anggotaDewan Redaksi, penyunting maupun Program Magister Teknik Arsitektur USU sebagai institusi penerbit.


PERENCANAAN KOTA PASCA BENCANA GEMPA BUMI DANTSUNAMIAbdul Ghani SallehPERENCANAAN KOTA PASCA BENCANAGEMPA BUMI DAN TSUNAMIAbdul Ghani SallehUniversiti Sains MalaysiaPulau Pinang, MalaysiaAbstrak. Isu dan masalah akibat daripada kesan Bencana Tsunami di Banda Aceh dikenalpasti dan Banda Acehperlu dibangun semula dengan seberapa segera untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi olehpenduduknya. Beberapa strategi pembangunan berasaskan kelebihan dan potensi yang dimilikinya dikenalpastiuntuk meningkatkan semula pembangunan ekonomi Banda Aceh. Prinsip perencanaan berteraskan hubungandengan Tuhan, alam sekitar dan insan untuk mencapai pembangunan seimbang dicadangkan. Prinsip ini perludiintegrasikan dengan unsur-unsur pembangunan berkelanjutan supaya keperluan generasi akan datang tidakdiketepikan.Katakunci: Bencana Tsunami, Pembangunan Seimbang, Pembangunan Berkelanjutan1. PendahuluanBencana alam tidak selalu berlaku tetapisekiranya ia berlaku kesannya adalah luar darijangkaan kita. Tidak pernah kita merencanakanuntuk memulihkan pembangunan semulasesebuah kota ssebelum berlakunya bencana itu.Perencanaan itu hanya dilakukan setelahpenelitian dan penilaian akibat daripada bencanadilakukan.Bencana Tsunami yang berlaku di Banda Acehpada 26 Disember 2004 adalah luar daripadajangkaan kita. Kita hanya dapat menilai sejauhmana kesan kemusnahan itu selepas bencana ituberlaku. Apa kah yang kita dapat rumuskan hasildaripada penelitian kita tentang kesan BencanaTsunami itu? Saya kira banyak pengajaran yangkita dapati daripada bencana itu. Seluruhkawasan yang dilanda oleh Bencana Tsunami itumusnah melainkan bangunan masjid, pokokpokokdan penduduk yang selamat.AdakahBencana Tsunami ini merupakan amaran Tuhankepada kita kerana ketidakpatuhan kita kepadaperintahNya terhadap pembangunan yangsedang kita dilaksanakan? Sekiranya itulahkesilapan kita, maka kita seharusnya sentiasamengambilkira perintah Tuhan, menjaga alamsekitar dan perhubungan sesama insan dalampembangunan kota.SEBELUMSELEPAS1


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 1-4KERJASAMAMASJIDMASJIDMASJIDALAMSEKITARALAMSEKITARMANUSIA2


PERENCANAAN KOTA PASCA BENCANA GEMPA BUMI DANTSUNAMIAbdul Ghani Salleh2. Isu Dan MasalahAkibat daripada Bencana Tsunami itu ramaipenduduk kehilangan saudara mara, pekerjaandan harta benda. Banyak infrastruktur dankemudahan umum musnah. Sejauh manakemusnahan itu berlaku perlu dinilai dandirencanakan semula untuk memulihkankehidupan harian penduduk dan pembanguanekonomi kota. Oleh itu, isu-isu dan masalahyang perlu diberi perhatian dalam pembangunansemula Banda Aceh adalah perumahan,pekerjaan, kemudahan kesihatan danpendidikan, infrastruktur dan kemudahan umum.3. Pembangunan Semula Banda AcehPembangunan semula kota dan desa di BandaAceh perlu mengambilkira keperluanpenduduknya berasaskan prinsip pembangunanyang telah dijelaskan di atas. Ia perludirencanakan dengan seberapa segeramemandangakan ramai mangsa bencana ituperlu memulakan hidup mereka secepatmungkin. Strategi pembangunan Banda Acehperlu dibentuk melalui Analisis Kekuatan,Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT).Secara ringkasnya analisis ini dilakukan dengamengenalpastikan faktor-faktor yang berkaitanseperti berikut:Kekuatan Banda Aceh:• Hasil Sumber Asli• Sumber Manusia• Pusat IlmuKelemahan Banda Aceh:• Kemusnahan Akibat Bencana• Kekurangan Parasarana• Kekurangan Kemampuan Manajemen Kota• Ketidaksetabilan PolitikPeluang Banda Aceh:• Kerjasama Serantau IMTGT dan Lain-Lain• Kerjasama dengan Pemerintah Pusat• Pemasaran Sumber Asli dan PendidikanBerdasarakan analisis di atas, strategipembangunan Banda Aceh yang dikenalpastiadala seperti berikut:• Meningkatkan Pembangunan Ekonomi• Meningkatkan Pembangunan BerasaskanIlmu• Meningkatkan Hubungan Pemerintah Pusatdan Provinsi & Kota dan Desa• Meningkatkan penyelidikan danpembangunan (R & D) untuk bersaing• Pembangunan Berasaskan PartisipasiMasyarakat• Pembangunan Tanpa Menjejaskan SistemEkologi Alam4. Prinsip PerencanaanPembangunan semula Banda Aceh perluberdasarkan kepada 3 prinsip perencanaan untukmenjamin pembangunan seimbang sepertiberikut:• Hubungan Manusia dengan Allah• Hubungan Manusia dengan Manusia• Hubungan Manusia dengan AlamsekitarSelaras dengan itu, Pembangunan PascaBencana Tsunami Banda Aceh adalah sepertiberikut:- Pembangunan Sosial dan Rohani- Pembangunan Ekonomi- Pembangunan Parasarana & PerkhidmatanKonsep pembangunan Banda Aceh perludibentuk mengikut konsep pembangunankejiranan dan pembangunan kota seperti dalamRajah1 dan 2 dengan memberi keutamaankepada pembangunan berasaskan ilmu (kdevelopment).Rajah 1. Konsep Pembangunan KejirananAncaman Banda Aceh:• Bencana Alam• Persaingan dengan Wilayah dan Negaralain3


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 1-4Rajah 2. Konsep Pembangunan KotaKonsep pembangunan ini perlu diimplementasimengikut prinsip-prinsip pembangunanberkelanjutan yang melibatkan setiap genaplapisan masyarakat. Di antara beberapa unsurpembangunan berkelanjutan adalah sepertiberikut:Lengkap – Segregasi aktivitas perludikurangkan. Pembangunan masyarakat lebihseimbang dari segi pekerjaan, pekerjaan,perumahan, perniagaan dan lain-lain.Padat – Kota Padat (Compact city) tidak terlalubergantung kepada mobil, lebih murah untukmenyediakan parasarana dan kurang tekanankeatas kawasan alamsekitar yang sensatif.Konservasi – Pertumbuhan kota perlu dihadkansekitar kawasan alamsekitar yang sensatif danmengekalkan fungsi ekologi habitat.5. KesimpulanIsu dan masalah akibat daripada kesan BencanaTsunami di Banda Aceh telah dikenalpasti danBanda Aceh perlu dibangun semula denganseberapa segera untuk mengatasi masalah yangsedang dihadapi oleh penduduknya. Untukmeningkatkan semula pembangunan ekonomiBanda Aceh, strategi pembangunannya perludibentuk berasaskan kelebihan dan potensi yangdimilikinya. Untuk mencapai pembangunanseimbang, prinsip perencanaan berteraskanhubungan dengan Tuhan, alam sekitar dan insanperlu digunakan. Prinsip ini perlu diintegrasikandengan unsur-unsur pembangunan berkelanjutansupaya keperluan generasi akan datang tidakdiketepikan.Selesa – Ruang umum (public spaces) yangselesa kepada pejalan kaki perlu disediakanuntuk manfaat semua.Koordinasi – Koordinasi aktivitas perencanaandan manajemen akan menjamin pembangunanguna lahan dan parasarana yang efisyen.Usahasama – Penduduk perlu terlibat dalamkeputusan yang mempengaruhi hidup mereka.4


LOAD CAPACITY OF FLOATING RAFT-PILEAbdul HakamNovrialLOAD CAPACITY OF FLOATING RAFT-PILEAbdul Hakam 1) , Novrial 2) , Imam Faisal Pane 3)1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas2) 3) Staf Pengajar Program Studi Magister Teknik Arsitektur USUAbstrak. Penaksiran kapasitas total daya dukung sistem tiang-rakit mengapung (floating raft-pile system) yangdiperlakukan dengan pembebanan aksial diperkenalkan di sini. Analisa yang diusulkan didasarkan padarumusan konvensional dan prototipe pondasi yang diuji di laboratorium. Kedua model tiang dan rakit dibuatdari dua material berbeda, beton dan kayu. Di laboratorium, tiap-tiap tiang dipancangkan ke dalam tanah liatyang lembut dan kemudian dibebani secara terpisah. Pemberian beban aksial dan penurunan vertikal modeldicatat. Kapasitas batas untuk tiap-tiap tiang tunggal diperkirakan dari kurva beban-penurunan (loaddisplacementcurve) yang dihasilkan dari uji tersebut. Uji beban aksial pada setiap pondasi rakit jugadilaksanakan. Kemudian kelompok tiang pancang ditekan untuk mendapatkan kurva beban-penurunan pondasitersebut. Terakhir, pondasi tiang-rakit (raft pile foundation) diuji dengan cara yang sama. Perilaku pondasitiang-rakit dalam kaitan dengan kurva beban-penurunan kemudian yang diselidiki. Di dalam tulisan ini, untukmenaksir kapasitas tiang aksial dan efisiensi kelompok tiang untuk tiang di dalam tanah liat yang ditinjaudianalisis dengan rumusan. Kalkulasi yang menggunakan rumusan tersebut dibandingkan dengan pengujianlaboratorium. Kapasitas aksial pondasi tiang-rakit mengapung pada tanah liat dapat disimpulkan lebih tinggidibandingkan dengan kapasitas kombinasi tiang dan rakit. Untuk aplikasi praktis, rumus kombinasi untukmenaksir total kapasitas beban pondasi mengapung di dalam tanah liat lembut dapat diusulkan.Katakunci: sistem tiang-rakit, pondasi mengapung, kapasitas daya dukung1. IntroductionDavis and Poulos (1972) proposed the methodfor analysing and designing the raft-pile system.Indeed, the scheme for solving the problem isbased on the analysis of the group of the pilerather than the behaviour of the system.Moreover, the proposed formulas are inadequateto be adopted for describing the behaviour of thesystem.When a group of piles is made up of severalindividual piles, the load capacity of the groupcap may not be the same as the sum of the loadcapacity piles. The effect of grouping the pilesarises the different amount of the group capacityand the sum of the individual contributing pilesin term of efficiency of the pile group. Based onthe studies done in the past, a number ofreferences have suggested the formulas toestimate the pile group efficiency (ex. Das 1990,Bowles 1988).However, the formulas do not include the effectof the cap which plays the important roles togroup the piles. Even the pile cap commonlypoured directly on the ground, the effect of thecap to transfer the load to the underneath soilwas ignored. Except for piles in rock, Bowles(1988) suggested the use of the virtual blockcapacity based on the shear around the blockplus the block bearing point instead of sum ofthe capacity of the piles. Then, Das (1990)recommended adopting the lower valuesbetween those two amounts as the ultimate loadof the group.The total load of the pile group involving thecontribution of the cap using the numericalsimulation has been purposed by Valliappan etal (1999). The pile groups including the effect ofthe cap transfer the load were then defined as theRaft-pile foundations. In this study, the raft-pilefoundations are formed as a solid structure. Thenthe effects of each element forms the foundation5


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 5-14can not be figured. However in the practice, thefoundation is made of number of single pileswhich individually has a load capacity and a capon the ground.piles and the cap to the pile group bearingcapacity are elaborated. The term of the groupefficiency formula is nevertheless used tooutline the load capacity of each elementcomposed a raft-pile foundation. The suggestionprocedures for estimating load capacity of theraft-pile system floating in soft clays areoutlined.2. Load Capacity2.1. Load Capacity Of A Pile In ClayIn most cases, the load capacity of piles iscombinations of the pile tip bearing and skinfriction resistance along the piles. Thecalculation of the ultimate axial load capacity ofindividual pile can be carried out based onTerzaghi’s Like Formulas using the soilparameters.For undrained saturated clays with zero internalfriction angles, the ultimate point bearingcapacity can be expressed as follows;Q P = A P Cu (p) N cwhere Cu (p) is undrained cohesion soil strengthat the pile tip, A P is the cross section area of thepile tip and N c is the bearing capacity factor. Thevalue of N c is vary depending on the methodused for determining the load capacity, that is 9for Meyerhof’s and 5,7 for Janbu’s one.The skin friction resistance of pile in clay can bedetermined using one of several availablemethods. The methods assume that the skinresistance caused by passive lateral pressure atany depth of the pile and/or by between the pileand the soil. When the undrained cohesion of thesoil, Cu, is used, the unit skin friction of everysection of the pile length can be expressed by theequation (Vijayvergiya and Focht, 1972, afterDas, 1990);f = λ(σ v ’+2Cu)where λ is an empirical factor ranges from 0.5 atsurface then gradually decreases to 0.4 for 3 mdepth of penetration, 0.3 for 7m, 0.2 for 16 mand 0.12 for 40 m and more.The unit skin friction of every section of the pilelength can also be expressed only in the terms ofthe adhesion factor by the following equation;f = αCuwhere α is an empirical adhesion factor. Thevalue of α ranges from 1 for Cu < 50 kN/m 2 ,then gradually decreases to 0.5 for Cu = 100kN/m 2 and 0.25 for Cu > 250 kN/m 2 .Once the value of the unit skin resistance f hasbeen obtained, the total frictional resistance ofthe pile can be calculated as the sum of the skinresistance each section of ΔL;Q S = Σ( f ΘΔL)Where Θ is the perimeter of the pile in thelength section of ΔL. For practical purposes, theultimate bearing capacity is divided by a safetyfactor, SF, of 1.5 to 4.0.2.2. Ultimate Load Capacity Of Pile GroupsThe ultimate axial load capacity of group pilesin clay can be estimated using the generalprocedures as follow:Firstly, determine the total load of the pileswhich includes the point capacity on the pile tipand skin friction resistances:Q T1 = Σ (Q P + Q S )If the number of the pile in a square group in onedirection is n 1 and n 2 in the other way, the bysubstituting the end capacity of pile and the skinfriction formulas, the total load can be writtenas:Q T1 = n 1 n 2 [ A P Cu (p) N c + Σ (αCuΘΔL)]where Cu (p) is the undrained cohesion of the clayat the pile tip and Cu is at the skin of the piles.6


LOAD CAPACITY OF FLOATING RAFT-PILEAbdul HakamNovrialSecondly, determine the ultimate capacity of thegroup piles by assuming as solid blockfoundation. The dimension if the virtual block isL g and B g for horizontal direction and L (equalto the pile length average) for vertical one. Thenby adopting the equation for individual pilecapacity, the total load of the block is in termsof:Q T2 = A B C u(p) N c + Σ 2(L g +B g ) C u ΔLFinally, the lower of the two values is referred tothe ultimate load of the group Q T(g) .Efficiency of pile groupsWhen several piles bonded by a cap in a group,the load capacity may be different from the sumof the several individual pile loads. If the totalload at the cap is equal to sum of the individualpile loads, the efficiency of the group, E g , isequal to 1. Then, the general definition of thepile group efficiency is;the group capacityE g=the sum of the individual pile capacityFor rectangular group of friction (floating) pileswith the number of pile n in row and m incolumn, the Bridge Specifications of AASHTOsuggests to estimate the efficiency of the pilegroups as;(n -1)m + (m -1)nE g= 1- θ90 mnwhere θ= tan -1 D/s in degrees, D is the diameterof individual pile and s is the centre-to-centrespacing.theory for evaluation the load capacity ofshallow foundation. Here, the formula is thenemployed to estimate the bearing capacity of araft foundation.The general expression of the ultimate loadcapacity is in the form;Q u = A b F t Cu N c*where Cu is undrained cohesion soil strength atthe foundation base, A b is the cross section areaof the foundation and N c * is the bearing capacityfactor. The value of N c is vary depending on theinternal friction angle of the soil. For undrainedshear strength of saturated clays with zerointernal friction angle, the factor is 5,14 ( AfterDas, 1990). F t is the factor expresses the type ofthe shear failure type of the soil under thefoundation. For the general shear failure ofsquare footing is considered, the F t is equal to1,3 and for the local shear failure considered,then it is 0,867. Then, for strip foundation, thevalue is reduced by the factor of 0,77. If thepunched shear failure is considered, the F t valuemust be less than those values. In the last sectionof this paper, the value F t for punch failure isdiscussed.For practical purpose, the net allowable bearingcapacity of raft foundations in undrainedsaturated clay can be expressed in the form;Q all = F d A b Cuwhere F d is a factor depend on the depth-widthratio, it is 1 for foundation on ground surfaceand equal to 3 for the depth-width ratio of 3,0.The safety factor of about 3 is used to set up theabove formula. However, the above formula isnot recommended for foundations in soft clay.2.3. Load Capacity Of A Shallow Raft InClayWhen the shallow raft foundation is supportedby a fairly soft soil, the failure surface in the soilwill not extend to the ground surface. Such afailure type can be identified as the punchfailure. Terzaghi has presented a comprehensive3. Prototype TestIn this study, a number of wood and concretepile models are tested. There are four modelstypically tested to obtain the load-displacementcurve of the system as shown in the Figure 1. Inthe laboratory, the soil is put in to the box andmerged under the water table. The soil is siltyclay soil ( 50 % clay, 49 % silty and 1 % sand)7


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 5-14with the parameters as shown in the table 1. Inthis report, the piles and the plate are made ofconcrete. Since the clay is soft, the strength andthe elasticity of the piles and the plate materialsare assumed to be much stiffer than the soil.Then the behaviour of the soil-foundationsystem depends on the entire system than thematerial of the structures. The pile is 1.5 cm inthe diameter and 30 cm of length. The centre tocentre space of piles in group is 7.5 cm which isequal to 5 times the diameter of the piles. Thewooden plate is 15 cm x 5 cm, the concrete plateis 15 cm x 15 cm of the area and 2 cm of thethicknesses.Table 1. The soil parametersa. Single Pile and Group of PilesNo. parameter value unit1 water content 90.65 %2 unit weight 1.46 ton/m 33 specific gravity 2.69 -4 plastic index 25.92 %5 Cu 0.<strong>01</strong>2 kg/cm 26 q c 0.08 kg/cm 2The laboratory tests are carried on using thefollowing procedures. The models of pile areinitially driven into the soil individually. Thenthe load is incrementally applied on the top ofthe pile. The load and the displacement arerecorded along the loading. The loading isterminated when the load value seems to beconstant for number of displacement steps. Theload-displacement curves are drawnsubsequently. The ultimate capacity of eachsingle pile can be estimated from loaddisplacementcurves resulting from the tests.Then, the group of the piles are pushed in thesame way in to the clay. The axial load theapplied on the centre of the pile group toobtained the load-displacement curve of thefoundation. The load-displacement curves of thepile group are also drawn subsequently. In thesame way, the raft pile foundation and theseparate plate on the clay are tested.There are two types of raft-pile system tested inthe laboratory, the first is 2x1 wooden raft-pilesystem sand the other one is 2x2 concrete raftpilefoundation. The procedures used inlaboratory for the both foundations are the same.b. Plate and Raft-Piles SystemFigure 1. Laboratory models of the foundation4. Test Results4.1. Test Results For 1x2 Wooden Pile-RaftSystemThe results of the tests are presented in the termsof load displacement curves as follows. Figure 2and 3 show the plot of load-displacement of the2 single piles. the firs one gives the maximumload of 25 unit of load and the second one is 22.the unit load is the value shown by the dialwhich is the unit equal to about 0.2 kg. themaximum loads are reached at the displacementof 0.8 mm for pile 1 and 1.2 mm for pile 2.8


LOAD CAPACITY OF FLOATING RAFT-PILEAbdul HakamNovrial306<strong>02</strong>550Load (unit)2<strong>01</strong>5105Pmax = 25Dmax = 80Load (unit)403<strong>02</strong><strong>01</strong>0Pmax = 42.5Dmax = 11000 50 100 150 200disp. (o.o1 mm)00 100 200 300disp. (o.o1 mm)Figure 2. Load-displacement of pile 1Figure 4. Load-displacement of the pile groupLoad (unit)830725620541531<strong>02</strong>51Dmax =200Pmax =6.9Pmax = 22Dmax = 1200000 5<strong>01</strong>00 100 200 150 200 300disp. (o.o1 mm)The test result in the terms of load displacementcurves for the plate and the raft-pile system areshown in the figure 5 and 6. The loading test ofthe plate gives the maximum load of 6.9 and the60.4 for the raft-pile system. the maximum loadsare reached at the displacement of 2.00 mm forthe plate. For the raft-pile system, the maximumload is reached at the displacement of 2.20 mm.87Pmax = 6.96Figure 3. Load-displacement of pile 2Load (unit)543Dmax = 200The plot of load-displacement of the group ofthe pile 1 and 2 is shown in the figure 4. themaximum load of the group is 42.5 unit reachedat the displacement of 1.1 mm. the maximumload is about 91 % of the sum of the pile 1 and 2capacities. the value may be referred as theefficiency of the group.2100 100 200 300disp. (o.o1 mm)Figure 5. Load-displacement of the plate9


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 5-147060706050PP 49 7Load (unit)504030Pmax = 60.4Load (unit)403<strong>02</strong><strong>01</strong>0P1 + P2 + Platera ft-p ilePlateP1 + P220Dmax = 22000 50 100 150 200 250 300disp. (o.o1 mm)1000 100 200 300disp. (o.o1 mm)Figure 6. Load-displacement of the raft-pilesystemThe maximum load values of the models arerepresented in the Table 2. It shows that themaximum load of the raft is higher than thegroup of pile. Further more, the maximum valueof the raft-pile system is higher that the sum ofthe piles and the plate. In the other words, theefficiency of the raft-pile system is more than100 % which is 130 % for these tests (comparedto the sum of piles’ capacity). Even the plateonly gives small contribution to the total load(max 15 %), the load displacement of the pile issimilar to the plate compared to the piles’ one(Figure 7).Table 2. Resume of the resultsFigure 7. Load-displacement of the modelsIf the efficiency of the raft-pile system is definedas ratio of the system compared to the sum ofthe individual pile and the raft, the efficiency ofthe raft-pile system , E rp , is written as:the raft - pile capacityE rp=the sum of the individual pile and raft capacityUsing the above equation, the efficiency of theraft-pile system is:60.4E rp= = 117 %51.5which is greater than 100%.4.2. Results For 2x2 Concrete Pile-RaftSystemModel :P max.(unit)Ratio to pile(1+2) (%)Disp. max(o.o1 mm)pile(1 + 2)group of pile platepiles +plateraft-pile46,5 42,5 6,9 51,5 60,4100 91 15 111 13<strong>01</strong>00 110 200 170 220The results of the tests are presented in the termsof load displacement curves as follows. figure 8,9, 10 and 11 show the plot of load-displacementof the 4 single piles. the firs one gives themaximum load of 20 unit of load, 20.8 for thesecond pile, 20.2 and 20.4 for the third and thefourth piles respectively. The unit load is thevalue shown by the dial which is the unit equalto about 0.2 kg. the maximum loads are reachedat the displacement of 1.50 mm for pile 1 and 4,and 1.40 mm for pile 2 and 3 respectively. Thepiles show similar behaviour in terms of nondimensionlessload-displacement curves aspresented in the figure 13. the load and thedisplacement are in the term of the ratio of themaximum values.10


LOAD CAPACITY OF FLOATING RAFT-PILEAbdul HakamNovrialFigure 10. Load-displacement of pile 3Load (unit)3<strong>02</strong>52<strong>01</strong>5105Pmax = 20Dmax = 15000 50 100 150 200 250disp. (o.o1 mm)Load (unit)40 3035253<strong>02</strong><strong>02</strong>520 15Dmax =200Pmax =6.9Pmax = 20,4Dmax = 15<strong>01</strong>51<strong>01</strong>05500 50 100 150 200 250disp. (o.o1 mm)Figure 8. Load-displacement of pile 1Figure 11. Load-displacement of pile 4Load (unit)40 3035253<strong>02</strong><strong>02</strong>520 15151<strong>01</strong>055Pmax =6.9Pmax = 20,8Dmax = 140Dmax =20000 50 100 150 200 250disp. (o.o1 mm)The plot of load-displacement of the group ofthe pile 1, 2, 3 and 4 is shown in the figure 12.the maximum load of the group is 76.4 unitreached at the displacement of 1.1 mm. Themaximum load is about 94 % of the sum of thepiles capacities. the value may be referred as theefficiency of the group.A similar behaviour of group and single piles interms of load-displacement curves can be seen inthe figure 13.Figure 9. Load-displacement of pile 2Load (unit)40 3035253<strong>02</strong><strong>02</strong>520 15151<strong>01</strong>055Dmax =200Pmax =6.9Pmax = 20,2Dmax = 140Figure 10. 0 Load-displacement of pile 30 50 100 150 200 250disp. (o.o1 mm)Load (unit)90807060Pmax = 76,450Dmax = 130403<strong>02</strong><strong>01</strong>000 50 100 150 200disp. (o.o1 mm)Figure 12. Load-displacement of the pile group11


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 5-149080P1234 = 8116<strong>01</strong>40Pmax = 135Load (unit)70Pg = 76.46050403<strong>02</strong>0P1+2+3+410Pile Group00 50 100 150 200disp. (o.o1 mm)Load (unit)12<strong>01</strong>0080604<strong>02</strong>0Dmax = 21000 100 200 300disp. (o.o1 mm)Figure 13. Load-displacement of the pile groupand sum of pile 1, 2, 3 and 4The test result in the terms of load displacementcurves for the plate and the raft-pile system areshown in the figure 14 and 15. the loading test ofthe plate gives the maximum load of 36.0 andthe 135.0 for the raft-pile system. The maximumloads are reached at the displacement of 2.00mm for the plate. for the raft-pile system, themaximum load is reached at the displacement of2.10 mm.Load (unit)504540353<strong>02</strong>52<strong>01</strong>5105Pmax = 36.0Dmax = 20000 75 150 225 300Figure 15. Load-displacement of the raft-pilesystemThe maximum load values of the models arerepresented in the Table 3. It shows that themaximum load of the raft is higher than thegroup of pile and the combinations of the groupand the single raft. Further more, the maximumvalue of the raft-pile system is higher that thesum of the piles and the plate. In the otherwords, the efficiency of the raft-pile system ismore than 100 % which is 167 % for these tests.Even the plate only gives small contribution tothe total load (44 %), the non-dimensional loaddisplacement of the raft-pile system is similar tothe plate compared to the piles.Again, if the efficiency of the raft-pile system isdefined as ratio of the system compared to thesum of the individual pile and the raft, theefficiency of the raft-pile system , E rp , is writtenas:the raft - pile capacityE rp=the sum of the individual pile and raft capacitydisp. (o.o1 mm)Figure 14. Load-displacement of the plateUsing the above equation, the efficiency of theraft-pile system is:135E rp= = 125 %108.4which is more than 100%.12


LOAD CAPACITY OF FLOATING RAFT-PILEAbdul HakamNovrialTable 3. Resume of the results of 2x2 pilespileplate piles + raft-pileModel :group of piles(1+2+3+4)(15cmx15cm) plate systemP max. (unit) 81 76,4 36 117 135Ratio to pile (1+2+3+4) % 100 94 44 144 167Disp. max (o.o1 mm) 100 130 210 210 2104.3. Load Capacity Of A ShallowRaft In ClayFor the shallow raft foundation is supported by asoft soil, the failure surface in the soil will notextend to the ground surface and called as thepunch failure. Using Terzaghi formula, theultimate load capacity is in the form;Q u = A b F t Cu N c*For this test, the undrained cohesion soilstrength Cu is 0,<strong>01</strong>2 kg/cm 2 at the foundationbase, A P is the cross section area of thefoundation is calculated from the dimension ofthe plate and the bearing capacity factor N c * ofsaturated clays with zero internal friction angle,the factor is taken 5,14. The average value of thetype factor F t is 0.45 which is less than the valuefor local failure as predicted. Back prediction ofthe value is shown in the following Table 4.Table 4. F t prediction for punch failure of footingType P max Cu N c * A b F tof Plate (unit) (kg) (kg/cm 2 ) (cm 2 )Strip: 15 x 5 cm 2 6.90 1.38 0.<strong>01</strong>2 5.14 75 0.39Square : 15 x 15 cm 2 36.00 7.20 0.<strong>01</strong>2 5.14 225 0.524.4. Total Load Capacity Of Foating Raft-Pile In Soft ClayFor practical application of Raft-pile foundationfloating in soft clay, the following procedure canbe considered. The total load capacity of thesystem is proposed;Q T = Q R + Σ (Q P + Q S )Where Q R is the load capacity of the Raft (incase of pile group is the cap), Q P and Q S are thebearing capacity of the pile at the tip and on skinrespectively.The resistance of square raft foundation ispredicted using the ultimate load capacity in theform;Q u = A b F t Cu N c*A b is the cross section area of the foundation atthe base, the bearing capacity factor N c * is 5,14and the value of the type factor F t is 0.45 whichrepresents the value for the punch failure.However, for strip foundation with length-widthratio equal greater than one and a half, theultimate luad capacity Q u must reduced by thefactor of 0,77.The ultimate point bearing capacity of pile canbe estimated using;Q P = A P Cu (p) N cwhere Cu (p) is undrained cohesion soil strengthat the pile tip, A P is the cross section area of thepile tip and N c is the bearing capacity factor, it is9 for Meyerhof’s and 5,7 for Janbu’s one.However, since the piles are considered as13


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 5-14floating one, the tip resistance is not significantto contribute the pile capacity. Then, for the skinresistance;Q S = Σ ( f Θ ΔL)withf = λ(σ v ' + 2Cu)orf = αCu5. ConclusionsThe laboratory tests raft-pile foundationssubjected to vertical axial loading presented inthis paper give the behaviour of the models inthe terms of load-displacement curves. The axialload capacity of the raft-piles foundationsfloating on clays can be concluded higher thanthe combination of the piles capacity. The pilesgive dominantly contribution to the raft-pilesystem in terms of load capacity compared to theplate. However, the behaviour of the raft-pilesystem appears to be the similar to the singleplate one. The efficiency of the raft-pile systemcan be estimated as the ratio of the systemcapacity compared to the sum of the capacity ofthe contributing elements of the system. Sincethe efficiency of the raft-pile system is greaterthan the sum of pile and raft capacities, it issuggested that for practical propose to use thesum value of the piles and the raft.ReferencesValliappan, S., Tandjiria, V. and Khalili, N.,1999, ‘Design of Raft-pile FoundationUsing Combined Optimization and FiniteElement Approach’, Int. Journal forNumerical and Analytical Methods inGeomechanics, Vol. 23, pp 1043-1065.Das, B. M., 1990, Principles of FoundationEngineering, PWS-KENT PublishingCompany, Boston.Bowles, J. E., 1988, Foundation Analysis andDesign, McGraw-Hill Book Company,Singapore.Davis, E.H. and Poulos, H.G., 1972, TheAnalysis of Pile-Raft Systems, Aust.Geomechanics Journal., Vol. G2, no.1, pp21-2714


PRINSIP DAN KONSEP PERANCANGAN KOTA PADAKAWASAN RAWAN BENCANA TSUNAMIKASUS: KOTA-KOTA PANTAI BARAT DAYA ACEHAchmad Delianur NasutionPRINSIP DAN KONSEP PERANCANGAN KOTAPADA KAWASAN RAWAN BENCANA TSUNAMIKASUS: KOTA-KOTA PANTAI BARAT DAYA ACEHAchmad Delianur NasutionProgram Studi Magister Teknik Arsitektur Sekolah Pascasarjana USUAbstrak. Salah satu permasalahan terpenting pasca bencana Tsunami Aceh adalah bagaimana melakukanpembangunan kembali kota-kota yang tanggap terhadap bencana tsunami namun tetap dapat memberikankenyamanan dan kemakmuran kepada kehidupan penduduknya. Makalah ini akan membahas kota-kota pesisirbarat daya Aceh pasca Tsunami berdasarkan perspektif konsep kota yang tanggap bencana tsunami dan teoriteoriperancangan kota, dikaitkan dengan data-data tentang tingkat kerusakan di lapangan. bahwa perancangankembali kawasan dan kota-kota pesisir Aceh ini dapat menjadi ruang di mana manusia dapat memenuhikebutuhan fisik dan spritualnya sekaligus melindungi warga dari bencana alam yang mungkin akan berulang,minimal mengurangi resiko kerusakan.Katakunci : Bencana Tsunami, Perancangan Kota, Aceh Barat Daya1. PendahuluanKota adalah bagian dari ketinggian peradabanumat manusia. Peradaban dunia juga lahir danbesar di kota-kota besar kuno zaman dahulu.Kenneth Clark (1959) mengatakan bahwaperadaban (civilization) tercapai ketika manusiadapat memperoleh penghidupan yang layak danterbebas dari apa yang disebutnya sebagai ‘dayto day struggle the existence and the night tonight struggle from the fear’. Semua itu dapatdicapai dengan adanya keseimbangan kualitasantara pikiran dan perasaan, suatu kesempurnaandi mana dapat tercapai keadilan, keindahan fisikdan sebagainya.Berbagai konsep dalam mengakomodasi danmengembangkan peradaban manusia dalamsuatu wadah bernama ‘kota’ telah berkembangsejak perencanaan kota-kota klasik, kota-kotaMedieval, Renaisance, hingga pemikiran dankonsep kota-kota modern abad ke 21. Tetapiseperti apapun konsep yang diterapkan, kotadapat porak poranda seketika jika Tuhanberkehendak. Kota Pompeii yang makmur dansejahtera terkubur seketika saat gunungVesuvius meletus pada pagi hari tanggal 24Agustus 1979. Sejak tahun 1946 enam Tsunamitelah membunuh hampir 500 orang dan merusakratusan juta dollar properti di Alaska, Hawaiidan sepanjang Pantai Barat Amerika Serikat.Gempa di pesisir Chile tahun 1960menghancurkan sebagian dari Chile danmenaikkan bongkahan tanah seukuran Californiadari bawah laut setinggi 30 kaki (9,144 m).Gempa tersebut diiringi oleh rentetan tsunamiyang mengakibatkan keusakan di berbagai pulaudi Pasifik, termasuk Hilo, Hawaii dan Jepang.Terakhir, beberapa kota pesisir di Indonesia,Malaysia, Thailand, India, Shrilanka, Maladewaluluh lantak akibat gempa dan gelombangTsunami Minggu pagi 26 Desember <strong>2005</strong>. DiIndonesia, beberapa kota pesisir di pantai baratdaya Aceh termasuk yang paling parahkerusakannya, mencapai 80 % dari seluruh kota.15


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 15-22Marco Kusumawijaya, seorang pengamatperkotaan Indonesia, dalam salah satutulisannnya di majalah nasional Tempo beberapawaktu lalu mengungkapkan :“... membangun kembali Aceh bukanhanya membangun kembali rumahrumah,melainkan kota-kota. Dan sebuahkota tidak sama dengan penjumlahankuantitatif rumah-rumah. Kota itumerekam, dan adalah wujud materialmasyarakatnya. Meskipun apa yang dipermukaannya telah hancur, denahnyayang tersisa adalah sebuah jejak yangmengandung kenangan, struktur,hubungan dengan alam dan sejarah,dengan geografi dan biografi. Dansemua itu mendekam dalam kenanganmasyarakat. Kini waktunya menambahdi atas jejak itu, ke dalam sistem itu,yang menyikapi bencana alam sebagaisesuatu yang niscaya, seperti flu atauhujan, hanya dengan frekuensi yanglebih jarang.” (Marco Kusumawijaya ,<strong>2005</strong>)Dengan pengalaman bencana maha dahsyat ini,kita mestinya dapat mengembangkan ide-idekonstruktif untuk membangun kota danmempertahankannya sebagai wadah peradabankita. Makalah ini akan membahas kota-kotapesisir barat daya Aceh pasca Tsunamiberdasarkan teori-teori perancangan kota,dikaitkan dengan data-data tentang tingkatkerusakan di lapangan. Dengan satu tujuan,bahwa pembangunan kembali kawasan dan kotakotapesisir Aceh ini dapat menjadi ruang dimana manusia dapat memenuhi kebutuhan fisikdan spritualnya sekaligus melindungi warga daribencana alam yang mungkin akan berulang,minimal mengurangi resiko kerusakan.2. Bencana Tsunami2.1 Prinsip-Prinsip BencanaTsunami adalah serangkaian gelombang tinggiyang disebabkan oleh perpindahan sejumlahbesar air laut secara tiba-tiba. Tsunamidisebabkan oleh gempa bawah laut, meletusnyagunung berapi di bawah laut, tanah longsor atauperpindahan tanah di bawah air, jatuhnya meteoratau tanah pesisir yang longsor ke dalam laut.Tsunami yang terjadi secara lokal biasanyaterjadi dalam waktu yang tidak cukup untukmemberi peringatan dan mungkin juga diiringikerusakan yang diakibatkan oleh gempa pemicuseperti tanah bergerak, surface faulting,liquefaction, atau tanah longsor. Tsunami jauhbisa berjalan selama berjam-jam sebelummenerpa pesisir.Di lautan terbuka, tinggi tsunami bisa hanyamencapai beberapa kaki, tetapi bisa bergeraksampai 500 mil/jam (804,5 km/jam). Ketikatsunami memasuki perairan dekat pesisir,kecepatannya berkurang, panjang ombaknyaberkurang, dan tingginya bertambah secaradrastis. Namun, ombak pertama biasanya bukanombak terbesar, beberapa ombak yang lebihbesar dan ganas seringkali mengkuti ombakpertama. Walau kecepatan tsunami biasanyaberkurang saat mendekati pesisir, gelombangtetap bergerak lebih cepat dari kemampuanseorang pelari jarak jauh olympiade – lebih dari15 mil/jam (24,135 km/jam)Tidak seperti gempa bumi yang dapat merusakwilayah luas, biasanya ratusan mil persegi,tsunami merusak sepanjang pesisir linear, danbiasanya mencapai daratan. Ketika mendarat dipesisir, gelombang akan terpantul kembali kelaut, dan dapat menyerang pesisir dalam bentukgelombang beruntun.Indikasi kasat mata pertama dari datangnyatsunami adalah surutnya air (drawdown) yangdisebabkan oleh lembah gelombang yangmendahului gelombang besar yang sedangmenuju daratan.2.2 Prinsip-prinsip Penanganan danPencegahanBerdasarkan pengalaman akibat gempa danTsunami, Pemerintah Amerika Serikat melaluiNational Tsunami Hazard Program bersamaNOAA, USGS, FEMA, NSF, dan NegaraBagian Alaska, California, Hawaii, Oregon danWashington telah menerbitkan buku Designingfor Tsunamis : Seven Principles for Planningand Designing pada Maret 20<strong>01</strong>. Buku inikemudian diterjemahkan dalam bahasaIndonesia pada Januri <strong>2005</strong> dengan judulMenghadapi Tsunami, oleh Komisi DaruratKemanusiaan, Koalisi Masyarakat Sipil untuk16


PRINSIP DAN KONSEP PERANCANGAN KOTA PADAKAWASAN RAWAN BENCANA TSUNAMIKASUS: KOTA-KOTA PANTAI BARAT DAYA ACEHAchmad Delianur NasutionAceh dan Sumatera Utara. 7 Prinsip yang dimuatdalam buku tersebut adalah :1. Kenali risiko Tsunami di daerah anda2. Hindari pembangunan baru di daerahterpaan Tsunami untuk mengurangikorban di masa mendatang3. Atur pembangunan baru di daerahterpaan Tsunami untuk memperkecilkerugian di masa mendatang4. Rancang dan bangun-bangunan baruuntuk mengurangi kerusakan5. Lindungi pembangunan yang telah adadari kerugian Tsunami denganmembangun kembali, perencanaan danpemanfaatan kembali6. Ambil tindakan pencegahan khususdalam mengatur dan merancanginfrastruktur dan fasilitas utama untukmengurangi kerusakan7. Rencanakan evakuasiDalam bahasan tentang perencanaan tata gunalahan ditetapkan 5 strategi sbb. :1. Daerah yang paling rawan bencana tsunamidiperuntukkan sebagai ruang terbuka2. Mengambil alih daerah bahaya tsunamiuntuk fungsi ruang terbuka3. Pembatasan pembangunan melalui peraturantata guna lahan4. Mendukung perencanaan tata guna lahanmelalui perencanaan peningkatan modal dananggaran5. Menyesuaikan program-program lain danpersyaratannya3. Prinsip-Prinsip Perancangan Kota3.1 Tujuan Perancangan KotaSpreiregen (1965) menyebutkan bahwa padaprinsipnya tujuan perancangan kota adalah :- Membuat kota lebih manusiawi- Menghubungkan bentuk fisik kotadengan keadaan alam, misal : orientasi- Menselaraskan urban dengan alam- Menciptakan ruang-ruang kota yangberkualitas- Menjadikan kota sebagai suatupelabuhan keanekaragaman3.2 Dimensi Alam Dalam PerancanganKotaMichael Hough (1989) mengutip McHarg,Lewis dan ahli-ahli lingkungan kota lainnyamengemukakan adannya keterhubungan antaraproses kehidupan dengan proses fisik bumi,iklim, air, tumbuhan, dan binatang; suatutranformasi terus menerus dari materi yanghidup maupun tak hidup; elemen-elemen inimenjadi bagian dari keberlanjutan bumi danmenjadi dasar dari bentuk lingkungan binaan.Doktrin perancangan pada awal arsitekturmodern seperti “Form Follow Function” tidaklagi dapat menjadi satu-satunya dasar bagibentuk lingkungan binaan. Prinsip “Design withNature” kini telah menjadi bagian dari praktikpraktikperancangan sehingga dapat lebihmenyesuaikan dengan proses perkembanganalam.Hal ini sesuai dengan tujuan perancangan kotayang di kemukakan oleh Spreiregen (1965),yaitu menselaraskan urban dengan alam, dimanakota menjadi tempat manusia meningkatkankualitas kehidupan dan membangunperadabannya.Oleh Karena itu menurut Hough(1989) dasar-dasar dari bentukan perancangankota secara fisik adalah proses alam.Shirvani (1985) menyebutkan bahwa dimensialam dalam perancangan kota terdiri dari :- Iklim kota dan kualitas udara.Menyangkut iklim kota baik secaramakro ataupun mikro serta faktor-faktorpenyebab dan penghindaran terhadappolusi udara, seperti kepadatanlalulintas, limbah industri, sampah kotadan lain-lain.Iklim makro dalam kasus Indonesiakhususnya Aceh adalah beriklim tropissedangkan iklim mikro sangatbergantung kepada bentukan bangunanyang dapat mengarahkan angin di suatulingkungan binaan, material penutuptanah yang dapat mempengaruhi suhu,serta tanaman yang dapatmempengaruhi arah angin dan suhulingkungan dan polusi udara.- Energi dan cahaya matahari.Menyangkut penggunaan energi17


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 15-22matahari dan akses kepada cahayamatahari. Dalam kasus iklim tropis halini bukan menjadi maslah besar karenamatahari bersinar sepanjang tahun. Olehkarena itu dapat berpotensi sebagaisumber energi yang terbarui terutamauntuk daerah pantai bersama-samaenergi angin.- Geologi dan tanah kota. Merancangkota tidak hanya mempertimbangkanapa yang terlihat dipermukaan tanahtetapi juga harus mempertimbangkanapa yang ada dibawah permukaan tanahserta sifat-sifat tanah seperti kekuatantanah, potensi longsor, daerah resapanair, daerah genangan banjir, daerahrawan gempa dan lain-lain. Untukpengendalian pada tempat-tempatberbahaya, perancangan kota perluperangkat pengendalian berupakebijakan pemerintah, sehinggamasyarakat tidak tinggal didaerah rawanbencana. Hal ini dapat dilakukan dengancara sosialisasi, insentif pajak, danperaturan daerah.Dalam konteks kawasan Pantai BaratAceh, perlu ada peraturan daerah yangmengatur tentang tata guna lahan danbangunan pada kawasan yang rawangempa dan tsunami. Serta adanya sistemperingatan dini tentang bencana.- Hidrologi dan kualitas air kota.Penyediaan air bersih dan sistem airkotor kota yang efektif sertapengontrolan polusi air merupakanpersoalan umum didaerah perkotaan.Pembangunan kota pada umumnya akanmemerikan efek pada pola penyerapanair tanah, genangan serta aliran air.Spirn (1980:1<strong>02</strong>) dalam Shirvani(1985:87) menyebutkan bahwa “naturaldrainage system” yang telah dibangun diWoodland, Texas, telah melindungiwarga dari banjir dan memberikan airdengan kulitas tinggi dengan biaya yanglebih murah. Salah satu cara yangdigunakan dalam sisitem ini adalahdengan sesedikit mungkin merusakvegetasi dan kontur tanah eksisitingsehingga dapat mempertahankanpermeabilitas tanah. Pada iklim tropislembab dan basah seperti Indonesia,vegetasi mempunyai peranan pentingdalam proses penyerepan danpengendalian air permukaan berupa airhujan dan banjir, sehinggamempertahankan vegetasi danpepohonan eksisiting serta seminimalmungkin merubah kontur merupakansalah satu prinsip perancangan kotayang penting diterapkan di daerah rawantsunami.- Vegetasi Kota. Mengingat manfaatnyayang banyak terhadap manusia danlingkungan, peranan vegetasi danpepohonan dalam perancangan kotaadalah merupakan suatu hal yangmendasar dan universal. Penerapannyaharus terintegrasi dengan danperencanaan hutan kota dan regionalbaik pada tingkat kebijakan danpelaksanaan fisik.- Kehidupan alamliar di Kota. Dalamperancangan kota kehidupan alamliaradalah suatu hal yang harus diambilpeduli, karena mereka berperan dalamkeseimbangan ekosistem. Perusakankeseimbangan ekosistem secaralangsung maupuntidak langsung akanberakibat kepada manusia walaupunbaru disadari dalam jangka panjang.Dalam prespektif pembahasan perancangan kotadari dimensi alam, tsunami bukan semata-matadilihat sebagai bencana, tetapi sebagai suatuproses fisik alam, dimana manusia harus dapatmengambil kaedah dan faedah sehingga dapatmembentuk suatu lingkungan binaan yangtanggap terhadap proses alam. Dalampembahasan ini secara khusus ditujukan untukmenentukan prinsip atau kriteria perancangankota yang tanggap terhadap tsunami.3.3 Dimensi Manusia Dalam PerancanganKotaDimensi manusia merupakan salah satu aspekpenting dalam perancangan kota karena padadasarnya perancangan kota dan kota itu sendiriditujukan bagi sebesar-besar kemakmuranmanusia. Walaupun teori normatif tentangperancangan kota telah terbentuk, namun dalampenerapannya pada suatu komunitas perludipertanyakan kembali bagaimana komunitastersebut mendefinisikan kehidupan kota yang18


PRINSIP DAN KONSEP PERANCANGAN KOTA PADAKAWASAN RAWAN BENCANA TSUNAMIKASUS: KOTA-KOTA PANTAI BARAT DAYA ACEHAchmad Delianur Nasutionbaik. Berkaitan dengan hal ini perancangan kotamembutuhkan partisipasi masyarakat.3.4 Dimensi Fisik Perancangan KotaMenurut Hamid Shirvani ada delapan elemenfisik dalam perancangan kota :1. Tata Guna Lahan2. Bentuk dan Massa bangunan3. Sirkulasi dan Parkir4. Ruang Terbuka5. Jalur Pedestrian6. Pendukung Aktifitas7. Tata Informasi8. Preservasi4. Kondisi Kota-Kota Pantai Barat DayaAceh4.1. Sebelum BencanaTipologi permukiman pesisir barat daya Acehumumnya memiliki pola sbb. :• Pada umumnya kota, kampung ataupermukiman di daerah pesisir barat dayaAceh berbentuk pita (ribbon shape city).Kota seperti ini didominasi oleh polajalan yang memanjang sebagai jalurtransportasi, mengakibatkan perkembangankota juga memanjang sepanjang jalur ini danterhambatnya perluasan areal ke samping.Sepanjanglembah pegunungan, sepanjang jalurtransportasi darat utama adalah bagianbagianyang memungkinkan terciptanyabentuk seperti ini. (Northam, 1975). Padakasus, tipologi seperti ini terbentuk karenaadanya ‘kendala’,yaitu pantai di satu sisi dan perbukitan di sisilain, sehingga ‘space’ untuk perkembanganareal kota hanya mungkin memanjang saja.• Bangunan-bangunan yang berada dalamtanah negara, yaitu berada pada jarak150 m dari garis pantai umumnyaberorientasi ke arah laut dengan polamenyebar. Umumnya massa bangunanterletak pada garis utara –selatan. Padadaerah sempadan ini juga terdapatbeberapa pusat aktivitas nelayan, sepertidermaga dan tempat pelelangan ikan• Di belakang daerah sempadan terdapatpola permukiman linier yangberorientasi ke arah jalan. Dengan posisiseperti ini bangunan umumnyamembelakangi laut. Setiap lebih kurangdua kavling bangunan terdapat jalanlingkungan yang posisinya kurang lebihsejajar pantai. Di antara permukimanyang berorientasi ke laut danpermukiman yang berorientasi ke jalanterdapat jalan kampung (gang).• Berjarak sekitar 3 blok perumahanterdapat jalan arteri yang sekaligusposisinya merupakan batas antaradaerah landai dan perbukitan.Pola perumahan di sepanjang pantai, secara umumberorientasi ke jalan dan membelakangi laut19


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 15-22Sketsa Tipologi Pemukiman Di Kawasan Pesisir Aceh20


WOYLASUB REGENCYARONGAN LAMBALEKSUB REGENCYDRI EN RA MPAKKUALA BHEESAMATIGASUB REGENCYSUAK TIMAHSUNGAI MASSUB REGENCYBANDA LAYUNGBUBONSUB REGENCYKAWAY XVISUB REGENCYJOHAN PAHLWANSUB REGENCYMEURUBOSUB REGENCYMEULABOHKEUON ARONM EUREUBOKAJEUNGPANTE CEUREUMENSUB REGENCYPATE CEUREUMONTEUNOMSUAK TIMAHPASIMEULABOHTUTUPUNGKIKUTANIBONGJEURAMTADUKSUAK PUNTONGVILLAGEK UALA BAROVILLAGEK UALA TUHAVILLAGEKUBANG GAJA HVILLAGEKUALA TRANGVILLA GECOT RAMBONGSEUNAGAN TIMURSUB REGENCYKEUDE LNTEUNGBUNGONG PULOJEURAMSEUNAGANSUB REGENCYKUALASIMP ANG PEUT SUB REGENCYLANGKAKVILLAGEPADANG PANJANGVILLAGEKUALA TADUVILLAGESEUMAYANLAMAINONGKUTA BAHAGIASUSOH BLANG PIDIETANGAN TANGANMANGGENGBEUTONGSUB REGENCYDARUL MAKMURSUB REGENCYSUKA MAKMURPRINSIP DAN KONSEP PERANCANGAN KOTA PADAKAWASAN RAWAN BENCANA TSUNAMIKASUS: KOTA-KOTA PANTAI BARAT DAYA ACEHAchmad Delianur Nasution4.2. Sesudah BencanaLokasi Survey Di Kota-Kota Pantai BaratDaya Aceh.Survey dilakukan oleh Tim Relawan Arsiteksebagai bentuk kerjasama Program PascaSarjana Arsitektur USU, Ikatan ArsitekIndonesia cq. IAI Sumatera Utara danEmergency Architect, Perancis. Surveydilakukan dari tanggal 20 Januari – 26 Januari<strong>2005</strong> meliputi kota-kota kecamatan dan desapada kecamatan yang membentang sepanjangpesisir barat daya aceh antara kota Meulabohhingga Kota Blang Pidie, yaitu :Kabupaten AcehBarat, Kabupaten Nagan Raya dan KabupetenAceh Barat Daya. Kota kecamatan dalam tigakabupaten tersebut yang disurvey adalah(1)Kuala (2)Manggeng (3)Tangan-tangan(4)Susoh (5)Keuda Batee (6)Johan Pahlawan(7)Merbau (8)Samatiga (9)Arongan Lambalek(10) Darul MakmurPeta Lokasi Survey di Aceh Barat Daya- membentuk kota baru di tempat yangkemungkinan besar tidak terjangkaugelombang tsunami. Pilihan ini akanmengarah kepada pembentuka kota baruyang jauh dari pantai atau berada diketinggian.- Merehabilitasi kota lama denganmembentuk benteng-benteng terhadapgelombang tsunami yang secara fisikdapat berupa hutan bakau atau tanamankearas atau bendungan beton.5.1. Tata Guna LahanRencana tata guna lahan pasca gempa dantsunami di kota-kota pesisir didasarkan kepadaperkiraan tingkat keamanan lokasi bangunan danaktivitas terhadap ancaman tsunami, sbb ;• Daerah bibir pantai yang bersentuhandengan laut ditempatkan dermaga danDari survey di lapangan diperoleh data bahwadengan berbagai variasi di berbagai lokasi, rataratabangunan yang hancur total berada dalamjarak 250 meter dari garis pantai.5. Prinsip-Prinsip Perancangan Kota DiPantai Barat Daya Aceh Pasca GelombangTsunamiBeberapa pilihan dalam proses perancangan kotayang rawan tsunami adalah :pemecah ombak• Daerah sempadan pantai sampai ke sisi jalanarteri merupakan daerah penghijauan dengantanaman-tanaman yang dapat menyerapenergi ombak dan menahan terpaan ombak.Kawasan ini juga dapat merupakan ruangterbuka publik• Jalan arteri pada batas antara kawasan pantaidan perbukitan• Areal permukiman ditempatkan pada daerahperbukitan dengan sistem konstruksi tahangempa21


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 15-22• Di antara jalan arteri dan kawasanpermukiman di perbukitan dijadikan jalurhijau5.1. a. Sirkulasi KendaraanSirkulasi utama tegak lurus dari arah pantaimenuju perbukitan dibuat lebar dan langsungmenuju titik evakuasi di kawasan yang lebihtinggi untuk memudahkan masyarakatmenyelamatkan diri jika bahaya Tsunami datangSketsa Rekomendasi Recovery KawasanPesisirPeta Perancangan Kawasan Kota/Desa5.1.b. Sirkulasi Pejalan Kaki (pedestrian)Sirkulasi pejalan kaki merupakan bagianintegratif dari perencanaan jalur-jalur untukmenyelamatkan diri saat bencana terutama padajalan utama yang tegak lurus dari arah lautmenuju ke perkampungan pada topoghrafi yanglebih tinggi5.3. Bentuk dan Massa BangunanOrientasi bangunan sebaiknya menghadap kelaut atau memungkinkan penerimaan informasisecara cepat tentang bahaya yang mengancamdari pantai. Konstruksi bangunan sebaiknyatahan gempa atau cukup tahan sementaramasyarakat menyelamatkan diri ke tempat yanglebih aman.Potongan Melintang Perancangan KawasanKota/DesaDaftar PustakaEpp, Eduard; Perks, William T.; Perron,Richard; Sale, Chris; Vliet, David Van(1996) Sustainable Community Design, TheCanada Mortgage and Housing Corporation,Faculty of Architecture, UniversityManitoba.http://www.cadlab.umanitoba.ca/uofm/la/sustainable/index.htmlShirvani, Hamid (1985) The Urban DesignProcess. Van Nostrand Reinhold Inc. NewYorkKenneth Clark (1959)Marco Kusumawijaya , Tempo, Februari <strong>2005</strong>Spreiregen, Paul D. (1965) Urban Design; TheArchitecture of Towns Ans Cities, McGraw-Hill Book Company, New YorkNational Tsunami Hazard Program bersamaNOAA, USGS, FEMA, NSF, dan NegaraBagian Alaska, California, Hawaii, Oregondan Washington Designing for Tsunamis :Seven Principles for Planning andDesigning pada Maret 20<strong>01</strong>. Terjemahandalam bahasa Indonesia pada Januri <strong>2005</strong>dengan judul Menghadapi Tsunami, olehKomisi Darurat Kemanusiaan, KoalisiMasyarakat Sipil untuk Aceh dan SumateraUtaraNortham, 197522


PUBLIC SPACE DESIGN TO MINIMIZE THE EFFECT OF QUAKEAND TSUNAMI DISASTEREdy DarmawanPUBLIC SPACE DESIGN TO MINIMIZE THE EFFECT OFEARTH QUAKE AND TSUNAMI DISASTEREdy DarmawanThe Head of Urban Design and Human Settlement Laboratory,Architecture Department, Engineering Faculty of Diponegoro UniversityEmail: edarmawan2000@yahoo.comAbstract. Mengamati terjadinya gempa bumi dan bencana tsunami yang dahsyat di Aceh, bagaimana parakorban berusaha untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing, kondisi permukiman di kawasan pantaiyang hancur dan porak poranda, diperlukan pemikiran perancangan ruang publik di kota yang terletak dikawasan pantai. Beberapa konsep idealis dikombinaskan dengan kondisi setempat baik dari aspek sosial,ekonomi, dan budaya Aceh. Ruang publik sebagai mediary space perlu didisain sebagai elemen penghambat danelemen pelindung bencana. Disamping itu, konfigurasi permukiman dan bangunan umum yang tahan gempadengan angka keamanan lebih tinggi dari yang terjadi sebelumnya.Dalam mewujudkan konsep ruang publik yang dapat meminimalisir dampak gempa bumi dan bencana tsunamiini digunakan metode internalized, yang sering disebut sebagai pendekatan profesional, dimana perencanamembuat konsep sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Dalam konsep ini diperoleh suatu kesimpulanmengenai pentingnya konfigurasi ruang publik tertentu yang berperan sebagai mediary space. Dan satu halyang tak kalah pentingnya adalah bahwa kita harus terus memberikan motivasi kepada masyarakat untukberpartisipasi dalam membangun kembali daerahnya.Katakunci: public space, tsunami, community participation1. General ProblemsMost of the waterfront cities in Indonesiahaven’t been designed in details, include thecities in Banda Aceh. Moreover, to face the bigearthquake and tsunami disaster, we reallyhaven’t ready yet both in technical aspect or thepeople comprehension about the impact of thedisaster. So when the disaster came, people evendidn’t understand what was going on, and thedisaster happened with many people died. It wastouching the hearts of many people in the worldespecially in Indonesia.From what was said on magazines andtelevisions, we know that some incidentshappened during earthquake and tsunamidisaster when the victims tried to savetheirselves as follows.• The speed of the seawave damaged thesettlement as if free fromobstruction/barriers.• The 3-10 meters seawave came suddenlywithout any information and anticipation forthe people at all.• The victims tried to escape and to find someshelter area as highland, the hills, or highrise buildings that could save them.• The buildings could not save them properlyfrom huge seawave, and the other buildingswere destroyed by the big seawave.• The infrastructures that surrounded thecoastal town area were destroyed.• The city structures were missing without anytrace.• The landscapes include the greenbelt incoastal area were dragged along by seawaveand a large part were missing.23


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 23-27The incidents above show us how it is difficultfor the victims of the disaster to escape and findout a safe place for them because of the highvelocity of the seawave and also that there is noclear escape route for them when the disastercame.With the concept taken in this paper, it isexpected that the effect of earthquake andtsunami disaster will be minimized in coastaltowns of Indonesia, especially in Banda Aceh.2. MethodsThe waterfront design concept here, using thequalitative approach with internalized method(Darmawan, 200<strong>02</strong>). The method known as aproffesional approach, with the designer skill onmaking concept according to his/her desirebased on knowledge, aspiration, and personalcreativity. The skill refers to the logicalargumentation that is embeded in all modes ofsystematic inquiry, starting from systematictheory-making to more episodic justifications fordesign action. So, this method also needs aliterature review to develop case-specificprogrammatic information, to gain familiaritywith typological precedents, and to garner factsfor normative action (Groat and Wang, 20<strong>02</strong>).The literatures used in this concept are theliterature about waterfront city development,public space, and people participations.3. The Concept Of Waterfront CityLooking at the condition of Banda Aceh thatalmost can be seen its pattern, it’s time for us tomuse over and look for the concepts that can beapplied in this city that is considering the localcontents. According to L.Azeo Torre (1989),some of the aspects for waterfront citydevelopment consist as follows.3.1. ThemeHowever history is an important factor todetermine theme. Then theme will be succesfulif we can analyze and predict the landuse,climate, material, scale, and the meaning ofspace.3.2. ImageThe image of the public space can be createdaccording to the users’ needs, for example theromantic public space, the luxury impress of thematerial performance, recreative, etc.3.3. AuthenticityA waterfront that is live together with waterdependent activities is the basis for an authenticand enjoyable experience.For example, the tinycity of Bosa in Sardinia demonstrates thesimplicity and success of authentic waterfrontfishing community.3.4. FunctionNo mater how unique or exciting a waterfrontdevelopment is, it will be successful only if ithas good functions on all levels. From regionalaccess and circulation to adequate parkingcapacity,to ease and comfort of pedestrianmovement, to the visitors experiences, all levelsmust sequence successfully as well as meetcapacities on peak activity days.3.5. Public perception of needTo form a concensus, a potential developer mustsell his or her idea to the majority. Carefullyformulated, well thoughtout plans thateffectivelly respond to theme, image,authenticity, function and financial andenvironmental concerns must be brought beforeinteresting citizens in public meetings. Thedeveloper must be open to ideas and feedbackfrom these sessions, which will help him toanticipate what will be accept and what will benot.The developer must understand what coreelements must be realized successfully whitinthe total project.3.6. Financial FeasibilityIf any landuse development can be successful ina city, then waterfront development is feasible.There is nothing comparable to a successfulwaterfront development, if effectively packaged,designed, promoted, managed and operated.However the development must be sound in itsunderstanding of demographics, communitybuying power, response to the project, and futureprospects.3.7. Environmental ApprovalsThe permit process for waterfront developmenthas become increasingly difficult. The developermust be open, research the ecological processesof the project area, design to mitigate impactsand utilize the development site’s resources in alogical and concientious way.24


PUBLIC SPACE DESIGN TO MINIMIZE THE EFFECT OF QUAKEAND TSUNAMI DISASTEREdy Darmawan3.8. Construction TechnologyNo matter where the location of the waterfrontdevelopment is, one of the major tasks will be tostabilize the edge where land and water meet.Traditional techniques ranged from settingstones in either breakwater or riprap fashion, tothe later more economical use of timber.Stability is based on complexity, and barrierislands are great examples of principles ofnature.The dunes, plantings, and fauna allow forflexibility but can withstand the onslaught of theinevitable storm.3.9. Effective ManagementWhether the waterfront development is being apublic or private thing, long range managementwill be crucial to its success.The facility must beprogressively managed to provide an excellentenvironment and services for the user. More andmore public facilities are being managed byprivate, nonprofit, or tax exempt organization.4. The Concept Of Public SpaceThe principle of designing a public spaceaccording to Stephen Carr (1992) are concist ofthree critical dimensions emerge from our valuesand from the foundation of our perspective onpublic spaces : needs, rights and meanings.Although these are not the only importantqualities, we believe they often are notaddressed when public spaces are developed.This perspective offsets the frequent tendency toemphasize the physical qualities of a site to theexclusion of other qualities, a view that isundimensional and fails to cover the full array offactors that are critical to successful publicspaces. An emphasis on the physical attributesgives a simplistic, deterministic conception ofthe function of public spaces, one that has turnedout to be limiting in many respects.The main point of view is the understanding tothe interaction of people and places and how thisaffects the ways settings function.It considers arange factors including the natural qualities ofthe environment, the users and potential users,their cultural and demographic backgrounds, andtheir economic status. It encompasses thecontext of setting, the people, resources, andstructures in the area, including other publicsetting. Most important, it places public settingsand their analysis in a framework that examinesthe history of the site, the tradition of the users,and the relationship between the history and thetradition to the context.5. Public Space Design Of WaterfrontCityThe earthquake and tsunami disaster form thebitter experience let us to muse and think over,how to build the damaged city again. If we try toobserve the coastal areas that were hit by thedisaster, it needs the integrated thinking tohandle the coastal area design. At least it canreduce the physical damage and the humanvictims.The public space in historical view give the widemeaning about the various forms and theircharacters, related with social, economi andculture. In physical way, it can be formed ofpublic garden, yard or plaza, a place that havecommemoration, the market of earth products,roads or pedestrian sidewalks, playground,community open space, greenways andparkways, indoor market place/atrium,neighbourhood spaces and waterfront orriverfront/lakefront and pier.Public space can be applied as mediary spacefrom coast line until to the settlement edge. Thismediary space need to be designed in layers so ithas function as a barrier to the speed of tsunamisudden storm that come to community housing(see waterfront redesign concept).WATERFRONT REDESIGN CONCEPTCOAST LINELand Conservation Public Landscapes 1 Public Landscapes 2Land ConservationHOUSING LINEPublic Landscapes 2Public Landscapes 1HousingHousingAnd then the configuration and constructionpattern of community housing also must bedesign so the effort of people escaping can beovercomed quickly (see housing configurationdesign).25


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 23-27To coastTo coastPublic FacilitiesOpen SpaceHousing (type A)Housing (type B)Public landscapesStreetDevelopment lineDevelopment lineHOUSING CONFIGURATION DESIGNFinally, public space as part of waterfront citymust be designed well and use as a place thatcan accommodate community activities.Table 1. Analitical Scale of Participation1. Techniques ofparticipation2. Level of Participation 3. Political System4. SpacialUnits5. Mode of Planning1. CommunityAdministration2. Self-Build3. CommunityPlanning andDesign4. Politicalmanifesto1. CitizenControl 1. Anarchy 1. Room2. DelegatedPower3.Partnership4. PlacationDegrees ofCitizenPower2.ParticipatoryDemocracy2. Home3. Street1. Non Plan2. Action -PlanNondesignAd-Hoc5. Public Meeting6. Public Enquiries7. PlanningAppeals5.ConsultationDegrees ofTokenism3.RepresentativeDemocracyDemocraticGovernment4.Neighbourhood5. DistrictQuarter3.IncrementalPlanning4. MixedScanningInformalFormal8. The Exhibition6. Town9. Press Release6. Informing7. City5. StructurePlanningGeometrical10. PlanningSurvey11. User Study12.AnthropologicalStudy7. Therapy 8. Region4. Totalitarian GovernmentNon -Participati8.onManipulatio9. Nationn6. MasterPlanningAxial26


PUBLIC SPACE DESIGN TO MINIMIZE THE EFFECT OF QUAKEAND TSUNAMI DISASTEREdy Darmawan6. Analitical Scale Of ParticipationThe table below is a composite of the scales sofar discussed.It indicates the ways in which theparticipation process can be analyzed. Thediagram can be imagined as a type ofcomplicated slide rule where each scale can bemoved up or down in relation to its neighbours.It is then possible to outline or describe the sortof conditions likely to operate in any situation.However, there are factors that may be notrepresented on the scale which have to beconsidered.Where high levels of participation are thoughtdesirable then the planner/designer mustthinking in terms of community administration,self build together with community planning anddesign.This situation would also presume highlevels of participatory democracy together withsome form of decentralization of power anddecision making (see The Table of AnaliticalScale of Participation ).Based on the concept, it would be worried to thelevel participation of communities in Aceh.However we all have to enhance their spirit toparticipate in the recovery after earthquake andtsunami disaster.7. ConclusionPublic space as mediary space is a veryimportant element in waterfront city design.Important aspect in waterfront city isconsidering community’s needs (needs), obeyingthe obtain regulation of space design (right), andthe meaning of that space design for people(meaning), besides community participation isreally needed in Aceh redevelopment process.ReferencesDarmawan, Edy Ir.MEng, 20<strong>02</strong>, Teori danImplementasi Perancangan Kota, MTAUNDIP.Frey, Hidlebrand, 1999, Designing the City,Towards a More Sustainable Urban Form,E & FN SPON.Groat, Linda and David Wang, 20<strong>02</strong>,Architectural Research Methods, JohnWiley & Sons, New York.Kim, Seong Kyun and Hwang Yong Deuk,2004, Urban Environment Design 1:Apartment, Archiworld Co.Ltd, Korea.Krier, Rob, 1979, Urban Space: AcademicEdition 42, Leinster Gardens, London.Lang, Jon, 1987, Creating Architecture Theory,the Role of the Behavioral Sciences inEnvironmental Design, VNR, New York.Lim, Sung Bin and Park, Joon Seo, 2004, UrbanEnvironment Design 2: Park, ArchiworldCo.Ltd, Korea.Lynch, Kevin, 1962, The Image of The City, TheMIT Press Massachusette.Moughtin, Cliff, 1992, Urban Design Street andSquare, an Imprint of ButterworthHeinemann Ltd, Linacre House, OxfordOXS 8 DP.Rubeinstein, Harvey M, 1992, Pedestrian Malls,Streetscapes, and Urban Spaces, JohnWiley & Sons, Canada.Shirvani, Hamid, 1996, TheUrban DesignProcess, VNR Company Inc, New York.Spreiregen Paul D, 1965, Urban Design: theArchitecture of Towns and Cities,Mc.Graw-Hill Book Company, NewYork, San Francisco, Toronto, London,Sydney.Trancik, Roger, 1986, Finding Lost Space, VNRCompany, New York.Torre, L Azeo, 1989, Waterfront Development,Van nostrand Reinhold, New York.Turner, Tom, 1996, City as Landscape, E&FNSPON, Oxford, UK.Canter, David, 1977, Psycology of Place, TheArchitecture Press, Ltd London.Carr, Stephen, et al., 1992, Public Space,Cambridge University Press, USA.Darmawan, Edy Ir.MEng, 1999, ManagingBuilding Conservation and FunctionalChange of Kota Lama Semarang, IHS,Rotterdam, the Netherland.27


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 28-33STRATEGI UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN LINGKUNGANYANG DIAKIBATKAN OLEH GEMPA DAN GELOMBANG TSUNAMISyamsul ArifinGuru Besar Fakultas Hukum USU Medan,Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Propinsi Sumatera UtaraAbstract. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh gempa bumi dan gelombang Tsunami dapatmenimbulkan rusaknya permukiman penduduk dan ekosistem lingkungan hidup khususnya kawasan pesisirpantai. Jika melihat kondisi pengelolaan lingkungan di Indonesia khususnya. Wilayah pesisir pantai cukupmemprihatinkan dimana terjadi penguasaan dan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran akibatnyaekosistem ligkungan yang ada di wilayah pesisir pantai tidak mampu meredam dahsyatnya gelombang tsunamiyang terjadi waktu itu. Strategi perubahan-perubahan alam secara geologi dapat dijadikan pedoman untukmembaca dan memahami tanda-tanda alam. Penataan ruang yang berbasiskan konsep pembangunan yangberkelanjutan juga dapat membantu pencegahan kerusakan lingkungan yang lebih parah lagi.Keywords: kerusakan lingkungan, strategi pencegahan1. PendahuluanLingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengansemua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup,termasuk manusia dan perilakunya, yangmempengaruhi kelangsungan perikehidupan dankesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain 1 .Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upayaterpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan 2yang meliputi kebijaksanaan penataan,pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,pemulihan, pengawasan dan pengendalianlingkungan hidup 3 .Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidupberdasarkan asas tanggung jawab negara, asasberkelanjutan, dan asas manfaat, yang bertujuanuntuk mewujudkan pembangunan berkelanjutanyang berwawasan lingkungan hidup dalam1 Pasal 1 angka (1) UUPLH2 Pasal 1 angka (5) UUPLH3 Pasal 1 angka (2) UUPLHrangka pembangunan manusia Indonesiaseluruhnya yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa 4 .Asas Tanggung jawab Negara mempunyaimakna bahwa negara menjamin bahwapemanfaatan sumber daya alam akanmemberikan manfaat yang sebesar-besarnyabagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baikgenerasi kini maupun generasi mendatang, sertanegara melakukan pencegahan terhadap kegiatanpemanfaatan sumber daya alam yang ada diwilayah yurisdiksinya yang menimbulkankerugian bagi negara lain, dan melindunginegara terhadap dampak kegiatan di luarwilayah negara.Asas berkelanjutan mengandung makna setiaporang memikul kewajibannya dantanggungjawab terhadap generasi mendatangdan terhadap sesamanya dalam satu generasi.Untuk terlaksananya kewajiban dan tanggungjawab tersebut, maka kemampuan lingkungan4 Pasal 3 UUPLH28


STRATEGI UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN LINGKUNGANYANG DIAKIBATKAN OLEH GEMPA DAN GELOMBANG TSUNAMISyamsul Arifinhidup, harus dilestarikan. Terlestarikannyalingkungan hidup menjadi tumpuanterlanjutkannya pembangunan.Arah dan pendekatan pengelolaan lingkunganhidup dilandasi oleh cara pandang yang jelas danprogram-program nyata yang bermanfaat dalamrangka mewujudkan suatu kebijaksanaanprogram pengelolaan lingkungan hidup denganparadigma mengintegrasikan tuntutan penerapanhak asasi, demokrasi dan lingkungan hidupdalam suatu kelestarian fungsi lingkungan yangmenunjang ketahanan lingkungan.Jika kita melihat bencana yang terjadi di wilayahPropinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) danPropinsi Sumatera Utara yang telahmenimbulkan kerusakan lingkungan dankerugian yang diakibatkan oleh gempa bumi dangelombang tsunami yang telah menimbulkankerugian materiil dan immateriil yang sangatbesar. Kondisi ini mengundang perhatian danpartisipasi nyata oleh masyarakat baik di tingkatNasional, Regional maupun Internasional.Terjadinya kerusakan akibat bencana ini,khususnya terhadap lingkungan memerlukanperhatian serius dari berbagai kalangan baik olehpemerintah maupun pemerhati lingkungan. Olehkarena itu diperlukan sikap dan kerja cepat sertaakurat dari Pemerintah untuk menentukankebijakan dalam mengatasi kerusakanlingkungan yang diakibatkan oleh gempa bumidan gelombang tsunami tersebut. Komitmen dantotalitas diperlukan untuk menanggulangipermasalahan nasional yang juga tugas dantanggungjawab berbagai elemen masyarakat ini.Keadaan ini juga telah mengakibatkan para ahlimembuka literature untuk mencari penyebabtimbulnya bencana tersebut dengan melakukanpengkajian dan perbandingan dari peristiwaalam sebelumnya, untuk dapat mengatasinyasecara berkelanjutan.Terjadinya kerusakan lingkungan ini tidakterlepas dari telah terjadinya kerusakanlingkungan yang berlarut – larut seperti lahankritis, penurunan kualitas air, kerusakan tata air,penurunan kualitas udara, kebersihan kota,kerusakan sumber daya alam pantai dan lautflora dan fauna, konflik sosial.2. Apa Yang Dimaksud Dengan TsunamiTsunami (dalam bahasa Jepang) secara arafiahberarti “Ombak” besar (nami) di pelabuhan(tsu), adalah sebuah ombak yang terjadi setelahgempa bumi, gempa laut, gunung berapimeletus, atau hantaman meteor di laut tanahlongsor di dasar laut. Gerakan vertikal padakerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut atauturun secara tiba – tiba, yang mengakibatkangangguan kesetimbangan air yang berada diatasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliranenergi air laut yang ketika sampai di pantaimenjadi gelombang besar yang mengakibatkanterjadinya tsunami.Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahanbumi. Lempeng samudera yang lebih rapatmenelusup ke bawah lempeng benua dalamstatus proses yang disebut subduksi, dan gempabumi subduksi sangat efektif meghasilkantsunami. Kecepatan penjalaran gelombangtsunami berkisar antara 50 km sampai 1.000 kmper jam. Pada saat mendekati pantai,kecepatannya semakin berkurang, karena adanyagesekan dasar laut, tetapi tinggi gelombangnyajustru akan bertambah besar pada saat mendekatipantai (mencapai ketinggian maksimum padapantai berbentuk landai dan berbentuk sepertiteluk dan muara sungai). Peristiwa ini bisamenyebabkan kerusakan erosi pada kawasanpesisir pantai dan kepulauan.Dari catatan literatur setelah meletusnyaKrakatau, setidaknya selama periode 1900 –1996 telah terjadi 17 bencana tsunami besar diIndonesia. 15 belas diantaranya terjadi diKawasan Timur Indonesia yang dikenal sebagaidaerah seismotektonik aktif dan kompleks.Bencana tsunami yang terjadi di Indonesiadiakibatkan gempa – gempa dangkal dan kuatyang terjadi di dasar laut. Gempa – gempa itumempunyai kedalaman bervariasi antara 13sampai 95 km, magnitudo 5,9 sampai 7,5 skalarichter, intentitas gempa antara VII sampai IXdalam skala MMI (Mo-dified Mercalli Intensity),dan jenis penggeseran gempa yang dominanadalah sasar naik.Gempa bumi tektonik mengguncang wilayahSumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam(NAD) pada hari minggu 26 Desember 2004berkekuatan 6.8 skala richter terjadi sekitar29


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 28-33pukul 8.00 WIB berlangsung kurang lebih 5menit. Menurut Kepala Kelompok Analisa BMGwilayah I Sumbagut Medan, pusat gempaterjadi 66 kilometer di bagian Selatan kotaMeulaboh Aceh Barat, tepatnya di pantai baratSumatera, Samudera Indonesia atau 3,61Lintang Utara dan 98,28 Bujur Timur. Gempaini terjadi akibat terjadinya tumbukanlempengan Indo Australia dan Euro Asia.Gempa dahsyat berkekuatan 6,8 skala richterdisusul dengan gelombang tsunamimenggoncang dan memporakporandakankawasan Sumatera Utara dan Nanggroe AcehDarussalam (NAD). Gempa dan gelombangtsunami setinggi 5 meter yang terjadi itumenyebabkan sebagian daratan Banda Acehtenggelam setinggi 1,5 meter, dan beberapawilayah Sumatera Utara seperti Nias dan daerahpantai lainnya juga mengalami hal yang samasehingga menimbulakan bencana kematian dankerusakan yang sangat mengerikan. Kondisi inijuga terjadi di beberapa negara selain Indonesiaseperti India, Srilangka, Thailand dan Afrika.Menurut Badan Meteorologi Indonesia mencatatkekuatan gempa ini sebesar 6,8 skala richter,tetapi Badan Pusat Gempa Amerika Serikatmencatat kekuatan gempa ini mencapai 8,9 skalarichter dan menurut catatan BMG Inggris gempaini merupakan gempa terkuat sepanjang abad ke-21.Tsunami dapat terjadi jika terjadi Gangguanyang menyebabkan perpindahan sejumlah besarair, seperti letusan gunung api, gempa bimu,longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi,namun yang umum diketahui karena rekamanlengkap sainsyang sudah dimiliki adalah tsunamiakibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekamansejarah tsunami telah terjadi 3 (tiga) kali yaitupada tahun 1755 Tsunami menghancurkanLisboa ibukota Portugal dan menelan 60.000korban jiwa tahun 1883, pada tanggal 26Agustus, letusan gunung Krakatau dan Tsunamimenewaskan lebih dari 36.000 korban jiwa, dantahun 2004 tanggal 25-26 Desember 2004,Tsunami telah menelan jiwa lebih dari 120.000di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika.Gerakan vertical kerak bumi, dapatmengakibatkan dasar laut naik atau turun secaratiba – tiba, yang mengakibatkan gangguankeseimbangan air yang berada di atasnya. Halini mengakibatkan terjadinya aliran energi airlaut, yang ketika sampai di pantai menjadigelombang besar yang mengakibatkanterjadinnya tsunami.Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahanbumi. Lempeng Samudera yang lebih rapatmenelusup ke bawah lempeng benua dalamsuatu proses yang disebut subduksi, dan gempasubduksi sangat efektif menghasilkan tsunami.Dampak pasca terjadinya tsunami ini begituterasa bagi manusia dan lingkungandisekitarnya, dengan rusaknya permukimanpenduduk dan ekosistem lingkungan hidupkhususnya kawasan pesisir Pulau Sumatera yangmengalami kehancuran besar – besaran.Kerugian lingkungan tersebut berdasarkan datayang ada kira – kira 6 Trilyun rupiah.Terjadinnya gempa dan tsunami ini tentunyabukanlah suatu bencana alam belaka, namun kitajuga harus berpikir mengapa ekosistemlingkungan yang ada di wilayah pesisir pantaitidak mampu meredam dahsyatnnya gelombangtsunami yang terjadi pada waktu itu. Apalagijarak antara pemukiman penduduk bekisarantara 200 – 300 meter dari bibir laut yangmenjadi penyebab banyaknya korban yangmeninggal dunia.Jika kita melihat pada kondisi pengelolaanlingkungan di Indonesia khususnya wilayahpesisir pantai ternyata cukup memprihatinkandimana terjadi pengurasan dan eksploitasisumber daya alam secara besar – besaran dengantujuan untuk mendapatkan keuntungan materiilbelaka tanpa memikirkan dampak negatifnyabagi lingkungan hidup, baik kerusakan sumberdaya alam maupun pencemaran lingkunganhidup.Salah satu kerusakan alam yang paling parah dikawasan pesisir pantai Sumatera adalahrusaknya Hutan Bakau (Mangrove) sekitar63,5% dari 85.393 Ha (Penafsiran CitraLandsat,1998) yang disebabkanolehpengembangan tambak, pembukaan perkebunandan maraknya industri arang bakau seperti dikawasan margasatwa karang gading dan langkattimur, pantai barat Sumatera Utara dan Nias,demikian juga dengan beberapa kawasan pantaiNanggroe Aceh Darussalam (NAD).30


STRATEGI UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN LINGKUNGANYANG DIAKIBATKAN OLEH GEMPA DAN GELOMBANG TSUNAMISyamsul ArifinDalam studi tsunami, bahwa pohon bakau(Mangrove) memiliki kemampuan untukmeredam gelombang tsunami sampai 50 persentergantung pada komposisi Hutan Bakau(Mangrove) dan tinggi gelombang tsunami.Hutan Bakau (Mangrove) ini berfungsi sebagaisebagai peredam limpasan gelombang tsunamidi wilayah pesisir pantai tersebut.Dengan rusaknya sumber daya alam pascatsunami ini perlu segera mendapatkan perhatiandari Pemerintah untuk segera mendapatkanperhatian serius untuk menanggulangi dan perlusegera melakukan perlindungan pantai meliputisegala kegiatan yang berkaitan dengan upayamengurangi atau meredam energi gelombangtsunami sehingga limpasan energi gelombangtsunami ke arah daratan yang diminimalkan.Pemerintah juga perlu merancang suatu modeltata ruang permukiman suatu kampung tepipantai yang memperhitungkan kemudahanevakuasi dan mobilisasi penduduk apabilaterjadi gelombang tsunami di wilayah pantaiyang bersangkutan.Perhatian serius dari pemerintah ini dapat dilihatdengan adanya pernyataan dari PresidenRepublik Indonesia Soesilo BambangYudhoyono yang menetapkan gempa dahsyatdan tsunami yang melanda Propinsi SumateraUtara Sebagai bencana nasional, dan iamemerintahkan kepada Wapres Jusuf Kallauntuk segera melakukan langkah- langkahpenanganan dengan menteri terkait.Dengan adanya statement Presiden SBY inimengapa kita tidak merespons secara positifuntuk segera melakukan tindakan nyata sebagaiupaya pengelola lingkungan hidup. Kita jugatelah mengetahui bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yangberkelanjutan dan berkeadilan merupakanbagian penting dari Program PembangunanNasional (Propenas) Tahun 2000 – 2004.Sebagaimana yang digariskan oleh KetetapanMPR RI <strong>Nomor</strong> IV/MPR/1999 tentang Garis –Garis Besar Haluan Negara serta Undang –Undang <strong>Nomor</strong> 25 Tahun 2000 tentang ProgramPembangunan Nasional disebutkan bahwasasaran kebijakan di bidang sumber daya alamdan lingkungan hidup adalah mewujudkanpengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alamdan lingkungan hidup yang berkelanjutan(sustainability) dan berkeadilan seiring denganpeningkatan kesejahteraan masyarakat yanghidup dalam lingkungan yang lebih baik dansehat.3. Langkah Dan Tindakan Bagaimana YangHarus Dilakukan?Pertanyaan dan persoalan ini harus segera kitatindak lanjuti bersama, kenapa karenamerupakan hal yang cukup mendesak bagikehidupan pada masa sekarang dan untuk yangakan datang. Banyak konsep yang dijabarkansepanjang kita memiliki komitmen yangbersama dengan melakukan tahapan – tahapanyang berkesinambungan.Bagi kita yang kemampuan pengetahuan danteknologi yang terbatas dibandingkan dengannegara maju dapat kembali membuka historicaldari petuah dan pepatah dari leluhur yang dapatdijadikan pedoman untuk membaca danmemahami tanda – tanda alam yangmemberikan peringatan dini sebelum terjadinyastatus bencana. Seperti misalnya, jika pada suatusaat tiba- tiba air laut surut pada batas di luarkewajaran maka masyarakat harus mencaritempat yang lebih tinggi. Bila kita sedang ditepipantai merasakan terjadinnya getaran, sebaiknyasegera menjauh dari pantai menuju daerah yanglebih tinggi. Selain itu juga bila masyarakat telahmencium bau garam tidak seperti biasanya,sebaiknya segera menjauh dari pantai. Masihbanyak lagi tanda – tanda alam yang kita bisagali yang merupakan kearifan tradisional yangdapat dikembangkan melaui jalur pendidikanformal dan informal.Strategi perubahan – perubahan alam padadasarnya dapat dikaetahui secara geologi,sehingga dampak perubahan tersebut terhadapmanusia dan lingkungan segera dapat dicegahatau diminimalisasi. Para ahli geologi sebaiknyamengembangkan keahliannya untuk antisipasidini bencana alam akibat pergeseran bumi dangejala geologi lainnya. Dengan keahlian itudapat meginventarisasi pusat – pusat gempayang terdapat di wilayah Indonesia, denganterinventarisasinya memudahkan sektor yangterkait untuk mecegah sebelum terjadinyaperistiwa tersebut sebagai tindakan preventif.31


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 28-33Kemudian menetapkan penataan ruang yangbebasiskan konsep pembangunan berkelanjutan(sustainable development) dengan menciptakandan mengimplementasikan jalur hijau denganjarak 200 meter yang harus ditanami denganpepohonan keras, seperti mangrove yang dapatberfungsi dan mampu menahan gelombang lautdan akan menghindari abrasi laut. Batu karangatau Terumbu Karang tidak boleh dirusak,karena bertindak sebagai pemecah gelombanglaut.Oleh karena itu pemerintah harus mengambillangkah – langkah kebijakan sebagai kegiatanuntuk mengatasi kerusakan lingkungan yangdiakibatkan oleh Gempa Bumi dan GelombangTsunami di Nanggroe Aceh Darussalam danbagian Sumatera Utara dengan mewujudkanpembangunan pasca gempa dan gelombangtsunami dengan melakukan (i) Pendataan, (ii)Sosialisasi, (iii) Relokasi Pengungsi, (iv)Rehabilitasi, (v) Rekonstruksi, (vi) Pengawasan.Dari setiap langkah kebijakan yang diambil diatas diharapkan mampu menghasilkan sebuahtindakan yang dapat mengantisipasi kerusakanyang diakibatkan pasca gempa bumi dangelombang tsunami tersebut.Berikut ini dijelaskan bentuk rencana kegiatanpenanggulangan dampak lingkungan pascagempa bumi dan gelombang tsunami berbasislingkungan, yaitu :Tabel 1. Rencana Kegiatan PenanggulanganDampak Lingkungan Pasca Gempa Bumi DanGelombang Tsunami Berbasis LingkunganNoTahapanKegiatanUraian Kegiatan1 Pendataan 1.1. Korban Jiwa.1.2. Korban Hilang.1.3. Pengungsi.1.4..Sarana danPrasarana Umum.1.5. Perumahan/pemukiman.1.6. LokasiPenanamanBakau disepanjang PesisirPantai.2 Sosialisasi a. Rencana Relokasi.b. RencanaRehabilitasi.c. RencanaRekonstruksi.KeteranganHarusdilakukandenganMemperhatikankeseimbanganekonomi,ekologis, sosialuntukRehabilitasi danRekonstruksi.Kegiatansosialisasikepadamasyarakat/pengungsi3 RelokasiPengungsia. Penyiapan BarakPengungsi.b. Penyiapan SaranaSanitasi, TempatSholat.c. PenempatanPengungsi PadaBarak-barakPenampunganSementara.4 Rehabilitasi 4.1. Pengungsi4.2. Sarana danPrasaranaa. Jalanb. Pelabuhan /Dermagac. Penerangan PLNd. Air bersihe. Sekolah /Madrasahf. Komunikasig. Perkantoranh. Pusat Perbelanjaani. PAM / TanggulAirj. Lokasi kerusakanHutan Bakau5 Rekonstruksi 5.1. Rumah-rumahPenduduk.5.2. Rumah-rumahsusun untukpengungsi yangtidakmempunyailahan ataulahannyatelahdiperuntukkanuntukReboisasi HutanBakau(Mangrove), dll.5.3. Penempatanpengungsi secarapermanen6 Pengawasan a.Pola Tahapan1. Relokasi2. Rehabilitasi3. Rekonstruksidilakukansecaraterus menerussehinggamasyarakat/pengungsimemahamisecara benarsetiap kegiatanyangdilakukanRelokasipengungsiseharusnyasudah harusselesai 3(bulan) sejakgempabumi dangelombangtsunamiUntukrehabilitasi danrekonstruksi,sebelumnyaperlu dibuatdokumenAMDAL-Rekonstruksisudah harusselesai palinglama 2 tahun.-PengawasanAMDALmerupakantugas dantanggungjawabpemerintahdaerahsetempat.-AMDALdisesuaikandenganRencanaUmum TataRuang(RUPR)Pengawasandilakukandenganmembentuk timPengawasIndependen,yang terdiri dariunsurpemerintah (pusat dandaerah), LSMdanmasyarakat32


STRATEGI UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN LINGKUNGANYANG DIAKIBATKAN OLEH GEMPA DAN GELOMBANG TSUNAMISyamsul ArifinDaftar Pustaka :Laporan BMG Wilayah I SumbagutUU Pengelolaan Lingkungan HidupUU No. 25 Tahun 2000 tentang ProgramPembangunan NasionalTAP MPR No. IV/MPR/9933


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 34-41PEMBANGUNAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT KORBANBENCANA GEMPA & TSUNAMI DI DESA SUAK NIE, KECAMATANJOHAN PAHLAWAN, KABUPATEN ACEH BARAT, MARET <strong>2005</strong>N Vinky RahmanStaf Pengajar pada Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sumatera UtaraAbstrak. Peristiwa Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami yang terjadi pada hari Minggu, tanggal 26 Desember2004, di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, telah menimbulkan korban ratusan ribu jiwa meninggal danhilang, serta kerusakan sarana dan prasarana dan hancurnya ratusan ribu rumah tempat tinggal penduduk.Meulaboh adalah salah satu kota di Aceh yang mengalami kerusakan paling parah akibat peristiwa tersebut.Hal ini disebabkan karena kota ini adalah kota kabupaten terbesar yang terletak pada sisi paling Barat propinsiNAD dan yang terdekat dengan pusat gempa. Juga kondisi geografis wilayahnya yang berupa semenanjung,sehingga datangnya gelombang Tsunami terjadi dari banyak arah, yang menghancurkan sarana dan prasaranahingga tingkat yang memusnahkan Hal yang menjadi salah satu prioritas untuk membantu masyarakat yangterkena musibah di daerah tersebut adalah membangun kembali fasilitas sarana prasarana yang hancurtersebut. Membangun perumahan adalah target yang paling dekat yang saat ini sedang dilaksanakan, baikyang dilakukan dengan bantuan pemerintah, swasta, lembaga swadaya mayarakat, maupun oleh penduduk yangtertimpa musibah. Penulis yang ikut urun terlibat membantu salah satu lembaga swadaya masyarakat (denganbantuan donatur asing) yang sedang membantu pembangunan perumahan penduduk di Meulaboh, dalam halini mencoba memaparkan sekelumit tentang pembangunan perumahan di salah satu desa yang mengalamirehabilitasi (desa Suak Nie) dan hal-hal yang menyangkut perencanaan dan pelaksanaannya.Katakunci: Perumahan Pasca Bencana, Partisipasi Masyarakat1. PendahuluanKeinginan masyarakat untuk memperbaiki danmenata ulang kehidupannya untuk kembaliseperti semula, setelah mengalami bencana yangmereka hadapi menjadi sangat sulit, dikarenakanbencana yang terjadi telah menghilangkansebagian besar potensi yang dimilikimasyarakat, dalam hal ini yang paling utamaadalah potensi ekonomi.Wilayah yang mengalami kehancuran dankerusakan karena bencana tersebut antara laindialami oleh Kecamatan Johan Pahlawan,Kabupaten Aceh Barat (Ibukota: Meulaboh),Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.Peta Meulaboh34


PEMBANGUNAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT KORBAN BENCANA GEMPA& TSUNAMI DI DESA SUAK NIE, KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN,KABUPATEN ACEH BARAT, MARET <strong>2005</strong>IN. Vinky RahmanKecamatan Johan Pahlawan yang terdiri dari 21Desa/Kelurahan, dengan 15 desa / kelurahanyang wilayahnya berada di tepi laut danlangsung berhadapan dengan Samudra Indonesia(dimana terletak pusat gempa berkekuatan 8,9skala Richter) dan menjadi sasaran bencanasecara langsung.2. kehilangan pekerjaan; dan3. keterbatasan atau hilangnya kemampuanekonomi keluarga untuk memenuhikebutuhan hidupnya sehari-hari.Kondisi di atas menghendaki partisipasi semuapihak untuk membantu masyarakat Aceh menataulang kehidupannya kembali secara normal.Kondisi Meulaboh (setelah Tsunami), dimana 95% rumah penduduk rata dengan tanahPeta Kecamatan Johan PahlawanMenurut data yang diperoleh dari KecamatanJohan Pahlawan, diketahui jumlah penduduksebelum bencana adalah sebanyak 61.491 jiwa;dan jumlah penduduk yang dinyatakanmeninggal atau hilang (sesuai dengan laporanmasyarakat) adalah sebanyak 5.266 jiwa.Selanjutnya, bencana ini telah menyebabkanterjadinya pengungsian dengan pola dan jumlahpengungsi sebagai berikut :1. berada di tempat pengungsian, sebanyak3.452 orang;2. mengungsi di rumah penduduk ataufamili, sebanyak 35.396 orang; dan3. mengungsi keluar daearah sebanyak495 orang.Adapun penyebab langsung terjadinyapengungsian penduduk, secara umum terdiri dari3 faktor, yaitu:1. kehilangan tempat tinggal;2. LSM Dan Yayasan PendonorYayasan KKSP, yang terlibat membantumasyarakat Aceh yang tertimpa musibah(menyalurkan sumbangan sandang, pangan danperumahan) adalah merupakan LembagaSwadaya Masyarakat yang dibentuk sejak tahun1984, dan disahkan melalui akte notaris tahun1988 (akte Yayasan No. 10, Tahun 1988);selanjutnya diperbaharui dengan Akte NotarisNo. 443/YAY/PROB/20<strong>01</strong>. Alamat Kantor:Jalan Setia Budi Gg. Rambe N0. 2 – Medan..Dalam kaitannya dengan terjadinya Bencana diPropinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yayasanKKSP (LSM dimana penulis ikut urunmendukung kegiatannya) menggalangsumberdaya dan tenaga ahli dari berbagaisumber masyarakat yang bersifat tidakmengikat, yang semata-mata ditujukan untukkepentingan kemanusiaan; untuk membantumasyarakat yang tertinmpa musibah, denganpedoman yang tidak bertentangan denganhukum, agama, dan adat istiadat masyarakatsetempat.Berkaitan dengan kondisi perumahanmasyarakat korban gempa dan tsunami, yayasanswadaya masyarakat ini (KKSP) menyalurkan35


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 34-41bantuan lembaga pendonor asing untukpembangunan rumah siap huni. AdapunLembaga yang membantu dalam hal pendanaanpembangunan rumah penduduk korban bencanaini adalah TDH Belanda dan TDH Jerman.Penyaluran bantuan pendonor yang telahdilakukan, sejak minggu IV Bulan Desember<strong>2005</strong> hingga saat ini (Minggu I Februari <strong>2005</strong>),antara lain:1. Mengirim bahan kebutuhan pokok,diantaranya: bahan pangan, obat-obatan,sandang, perlengkapan anak sekolah, danbuku agama. Pengiriman bahan kebutuhanpokok berdasarkan kebutuhan masyarakatdan kemampuan pihak yayasan penyalurbantuan.2. Mengirim tenaga relawan. Pengirimanrelawan ini berdasarakan kebutuhanmasyarakat dan kemampuan pihak yayasan..3. Membantu pembangunan rumah warga yangkehilangan tempat tinggal. Pembangunanrumah warga dilakukan berdasarkankebutuhan warga dan kemampuan pihakdonatur dan yayasan penyalur bantuan.Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan padatanggal 5 Februari <strong>2005</strong>, seluruh rumahpenduduk di desa ini mengalami rusak total ataurata dengan tanah, sehingga tidak ada lagi rumahpenduduk yang tersisa di wilayah desa Suak Nieini.Jalan menuju desa Suak Nie3. Kondisi Perumahan Di KecamatanJohan Pahlawan Setelah BencanaDampak Bencana yang menjadi masalah utamasaat ini dan dimasa depan, diantaranya adalahrusaknya perumahan penduduk; seperti yangterjadi di Kecamatan Johan PahlawanBerdasarkan data Kecamatan Johan Pahlawan,kondisi tingkat kerusakan rumah perumahanpenduduk pada 17 desa (dari 21 desa yang ada),sebagai berikut:1. Rusak ringan, sebanyak 216 rumah;2. Rusak Berat, sebanyak 310 rumah;3. Rusak Total, sebanyak 3.831 rumah.Desa Suak Nie, di Kecamatan JohanPahlawan, adalah merupakan salah satu desayang terkena dampak bencana paling berat.Jumlah penduduk desa ini sebelum bencanasebanyak 258 (47 KK); jumlah korbanmeninggal/hilang akibat bencana (yang sudahmelapor) sebanyak 138 jiwa (53,5%). Seluruhrumah penduduk (47 rumah) musnah atau rusaktotal.Tapak Desa Suak Nie (setelah Tsunami)Mengingat persentase tingkat kehancuranperumahan penduduk di desa Suak Nie, desa inikemudian menjadi pilihan awal untukdirehabilitasi4. Target Dan Tujuan YayasanTargetUntuk Desa Suak Nie, yayasan memiliki targetuntuk mendirikan rumah sebanyak 47 unit siaphuni untuk 47 KK untuk menggantikan rumahyang lama penduduk tetap di Desa Suak Nie,Kecamatan Johan Pahlawan. Proyekpembangunan ini juga akan menjadi acuan untukproyek bantuan pembangunan perumahan padadesa-desa yang lain kemudian.36


PEMBANGUNAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT KORBAN BENCANA GEMPA& TSUNAMI DI DESA SUAK NIE, KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN,KABUPATEN ACEH BARAT, MARET <strong>2005</strong>IN. Vinky RahmanTujuanMemandirikan masyarakat (47 KK) desa SuakNie dalam hal kepemilikan rumah sebagai dasarpengembangan masyarakat yang mandiri dimasa depan.5. Lokasi Dan Pertapakan PembangunanPenentuan lokasi pembangunan Rumah olehyayasan penyalur dan donatur dilakukan denganprosedur sebagai berikut:1. Rapat Koordinasi Pemerintah Kabupaten danNGO’S. Rapat kordinasi ini diperlukan untuk:(a) menghindari tumpang tindih rencana kerjapemerintah dengan NGO’S, dan antar sesamaNGO dalam pembangunan perumahanpenduduk; dan (b) menghindari masalah tataruang dan perizinan pembangunan perumahanpenduduk di masa depan. Rapat koordinasi telahdilakukan pada tanggal 11 <strong>April</strong> <strong>2005</strong>, denganfasilitator Dinas Cipta karya dan SumberdayaAir Kabupaten Aceh Barat.2. Rapat Koordinasi dengan Camat dan KepalaDesa/Kelurahan. Rapat kordinasi dengan Camatdan Kepala Desa adalah tindak lanjut dari rapatkordinasi dengan Pemerintah Kabupaten, yangditujukan untuk memperkuat hasil rapatkordinasi pemerintah dengan NGO’S.3. Assesment dan Sosialisasi oleh tim yangdibentuk oleh yayasan dan donatur. KegiatanAssesment, ditujukan untuk menilai secaralangsung kebenaran data/informasi tentangkondisi perumahan yang dikategorikan rusakberat dan rusak total atau musnah di desa yangdialokasikan untuk pembangunan rumah. Hasilassessmen, secara ringkas dapat disimpulkan:data / informasi tentang kerusakan rumah adalahbenar dan layak untuk dibantu. Selanjutnya,dilakukan kegiatan sosialisasi kepadamasyarakat calon penerima bantuan, yangditujukan untuk memberi gambaran tentangrencana yayasan dan donatur dalampembangunan perumahan penduduk, danmenetapkan tingkat kesediaan masyarakat untukmenerima bantuan rumah dengan persyaratanyang ditetapkan oleh yayasan dan donatur. Hasilsosialisasi adalah kesediaan masyarakat untukmenerima bantuan rumah dengan persyaratanyang ditetapkan.4. Kesediaan Masyarakat. Anggota Masyarakatyang dibantu adalah yang memiliki rumahdengan kategori rusak berat dan rusak total ataumusnah. Kesediaan masyarakat untuk menerimabantuan diwujudkan melalui Surat Pernyataan..Untuk awalnya, lokasi pembangunan rumahdilakukan pada Desa Suak Nie, KecamatanJohan Pahlawan. Adapun perencanaanpertapakan rumah yang akan dibangun,disesuaikan dengan letak tanah milik wargapenerima bantuan, izin pemerintah daerahsetempat, serta pertimbangan-pertimbangansecara teknis perencanaan dan pelaksanaan.Peta penyebaran pembangunan unit rumahAdapun izin yang diperoleh oleh yayasanpenyalur dan donatur untuk pelaksanaanpembangunan rumah tersebut di atas, adalahsesuai surat: A.n. Bupati Aceh Barat, SekretarisDaerah Kabupaten (Mewakili), No.640/283/VI/<strong>2005</strong>, Tgl. 14 <strong>April</strong> <strong>2005</strong>6. Peran InstitusiRealisasi rencana bantuan yayasan penyalurbantuan untuk membangun rumah penduduksebanyak 47 unit di desa Suak Nie,membutuhkan peran dari institusi danmasyarakat sebagai berikut:1. Peran Pemerintah Pemerintah Tingkat Desa/ Kecamatan / Kabupaten ; yaitumemberikan izin terhadap rencanapembangunan rumah di desa Suak Nie,sehingga tidak bertentangan denganperaturan perundang-undangan yangberlaku. Jika ada beban biaya untuk peranpemerintah ini, maka beban biaya tersebutadalah menjadi tanggungjawab pemerintah.37


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 34-412. Peran Masyarakat Penerima Bantuan.Anggota Masyarakat penerima bantuanadalah membantu menyediakan lahan sertatenaga pekerja dalam melaksanakanpembangunan rumah.3. Peran Yayasan Penyalur dan donatur.Adalah menyediakan desain rumah, bahanbangunan, peralatan, dan tenaga ahliperumahan yang diperlukan.Gambar Perencanaan7. Perencanaan PembangunanPerencanaan pelaksanaan pembangunan,meliputi aspek desain, dimensi bangunan,penggunaan material, peralatan, dan tenaga kerjayang diperlukanTampak Depan7.1. Desain BangunanDesain, ukuran dan penggunaan materialbangunan rumah direncanakan oleh arsitek yangmembantu yayasan dengan mempertimbangkanmasukan-masukan dari masyarakat (dalam halini calon pengguna/pemilik rumah dan pemdasetempat) hasil musyawarah yang telah terlebihdahulu dicapai.Hasil musyawarah dengan masyarakat,pemerintah daerah serta pertimbangan teknispelaksanaan. untuk desa ini direncanakanlahbangunan semi permanen (dinding separuhbata), dengan luas lantai 36 m 2 (2 ruang tidur,ruang tamu dan ruang keluarga, dan satu kamarmandi, seperti gambar di bawah). Adapun unukmaterial bangunan diupayakan adalah yanglazim digunakan oleh masyarakat serta mudahdiperoleh di lokasi, seperti material galian (batu,pasir, tanah timbun) dan kayu. .Untuk materialyang tidak tersedia atau sulit didapat, sepertisemen, besi, paku seng dll, diupayakan dipasokdari Medan.7.2. Tenaga KerjaDenahPada perencanaan awal (hasil musyawarahdengan masyarakat), dicapai kesepakatan pihakyayasan menyediakan tenaga arsitek, tenagakerja pelaksanaan (tukang), serta pengawasbangunan yang jumlahnya disesuaikan dengankebutuhan.. Sedangkan masyarakat desamenyediakan tenaga kerja untuk membantupelaksanaan (tukang dan pembantu tukang) dantenaga lapangan yang jumlahnya disesuaikandengan kebutuhan. Pada pelaksanaannya dilapangan, semua tenaga tukang disediakan olehpihak yayasan, sedangkan masyarakat hanyadapat menyediakan tenaga pembantu tukang38


PEMBANGUNAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT KORBAN BENCANA GEMPA& TSUNAMI DI DESA SUAK NIE, KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN,KABUPATEN ACEH BARAT, MARET <strong>2005</strong>IN. Vinky Rahman(kenek). Hal tersebut disebabkan oleh beberapahal :1. jumlah pekerja yang terbatas dantuntutan standarisasi kemampuanpekerja2. waktu pelaksanaan yang terbatas3. masalah nonteknis lain seperti honorkerja, dll.Untuk tenaga tukang ini, akhirnya semuadirekrut oleh yayasan dari kota Medan. Adapunsistem kerjanya, dibuat dengan sistem kontrakpemborongan upah perunit bangunan (kira-kira2,5 – 3 juta rupiah untuk per unit bangunan).Pembayaran dilakukan bertahap berdasarkantermyn pekerjaan selesai.7.3. PeralatanPeralatan pekerjaan yang diperlukan untukpembangunan (peralatan pertukangan dantransportasi) disediakan oleh pihak yayasandonatur.7.4. Rencana Anggaran BiayaRencana anggaran biaya pelaksanaanpembangunan untuk satu unit rumah (tidaktermasuk biaya-biaya persiapan, akomodasidan upah pekerja) adalah sebesar Rp19,560,000.,-. Realisasinya, biaya pelaksanaanini dapat ditekan, mengingat material alam yangterkadang mudah dan dapat diperoleh secaragratis di lapangan, seperti batu, tanah dan kayu.Tapi kemudian kelebihan biaya inidikompensasikan dengan biaya yang harusdikeluarkan untuk pembuatan jalan proyek,transportasi, dan biaya-biaya lainnya.8. Jadwal Pelaksanaan Dan RealisasiPembangunanKegiatan pembangunan dilakukan selama 4bulan yang dimulai dari bulan <strong>April</strong> sampaidengan Agustus <strong>2005</strong>. diharapkan pada minggupertama bulan September, bangunan rumahsecara kolektif sudah dapat diserahkan kepadaanggota masyarakat penerima bantuan.Hingga tulisan ini dibuat (Juni <strong>2005</strong>), progresskemajuan pekerjaan pembangunannya adalah:1. Delapan unit rumah sudah selesaipembangunan fisik tinggal pengecatan danpemasangan instalasi listrik.2. Tujuhbelas unit: pada tahap plester, cat,pemasangan pintu dan instalasi listrik.3. Dua unit pada tahap pembersihan lahan danpembuatan cor pondasi.4. Duapuluh unit rumah berlokasi terpisah dari27 rumah lainnya, dengan kondisi site yangberbeda (lahan basah). Atas musyawarahbersama, . akan dibangun rumah dengan tipepanggung untuk kawasan ini juga harusdibuatkan sarana transportasi sendiri untukmenjangkau lokasi tersebut. Kondisi inimenyebabkan pembangunan ini terlambatdari 27 rumah lainnya.Selanjutnya, pada pelaksanaannya, masihterdapat masalah-masalah di lapangan, sepertipemasangan yang tidak sesuai denganperencanaan, kerapian pekerjaan, perbedaanstandar pembuatan, keterlambatan pasokanmaterial, keterlambatan pelaksanaan, dan halhallain yang menghambat pekerjaanberdasarkan kondisi lokasi. Hal tersebutkemudian akan diperbaiki dan dibenahi sertamenjadi input untuk pekerjaan pembangunanlain di lokasi-lokasi yang berbeda selanjutnya.Realisasi PembangunanRealisasi pelaksanaan pembangunan dilakukansesaui dengan perencanaan awal, namun padakenyataannya, terdapat juga perubahanperubahandalam hal desain bangunan. Haltersebut disebabkan penyesuaian yang dibuatsesuai karakteristik permasalahan di lapangan,seperti :1. kondisi lapangan yang berbeda secara fisik,misalnya kondisi struktur tanah, bergambut,berawa, dan sebagainya. Sebagai contohadalah pembuatan rumah panggung untukDesa Suak Nie II, dimana kondisi tanahnyayang berair/berawa2. material yang sulit diperoleh sesuaispesifikasi awal, misalnya kayu.3. permintaan calon penghuni rumah yangmasih dalam batas-batas dapat ditolerir, baikitu dari segi teknis maupun pembiayaannya.39


Jurnal Arsitektur “ATRIUM” vol. <strong>02</strong> no. <strong>01</strong>, <strong>April</strong> <strong>2005</strong> : 34-41Foto-foto BangunanAlternatif desain bangunan (arah pelana yangdiputar), dengan ukuran dan desain denah rumahyang tidak berubahTipe bangunan sesuai perencanaan awalRumah Panggung untuk lokasiDesa Suak Nie II (ukuran dan desain denahbangunanpun tidak berubah)40


PEMBANGUNAN RUMAH UNTUK MASYARAKAT KORBAN BENCANA GEMPA& TSUNAMI DI DESA SUAK NIE, KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN,KABUPATEN ACEH BARAT, MARET <strong>2005</strong>IN. Vinky RahmanProses Pelaksanaan1. Persiapan lahan5. Pemasangan rangka atap2. Penggalian dan pengecoran pondasi5. Pemasangan atap3. Pemasangan sloof dan dinding bata6. Pemasangan dinding4. Pemasangan rangka dinding7. Penyelesaian akhir41


TATA TULIS NASKAH :PEDOMAN PENGIRIMAN NASKAHJurnal Arsitektur – ATRIUM- Kategori naskah ilmiah hasil riset / penelitian, kritik, ulasan / apresiasi.- Naskah dituliskan dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Jika naskahmenggunakan Bahasa Indonesia maka di bagian awal naskah diterakan abstrakdalam Bahasa Inggris. Jika naskah menggunakan Bahasa Inggris maka di bagianawal naskah diterakan abstrak dalam Bahasa Indonesia. Naskah diketik pada kertasukuran A-4. Spasi ganda dengan batas margin atas, kanan dan bawah 3 cm, bataskiri 4 cm dari tepi kertas. Panjang naskah / artikel minimum 3000 kata dan maksimum6000 kata, tidak termasuk Abstrak dan Daftar Pustaka. Huruf Times New Roman,ukuran font 11, huruf tegak.- Judul singkat, jelas, dituliskan format font 14, huruf tegak, cetak tebal, huruf kapital,mode centre line.- Nama Penulis naskah ditulis lengkap tanpa mencantumkan gelar, diterakan dibawah nama penulis dilengkapi institusi asal penulis.- Isi naskah berperspektif atau bertema Arsitektur dan ilmu terapannya dalam bidangbidang:perancangan arsitektur, perancangan tapak dan lingkungan, perkotaandan permukiman, teknologi bangunan, serta teori dan kritik arsitektur. Naskah aslibukan duplikasi ataupun pernah dipublikasikan di media cetak manapun.- Sistematika naskah :• Judul• Nama dan asal institusi penulis• Abstrak, setara 150 kata, 1 spasi, meliputi latar belakang, pendekatan, metoderiset, hasil, temuan, manfaat secara umum dan keywords (kata kunci).• Isi Naskah, meliputi Pendahuluan, ( Masalah, Tujuan, Manfaat ), Kajian Pustaka /Landasan Teori, Metodologi Penelitian, Pembahasan, Simpulan danRekomendasi.• Daftar Pustaka- Gambar, grafik, tabel, foto harus disajikan dengan jelas. Format foto digital minimal300 dpi. Keterangan gambar dll. dituliskan dalam format font lebih kecil dari formatfont tulisan isi.- Catatan ( Footnote dan Endnote ) berisi catatan penjelas bukan daftar asal kutipan- Daftar Pustaka diketik 1 spasi, dituliskan berurut menurut abjad (alphabetical). JudulBuku dan judul Jurnal dicetak miring (italic).


- Contoh:Ball,M. (1998) Institutions in British Property Research: A Review, Urban Studies, 35, pp. 15<strong>01</strong>-1517.Edwards, M. (1992) A microcosm: redevelopment proposals at Kings Cross, in A. Thornley (Ed.)The Crisis of London, pp. 53-72. london: Routledge.Haughton, G. and Hunter, C. (1994) Sustainable Cities. London: Jessica Kingsley.KETERANGAN UMUM :- Naskah diserahkan dalam bentuk soft copy dalam floppy disk dan 1 (satu) eksemplarhard copy (cetakan / print out). Redaksi sangat menganjurkan pengiriman melaluimedia elektronik (e-mail).- Redaksi berhak untuk menyunting, mengedit ataupun menolak naskah yangditerima. Setiap tulisan yang masuk ke redaksi akan di review awal oleh tim RedaksiPelaksana untuk menelaah kesesuaian atau konsistensi tulisan dengan misi dankriteria redaksional jurnal. Selanjutnya setiap tulisan akan direview oleh anggotaDewan Redaksi untuk mendapatkan pertimbangan akhir apakah tulisan tersebutdirekomendasikan untuk diterbitkan atau ditolak, lengkap dengan saran perbaikanjika tulisan tersebut diterima. Tulisan yang direkomendasikan oleh anggota DewanRedaksi untuk diterbitkan akan dikembalikan lagi kepada penulis untuk diperbaikisesuai saran dan tulisan hasil perbaikan harus sudah dikembalikan ke RedaksiPelaksana sampai batas tenggat waktu yang ditentukan.- Redaksi akan mengembalikan naskah yang tidak memenuhi kriteria bila disertakanongkos pengiriman.- Alamat redaksi:Program Magister Teknik ArsitekturGedung D Fakultas Teknik, Universitas Sumatera UtaraJalan Perpustakaan Kampus US, Medan 2<strong>01</strong>55Tel. 061-8219525 Fax. 061-8223525E-mail: mtausu@telkom.net, citina@indosat.net.id, pondokdaun13@telkom.netWebsite: http://www.arch-usu.net/atrium


Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera UtaraMAGÍSTER TEKNIK ARSITEKTURBidang Kekhususan:STUDI-STUDI ARSITEKTUR MANAJEMENPEMBANGUNAN KOTAProgram Magister Teknik Arsitektur SekolahPascasarjana Universitas (MTA PPs USU)Sumatera Utara berdiri berdasarkan SK DirjenDikti No. 3091/D/T/20<strong>01</strong>, dengan dua BidangKekhususan:1. STUDI-STUDI ARSITEKTUR, dengan empatalur:Teori dan Perancangan Arsitektur, TeknologiBangunan,Perancangan Kota, dan Perumahan danPermukiman2. MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTAFasilitas:* Kegiatan perkuliahan dilaksanakan di ruangruangkelas khusus dan eksklusif (bentukseminar dan kuliah), berpendingin udaradengan fasilitas multimedia terkini.* Perpustakaan khusus program MTA-PPs USUdilengkapi buku-buku terbaru di bidangarsitektur dan perencanaan serta jurnalreferensi nasional dan internasional.Bidang Kekhususan STUDI-STUDI ARSITEKTURProgram pendidikan mensyaratkan setiapmahasiswa harus menempuh minimum 36 SKStermasuk Tesis sebagai prasyarat yangbersangkutan dinyatakan lulus program magisterdan berhak menyandang gelar MT (MagisterTeknik). Masa pendidikan normal adalah empatsemester, namun kurikulum yang digunakanmemungkinkan mahasiswa untuk menyelesaikanstudi dalam tiga semester.Matakuliah wajib untuk semua alur (bobot sks):Filsafat Arsitektur (3), Arsitektur Regional (2),Metodologi Penelitian (2), Studio Kajian-Arsitektur(4), Pratesis (2), Kolokium & Seminar (2), Tesis (6).Teori dan Perancangan Arsitektur :Sejarah & Teori Arsitektur (4), AntropologiArsitektur (2), Kritik Arsitektur (2), Metoda &Konsep Perancangan (2), Pilihan (6)Teknologi Bangunan:Teknologi Bangunan Lanjut (3), Struktur Konstruksi& Metoda Membangun (3), PengendalianBangunan & Lingkungan (2), Studio TeknologiBangunan (4), Pilihan (6)Perancangan KotaTeori & Prinsip Perancangan Kota (2), Morfologi &Tipologi Kota (2), Ekonomi & Sosiologi Perkotaan(2), Isu Kontemporer Perancangan Kota (2), StudioPerancangan Kota (4), Pilihan (6)Perumahan dan PermukimanTeori Perkembangan Permukiman (3), PranataPembangunan (2), Sistem Penyediaan Perum. &Perm. (2), Manajemen Pembang. Permukiman (2),Konsep & Metode Pemb. Perumahan (4), Pilihan(6)Bidang Kekhususan MANAJEMENPEMBANGUNAN KOTAProgram pendidikan mensyaratkan setiapmahasiswa harus menempuh minimum 42 SKStermasuk Tesis sebagai prasyarat yangbersangkutan dinyatakan lulus program magisterdan berhak menyandang gelar MT (MagisterTeknik). Masa pendidikan termasuk penyelesaiantesis dapat diselesaikan dalam waktu 3 sampaidengan 4 semester.Matakuliah wajib (bobot sks):Sumber Daya & Pembiayaan Pembangunan Kota(3), Perencanaan Kota (2), Sosiologi & PartisipasiMasyarakat Kota (3), Struktur Ruang & MorfologiKota (3), Metodologi Penelitian (2), Institusi &Kebijakan Pembangunan Kota (3), PerencanaanSarana & Sarana Kota (3), Perancangan Kota (2),Studio Manajemen Pembangunan Kota (4),Pratesis (2), Kolokium & Seminar (2), Tesis (6),Pilihan (4)Perkuliahan:* Kuliah Bidang Studi-studi Arsitektur danManajemen Pembangunan Kotadilaksanakan sore & malam hari mulaipukul 14.00 WIB.* Kuliah Bidang Manajemen PembangunanKota dilaksanakan sore & malam hari pukul14.00 WIB.


Penerimaan Mahasiswa BaruProgram Studi Magister Teknik Arsitektur USUPersyaratan PesertaCalon peserta program harus memenuhipersyaratan sebagai berikut :* Bidang kekhususan Studi-studi Arsitektur:lulusan sarjana (S1) arsitektur universitasnegeri maupun swasta terakreditasi.* Bidang kekhususan ManajemenPembangunan Kota: Menerima lulusanprogram S1 terakreditasi yang berbasisperencanaan dan manajemen atau yangtelah berpengalaman kerja dalam bidang -bidang tersebut.Prosedur Penerimaan* Setiap calon mahasiswa diharuskanmengikuti prosedur penerimaaan sebagaiberikut:* Mengisi formulir pendaftaran (rangkap dua),dilengkapi lampiran: Ijazah Sarjana/UjianNegara (dilegalisasi), Transkrip Akademik(dilegalisasi), Pas Foto ukuran 3x4 cm dan2x3 cm masing-masing sebanyak tigalembar, Daftar Riwayat Hidup, Rekomendasidari dua orang mantan dosen atau atasanyang mengenal kemampuan akademik atauprofesional peserta* Membayar biaya pendaftaran* Mengikuti ujian seleksi test tertulis berupa:tes potensi akademik* Wawancara, bagi yang telah lulus ujianseleksi tertulis.Informasi dan PendaftaranPendaftaran:Sekolah PascasarjanaUniversitas Sumatera UtaraJalan Sivitas Akademika Kampus USUMedan 2<strong>01</strong>55, Tel (061) 8212453Informasi program pendidikan:Program Studi Magister Teknik ArsitekturUSUJalan Perpustakaan Kampus USUMedan 2<strong>01</strong>55, Tel/Fax: (061) 8219525Formulir Berlangganan Jurnal Arsitektur AtriumSaya ingin berlangganan Jurnal Arsitektur Atrium Vol. <strong>02</strong> No. 1. 2, dan 3, <strong>2005</strong> (3 terbitan).Nama :Instansi :Alamat :Telp. :Fax. :Harga berlangganan untuk satu tahun (3 kali terbit) sudah termasuk ongkos kirim/Subscription rates forthe customers for one year (3 issues) include the postage (by airmail):Pulau Sumatera Rp 90.000Luar Sumatera Rp 120.000Pembayaran melalui : Bank Mandiri KK USU Medana.n. Dwira Nirfalini AuliaNo. Rek. 106-00-9303008-1---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Kirimkan formulir berlangganan ini bersama dengan bukti pembayaran kepada:Program Magister Teknik ArsitekturGedung D Fakultas TeknikJalan Perpustakaan Kampus USUUniversitas Sumatera UtaraMedan 2<strong>01</strong>55Tlp./Fax. : 061- 8219525, 822352

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!