13.07.2015 Views

Media Komunitas Dan Junalisme Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal

Media Komunitas Dan Junalisme Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal

Media Komunitas Dan Junalisme Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si.berharap banyak pada media jenis ini untuk memberitakan masalahyang sifatnya lokal. Solusinya adalah melirik jurnalisme warga padamedia-media alternatif, salah satunya adalah Suara <strong>Komunitas</strong>,sebuah portal berita siber berbasis jurnalisme warga yang dapatdiakses melalui: www.suarakomunitas.net. Suara <strong>Komunitas</strong> dikelolaoleh media-media komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia.Suara <strong>Komunitas</strong> adalah kantor berita terbuka untuk semua pihak,khususnya masyarakat akar rumput, untuk bersuara dan membentukopini publik. Melalui media semacam ini, informasi lokalitasterutama menyangkut kearifan lokal tak perlu takut untuk tidakditayangkan/diberitakan. Harapannya, sekaligus peluang, budayakearifan lokal bisa terus tumbuh dan dipraktekkan oleh masyarakatsetempat dan mendapat dukungan yang positif oleh negara dengantujuan utama: pemberdayaan masyarakat dalam menekan emisi GRK.Tinjauan PustakaJurnalisme Warga, <strong>Media</strong> <strong>Komunitas</strong> , dan Konsep Jurnalisme<strong>Lingkungan</strong> <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong>Jurnalisme warga, disebut pula citizen journalism atau pulajurnalisme publik, adalah jenis jurnalisme yang menitikberatkanpada pubik atau warga sebagai sorotan utamanya. Selama ini, mediasering menyingkirkan warga dalam pemberitaannya (Santana,2005:27). Suara warga tersingkirkan karena media arus utama lebihmemilih berita-berita yang menjual untuk ditayangkan. Warga jarangmendapatkan kesempatan memperoleh informasi yang menurutnyapenting dan menarik. Bahkan, warga pun tak dilibatkan dalam prosespembuatan berita. Warga ditempatkan sebagai objek semata tanpabisa berpartisipasi lebih jauh. Contoh praktek jurnalisme wargaberbasis media siber bisa dilihat dihttp://www.jurnalismewarga.com/,http://www.kabarindonesia.com/, atau http://kayuhbaimbai.org/.dalam ketiga situs jurnalisme warga tersebut warga diposisikansebagai peliput. Warga bekerja persis sebagai jurnalis pada mediaarus utama. Editor yang berhak melakukan penyuntingan dipilih94 | Menggagas Pencitraan <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong>


ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si.karena memiliki kapasitas yang baik dalam jurnalistik. Prinsipnyaadalah dari, oleh, dan untuk warga. Dengan pola semacam ini,informasi tak melulu dkuasai oleh media arus utama.Tempat dimana berita hasil liputan para jurnalis warga iniditayangkan/diterbitkan pada sebuah media yang tentu saja bukanmerupakan media arus utama, melainkan media alternatif. Disebutalternatif karena media ini pada dasarnya merupakan perwujudanresistensi khalayak terhadap media arus utama (Downing dalamMaryani, 2011:65-67). Dari sisi isi, menurut Downing lebih lanjut,media alternatif mencakup berita-berita yang tidak dilaporkan ataudimuat media arus utama. Dengan cara itu maka media alternatifdapat meligitimasi kehidupan orang-orang biasa sebagai sebuahberita. Selain itu, media alternatif umumnya berskala kecil danbentuknya beragam serta mengeksprsikan visi alternatif darikebijakan, prioritas dan presfektif yang bersifat hegemonik.<strong>Media</strong> alternatif ini bisa berupa media komunitas yang hadirdi sebuah komunitas tertentu, seperti: radio komunitas, majalahkomunitas, ataupun media siber komunitas. <strong>Komunitas</strong> sendirimerujuk pada istilah community yang berarti semua orang yanghidup di suatu tempat, atau sekelompok orang dengan kepentinganatau ketertarikan yang sama. Dengan kata lain, komunitas bisaterbentuk berdasarkan batasan wilayah geografis, kesamaanidentitas, dan kesamaan minat (Sudibyo, 2004:234-235). Salah satucontohnya adalah situs Suara <strong>Komunitas</strong> (www.suarakomunitas.net)yang menjadi sorotan dalam penelitian ini. Suara <strong>Komunitas</strong> dikelolaoleh media-media komunitas yang tersebar di seluruh Indonesia.Bentuknya berupa kantor berita yang terbuka untuk semua pihak,khususnya masyarakat akar rumput, untuk bersuara dan membentukopini publik. Pengelola dan jurnalisnya berasal dari beragam radiokomunitas dan media komunitas lokal lainnya yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Mereka memberitakan beragam isu yangterjadi di sekitar mereka yang mungkin tak pernah diangkat dalammedia arus utama. <strong>Media</strong> seperti inilah, yang menurut penulis, amatberpeluang memberitakan isu-isu lingkungan yang terkait denganperubahan iklim dan kearifan lokal. Dengan kata lain, jurnalismeMenggagas Pencitraan <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong> | 95


ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si.lingkungan yang berfokus pada kearifan lokal bisa diterapkan dimedia jenis ini tanpa diganggu-gugat oleh kemauan pasar.Apa itu jurnalisme lingkungan? Di bagian inilah penulis akanmemaparkannya sekaligus mengaitkannya dengan kearifan lokal.Jurnalisme lingkungan (hidup) adalah jurnalisme yang berfokus padahal ihwal yang berkaitan dengan lingkungan hidup (Hardjasoemantridalam Atmakusumah, 1996:72). Perwujudannya dapat berupapemberitaan, uraian, komentar serta lontaran pendapat para pakar,peminat, dan pengamat tentang lingkungan hidup dengan berbagaimasalahnya. Mereka yang berkecimpung dalam jurnalismelingkungan, mulai dari jurnalis di lapangan sampai redaktur/editordiharapkan senantiasa mengikuti perkembangan isu lingkunganhidup. Hal ini karena isu lingkungan hidup bukanlah isu yangsederhana, melainkan isu yang holistic menyangkut berbagai sudutkehidupan manusia dan sangat mempengaruhi kehidupan. Oleh Adi(2007), jurnalisme lingkungan adalah kegiatan pemberitaan(meliputi: mengumpulkan, memproses, dan menerbitkan informasiyang bernilai berita) atas masalah-masalah lingkungan hidup. Luarandari jurnalisme ini adalah berita lingkungan yang memilki ciri:menunjukkan interaksi saling mempengaruhi antarkomponenlingkungan, berorientasi dampak lingkungan, dan pemberitaanmenyeluruh mulai dari level gen hingga level biosfer. Dengan katalain berita lingkungan adalah berita yang tak jauh-jauh mengangkatpersoalan lingkungan dengan ciri di atas.Jurnalis yang mencoba mengusung jurnalisme lingkungan,maka ia harus memihak pada proses-proses yang meminimalkandampak negatif kerusakan lingkungan hidup. Adi, menyebutkanjurnalis lingkungan harus menumbuhkan sikap mendukung ataskeberlanjutan lingkungan hidup agar bisa dinikmati generasisekarang tanpa mengurangi kesempatan generasi mendatang untukikut menikmatinya juga; biosentris atau mengakui bahwa setiapspesies memilki hak terhadap ruang hidup sehingga perubahanlingkungan hidup harus memperhatikan dan mempertimbangkankeunikan setiap spesies dan ekosistemnya; mendukung keadilanlingkungan dan berpihak kepada kaum lemah agar mendapatkan96 | Menggagas Pencitraan <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong>


ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si.mendapatkan akses setara terhadap lingkungan yang bersih danterhindar dari dampak negative kerusakan lingkungan; danmemahami materi ataupun isu-isu lingkungan hidup sertamenjalankan kaidah jurnalistik, kode etik, dan menaati hukum.Jurnalis lingkungan dituntut untuk mencerdaskanmasyarakat mengenai lingkungan hidup dan keterpautannya dengankehidupan sehari-hari (Atmakusumah, 1996:63). Syarat yang harusdipenuhi untuk ini adalah jurnalis yang bersangkutan harus memilikidasar pengetahuan mengenai lingkungan hidup yang memadai.Dengan kemampuan ini si jurnalis mampu memetakan persoalanlingkungan dengan jelas dan focus dalam ruang lingkup liputannyaapakah soal pencemaran, perubahan iklim, dsb. Selain itu, jurnalisharus menyadari dan memahami keterkaitan lingkungan hidupdengan bidang dan kegiatan lainnya, terutama dengan prosespembangunan. Semua ini akan membantu jurnalis memahamiketerkaitan lingkungan hidup dan penyebabnya.<strong>Kearifan</strong> lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan,pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yangmenuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitasekologis (Keraf dalam Suhartini, 2009). Semua bentuk kearifan lokaltersebut dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan darigenerasi ke generasi sekaligus membentuk pola perilaku manusiaterhadap sesame manusia, alam maupun gaib. Selanjutnya FrancisWahono (masih dalam Suhartini, 2009) menjelaskan bahwa kearifanlokal adalah kepandaian dan strategi-strategi pengelolaan alamsemesta dalam menjaga keseimbangan ekologis yang sudah berabadabadteruji oleh berbagai bencana dan kendala serta keteledoranmanusia.Apa saja prinsip-prinsip kearifan lokal tersebut? Nababan(dalam Suhartini, 2009) mengemukakan prinsip-prinsip konservasidalam pengelolaan sumber daya alam secara tradisional (baca:karifan lokal) sebagai berikut:Menggagas Pencitraan <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong> | 97


ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si.1. Rasa hormat yang mendorong keselarasan (harmoni) Hubunganmanusia dengan alam sekitarnya. Masyarakat tradisionalmemandang dirinya sebagai bagian dari alam itu sendiri2. Rasa memiliki yang eksklusif bagi komunitas atas suatu kawasanatau jenis sumberdaya alam tertentu sebagai hak kepemilikanbersama (communal property resource). Rasa memiliki inimengikat semua warga untuk menjaga dan mengamankansumberdaya bersama ini dari pihak luar.3. Sistem pengetahuan masyarakat setempat (lokal knowledgesystem) yang memberikan kemampuan kepada masyarakatuntuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapidalam memanfaatkan sumberdaya alam yang terbatas.4. Daya adaptasi dalam penggunaan teknologi sederhana yangtepat guna dan hemat (input) energi sesuai dengan kondisi alamsetempat5. Sistem alokasi dan penegakan aturan-aturan adat yang bisamengamankan sumberdaya milik bersama dari penggunaanberlebihan, baik oleh masyarakat sendiri maupun olehmasyarakat luar (pendatang). Dalam hal ini masyarakattradisional sudah memiliki pranata dan hukum adat yangmengatur semua aspek kehidupan bermasyarakat dalam satukesatuan sosial tertentu.6. Mekanisme pemerataan (distribusi) hasil panen atau sumberdaya milik bersama yang dapat mencegah munculnyakesenjangan berlebihan di dalam masyarakat tradisional. Tidakadanya kecemburuan atau kemarahan sosial akan mencegahpencurian atau penggunaan sumberdaya di luar aturan adatyang berlaku.Contoh dari bentuk kearifan lokal adalah, seperti yang telahdisebutkan di awal tulisan, menanam padi merah (slegereng) yangtahan di tanah dengan kadar air rendah, tahan hama penyakit, dantumbuh di sawah maupun tegalan. Masyarakat di KabupatenWonogiri, Jawa Tengah pun menyukai makan beras dari padi merahitu. Padi merah amat cocok dengan kondisi tanah di Wonogiri yang98 | Menggagas Pencitraan <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong>


ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si.Kesimpulan dari analisis yang sederhana ini adalah beritaketigalah yang mulai ideal, terlepas dari panjang-pendeknya isitulisan dan masalah redaksional, yakni soal penulisan kata dan tatakalimat. Berita ketiga menunjukkan kemampuan jurnalis dalammemaparkan persoalan dalam hal ini perubahan iklim dan kearifanlokal. Sementara berita pertama dan kedua, masih teramat dangkalmengupas atau memasukkan isu perubahan iklim dan kearifanmeskipun dua istilah tersebut telah diperlihatkan. Dari sisi kuantitas,berita-berita lingkungan terkait perubahan iklim dan kearifan lokaljumlah sangat minim dalam kurun waktu 6 bulan terakhir. Angka inijauh banyak dari jumlah berita keseluruhan yang ditampilkan dalamwaktu 6 bulan terakhir tesebut yakni 1369 berita. 8 Sementara itu,pemanfaatan keunggulan media siber secara optimal juga belumdilakukan. Hal ini bisa dilihat pada tidak adanya link terkait denganberita untuk memudahkan pembaca melihat berita sejenis. Yang adahanyalah konten berita dan komentar terbaru yang ditempatkan disisi kanan berita. Begitu pula penggunaan file-file audio dan visual,tidak ada sama sekali dalam ketiga berita di atas. Hanya fotolah yangterlihat, itupun tidak dilengkapi penjelasan foto. Berita ditampilkanseadanya. Padahal jika ada, setidaknya, akan mendongkrak daya tarikberita. Apa sebab?Rifky Indrawan, editor Suara <strong>Komunitas</strong> untuk wilayahLampung, menjelaskan Isu lingkungan dan pengelolaannya ternyatabukanlah isu yang paling diprioritaskan dalam pemberitaan.Kebijakan ini diperoleh dari Pertemuan Nasional Radio Suara<strong>Komunitas</strong> di Cirebon pada bulan April 2010. Pertemuan ini dihadirieditor dari seluruh wilayah Indonesia. Rifky menuturkan:“…isu lingkungan menjadi nomor sekian. Fokus utama kitaadalah pelayan publik. Warga sudah direpotkan denganpelayan publik yang kacau, jalan rusak, kesehatan. Ini jadinyayang diprioritaskan..” (wawancara 31 Juli 2012)8 Angka ini belum mengalami pengurangan. Karena dalam mesin pencari tidakdibedakan mana berita, mana tulisan opini, ataupun cerita pengalaman.106 | Menggagas Pencitraan <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong>


20 ANFANG UND ENDESchlussgottesdienstdes 31. Deutschen Evangelischen KirchentagesSonntag09.00–10.00 Einstimmung 441x110.00–11.30 Steh auf und iss 442x1hPredigt:Mechthild Werner, Pfarrerin, ErfurtWort des Kirchentages:Dr. Reinhard Höppner, Kirchentagspräsident,MagdeburgLiturgie:Präses Nikolaus Schneider, DüsseldorfMusik:Matthias Nagel und ProjektbandGli Scarlattisti, KammerchorLeitung: Dr. Jochen Arnold, HildesheimWise Guys, KölnBläserchöre 31. Deutscher Ev. KirchentagLeitung: Jörg Häusler, Landesposaunenwart, VallendarModeration und Gesamtleitung: Jan Janssen, Fulda11.30–12.30 Ausklang 443x1Musik: Wise Guys, KölntoL Poller Wiesen, Bühne, Am Schnellert


ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si.Kunci dari semua ini adalah pada diri jurnalis dan redaksi.Memang, isu lingkungan hidup dan perubahan iklim dalam kaitannyadengan kearifan lokal adalah satu dari sekian banyak isu pentingyang terjadi di komunitas, meskipun demikian jurnalis warga takboleh luput memberitakannya secara komprehensif. Dampaklingkungan hidup sangat besar bagi kehidupan manusia, kearifanlokal adalah salah satu jalan keluarnya. Jurnalis warga yang berniatmeliput isu ini punya tanggung jawab agar pembaca bisa memahamisecara keseluruhan apa yang hendak disampaikan, tidak setengahsetengah.Harapannya, dengan informasi yang komprehensif, tidakada multitafsir atas satu informasi dan terjadi gerakan bersamauntuk mengatasi perubahan iklim. Jurnalis warga juga bertanggungjawab agar berita yang dibuatnya dibaca dengan sebaik-baiknya.Dengan kata lain, jurnalis warga dengan segala keterbatasan yangada harus mampu mengemas beritanya dengan indah dan menawan.Pada akhirnya, selain harus selalu berpihak pada masyarakat danmematuhi kode etik, mengutip Covach & Rosentiel, Jurnalis harusberusaha membuat yang penting menjadi menarik dan relevansekaligus menjaga agar berita itu proporsional dan komprehensif.Daftar PustakaAdi, IGG Maha. 2007. Jurnalistik <strong>Lingkungan</strong>, dalam situs beritalingkungan http://www.greenpressreport.com, yang diaksespada 24 Juli 2012, pkl 13.39 WIBCharity, Arthur. 1995. Doing Public Journalism, New York: TheGuilford PressChesney, Robert Mc. 1998. Konglomerasi <strong>Media</strong> Massa dan AncamanTerhadap Demokrasi, Jakarta: AJI Jakarta.Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi,Bandung: Citra Aditya Bakti.Eriyanto. 2011. Analisis Isi: Pengantar Metodologi untuk PenelitianIlmu Komunikasi dan Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta:Kencana.110 | Menggagas Pencitraan <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong>


ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si.Firmansyah, M. A & Mokhtar, M. S. 2011. <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong> PemanfaatanLahan Gambut untuk Usahatani dalam MengantisipasiDampak Perubahan Iklim di Kalimantan Tengah, sebuahMakalah disampaikan pada Workshop Nasional AdaptasiPerubahan Iklim di Sektor Pertanian, di Bandung 8 Nopember2011.Ishwara, Luwi. 2011. Jurnalisme Dasar, Jakarta: Penerbit BukuKompas.Jatmiko, Tejo Wahyu. 2012. Rio+20: Indonesia Mau ke Mana?, dalamKompas, 5 Juni 2012, hal. 6Kovach, Bill & Rosentiel, Tom. 2001. Elemen-elemen Jurnalisme,Jakarta: ISAI.Kusumaningrat, Hikmat & Kusumaningrat, Purnama. 2006.Jurnalistik: Teori & Praktek. Bandung: RosdaLaksono, <strong>Dan</strong>dhy Dwi. 2009. Menyingkap Fakta, Jakarta: AJIIndonesiaMaryani, Eni. 2011. <strong>Media</strong> dan Perubahan Sosial, Bandung: RosdaMudiarta, Rani & Stalker, Peter. 2007. Sisi Lain Perubahan Iklim:Mengapa Indonesia harus Berpartisipasi untuk MelindungiRakyat Miskinnya, Jakarta: UNDP Indonesia .Murdiyarso, <strong>Dan</strong>iel. 2003. Sepuluh Tahun Perjalanan NegosiasiKonvensi Perubahan Iklim, Jakarta: Penerbit Buku Kompas.Santana, Septiawan. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: YOIHardjasoemantri, Koesnadi. 1996. Pendekatan Holistik dalamJurnalisme <strong>Lingkungan</strong>, dalam Atmakusumah, Iskandar, dkk(ed.). Mengangkat Masalah <strong>Lingkungan</strong> ke <strong>Media</strong> Massa,Jakarta: YOI – LPDSSuhartini. 2009. Kajian <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong> masyarakat dalam PengelolaanSumberdaya Alam dan <strong>Lingkungan</strong>, sebuah makalah yangdisajikan dalam prosiding seminar nasional Peneltian,Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, UniversitasNegeri Yogyakarta, 16 Mei 2009.Stovall, James Glen. 2005. Journalism: Who, What, When, Where, Why,and How, USA: PearsonMenggagas Pencitraan <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong> | 111


ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si.Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik <strong>Media</strong> Penyiaran, Jakarta: ISAI -LKISWahyu & Nasrullah. Tahun tidak diketahui. <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong> PetaniDayak Bakumpai dalam Pengelolaan Padi di Lahan PasangSurut Kabupaten Barito Kuala, diunduh darihttp://sosiologi.upi.edu/artikelpdf/dayakbakumpai.pdf pada19 Juli 2012, pukul 15.34 WIB.<strong>Media</strong> CetakAbrasi, 120 Pulau Bisa Tenggelam Bisa Jadi Ancaman terhadap TitikBatas Negara, Kompas, 11 Juni 2012. Hal. 3PERUBAHAN IKLIM Kenaikan Permukaan Laut Sulit Dikendalikan,Kompas, 4 Juli 2012. Hal. 9Perubahan Iklim dapat Dikendalikan, Buletin Tata Ruang, Mei-Juni2011, hal. 28Konferensi Rio+20 : Indonesia dan Ekonomi Hijau, Kompas, 27 Juni21012, hal. 14Sumber Onlinehttp://www.antaranews.com/berita/319027/klimatolog--perubahan-iklim-buat-petani-bingung, dilihat pada 18 Juli 2012,pukul 14.57 WIB.http://www.reddindonesia.org/index.php?option=com_content&view=article&id=223&Itemid=83, dilihat pada 19 Juli 2012, pukul 09.04 WIBhttp://unfccc.int/files/meetings/cop_13/press/application/pdf/sekilas_tentang_perubahan_iklim.pdf, diunduh 19 Juli 2012http://rumahiklim.org/wp-content/uploads/2011/08/<strong>Kearifan</strong>-<strong>Lokal</strong>-Pengelolaan-Hutan-Adat-di-Kp-Hulu.pdf, diunduh pada 19 Juli2012, pukul 15.44 WIBwww.suarakomunitas.net), menurut profilnya(http://suarakomunitas.net/web/siapa_kami, dilihat pada 27 Juli2012, pukul 13.51 WIBhttp://regional.kompas.com/read/2011/03/24/19410238/<strong>Kearifan</strong>.<strong>Lokal</strong>.Hadapi.Perubahan.Iklim, dilihat pada 19 Juli 2012, pukul 15.51WIB112 | Menggagas Pencitraan <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong>


ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si.Oleh: ARYO SUBARKAH EDDYONO, S.Sos. M.Si. 12Dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Bakrie - JakartaJl. HR. Rasuna Said Kav. C-22 Kuningan, Jakarta Selatan - 12920.HP: 0818467664, E-mail: arie_seus@yahoo.com12 Aryo adalah lulusan Strata-1 sosiologi Universitas Gadjah Mada tahun 2005 denganfokus sosiologi media. Di tahun 2010, ia melanjutkan kuliah pada jenjang Strata-2sebagai fellow pada program beasiswa untuk jurnalis kerjasama Medco Foundation –Universitas Paramadina dengan mengambil konsentrasi komunikasi politik. Dipertengahan tahun 2011, dalam masa studi 3 semester, ia akhirnya menyelesaikanstudinya berpredikat cum laude. Pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta inimemulai karir jurnalistik penyiaran semasa kuliah di tahun 2000. Sejumlah mediatempatnya menimba ilmu, diantaranya: Radio Swaragama FM Jogjakarta, Radio EltiraJogjakarta (grup Kompas), Radio Elshinta Jakarta, ANTV, TPI (sekarang MNC TV), dantvONE. Pada Juli 2011, ia memilih berhenti dari media arus utama dan fokus padapendidikan tinggi yang telah ia jalani sejak tahun 2007 sembari bekerja di media. PadaFebruari 2012, ia akhirnya memilih sebagai dosen tetap di Universitas Bakrie. Topikmedia komunitas dan demokratisasi adalah salah satu topik yang ia minati.Menggagas Pencitraan <strong>Berbasis</strong> <strong>Kearifan</strong> <strong>Lokal</strong> | 113

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!