13.07.2015 Views

kkl rejasari - Blogs Unpad - Universitas Padjadjaran

kkl rejasari - Blogs Unpad - Universitas Padjadjaran

kkl rejasari - Blogs Unpad - Universitas Padjadjaran

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

KATA PENGANTARPuji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan, karena atas kehendak-Nyalah laporan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat terselesaikan.Laporan ini merupakan hasil kerja dan wujud dari penerapan pelaksanaandisiplin ilmu yang kami dapatkan di Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra<strong>Universitas</strong> <strong>Padjadjaran</strong> Bandung. Adapun penelitian yang kami lakukan adalahsegala sesuatu yang berkaitan dengan masalah bahasa, sastra (foklor), dan budaya diDesa Rejasari Kecamatan Langensari Kota Banjar.Kami mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami selama kamimelaksanakan KKL dan juga dalam menyusun laporan ini. Mereka yang selaludengan ikhlas menuntun, membimbing dan mengawasi kami dari mulai pencariandata hingga selesainya laporan ini.Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak CamatLangensari, Ketua Jurusan Sastra Indonesia, serta Bapak Kepala Desa Rejasari selakuorang tua kedua kami di Desa Rejasari, juga kepada seluruh masyarakat Rejasari yangtelah menerima kehadiran kami.Semoga laporan ini bermanfaat untuk pembaca, terlebih lagi penulis. Terimakasih.Jatinangor, Juni 2010Penyusun,


DAFTAR ISILEMBAR PENGESAHAN......................................................................................iKATA PENGANTAR............................................................................... .............. iiiDAFTAR ISI ............................................................................................................ ivBAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 11.1 Latar Belakang .................................................................................. 11.2 Identifikasi Masalah .......................................................................... 11.3 Tujuan ............................................................................................... 21.4 Metode Penelitian ............................................................................. 21.5 Sumber Data ...................................................................................... 2BAB II ISI ....................................................................................................... 42.1 Gamabaran Umum Daerah Penelitian .............................................. 42.1.1 Geografi, Lokasi dan Keadaan AlamDesa Rejasari................................................................. ........ 42.1.2 Sejarah Desa ........................................................................... 42.1.3 Pola Pemukiman............................................................ ........ 52.1.4 Sarana dan Prasaran Lingkungan ........................................... 62.1.5 Kependudukan ....................................................................... 72.1.6 Kebahasaan ............................................................................ 92.1.7 Sistem Kekerabatan .............................................................. 102.1.8 Sistem Pemerintahan ............................................................. 112.1.9 Kehidupan Sosial Budaya ..................................................... 112.2 Geolinguistik Bahasa ....................................................................... 132.3 Folklor .............................................................................................. 242.3.1 Kesenian Tradisional ............................................................ 242.3.2 Permainan Anak .................................................................... 282.3.3 Mitos .................................................................................... 29BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 32DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN


BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang MasalahIndonesia adalah negara yang kaya akan kebudayaan. Tujuh unsur kebudayaanitu adalah sistem kepercayaan, sistem mata pencaharian, IPTEK, bahasa, kesenian,sistem sosial, dan sistem pemerintahan.Kuliah Kerja Lapangan merupakan salah satu jalan untuk menggali akarbudaya daerah yang`ada di Indonesia. Saat ini yang kami gali adalah Desa Rejasari,Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Jawa Barat. Potensi budaya yang ada di DesaRejasari tersebut nampak setelah kita mendatanginya kemudian melakukan prosespengumpulan dan pengkajian data yang diperoleh. Ragam data yang diteliti dan dikajitersebut meliputi bidang bahasa, budaya dan foklor.1.2 Identifikasi MasalahSesuai dengan program Jurusan Sastra Indonesia program Studi BahasaIndonesia, kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini menggali khususnya segala sesuatuyang berhubungan dengan mata kuliah jurusan kami di antaranya:1. Geolinguistik bahasa2. Folklor3. Gambaran umum Desa RejasariSeluruh data yang kami telah dapat akan bermafaat untuk menambahpengetahuan akan kekayaan budaya yang terdapat di Indonesia.


1.3 TujuanTujuan dari penelitian ini adalah:1. Mengetahui semua potensi yang dimiliki oleh Desa Rejasari dari bermacamaspek, baik bahasa, kebudayaan, dan lainnya.2. Mengetahui gejala-gejala kebahasaan yang timbul di daerah perbatasan JawaBarat dan Jawa Tengah.1.4 Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu metode pupuanlapangan dan metode deskriptif. Metode pupuan lapangan terbagi atas dua carapengumpulan bahan yaitu:1. Pencatatan langsung2. Perekaman atau pencatatan langsungMetode deskriptif dapat memberikan penyelesaian-penyelesaian dan gambaranmengenai masalah atau fenomena-fenomena yang jelas. Selain itu, metode deskriptifmenggambarkan dan menguraikan data-data yang telah dihimpun oleh tim penelitiyang disebut metode deskriptif, kemudian dianalisis guna memperoleh kesimpulansehingga data yang dihimpun dapat diperjelas sesuai dengan pengklasifikasian data.Selain itu dengan metode deskriptif kita dapat mengetahui mengenai struktur ceritayang didalamnya terdapat satuan-satuan unsur pembentuk dan aturan susunannya1.5 Sumber DataData-data didapatkan di Desa Rejasari, Kecamatan Langensari, Kota Banjar,Provinsi Jawa Barat.Proses pencarian data-data tersebut melalui kerjasama antara pewawancaradengan informan. Informan ini adalah orang yang banyak tau akan Desa Rejasari ini.


BAB IIISI2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian2.1.1 Geografi, Lokasi dan Keadaan Alam Desa RejasariDesa Rejasari terletak di Kecamatan Langensari, Kota Banjar, Provinsi JawaBarat. Desa ini berada di daerah pedalaman dengan tipologi berupa dataran. Desa inijuga berada di wilayah paling timur Jawa Barat, dekat dengan sungai Citanduy yangmerupakan pembatas antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Keadaan alam di desa inimasih terjaga keasriannya, kontur tanah serta iklim di daerah ini memungkinkansebagian besar masyarakat bisa bercocok tanam padi, karet serta aren.2.1.2 Sejarah DesaPada tahun 1945, Desa Rejasari termasuk ke dalam Kecamatan Pataruman,yang wilayahnya terbentang dari Citamiang hingga ke Ciroak Banjar. Kemudian,dalam kesatuan kecamatan itu terjadi pemekaran desa menjadi enam wilayah bagian,diantaranya adalah Desa Rejasari, Waringinsari, Langensari, Muktisari, Kujangsari,Bojongkantong, dan Dirgasari. Di dalam wilayah Desa Rejasari, kemudian dipecahlagi menjadi beberapa dusun, diantaranya yaitu Sindanggalih, Bantargawang,Tamping, dan Rancabulus.Pada zaman dahulu, desa ini merupakan perkebunan karet milik colonialBelanda. Perusahaan ini beroperasional di bawah naungan seorang mandor yangbernama Martinem. Mandor Martinem adalah seorang pengawas perkebunan karetyang sangat baik hati, tegas, bijaksana, dan menjadi sosok panutan buruh-buruhperkebunan. Sifat baik yang dimilikinya membuat kehidupan para buruh menjadilebih baik. Pemikiran kaum buruh menjadi lebih kooperatif untuk menerima saran dan


perubahan pada perkebunan, akhirnya perkebunan ini dibuka untuk lahan pemukimanpenduduk. Raden Endang sebagai camat pertama di desa ini orang pertama yangbanyak berjasa mendirikan Desa Rejasari. Sebagairasa terimakasih danpenghormatan, akhirnya nama Mandor Martinem di abadikan oleh penduduk sebagainama jalan. Selain jalan Mandor MArtinem, ada juga nama jalan lain yang memilikisejarah penamaan, yaitu jalan Wanalare. Dikisahkan, bahwa nama Wanalare berasaldari kata Wana yang berarti leuweung (hutan) dan Lare yang berarti bocah (anakanak),Wanalare adalah jalan yang sering digunakan tempat bermain anak-anak padazaman dahulu.Terlepas dari cerita tersebut, secara etimologi Rejasari berasal dari kata Reja/Rejo yang berarti pecahan dan Sari yang berarti inti. Jadi Rejasari bisa diartikansebagai pecahan dari inti, hal ini sangat berkaitan dengan asal mula Desa Rejasariyang menurut sejarah merupakan pecahan dari Kecamatan Pataruman.Pataruman berasal dari kata patarungan. Masyarakat Pataruman meyakinibahwa wilayah Pataruman adalah tempat bertempurnya lelakon orang- orang Budhasewaktu penyebaran agama Budha menyebar ke wilayah Indonesia, khususnya JawaBarat.2.1.3 Pola PemukimanPemukiman penduduk di desa ini sangat teratur dan tertata rapi. Rumah-rumahberpola membentuk barisan dan berhadap-hadapan. Rumah-rumah di desa iniberagam, ada yang masih bertahan dengan kesederhanaan rumah tradisional namunadapula yang sudah merenovasi rumah menjadi sedikit agak modern, namun secaraumum gaya arsitektur Jawa. Walaupun bentuk rumah sederhana namun sebagianrumah di sana memiliki halaman yang luas, kolam ikan, lahan tempat menumbuk danmenjemur padi, serta selokan kecil di depan rumah, rumah terdiri dari beberapa


uangan dengan ruang tengah yang paling luas dan tidak berplafon. Batas antararumah ke rumah hanya ditandai dengan pohon atau batu. Ciri lain yang menjadi khaspola pemukiman daerah ini adalah jalan raya yang tidak berkelok-kelok serta tidakada polisi tidur.Hal yang paling menarik dan sangat menentukan dominasi penduduk yangtinggal di tiap dusun desa ini adalah etnis. Empat dusun yang terdapat di DesaRejasari ini membentuk blok yang bergantung pada kaum minoritas atau mayoritas.Sebagai contoh, Dusun Sindanggalih merupakan dusun yang percampuran etniknyaseimbang, masyarakat yang mendiami dusun ini 50% Sunda dan 50% Jawa, lainhalnya dengan dusun Rancabulus dan Bantargawang yang mayoritas wilayahnyadidominasi oleh etnis Sunda, sedangkan dusun Tamping, wilayah pemukimandisominasi oleh etnis Jawa. Hal tersebut membuktikan bahwa etnis di Desa Rejasarihidup berkoloni dengan etnisnya dan pola pemukiman pun bisa dilihat dari mayoritasetnis yang mendominasi.2.1.4 Sarana dan Prasarana LingkunganDesa ini memang terletak di pedalaman Ciamis, namun jangan salah,modernisasi ternyata sudah masuk ke desa ini. Masyarakat tidak sulit mendapatkanenergi listrik dan air. Barang-barang elektronik tidak lagi tabu di mata masyarakat,sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas masyarakat pun cukup memadai.Karena mayoritas masyarakat di desa ini adalah muslim, maka tempat peribadatanyang ada di sesa ini adalah masjid dan mushola, sedangkan bagi umat non muslim(Kristen) pergi ke gereja yang berada di desa lain. Masyarakat di desa ini cukupagamais, sering sekali diadakan pengajian rutin setiap minggunya, pengetahuanpendidikan agama yang semakin maju menjadikan masyarakat di desa ini perlahanmulai sedikit demi sedikit meninggalkan tradisi leluhur yang tidak sesuai dengan


syariat, mayoritas masyarakat tidak lagi percaya pada takhayul dan lebih berpikirrasional serta tidak lagi melakukan pemujaan terhadap batu atau pohon.Kondisi jalan beraspal yang cukup baik menjadikan mobilitas masyarakatDesa Rejasari berjalan dengan lancer Transportasi pun cukup memadai. Sebagianbesar masyarakat menggunakan kendaraan sepeda motor dalam mendukungaktivitasnya, terdapat 276 sepeda motor yang terdata di desa ini, selain itu ada jugakendaraan lain berupa kuda sebanyak 6 buah, gerobak 3 buah, becak 2 buah, perahu17 buah, angkutan pedesaan 14 buah, truk 1 buah, dan colt sebanyak 4 buah.Sarana lain yang mendukung kemajuan desa adalah tersedianya gedungolahraga di kelurahan yang kerap dijadikan pula sebagai gedung serbaguna bahkangedung itu juga digunakan sebagai tempat berlangsungnuya program pemberantasanbuta huruf. Selain itu, di desa ini juga sudah terdapat gedung sekolah serta PAUD(Pendidikan Anak Usia Dini).2.1.5 KependudukanBerdasarkan data yang kami dapat dari kelurahan, penduduk di desa iniberjumlah 9.374 jiwa, terdiri atas 4.776 laki-laki (50,94%) dan 4.598 perempuan(49,06). Jumlah kepala keluarga sebanyak 2.609 KK. JIka dilihat berdasarkan umur,penduduk dengan golongan usia 0-20 tahun adalah sebanyak 3.158 jiwa (33,7%), usia20-40 tahun sebanyak 3.170 jiwa (33,8 %), dan usia 40 tahun ke atas sebanyak 3.046jiwa (32,5%). Jumlah penduduk berdasarkan etnik adalah 5.156 jiwa (55%) sukuJawa, dan 4.218 jiwa (45%) suku Sunda. Jumlah penduduk berdasarkan Agamaadalah 9.344 jiwa (99,7%) umat Islam, 11 jiwa (0,1%) umat Kristen Katolik, dan 19jiwa (0,2%) umat Kristen Protestan. Selain ketiga agama tersebut, masyarakatRejasari ada yang memeluk Agama yangbernama KWN dan PBB. Agama inidianggap sesat karena mencampur adukkan Agama islam dengan Kristen.


Pendidikan, menurut masyarakat di desa ini adalah suatu hal yang penting. Halitu bisa dibuktikan dengan besarnya antusias warga, terutama para orang tua yangdulunya tidak sempat mengenyam pendidikan mengikuti program pemberantasan butahuruf pada sore hari, di Gedung Olah Raga (GOR) yang terletak di samping kantorkelurahan Rejasari. Kesadaran akan pentingnya pendidikan pun terbiukti dengan datakependudukan berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu tingkat SD sebanyak 4.073 jiwa(63,3%), SMP sebanyak 1.491 jiwa (23,2%), SMA sebanyak 725 jiwa (11,3%),Perguruan Tinggi (S1) sebanyak 127 jiwa (2%), Perguruan Tinggi (S2) sebanyak 1jiwa (0,001%) dan Kursus-kursus sebanyak 13 jiwa (0,2%).Pada umumnya masyarakat di desa ini memiliki kesibukan mengurus lahansawah dan perkebunan karet serta aren, namun menurut data yang kami dapat darikelurahan setempat mereka memiliki mata pencaharian tetap yang diantaranya adalahsebagai berikut;1. PNS : 62 Jiwa 11. Salon : 1 jiwa2. BUMN : 12 jiwa 12. Penarik Becak : 4 jiwa3. TNI : 4 jiwa 13. Kusir : 6 jiwa4. POLRI : 2 jiwa 14. Dukun Bayi : 5 jiwa5. Swasta : 214 jiwa 15. Tukang Pijat : 3 jiwa6. Wiraswasta : 615 jiwa 16. Rias Pengantin : 2 jiwa7. Bidan : 2 jiwa 17. Kenek : 6 jiwa8. Wartawan : 1 jiwa 18. Tukang Kayu : 24 jiwa9. Sopir : 18 jiwa 19. Tukang Tembok : 55 jiwa10. Ojek : 21 jiwa


2.1.6 KebahasaanSistem kebahasaan di desa Rejasari cukup menarik untuk ditelaah. Sepertiyang sudah kita ketahui bahwa di desa ini etrdapat dua suku (etnik), yaitu Jawa danSunda. Begitu pun dengan bahasa yang digunakan ada dua, yaitu bahasa sunda danbahasa jawa. Jika orang Jawa dan orang Sunda terlibat dalam komunikasi, identitasmereka tetap dipertahankan oleh masing-masing pihak. Misalnya, orang Jawamenyapa dengan bahsa Jawa, maka orang Sunda yang diajak bicara menjawab denganbahasa Sunda, namun demikian, kedua masyarakat tersebut tetap mengerti apa yangmasing-masing katakan. Selain keunikan itu, tak jarang pula masyarakatmencampuadukan kedua bahasa dalam suatu percakapan.Pemakaian bahasa Indonesia di Desa Rejasari sering dipakai dalam acara-acraformal, tetapi karena sudah terbiasa menggunakan bahasa daerahnya masing-masingpada akhirnya mereka terkadang mencampur penggunaan bahasa Indonesia denganbahasa daerah. Terkadang sebagian dari masyarakat di desa ini beranggapan bahwaseseorang yang menggunakan bahasa Indonesia adalah seorang yang sok kota, karenayang mereka tahu, orang-orang yang tinggal di kota kebanyakan adalah orang yangberilmu, maka mereka yang menggunakan bahasa Indonesia terkesan sok pintar,padahal mereka hidup di pedesaan. Dampak dari penggunaan bahasa Indonesia adalahrasa gengsi, akan tetapi, fungsi krusial kedudukan bahasa Indonesia ini sebenarnyamerupakan bahasa pemersatu, atau jembatan yang menghubungkan komunikasimasyarakat etnis Sunda dan Jawa yang tak mengenal istilah atau kosakata masingmasingetnis.Situasi kebahasaan dapat dilihat dari lokasi kebahasaan menurut perbatasandesa dengan daerah lain. Sebelah timur desa menggunakan bahasa campuran antarabahasa Indonesia dan bahasa Sunda, sebelah barat desa berbahasa Sunda, sebelah


utara desa berbahasa Sunda, dan sebelah selatan desa berbahasa Jawa. Walaupun didesa ini hidup dua bahasa yang berbeda, namun hal itu tak menimbulkan konflikkarena adanya salah pengertian dalam berkomunikasi.2.1.7 Sistem KekerabatanMasyarakat di desa ini pada umumnya bersistem patrilineal atau biasa disebutjuga bilateral. Dalam sistem kekerabatan yang dimiliki, terdapat tujuh tingkatankekerabatan yaitu generasi ke atas dan generasi ke bawah, sebagai berikut:Generasi ke atas:Generasi ke bawah:1. Orang tua (kolot) 1. Anak2. Embah/ Eyang (uyut) 2. Incu (putu)3. Buyut 3. Buyut4. Bao 4. Bao5. Jangga Wareng 5. Jangga Wareng6. Udeg-udeg 6. Udeg-udeg7. Kait Siwur 7. Gantung Siwur2.1.8 Sistem PemerintahanSistem pemerintahan tertinggi di desa ini dipegang oleh kepala desa.Masyarakat memanggil kepala desa dengan sebutan Kuwu. Di bawah kepala desaterdapat beberapa orang kepala dusun yang memimpin empat dusun di desa Rejasari.Selanjutnya tingkat pemerintahan turun ke tingkat Rukun Warga (RW) dan kemudianRukun Tangga (RT).


2.1.9 Kehidupan Sosial BudayaMasyarakat Desa Rejasari mayoritas memeluk agama Islam, namun dalam haltersebut ada sebagian masyarakat yang menjalankan sistem kepercayaan lainmisalnya: bersemedi, menyediakan sesajen dan memohon berkat kepada bendakeramat tertentu, seperti di cadas gantung.Dalam kehidupan lainnya masyarakat Desa Rejasari masih melaksanakanupacara yang mengangkut daur hidup manusia, sperti upacara perkawinan, upacarakemahmilan, upacara kelahiran dan upacara kemaitian.1. Upacara perkawinanRitual yang dilakukan dalam upacara perkawinan yaitua. memilih tanggal atau hari baikb. injak telur: mempelai pria menginjak telur dan mempelai wanitamembersihkan dengan air kendi, hal ini merupakan simbol pengabdianseorang istri terhadap suamic. sawer: kedua mempelai menyawer dengancara melemparkan berasyang bercampur dengan uang kearah para tamu undangan, hal inimerupakan simbol dari keberkahan dalam rumah tanggad. menikahkan didepan jasad: ritual ini dilaksanakan apabila orang tuamempelai meninggaldunia sebelum pernikahan dilaksanakan.Mempelai melangsungkan akad didepan jenazah atau menundapernikahan selama 1 tahun.Masyarakat di Desa ini pada umumnya memakai pakaian adat Jawa apabilasedang melaksanakan pernikahan, namun tak jarang pula adanya percampuran


aju adat, hal itu dikarenakan kedua mempelai berasal dari etnik yang berbeda.Ciri khas lain dalam acara pernikahan di Desa ini adalah tersedianya makanantradisional yaitu “jenang”. Jenang adalah makanan sejenis dodol yang ternuatdari beras ketan, tepung beras dicampur dengan kelapa dan gula merah, laludibungkus dengan daun pisang atau plastik.2. Upacara kehamilan dan kelahiranRitual yang biasa dilakukan sebagai berikut:a. 7 bulanan atau 4 bulanan: acara ini merupakan bentuk rasa syukutorang tua atas janinnya. Biasanya acara ini diisi dengan pengajian danmenyajikan bubur 7 rupab. penguburan ari-ari: setelah bai lahir, ari-ari bayi tersebut dimaskukkanke dalam kendi lalu dikubur, atau ari-ari yang telah dimasukkan kedalam kendi digantung di ujung rumah. Menurut kepercayaanmasyarakat, ari-ari adalah kembaran bayi yang hidup di alam lain.Penguburan dan penggantungan ari-ari tersebut adalh simbolkeberadaan ari-ari tesebut yang akan menjaga bayi selama hidupnyac. among-among: ketika usia bai menginjak 1-7 bulan, orang tua bayitersebut melaksanakan ritual ini dengan cara membagikan urap telur ketetangga dan kerabat.3. Upacara kematianBeberapa ritual yang menyangkut kematian sebagai berikuta. tahlilan: yaitu pembacaan surat yasin pada saat 40 harian, 100 harianhingga seterusnya, hal ini bertujuan untuk mendoakan jenazah


. ritual ngolong: keluarga yng ditinggalkan harus berjalan dibawahjenazah, hal ini bertujuan agar keluarga yang ditinggalkan ikhlasmenerima dan tidak larut dalam kedukaanc. menabur gula merah dan membelah kelapa diatas kuburan.2.2 Geolinguistik BahasaKondisi kebahasaan di Kota Banjar ini bilingualisme. Pemakaian bahasa Jawadan Sunda yang cukup seimbang membuat pengguna bahasa terpengaruh oleh keduabahasa tersebut. Berikut adalah data yang kami dapatkan dari dua informan yangberbeda:1. Samudin, 55 tahunNo. GLOS Bahasa Sunda Bahasa Jawa001 Kakek Aki mbah kakuŋ002 Nenek Nini mbah putri003 Ayah bapa? bapa?004 Ibu Mamah əma?/ mama005 Paman tua Uwa pa?dԐ006 Paman muda Mamaŋ pa?lԐ007 Bibi tua Uwa budԐ008 Bibi muda Bibi bulԐ008a Laki-laki paməgət lanaŋ008b Perempuan awԐwԐ wԐdↄ009 Kakak laki-laki Aa mas


010 Kakak perempuan tԐtԐh/ öcö mba?/ mba? yu011 Adik laki-laki adi lalaki adԐ lanaŋ012 Adik perempuan adi awԐwԐ adԐ wԐdↄ013 Anak Putra putra014 Keponakan tua kəpↄnakan kəpↄna’an015 Keponakan muda kəpↄnakan kəpↄna’an016 Cucu Incu putu017 Suami Salaki garwↄ018 Istri Pamajikan strikulↄ019 Mertua mitↄha mertuↄ020 Menantu Minantu mantu021 Besan bԐsan bԐsan022 Ipar Ipar ipar022aPanggilan untuk anak022b Lk ujaŋ/ AsԐp naŋ/IԐ022c Panggilan untuk anak nԐŋ ndↄ?022dPr023 Tiri tԐrԐ kwalↄn023a Nama ŋaran/ nami jənəŋ024 Pegawai desa pamↄŋ dԐsa pəgawai dԐsa025 Pesuruh di desa pəsuruh pəsuruh026 Kepala desa Kuwu lurah027 Kepala kampong kəpala gↄlↄŋan kəpala gↄlↄŋan028 Juru tuis juru tulis carik


029 Penghulu amil/ naib pəŋhulu030 Peronda rↄnda rↄnda030a Dukun beranak induŋ bəraŋ dukun bayi030b Dukun sunat dukun sunat dukun səbԐt030c Arisan Arisan arisan031 Selamatan (kenduri) kəndurԐn kəpuŋan032 Kerja bakti kəridan kərja bakti033 Kepala Sirah sirah034 Otak ↄtak utək034a Kening Taraŋ batu?034b Mata# sↄca məripat034c Bulu mata bulu sↄca idəp035 Air mata# cimata/ cisↄca eluh035a Hidung pangambuŋ iruŋ036 Mulut# Baham tutu?036a Air ludah# Dahdir ilər036b Dahak# rəhak riak037 Bibir Biwir lambԐ038 Gigi Huntu untu038a Geraham Geraham gəraham039 Lidah lԐtah ilat040 Telinga cəpil kupiŋ040a Leher bəhəŋ gulu041 Pundak tak-tak undak


042 Belikat Walikat wəlikat042a Jari tangan ramↄ jari042b Ibu jari jəmpↄl jəmpↄl043 Telunjuk təlunjuk təlunjuk043a Jari tengah jari təŋah jari təŋah044 Jari manis jari manis jari manis045 Kelingking Ciŋir jəntik046 Tangan Panaŋan taŋan047 Telapak tangan Dampal təlapak048 Kuku Kuku kuku048a Kaki Suku sikil048b Paha piŋ-piŋ pupu049 Lutut# tu’ur dəŋkul050 Betis Bitis kԐmpↄl051 Tulang kering Baluŋ baluŋ052 Mata kaki mumuncaŋan ntↄ?-ntↄ?052a Telapak kaki dampal suku təlapak sikil052b Tulang Tulaŋ baluŋ053 Rambut Rambut rambut054 Alis Halis alis054a Darah# gətih gətih055 Sumsum# sum-sum sum-sumJantung Jantuŋ jantuŋHati# Hati hati


2. Wasiatun, 45 tahunNo. GLOS Bahasa Sunda Bahasa Jawa001 Kakek Aki mbah kakuŋ002 Nenek Nini mbah putri003 Ayah bapa? bapa?004 Ibu Mamah ema?/ mama005 Paman tua Uwa pa?dԐ006 Paman muda Mamaŋ pa?lԐ007 Bibi tua Uwa budԐ008 Bibi muda Bibi bulԐ008a Laki-laki paməgət lanaŋ008b Perempuan awԐwԐ wԐdↄ009 Kakak laki-laki Aa mas010 Kakak perempuan tԐtԐh/ öcö mba?/ mba? yu011 Adik laki-laki adi lalaki adԐ lanaŋ012 Adik perempuan adi awԐwԐ adԐ wԐdↄ013 Anak Putra putra014 Keponakan tua kəpↄnakan kəpↄna’an015 Keponakan muda kəpↄnakan kəpↄna’an016 Cucu Incu putu017 Suami Salaki garwↄ018 Istri Pamajikan strikulↄ


019 Mertua mitↄha mərtuↄ020 Menantu Minantu mantu021 Besan bԐsan bԐsan022 Ipar Ipar ipar022aPanggilan untuk anak022b Lk ujaŋ/ AsԐp naŋ/IԐ022c Panggilan untuk anak nԐŋ ndↄ?022dPr023 Tiri tԐrԐ kwalↄn023a Nama ŋaran/ nami jənəŋ024 Pegawai desa pamↄŋ dԐsa pəgawai dԐsa025 Pesuruh di desa pəsuruh pəsuruh026 Kepala desa Kuwu lurah027 Kepala kampong kəpala gↄlↄŋan kəpala gↄlↄŋan028 Juru tuis juru tulis carik029 Penghulu amil/ naib pəŋhulu030 Peronda rↄnda rↄnda030a Dukun beranak induŋ bəraŋ dukun bayi030b Dukun sunat dukun sunat dukun sebԐt030c Arisan Arisan arisan031 Selamatan (kenduri) kəndurԐn kəpuŋan032 Kerja bakti kəridan kərja bakti033 Kepala Sirah sirah034 Otak ↄtak utək


034a Kening Taraŋ batu?034b Mata# sↄca məripat034c Bulu mata bulu sↄca idəp035 Air mata# cimata/ cisↄca əluh035a Hidung pangambuŋ iruŋ036 Mulut# Baham tutu?036a Air ludah# Dahdir ilər036b Dahak# rəhak riak037 Bibir Biwir lambԐ038 Gigi Huntu untu038a Geraham gəraham gəraham039 Lidah lԐtah ilat040 Telinga cəpil kupiŋ040a Leher bəhəŋ gulu041 Pundak tak-tak undak042 Belikat Walikat wəlikat042a Jari tangan ramↄ jari042b Ibu jari jəmpↄl jəmpↄl043 Telunjuk təlunjuk təlunjuk043a Jari tengah jari təŋah jari təŋah044 Jari manis jari manis jari manis045 Kelingking Ciŋir jəntik046 Tangan Panaŋan taŋan047 Telapak tangan Dampal təlapak


048 Kuku Kuku kuku048a Kaki Suku sikil048b Paha piŋ-piŋ pupu049 Lutut# tu’ur dəŋkul050 Betis Bitis kԐmpↄl051 Tulang kering Baluŋ baluŋ052 Mata kaki mumuncaŋan ntↄ?-ntↄ?052a Telapak kaki dampal suku təlapak sikil052b Tulang Tulaŋ baluŋ053 Rambut Rambut rambut054 Alis Halis alis054a Darah# gətih gətih055 Sumsum# sum-sum sum-sumJantung Jantuŋ jantuŋHati# Hati hati3.Kedua informan tersebut memberikan data yang sama. Berbagai keunikankami dapatkan dalam penelitian geolinguistik kali ini. Pengucapan [?] seringkalidigunakan dalam kosa kata bahasa Jawa. Pelafalan kosa kata dalam bahasa Jawa padakata “idep” yakni [i][t][d][e][p]. Pelafalan kata tutul dalam bahasa Jawa yakni[t][u][o][t][u][o][l], pelafalan [u] terdengar seperti [u][o]. Pelafalan kata “kuping”dalam bahasa Jawa yakni [k][u][p][i][e][n][g], pelafalan [i] terdengar seperti [i][e].Pelafalan kata “getih” dalam bahasa Jawa yakni [g][e][t][i][h], uniknya dalam bahasaJawa, [t] diucapkan lebih menggunakan tekanan sehingga terdengar seperti[g][e][t][t][i][h].


Kosa kata bahasa Sunda yang kami dapatkan, tidak jauh berbeda denganbahasa Sunda yang ada di Bandung. Perbedaannya hanyalah pada logat yangdigunakan. Masyarakat di Desa Rejasari menggunakan bahasa Sunda yang sedikitberlogat Jawa.Ada sebuah perbedaan konsep yang kami dapatkan setelah penelitian ini. Kata“amil” di Desa Rejasari kita terjemahkan sebagai “penghulu”. Berbeda dengan DesaMuktisari yang menyebut “amil” adalah sebagai “ pemandi jenazah”.2.3 Folklor2.3.1 Kesenian TradisionalKesenian tradisional yang sangat terkenal di Kota Banjar antara lain:a. HadrohHadroh adalah sebuah kesenian khas islami yang berasal dari Kota Banjar.Iramanya yang menghentak, rancak dan variatif membuat kesenian ini masihbanyak digandrungi oleh pemuda-pemudi hingga sekarang. Seni jenis ini bisadisebut pula aset atau ekskul terbaik di pondok-pondok pesantren. Sampaidetik ini seni hadrah yang berasal dari kota Banjar ini bisa dibilang palingkonsisten dan paling banyak diminati oleh kalangan santri, bahkan saat ini dibeberapa kampus mulai ikut menyemarakkan jenis musik ini.Hadroh masih merupakan jenis musik rebana yang mempunyai keterkaitansejarah pada masa penyebaran agama Islam oleh Sunan Kalijaga, Jawa.Karena perkembangannya yang menarik, kesenian ini seringkali digelar dalamacara-acara seperti Maulid Nabi, Isra' Mi'raj atau hajatan semacam sunatandan pernikahan. Alat rebananya sendiri berasal dari daerah Timur Tengah dandipakai untuk acara kesenian. Kemudian alat musik ini semakin meluasperkembangannya hingga ke Indonesia, mengalami penyesuaian dengan


musik-musik tradisional baik seni lagu yang dibawakan maupun alat musikyang dimainkan. Demikian pula musik gambus, kasidah dan hadroh adalahtermasuk jenis kesenian yang sering menggunakan rebana.Keunikan musik rebana termasuk banjar adalah hanya terdapat satu alat musikyaitu rebana yang dimainkan dengan cara dipukul secara langsung oleh tanganpemain tanpa menggunakan alat pemukul. Musik ini dapat dimainkan olehsiapapun untuk mengiringi nyanyian dzikir atau sholawat yang bertemakanpesan-pesan agama dan juga pesan-pesan sosial budaya. Umumnyamenggunakan bahasa Arab, tapi belakangan banyak yang mengadopsi bahasalokal untuk kresenian ini.Jadi, sebagai generasi penerus kita harusnya berbangga hati karena dapatmenjaga apa yang telah di ajarkan oleh nabi sebelumnya. Akhirnya, mari kitabersama melestarikan kesenian islami ini.b. Kuda kepangNarasumberJenis KesenianNama KesenianLokasi: Abdul Majid, Usia 75 tahun: Tradisional: Kuda Kepang: Desa RejasariSejarahPendiriMotif pendirianPewarisanKondisi saat ini: masyarakat: hiburan rakyat: sanggar seni: masih terjagaPeralatanNama peralatan: gong, kuda-kudaan, gendang, arang, kaca semprong.


Fungsi peralatan : sarana pertunjukanBahan pembuatan : besi, bambu, kacaBentuk peralatan : sesuai dengan alatnya sendiriCara menggunakan: sesuai dengan alatnya sendiriArena/tempatSifat arenaLuas arena: bebas: bebasPemainJumlah pemainUmur pemainJenis kelaminSyarat lain: lebih dari lima belas orang: sepuluh tahun ke atas: bebas, namun mayoritas pria: pemain harus terlatihPenontonSyarat menonton : tidak adaRitualNama ritual: tidak adaAlasan dilakukan : memanggil para leluhurPelaku: pemimpin pertunjukanWaktu melakukan : sebelum pertunjukan dimulaiTempat melakukan: di arena pertunjukanSyarat melakukan : hanya dilakukan oleh pemimpin pertunjukanPertunjukanSifatDurasi: sakral: 15-30 menit


Cerita/ narasiPertunjukan ini diadakan semata-mata untuk hiburan rakyat saja. Didesa Rejasari, sanggar untuk kesenian kuda kepang ini telah ada sejak desaini berdiri. Pada awal pertunjukan ini biasanya pemimpin pertunjukanlebih dahulu mengadakan ritual untuk memanggil para leluhurnya,biasanya dia membakar kemenyan. Setelah selesai, alunan musik daerahmengalun, satu-persatu pemain memasuki arena pertunjukan sambilmenari mengikuti alunan musik. Sesaat kemudian ada pemain yangternyata telah kerasukan, bisa 2-3 pemain. Biasanya pemain yang telahkerasukan bisa memakan bara api, kaca, hingga kebal terhadap senjatatajam. Pemain berhenti kerasukan hanya pada saat pemimpin pertunjukantersebut menyentuh kepala pemain yang kerasukan. Suasana pertunjukanbagi beberapa penonton acara ini menyenangkan, tetapi tidak sedikit jugayang takut saat menyaksikannya.2.3.2 Permainan AnakPermainan anak di Banjar ternyata masih banyak yang bersifattradisional. Permainan itu antara lain:1. Ucing dodok2. Gundu3. Congklak4. Sondah5. Bola bekel.


2.3.3 MitosCadas GantungMitos ini berasal dari Desa Rejasari, Kecamatan Langensari,Kabupaten Banjar, Propinsi Jawa Barat. Cadas gantung memiliki makna“batu gantung”, dimana ada sebuah batu yang tidak menempel pada tanahtetapi dapat berdiri. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batutersebut dapat memberi apa saja yang diminta, sehingga tempat itudijadikan tempat semedi bagi barangsiapa yang ingin meminta. Padajaman “togel” misalnya, banyak masyarakat yang datang denganmembawa kotak korek api yang di bungkus dengan daun pisang. Setelahbersemedi menurut cerita bila beruntung di dalam kotak korek api tersebuttelah tertulis angka yang akan keluar.Menurut kesaksian tukang ojeg, dia pernah mengantarkan seoranggadis ke Desa Rejasari dari kota Bandung. Selama di perjalanan tukangojeg tersebut sama sekali tidak merasakan hal-hal yang mencurigakan.Sesampainya di Desa Rejasari, gadis itu meminta kepada tukang ojeg agarberhenti tepat di depan batu gantung tersebut. Setelah member ongkos,tukang ojeg itu kaget melihat ternyata wanita tersebut masuk ke dalambatu tersebut. Tanpa piker panjang ia langsung kabur dari tempat tersebutdan menceritakan kejadian tersebut pada warga Desa Rejasari keesokanharinya.Hingga saat ini batu itu masih ada, dan masih ada masyarakat setempatyang bersemedi di tempat tersebut.


Mbah BonarMbah bonar adalah seorang pawang buaya, menurut cerita masyarakatia dapat berbicara dengan buaya yang ada di sepanjang sungai.Pekerjaannya sehari hari adalah menjaga manusia dari terkaman buaya.Mbah bonar memiliki 4 orang anak, Suni, Iding, Unit, dan Iting. Merekatinggal di pinggir sungai.Suatu hari ada seorang warga yang meminta tolong pada Mbah Bonarkarena salah satu anggota keluarganya hilang di sungai. Warga tersebuttakutkalau anggota keluarganya tersebut telah dimakan oleh buaya. MbahBonar pun pergi ke hulu sungai, dia mengambil selembar daun sirih danmengucapkan mantera kemudian menjatuhkannya ke sungai. Perlahandaun sirih tersebut mengalir mengikuti arus sungai diikuti oleh MbahBonar. Tak beberapa lama kemudian, tiba-tiba daun sirih tersebut berhentipada suatu tempat, padahal arus sungai tetap mengalir. Mbah Bonarlangsung mengganti pakaiannya dan masuk ke dalam sungai tersebut.Ketika sampai di dasar sungai, Mbah Bonar bertemu dengan sekumpulanbuaya, Mbah Bonar bertanya, “ Siapa di antara kalian yang telah memakanmanusia?”. Tak seekorpun dari buaya tersebut menjawabnya. Tak jauh daritempat kumpulan buaya tersebut ternyata ada seekor buaya yangmenyendiri. Mbah Bonar segera menghampiri buaya tersebut. Mbah Bonarbertanya hal yang sama pada buaya tersebut, buaya tersebut kelihatanketakutan dan tak mau bergerak. Mbah Bonar melihat ada sesuatu yangdisembunyikan oleh buaya tersebut di bawahnya. Mbah Bonarmemerintahkan buaya tersebut agar beranjak dari tempatnya. Ternyata adagundukan pasir yang di dalamnya ada mayat manusia. Mbah Bonar


kemudian membujuk buaya tersebut agar mau ikut dengannya kepermukaan. Mbah Bonar menjanjikan akan member buaya tersebut cincindan gelang emas apabila ia mau ke atas. Setelah me,beri mayat manusiatersebut pada keluarganya, Mbah Bonar kemudian mengambil rotan danmengikat keempat kaki buaya tersebut. Setelah mengikatnya, Mbah Bonarmenarik rotan tersebut dan megikat rotan tersebut pada empat pohonsesuai dengan letak kaki buaya tersebut. “Jika kamu kuat, cobalah dengansekuat tenagamu untuk melepaskan diri!” perintah Mbah Bonar. Buayatersebut meronta-ronta, tapi ia tak dapat melepaskan diri. Mbah Bonarmengambil rotan yang lainnya dan memukul buaya tersebut. Buaya ituhanya diam, dan meneteskan satu air mata kemudian dia mati.Beberapa tahun kemudian Mbah Bonar meninggal dunia. Mbah Bonarterkena kutukan karena pekerjaannya sebagai pawang buaya, maka setelahia meninggal maka ia akan berganti wujud menjadi seekor buaya.Setelah tiga tahun meninggalnya Mbah Bonar, keempat anaknyamengadakan selamatan untuk Mbah Bonar. Suatu hari iding bermimpitentang ayahnya, Mbah Bonar. Dalam mimpinya Mbah Bonar menyuruhiding untuk tetap tinggal di tepi sungai, dan mencari penghasilan darisungai. Iding pun mematuhi permintaan ayahnya, pagi-pagi sekali diapergi ke sungai mencari ikan. Setiap dia melempar jalanya, selalu ada sajaikan yang menempel di jalanya. Begitulah setiap harinya, Iding selalumembawa ikan yang banyak untuk keperluan hidupnya. Pada saat hendakmencari ikan, Iding berjumpa seekor buaya tepat di depannya. Buayatersebut anehnya tidak memiliki ekor, dan buaya tersebut hanya diammeratap Iding. Iding teringat akan kutukan yang diterima ayahnya, ia


erkata pada buaya tersebut “jika kamu adalah ayahku, maka kamu janganbergerak, karena aku akan membuatkan kamu sebuah rumah!”. Buayatersebut hanya diam dan pasrah, Iding merasa pasti bahwa buaya tersebutadalah jelmaan ayahnya. Iding mengangkat buaya tersebut danmenaruhnya di dasar sungai yang paling dalam, namanya Pedungjama.Banyak dari nasyarakat percaya kebenaran dari cerita ini, karenahingga saat ini tidak pernah ada seorangpun anggota warga Desa Rejasariyang di makan oleh buaya. Masyarakat percaya bahwa Mbah Bonar selalumenjaga masyarakat di sekitar sungai dari terkaman buaya-buaya yangdatang dari desa-desa lain.Iding, hingga sekarang masih tinggal di dekat sungai, dan merupakansaksi kunci dari mitos ini. Sayangnya penulis tidak dapat bertemu langsungdengan Iding karena jaraknya yang terlalu jauh.


BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN1. Kota Banjar adalah kota kecil yang sudah cukup maju jika dilihat darisegala aspek. Baik pemerintahan, pendidikan, kondisi setiap desa,maupun ekonomi.2. Kondisi kebahasaan di Kota Banjar ini bilingualisme. Pendudukmenggunakan bahasa Jawa dan Sunda. Hal ini disebabkan olehkeadaan wilayah ini yang merupakan daerah perbatasan Jawa Baratdan Jawa Timur. Keduanya saling memengaruhi.3. Folklor di Kota Banjar ini masih ada namun sudah mulai pudar.Folklor itu berupa mitos-mitos, kesenian daerah dan permainan anakyang masih tradisional dan merupakan ciri khas Kota Banjar ini.4. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini membawa dampakyang sangat besar bagi kehidupan manusia, baik dari segi pekerjaan,budaya, kebiasaan, adat-istiadat, dsb. Desa Rejasari misalnya,kebiasaan dan budaya di masa lalu telah banyak ditinggalkan olehgenerasi saat ini. Generasi saat ini lebih nyaman dengan sarana danprasarana yang telah maju. Dapat kita lihat dari cara berpakaian, alatkomunikasi, internet, hingga permainannya sendiri. Permainan anakyang sangat jelas terlihat, hanya beberapa terlihat jenis permainantradisional, mayoritas anak lebih menyukai permainan elektronikseperti playstation.


5. Saya melihat hal ini dapat mengurangi nilai sosial atau kebersamaan diwilayah tersebut, sifat egois dari manusia tersebut semakin lamasemakin besar seiring bergulirnya waktu. Kesenian yang saat ini masihada di Desa Rejasari tinggal beberapa saja, pemain kesenian tersebutsemakin sedikit. Hanya ada satu sanggar seni di Desa Rejasari, dan disanggar seni tersebut lebih berfungsi untuk menyimpan alat-alatpertunjukan sedangkan untuk latihan hanya dipakai pada saat akandiadakannya pertunjukan.6. Peran pemerintah daerah sangat diperlukan untuk tetap menjagakesenian agar tidak hilang. Dapat dimulai dari pengadaan festivalkesenian masyarakat yang dapat memicu kembali kesadaranmasyarakat akan pentingnya menjaga kesenian tersebut. Kemudianmengadakan penyuluhan, hingga membuat anggaran untuk peralatankesenian tersebut.7. Kehidupan masyarakat di desa hanya akan kita dapatkan di desa saja,kita tidak akan mendapatkan kehidupan tersebut saat di kota, tapi apayang akan terjadi saat kehidupan di desa telah terkontaminasi dengankehidupan kota yang penuh dengan keegoisan?


DAFTAR PUSTAKAChaer, Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik (PerkenalanAwal). Jakarta: Rineka Cipta.


KETERANGAN INFORMAN1. Nama : SamudinUsia : 55 tahunPendidikan : D3 PertanianPekerjaan : Ketua RTAgama : Islam2. Nama : WasiatunUsia : 45 tahunPendidikan : SMPPekerjaan : Ibu rumah tanggaAgama : Islam3. Nama : Ade SuhermanUsia : 47 tahunPendidikan : SDPekerjaan : Kepala DusunAgama : Islam

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!