12.07.2015 Views

30_183Profildrheri - Kalbe

30_183Profildrheri - Kalbe

30_183Profildrheri - Kalbe

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

PROFILBertempat di ruangannya di SubBag Hematologi-OnkologiMedik, Bag Ilmu Penyakit DalamRS Hasan Sadikin, Bandung, tepat pkl 10.00WIB Dr. Heri (nama panggilan) menerima CDK.Beliau sangat terbuka dan friendly sehinggawaktu wawancara yang diperkirakan setengahjam, tak terasa memanjang menjadi lebih dari1 jam.Dr. Trinugroho Heri Fadjari, SpPD., KHOM“Harus Berguna bagi Sesama”Lahir di Jakarta, 6 Oktober 1958, ayah daridua putri kembar (Anandayu Pradita SSi danHertyasti Pradita, ST) dan suami Juedi Hastuti,SE ini mengaku bahwa menjadi dokter bukanlahcita-citanya sejak kecil. Alasan masuk kefakultas kedokteran semata karena tidak diterimadi fakultas teknik mesin setelah lulusdari SMAN 6 Bulungan pada tahun 1975.”Mungkin memang sudah jalannya di kedokteran”katanya seraya mengenang masa lalu.Hal tersebut karena setelah menjalani kuliahkedokteran selama 1 tahun, Dr.Heri mencobalagi di Institut Teknologi Bandung; dan ternyatalagi-lagi tidak diterima. Di masa kuliah,kelompok Dr.Heri dijuluki kelompok troublemaker, bukan dalam arti negatif. Pernah seorangguru besar terkunci di kamar mandi akibatulah tidak sengaja anggota kelompoknya.Setelah lulus kedokteran umum di UniversitasPadjadjaran, Bandung pada tahun 1984,Dr.Heri menjalani masa wajib tugas sebagaidokter pertama di daerah terpencil kecamatanSeputih, Mataram, Lampung Tengah daritahun 1986 - 1989. Alhasil tak jarang pasienmembayar dengan ayam atau hasil panennya.Karena kerasan, beliau melanjutkan pengabdiannyadi kecamatan Bangun Rejo, LampungTengah dari tahun 1989 - 1992. Pengabdiannyayang sepenuh hati ini terbukti dengan apresiasiyang diberikan kepadanya sebagai dokterteladan dan tawaran menjadi kepala seksi.Kemudian atas saran dan ajakan rekannya,Dr.Rubin Soerachno SpPD KGH, Dr.Heri menjalanipendidikan spesialisasi Penyakit Dalamdi universitas almamaternya antara tahun1992-1997 dan tanpa jeda langsung melanjutkanmendalami subspesialisasi hematologionkologimedik, walaupun mulanya Dr.Heriberniat kembali lagi ke Lampung setelah menjadidokter spesialis penyakit dalam.CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011Dr. Trinugroho Heri Fadjari, SpPD., KHOM bersama keluarga.Prof.Dr.Iman Supandiman SpPD KHOM merupakanorang yang berjasa dan paling berpengaruhbagi Dr.Heri dalam menentukan pilihannyamendalami subspesialisasi ini. Sepertimasuk fakultas kedokteran yang bukan citacitanya,saat mendalami hematologi-onkologimedik ini pun sebenarnya bukanlah impiannyasejak menjadi dokter. “Sewaktu saya ditingkat 2 PPDS, saya diundang ikut dalampenelitian besar, International Oncology StudyGroup. Awalnya terpaksa, namun lama-lamamenjadi tertarik” ujar beliau. Apalagi saatbeliau membawakan presentasi mengenaicytogenetic pada leukemia mielositik kronikdan mendapat apresiasi dari seorang gurubesar, beliau semakin termotivasi menekunibidang ini. Setelah lulus SpPD, Dr.Heri jugaditawari menjadi staf di subbag Hematologi-Onkologi. Akhirnya, ditambah pertimbanganagar anak-anaknya dapat mendapat pendidikanyang terbaik, Dr.Heri serius menekunisubspesialisasi ini.Saat ini Dr.Heri menjabat kepala subbag umumLaboratorium (bagian) Penyakit Dalam RS HasanSadikin, Bandung. Kesibukannya selain mengajarPPDS adalah praktek pribadi. Dr.Heri membatasihanya 20 pasien per hari saja karena“Kalau lebih dari 20 pasien mana bisa berpikirdengan baik.” Beliau juga aktif sebagai penelitiuji klinik. Beberapa penelitian yang telah dipublikasikanyaitu : ‘A phase III, randomized,double-blind, multi-centre parallel-group studyto assess the efficacy of ZD6474 versus erlotinibin patients with locally advanced ormetastatic NSCLC after failure of at least oneprior cytotoxic chemotherapy’ dan ‘A phaseIII, multi-center, placebo-controlled trial ofsorafenib in patients with relapsed or refractoryadvanced predominantly NSCLC after 2or 3 previous treatment regimens’.Saat ditanya mengenai suka duka menjalaniprofesi, dokter yang gemar bermain gaple,otak-atik otomotif dan komputer ini menjawab143


PROFIL“Rasanya tidak ada dukanya”. Hal yang selaluditanamkan Dr.Heri kepada PPDS yaitu bahwaprofesi dokter merupakan profesi perantarasaja dan jangan pernah menganggap pasiensembuh karena kita.“Saya tidak pernah merasa menyembuhkanpasien. Saya hanya sebagai perantara saja”ujarnya dengan rendah hati. Dr.Heri juga selalumemperlakukan pasiennya seperti saudara.“Kalau kita baik dengan seseorang, makaorang itu juga akan baik dengan kita”. Sejakbeliau berpraktek sebagai dokter puskesmashingga saat ini sebagai KHOM, selalu ada sajapasien yang memberikan hadiah.Dokter pemerhati penyakit lupus ini mengungkapkanbeberapa kendala dan tantangansaat menjalani profesinya saat ini.Hal pertama adalah : beban psikologis keluargadan pasien saat didiagnosis menderita kanker.“Penderita kanker perlu mendapat perlakuandan persiapan psikologis lebih” ujarnya. Beliauberpendapat “Jangan pernah memperlakukanpasien seperti di kedokteran barat yang to thepoint menyampaikan prediksi harapan hiduppasien karena apa yang akan terjadi dapatsangat berbeda.” Selain itu, menurut pengalamanbeliau, pasien dengan tingkat pendidikantinggi umumnya tingkat stresnya lebihtinggi, akibatnya harapan hidupnya justru lebihburuk. Kendala lain adalah cukup banyaknyapasien kanker yang datang pada stadium lanjutakibat berobat ke pengobatan alternatif yangtidak dapat dipertanggung jawabkan.Mengenai perkembangan terapi kankerhingga saat ini, Dr.Heri berpendapat sudahsangat maju.Namun di sisi lain, harapan hidup pasien tetapmenjadi kendala, terutama pada stadium lanjut.Hal yang selalu disampaikannya kepada PPDSyaitu: “Dalam menentukan terapi kanker,perlu mempertimbangkan cost-benefit ratio,risk-benefit ratio, serta patient preference.”Sedangkan pesannya untuk klinisi yang berkaryadi lini pertama “Penanganan terapi kankersangat membutuhkan biaya tinggi, untuk ituperlu digalakkan deteksi dini serta prevensi ditingkat pelayanan primer dengan meningkatkanmotivasi pasien, prevensi di tingkat keluarga,terutama pada jenis kanker paru, payudara,kolorektal, dan ovarium.” Dr.Heri menambahkan“Jangan pernah malu dan terlalu lama menundamerujuk pasien. Sebab pada pasienkanker jika awalnya sudah salah, selanjutnyaakan semakin sulit ditangani.”(Harvian Satya D)144 CDK 183/Vol.38 no.2/Maret - April 2011

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!