Kejahatan terhadap Kepentingan Umum dan Kejahatan ... - Elsam
Kejahatan terhadap Kepentingan Umum dan Kejahatan ... - Elsam
Kejahatan terhadap Kepentingan Umum dan Kejahatan ... - Elsam
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Catatan Seminar :<strong>Kejahatan</strong> <strong>terhadap</strong> <strong>Kepentingan</strong> <strong>Umum</strong> <strong>dan</strong> <strong>Kejahatan</strong> Terhadap MartabatDilihat dari Sudut Pan<strong>dan</strong>g Hak Asasi ManusiaKERJA KELOMPOK 1KEJAHATAN TERHADAP MARTABATFasilitator (Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H., M.H.) :[Fasilitator membuka acara, memberikan pengantar untuk sesi ini]Pertanyaan awal yang muncul adalah apakah kejahatan <strong>terhadap</strong> martabat itu termasukmenghina pribadi orang yang kebetulan menjadi Presiden, apakah pejabat negara itu?Beberapa orang mengusulkan Pak Tangun sebagai narasumber <strong>dan</strong> Pak Dewa NgurahSwasta sebagai ketua kelompok. [Pak Dewa lantas mengambil posisi di depan sebagai ketua].[Sebagian terekam kaset <strong>dan</strong> sebagian tidak, karena mikrophone hanya ada satu di depan]I. Apakah soal martabat ini perlu diatur ?Ketua :Saya melihat masalah soal isu ini, apakah perlu hal ini diatur, yaitu soal fitnah, kabarbohong <strong>dan</strong> pencemaran nama baik. Apakah memang ada dari itu yang perlu diatur? Laluapakah perlu dibedakan antara kepentingan serangan kejahatan <strong>terhadap</strong> pribadi denganserangan sebagai pejabat negara - perlu klarifikasi pejabat negara itu apa? Kalaupun ituharus diatur, pengaturan itu harus didasari oleh filsafat hukum pi<strong>dan</strong>a, sehingga tidak adakepentingan masuk. Ini yang harus menjadi dasar. Unsur-unsur deliknya juga harusdirumuskan secara jelas, sehingga tidak multi tafsir atau ambigu. Apakah masalah martabatini harus delik aduan atau bisa bukan delik aduan?Mudita :Menurut saya, tidak perlu pasal-pasal ini dimasukkan ke dalam KUHP, karena saat iniadalah reformasi. Kita punya UU No. 32, di mana Presiden <strong>dan</strong> wakilnya tidak lagi menjadilambang negara. Lalu soal martabat, siapa sekarang pejabat yang bermartabat?Surya Dharma :Saya ingin melihat apa manfaat UU tersebut bagi kita. UU itu kan sebagai alatkontrol <strong>dan</strong> rekayasa sosial. Nilai masyarakat mana yang harus kita serap? Yaitunilai masyarakat Indonesia <strong>dan</strong> nilai internasional di mana kita hidup. Hukum harusmengarahkan masyarakat.Kebebasan itu harus dibatasi juga, misalnya ada masalah trial by the press. Perludipikirkan bagaimana kita bisa memberikan informasi yang baik <strong>terhadap</strong>masyarakat namun memperhatikan martabat. Jadi ini perlu diatur, hanya bagaimanaagar peraturan ini tidak merugikan.Komnas HAM, ELSAM, FH Universitas Udayana 25