12.07.2015 Views

Peran Faktor Masa Depan Dalam Pembimbingan Remaja

Peran Faktor Masa Depan Dalam Pembimbingan Remaja

Peran Faktor Masa Depan Dalam Pembimbingan Remaja

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

PERANAN FAKTOR MASA DEPAN DALAM PEMBIMBINGAN REMAJA 11mementingkan diri sendiri di atas segalanya. Pilihannya juga terbatasioleh kondisi di mana ia hidup; bila ia hidup di Amerika Serikat, ia tetapbisa memperoleh penghargaan bahkan bila pekerjaannya sebagai tukangkebun pun. Sebaliknya, di Indonesia, jabatan tukang kebun bukanlahjabatan terhormat—setidak-tidaknya bagi sebagian orang. Misalkan,pada akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang dokter—jabatanterpandang di masyarakat kita.Namun, pilihannya pun bisa terpengaruh oleh kemampuannya untukmewujudkan keinginan itu. Misalnya, keterampilan atau kapasitasintelektualnya akan menentukan apakah ia dapat menjadi seorang dokterguna memperoleh penghargaan yang didambakannya. Terakhir,walaupun ia memiliki kemampuan intelektual untuk menjadi seorangdokter, namun kesempatan itu tidak tersedia. Ia tidak diterima di sekolahkedokteran sehingga akhirnya cita-citanya untuk menjadi dokter kandas.Sebaliknya, jika ia mampu, kondisi finansial mendukung dan kesempatanterbuka, ia akan masuk ke sekolah kedokteran dan berperan sebagaiseorang pelajar.Di sini kita bisa melihat bahwa kendati Kebutuhan melahirkanMotivasi, tetapi ternyata Motivasi tidak secara langsung membuahkanPerilaku. Pilihan—yang dipengaruhi oleh sederet faktor—menjadipenentu perilaku yang dimunculkan. Selama ini, bukankah kita telahbanyak berbicara mengenai motivasi: Bagaimana memotivasi remajauntuk belajar, untuk beribadah, untuk taat pada hukum, untuk hidupkudus, untuk produktif dan bukannya destruktif, dan lain sebagainya?Namun, dari kerangka pemikiran di atas ini, setidak-tidaknya kita mulaimenyadari bahwa ternyata mata rantainya bukanlah dua—Motivasi danPerilaku—melainkan empat, yakni: Kebutuhan, Motivasi, Pilihan, danPerilaku. Ada dua pengapit yang perlu mendapat perhatian kita yaituKebutuhan dan Pilihan, sebelum kita dapat memotivasi remaja untukberperilaku sebagaimana yang kita harapkan.KEBUTUHAN AKAN MASA DEPAN YANG JELAS DAN BERMAKNAPada artikel ini saya tidak akan membahas kebutuhan akan cintakasih, keamanan atau kebutuhan emosional lainnya yang sudah tentumerupakan kebutuhan pokok remaja. 2 Secara khusus saya hanya akanmenyoroti satu kebutuhan remaja yaitu masa depan yang jelas danbermakna.2Erik H. Erikson, Identity: Youth and Crisis (New York: W. W. Norton, 1968);Dwight Spotts & David Veerman, Reaching Out to Troubled Youth (USA: Victor,1987).


12Veritas: Jurnal Teologi dan pelayananBerbeda dari para pendahulunya yang berorientasi pada masa lalusebagai faktor penyumbang terbesar bagi kesehatan jiwa, G. W. Allport 3menekankan justru masa depanlah yang berpengaruh terhadap kesehatanjiwa seseorang. Bagi Allport, intensi—pergerakan hidup ke sasarantertentu di masa depan—adalah tali pengikat yang mempersatukankepingan-kepingan diri manusia. Dengan kata lain, kehidupan sekarangini tidak didikte oleh pengalaman masa lalu dan manusia bukanlahpenerima nasib yang pasif tak berdaya. <strong>Masa</strong> depan yang jelas danbermakna berandil besar pada kesehatan jiwa sekarang ini.Salah satu ciri perkembangan remaja adalah kemampuannya untukberpikir abstrak dan melihat ke depan. Ketidakjelasan masa depanberpotensi menakutkan remaja dan ketakutan ini bisa mempengaruhiperilakunya sekarang. <strong>Masa</strong> depan yang jelas namun tidak bermaknajuga mencemaskan remaja. Tanpa masa depan yang jelas dan bermakna,hidup lebih merupakan sebuah petualangan daripada sebuah perjalanan.<strong>Masa</strong> depan yang jelas dan bermakna merajut kepingan-kepingankehidupan menjadi sebuah perjalanan yang terarah. 4 Sebaliknya, masadepan yang tidak jelas dan tidak bermakna membuat kehidupan lebihmenyerupai petualangan—tanpa sasaran dan hanya bermodalkeberuntungan nasib. Itu sebabnya, remaja perlu dapat memandangmasa depan yang jelas sekaligus bermakna.<strong>Masa</strong> depan yang jelas dan bermakna dapat lebih terjamin dengansistem kehidupan dan prasarana yang mendukung. Namun, sistemkehidupan dan prasarana yang mendukung ternyata tidak cukup untukmenciptakan masa depan yang jelas dan bermakna. Saya sudahmenyaksikan ini di Amerika Serikat. Pemerintah AS menyediakan saranapendidikan bebas biaya mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga SekolahLanjutan Atas. Pada tingkat perguruan tinggi (negeri), seseorang hanyaperlu membayar sedikit biaya untuk meraih gelar sarjana. Atau, jikaingin belajar di perguruan tinggi swasta, seseorang bisa meminjam uangdi bank dengan bunga rendah dan ia tidak harus mencicil balik pinjamanitu sampai setahun setelah ia menyelesaikan kuliahnya.Ironisnya, tidak sedikit remaja di Amerika yang terlibat dalamperilaku negatif. Penggunaan narkoba, putus sekolah, dan tindak kriminalyang berkaitan dengan geng merupakan bagian kehidupan remaja disana. Beberapa tahun terakhir ini kita dikejutkan oleh berita pembunuhanyang dilakukan oleh remaja di Amerika. Di tengah kelimpahan prasaranadan bantuan riil, ternyata sebagian remaja di Amerika tetap bermasalah.3Becoming (New Haven: Yale, 1955).4Allport, Becoming; Viktor Frankl, Man’s Searching for Meaning (New York:Pocket, 1963).


PERANAN FAKTOR MASA DEPAN DALAM PEMBIMBINGAN REMAJA 13Menurut pengamatan saya, yang terhilang di sini adalah masa depanyang jelas dan bermakna—kondisi yang tidak selalu berhubungan dengansistem kehidupan dan prasarana yang mendukung. Sekarang saya bisabernapas lebih lega sebab jika itulah syaratnya, saya kira, kita di Indonesiaakan sarat dengan remaja bermasalah oleh karena keterbatasan kitamenyediakan sistem kehidupan dan prasarana yang mendukung. Adahal-hal lain yang mempengaruhi terciptanya masa depan yang jelas danbermakna; dua di antaranya adalah kerohanian dan keluarga. Pada simpulinilah, Dimensi Kebutuhan bersinggungan dengan Dimensi Kerohaniandan Dimensi Keluarga (Figur 3). Saya akan mengulas kedua dimensi inidalam kaitannya dengan kebutuhan akan masa depan yang jelas danbermakna.DimensiKerohanianDimensiKebutuhanMotivasi Pilihan PerilakuDimensiKeluargaFigur 3Kerohanian. Kerohanian memiliki peran yang menentukan dalampemunculan perilaku sebagai pemenuh kebutuhan akan masa depan yangjelas dan bermakna. Nilai rohani yang diyakini memiliki potensi berfungsisebagai pagar yang membatasi perilaku. Sedangkan kepastian akanpenyertaan Tuhan dan rencana-Nya bagi kehidupan insan yang berserahkepada-Nya menyediakan makna hidup. Makna hidup bukan sajaberfaedah untuk membingkai pengalaman masa lalu dalam kerangkapemeliharaan Tuhan, ia pun menempatkan masa depan dalamketerarahan dan sekaligus memberi pengharapan akan kebaikan Tuhan.


14Veritas: Jurnal Teologi dan pelayananHilangnya masa depan yang jelas dan bermakna dapat mengaktifkansifat petualang remaja secara negatif. Hidup menjadi penuhketidakpastian dan di dalam ketidakpastian itu yang berlaku adalahHukum Kesempatan atau lebih tepat lagi, Keberuntungan. Petualangandireduksi menjadi sebuah upaya pencarian keberuntungan dan fokusutamanya adalah kesempatan—peluang yang harus dengan segeradimanfaatkan semaksimal mungkin. Sebaliknya, di dalam kepastiandan kejelasan akan masa depan, hukum yang berlaku adalah HukumImbalan—berapa yang diberikan setimpal dengan berapa yang diterima.Kerohanian membuat kita menjadi lebih sabar untuk menanti berkatTuhan karena kita tahu bahwa Ia akan memelihara hidup kita. Tanpakerohanian, kita lebih tergoda untuk bertindak impulsif danmenghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan—alias berpetualang.Menurut saya, kerohanian memberi sumbangsih besar terhadapketerkaitan antara Motivasi dan Perilaku. Saya kira sudah waktunyakita meluangkan lebih banyak perhatian dan waktu pada aspekkerohanian remaja, dan bukan hanya pada aspek intelektual dansosialnya.Keluarga. Ibarat tanah, keluarga merupakan tempat bertumbuhnyaindividu. Upaya memahami dan mengoreksi perilaku remaja lepas darikeluarganya sama dengan mencoba memadamkan kebakaran di hutandengan sehelai selimut. <strong>Remaja</strong> adalah produk dan bagian dari sistemkeluarganya; perubahan pada sistem keluarga memungkinkan terjadinyaperubahan pada diri dan perilaku remaja. 5Keluarga mempunyai peranan yang vital dalam penyediaankebutuhan akan masa depan yang jelas dan bermakna. Keluarga yangtenteram merupakan prasyarat mutlak bertumbuhnya remaja secaramaksimal; sebaliknya, ketegangan dalam keluarga akan menguras energimental remaja untuk berkembang sesuai usianya. 6Secara langsung, setidaknya ada dua kebutuhan yang bertalian eratdengan kebutuhan akan masa depan yang jelas dan bermakna: kebutuhanakan pengarahan dan kebutuhan akan penghargaan. Anak memerlukanpengarahan dan akan melihat kepada orang tua untuk mendapatkanpengarahan. 7 Anak butuh untuk diberitahu apa yang boleh atau tidakboleh dilakukannya, apa yang seharusnya atau tidak seharusnya5Virginia Satir, Conjoint Family Therapy (Edisi ketiga; Palo Alto: Science andBehavior, 1983).6S. Minuchin, Families & Family Therapy (Cambridge: Harvard University Press,1974); Archibald D. Hart, Healing Adult Children of Divorce (Ann Arbor: Servant,1991).7James C. Dobson, Solid Answer (Wheaton: Tyndale, 1997).


PERANAN FAKTOR MASA DEPAN DALAM PEMBIMBINGAN REMAJA 15diperbuat, apa yang sanggup atau tidak sanggup dilakukannya, dan apaitu yang menjadi kekuatan dan keterbatasannya. Tanpa pengetahuansemua ini, anak bertumbuh besar tersesat dan melayang tanpa arah.Anak juga membutuhkan penghargaan dan ia akan menantikannyadari orang tua. 8 Penghargaan yang ia terima meyakinkannya bahwa iabernilai dan dapat berfaedah bagi orang di sekitarnya. Penghargaanmembuatnya sadar dan berterima kasih bahwa ia dibutuhkan dalamhidup ini; penghargaan yang ia terima akan mendorongnya untukmenghargai diri secara tepat dan positif. Tanpa penghargaan, anak bukansaja tidak tahu fungsinya dalam hidup ini, namun ia pun akan merasahampa dan tidak bernilai.Singkat kata, sulit bagi anak untuk mengembangkan masa depanyang jelas dan bermakna tanpa menerima cukup pengarahan danpenghargaan. Dengan pengarahan dan penghargaan yang memadai,anak akan bertumbuh menjadi remaja yang memiliki makna hidup yangjelas dan tidak ada orang yang lebih berperan pada tahap ini selain orangtua. Keluarga menempati posisi yang penting dalam perajutan masadepan yang jelas dan bermakna bagi remaja. Sekali lagi, semua usahauntuk membenahi permasalahan remaja lepas dari keluarganya samadengan memadamkan kebakaran di hutan dengan sehelai selimut.MEMBERDAYAKAN POTENSI REMAJASedikit mengulang yang telah kita bahas sejauh ini, pada dasarnyasaya melihat bahwa Perilaku merupakan buah akhir dari Kebutuhan.Kebutuhan adalah pangkal penggerak lahirnya Motivasi manusia namunternyata Motivasi tidak langsung menghasilkan Perilaku. SebelumPerilaku, kita mempunyai Pilihan dan Pilihan menentukan Perilaku yangakan kita munculkan.Mengeksplorasi PilihanSebagaimana telah saya utarakan di atas, ada empat faktor yangmempengaruhi proses penentuan pilihan, yaitu (a) nilai moral, (b)kesempatan, (c) kondisi lingkungan dan (d) kemampuan untukmewujudkan pilihan. Selanjutnya, saya sudah menjelaskan pula bahwaKebutuhan berkaitan dengan, dan dipengaruhi oleh Kerohanian danKeluarga. Pada Figur 4 kita bisa melihat bahwa Nilai Moral danKesempatan berkaitan dengan Dimensi Kerohanian sedangkan Kondisi8Satir, Conjoint Family Therapy; Robert S. McGee, The Search for Significance(Second Edition; Houston: Rapha, 1990).


16Veritas: Jurnal Teologi dan pelayananLingkungan dan Kemampuan untuk Mewujudkan Pilihan bertaliandengan Dimensi Keluarga. Di bawah ini saya akan memberikan saranuntuk mengejawantahkan keempat faktor yang termaktub dalam Pilihan.DimensiKerohanian• Nilai Moral• KesempatanDimensiKebutuhanMotivasi Pilihan PerilakuDimensiKeluarga• Kondisi lingkungan• Kemampuanmewujudkan pilihanFigur 4Nilai moral. Pendidikan nilai moral wajib diajarkan kepada remajasecara konkret dan relevan dengan keadaan nyata. Contoh langsungdan situasi yang menuntut respons yang bersifat etis harus menempatiporsi yang besar dalam pendidikan nilai moral. Menurut saya, hanyadengan cara ini barulah remaja dapat melihat kegunaan dan relevansiagama dalam kehidupan mereka.Pendidikan nilai moral tidak mungkin diajarkan secara efektif bilasi pengajar sendiri bukanlah orang yang mementingkan perkara rohani.Contoh kehidupan baru akan menjadi nyata jika diberitakan oleh orangyang mengalaminya sendiri. Dengan kata lain, apabila kita ingin agarremaja memiliki kerohanian yang baik, kita pun perlu memberi contohitu kepada mereka. Jika kita mengharapkan remaja untuk hidup dipanduoleh—bukan di luar—nilai moralnya, kita pun harus hidup konsistendengan keyakinan rohani kita. Saya kira tidaklah adil menyalahkanremaja atas kehidupan imoralnya bila kita sendiri tidak hidup sepertiitu.Pada dasarnya kita perlu menghidupkan atmosfer rohani dilingkungan hidup remaja melalui ibadah yang bersifat personal, bukan


PERANAN FAKTOR MASA DEPAN DALAM PEMBIMBINGAN REMAJA 17ritual semata. <strong>Remaja</strong> harus memiliki relasi dan pertanggungjawabanpribadi kepada Tuhan sebelum bisa menundukkan diri pada perintah-Nya dan mewujudkan pilihan yang benar.Kesempatan. Pada bagian selanjutnya saya baru membicarakantentang kesempatan yang dapat diusahakan manusia. Kesempatan yangsaya maksud di sini lebih mengacu kepada aspek rohani, yaknikesempatan yang Tuhan berikan. Di dalam dunia dagang pada umumnyaorang mengakui keabsahan faktor keberuntungan. Saya lebih sukamenyebutnya kesempatan. Kita bisa bekerja sekeras mungkin danmengupayakan jalan sebanyak-banyaknya namun tanpa faktorkesempatan (yang dari Tuhan), kita tidak akan mencapai tujuan. FirmanTuhan yang tertera di Amsal 10:22 menegaskan kebenaran ini, “BerkatTuhan yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.”<strong>Remaja</strong> yang bergantung pada kekuatan sendiri untuk meraihkeberhasilannya berpotensi menjadi petualang. Sebagaimana telah sayasinggung di atas, faktor petualang menjadi bertambah besar tatkalakejelasan akan masa depan yang bermakna berkurang. <strong>Remaja</strong> dapatbelajar untuk bergantung pada pemeliharaan Tuhan yang akanmemberinya kesempatan. Pada akhirnya remaja perlu menerima faktabahwa sesungguhnya manusia tidak bisa menciptakan kesempatan;manusia hanyalah dapat mempersiapkan diri untuk menyambutkesempatan. Kesempatan adalah sesuatu yang diberikan (oleh Tuhan)dan pada dasarnya kita tidak dapat mencari-cari kesempatan. <strong>Remaja</strong>yang berpetualang adalah remaja yang mencari-cari kesempatan dalamhidup dan orang yang mencari-cari kesempatan pada suatu ketika akanmenabrak tembok.Konsep kesempatan dari kerangka ilahi merupakan cara pandangyang sangat mempengaruhi sikap dan tindakan kita. Betapa mudahnyakita menyalahkan (dan membenci) orang lain yang lebih beruntung darikita karena kita menganggap bahwa kesempatan itu bersumber darimanusia. Sekali lagi, menurut saya, manusia tidak menciptakankesempatan namun manusia bertanggung jawab untuk mempersiapkandiri sebaik-baiknya guna menyambut kesempatan yang Tuhan berikankepada kita. Saya percaya, Tuhan lebih sering dan lebih senangmemberikan kesempatan kepada orang yang telah mempersiapkan diriuntuk menerima kesempatan.<strong>Remaja</strong> mudah terperosok ke dalam hidup berpetualang jika merekahanya melihat kesempatan sebagai hadiah dari manusia kepada manusialainnya. Kita perlu menekankan kepada remaja bahwa tugas merekaialah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, artinya mendayagunakan danmemaksimalkan karunia dan kesempatan yang Tuhan telah berikan sejauh


18Veritas: Jurnal Teologi dan pelayananini. Tanpa pemahaman seperti ini, remaja rawan untuk memilih tindakanyang melenceng guna memenuhi kebutuhannya akan masa depan yangjelas dan bermakna.Kondisi lingkungan. Sebagai makhluk sosial, remaja hidup di tengahtengahsesamanya—keluarga dan orang di sekitarnya, yang secaraberurut mencerminkan besaran pengaruhnya pada pertumbuhan remaja.Sebagaimana telah saya singgung di atas, upaya menangani masalahremaja haruslah mencakup unsur keluarganya. Salah satu gejala yanglebih umum kita saksikan dewasa ini adalah kekurangterlibatan orangtua dalam kehidupan remaja. Ironisnya, orang tua hanya terlibat tatkalaremaja sudah menjadi masalah—dan pada tahap ini usaha perawatannyaakan lebih menemui banyak perlawanan.Erikson 9 menekankan bahwa fase remaja merupakan fasepembentukan jati diri dan kegagalan melalui fase ini dengan baik akanmengakibatkan munculnya reaksi kebingungan peran. Sepintas lalu teoriErikson seolah-olah mengatakan bahwa proses pembentukan jati diribaru dimulai pada fase remaja. Namun sesungguhnya teori Eriksonjustru mengemukakan bahwa proses pertumbuhan—termasuk didalamnya pembentukan jati diri—merupakan proses yangberkesinambungan di mana setiap fase mempengaruhi fase berikutnyadan setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya. Dengan kata lain,pembentukan jati diri tidak berhulu pada usia remaja; proses ini sudahberanjak jauh sebelumnya; ia hanya memasuki tahap penyempurnaanatau kematangannya pada usia remaja.<strong>Dalam</strong> pertumbuhannya, setidak-tidaknya seorang anak akanmelewati dua fase pembentukan jati diri—fase sebelum remaja dan faseremaja. Pada fase sebelum remaja, anak akan mendefinisikan dirinyamelalui tanggapan-tanggapan yang diterima dari orang tua. Pada faseremaja, ia mendefinisikan dirinya lewat respons-respons yang diberikanoleh teman-temannya. Apabila ia telah mendefinisikan dirinya secarapositif—akibat perlakuan orang tua yang positif terhadapnya—ia puncenderung untuk menemukan lingkungan pergaulan yang sesuai dengandefinisi dirinya yang positif. Sebaliknya, jika ia mempunyai definisi diriyang telanjur negatif—akibat perlakuan orang tua yang negatifterhadapnya—ia juga cenderung akan mencari teman pergaulan yangsepadan dengan definisi dirinya yang negatif. Dengan kata lain, padamasa remaja, anak akan mencari habitat yang cocok dengan definisidirinya.9Identity: Youth and Crisis.


PERANAN FAKTOR MASA DEPAN DALAM PEMBIMBINGAN REMAJA 19Syukur kepada Tuhan, meski berakar, definisi diri merupakan sebuahentitas yang elastik—dapat dan akan berubah seturut dengan pengalamanhidup. Di sinilah terbuka pintu masuk bagi kita pemerhati remaja untukmenciptakan kesempatan bagi remaja untuk me-redefinisi dirinya danitu bisa kita lakukan melalui dua jalur. Pertama, masuk ke dalamkehidupan keluarganya dan mengajarkan mereka untuk mengubahperlakuan negatif terhadap anak dan membuatnya positif. Kedua, kitadapat pula menciptakan habitat yang berbeda untuk remaja—habitat yangpositif yang secara perlahan akan mengubah definisi dirinya.Jalur pertama dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidaklangsung. Secara tidak langsung misalnya lewat ceramah keluarga ataukhotbah di mimbar. Secara langsung, misalnya melalui terapi keluargaatau kelompok pendukung (support group) yang kita tawarkan kepadaorang tua yang berminat. Jalur kedua bisa diselenggarakan melaluiaktivitas bersama, antara lain, pelbagai kelompok kreativitas, pecintaalam, sains, kegiatan rohani dan sosial. Kuncinya di sini ialah kegiatan—segala kegiatan yang bersifat nonakademik di mana remajaberkesempatan memunculkan serta mendayafungsikan diri secara lebihluas.Kemampuan untuk mewujudkan pilihan. Ada beberapa tahapan yangmenuju pada kemampuan untuk mewujudkan pilihan dan semua inisekaligus merupakan tugas serta peranan kita sebagai pemerhati remaja.Pertama, identifikasi talenta. Pada tahap ini remaja memerlukanbimbingan agar ia dapat melihat bidang keahliannya danketerbatasannya. Saya menyarankan agar tes dan bimbingan bakat ataukarier diberikan kepada siswa selambat-lambatnya pada level SLTA II.Pengenalan bakat akan memberi arah (sense of direction) kepada remajadan menambah motivasi untuk menjadi seseorang yang berguna.Kedua, persiapan yang realistik. Pada tahap ini remaja membutuhkanpengarahan bagaimana mencapai target yang diharapkan. Kata “realistik”saya gunakan untuk menegaskan perlunya penentuan langkah yang dapatdicapai, bukan hanya yang ingin dicapai. Kesulitan biaya atau kurangnyadukungan keluarga seringkali merupakan kendala yang membatasikemampuan remaja merealisasikan pilihannya. Itu sebabnya pembimbingremaja harus bekerja di dalam keterbatasan ini, bukan di luarnya.Misalkan, jauh-jauh hari kita bisa menasehatinya untuk tidak menikahpada usia muda agar ia dapat menabung untuk sekolahnya kelak. Dengankata lain, pada tahap ini remaja perlu menerima bimbingan untuk mulaimerencanakan masa depannya. <strong>Masa</strong> depan yang jelas dan bermaknaharus diawali dengan perencanaan dan persiapan yang matang.


20Veritas: Jurnal Teologi dan pelayananTerakhir, pengambilan langkah bertangga. Bagi yang memilikidukungan keluarga dan finansial, pengambilan langkah dapatdilaksanakan secara serentak. Bagi yang tidak mempunyai dukungandukunganini, acapkali pengambilan langkah harus dilakukan secarabertahap—bak menaiki anak tangga. Misalkan, jika remaja tidakmempunyai kemampuan finansial untuk memasuki perguruan tinggi, kitabisa menyarankannya untuk memulai langkah ke sana (ke perguruantinggi) dengan bekerja terlebih dahulu selama setahun. Setelah biayaterkumpul, ia bisa menyelesaikan program D-1, kemudian bekerjakembali selama setahun sebelum menyelesaikan program D-2, danseterusnya.Kuncinya di sini adalah pembimbingan yang berkesinambungan.<strong>Remaja</strong> memerlukan pengarahan agar dapat merancang danmempersiapkan masa depan. Tanpa perencanaan dan persiapan yangmemadai, remaja akan mengalami kesukaran merealisasikan pilihannya,apalagi jika ia tidak menerima dukungan keluarga.KESIMPULANJiwa petualang bisa berkonotasi positif dan negatif. <strong>Dalam</strong> artikelini saya menggunakannya secara negatif yakni jiwa yang tidak mempunyaipegangan dan bergerak tanpa arah. Jiwa petualang membutuhkan masadepan yang jelas dan bermakna; tugas kita sebagai pemerhati remajaadalah membimbingnya agar dapat “menemukan” masa depan yang jelasdan bermakna.Ada empat hal yang dapat kita lakukan yang akan membantu remajamenentukan pilihan yang tepat untuk tindakannya. Pertama,menanamkan nilai moral agar pilihan yang dibuatnya berpagarkantonggak-tonggak rohani. Kedua, mengajaknya bersandar pada Tuhanyang memberi kesempatan dan belajar menerima bagian yang Iatentukan. Ketiga, memperbaiki kondisi lingkungannya—termasukkeluarga—agar dapat menciptakan diri yang positif. Keempat,mempersiapkannya untuk bisa mencapai tujuan hidupnya.<strong>Masa</strong>lah remaja memang kompleks namun itu tidak berarti takteratasi. Setiap kita bisa terlibat dalam bagian tertentu daripermasalahannya dan setiap bagian yang telah dipulihkan akan membawadampak positif pada bagian lainnya. Jadi, lakukanlah bagian kita masingmasingdengan iman, pengharapan, dan kasih.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!