12.07.2015 Views

No. 07 | Juli-September '08 Penguatan Kapasitas ... - GITEWS

No. 07 | Juli-September '08 Penguatan Kapasitas ... - GITEWS

No. 07 | Juli-September '08 Penguatan Kapasitas ... - GITEWS

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong> ‘08GTZ-<strong>GITEWS</strong> | EditorialSeite 1<strong>Penguatan</strong> <strong>Kapasitas</strong> Masyarakat LokalKerjasama Indonesia-Jerman untuk Sistim Peringatan Dini TsunamiLokakarya Pemodelan Resiko & KajianKerentanan |02Peresmian INA-TEWS |03Peringatan Dini yang Berfokus padaMasyarakat |Pengalaman Bali |10Editorial03 | RISTEK: KegiatanSelanjutnya04 | Berita Daerah Percontohan<strong>07</strong> | CBDRM & TEWS09 | <strong>Penguatan</strong> <strong>Kapasitas</strong> Lokal11 | Laporan Ringkas Proyek12 | Dari Tim KamiSebagai pengelola proyek percontohan yang bekerja di tingkatkomunitas, kami sering berhadapan dengan sikap tidak percaya yangdatang dari komunitas, menganggap bahwa solusi peringatan dini“berteknologi canggih” yang kami perkenalkan akan berbenturan atautidak sejalan dengan pendekatan berbasis komunitas yang akhir-akhirini makin populer diterapkan di Indonesia. Dan ini menjadi alasan kamiuntuk berdiskusi dan mengeksplorasi sedalam-dalamnya, bagaimanasuatu sistem peringatan dini tsunami yang “high tech” ini dapat berjalanselaras dengan pengelolaan resiko bencana berbasis masyarakat(CBDRM). Kami memasukkan dua fitur dalam edisi kali ini untuk membahasmasalah yang cukup menantang tersebut.Peresmian Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia semakin dekat,dan tentunya akan menjadi suatu momen besar bagi setiap pelakuyang terlibat dan berkontribusi dalam proses implementasi selama ini.Namun, harus selalu disadari bahwa pekerjaan belumlah selesai – masihada banyak hal yang belum lengkap, yang perlu disesuaikan, dandisempurnakan. Dan dalam hal penguatan kapasitas, masing-masingdari kita mengakui bahwa yang sudah dikerjakan barulah awalnya.Kumpulan pengalaman dari berbagai prakarsa berbeda (drill bencananasional, program komunitas LIPI, area percontohan <strong>GITEWS</strong>) perludikaji ulang secara sistematis, dan satu strategi pengarus-utamaanperlu segera disusun, guna memastikan lebih banyak kelompokmasyarakat ikut terkait ke dalam sistem yang ada.Hormat KamiHarald Spahn, Team Leader GTZ-IS


<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Proyek Kami |hal 2Kelompok Kerja Indonesia-Jerman untukPemodelan Risiko & Kajian KerentananDalam sebuah lokakarya selama 5 hari, 76 peserta dari berbagai institusi Indonesia,Jerman & komunitas internasional mempresentasikan dan berdiskusimengenai hasil asesmen risiko mereka, terkait ke upaya pengelolaan kebencanaandan peringatan dini tsunami untuk berbagai wilayah di Indonesia.Para ilmuwan yang tergabung dalamkelompok kerja Indonesia-Jerman, dibawah koordinasi dan pimpinan DLR &LIPI, bertemu selama 5 hari dalamlokakarya pada bulan Agustus lalu diBandung. Ini merupakan pertemuanmereka ke-4, yang mengundang pulapara pengambil keputusan dalam bidangkajian risiko & pengelolaankebencanaan. Lokakarya tersebutmenjadi kegiatan bersama antara LIPI,DLR dan <strong>GITEWS</strong> Capacity-BuildingUnit (CBU, InWent).Sasaran dan topik utama yangdipresentasikan serta dibahas adalah:1) hasil kajian di tingkat sub-nasionallokal (percontohan)2) panduan umum bagi kajian risikotsunami3) hasil-hasil yang relevan bagiperingatan dini & penanggulanganbencanaSesuai dengan kesepakatan kerangkakerja & metodologi bersama dalamlokakarya sebelumnya, hasil yangberbeda & produk yang ada ditampilkandan dibahas bersama.Produk asesmen risiko menampilkaninformasi spesifik tentang fase-fasedalam siklus kebencanaan. Informasi iniberguna untuk memastikan dapatditerapkannya pengelolaankebencanaan dalam upaya penguranganrisiko dan kesiapsiagaan bencana.Artinya, hasil kerja para ilmuwantersebut mampu memberikan informasiyang benar yang berkontribusi padabidang-bidang berikut ini:• Pembentukan sikap kesiapsiagaandan kewaspadaan• Peringatan dini & respon seketika• Perencanaan bantuan darurat kemanusiaan• Pemulihan (rekonstruksi &rehabilitasi)Topik sentral lainnya adalah peran produk-produkkajian risiko untuk rantaiperingatan serta strategi respon lokal(aspek “last-mile” nya).Di sini, tema sentralnya adalah kaitanantara informasi risiko tsunami yangdiberikan Pusat Peringatan Dini Tsunamidi BMG dan informasi yang ada di tingkatlokal.Dengan demikian, penyusunan panduandi tingkat nasional & lokal untuk asesmenrisiko tsunami sangat penting.Dalam lokakarya yang sama, dibicarakanpula strategi-strategi berbeda untukmemformulasikan panduan asesmenrisiko tsunami. Presentasi mengenaistrategi & produk asesmen risiko menunjukkanperanannya dalam membangunstandar nasional, termasuk kontribusiterhadap strategi UNESCO-IOC ICGWG3 dalam menyusun panduan kajianrisiko tsunami untuk Samudera Hindia.Lokakarya tersebut juga mengakuibahwa produk-produk kajian risiko yangdibahas menjadi sumber informasipenting untuk berbagai kebutuhan &upaya pengelolaan kebencanaan di tingkatnasional & lokal.Herryal Z. Anwar & Joachim Postherranw@yahoo.co.id;Joachim.Post@dlr.deProduk-produk kajian risikotsunami utama yang dipresentasikan& didiskusikanStrategi asesmen risikomembahas dua penggunautama & tingkat rincian sebagaiberikut:Pertama tingkat sub-nasionalmenangani informasi risikotsunami khusus bagi propertiperingatan dini & respons. Ditingkat ini, informasi risikotsunami akan tersedia untukseluruh pesisir Sumatra,Jawa & Bali yang menghadapselat Sunda.Peta Risiko TsunamiPeta Risiko Bahaya TsunamiPeta Kerawanan TsunamiKedua, informasi lebih terincimengenai risiko tsunamitersedia di tingkat masyarakatsetempat (area percontohan<strong>GITEWS</strong>). Di sini, informasirisiko terinci untuk mendukugberbagai kebutuhan perencanaanlokal (misalnya evakuasi,bantuan kemanusiaan& pemulihan) serta kesiapsiagaanlebih menonjol, danmembentuk kerangkapengelolaan kebencanaan ditingkat lokal.Langkah berikutnya dalam pemodelan risiko serta kajian kerentanan kebencanaan• Integrasi produk-produk serta metodologi yang dipresentasikan ke dalam strategi nasional dan upaya pengembangan panduankajian risiko tsunami di tingkat nasional.• Integrasi produk-produk tingkat sub-nasional ke dalam Sistem Peringatan Dini Tsunami (TEWS) dan Sistem PengambilanKeputusan (DSS serta mengkaitkannya ke informasi risiko sampai ke tingkat lokal di daerah-daerah percontohan <strong>GITEWS</strong>.• Peningkatan produk-produk kajian risiko ke tingkat yang lebih terinci khusus untuk daerah percontohan <strong>GITEWS</strong> melalui analisahasil survei yang baru-baru ini dilakukan untuk rumah-tangga, stabilitas infrastruktur serta bangunan-bangunan vital


<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Rekanan Kami |hal 3Pusat Peringatan Dini BMG / Drill Nasional di Bali 2006 / Poster ICTWKementrian Negara Riset & Teknologi, Republik IndonesiaSistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia:3 kegiatan penting sampai akhir 2008Peresmian Sistem PeringatanDini Tsunami Indonesia(INA-TEWS)Tanggal 11 <strong>No</strong>vember 2008 akanmenandai diresmikannya SistemPeringatan Dini TsunamiIndonesia di kantor PusatPeringatan Bencana Nasional diBMG Jakarta.Sistem tersebut secara resmi akandimulai pengoperasiannya olehBapak Presiden Susilo BambangYudhoyono. Acara tersebut akandihadiri para perwakilan UNESCOserta negara-negara donor.Kontribusi negara Jerman cukupbesar dalam pengembangan INA-TEWS. Software seismikSeisComP3 dan Decision SupportSystem (DSS) contohnyamerupakan inti dari sistem barutersebut. Bidang kerjasamalainnya adalah instalasi sistemsensor, simulasi, pemetaan risiko,dan penguatan kapasitas.Delegasi Jerman yang akanmenghadiri acara penting tersebutdipimpin oleh Parliamentary StateSecretary Thomas Rachel, yangdidampingi Scientific Director GFZyaitu Professor Reinhard Huettl,Pimpinan German MarineResearch Consortium ProfessorGerold Wefer serta perwakilankonsorsium <strong>GITEWS</strong> lainnya.Konferensi Internasional mengenaiPeringatan Dini Tsunami(ICTW)Setelah peresmian di Jakarta,RISTEK akan menjadi tuanrumah penyelenggaraan suatukonferensi internasional PeringatanDini Tsunami (ICTW). Sesuaitema yang diangkat, yaituMenuju Masyarakat Pesisir yangMakin Aman, konferensi tersebutmenjadi satu dari rangkaiankegiatan terkait dengan dimulainyapengoperasian INA-TEWS. Tujuan konferensi iniadalah menyatukan komitmensemua pihak dalam mengkonsolidasikankerjasama serta jaringkerja upaya pengembanganperingatan dini di negara ini.Selain itu, pada tanggal 14 & 15<strong>No</strong>vember diadakan pula Inter-Sessional Meeting ICG/IOTWSWorking Group 6 “Mitigasi, Kesiapsiagaandan Respons”bertempat di Grand Hyatt HotelBali.RISTEK dan BNPB juga sedangmempersiapkan satu PameranNasional Teknologi PengelolaanKebencanaan. Pameran yangdiadakan bertepatan dan di tempatyang sama dengan penyelenggaraanICTW tersebut, jugadimaksudkan untuk menyajikansuatu platform teknologipengembangan baru yang dapatdimanfaatkan para ahli negaraini untuk tujuan pengelolaanbencana.Drill Tsunami Nasional 2008Tanggal 26 Desember 2008akan menjadi saat pelaksanaanDrill Tsunami Nasional tahun ini.Kota yang menjadi pusat drill kaliini adalah Gorontalo; sementarabeberapa wilayah lain sepertiManado, Bengkulu, dan NADsecara serempak juga mengadakankegiatan serupa. Kotakotatersebut mempersiapkandiri untuk tsunami drill dengandukungan, misalnya, peta evakuasiyang dikembangkan olehLAPAN.Kabupaten Bantul adalah salahsatu daerah rawan bencana tsunamiyang juga mempersiapkandiri untuk mengikuti kegiatantsunami drill menggunakan sumberdayadan pengetahuan lokal,dengan pengawasan dari tingkatnasional.Bekerjasama dengan DepartemenDalam Negeri, RISTEK telahmengundang 138 kabupatenuntuk berpartisipasi dalam pelatihanpersiapan tsunami drilltersebut, yang diselenggarakanselama dua hari pada tanggal27-28 Oktober 2008 di Jakarta.Selama pelatihan, RISTEKmembagikan satu panduanbagaimana melaksanakan drilltersebut secara aman & benar.Kunjungi http://pirba.ristek.go.id/ictw untuk berita terbaru, dankirimkan e-mail Anda ke pirba@ristek.go.id untuk mendapatkaninformasi-informasi lanjutan.Dwinanta Utamadwinanta@ristek.go.idVidiarinaHenny.vidiarina@gtz.de


TEWS -CB<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Daerah Percontohan |hal 4Simposium Internasional Bencana ke-2 / Rapat Kemajuan Proyek dengan Rekanan LokalBerita dari Daerah PercontohanPadang“Padang sebagai daerah percontohan penerapan INA-TEWS sudah semakin majusetelah berhasil membentuk BPBD Kota Padang, membuat peta risiko bahayaresmi yang berdasarkan masukan dari para ilmuwan nasional & internasional, danpanduan strategi kesiapsiagaan bencana dengan kerangka INA-TEWS”Rencana Kerja PadangTerkait ke perubahan struktur danstrategi yang diusulkan oleh GTZ-ISguna mendukung implementasi INA-TEWS di Padang, telah dilakukanbeberapa kali rapat dengan satu tim kecilyang dipimpin oleh Bpk. Indra Catrisebagai koordinator Kelompok KerjaPadang. Tim kecil tersebut terdiri darikomponen BAPPEDA, DKS-PB2,KOGAMI, dan GTZ-IS.Satu rencana kerja bersama sampaiakhir tahun 2008 telah disusun untukmendukung proses implementasi TEWbagi wilayah Padang. Rencana tersebuttelah diselaraskan dengan rencana kerjadari para pemangku kepentinganlainnya, termasuk kontribusi setiaprekanan. Pemerintah Kota Padang akanmenindak-lanjuti usulan tersebut danmemasukkannya ke dalam anggaranbelanja daerah mereka (APBD).INA-TEWSKerjasama antara Masyarakat dan projectPemerintah lokal, institusi & masyarakatEarly Warning utk Tsunami & Kesiap-siagaanmasyarakatDukungan / BantuanGI-St rat egiLokalPADANGJAWAMasyarakat siapmenghadapi AncamanTsunamiTingkat NasionalINA – TEWSBALIAmbil yang perlu,tinggalkanyangtidakperluDengan pendekatan semacam ini,diharapkan agar rasa kepemilikan dankomitmen para pemangku kepentingandaerah akan semakin kuat di dalamkeseluruhan proses pelaksanaan kedepan.Simposium Internasional Bencana Ke-2Dalam rangka mendefinisikan suatu petarisiko bahaya (hazard) tsunami yangbersifat resmi, beberapa aktivitas telahdijalankan, misalnya pembahasan melaluiSimposium Internasional Bencana ke-1;Masalah & Solusi yang diprakarsai olehUniversitas Andalas dan didanai olehDewan Kelautan dan Perikanan (DKP)pada bulan <strong>Juli</strong> 20<strong>07</strong> lalu, dan rapatPadang Consultative Group yangdidukung oleh GTZ-IS pada bulan Januari2008 telah berupaya menjawabserangkaian pertanyaan kunci mengenaiskenario-skenario yang akan digunakandan peta risiko bahaya seperti apa yangdibutuhkan Padang. SimposiumInternasional Bencana Ke-2 yangdiselenggarakan oleh Universitas Andalasbersama dengan JSCE dan DKP di bulanAgustus 2008 lalu menciptakan suatuforum bagi para ilmuwan dan instutusiyang terlibat untuk berbagi data mengenaipengembangan pemetaan risiko bahayagelombang tsunami.Para ilmuwan Caltech & LIPI memberikandata terkini hasil riset mereka sementarailmuwan Jerman berbagi informasi terbarumengenai peta dasar. Semua institusiyang terlibat turut bekerjasamamengembangkan satu usulan peta risikobencana baru. Diharapkan padapertemuan berikutnya di bulan Januari2009 bersama dengan para pemangkukepentingan di Kota Padang, merekadapat menyepakati peta manakah yangakan dinyatakan sebagai peta risikobahaya resmi Padang.Willy Wicaksonowilly.wicaksono@gmail.comHendri Agung:hendriagung@yahoo.comStrategi Peringatan Diniuntuk PadangSebagaimana disetujuibersama Pemko Padang,GTZ-IS telah membuatkonsep terpaduimplementasi INA-TEWSuntuk Padang, yangrancangannya akandibahas bersama pararekanan lokal. Konseptersebut akan diselaraskandengan strategi lokal untukkesiapsiagaan bencanayang sudah ada (RencanaStrategis Padang untukKesiapsiagaan Bencana).Pemko Padang saat inisedang mengaktifkan satupusat operasi sementarauntuk keperluanperingatan dini bencanatsunami (PUSDALOPS)yang terletak di kantorBrigade PemadamKebakaran. GTZ-ISmemberikan dukunganberupa peralatan teknisdan pelatihan bagi parapetugas di posko siaga24/7 tersebut.Langkah Berikutnya bagi PadangImplementasi dari rencana kerja gabungan yang termasuk didalamnya suatu lokakaryauntuk mengkaji dan menilai kemajuan penerapan TEW di Padang, aktivasi PUSDALOPSserta pelatihan bagi staf PUSDALOPS tentang pengambilan keputusan saat menerimaperingatan dini.


<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Daerah Percontohan |hal 5Diagram perbandingan antara pendekatan yang digunakan dalam beberapa pemodelan / Peta Bali untuk kegiatan Drill 2006 / Para peserta lokakaryaBaliPengembangan strategi kesiapsiagaan tsunami untuk Bali terbukti bukanlah suatutugas yang ringan. Pertama, dibutuhkan pengertian mendalam tentang risikobahaya itu sendiri. Sejumlah ilmuwan & institusi tengah mengerjakan pemodelannumerikal serta kajian risiko bahaya. Consultation Workshop mengenai pemetaanrisiko bahaya tsunami di Bali telah berlangsung pada tanggal 7 – 8 <strong>Juli</strong> 2008 yangikut menghadirkan perwakilan pemda dan komunitas keilmuan lokal..Tujuan dari lokakarya yangdiselenggarakan oleh PemerintahProvinsi Bali tersebut adalah:• Mendapatkan pengertian yang tepatmengenai Risiko Bahaya (hazard)Tsunami dan kemungkinan dampakbagi Bali, agar para pembuatkeputusan lokal serta pemangkukepentingan lain dapat bersiap-siagajika tsunami terjadi nanti.• Menyepakati skenario & kriteria acuanuntuk zonasi risiko bahaya tsunamiagar mampu menyusun suatu PetaRisiko Bahaya Tsunami sebagai alatperencanaan kegiatan kesiapsiagaanbagi masyarakat & Pemda setempat.• Mengembangkan usulan-usulan bagikebijakan & panduan resmi dariPemda, yang diperlukan sebagaikerangka kesiapsiagaan, peringatandini, serta perencanaan evakuasitsunami di pesisir selatan Bali.Perhatian khusus selama lokakaryatersebut diberikan ke daerah pesisirselatan Bali yang menghadap lautanHindia; yaitu Kabupaten Badung &Denpasar.Hasil-hasil dari diskusi dan kesepakatanyang diraih selama lokakarya tersebutdidokumentasikan dalam bentuk:• Satu diagram perbandingan beberapapendekatan pemodelan yagn ada,serta spesifikasi masing-masing.• Satu dokumen berisi semua peta-petarisiko bahaya tsunami di Bali yangsaat ini ada• Satu rangkuman singkat denganpernyataan mengenai pertanyaanpertanyaanyang dibahas.Suatu kilas-pandang situasi geotektonikpulau Bali dipresentasikan olehAgus Riyanto (BMG-Bali), AsdaniSuhaemi (CGS) dan Igan Sutawidjaja(CVGHM). Menurut mereka, sumbergempa yang mungkin terjadi untuk Baliterletak di darat maupun dasar laut. Balitelah beberapa kali merasakan gempaberskala besar (M ≥ 6) pada tahun 1976,1979, 1984 & 2004. Empat sumbertsunami telah diidentifikasi, yaitu PalungSunda, Back Arc, longsoran dasarlautan, dan aktivitas vulkanik. Catatansejarah tsunami yang ada terkait kegelombang besar di Sumba (1977) danBanyuwangi (1994). Keberadaan suatu“seimic gap” harus turut dipertimbangkandalam kajian risiko bahaya.Mengenai pertanyaan skenario tsunamimana yang kira-kira bisa terjadi untukpesisir selatan Bali, para ahli mengambilkesimpulan bahwa dari keempat sumberyang ada bisa disusun berbagai skenarioyang semuanya bisa memicu gelombangtsunami. Saat ini, semua riset diarahkanke Palung Sunda beserta kemungkinandampaknya bagi pesisir selatan Bali.Untuk tiga sumber lain, belum tersediadata pendukung kuat – sehingga sampaisaat ini belum ada keputusan yang pasti.Pengetahuan yang ada saat ini belummemungkinkan mengidentifikasi satuskenario sebagai yang paling mungkinterjadi.Kelompok ilmuwan tersebutmengusulkan pengembanganpendekatan multi-skenario termasukskenario yang telah dihitung olehberbagai institusi.Gede Sudiarthagede_sudiartha@yahoo.comLangkah BerikutnyaSatu kelompok kerja terdiridari perwakilan-perwakilaninstitusi lokal di Bali(KESBANGLINMAS, BMG,BAPPEDA, PU, dll.) telahdibentuk sebagai langkahlanjutan masalah pemetaan.Kajian atas hasil lokakaryaKelompok Kerja Bali untukPemetaan Risiko BahayaTsunami telah dilakukan,dengan bantuan GTZ.Anggota konsorsium<strong>GITEWS</strong> (DLR, AWI, GKSS,DHI) akan mengintegrasikanskenario dari rekananinstitusi di Indonesia kedalam suatu Peta RisikoBahaya Tsunami multiskenario untuk pesisirselatan Bali. Satu versiterbaru akan siap pada akhirtahun 2008Pertemuan Kelompok KerjaBali berikutnya dengankonsorsium <strong>GITEWS</strong>diadakan bersamaandengan ICTW bulan<strong>No</strong>vember 2008 di Bali.Peta Seismotektonik BaliHarald Spahnharald.spahn@gtz.deLangkah Berikutnya bagi BaliMendukung pelaksanaan layanan siaga 24/7 sementara di tingkat provinsi. Pelatihan personil di kalanganpemprov serta PMI Bali agar mampu mengoperasikan layanan tersebut dan penyediaan peralatan tambahan.Pelatihan sejumlah fasilitator untuk melanjutkan kampanye kesadaran masyarakat rawan bencana.


<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Daerah Percontohan |hal 6Para anggota Pokja mengikuti Lokakarya ke-10 / Bp. Joko Waluyo dari Kesbang dan Linmas Kabupaten Kebumen membuka LokakaryaJawaKelompok Kerja dari Kabupaten Bantul, Kebumen & Cilacap sedang mempersiapkanberbagai kegiatan di tingkat masyarakat pesisir guna menciptakanmodel-model untuk implementasi. Prioritas pada pengembangan rencanaevakuasi, fasilitas kampanye kesadaran publik, dan implementasi layananperingatan dini lokal.Lokakarya ke-10 di JawaPemerintah Kabupaten Kebumenmenjadi tuan rumah Lokakarya ke-10pada tanggal 15 - 16 <strong>Juli</strong> 2008 lalu.1. Getting started2. Element to beconsidered3. Defining strategiesfor evacuation (How?)Evacuation Planning ProcessWho? Mandate?Timeframe?Resources? Reference?Hazard zone & safezone, evacuationroutes, vulnerablegroups, critical infra.Horizontal & verticaloptions, triggers,supports, signingWork Plan: what,who, when?Map with allrelevant elementsEvacuation Plan:documents, SOP,maps4. How to dosocialisation?SocialisationPlan5. Drill exercises ExercisePlanPokja dari Bantul, Kebumen danCilacap saat ini sedangmengembangkan strategi evakuasi danpeta evakuasi di tingkat kabupaten.Hasilnya akan dijadikan master planbagi masing-masing kabupaten. Dikemudian hari, diharapkan produkproduktersebut akan menjadi rujukanpada saat desa-desa pesisirmengembangkan rencana evakuasimereka.Peningkatan kesadaran juga menjadifokus lainnya untuk pertemuan bulanberikutnya. Sejumlah perwakilanmasyarakat setempat saat ini telahdipilih untuk diikutsertakan dalampelatihan fasilitator. Setelah pelatihan,para fasilitator lokal tersebut akandilibatkan dalam kampanye kesadaranmasyarakat mengenai bencana.Pelatihannya akan diselenggarakanoleh tim dari GTZ bekerjasama denganUniversitas Veteran (PSMB-UPN).Baik perencanaan evakuasi maupunkegiatan kampanye kesadaran publikakan dilaksanakan di beberapakomunitas terpilih di setiap kabupaten.Hasilnya dapat menjadi modelpelaksanaan bagi wilayah lainnantinya.Layanan Peringatan Dini TsunamiLokalPokja-pokja tersebut, didukung olehGTZ sedang mempersiapkanberdirinya pusat layanan operasionalsiaga 24/7 di tiga kabupaten. Layanansiaga 24/7 ini akan menjadi pusatpenyebaran peringatan di daerahuntuk menerima pesan peringatan dariBMG, menganalisa dan membuatkeputusan, serta menyebarkan pesanperingatan / paduan ke masyarakatpada saat terjadinya gempa bumi atautsunami. Perancangan peralatankomunikasi dan alat pendukunglainnya telah disepakati.Anggota Pokja sedang berdiskusi ttg rencana evakuasi.Untuk mendukung layanan siagatersebut, dua alat penerima pesanperingatan untuk masyarakatsetempat akan dipasang di ketigakabupaten, sebagai model untukkemungkinan diterapkan di tempat laindi masa mendatang. Selain berupapemasangan di lokasi yang baru,modifikasi fasilitas publik yang ada,termasuk masjid-masjid, jugadipertimbangkan untuk tujuan yangsama.Rencana Tsunami Drilldi BantulImplementasi kegiatan ditingkat masyarakat saat iniadalah sebagai bagian daripersiapan Pemkab Bantuluntuk berpartisipasi dalamtsunami drill, yang akandiselenggarakan padatanggal 26 Desember 2008nanti. Latihan siaga tsunamitersebut akan melibatkanbeberapa masyarakat yangsudah dipilih, di kecamatanSanden dan Srandakan.Kantor BPBD Cilacap sedangdibangunBPBD CilacapCilacap sedangmempersiapkan pendirianBadan PenanggulanganBencana Daerah (BPBD),sebagaimana diamanatkanoleh Perda yang terbit padatanggal 15 Agustus 2008lalu. Strukturkeorganisasiannya sudahdipastikan; gedungkantornya sedang dibangun.Kantor BPBD tersebutdiharapkan selesai danmulai beroperasi di awal2009.Langkah Berikutnya untuk JawaPara anggota Kelompok Kerja berencana memfasilitasi pengembangan rencana evakuasi di tingkat pedesaan.Perwakilan dari masyarakat pesisir yang telah dipilih, akan diikutsertakan dalam pelatihan fasilitator; kemudianmereka akan mejalankan kegiatan kampanye kesadaran publik di tengah Masyarakat. Peralatan komunikasi akandipasang di pusat-pusat peringatan daerah dan fasilitas publik. Bantul sedang mempersiapkan diri untuk mengikutitsunami drill tingkat nasional pada bulan Desember 2008.


<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Fitur |hal 7“Kentongan” atau “Kul-Kul” & Kesiapsiagaan Masyarakat vs Sirene & Pembuatan Keputusan oleh Pemerintah?Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (CBRDM) & TWS“Sulit buat saya untuk percaya INA-TEWS nantinya akan bermanfaat bagi masyarakat selama masih dikelola olehpemerintah, dan memerlukan teknologi yang mahal”, demikian kata seorang teman yang dulu bekerja di LSM.“Memang konsep INA-TEWS bagus, tapi seharusnya kita lebih mendorong peran peringatan diri lokal”, usul seorangpraktisi ketika turun menyusun rencana implementasi peringatan dini tsunami (TEW). INA-TEWS masih terusdikembangkan. Para aktor yang terlibat masih berdiskusi, dan seringkali mempertanyakan efektivitas sistem ini.Tanda peringatan alam (getaran tanah) sering dianggap lebih meyakinkan, dan informasi peringatan dari BMGmungkin datangnya terlambat, kata beberapa orang. Apakah memang demikian, bahwa pendekatan berbasis komunitasyang mengandalkan pengamatan tanda-tanda alam tidak sejalan dengan TEW yang canggih?Selama mengerjakan proyek ini,kami banyak mendengar pertanyaankekuatiran semacam ini. Jawabanyang tepat memang tidak mudah,namun jika kita menggali lebih dalamke inti permasalah sebenarnya,pemahaman yang tepat akan mulainampak jelas.Bottom-Up vs Top-Down?Kebanyakan aktor pengelolaan kebencanaanmengupayakan pendekatanberbasis komunitas yang sifatnyadari bawah-ke-atas (CBDRM); hal inisering dilihat sebagai lawan pola intervensipemerintah yang gayanyaadalah atas-ke-bawah, terkait keTEW. Dalam konteks inilah, seringkita dengar kebutuhan adanya suatu“sistem peringatan dini lokal”. Jika“lokal” di sini diartikan sebagai kearifanmemahami gejala-gejala alam(bumi bergetar, air laut surut), makatidak dipungkiri pentingnya memanfaatkantanda-tanda bahaya ini sebagaipemicu tindakan penyelamatandiri – ini tidak diragukan lagi.Bagaimanapun juga, suatu sistemperingatan dini yang lengkap mengandalkanpada kerjasama dan kontribusiberbagai aktor dan tingkat,agar bisa berfungsi baik.High-Tech vs Low-Tech?Diperlukan suatu sistem pengawasanyang sangat canggih untuk bisamemprediksi tsunami, termasuk ahliahliyang menganalisa dan menerjemahkandata, dan memutuskanapakah suatu pesan peringatan perludisebarluaskan. Namun, perintahevakuasi selalu ada di tangan pemerintahsetempat. Perangkatperangkat“berteknologi rendah” dapatmemainkan peran pendukungpenting, ketika diputuskan harusmenyebar-luaskan peringatan dini kemasyarakat berisiko dengan carayang efektif & efisien.Kesiapsiagaan adalah kunci mengurangirisiko bahaya tsunamiBahaya gelombang tsunami di Indonesiahanya menyisakan jangkawaktu yang sangat pendek untukpenerbitan pesan siaga/bahaya –dan inilah tantangan besar bagimasyarakat pesisir. Mungkin tandaperingatan yang pertama-kali didapatadalah gempa bumi sendiri. Padasaat itu, setiap orang seharusnyasudah tahu apa yang mereka lakukan,tanpa harus menunggu munculnyatanda bahaya tsunami dari pihakmanapun. Setelah itu, barulah timbulkebutuhan mendapatkan informasidan instruksi dari sistem peringatandini tersebut, untuk memandumasyarakat setempat, apakah harussegera mengevakuasi diri, atau tidakada bahaya tsunami, dan gempayang baru saja terjadi dipastikan tidakakan memicu tsunami.Agar menjadi efektif, sistem peringatandini perlu dimasukkan ke dalampola komunitas setempat agar mudahdipahami dan relevan. Itulahmengapa sekarang, komunitaspenanggulangan bencana internasionalmempromosikan konsep “sistemperingatan dini berpusat keorang”, dengan menekankan perankomunitas lokal dalam pengembangandan implementasi sistem itu.Kaitannya dengan INA-TEWS; sistemini dilihat sebagai penyediapesan peringatan dari BMG yangharus tepat-waktu dan memenuhikebutuhan masyarakat setempat,dan berdasarkan pesan resmi nasionaltersebut, pemda dapat mempersiapkanpanduan atau instruksiresmiKesiapsiagaan memerlukanpemahaman lengkap mengenairisiko bahaya yang mungkintimbulWalaupun tsunami cukup seringterjadi di Indonesia, kebanyakanorang yang tinggal di daerah rawanbencana belum pernahmengalaminya sendiri. Untukmeningkatkan kesiap-siagaan, petapetarisiko dan rencana evakuasidiperlukan. Pembuatan dokumenacuan ini tidak bisa dipasrahkan kemasyarakat sepenuhnya, mengingatada unsur pengetahuan yang tidakmereka miliki untuk itu. Diperlukandukungan keahlian dari luar. Setelahjadi, peta evakuasi harus dinyatakansebagai peta resmi oleh pemdasetempat – dan masyarakat tetapharus memahami bahan referensi ini,agar mampu mengembangkanrencana-rencana kesiapsiagaanmereka sendiri.Urusan tsunami di Indonesiamemang penuh unsur ketidakpastiankapan akan terjadi, dan bilamanaterjadi, waktu bersiap sangatlahpendek. Pengalaman pembelajaranyang kami dapat dari bekerja didaerah percontohan proyek inimengukuhkan pendapat bahwametode “bottom-up” dan “top-down”,dalam arti tanda-tanda peringatanalam dan pesan peringatan darisistem INA-TEWS, harus digunakanbersama. Kita perlu memperkuatkewaspadaan masyarakat rentan,sekaligus prosedur peringatan dinibencana buatan pemerintah.Kesimpulannya, alih-alihmemperdebatkan sistem mana yangpaling tepat, gunakanlah semua opsiyang ada, gabungkan dengan suatucara yang menghasilkan kontribusiterbaik: yaitu keselamatan publik.Memang itulah tujuan kita bekerja.Henny Dwi Vidiarinahenny.vidiarina@gtz.deHarald Spahnharald.spahn@gtz.de


<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Fitur |hal 8CBDRM - EWS – Peringatan Dini yang Berpusat pada OrangDalam lembar Fitur “CBDRM dan TEW“(halaman 7) dijelaskan mengenai beberapa referensi konsepinternasional yang diadopsi disini. Halaman ini menjelaskan singkat mengenai ide-ide di belakang istilahistilahitu.CBDRMKonsepCBDRM = Pengelolaan RisikoBencana Berbasis Masyarakat“ Satu proses pengelolaan risikobencana dimana masyarakatrawan bencana dilibatkan secaraaktif dalam identifikasi,analisa, perawatan, pengawasan,dan evaluasi risiko-risikobencana, agar mengurangi kerentananmereka, dan meningkatkankemampuan mereka. Iniberarti, masyarakat menjadi intipembuatan keputusan dan implementasikegiatan pengelolaanrisiko bencana itu sendiri.Keterlibatan semacam itumenjadi yang terpenting bagimasyarakat yang paling rentan,dan bagi yang agak rentan,perlu didukung. Dalam CBDRM,pemda dan pemerintah pusatdilibatkan serta mendukungpenuh.“ (ADPC 2003).Hasil yang diharapkan dariCBDRM adalah peningkatankeselamatan publik,kemampuan bertahan(resilience) yang makin tinggi,keamanan sumber-sumberpenghidupan, kesetaraan dankeberlangsungan pembangunandi komunitas rentan tersebut.CBDRM berkontribusi bagiproses transformasi tersebutdengan cara mengidentifikasiakar masalah kerentanan danmengupayakanpengurangannya agar tercapaistandar tingkat hidup dasar:„Tinggal di komunitas yang lebihaman dimana komunitasmenjadi pelaku utama, danpengetahuan, budaya serta adatmereka diakui dan dihormati“.EWS4 Elemen KunciEWS = Sistem Peringatan Dini“Peringatan Dini berartipenyediaan informasi yangtepat waktu dan efektif, melaluiinstitusi resmi, yangmemungkinkan individual yangtinggal di daerah rawanbencana mengambil tindakanuntuk menghindari ataumengurangi risiko bencana itu,dan bersiap siaga sebagaitindakan yang efektif” (ISDR,2001)Sistem peringatan dini yanglengkap & efektif terdiri dari 4elemen utama, yaitu:1. Memahami danmemetakan risiko nyata;2. Memantau danmemperkirakan dampakbencana jika terjadi;3. Memproses &mensosialisasikan tandabahaya yang dimengerti kepemda dan masyarakat,4. Menjalankan tindakanyang benar dan tepatwaktu saat tanda bahayaberbunyi.Hazards & RisksKnowledge,Risk mappingWarningContent,Territorial validity,TransmissionForecastingObservation,InterpretationDecisionReactionPreparedness,Evacuation andContingencyPlanningMasalah yang perludiperhatikan dan dimasukkandalam pertimbangan ketikamerancang serta memeliharasuatu sistem peringatan diniyang efektif adalah:• Pengaturan institusional dankepemerintahan yang efektif• Pendekatan multi-bahaya• Keterlibatan masyarakatlokal• Pertimbangan persektifjender dan keragamanbudaya setempatPeringatan DiniBerpusat pada MasyarakatPesan Utama“Agar efektif, sistem peringatandini harus dimasukkan,dipahami sepenuhnya danrelevan bagi masyarakat yangdilayani oleh sistem itu.” (KobeReport 2005)Dengan demikian, sistemtersebut harus dikembangkansedemikian hingga tetapberfungsi ketika diperlukan,dan bahwa tanda bahayadiberikan tepat waktu,dimengerti luas, dandipandang sebagai tandabahaya resmi, dan ditindaklanjutidengan kesiagaandarurat oleh individu yangtinggal di daerah rawanbencana tersebut.Komponen inti berikut ini adadalam sistem peringatan diniyang berpusat pada orang:• Penggabungan antaraelemen-elemen ‘Bottom-up’dan ‘Top-down’• Keterlibatan masyarakatsetempat dalam prosesperingatan dini• Pendekatan multi-bahaya• Pembangunan kesadaranrisiko bencana ke dalamstruktur komunitasHenny Dwi VidiarinaHenny.vidiarina@gtz.de


<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Fitur |hal 9National Warning Center(BMG)Monitor EQ data (etc.)Decide on warning levelDisseminate warningWarningLocal Authorities(district / province)Interpret WarningDecide on reactionDisseminate guidanceGuidanceCommunities at riskReact on natural signs,warning (BMG) andguidance (Local Govt.)Garis pesisir rawan tsunami di Indonesia / Pembagian tanggungjawab dalam INA-TEWS / Poster kesadaran publik tentang bahaya tsunami<strong>Penguatan</strong> <strong>Kapasitas</strong> Lokal dalam INA-TEWS– rencana ke depan<strong>Penguatan</strong> kapasitas adalah suatu proses jangka panjang dan terus-menerus yangmendukung menciptakan suatu lingkungan yang mampu, didukung oleh kerangkakebijakan dan hukum yang tepat, pengembangan institusional, dan partisipasi komunitas.Keberhasilan besar telah dicapai dalam pembentukan komitmen untukmengembangkan TEWS dari ujung ke ujung bagi Indonesia. INA-TEWS akandiresmikan pada bulan <strong>No</strong>vember 2008. Namun, tidaklah realistis jika mengirabahwa tugas menghubungkan semua wilayah pesisir rawan tsunami akan selesaibegitu komponen teknisnya sudah selesai dibangun. Diperlukan penguatan kapasitassecara berkelanjutan dalam INA-TEWS guna mendukung pemda-pemdadan masyarakat setempat bersiaga mengatisipasi tsunami, menghubungkanmereka semua ke sistem INA-TEWS dan mempersiapkan baik individu maupuninstitusi agar mengambil tindakan yang tepat pada saat bencana datang.Dialog berkelanjutan antara mereka ditingkat lokal dan nasionalPengembangan & pelaksanaan INA-TEWSmasih berlangsung. INA-TEWS dirancangsebagai satu sistem lengkap End-to-Enddan melibatkan sejumlah besar pemangkukepentingan di tingkat internasional,nasional dan lokal. Pengembangan saturantai peringatan dan layanan tandabahaya yang sesuai persyaratanmasyarakat rawan perlu melibatkan dialogterus-menerus antara yang di pusat dan didaerah. Satu badan koordinasi harusmemfasilitasi dialog semacam ini denganmekanisme yang jelas.Menciptakan link butuh waktu…Menghubungkan semua daerah rawantsunami dan masyarakatnya ke INA-TEWSadalah satu dari tugas paling sulit bagisistem End-to-End tersebut. Tugas inibelum selesai pada <strong>No</strong>vember 2008.masukan teknis dari proses ini datang daripengalaman prakarsa-prakarsa yangberbeda, misalnya drill nasional, kegiatankesiapsiagaan LIPI, hasil dari daerahpercontohan <strong>GITEWS</strong> dll, yang perludirevisi dan dievaluasi lebih lanjut. Praktekdan strategi terbaik itu harus dibagikan kekomunitas lain agar mereka bisamenghubungkan diri sendiri ke sistemtersebut. Satu instansi nasional resmidapat mendukung koordinasi upaya-upayatersebut.Menciptakan link butuh panduan …INA-TEWS dirancang dengan pembagiantanggungjawab jelas antara pusat (pesanperingatan) dan daerah (pembuatanpanduan bagi masyarakat yang menerimapesan peringatan). Banyak pemda masihbelum sadar apa peran mereka dalamkonsep INA-TEWS ini, termasuk belummenganggarkan dan belum membentukinstansi di daerahnya. Panduanpelaksanaan TEW di tingkat daerah perludibuat di pusat.Dokumen awal yang tersedia (di RISTEK,Depdagri & BMG) perlu disempurnakanberdasarkan pengalaman pelaksanaanprogram ini wilayah-wilayah, agar isinyasesuai dengan kebutuhan praktispemerintah daerah setempat.Pendekatan Multi-Bahaya, kerjasamaantar kabupaten, dan peran provinsiAgar dapat memenuhi tanggungjawabdalam memberikan panduan bagimasyarakat yang terpapar risiko tersebut,pemda setempat perlu mendirikan poslayanan siaga 24/7 dan panduannya.Pengalaman dari 3 daerah percontohan<strong>GITEWS</strong> lain menunjukkan, pendirian possiaga tsunami semacam ini hanya mungkindilakukan bila menggunakan pendekatanmulti-bahaya. Khususnya pengitegrasianTEW kedalam BPBD yang baru, perludiupayakan. Memang masih menjadipertanyaan, apakah kabupaten kecil dankurang mampu secara ekonomi juga harusmempunyai dan mengoperasikan pos siagasemacam itu. Untuk tempat-tempattersebut, juga untuk yang lain, bisa dicobastrategi alternatif lain, misalnya dua-tigakabupaten mengoperasikan satu pos siagabencana bersama. Layanan yang diberikanprovinsi juga penting disini.Mempromosikan satu “skema reaksistandar” untuk pemda dan masyarakatSebagaimana Pusat Peringatan BencanaNasional BMG berupaya merevisi standartingkat peringatan, juga penting untukmendorong terciptanya suatu skema reaksistandar untuk setiap jenis pesan peringatanyang diterima di tingkat lokal. Ini akanmemungkinkan pemda setempat membuatprosedur pengambilan keputusan sendiridan juga panduan jelas apa yang harusdilakukan masyarakat bila mendengartanda bahaya. Skema yang disetujuibersama dan dikenal luas semacam ituakan membuat mereka yang menerimaperingatan BMG (contohnya lewat TV)tanpa panduan, tetap tahu apa yang harusmereka segera perbuat.Apa lagi?Aktivitas Pendidikan danoutreachPengetahuan danpemahaman mengenairisiko bahaya tsunami danperingatan dini menjadikunci mengurangi korbandan kerugian jika bencanadatang. Kesadaransemacam ini dapatdiintensifkan misalnyalewat integrasi ke dalamkurikulum sekolah.Aktivitas outreach lainnyamentargetkan pejabatpemda dan parapengambil keputusansetempat, pemimpinkelompok dan adat, gunamemperkuat kesadaranpublik akan program ini.Standar pemetaanbahaya sebagai kondisiawal bagi perencanaankesiapsiagaan yg efektifTidak adanya peta resmibahaya tsunami menjadisatu titik penghambatutama kegiatan kesiapsiagaanmasyarakat. Parapemangku kepentinganmasih sulit dapatmengembangkan sendiripeta semacam ini, tanpaada bantuan teknis pihakluar. Di beberapa area(misalnya Bali, Padang)tiap instansi memegangpeta yang berbeda,dengan skenario dankriteria zonasi berbedapula. Kami mengusulkandikembangkannya suatupendekatan terkoordinasidan satu panduan bagipemda dalam prosedur,penggunaan sumberinformasi dan spesifikasiteknis pengembangan petarisiko bahaya tsunami.Michael W. Hoppemw.hoppe@yahoo.co


<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Fitur |hal 10Bali dan kekhususan budaya serta adatnya.Membangun Kesiapsiagaan Tsunami & KemampuanPeringatan Dini Tsunami: Pengalaman Terbarudari BaliSebelum ini, kesiapsiagaan & peringatan dini tsunami tidak pernah masuk dalamprioritas pemda dan masyarakat di Bali. Kampanye kesadaran publik (outreach)masih terus dilaksanakan, dan keterlibatan instansi pemerintah memang meningkat.Ini adalah berkat dari komitmen pengelolaan kebencanaan di tingkat pusat,dan juga meningkatkan pemahaman kebutuhan kesiapsiagaan bencana yang konsistendi tingkat lokal. Pendekatan terbuka diperlukan guna membangun kapasitasinstitusional serta meningkatkan kesadaran publik dengan memasukkan perspektifberbeda terhadap risiko bahaya tsunami dan peringatan dini..Perspektif BencanaBagi banyak penduduk Bali bahaya tsunamiitu tidak nyata. Pengalaman lokal bencanatsunami biasanya membuat bertambahnyaupaya-upaya kesiapsiagaan dan dukunganuntuk kesadaran. Masyarakat Bali beruntung,tidak mengalami kejadian tsunami yangmenghancurkan di sepanjang sejarah Bali.Hal ini menjadi satu alasan mengapa baruakhir-akhir ini pemerintah Bali menggalakkankesiapsiagaan dan penanggulangan terhadaptsunami. Tentunya, alasan lain adalahdiundangkannya UU PB pada tahun 20<strong>07</strong>,yang mengharuskan setiap provinsi (danopsional bagi kabupaten) untuk memilikiinstitusi penanggulangan bencana.Kebanyakan masyarakat Bali, sampai hari ini,sangat mematuhi aturan adat-istiadatberdasarkan kepercayaan tradisional sertaagama Hindu. Kepercayaan ini menunjukkancara pandangnya sendiri terhadap penyebabbencana alam, dilakukan secara turuntemurun,yang membedakannya daripenjelasan ilmiah. Di sisi lain, implementasiperingatan dini tsunami (TEW) didasarkanpada kesimpulan ilmiah mengenai bahayatsunami.Masyarakat Bali taat pada kepercayaan adatmereka, hal ini berlaku pula pada kegiatan dipemerintahan. Bagi banyak pejabatpemerintahan di Bali, kesiapsigaan tsunamimerupakan topik yang tidak tersentuh. Untukdapat mengembangkan peringatan dini danmendukung kesiapsiagaan, kapasitasinstitusional di pemerintah harus dibangun,dan perspektif lain harus dipertimbangkanpada saat harus menjelaskan alasan perlunyaperingatan dini bagi masyarakat.Pendekatan InstitusionalSejak awal tahun 2008 telah dilakukanpendekatan intensif dengan pemda Bali,dengan pusat perhatian pada kajian bahaya,pengembangan rantai peringatan, dandukungan untuk pengembangan insitutional.Staf pusat peringatan daerah di KabupatenBadung dan di tingkat provinsi termasuk pulapersonil PMI cabang Bali telah menerimapelatihan mengenai bahaya tsunami,peringatan dini, serta prosedurpengoperasionnya. Institusi-institusi(pemerintah dan non pemerintah) di Bali akansegera memulai sosialisasi di beberapakelompok masyarakat percontohan.Kesbanglinmaspol, di tingkat pemerintahprovinsi, menyusun struktur institusional yangjelas, dan menunjuk personil untuk peringatandini tsunami di Pusdalops. Manajemen danperencanaan yang lebih baik, danmeningkatnya semangat karena peranan yanglebih jelas menguatkan proses peningkatankapasitas, dan berkontribusi bagimeningkatnya kerjasama eksternal danpertukaran.Pendekatan ke Struktur AdatOrang Bali berbangga dengan masyarakattradisionalnya, yang dikenal dengan StrukturDesa Adat. Selain struktur pemerintahanresmi, sistem ini sangat menentukan di Bali.GTZ IS bersama dengan mitranya mulaimeningkatkan upaya menghubungkanTEWdengan sistem tradisional tersebut. Pertemuandan lokakarya akhir-akhir ini dengan parapimpinan adat memberikan kesempatanmembahas perspektif bahaya tsunami danTEW, dan menyampaikan informasi danmenambah pemahaman mengenai metodedan pokok bahasan yang sesuai untukaktivitas outreach nantinya. Akhirnya,pertemuan ini membantu mengumpulkan idetentang siapa yang menjadi aktor potensialdalam Struktur Desa Adat untuk penyebaraninformasi jika terjadi situasi kedaruratan.Rekomendasi daripertemuan denganpara pimpinan adatRekomendasi daripertemuan dengan parapimpinan adatPara perwakilan masyarakattradisional Bali mengusulkanbahwa GTZ IS bersamamitranya perlu segeramemulai aktivitas outreachguna menyediakan informasidan meningkatkankesadaran. Merekamengharapkan agar efektifdan menarik bagi warga,sosialisasinya menggunakanpertunjukan tradisional,misalnya wayang kulit, danjangan hanya bergaya kuliahyang kurang menarik.Informasinya tidakmenggunakan istilah teknis,yang sulit dipahami.Pengetahuan dasar tentanggempa bumi dan bahayatsunami dan bagaimanamenyelamatkan diri darikedua bencana adalah yangpaling penting.Sektor Pariwisata:Kerjasama dengan BaliHotel Association (BHA)Bali terpilih sebagai salahsatu daerah percontohan<strong>GITEWS</strong> karenamenonjolnya sektorpariwisata, dan peranpentingnya bagi ekonomisetempat. Kerjasamadengan pihak swastadifasilitasi oleh BalineseTourism Board (BTB) danasosiasi hotel di Bali (PHRI& BHA). Kekhawatiranutama hotel-hotel tersebutlebih terkait dengankehandalan sumberperingatan dan peta risikosebagai dasar perencanaankesiapsiagaan.Gede Sudiarthagede_sudiartha@yahoo.com


<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Publikasi |hal 11Keterkaitan antara Tingkat Nasional dan Lokal / Meningkatnya Pengetahuan dan Kesadaran / Dokumen-dokumen ProyekLaporan Rangkuman ProyekSetelah berjalan selama hampir 2 tahun, proyek tersebut baru saja menyelesaikansuatu Laporan Rangkuman Proyek yang memberikan pembahasanlengkap mengenai baseline dan studi kasus, perangkat, manual, pengalamanyang didapat dari daerah percontohan, termasuk usulan dari pihak lokal, gunamengembangkan sistem peringatan dini tersebut ke tingkat lebih lanjut.Sejak awal, proyek ini telah menerbitkanserangkaian hasil kajian baseline gunamenjadi informasi dasar bagi tim kerjadan para rekanan mengenai statusterbaru INA-TEWS termasukpengalaman yang ada terkait denganbencana tsunami & peringatan dini diIndonesia.Aktivitas dalam proyek ini berjalanserentak di tingkat nasional & lokal.Pengalaman yang ditimba dari daerahpercontohan didokumentasikan danditerjemahkan menjadi panduan atautool (Project Output) yang akanmemungkinkan komunitas lain diIndonesia menghubungkan diri merekake INA-TEWS dan mempersiapkan dirilebih baik. Topik masalah yang dibahasproyek ini adalah (1) pengetahuantentang pemetaan risiko bahayatsunami, (2) prosedur & teknologi untukpenyebaran pesan peringatan (3)rencanan evakuasi & kontingensi. Yangdianggap vital di sini adalah masalahpeningkatan pengetahuan & kesadaran,kerangka kerja legal, koordinasi antarpemangku kepentingan serta drill &simulasi.Proyek ini telah melakukan beberapaprogram pendidikan, guna memperkuatkesadaran terutama di lingkup sekolah(modul pelatihan, poster & komik). Satudaftar periksa disiapkan untukmendukung para pemangku kepentinganlokal melakukan asesmen, perencanaandan pengawasan pelaksanaan sertapemeliharaan mekanisme peringatandini & siaga tsunami tersebut, di tingkatmasyarakat pesisir.Rekomendasi Proyek IniBelajar dari pengalaman pelaksanaanproyek di daerah-daerah percontohanselama 2 tahun, proyek ini menyodorkanserangkaian usulan kepada pararekanan di tingkat nasional terkaitdengan pengembangan peringatan dinitsunami selanjutnya di tingkat komunitaslokal. Sasaran proyek ini adalahmenjawab pertanyaan sentral mengenaibagaimana mengintegrasikan(mengarus-utamakan) sistem peringatantersebut ke lebih banyak masyarakatpesisir. Masalah interpretasi pesanperingatan oleh otoritas setempat danjuga penerjemahannya ke dalampanduan tindakan oleh satuan siaga24/7 di tingkat lokal juga perlu dibahas.Singkatnya jeda waktu yang ada – darigempa sampai saat gelombang tsunamibenar-benar menghantam daerah pesisir– inilah yang menuntut agar rantaiperingatan dibuat sesingkat & sependekmungkin. Hubungan yang lebih langsungantara BMG dan satuan siaga di tingkatmasyarakat pesisir itulah yangdirekomendasikan disini. Berbagaipengalaman pembelajaran dalam proyekini mengukuhkan pendapat bahwaketiadaan peta-peta risiko bahayatsunami resmi yang dapat digunakan ditingkat lokal, menjadi titik utamatersendatnya perencanaankesiapsiagaan di tingkat komunitassetempat.Henny Dwi Vidiarinahenny.vidiarina@gtz.deErma Maghfiroherma maghfiroh@yahoo.co.idPemetaan Risiko BahayaTsunamiPada saat proyek ini dimulai,tidak ada peta-peta bahayatsunami resmi di daerahdaerahpercontohan. Proyekini kemudian mendukungupaya & prakarsamenciptakan dialog antaraperwakilan komunitasilmuwan dan para pengambilkeputusan pemerintahdaerah setempat, sepertiyang terjadi di Padang danBali, yang mengarah padapembuatan peta resmitersebut (SimposiumPadang pada <strong>07</strong>/20<strong>07</strong>,Padang ConsultativeMeeting 01/2008, BaliConsultation Workshop<strong>07</strong>/2008).Bagi kabupaten-kabupatendi pulau Jawa yang dijadikandaerah percontohan(Cilacap, Kebumen, Bantul)satu metodologi sederhanadan partisipatif dalampemetaan risiko bahayatsunami untuk daerahmasing-masing telahdikembangkan, dandiaplikasikan dengandukungan BMG Yogyakarta,DKP dan UGM. Prosestersebut dirangkum dalamlembar best practice danpendekatan metodologis-nyadidokumentasikan dalampanduan metodologis.Perkembangan Pembuatan Video Durasi PendekSetelah lolos beberapa kali sesi preview yang melibatkan para ahli dari BMG, RISTEK, MPBI dan ITB, makaproduksi video tersebut saat ini memasuki babak penyuntingan akhir. Video pendek pertama, berjudul “GempaBumi dan Tsunami” akan ditayangkan perdana selama Pameran Nasional Ke-4 yang diselenggarakan oleh LIPIdi Taman Pintar Jogjakarta, pada tanggal 24 - 26 Oktober 2008.


<strong>No</strong>. <strong>07</strong> | <strong>Juli</strong>-<strong>September</strong>‘08 | GTZ-IS <strong>GITEWS</strong> | Tim Kami |hal 12WP 6300Pertemuan Partner & Tim Nasional27 – 28 Agustus 2008Pertemuan tim kedua tahun ini diadakan di Jakartadengan fokus pada kerjasama di tingkat nasional. Haripertama pertemuan dikhususkan bagi pertukaranberita perkembangan terbaru mengenai pembentukankapasitas antara institusi partner nasional (RISTEK,BMG dan Depdagri), partner dari Jerman (BGR, In-Went, Program Tata Kelola Pemerintahan Lokal yangBaik oleh GTZ), UNESCO dan tim GTZ-IS.Setelah penjelasan perkembangan terbaru proyek ini,dan presentasi singkat mengenai versi rancangan dokumen“Laporan Rangkuman Proyek” setiap partnermempresentasikan hal-hal terkini dalam proses implementasiPeringatan Dini Tsunami Indonesia (INATEWS).RISTEK menjelaskan mengenai persiapan latihansiaga tsunami bersama yang dipusatkan di Gorontalo.Sebelas lokasi evakuasi telah diidentifikasi, dan skenariopemodelan tsunami sedang dirampungkan. LIPImempresentasikan ide mereka mengenai kesiapsiagaanmasyarakat yang ada sekarang dan di masamendatang. Usulan LIPI adalah menggeser paragidmapengelolaan kebencanaan dari mitigasi kekesiapsiagaan, termasuk penekanan pada kebutuhanmensinergikan dan berkoordinasi dengan semua institusiyang bekerja di bidang pengelolaan bencana.BMG menayangkan update prosedur penyebaran peringatandini serta protokol yang baru untuk pembunyiansirine.Organisasi pembangunan Jermansekarang berada di bawah satu atap:Alamat kantor GTZ-IS yang baru:Menara BCA 46th FloorJl. M.H Thamrin <strong>No</strong>.1Jakarta 10310 – IndonesiaT +62 21 2358 7571F +62 21 2358 7570www.gtz.de; www.gitews.dePara Staf PendukungErnawati Siwi (Erna)ernawati_siwi@yahoo.comPada sesi sore, para peserta dibagi ke dalam duakelompok yang membahas tantangan-tantangan penguatankapasitas di masa mendatang dan keterkaitanantara TEW dan pendekatan berbasis komunitas untukpengelolaan kebencanaan (CBDRM).Hari kedua didedikasikan bagi diskusi internal mengenaimasalah pengelolaan, administrasi dan pengawasanproyek, termasuk pula kegiatan berikutnya didaerah-daerah percontohan.Henny Dwi Vidiarinahenny.vidiarina@gtz.deErna bergabung dalam proyek ini sejak awal Oktobersebagai Asisten Daerah Percontohan Jawa.Erna khususnya mengurusi implementasi subsidisetempat bagi para partner di tiga kabupaten.Erna telah berpengalaman menangani proyekGTZ lain di wilayah Jogja dan untuk beberapaorganisasi internasional lainnya.Erna mengharapkan keterlibatannya dalamproyek ini akan membantu menciptakan pengelolaanadministrasi dan keuangan yang efektifserta memperkuat para partner di daerah-daerahitu di bidang yang sama.Hubungi Kami:GTZ - International Services Tel : +62 21 2358 7571Menara BCA, 46th floor Fax : +62 21 2358 7570Jl. Thamrin <strong>No</strong>. 1harald.spahn@gtz.deJakarta 10310 - Indonesiawww.gitews.dewww.gtz.deKerjasama Jerman-Indonesia untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!