12.07.2015 Views

KEMBALI KEPADA KHOTBAH EKSPOSITORI - SAAT

KEMBALI KEPADA KHOTBAH EKSPOSITORI - SAAT

KEMBALI KEPADA KHOTBAH EKSPOSITORI - SAAT

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

VERITAS 2/2 (Oktober 2001) 237-245<strong>KEMBALI</strong> <strong>KEPADA</strong> <strong>KHOTBAH</strong> <strong>EKSPOSITORI</strong>PENDAHULUANANDRI KOSASIHDisadari atau tidak disadari, abad 21 telah memberikan tantangantersendiri bagi dunia kekristenan. Tantangan-tantangan ini telah cobaditanggapi dan diantisipasi oleh berbagai pihak, salah satunya oleh DanielLucas Lukito lewat tulisannya di Veritas tiga edisi lalu. Dalam tulisannya,Lukito memberikan empat kecenderungan pemikiran teologi abad 21sebagai tantangan yang harus diwaspadai oleh setiap orang Kristen,khususnya yang sangat dekat dengan disiplin teologi. 1Tulisan tersebut telah menggelitik penulis untuk mengaitkan danmenghubungkannya dengan masa depan khotbah Kristen. Penulismelihat bahwa khotbah memegang peranan penting di dalam gereja.Dalam hal ini, penulis sangat setuju dengan D. Martyn Lloyd-Jones yangmenyatakan bahwa sejarah gereja mencatat bahwa khotbah selalumendominasi kehidupan gereja. 2 Bahkan bagi Earl V. Comfort, mimbaradalah suatu faktor yang menentukan dalam sejarah gereja. 3 Intinya,mereka ingin mengatakan bahwa khotbah adalah faktor yang harus adadalam kehidupan gerejawi.Ironisnya, yang terjadi ialah khotbah mendapat perhatian yangkurang serius dari beberapa golongan Kristen. Jika Lukito melihat bahwateologi telah dianggap sebagai urusan “sepele,” penulis mengamati halyang sama juga telah merambat dan terjadi dalam dunia khotbah.Sebagian orang Kristen lebih mempedulikan bagaimana khotbahnya bisadimengerti dan memuaskan pendengar, tanpa memikirkankealkitabiahannya. Yang lebih menguatirkan lagi, ada pengkhotbah yangmembaca suatu bagian Alkitab sebagai “pendahuluan” khotbah, tetapikemudian mengkhotbahkan suatu topik yang lain, misalnya isu-isukontemporer, atau disiplin ilmu tertentu yang menjadi keahliannya.Bagian Alkitab yang sudah dibaca tidak sedikit pun disinggung.1“Kecenderungan Perkembangan Pemikiran Teologi Abad 21: Sebuah KajianRetrospektif dan Prospektif” Veritas 1/1 (April 2000).2Preaching and Preachers (Grand Rapids: Zondervan, 1972) 11.3“Is the Pulpit a Factor in Church Growth” Bibliotheca Sacra 140/157 (1983) 67.


238 Veritas: Jurnal Teologi dan PelayananPersoalan di atas hanyalah sekelumit masalah yang dihadapi dalamkhotbah Kristen, khususnya khotbah ekspositori yang menurut beberapapakar homiletika disebut sebagai khotbah alkitabiah. 4 Lewat tulisan inipenulis mencoba untuk mengajak para pembaca dan pengkhotbah Kristenuntuk melihat dan menemukan kembali esensi dan keefektivitasankhotbah ekspositori guna menghadapi tantangan abad 21. Melalui artikelini penulis mencoba untuk melihat apakah khotbah ekspositori itu dalampengertian yang benar, kepentingan serta keuntungannya. Dalam artikelini penulis tidak akan memberikan pelajaran homiletika, khususnya dalamhal membuat khotbah ekspositori. Pada bagian penutup, penulis akanmemberikan kesimpulan dan aplikasi dari artikel ini bagi dunia khotbahdi Indonesia. Diharapkan lewat tulisan ini para pembaca danpengkhotbah Kristen tetap memiliki semangat dalam berkhotbah danmembakar kembali semangat mereka yang mulai memudar.PENGERTIAN <strong>KHOTBAH</strong> <strong>EKSPOSITORI</strong>Menurut Richard L. Mayhue, kata “ekspositori” dalam bahasa Inggristermasuk dalam kelompok kata “expose, exposition, expositor,expository.” Ia mengutip Webster’s Ninth New Collegiate Dictionaryyang mengatakan bahwa suatu eksposisi adalah “a discourse to conveyinformation or explain what is difficult to understand.” 5 Selanjutnya,Mayhue juga mengatakan bahwa ekspositori adalah menjelaskan Alkitabdengan membukakan teks kepada pandangan publik, untuk memaparkanmaknanya, menjelaskan apa yang sulit untuk dimengerti dan membuataplikasi yang tepat. 6Haddon W. Robinson, seorang pakar khotbah ekspositorimengatakan khotbah ekspositori adalah:Komunikasi atas suatu konsep alkitabiah yang diperoleh dandisampaikan melalui suatu studi sejarah, gramatikal, dan sastra, atausuatu perikop sesuai dengan konteksnya, yang pertama diterapkanoleh Roh Kudus kepada pribadi dan pengalaman pengkhotbahnya,dan melaluinya kepada jemaatnya. 74Sebagai contoh, lih. John R. W. Stott, “Biblical Preaching is Expository Preaching”dalam Evangelical Roots: A Tribute to Wilbur Smith (ed. Kenneth S. Kantzer;Nashville: Nelson, 1978) 159-169.5“Rediscovering Expository Preaching” dalam Rediscovering ExpositoryPreaching (eds. John F. MacArthur, Jr., et al.; Dallas: Word, 1992) 10-11.6Ibid. 11.7Haddon W. Robinson, Biblical Preaching: The Development and Delivery ofExpository Messages (Grand Rapids: Baker, 1980) 20.


240 Veritas: Jurnal Teologi dan PelayananBagi Greidanus, pendefinisian seperti ini bukan merupakan suatutindakan pembedaan, tetapi tindakan yang membingungkan. 13 Ini jugabukan pengertian ekspositori karena ekspositori dapat bersumber hanyadari satu ayat Alkitab. Ekspositori berbicara tentang filosofi khotbahbukan metode khotbah.Kedua, ekspositori bukan berbicara tentang bentuk khotbah. Adabeberapa pengajar homiletika yang secara tidak sadar mengidentikkannyadengan khotbah yang terdiri atas poin-poin—John A. Broadusmenyebutnya khotbah dengan pola label 14 dan Dori Wuwur Hendrikusmenyebutnya skema pengembangan tematis 15 —atau yang lebih bekendengan sebutan khotbah tiga poin. Ini juga bukan pengertian ekspositorikarena khotbah narasi juga dapat disebut khotbah ekspositori jika iamenyampaikan berita atau khotbah dari Alkitab.KEPENTINGAN <strong>KHOTBAH</strong> <strong>EKSPOSITORI</strong>Dari pengertian khotbah ekspositori di atas, kita dapat melihatbeberapa kepentingan dari khotbah ekspositori. Pertama, dalam kaitandengan sumber khotbah, Alkitab merupakan satu-satunya bahan dasaratau substansi khotbah ekspositori. Seorang ekspositor menyadaribahwa hanya Alkitablah satu-satunya buku yang dapat menjadi sumberkhotbahnya. Ia melihat bahwa hanya Alkitab yang memiliki otoritasilahi. Oleh sebab itu, ia hanya akan mengkhotbahkan apa yang tertulisdan yang dikatakan dalam Alkitab. Dengan menjadikan Alkitab sebagaisumber khotbahnya, maka ia telah menempatkan Alkitab sebagai sumberotoritasnya dan ia akan memiliki otoritas ilahi di dalam khotbahnya.Yang menjadi filosofi khotbah ekspositori adalah Alkitab menjadisumber khotbah dan oleh sebab itu, pengkhotbah wajib menguraikanarti teks tersebut di sepanjang zaman. Alasannya, pengkhotbah bukanberkhotbah dengan otoritasnya, tetapi dengan otoritas Allah. Oleh sebabitu, ia harus dan hanya mengkhotbahkan firman Allah sebagai beritakhotbahnya. Robinson mengatakan, “. . . the preacher speaks with anauthority not his own, and the man in the pew will have a better chanceto hear God speak to him directly.” 16Kedua, dalam kaitan dengan otoritas Allah, khotbah ekspositorimembuat seorang pengkhotbah semakin bersandar pada kuasa Roh Kudus.Para pengkhotbah ekspositori yang menyampaikan berita Alkitab13The Modern Preacher14On the Preparation and Delivery of Sermon (San Fransisco: Harper and Row,1979) 69.15Berkhotbah: Suatu Petunjuk Praktis (Yogyakarta: Kanisius, 1989) 50-51.16“What is Expository Preaching” 58.


Kembali kepada Khotbah Ekspositori241akan menyadari bahwa ia memerlukan kuasa Roh Kudus agar jemaatbisa mengerti apa yang menjadi berita dari Allah untuk umat-Nya. Iamenyadari bahwa kuasa manusia tidak akan dapat membuat manusialain tunduk pada kebenaran Allah. Hanya Roh Kudus yang dapatmembuat manusia melihat Allah. 17 Oleh sebab itu, para pengkhotbahharus bergantung dan bersandar kepada kuasa Roh Kudus. Tanpa kuasaRoh Kudus, tidak akan ada nilai kekal yang tercapai walaupun mungkinada banyak orang yang mengagumi daya persuasi, menikmati ilustrasikhotbah atau belajar doktrin dari sang pengkhotbah. 18Hal ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan konsep mimbarseorang pengkhotbah. Pengkhotbah perlu menyadari dan mengakuitrinitarian khotbah, yaitu tujuan khotbah adalah kemuliaan Allah, beritakhotbah adalah salib Kristus, dan kuasa khotbah adalah kuasa RohKudus. 19 Dengan demikian, seorang pengkhotbah akan menyadari bahwatugasnya hanyalah sebagai juru bicara Allah. Jika khotbahnya membawaseseorang berbalik kepada Allah, ia harus menyadari bahwa bukandirinya sendiri yang membuat orang-orang tersebut bertobat. Merekapercaya karena Roh Kudus bekerja di dalam hati mereka. 20 Namun,seorang pengkhotbah juga tidak akan berkecil hati jika ia tidak melihathasil apapun dari khotbahnya. 21 Ia tahu bahwa hanya Roh Kudus yangmembuat seseorang berbalik kepada Allah. Ia akan tetap setia melakukantugasnya sebagai pengkhotbah. 22Ketiga, dalam kaitan dengan bentuk-bentuk khotbah, khotbahekspositori memberikan banyak alternatif bentuk khotbah. 23 Pengertiankhotbah ekspositori mungkin sering menimbulkan pertanyaan perihalpenggunaan teks Alkitab dalam kaitannya dengan bentuk khotbah. Jikakita kembali kepada pengertian khotbah ekspositori, maka seorangpengkhotbah harus tetap menguraikan teks Alkitab yang menjadi dasarkhotbahnya, entah apakah teks itu panjang atau pendek.Seorang pengkhotbah dapat mengkhotbahkan suatu ayat—yangmenurut beberapa ahli disebut sebagai khotbah tekstual. Seorangpengkhotbah dapat mengkhotbahkan suatu perikop Alkitab—seringdisebut sebagai khotbah ekspositori. Ia juga dapat mengkhotbahkantopik-topik tertentu, khususnya yang berkaitan dengan doktrin Kristen—17Stott, Between Two Worlds 329.18John Piper, The Supremacy of God in Preaching (Grand Rapids: Baker, 1990) 39.19Ibid. 19.20J. I. Packer, Evangelism and Sovereignty of God (Downers Grove: IVP, 1961)113.21Tentu saja dengan catatan, ia sudah sungguh-sungguh mempersiapkan danmenggumulkan khotbah tersebut22Packer, Evangelism and Sovereignty 119.23Robinson, “What is Expository Preaching” 59.


242 Veritas: Jurnal Teologi dan Pelayanansering disebut sebagai khotbah topikal. Khotbah ini sering menimbulkanpertanyaan, apakah mungkin khotbah topikal menjadi khotbah yangalkitabiah? Sehubungan dengan hal ini, Robinson mengatakan, “To dothis, the preacher finds the many places which a topic or doctrine isconsidered. First, he relates the topic to the particular passage in whichit is found, then he relates the different passages to each other.” 24 Yangpaling penting dari semua ini, para pengkhotbah harus selalumengkhotbahkan berita Alkitab.Keempat, dalam kaitan dengan diri sang pengkhotbah, khotbahekspositori membuat seorang pengkhotbah mengalami pertumbuhansecara rohani. Pada waktu seorang pengkhotbah mempersiapkankhotbah, sadar atau tidak sadar, Allah sedang mempersiapkannya jugauntuk menjadi alat-Nya. Ketika ia mengeksegesis dan menafsirkanAlkitab, berita tersebut akan berbicara terlebih dahulu kepadanya ditangan Roh Kudus. Mayhue melihat bahwa proses ini merupakan prosespertama dalam penyampaian khotbah ekspositori. 25 Proses ini harusterlebih dahulu ia alami sebelum berpindah pada diri jemaat pada saatia berdiri di atas mimbar untuk berkhotbah. Proses ekspositori ini akanmembuat seorang pengkhotbah mengalami pertumbuhan rohani.KEUNTUNGAN <strong>KHOTBAH</strong> <strong>EKSPOSITORI</strong>Khotbah ekspositori memiliki banyak keuntungan. Dari sekianbanyak keuntungan tersebut, penulis melihat ada lima hal yang palingmenonjol; tiga hal berkaitan dengan diri pengkhotbah dan dua halberkaitan dengan diri jemaat. Pertama, ekspositori memberikan pagaratau batasan kepada pengkhotbah. Dengan berkomitmen kepada Alkitabsebagai satu-satunya sumber khotbah, ekspositori akan membuatpengkhotbah hanya mengkhotbahkan teks Alkitab saja. Pengkhotbahtidak akan menguraikan topik-topik yang bersumber dari literatursekuler, sebuah pidato politik atau bahkan buku-buku agama. 26 Hal inisecara tidak langsung akan membuat seorang pengkhotbah dituntutuntuk memiliki integritas dan komitmen untuk setia kepada Alkitabsebagai sumber khotbahnya.Kedua, ekspositori memberikan rasa percaya diri kepadapengkhotbah. Hal ini memiliki kaitan dengan yang pertama. Dengankhotbah ekspositori, pengkhotbah akan memiliki rasa aman dan percayadiri sebab yang dikhotbahkannya adalah firman Allah. Jika ia sudahmenyiapkan khotbahnya dengan sebaik-baiknya, maka dampak yang24Ibid.25“Rediscovering Expository Preaching” 14.26Stott, Between Two Worlds 126.


244 Veritas: Jurnal Teologi dan PelayananAkibatnya, jemaat bukan hanya belajar Alkitab melalui khotbah yangmereka dengar, tetapi juga mereka dirangsang untuk mempelajari Alkitabbagi diri mereka sendiri. 31 Dengan demikian, khotbah ekspositori akanmembuat jemaat menjadi suatu jemaat yang aktif, tidak hanya maumendengar firman Tuhan melalui khotbah saja, tetapi juga melalui dirinyasendiri yang dipacu untuk dapat memahami berita Alkitab tersebut.Dari keuntungan-keuntungan yang ada di atas, penulis melihatbahwa khotbah ekspositori memiliki kesetiaan kepada Alkitab, yang kalaudikaitkan dengan reformasi gereja, bisa dikatakan khotbah ekspositorijuga menyerukan Sola Scriptura.PENUTUPDi dalam artikel ini, penulis telah mencoba untuk memberikanpengertian tentang khotbah ekspositori, kepentingan sertakeuntungannya. Sehubungan dengan hal itu, penulis melihat adabeberapa hal yang perlu kita renungkan dan lakukan bersama-sama.Pertama, setiap pengkhotbah Kristen perlu untuk kembalimengkhotbahkan khotbah ekspositori di mimbarnya masing-masing.Melalui penguraian di atas, penulis melihat bahwa kesetiaan untukmengkhotbahkan Alkitab sebagai berita Allah untuk zaman inimerupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar dalam menghadapi abad21. Dalam hal ini dituntut kesetiaan seorang pengkhotbah untukmenguraikan berita Alkitab dan mengkhotbahkannya, bukan hanyadipakai sebagai “pendahuluan” khotbah belaka.Kedua, setiap pengkhotbah harus memiliki kesungguhan dalamberkhotbah. Ia adalah juru bicara Allah yang harus sungguh-sungguhmempersiapkan khotbah yang akan disampaikannya. Ia memikultanggung jawab ilahi untuk menyampaikan berita ilahi, demi kepentinganilahi. Oleh sebab itu, seorang pengkhotbah harus memiliki keseriusandalam menyiapkan dan menyampaikan suatu khotbah.Ketiga, para pengkhotbah harus selalu bersandar kepada kuasa RohKudus. Kuasa inilah yang membuat sebuah khotbah menjadi efektif danpenuh kuasa. Persiapan yang memadai memang diperlukan, namunkehadiran kuasa Roh Kudus tidak boleh dilupakan. Hanya Dialah yangmenjadi sumber kuasa khotbah. Lloyd-Jones pernah berkata bahwa iaakan memilih untuk melupakan teks-teks khotbahnya jika perlu, agarkuasa Allah lebih nyata dalam khotbah tersebut. 32 Tentu saja ini bukanberarti seorang pengkhotbah tidak perlu membuat teks khotbah. Yang31“What is Expository Preaching” 5832Preaching and Preachers 325.


Kembali kepada Khotbah Ekspositori245ingin ia katakan adalah kita harus selalu bergantung pada kuasa RohKudus, bukan pada teks-teks khotbah. Teks khotbah memangdiperlukan, tetapi ia hanya merupakan suatu alat bantu dalamberkhotbah, bukan yang menentukan efektivitas suatu khotbah. Olehsebab itu, sangat vital bagi seorang pengkhotbah untuk bersandar danbergantung pada-Nya.Yang terakhir, sadarilah bahwa berkhotbah merupakan suatu tugasyang mulia. Para pengkhotbah dipercaya untuk menjadi wakil Allahdalam menjalankan misi Allah di dunia. Tugas tersebut bukan hanyaberdampak pada masa sekarang, tetapi juga di masa yang akan datang,yaitu dalam kekekalan. Dengan demikian, tepatlah apa yang dikatakanoleh Lloyd Jones, “The work of Preaching is the highest and the greatestand the most glorious calling to which anyone can ever be called.” 3333Ibid. 9.

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!