12.07.2015 Views

Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS - GITEWS

Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS - GITEWS

Pedoman Pelayanan Peringatan Dini Tsunami InaTEWS - GITEWS

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Kotak 11: Sirene lokal dan RABABContoh dari Padang, Sumatera Barat, dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta:Tenaga ahli setempat di Kabupaten Bantul dan Kota Padang telah mengembangkan sebuah sistemkomunikasi yang memungkinkan radio FM diakses secara langsung dari alat-alat VHF. Sistem inidinamakan RABAB (nama ini diambil dari alat musik Minangkabau). Teknologi ini memungkinkanakses langsung ke masyarakat. Frekuensi khusus harus disepakati dan diinformasikan ke masyarakatsehingga mereka dapat menerima pengumuman melalui radio yang terpasang di rumah, ponsel,maupun di dalam mobil. Penerima FM juga dihubungkan langsung dengan pengeras suara di masjid,sehingga masyarakat yang tidak sempat mendengarkan radio dapat mendengar pengumumanmelalui pengeras suara mesjid. (sumber: www.gitews.org/tsunami-kit)iv. Protokol sireneSirene adalah media yang dapat digunakan di udara terbuka dan berperan penting untukmenyampaikan perinagatan tsunami. Protokol sirene bertujuan untuk menentukan secarajelas bunyi sirene sebagai standar di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun2007 pemerintah pusat yang terdiri atas Kemendagri, Kemenristek, BNPB, dan BMKGbersama dengan perwakilan pemda di daerah rawan tsunami menyepakati sebuah protokolsirene yang baku dan berlaku untuk seluruh wilayah rawan tsunami di Indonesia. Protokoltersebut berisi ketetapan sebagai berikut:1. Untuk peringatan dini tsunami, sirene akan berbunyi dengan nada tetap selama 3 menityang berarti perintah evakuasi harus dilakukan dan dapat berbunyi berulang-ulangapabila masih terdapat bahaya yang mengancam.2. Untuk keperluan perawatan, sirene perlu diuji coba secara rutin setiap tanggal 26Desember pukul 10.00 pagi waktu setempat (sebagai peringatan kejadian tsunami diAceh pada tanggal 26 Desember 2004, pada pukul 10.00).3. Untuk uji coba, sirene dibunyikan dengan bunyi nada tetap selama 1 (satu) menit yangsebelumnya didahului oleh pernyataan suara rekaman yang berbunyi ”Ini merupakantes untuk peringatan dini tsunami, ini hanya tes”. Format ini diulang sebanyak 3 kalisetiap uji coba.Bunyi sirene berpengaruh besar kepada masyarakat agar mereka segera bereaksiterhadap bahaya yang mengancamnya. Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa keputusanmembunyikan sirene telah didukung oleh informasi yang akurat dan resmi dari BMKG daninformasi autentik lainnya.Saat ini, sistem kontrol sirene terdapat di BMKG Pusat dan di beberapa pemda setempat. Dimasa yang akan datang diharapkan pemerintah daerah dapat bertindak sebagai penanggungjawab penuh sistem kendali sirene di daerahnya masing-masing. Pemda juga harus melakukanpemeliharaan, sementara pusat kontrol sirene yang berada di BMKG Jakarta diberlakukansebagai cadangan. Selain itu, pemerintah daerah harus mensosialisasikan protokol sirene inikepada masyarakat di sekitar lokasi menara sirene agar dapat dipahami dengan baik.102| <strong>Pedoman</strong> <strong>Pelayanan</strong> <strong>Peringatan</strong> <strong>Dini</strong> <strong>Tsunami</strong> <strong>InaTEWS</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!