12.07.2015 Views

Kesucian Umat Awam Buddhis - DhammaCitta

Kesucian Umat Awam Buddhis - DhammaCitta

Kesucian Umat Awam Buddhis - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bacaan <strong>Umat</strong> <strong>Buddhis</strong>Namo Tassa Bhagavato Arahato SammaSambuddhassaUPASAKA & UPASIKA ARIYA(<strong>Kesucian</strong> <strong>Umat</strong> <strong>Awam</strong> <strong>Buddhis</strong>)Lie Yuliana Pannasiriyulia_pannasiri@yahoo.comPenyunting :Tanagus Dharmawan, S.KomCetakan Pertama : Asadha, 2008(Tidak untuk diperjual-belikan)


FOREWORDThere is a proliferation of books on <strong>Buddhis</strong>mduring these two thousand five hundred years ofthe religion. Traditional <strong>Buddhis</strong>m as practised in<strong>Buddhis</strong>t countries relies heavily on the later bookslike Commentaries, Abhidhamma, VisuddhiMagga, etc. Unfortunately some of these laterwritings contain some contradictions with originalBuddha-Dhamma as found in the earliestdiscourses (Suttas) of the Buddha.Seeing this danger, the Buddha warned inSamyutta Nikaya, Sutta 20.7, that we should notlisten to the words of “disciples” (i.e. later monks),but we should rely only on the Suttas.Again, in Anguttara Nikaya, Sutta 4.180, theBuddha said that if any monk claims that such-andsuchare the teachings of the Buddha, his words areto be compared with the Suttas and the Vinaya(Monastic Discipline). Only if they conform to theSuttas and the Vinaya can they be accepted to bethe teachings of the Buddha.i


This being so, I am happy to recommend this bookby Yulia Pannasiri which is based entirely on theSuttas. Even the Buddha, I believe, would behappy with such a book if he were alive today.Yulia is one of the very dedicated andknowledgeable members of PATRIA (PemudaTheravada Indonesia), one of the organizationsdoing excellent work for the Buddha Sasana inIndonesia.Indonesia is currently experiencing a revival of<strong>Buddhis</strong>m and it is of utmost importance that thisis a revival of true or original <strong>Buddhis</strong>m and not adecadent form of <strong>Buddhis</strong>m. The essence of<strong>Buddhis</strong>m is in the original teachings of theBuddha, not in grandiose Viharas and Candis,unbeneficial rites and rituals, etc. The Buddha saidthat his Dhamma has only one flavour – the flavourof liberation – and that is the main objective oflearning and practising <strong>Buddhis</strong>m. May the pureDhamma of the Buddha bloom in Indonesia.Dhammavuddho Mahatheraii


KATA PENGANTARSelama 2.500 tahun berputarnya roda Dhamma,kepustakaan <strong>Buddhis</strong> banyak mengalamiperkembangan. Ajaran <strong>Buddhis</strong> tradisi yangbanyak dipraktekkan di negara–negara <strong>Buddhis</strong>sangat bergantungan kepada buku–buku yangmuncul belakangan seperti Kitab Komentar,Abhidhamma, Visudhi Magga, dan lain–lain.Sayangnya dalam bahan-bahan pustaka yangmuncul belakangan ini, di antaranya mengandungsejumlah pertentangan dengan Buddha Dhammadalam khotbah–khotbah kumpulan tertua (Sutta)dari Buddha.Melihat adanya bahaya ini, Buddha sudahmenyampaikan amarannya dalam Samyutta Nikaya,Sutta 20.7, bahwa kita tidak seharusnyamendengarkan kata–kata para murid, tapi kitaseharusnya hanya berpedoman pada Sutta.Begitupun dalam Anguttara Nikaya, Sutta 4.180,dimana Buddha mengatakan apabila ada bhikkhutertentu yang mengatakan bahwa ini dan itu adalahajaran Buddha, maka kata–katanya harusdibandingkan dengan Sutta dan Vinaya (Disipliniii


Kebhikkhuan). Sehingga apabila memang sesuaidengan Sutta dan Vinaya, maka dapat diterimasebagai ajaran Buddha.Dengan demikian, merupakan kebahagiaan bagisaya untuk merekomendasikan buku ini, yangditulis oleh Yulia Pannasiri yang sepenuhnyaberlandaskan pada Sutta. Bahkan Buddha sendiri,saya yakin, akan merasa bahagia dengan adanyabuku demikian apabila Beliau masih hidup saat ini.Yulia adalah salah satu dari anggota PATRIA(Pemuda Theravada Indonesia) yang penuhdedikasi dan memiliki wawasan yang luas. DanPATRIA sendiri adalah salah satu organisasi<strong>Buddhis</strong> yang menjalankan program kerja yangluar biasa untuk perkembangan Buddha Sasana diIndonesia.<strong>Buddhis</strong>me sedang berkembang pesat di Indonesiadan sangat penting sekali bahwa perkembangan iniadalah perkembangan <strong>Buddhis</strong>me yang benar danasli dan bukan bentuk <strong>Buddhis</strong>me yang sukabersenang-senang (melalaikan praktek). Intisariajaran Buddha terkandung dalam kumpulankhotbah–khotbah Beliau, dan bukan terletak padakemegahan vihara atau candi, ritual dan upacaraiv


yang tidak bermanfaat, dan sebagainya. Buddhamengatakan bahwa Dhamma ajarannya hanyamemiliki satu rasa, yakni rasa kebebasan, itulahtujuan utama dari pembelajaran dan praktekBuddha Dhamma. Semoga Dhamma sejati yangdiajarkan Buddha makin berkembang di Indonesia.Dhammavuddho Mahatherav


Namatthu Buddhassa,PENDAHULUANSaat Stevenson memberi saran untuk membukukanartikel saya yang berjudul “Sotapanna”, sayateramat ragu. Karena topik tersebut terkesanmendalam. Oleh karenanya, untuk menyampaikandengan baik nasehat Sang Guru, Buddha Gotama,Sutta–Sutta dalam Nikaya Pali Canon menjadireferensi saya di sepanjang tulisan ini.Anumodana yang sebesar–besarnya kepada Y.M.Bhikkhu Dhammavuddho Mahathera (Bhante Hye)yang telah berkenan memberikan katapengantarnya di buku ini. Beliau adalah seorangbhikkhu yang sangat rendah hati, berpengetahuanluas dan yang saya kagumi. Saya banyakmendapatkan inspirasi dari buku–buku yangBhante tulis.Inspirasi awal muncul ketika untuk pertamakalinya saya membaca buku Bhante yang berjudulLiberation:Relevance of Sutta – Vinaya. Sebuahbuku yang sungguh menghangatkan hati, berisikanpesan kemendesakan untuk mengenali ajaran Sangvi


Guru. Sebagai seorang <strong>Buddhis</strong>, bagaimanamungkin kita tidak mengenali ajaran Guru kitasendiri.Anumodana yang sebesar-besarnya juga kepadaTanagus Dharmawan, S.Kom, Ketua Umum DPPPemuda Theravada Indonesia yang menyanggupimeluangkan waktunya untuk mengedit tulisan inidi sela–sela kesibukannya yang luar biasa padat.Saya banyak berhutang pada Andromeda Nauli,Ph.D atas masukan-masukannya di bagian Tanya–Jawab, dia adalah seorang sahabat yangberpengetahuan bagus dalam Dhamma.Selanjutnya kepada Dragono Halim yang berbaikhati membantu saya menerjemahkan forewordBhante Hye ke dalam Bahasa Indonesia. Stevensonatas idenya.Terima kasih pada papa tercinta ‘Kiet’ yang telahmensponsori sebagian besar publikasi buku ini.Buku ini akan menjadi hadiah terbaik yang pernahkutunjukkan pada Papa dan Mama. Tidakterlewatkan design cover seorang sahabat yangtidak berkenan untuk disebutkan namanya. Luarbiasa! Yang terakhir kepada para donatur sekalianvii


serta semua pihak yang telah memberikandukungannya.Semoga pahala kebajikan membanjiri diri andalayaknya roda pedati yang tak meninggalkanbayangannya.Semoga semua makhluk berbahagia. Semoga bukuini membawakan inspirasi.Sadhu ! Sadhu ! Sadhu !Yulia PannasiriAsadha, 2008viii


DAFTAR ISI1. Perkenalan 12. Faktor–Faktor Pendorong 6* Bergaul dengan mereka yang bijaksana 6* Mendengarkan Dhamma yang sejati 8* Perhatian yang bersungguh–sungguhdan penuh pertimbangan 17* Praktek yang sesuai dengan Dhamma 203. Patahnya Tiga Belenggu Rendah 26* Pandangan salah mengenai Kepribadian 26* Keraguan 29* Kemelekatan terhadap peraturandan ritual 324. Karakter / Faktor Sotapanna 34* Keyakinan pada Buddha, Dhammadan Sangha 34* Sila yang sempurna 405. Berkah–Berkah Sotapanna 486. Kesimpulan 507. Tanya – Jawab 54


UPASAKA & UPASIKA ARIYA(<strong>Kesucian</strong> <strong>Umat</strong> <strong>Awam</strong> <strong>Buddhis</strong>)Lie Yuliana PannasiriPERKENALANSutta–Sutta kumpulan tertua yang terangkumdalam Nikaya menyebutkan tentang empattingkatan kesucian dalam ajaran Buddha yakniSotapanna (tingkat kesucian pertama), Sakadagami(tingkat kesucian kedua), Anagami (tingkatkesucian ketiga), dan Arahatta (tingkat kesuciantertinggi), dan masing-masing tingkatan terdiri atasmagga dan phala.Secara rincinya, tingkatan kesucian dalam ajaranBuddha adalah Sotapatti magga, Sotapatti phala;Sakadagami magga, Sakadagami phala; Anagamimagga, Anagami phala; serta Arahatta magga danArahatta phala atau yang biasanya disebut sebagaiempat pasang makhluk, delapan jenis makhlukAriya.Apa itu magga dan apa itu phala? Magga adalah‘Pemasukan jalan menuju tingkatan kesucian’ danphala sebagai ‘Penerimaan buah tingkatan1


kesucian’. Misalnya, Sotapatti magga adalahseorang Ariya yang memasuki jalan menujutingkat kesucian Sotapanna sedangkan Sotapattiphala adalah seorang Ariya yang telah mantapdalam buah Sotapanna dan demikianlahselanjutnya untuk tingkat-tingkat kesucian yanglebih tinggi lainnya.Dalam beberapa Sutta misalnya Majjhima Nikaya73, Buddha menjelaskan kepada kelanaVacchagotta bahwa pengikut-pengikut Beliau,selain bhikkhu dan bhikkhuni dalam komunitasSangha, banyak pengikut awam (upasaka–upasika)yang memperoleh keberhasilan dalam Dhamma 1 .Tingkat kesucian pertama yakni Sotapanna akandiulas dalam tulisan ini sebagai bentuk inspirasiyang ditujukan kepada pengikut awam yangmembaktikan diri pada praktek Dhamma. Seringkita mendengar bahwa Dhamma ini hanya untukmereka yang memiliki sedikit debu di mata1 Sutta ini menjelaskan bahwa pengikut awam dapat mencapaitingkat kesucian Sotapanna, Sakadagami dan Anagami. Perludiperhatikan di sini khususnya untuk Anagami, kehidupan selibatmenjadi ciri khas mereka sehubungan dengan lima belenggu rendahyang telah ditinggalkan. Lihat catatan kaki no.10 untuk keterangansepuluh belenggu–belenggu yang mengikat makhluk hidup di alamsamsara.2


sehingga kita pun berkecil hati. Namun perludiketahui bahwa Dhamma tidak bersifatmerumitkan. Ajaran Buddha bukanlah ajaran yangmerumitkan. [Anguttara Nikaya 8.53] Maka dariitu, kita harus berusaha.Diumpamakan seorang anak yang tidak pandaisama sekali, namun ia rajin, belajar setiap malam,bisa saja dia lulus beberapa mata pelajaran dengannilai yang memuaskan. Buddha mengatakan bahwakemajuan batin diperoleh secara bertahap.[Anguttara Nikaya 8.9.12] Namun apabila tidakada langkah awal, maka tidak ada kemajuantertentu yang diraih. Kemajuan yang bahkan hanya1% saja pun tentu lebih baik daripada tidak samasekali.Akan tetapi, apabila penembusan Dhamma belummemungkinkan dalam kehidupan ini, usaha kitajuga tidak akan sia–sia, setidak–tidaknya, pelatihanyang sesuai dengan Dhamma merupakan bibityang dapat membuahkan kebahagiaan di kemudianhari.Inti terpenting yang akan diuraikan dalam tulisanini antara lain: faktor pendorong pencapaiankesucian Sotapanna, belenggu rendah yangdipatahkan, karakter/faktor yang dimiliki seorang3


Sotapanna, beserta berkah kesucian Sotapanna. Disamping itu pula, pertanyaan–pertanyaan seputarSotapanna beserta jawabannya akan melengkapitulisan ini.Apa sesungguhnya definisi daripada Sotapanna? DiSamyutta Nikaya 55.5, Y.M. Sariputtamemberikan jawaban atas pertanyaan Buddha:“Sariputta, Sota, Sota, dikatakan. Apakah yangdimaksudkan dengan Sota ini?” Y.M. Sariputtamenjawab, Jalan Ariya Berunsur Delapan, yaknipandangan benar, pikiran benar, perkataan benar,perbuatan benar, penghidupan benar, daya upayabenar, perenungan benar dan konsentrasi benaradalah Sota.”Sota mengandung makna “Pemasukan Jalan/ArusDhamma (Path/Stream).” Sota dapat jugabermakna “telinga (ear).” Telinga untuk Dhamma(Dhammasota) yang dibarengi dengan perhatianyang bersungguh–sungguh dan penuhpertimbangan (yoniso manasikara)mengkondisikan timbulnya mata Dhamma(Dhammacakku) bagi seorang siswa Ariya.Sebagaimana Buddha menyebut murid–muridnya“Pendengar” atau “Savaka” (Savaka Sangho).4


Anguttara Nikaya 10.75 2 menyatakan:“Ananda, karena orang tersebut telahmendengarkan Dhamma, dan memperoleh banyakpengetahuan, maka dia menembusi pandangan danmemenangkan sebagian pembebasan - orangseperti itu melampaui dan melebihi yang lain.Mengapa? Karena telinga untuk Dhammamenyelamatkan orang ini.”Samyutta Nikaya 55.5 melanjuti:“Sekarang Sariputta, Sotapanna, Sotapanna,dikatakan. Apakah yang dimaksudkan denganSotapanna ini?” Y.M. Sariputta menjawab,seseorang yang diberkati dengan Jalan AriyaBerunsur Delapan adalah Sotapanna.”Dari sini, jelas kita lihat bahwa seorang Sotapannatelah mendapatkan pemahaman tentangKesunyataan Mulia sampai pada suatu tahaptertentu yang dimulai dengan pandangan benarsebagai landasan awal.2 Ayat Anguttara Nikaya 10.75 adalah menurut versi PTS, menurutversi Bahasa Indonesia, ayat tersebut dapat dilihat di AnguttaraNikaya 6.44.5


FAKTOR – FAKTOR PENDORONGSamyutta Nikaya 55.6.5 menyatakan tentangempat hal yang apabila dikembangkan dan dilatih,menuntun pada pencapaian Sotapanna. Empat haltersebut adalah:‣ Bergaul dengan mereka yang bijaksana‣ Mendengarkan Dhamma yang sejati 3‣ Perhatian yang bersungguh–sungguh danpenuh pertimbangan‣ Praktek yang sesuai dengan Dhamma*Bergaul Dengan Mereka Yang Bijaksana*Mereka yang bagaimana yang dapat dikatakansebagai bijaksana dan yang dapat mendorong padakemajuan spiritual? Mereka yang bijaksana adalahmereka yang memahami Dhamma. Bergaul dengan3 Dhamma yang sejati (true teaching) juga berarti Dhamma yangasli/yang sebenarnya, dengan kata lain Dhamma yang belumdicemari/dicampur–adukkan dengan ajaran yang bukan Dhamma(non Dhamma). Dhamma ajaran Buddha disebut Saddhamma atauDhamma yang sejati/asli/yang sebenarnya. Disebut Saddhammakarena Dhamma bukan kreasi Buddha sendiri, tetapi Beliau adalahpenemu “Hukum Kesunyataan Mulia”.6


mereka dapat memberikan manfaat. Mari kita lihatbeberapa rujukan Nikaya berikut ini.Di Samyutta Nikaya 3.2.8 Buddha berkata padaY.M. Ananda:“Sahabat yang baik (yang memahami Dhamma)merupakan keseluruhan daripada pelatihan dalamkehidupan suci.”Anguttara Nikaya 8.54:“Dan apakah persahabatan yang baik itu? Di sini,Byagghapajja, di desa atau kota mana pun perumahtangga itu tinggal, dia bersahabat dengan paraperumah tangga dan putra–putranya, baik mudaatau tua yang mantap dalam moralitas, keyakinan,kemurahan hati, dan kebijaksanaan; dia berbincangdan berdiskusi dengan mereka. Dia berusahamenyamai berkenaan dengan pencapaian merekadalam keyakinan, moralitas, kemurahan hati, dankebijaksanaan. Inilah yang disebut persahabatanyang baik.”Anguttara Nikaya 10.61:“Para bhikkhu, ketika hubungan dengan orangorangyang bijak terjadi, mendengarkan Dhamma7


Understanding the Global Financial Crisis and Its Impact on Maryland 13 whole loan asset management services. In addition to hiring asset managers the U.S.Treasury will likely hire bankers, lawyers, and accountants to manage the program.To restore liquidity and ensure the solvency of major institutions, the Secretary of theU.S. Treasury has indicated that Treasury is considering an option similar to plans undertaken bythe United Kingdom, Iceland, and Italy. The Treasury asserts that TARP gives the departmentthe authority to provide a direct injection of capital into troubled banks. The capital injectionwould likely come by purchasing shares of stock from troubled companies. Providing cashinfusions would improve the solvency of many firms and in turn encourage firms to resumeinter-bank lending. The media reports that the Treasury is examining this option and action maybe imminent.In addition to providing assistance to financial institutions, TARP directs the U.S.Treasury to take steps to maximize assistance for homeowners. These steps include:encouraging the servicers of underlying mortgages to take advantage of the Hope forHomeowners Program under Section 257 of the National Housing Act;authorizing the U.S. Treasury to use loan guarantees and credit enhancements to facilitateloan modifications to prevent avoidable foreclosures. The U.S. Treasury may allow termextensions, rate reductions, principal write-downs, and other modifications;coordinating with the Federal Housing Finance Agency , the FDIC, the Federal Reserveboard, and other federal entities that hold troubled assets to implement measures toreduce the number of foreclosures. These measures may include working with loanservicers to encourage loan modifications.In an effort to curb excessive pay for executives at troubled financial institutions, the billprovides guidance on executive pay and corporate governance. For institutions that the U.S.Treasury buys assets directly, the institution must observe standards limiting incentives, allowingclawback and prohibiting golden parachutes to executives. When the Treasury buys assets atauction, an institution selling more than $300 million in assets is subject to additional taxes,including a 20% excise tax on golden parachute payments triggered by events other thanretirement, and tax deduction limits for compensation limits above $500,000.To ensure proper oversight, the Financial Stability Oversight Board is established toreview and make recommendations on policies adopted under TARP. The Board is to ensurethat policies implemented protect taxpayers, are in the economic interest of the United States,and are in accordance with the Act. The Act also creates a Congressional Oversight Panel toreview the state of the financial markets, the regulatory system, and the use of authority grantedunder TARP. The panel must report to Congress every 30 days and publish a special report onregulatory reform prior to January 1, 2009. In addition to these reports, the CBO and OMB mustreport cost estimates and related information to Congress and the President, and these costestimates must be included in the President’s annual budget submission to Congress.


Membaca Sutta pada jaman sekarang ini identikdengan mendengarkan Dhamma. Pada jamanketika Buddha masih ada, ajaran Beliaudisampaikan secara lisan. Tetapi sekarang ini telahdapat kita jumpai khotbah–khotbah Beliau dalambentuk buku, cd maupun elektronik. Jadipemahaman Dhamma dapat diperoleh selainmelalui pendengaran, juga dapat diperoleh daripembacaan dan penelitian Sutta–Sutta itu sendiri.Dhamma merujuk kepada khotbah/Sutta danVinaya merujuk kepada Disiplin Kebhikkhuan.Secara tegas, di Anguttara Nikaya 4.180 4 di bawahini, Buddha menetapkan empat wewenang dalammenentukan apa yang merupakan ajaran Beliaudan apa yang bukan, yakni:‣ Seorang bhikkhu mungkin berkata: “Didepan dan dari mulut Bhagava sendiri sayamendengar dan menerima pernyataan: “IniDhamma, ini Vinaya, ini ajaran Guru.”‣ Seorang bhikkhu mungkin berkata: “Ditempat tertentu ada Sangha dengan seorangThera pemimpin kelompok tersebut.....”‣ Seorang bhikkhu mungkin berkata: “Ditempat tertentu ada banyak bhikkhu Thera4Hal yang serupa juga dapat dijumpai di Digha Nikaya 16.9


yang telah banyak belajar, mahir dalamdoktrin, dapat menghapal Dhamma danVinaya di luar kepala .....”‣ Seorang bhikkhu mungkin berkata: “Ditempat tertentu ada seorang bhikkhu Therayang telah banyak belajar, mahir dalamdoktrin, dapat menghapal Dhamma danVinaya di luar kepala .....”Para bhikkhu, kata-kata yang diungkapkan olehmereka itu seharusnya tidak diterima denganpujian atau pun celaan. Tanpa pujian dan celaansemua kata dan ungkapan itu haruslah dimengertidengan baik dan dibandingkan dengan Sutta danVinaya. Bila setelah dibandingkan, kata-kata danungkapan itu tidak sesuai dengan Sutta danVinaya, maka kalian dapat menyimpulkan bahwasesungguhnya itu bukan ucapan Tathagata dantelah disalah-pahami oleh mereka itu. Kalian harusmenolak pernyataan itu. Tetapi, jikalau kata-katadan ungkapan itu sesuai dengan Sutta dan Vinaya,maka kalian dapat menyimpulkan bahwasesungguhnya itu ucapan Tathagata dan telahdipahami dengan baik oleh mereka itu.Kembali di Anguttara Nikaya 8.53 Dhamma danVinaya dijelaskan demikian:10


“Bila hal–hal ini menuju pada nafsu, bukan padatanpa–nafsu; pada kemelekatan, bukan pada tanpa–kemelekatan; pada pengumpulan, bukan padapelepasan; pada ketenaran diri, bukan padakerendahan hati; pada ketidakpuasan, bukan padakepuasan; pada keramaian, bukan pada ketenangankesendirian; pada kemalasan, bukan pada usaha;pada hal–hal yang merumitkan, bukan padakesederhanaan - tentang hal–hal ini engkau bisamerasa pasti: Ini bukanlah Dhamma; ini bukanlahVinaya; ini bukanlah ajaran Sang Guru.”“Tetapi bila hal-hal ini menuju pada tanpa–nafsu,bukan pada nafsu; pada tanpa–kemelekatan, bukanpada kemelekatan; pada pelepasan, bukan padapengumpulan; pada kerendahan hati, bukan padaketenaran diri; pada kepuasan, bukan padaketidakpuasan; pada ketenangan kesendirian,bukan pada keramaian; pada usaha, bukan padakemalasan; pada kesederhanaan, bukan pada hal–hal yang merumitkan - tentang hal–hal ini engkaubisa merasa pasti: Ini adalah Dhamma; ini adalahVinaya; ini adalah ajaran Sang Guru.”Ada satu Sutta yang penting untuk kita ketahui.Sutta ini menjelaskan tentang hal–hal yangmenyebabkan lenyapnya Dhamma yang sejati.11


Khotbah ini diberikan Buddha kepada Y.M.Kassapa.Samyutta Nikaya 16.13:“Kassapa, Dhamma yang sejati tidak akan lenyapselama Dhamma yang palsu belum muncul didunia, tetapi ketika Dhamma yang palsu telahmuncul di dunia, Dhamma yang sejati akan lenyap.Bukan elemen padat, cair, panas dan udara yangmenyebabkan lenyapnya Dhamma yang sejati.Tetapi orang–orang dungulah yang menyebabkanlenyapnya Dhamma yang sejati.”Dhamma yang sejati tidak lenyap seketikalayaknya kapal yang tenggelam. Lima hal inilah,Kassapa, yang menyebabkan lenyapnya Dhammayang sejati. Apakah yang lima itu?‣ Ketika para bhikkhu, bhikkhuni, pengikutawam pria dan wanita tidak memiliki rasahormat pada Buddha‣ Mereka tidak memiliki rasa hormat padaDhamma‣ Mereka tidak memiliki rasa hormat padaSangha‣ Mereka tidak memiliki rasa hormat padapelatihan diri (Vinaya, Sila)12


‣ Dan mereka tidak memiliki rasa hormatpada pencapaian konsentrasi (mis:jhana)Sebagai pengikut awam, kita dapat mengambilbagian dalam pelestarian Dhamma. Bagaimanacaranya? Membekali diri kita dengan pengetahuanDhamma. “Cara terbaik dalam melestarikanDhamma adalah dengan mempelajarinya lalumemahaminya dengan hati”. Ketika kita telahsampai pada suatu batas pemahaman tertentu, kitatidak akan mundur dari Dhamma dan latihan yangbaik.Sungguh tidak bijaksana bagi kita yang sudahmemiliki tubuh manusia, menyia–nyiakan waktudan kesempatan yang ada dengan tidakmempelajari Dhamma sebagaimana dikatakanbahwa kelahiran sebagai manusia adalah teramatsulit 5 .Bahkan Raja Yama sendiri berkeinginan untukdapat terlahir sebagai seorang manusia pada saatTathagata muncul di dunia, sehinggamemungkinkan bagi dirinya untuk dapatmemahami Dhamma ajaran Beliau 6 . Hal yang5 Anguttara Nikaya 1.19 & 7.70, Majjhima Nikaya 129.6 Hal yang serupa juga dapat dijumpai di Anguttara Nikaya 3.35.13


menarik ini dapat kita jumpai di Majjhima Nikaya130.Pandangan Benar 7Mengapa perlu mendengarkan Dhamma ataumembaca Sutta? 8 Anguttara Nikaya 5.202menjelaskan lima manfaat daripadanya yakni:‣ Mendengar/mengetahui apa yang belumpernah didengar/diketahui sebelumnya.‣ Memastikan apa yang sudah didengar/diketahui sebelumnya‣ Menghilangkan keraguan‣ Memperoleh pandangan benar‣ Batin menjadi tenangDi Sutta lainnya, Majjhima Nikaya 43, disebutkantentang dua kondisi bagi timbulnya pandanganbenar yakni :‣ Suara orang lain (yang selaras denganSaddhamma)7 Bacalah juga Majjhima Nikaya 9 (Samma Ditthi Sutta) danSamyutta Nikaya 24 (Ditthi Samyutta).8 Bacalah Liberation:Relevance of Sutta – Vinaya oleh Y.M.Dhammavuddho Mahathera. Kunjungi website www.vbgnet.orguntuk bacaan anda.14


‣ Perhatian yang bersungguh–sungguh danpenuh pertimbanganDari Sutta di atas, dapat dilihat betapa pentingnyamengenali/mempelajari khotbah Buddha untukperolehan pandangan benar, yang tanpamemperolehnya, seseorang tak dapat dikatakantelah memasuki Sang Jalan. Oleh karenanya,Samyutta Nikaya 13.1 menyebutkan bahwaSotapanna diberkati oleh Pandangan Benar, dalamhal ini, inti ajaran Buddha.Anguttara Nikaya 1.18 mengatakan demikian:“Para bhikkhu, saya tidak mengetahui satu hallainnya yang dapat dicela sedemikian besarnyaselain pandangan salah. Pandangan salah, parabhikkhu, adalah sangat tercela.”Samyutta Nikaya 45.8 mendefinisikan pandanganbenar sebagai berikut:“Dan apa, para bhikkhu, yang disebut denganpandangan benar? Pengetahuan tentangpenderitaan, Pengetahuan tentang penyebabtimbulnya penderitaan, Pengetahuan tentanglenyapnya penderitaan dan Pengetahuan tentang15


jalan menuju lenyapnya penderitaan. Inilah yangdisebut sebagai pandangan benar.”Dalam Majjhima Nikaya 117 disebutkan tentangdua jenis pandangan benar yakni pandangan benaryang bersifat duniawi (mundane) dan yang bersifatmembebaskan (supramundane).Pandangan benar yang bersifat duniawi adalahseperti memahami adanya proses hukum kamma,ada nilai moral dalam pemberian, persembahan danpengorbanan; ada buah atau akibat dari tindakanbajik atau jahat; ada dunia ini dan juga dunia lain;ada kewajiban-kewajiban terhadap ibu dan ayah;ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secaraspontan; ada petapa atau brahmana di dunia iniyang hidup dan berperilaku benar, yang dapatmenjelaskan dunia ini dan dunia selanjutnya,setelah merealisasikannya melalui pengetahuanlangsung mereka.Dan pandangan benar yang bersifat membebaskanadalah pemahaman yang menembus ke dalamEmpat Kesunyataan Mulia, memahami anicca,dukkha dan anatta, yang membawa padaberakhirnya proses kelahiran kembali.16


*Perhatian Yang Bersungguh–sungguh danPenuh Pertimbangan*Ini adalah titik lainnya yang sangat penting untukperolehan pandangan benar. Tanpa memberikanperhatian terhadap apa yang didengar/dibaca,seseorang sulit mendapatkan pemahamanDhamma.Bagaimanakah sesungguhnya perhatian tersebutharus diarahkan? Kepada hal–hal apa sajakahperhatian tersebut ditujukan?Majjhima Nikaya 2 menjelaskan tentang hal ini.Perhatian yang tidak diarahkan dengan baik,melahirkan beberapa pandangan yang tidak benartentang ‘diri’.“Demikianlah caranya dia memperhatikan dengantidak bijaksana: ‘Apakah aku ada di masa lampau?Apakah aku tidak ada di masa lampau? Menjadiapakah aku di masa lampau? Bagaimanakah aku dimasa lampau? Setelah menjadi apa, lalu akumenjadi apa di masa lampau? Apakah aku akanada di masa yang akan datang? Apakah aku tidakada di masa yang akan datang? Akan menjadiapakah aku di masa yang akan datang? Akanmenjadi bagaimanakah aku di masa yang akan17


datang? Setelah menjadi apa, lalu aku akanmenjadi apa di masa yang akan datang?’ Ataukalau tidak demikian, di dalam dirinya dia merasabingung mengenai masa kini demikian: ‘Apakahaku ada sekarang? Apakah aku tidak ada sekarang?Apakah aku sekarang ini? Bagaimanakah akusekarang ini? Dari mana asalnya makhluk ini? Kemanakah makhluk ini akan pergi?’“Ketika dia memperhatikan dengan tidak bijaksanadengan cara ini, salah satu dari enam pandanganpun muncul di dalam dirinya. Pandangan ‘diri adauntukku’; atau pandangan ‘tidak ada diri yang adauntukku’; atau pandangan ‘aku mempersepsikandiri dengan diri’; atau pandangan ‘akumempersepsikan bukan-diri dengan diri’; ataupandangan ‘aku mempersepsikan diri denganbukan-diri’ muncul di dalam dirinya sebagai benardan mantap; atau kalau tidak demikian, diamemiliki beberapa pandangan seperti ini: ‘Dirimilikku inilah yang berbicara dan merasa danmengalami di sana sini akibat dari tindakantindakanbajik dan buruk; tetapi diri milikku inibersifat kekal, selalu ada, abadi, tidak mengalamiperubahan, dan akan bertahan sepanjangkeabadian.’ Pandangan spekulatif ini, parabhikkhu, disebut semak-belukar pandangan, hutanbelantarapandangan, pemutar-balikan pandangan,18


keraguan pandangan, belenggu pandangan. Karenadicengkeram oleh belenggu pandangan-pandangan,manusia biasa yang tidak jeli tidak terbebas darikelahiran, usia tua, dan kematian, dari kesedihan,ratap tangis, rasa sakit, kepedihan, dankeputusasaan; dia tidak terbebas dari penderitaan,demikian kunyatakan.Sebaliknya apabila dia memperhatikan denganbijaksana: ‘Inilah penderitaan’;‘Inilah asal mulapenderitaan’;‘Inilah lenyapnya penderitaan’;‘Inilah jalan menuju lenyapnya penderitaan’.Ketika dia memperhatikan dengan bijaksanaseperti ini, tiga belenggu di dalam dirinyadipatahkan: pandangan mengenai kepribadian,keraguan, serta kemelekatan terhadap peraturandan ritual.Di Samyutta Nikaya 22.122 Y.M. Sariputtamenjelaskan pada Y.M. Kotthita tentang hal-halyang harus diperhatikan dengan seksama olehseorang bhikkhu yang berlatih dengan baik, yaknimemperhatikan dengan seksama lima kelompokkehidupan 9 sebagai tidak kekal, penderitaan,9 Lima kelompok tersebut terdiri dari: Tubuh jasmani, perasaan,persepsi, kehendak/kemauan dan kesadaran. Lima kelompok inilahyang selalu dianggap sebagai milik pribadi sehingga apabila hal–hal19


penyakit, tumor, anak panah, kesengsaraan,kesusahan, alien, kehancuran, kosong, tanpa inti.Bila bhikkhu tersebut senantiasa merenungi haldiatas, adalah memungkinkan bagi dirinya untukmencapai kesucian Sotapanna, bahkan setelah itu,dengan lebih jeli lagi dia merenungi, ia dapatmencapai kesucian Sakadagami, Anagami danArahat.*Praktek Yang Sesuai Dengan Dhamma*Praktek yang sesuai dengan Dhamma lazimnyamerujuk pada pelatihan lima kemoralan(Sila).Sedangkan moralitas Ariya yang tercakup dalamJalan Ariya Berunsur Delapan terdiri dari 3 bagianyakni: Perbuatan/ Tindakan Benar, Perkataan/Ucapan Benar serta Penghidupan/ Matapencaharian Benar.Sekarang penjelasan tentang Perbuatan/ TindakanBenar adalah sebagai berikut :‣ Ada orang yang tidak menghancurkankehidupan, dengan kail dan senjata yangtersebut tidak bertahan sesuai dengan yang kita harapkan, di sinilahpenderitaan timbul.20


disingkirkan, dia berhati-hati dan baik hatiserta berdiam dalam kasih sayang terhadapsemua makhluk. (Sila Pertama)‣ Dia tidak mengambil apa yang tidakdiberikan kepadanya dan tidak didorongoleh niat mencuri barang-barang milikorang lain, baik di desa maupun di hutan.(Sila Kedua)‣ Dia menghentikan perilaku seksual yangsalah dan tidak melakukannya. Dia tidakmelakukan hubungan seksual denganmereka yang berada di bawah perlindunganayah, ibu... tidak pula dengan mereka yangbertunangan dengan kalungan bunga dilehernya. (Sila Ketiga)Kemudian penjelasan tentang Perkataan/ UcapanBenar adalah sebagai berikut :(Semua unsur–unsur di bawah ini merupakanSila Keempat)‣ Ada orang yang telah menghentikan ucapanyang tidak benar dan tidak melakukannya.Ketika dia berada di antara komunitasnyaatau di kelompok lain, atau di antara sanaksaudara, rekan sekerja, di pengadilannegara, atau ketika dipanggil sebagai saksidan diminta mengutarakan apa yang21


diketahuinya, maka bila tahu, dia akanberkata, “Saya tahu; dan bila tidak tahu, diaakan berkata, “Saya tidak tahu”; bila telahmelihat, dia akan berkata, “Saya telahmelihat”; dan bila tidak melihat, dia akanberkata, “Saya tidak melihat”. Dia tidakmengucapkan kebohongan yang disengaja,baik demi dirinya sendiri, orang lain,maupun keuntungan materi.‣ Dia telah menghentikan ucapan yangmemecah belah dan tidak melakukannya.Apa yang sudah didengarnya di sini tidakakan dilaporkannya di tempat lain untukmenimbulkan perselisihan di sana; dan apayang telah didengarnya di sana tidak akandilaporkannya di sini untuk menimbulkanperselisihan di sini. Dengan demikian diamempersatukan mereka yang sedangbermusuhan dan mendukung mereka yangbersatu. Kerukunan membuatnya senang,dia bergembira dan bersukacita dalamkerukunan, dan dia mengucapkan kata-katayang menyebabkan kerukunan.‣ Dia telah menghentikan ucapan yang kasardan tidak melakukannya. Kata-katanyalembut, enak didengar, penuh kasih,menghangatkan hati, sopan, dapat diterima22


anyak orang, menyenangkan banyakorang.‣ Dia telah menghentikan percakapan yangtidak bermanfaat. Dia berbicara pada saatyang tepat, yang sebenarnya dan tentanghal-hal yang bermanfaat. Dia berbicaratentang Dhamma dan Vinaya dan berbicaradengan cara yang pantas disimak.Pembicaraannya bermanfaat, membantu,pantas dan penuh makna.Sila yang terakhir (Sila kelima) adalah sebagaiberikut :‣ Menghindari konsumsi arak/ganja/narkobadan hal-hal lainnya yang mengakibatkanlemahnya kewaspadaan.Dewasa ini, banyak orang yang meremehkanpelatihan Sila Kelima, terutama dalam hal minumarak, dengan mengatakan asalkan tidak mabuk,tidak menjadi masalah. Tetapi sejauh manakahanda menyadari kadar arak telah mempengaruhikewaspadaan anda. Sering kita melihat, daripelanggaran yang di anggap kecil ini,menimbulkan pelanggaran terhadap Sila–Sila yanglainnya.23


Selanjutnya penjelasan tentang Penghidupan/ MataPencaharian Benar adalah sebagai berikut (LihatlahAnguttara Nikaya 5.177) :‣ Menghindari perdagangan senjata‣ Menghindari perdagangan makhluk hidup‣ Menghindari perdagangan daging‣ Menghindari perdagangan benda-bendayang memabukkan‣ Serta menghindari perdagangan racunPraktek yang sesuai dengan Dhamma selainpelatihan kemoralan di atas, dapat juga berupatindakan–tindakan seperti dana, mengembangkanpikiran cinta kasih, tidak dengki, iri hati, cemburudengan keberhasilan orang lain, tidak serakah,dsbnya.Pentingnya menjalankan sila sungguh tidak dapatdianggap remeh. Bahkan Anguttara Nikaya 9.20menyebutkan pahala daripada orang yang menjagaSila adalah melebihi jenis pemberian (dana)manapun juga. Karena dengan menjaga Sila, kitasesungguhnya telah mempersembahkan danaterbesar bagi kesejahteraan makhluk hidup lain dandiri kita sendiri.24


Majjhima Nikaya 75 berbunyi:“Magandiya, bergaullah dengan mereka yangbijaksana. Ketika kamu bergaul dengan merekayang bijaksana, kamu akan mendengarkanDhamma yang sejati. Ketika kamu mendengarkanDhamma yang sejati, kamu akan berlatih sesuaidengan Dhamma yang sejati. Ketika kamu berlatihsesuai dengan Dhamma yang sejati, kamu akanmengetahui dan melihat untuk dirimu sendirisedemikian rupa: “Ini adalah penyakit, tumor, nodakekotoran; tetapi disinilah hal-hal tersebut lenyaptanpa sisa. Dengan lenyapnya kemelekatan,lenyaplah keberadaan, dengan lenyapnyakeberadaan, lenyaplah kelahiran, usia tua dankematian, kesedihan, ratap tangis, rasa sakit,kepedihan, dan keputusasaan. Demikianlahlenyapnya keseluruhan massa penderitaan ini.”25


PATAHNYA TIGA BELENGGU RENDAHTiga belenggu rendah yang telah dipatahkan 10seorang Sotapanna adalah:‣ Pandangan salah mengenai kepribadian‣ Keraguan‣ Kemelekatan terhadap peraturan dan ritual*Pandangan Salah Mengenai Kepribadian*Pandangan mengenai kepribadian ini telah disentuhpada petikan Majjhima Nikaya 2 diatas. Untukpemahaman yang lebih baik lagi, mari kita lihatbeberapa petikan Sutta di bawah ini.Majjhima Nikaya 44 Y.M. Dhammadinnamenjelaskan definisi kepribadian kepada pengikutawam Visakha 11 sebagai berikut:10 Ini adalah tiga dari sepuluh belenggu (samyojana) yang menjeratmakhluk hidup dalam lingkaran samsara. Sepuluh belenggu tersebutterdiri atas lima belenggu rendah (lower fetters) yakni pandangansalah mengenai kepribadian, keraguan, kemelekatan terhadapperaturan dan ritual, nafsu indera, niat jahat. Lima belenggu yanglebih halus (higher fetters) lainnya adalah keinginan akankeberadaan di alam berbentuk, keinginan akan keberadaan di alamtanpa bentuk, kesombongan, kegelisahan dan ketidak-tahuan.26


“Yang Mulia, ‘kepribadian, kepribadian’dikatakan. Apakah yang disebut kepribadian olehBhagava?”“Sahabat Visakha, lima kelompok kehidupan yangdipengaruhi oleh keterikatan inilah yang disebutkepribadian oleh Bhagava; yaitu tubuh jasmani,perasaan, persepsi, kehendak dan kesadaran yangdipengaruhi oleh keterikatan. Lima kelompokkehidupan yang dipengaruhi oleh keterikatan inilahyang disebut kepribadian oleh Bhagava.”“Yang Mulia, bagaimana asal-mula terjadinyapandangan tentang kepribadian itu?”“Di sini, sahabat Visakha, seorang biasa yang tidakjeli…..menganggap lima kelompok tersebutsebagai pribadi atau merupakan milik pribadi ataubersemayam/berada di dalam pribadi atau pribaditersebut bersemayam/berada di dalam limakelompok. Begitulah asal-mula terjadinyapandangan tentang kepribadian.”11 Y.M. Dhammadinna adalah mantan isteri dari pengikut awamVisakha dalam kehidupan berumah–tangga sebelumnya. Beliautelah menjadi seorang Arahat pada saat memberikan khotbah di atassedangkan Visakha adalah seorang Anagami.27


“Yang Mulia, bagaimana pandangan tentangkepribadian tidak terjadi?”“Di sini, sahabat Visakha, seorang Ariya yangjeli…..tidak menganggap lima kelompok tersebutsebagai pribadi atau merupakan milik pribadi ataubersemayam/berada di dalam pribadi atau pribaditersebut bersemayam/berada di dalam limakelompok. Begitulah bagaimana pandangantentang kepribadian tidak terjadi.”Samyutta Nikaya 25.1-10:Bila seorang bhikkhu meletakkan keyakinannyaatau merenungi dan memahami dengankebijaksanaannya landasan berunsur enam yaknimata, telinga, hidung, lidah, jasmani dan pikiran;bentuk yang dilihat mata, suara yang didengartelinga dst…; kesadaran mata, kesadaran telingadst…; kontak mata, kontak telinga dst...; perasaanyang timbul dari kontak mata, perasaan yangtimbul dari kontak telinga dst…; persepsi daribentuk, persepsi dari suara dst…; kehendaksehubungan dengan bentuk dst…; nafsu keinginanakan bentuk dst…; elemen padat, cair dst…; danlima kelompok kehidupan sebagai tidak kekal,berubah, tanpa inti maka ia tak dapat meninggaldunia tanpa merealisasikan buah Sotapanna.28


Intinya, mereka yang memahami Dhammamemahami apabila segala fenomena yang munculadalah terkondisi, bukanlah tanpa kondisi. Diamemahami sedemikian: “Bila ini ada, itu akanmenjadi; dengan munculnya ini, itu muncul. Yaknidengan kebodohan batin sebagai kondisi,bentukan–bentukan terjadi; kesadaran; mentalmateri;landasan berunsur enam; kontak; perasaan;nafsu keinginan; keterikatan; keberadaan;kelahiran; usia–tua dan kematian; kesedihan, rataptangis, rasa sakit, kepedihan, dan keputusasaanterjadi.”“Segala subjek dari bentukan/pemunculanadalah subjek daripada penghentian” Bila hal initelah dipahami, dia yang jeli tidak bingung tentangbagaimana dirinya bisa ada di masa lampau, akanmenjadi apa dirinya di masa yang akan datang dst.*Keraguan*Berbagai jenis keraguan tersebut antara lainkeraguan terhadap Tathagata (pencerahan Beliau),keraguan terhadap Dhamma (sebagai jalanpencerahan), keraguan terhadap Sangha(komunitas para Ariya), keraguan terhadappelatihan spiritual, keraguan terhadap masa29


lampau, keraguan terhadap masa yang akan datang,keraguan terhadap terkondisinya kemunculan suatufenomena.Anguttara Nikaya 7.51 menjelaskan bagaimanakeraguan tidak muncul di diri seorang Sotapanna.“Bhagava, apa penyebabnya, apa alasannya,sehingga keraguan tidak muncul di diri seorangAriya tentang hal-hal yang tidak dinyatakan?”“Karena siswa Ariya tersebut telah mematahkanberbagai pandangan, bhikkhu. Pandangan–pandangan tersebut adalah ‘Apakah Tathagata adasetelah Parinibbana? Apakah Tathagata tidak adasetelah Parinibbana? Apakah Tathagata ada dantidak ada setelah Parinibbana? Dan apakahTathagata bukan ada dan bukan tidak ada setelahParinibbana?’Siswa Ariya tersebut memahami pandangan, asalmula pandangan, berhentinya pandangan sertajalan menuju lenyapnya pandangan 12 sehinggapandangan-pandangan yang tidak dinyatakan di12Pandangan yang dimaksudkan tersebut adalah pandanganmengenai kepribadian.30


atas dengan sendirinya juga tidak akan dinyatakanolehnya.”Di Samyutta Nikaya 22.4.85, Y.M. Sariputtameluruskan pandangan salah Y.M. Yamakatentang diri. 13 Setelah diberi penjelasan, Y.M.Sariputta mengajukan pertanyaan pada Y.M.Yamaka seperti berikut:“Sahabat Yamaka, seorang bhikkhu Arahat,dengan noda yang telah sepenuhnya ditinggalkan,apa yang terjadi kepadanya, pada saat hancurnyatubuh ini, atau setelah meninggal? – apabiladitanyai sedemikian rupa, bagaimana anda akanmenjawabnya?”“Apabila saya ditanyai sedemikian rupa, sahabat,saya akan menjawab seperti ini: ‘Sahabat, tubuhjasmani adalah tidak kekal; apa yang tidak kekalmerupakan penderitaan; apa yang merupakanpenderitaan telah berhenti dan padam. Perasaan...Persepsi... Kehendak... Kesadaran adalah tidakkekal; apa yang tidak kekal merupakanpenderitaan; apa yang merupakan penderitaan telah13 Y.M. Yamaka menggenggam dengan erat prinsip nihilismesebelum mendapatkan penjelasan dari Y.M. Sariputta.31


erhenti dan lenyap tanpa sisa. Dengan carademikianlah saya akan menjawabnya.”Y.M. Sariputta memuji jawaban yang diberikan.*Kemelekatan Terhadap Peraturan dan Ritual*Yang pertama merujuk pada berbagai peraturanpelatihan/praktek diri berlebihan yang tidakbermanfaat. Buddha mengatakan bahwa tak adaseorang pun yang dapat menyamai Beliau di dalampraktek yang keras. [Majjhima Nikaya 12]Praktek–praktek tersebut dijalaninya dalam usahamemperoleh pembebasan namun tidak berhasil.Berikutnya tentang berbagai upacara/ritualkeagamaan yang dilakukan petapa sekte luarsemisalnya melakukan pengorbanan makhlukhidup untuk suatu pemujaan dsbnya dengan tujuanpemurnian diri atau jalan ke surga.Kemelekatan terhadap hal–hal inilah yangdikatakan sebagai hal–hal yang membelengguiorang–orang biasa (puthujjana) yang lazimnyamenginginkan keselamatan, kesejahteraan,kelahiran di surga maupun pembebasan.32


Seorang siswa Ariya menghindari hal–hal di atasdan tidak menganggapnya sebagai jalankeselamatan atau yang dapat membebaskandirinya. Tidak juga ia menggantungkan dirinyaterhadap suatu figur tertentu. Sebagaimana ia telahmelihat dengan dirinya sendiri bahwa jalan menujupembebasan adalah jalan yang terdapat dalamKesunyataan Mulia yakni Jalan Tengah.Tentunya tidak dapat dipungkiri apabila peraturandan ritual telah menjadi bagian dalam kehidupankita. Ada baiknya apabila kita berpedoman padapetunjuk berikut ini: Apabila ketika hal–haltersebut dilakukan, kualitas bajik berkurang danyang tak bajik meningkat, maka hal–hal tersebutharus ditinggalkan. Namun sebaliknya ketika hal–hal tersebut dilakukan, kualitas bajik meningkatdan yang tak bajik berkurang, maka boleh dilanjuti.Contohnya melakukan pengorbanan makhlukhidup untuk suatu pemujaan, hal ini menciptakantimbunan kamma tak bajik yang dapat berbuah dikemudian hari dan oleh karenanya, harusditinggalkan.Demikianlah belenggu-belenggu rendah yangmenjerat tersebut dipatahkan.33


KARAKTER / FAKTOR SOTAPANNASamyutta Nikaya 55.1 menyebutkan tentang empatkarakter/faktor yang ada pada diri Sotapannayakni:‣ Keyakinan yang tak tergoyahkan terhadapBuddha‣ Keyakinan yang tak tergoyahkan terhadapDhamma‣ Keyakinan yang tak tergoyahkan terhadapSangha‣ Sila yang sempurna*Keyakinan Pada Buddha, Dhamma & Sangha*Apa makna daripada keyakinan terhadap Buddha,Dhamma dan Sangha ?Keyakinan pada Buddha adalah keyakinanterhadap pencerahan Tathagata, sebagai seorangGuru bagi para dewa dan manusia, yangmemahami sepenuhnya hukum KesunyataanMulia. Keyakinan pada Dhamma adalah keyakinanbahwa inilah jalan menuju pencerahan, yang dapatdialami dan dibuktikan langsung oleh mereka yangmelaksanakannya. Sedangkan keyakinan pada34


Sangha adalah keyakinan pada siswa–siswaBuddha sebagai yang patut didukung, dihormatisebagaimana mereka telah bertindak baik, lurus,benar dan patut, idealnya mereka yang Ariya.Bagaimana pula keyakinan yang tak tergoyahkandaripada seorang siswa Ariya?Berikut penjelasan dalam Majjhima Nikaya 47:“Jika orang–orang lain bertanya kepada bhikkhuitu demikian: ‘Apa alasan–alasan Yang Mulia danapa buktinya sehingga beliau mengatakan:“Bhagava telah sepenuhnya tercerahkan, Dhammatelah dibabarkan dengan baik oleh Bhagava,Sangha sedang mempraktekkan jalan yang baik?”’– untuk menjawab dengan benar, bhikkhu itu harusmenjawab demikian: ‘Di sini, sahabat–sahabat,saya telah menghampiri Bhagava untuk mendengarDhamma. Bhagava mengajarkan Dhamma dengantingkatan yang bertahap menuju yang lebih tinggi,dengan tingkatan yang semakin halus danmendalam, dengan imbangan–imbangannya yanggelap dan terang. Sementara Sang Gurumengajarkan Dhamma kepadaku demikian, melaluipengetahuan langsung tentang suatu bagiantertentu di sini di dalam Dhamma itu, saya punsampai pada pemahaman mengenai ajaran–ajaran35


tersebut. Saya menaruh keyakinan pada Sang Gurudemikian: “Bhagava telah sepenuhnya tercerahkan,Dhamma telah dibabarkan dengan baik olehBhagava, Sangha sedang mempraktekkan jalanyang baik.”’“Para bhikkhu, bila keyakinan seseorang telahditanam, berakar, dan mantap di dalam Tathagatamelalui alasan–alasan, istilah–istilah dan frasa–frasa ini, dikatakan bahwa keyakinannya sudahditopang oleh alasan, berakar di dalam visi, danmantap; keyakinannya tak terkalahkan oleh petapaatau brahmana atau dewa atau mara atau brahmaatau siapapun di dunia ini.”Ada lima manfaat yang dapat dipetik oleh seorangumat awam yang memiliki keyakinan. AnguttaraNikaya 5.38 menyebutkan hal tersebut, yakni:‣ Para Arahat akan menunjukkan welas–asihterlebih dahulu kepada mereka yangberkeyakinan‣ Melakukan kunjungan terlebih dahulu ketempat mereka yang berkeyakinan‣ Menerima persembahan terlebih dahuludari mereka yang berkeyakinan‣ Membabarkan Dhamma terlebih dahulukepada mereka yang berkeyakinan36


‣ Mereka yang berkeyakinan akan terlahirkembali di alam yang bahagiaAnguttara Nikaya 10.64 berbunyi:“Para Bhikkhu, mereka yang memiliki keyakinanyang tak tergoyahkan kepada Tathagata, semuanyaadalah para Sotapanna. Dari para Sotapanna ini,lima kelompok memenangkan tujuannya 14 di sini(di alam manusia), lima kelompok lainnyamemenangkan tujuannya setelah meninggalkantempat ini.Lima kelompok manakah yang memenangkantujuannya di sini? [Mereka yang kembali tidakmelebihi tujuh kelahiran 15 , mereka yang kembalike keluarga yang satu menuju keluarga yanglainnya 16 , yang sekali lagi saja 17 ] 18 , mereka yang14 Tujuan yang dimaksudkan di sini adalah tujuan akhir darikehidupan suci yakni pencapaian Nibbana.15 Sattakkhattuparamassa. Siswa Ariya yang setelah dilahirkansebanyak tujuh kali di alam surga maupun manusia, mencapaipembebasan akhir.16 Kolamkolassa. Siswa Ariya yang setelah dilahirkan beberapa kali(dua, tiga, atau empat) di alam manusia, mencapai pembebasanakhir.17 Ekabijissa. Siswa Ariya yang hanya kembali sekali lagi saja dialam manusia, dan sesudahnya mencapai pembebasan akhir.18 Baca juga Anguttara Nikaya 9.12 dan 10.63. Ketiga kelompok iniadalah siswa–siswa Ariya yang telah mematahkan tiga belenggu37


hanya kembali sekali lagi ke dunia ini 19 , danmereka yang telah memutus lingkaran kelahiran 20 .Ini adalah lima kelompok yang memenangkantujuannya di sini.Dan lima kelompok manakah yang memenangkantujuannya setelah meninggalkan tempat ini?[Mereka yang mencapai Nibbana pada selanginterval 21 , yang mencapai Nibbana denganpengurangan waktu 22 , yang mencapainya denganmudah 23 , yang mencapainya dengan usaha 24 , danyang menuju alam Akanittha 25 ] 26 . Mereka yangmemiliki keyakinan yang tak tergoyahkan kepadaTathagata, semuanya adalah para Sotapanna.”rendah atau para Sotapanna. Ada yang kembali tujuh kali, ada yangbeberapa kali dan ada yang sekali, kemudian mencapai pembebasanakhir.19 Sakadagami atau siswa–siswa Ariya yang telah mematahkan tigabelenggu rendah dan melemahkan kebodohan batin, kebencian dankeserakahan.20 Arahat.21 Antaraparinibbayi.22 Upahaccaparinibbayi.23 Asankharaparinibbayi.24 Sasankharaparinibbayi.25 Akanitthaparinibbayi.26Lima kelompok ini adalah siswa–siswa Ariya yang telahmematahkan lima belenggu rendah atau para Anagami.38


Mari kita lihat kutipan Sutta berikutnya tentangfaktor Sotapanna. Samyutta Nikaya 55.4.2menjelaskan tentang keyakinan yang taktergoyahkan terhadap Buddha, Dhamma danSangha serta kemurahan hati.“Seorang siswa Ariya berdiam di rumah denganpikiran yang bersih dari noda kekikiran, bermurahhati dengan tangan terbuka, suka menolong,bergembira dalam berdana, orang yang senangberamal, senang berdana dan berbagi.”Dan Samyutta Nikaya 55.4.3 tentang keyakinanyang tak tergoyahkan terhadap Buddha, Dhammadan Sangha serta kebijaksanaan.“Seorang siswa Ariya memiliki kebijaksanaanyang melihat ke dalam muncul dan lenyapnyafenomena, yang mulia dan menembus dan menujupada musnahnya penderitaan secara total.”Kemudian Samyutta Nikaya 13.11 berisikanbahwa dengan perolehan pandangan benar, seorangAriya sungguh berpengetahuan luas.Sebagai pokoknya, hal–hal yang berikut di bawahini adalah pusaka (harta sejati) yang dimiliki39


seorang Sotapanna, melebihi bentuk kekayaanduniawi manapun, yakni:1. Keyakinan (Yang tak tergoyahkan kepadaTiratana)2. Kebajikan (Sila yang sempurna – 5 Sila & 3faktor Sila dari Jalan Ariya Berunsur Delapan)3. Kemurahan hati (Khususnya yang ditujukankepada Sangha)4. Kebijaksanaan (Timbulnya mata Dhamma)5. Pengetahuan luas (Banyak belajar)6. Takut untuk berbuat jahat (Penjaga duniapertama)7. Malu untuk berbuat jahat (Penjaga duniakedua)*Sila Yang Sempurna*Penjelasan yang merinci tentang Sila telah diulas diatas.Penjelasan tentang Sotapanna yang memiliki Silayang sempurna dapat dilihat di Anguttara Nikaya3.85:“Para bhikkhu, lebih dari seratus lima puluhperaturan latihan yang harus diucap ulang setiapdua minggu, yang dilatih oleh para pria muda yang40


menginginkan tujuan. Semua peraturan itutercakup di dalam tiga latihan ini. Apakah yangtiga itu? Latihan dalam moralitas yang lebih tinggi,latihan dalam pikiran yang lebih tinggi, dan latihandalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Inilah tigalatihan yang merangkum lebih dari seratus limapuluh peraturan latihan itu.Di sini, Oh para bhikkhu, seorang bhikkhu adalahorang yang sepenuhnya mahir di dalam moralitas,tetapi hanya agak mahir di dalam konsentrasi dankebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturanlatihan minor, dan kemudian memperbaiki diri.Mengapa demikian? Karena, para bhikkhu,memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidakmemungkinkan baginya. Tetapi mengenaiperaturan-peraturan latihan yang amat mendasar,yang sesuai dengan kehidupan suci, di situmoralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatihdiri dalam peraturan-peraturan latihan yang telahdia ambil. Dengan patahnya tiga belenggu tersebut,dia menjadi Sotapanna, yang tidak lagi mengalamikelahiran kembali di alam yang rendah, yangmantap keberuntungannya, dengan pencerahansebagai tujuannya.”41


Bacalah juga Majjhima Nikaya 48 berikut initentang tujuh karakter untuk realisasi buahSotapanna:“Dan bagaimana pandangan yang Ariya danmembebaskan ini membawa orang yangmempraktekkan sesuai dengannya menujuhancurnya penderitaan sepenuhnya?”“Di sini, seorang bhikkhu, pergi ke hutan, akarpohon atau ke gubuk yang kosong,mempertimbangkan demikian: Adakah obsesi yangbelum kutinggalkan yang mungkin mengobsesipikiranku sehingga aku tidak dapat mengetahuiatau melihat segala sesuatu sebagaimana adanya?Jika seorang bhikkhu terobsesi oleh nafsu indera,maka pikirannya terobsesi. Jika seorang bhikkhuterobsesi oleh niat jahat, maka pikirannyaterobsesi. Jika seorang bhikkhu terobsesi olehkemalasan dan kelambanan, maka pikirannyaterobsesi. Jika seorang bhikkhu terobsesi olehkegelisahan dan kekhawatiran, maka pikirannyaterobsesi. Jika seorang bhikkhu terobsesi olehkeraguan, maka pikirannya terobsesi. Jika seorangbhikkhu terjerat di dalam spekulasi tentang duniaini, maka pikirannya terobsesi. Jika seorangbhikkhu terjerat di dalam spekulasi tentang dunialain, maka pikirannya terobsesi. Jika seorang42


hikkhu suka bertengkar dan bercekcok danterbenam di dalam perselisihan, saling menikamdengan belati ucapan, maka pikirannya terobsesi.”Dia memahami demikian: “Tidak ada obsesi yangbelum kutinggalkan yang mungkin mengobsesipikiranku sehingga aku tidak dapat mengetahuiatau melihat segala sesuatu sebagaimana adanya.Pikiranku sudah disiapkan dengan baik untukterjaga bagi kebenaran-kebenaran. Ini pengetahuanpertama yang dicapai oleh dia yang Ariya, di atasduniawi, dan tidak dimiliki oleh orang biasa.”Begitu juga, seorang siswa Ariyamempertimbangkan demikian: Bila aku mengejar,mengembangkan, dan membina pandangan ini,apakah aku memperoleh ketenangan internal,apakah aku secara pribadi memperolehkeheningan?Dia memahami demikian : “Bila aku mengejar,mengembangkan, dan membina pandangan ini,maka aku memperoleh ketenangan internal, akusecara pribadi memperoleh keheningan. Inilahpengetahuan kedua yang dicapai oleh dia yangAriya, di atas duniawi, dan tidak dimiliki olehorang biasa.”43


Begitu juga, seorang siswa Ariyamempertimbangkan demikian: Adakah petapa ataubrahmana lain di luar ajaran Buddha yang memilikipandangan seperti yang kumiliki?Dia memahami demikian: “Tidak ada petapa ataubrahmana lain di luar ajaran Buddha yang memilikipandangan seperti yang kumiliki. Inilahpengetahuan ketiga yang dicapai oleh dia yangAriya, di atas duniawi, dan tidak dimiliki olehorang biasa.”Begitu juga, seorang siswa Ariyamempertimbangkan demikian: Apakah akumemiliki karakter manusia yang memilikipandangan benar? Apakah karakter manusia yangmemiliki pandangan benar itu? Inilah karaktermanusia yang memiliki pandangan benar:walaupun dia mungkin melakukan suatu jenispelanggaran yang sarana rehabilitasinya telahditetapkan, tetap saja dia segera mengaku,mengutarakan dan menyatakannya kepada Guruatau kepada sahabat-sahabatnya yang bijaksana didalam kehidupan suci, dan setelah melakukan halitu, dia mengendalikan diri di masa yang akandatang. Sama seperti seorang anak kecil yangmeniarap akan segera mundur ketika dia menaruhtangan atau kakinya pada batubara yang menyala,44


demikian pula karakter manusia yang memilikipandangan benar.Dia memahami demikian: “Aku memiliki karaktermanusia yang memiliki pandangan benar. Inilahpengetahuan keempat yang dicapai oleh dia yangAriya, di atas duniawi, dan tidak dimiliki olehorang biasa.”Begitu juga, seorang siswa Ariyamempertimbangkan demikian: Apakah akumemiliki karakter manusia yang memilikipandangan benar? Apakah karakter manusia yangmemiliki pandangan benar itu? Inilah karaktermanusia yang memiliki pandangan benar:walaupun dia mungkin aktif di dalam berbagaimacam urusan untuk sahabat-sahabatnya di dalamkehidupan suci, namun dia memiliki kesungguhanuntuk pelatihan di dalam moralitas yang lebihtinggi, pelatihan di dalam pikiran yang lebih tinggi,dan pelatihan di dalam kebijaksanaan yang lebihtinggi. Sama seperti seekor sapi yang anaknyamasih kecil ketika merumput akan mengamatianaknya, demikian pula karakter manusia yangmemiliki pandangan benar.Dia memahami demikian: “Aku memiliki karaktermanusia yang memiliki pandangan benar. Inilah45


pengetahuan kelima yang dicapai oleh dia yangAriya, di atas duniawi, dan tidak dimiliki olehorang biasa.”Begitu juga, seorang siswa Ariyamempertimbangkan demikian: Apakah akumemiliki kekuatan manusia yang memilikipandangan benar? Apakah kekuatan manusia yangmemiliki pandangan benar itu? Inilah kekuatanmanusia yang memiliki pandangan benar: ketikaDhamma dan Vinaya yang dibabarkan olehTathagata sedang diajarkan, diamemperhatikannya, memberikan perhatian,menyimak dengan segenap pikirannya, mendengarDhamma dengan telinga yang waspada.Dia memahami demikian: “Aku memiliki kekuatanmanusia yang memiliki pandangan benar. Inilahpengetahuan keenam yang dicapai oleh dia yangAriya, di atas duniawi, dan tidak dimiliki olehorang biasa.”Begitu juga, seorang siswa Ariyamempertimbangkan demikian: Apakah akumemiliki kekuatan manusia yang memilikipandangan benar? Apakah kekuatan manusia yangmemiliki pandangan benar itu? Inilah kekuatanmanusia yang memiliki pandangan benar: ketika46


Dhamma dan Vinaya yang dibabarkan olehTathagata sedang diajarkan, dia memperolehinspirasi di dalam maknanya, memperoleh inspirasidi dalam Dhamma, memperoleh kegembiraan yangterhubung dengan Dhamma.Dia memahami demikian: “Aku memiliki kekuatanmanusia yang memiliki pandangan benar. Inilahpengetahuan ketujuh yang dicapai oleh dia yangAriya, di atas duniawi, dan tidak dimiliki olehorang biasa.”Ketika seorang siswa Ariya demikian memilikitujuh faktor, dia telah dengan baik memilikikarakter untuk realisasi Sotapanna. Ketika seorangsiswa Ariya demikian memiliki tujuh faktor itu, diamemiliki buah Sotapatti.47


BERKAH – BERKAH SOTAPANNAAnguttara Nikaya 6.97:“Para bhikkhu, ada enam berkah dalammerealisasikan tingkat Sotapanna. Apakah yangenam itu?‣ Dia memperoleh keyakinan dalamDhamma yang sejati.‣ Dia tidak dapat mundur dari Dhamma yangtelah dipahaminya.‣ Dia telah menentukan batas penderitaan 27 .‣ Dia diberkati oleh pengetahuan yang tidakbiasa.‣ Dia telah mengerti sepenuhnya tentangterkondisinya fenomena muncul, penyebabdan fenomena yang muncul oleh sebabsebab.Sedemikianlah besarnya berkah bagi mereka yangtelah memenangkan pandangan benar, yang telahmemperoleh mata Dhamma sehingga dikatakanmereka telah memotong dengan drastis massapenderitaan bagi dirinya, sebagaimana merekahanya akan terlahir paling banyak tujuh kali lagi27Seorang Sotapanna paling banyak hanya akan dilahirkansebanyak tujuh kali lagi saja dan pasti menuju pencerahan.48


saja dan yang pasti menuju pada pencerahan.[Samyutta Nikaya 13.1-11]Dhammapada 178:“Ada yang lebih baik daripada kekuasaan mutlakatas bumi, daripada pergi ke surga, atau daripadamemerintah seluruh dunia, yakni pencapaiantingkat kesucian Sotapanna.”Samyutta Nikaya 55.1:“Penguasaan atas empat benua sekalipun tidakberharga seper-enam belas bagian dibandingkandengan pencapaian Sotapanna.”*Nasehat Buddha Yang Lebih Lanjut*Buddha memberikan nasehat kepada mereka yangtelah mencapai Sotapanna untuk tidak lalai, dengankata lain, masih ada yang harus dikerjakan, yaknimempraktekkan Samadhi. [Samyutta Nikaya55.40]49


KESIMPULANSaya akan menyertakan 2 petikan Sutta lainnyadalam tulisan ini sebagai penutup artikel ini.Anguttara Nikaya 5.175:Diberkati oleh lima hal ini, seorang pengikut awamadalah pengikut awam rendahan, yang ternodai, takbernilai. Kelima hal tersebut yakni:‣ Dia tidak memiliki keyakinan‣ Dia tidak bermoral‣ Menyenangi peraturan dan ritual‣ Menaruh kepercayaannya pada peraturandan ritual, bukan pada kamma‣ Memberikan prioritas persembahan bukankepada siswa BuddhaSebaliknya dia yang diberkati oleh lima hallainnya, adalah pengikut awam bagaikan permata,lotus, bunga yang indah, yakni:‣ Dia memiliki keyakinan‣ Dia bermoral‣ Tidak menyenangi peraturan dan ritual‣ Meyakini hukum kamma50


‣ Prioritas persembahan diberikan kepadasiswa BuddhaSamyutta Nikaya 12.41:Ini adalah khotbah yang diberikan oleh Buddhakepada perumah-tangga Anathapindika.“Perumah-tangga, ketika seorang siswa Ariya telahmelenyapkan lima hal yang menakutkan 28 , diamemiliki empat faktor Sotapanna 29 , dan dia telahmelihat dan memahami dengan kebijaksanaannyajalan Ariya 30 – jika dia berkenan dia dapatmenyatakan seperti berikut ini:‘Saya telah menutup gerbang kelahiran di alamneraka, di alam binatang, dan di alam hantu, alamyang menyedihkan, alam yang menyakitkan, alamrendah. Saya adalah seorang Sotapanna, yang tidakakan lagi terlahir kembali di alam–alam itu, yang28 Lima hal yang menakutkan tersebut adalah pelanggaran terhadaplima Sila.29 Empat faktor tersebut adalah keyakinan yang tak tergoyahkanpada Buddha, Dhamma dan Sangha serta Sila yang sempurna.30Memahami terkondisinya segala fenomena (dependentorigination).51


pasti terbebaskan, dengan pencerahan sebagaitujuan!”’ 31Ketahuilah, tujuan daripada mempelajari Dhammaadalah untuk mengurangi keserakahan (lobha),kebencian (dosa) dan kebodohan batin (moha).Pelatihan apapun yang kita lakukan, hendaknyabertujuan untuk mengikis tiga akar kejahatantersebut dan sebisa mungkin merenungi Anicca,Dukkha dan Anatta. Ajaran Anicca, Dukkha danAnatta memang sungguh halus dan mendalam.Walaupun demikian, kita pantas untuk berusaha.Buddha mengatakan pahala daripada merenungihal tersebut sungguh besar. Mengapa? Karenadapat membimbing kita menuju pembebasan, tujuhkali kelahiran lagi untuk tingkat kesucian pertama.Tentu ini menjadi pilihan masing–masing orang,untuk meningkatkan intensitas praktek Dhammaatau masih tetap berleha–leha. Apabila masihmenyenangi untuk berputar–putar di alam samsara.Silahkan juga. Hahaha.....31 Hal yang serupa dapat ditemui di Digha Nikaya 16, tentangcermin Dhamma (Mirror of Dhamma).52


Saya akhiri tulisan ini sampai di sini. Seperti kataBuddha, jangan langsung menerima ataupunmenolak. Masing–masing dari kita yang harusbanyak membaca dan meneliti sendiri.Mudah–mudahan tulisan ini dapat membawakanmanfaat bagi pembaca.Semoga keberhasilan menjadi milik kita.Silahkan merujuk pada bagian tanya–jawab dihalaman berikutnya untuk pemahaman yang lebihluas.53


TANYA - JAWAB1. Tanya : Apakah seorang Sotapannamengetahui dirinya adalah seorangSotapanna?Andro : Belum tentu. Standard yang dipakaitersebut adalah yang diberikan olehBuddha. Bila dia tak mengetahuistandardnya, maka bisa saja dia tak tahu.Yulia : Standard tersebut adalah standardyang telah diuraikan di atas. [D.N 16 & S.N12.41] Namun ada juga mereka yang takdapat mengetahui pencapaian tersebut.Misalnya A.N 7.67 menyebutkan bahwaseorang bhikkhu baru dapat dengan pastimenyatakan dirinya telah sepenuhnyaterbebas dari noda pada saat pencapaiantingkat kesucian Arahat.2. Tanya : Apakah seorang Sotapanna,Sakadagami, Anagami atau Arahat mampumenerka dengan tepat orang lain tersebutadalah Sotapanna atau bukan ?54


Andro : Belum tentu. Tapi setelahberinteraksi cukup lama, mengertipandangannya, maka ia bisa tahu.Yulia : Tidak semua Ariya mengetahuitingkat pencapaian seorang Ariya yanglainnya. Misalnya Y.M. Sariputta yangterus–menerus memberikan khotbah padaY.M. Bhaddiya dan menganggapnyaseorang pemula, sampai Buddha sendiriyang mengatakah bahwa Y.M. Bhaddiyaadalah seorang Arahat. [Udana 7.2]3. Tanya : Apakah seorang Sotapanna masihdapat melaksanakan Jalan Ariya BerunsurDelapan dengan cara yang salah? Misalnya,apakah ia masih bisa melatih Sati yangsalah, Samadhi yang salah, Daya Upayayang salah?Andro : Tak mungkin. Hanya ada kelalaiandi diri mereka. Tapi mereka tahu manajalan yang salah dan benar, tak bisaterjerumus ke pelatihan diri yang salah.Yakni mereka tahu inilah jalannya, tapimereka mungkin lalai. Mereka tak lagiberpikir jalan yang salah sebagai benar,benar sebagai salah.55


Yulia : Itulah sebabnya mengapa dikatakanSotapanna diberkati dengan Jalan AriyaBerunsur Delapan. Bagaikan seseorangyang berjalan pulang ke rumah, diamemahami dengan baik jalur–jalur (unsur)mana yang dapat membawanya sampai kerumah. Dia tidak akan memilih jalur yangdapat menyesatkan dirinya. Begitu puladengan Sotapanna yang tidak mungkinberlatih di jalan yang salah, tetapi di jalanyang benar dengan pencerahan sebagaitujuan akhirnya.4. Tanya : Apakah seorang Sotapanna masihdapat bertafsiran salah tentang ajaran–ajaran Buddha yang di luar inti Dhamma(Empat Kesunyataan Mulia, Jalan AriyaBerunsur Delapan, Tiga Corak Umum)?Andro : Masih memungkinkan. Di luar intiDhamma, mereka masih bisa keliru. Tapimenyangkut inti Dhamma, mereka takmungkin bisa keliru. Seperti yang dikatakanoleh Buddha, Dhamma ini hebat karenasemua siswa – siswa Beliau yang telahmemahami, memiliki pandangan yangselaras menyangkut hal–hal yang walaupuntak pernah dijelaskan oleh Buddha sendiri56


seperti dimanakah Buddha setelahparinibbana? Ada? Tak ada? Ada sekaligustak ada? Dstnya...Yulia : Misalnya Y.M. Ananda yangmengatakan bahwa sahabat yang baikmerupakan sebagian daripada pelatihandalam kehidupan suci namun Buddhaberkata bahwa sahabat yang baikmerupakan keseluruhan daripada pelatihandalam kehidupan suci. [S.N 3.2.8]5. Tanya : Apakah seorang yang bukanSotapanna dapat menerka dengan tepatorang lain adalah seorang Sotapanna ataubukan ?Andro : Tidak mungkin. Ia sendiri takberpandangan demikian, bagaimana ia bisatahu orang tersebut berpandangan yangsama seperti itu.6. Tanya : Apakah seorang Sotapannamengakui dirinya Sotapanna di depanorang ?Andro : Di zaman Buddha, mungkin saja.Di zaman sekarang, umumnya gak begitu.57


Menurutku, saat sekarang tak ada lagiseorang sosok yang dapat memberikan“Konfirmasi” seperti layaknya dulu dizaman Buddha yakni Buddha sendiri yangakan mengkonfirmasikan pencapaianpengikut –pengikutnya, atau siswa–siswaBeliau yang utama/senior yang akanmemberikan konfirmasi, jadi pengakuanyang salah dapat dibuka kedoknya olehBuddha atau siswa–siswa seniornya. Tapi,untuk zaman sekarang, standard apa yangdipakai oleh dirinya untuk memberikanpengakuan demikian? Semua pengakuanseperti itu, oleh Buddha disebut : “Janganlangsung diterima, jangan langsung ditolak,teliti oleh dirimu sendiri benar tidaknya.”Menurutku, ini adalah salah satu kerugianmasa post–parinibbana Buddha.7. Tanya : Seberapa besar peluang seorangumat awam biasa untuk bisa mencapaitingkat Sotapanna?Andro : Untuk mengetahui kira–kira sejauhapa sulitnya maka kalian harus kembalimembaca Nikaya dan mendapat ide tentanghal ini. Semakin banyak kalian baca makasemakin paham. Makhluk hidup sangat58


erbeda satu sama lainnya. Ada yang sangatmudah untuk meraihnya, ada yang sangatsulit, ada yang tak mungkin sama sekali.Buddha mengetahui hal ini dengan baik.Y.M. Sariputta mengetahui dengan baikcara seseorang dapat meraihnya. MengapaY.M. Sariputta tahu caranya dengan baik?Karena ia selalu menjelaskannya dengansangat sederhana sehingga mudahdipahami. Ini adalah kualitas mulianyayang disanjung Buddha.8. Tanya : Apakah tingkat Sotapanna sulitdicapai?Andro : Untuk orang yang memiliki faktor–faktor yang diperlukan, maka tentu mudahbagi orang tersebut. Tapi untuk orang yangtak memiliki faktor–faktor tersebut, makasangat sulit atau tidak mungkin sama sekali.Jadi ini adalah sangat relatif. Mudah bagiseseorang tak tentu mudah bagi orang lain.Usaha diperlukan untuk meraih faktor–faktor tersebut, dan waktu yang akanmenentukannya. Coba pikir, berapa orangyang akan lari ketika mereka dengar adaceramah Dhamma? Banyak yang memangawalnya sudah tak berminat, ini adalah59


salah satu faktor tersebut. Terus berapaorang yang akan berpikir, “Siapalah orangini yang menganggap dirinya mengerti danberceramah di depan orang?” Terus berapaorang yang akan serius dan terus–menerusmerenungi apa yang telah mereka dengar?Dst...dst...9. Tanya : Hal–hal apakah yang sekiranyamenjadi penyebab sulitnya pencapaiankesucian Sotapanna?Yulia : Masing–masing orang tentumemiliki kondisi yang berbeda–beda dansaya cuma bisa menyertakan beberapakemungkinan sebagai penyebabnya, yakni :‣ Tidak berkeyakinan terhadap ajaranBuddha.‣ Lingkungan hidup yang tidakmendukung untuk mempelajariDhamma. Itu sebabnya dikatakanBuddha bahwa hidup di tempat yangsesuai merupakan salah satu berkahtertinggi.60


‣ Tidak melakukan tindakan–tindakanbajik di masa lampau sehingga banyakmengalami hambatan dalam hidup saatini. Seseorang yang memiliki bebanhidup misalnya terlahir idiot, papahdsbnya tentu tidak terdorong untukmempelajari Dhamma. Untuk seorangyang papah, memikirkan makan sajasudah cukup memberatkan, apalagimemikirkan Dhamma. Memilikitimbunan kebajikan di masa lampaujuga salah satu berkah tertinggi.‣ Tidak bergaul dengan mereka yangmemahami Dhamma yang sejati.‣ Bersikap terlalu keras dengan dirisendiri. Ada beberapa petapa di zamanBuddha yang mengagumi Beliau,namun menolak untuk berjumpa danmendengarkan ajarannya, semata–matatakut kehilangan popularitas, pengikutdan nama besar, karena mereka merasasebagai seorang guru sekte lain, tidakpantas bagi diri mereka untukmelakukan hal demikian. Sama halnyadengan kita, kadang kita dinasehati hal–hal yang baik, walaupun hati kecil kita61


menyetujui, karena takut dikritik, takuttidak populer, kita bertahan dengan apayang kurang tepat, berlatih dengan carayang kurang tepat. Ini bisa menjadisalah satu halangan bagi kemajuan batinkita.‣ Tidak cukup berusaha. Tidak memilikisemangat untuk mempelajari Dhamma.‣ Kondisi batin yang belum siap.Walaupun mungkin seseorang telahcukup berusaha, dia belum mampuuntuk meraihnya. Umpamanya seoranganak yang juara kelas terakhir, akansulit bagi dirinya untuk jadi juaraumum. Bahkan untuk juara kelaspertama saja, dia harus berusahabeberapa semester atau beberapa tahunlagi atau mungkin juga dia tak pernahmeraihnya. Tapi apabila dirinya tidakberusaha, bagaimana mungkin dia bisamaju? Mungkin saja di semesterberikutnya dia mampu meraih 30 besaratau 20 besar dstnya. Kemajuannyadiraih secara bertahap.62


‣ Terlalu memanjakan diri dalamkesenangan duniawi. Tidak pernahmenyisihkan waktu untuk merenungibahwa dirinya juga bisa tua, sakit danmati.10. Tanya : Pada zaman sekarang ini,mungkinkah ada para Sotapanna di duniaini?Yulia : Tentu saja. Seperti kata Buddhasendiri : “Selama Dhamma dan Vinayaditaati dengan baik, maka dunia ini tidakakan kekosongan Arahat.” [D.N 16]Apabila pencapaian Arahat sendirimemungkinkan, maka Sotapanna sudahbarang tentu.11. Tanya : Apakah tingkat Sotapannamembutuhkan Jhana?Yulia : Tingkat Sotapanna tidakmembutuhkan Samadhi yang sempurna.Dalam hal ini Jhana bukanlah faktor yangdiharuskan. [A.N 3.85] Namun ada sajapara Sotapanna yang memiliki Jhana.Seperti kata Buddha bahwa pelatihan Jhanamendukung pada perolehan tingkat63


kesucian Sotapanna, Sakadagami, Anagamidan Arahat. [D.N 29] Inilah manfaatdaripada pelatihan Jhana. Dengan pikiranyang sedemikian jernih, apabila orangtersebut mendengarkan (in contact with)Dhamma yang sejati, sangat mudah bagidirinya untuk mencapai tingkat kesucian.Hal utama yang mutlak dimiliki olehseorang sotapanna adalah pandangan benar.12. Tanya : Adakah orang–orang tertentu yangsama sekali tidak berpeluang mencapaiSotapanna dalam kehidupan ini juga?Yulia : Ada. Hal ini disebutkan dalam A.N5.129, yakni orang–orang yang telahmelakukan perbuatan akusala garukakamma yakni membunuh ayah dan ibukandung, membunuh seorang Arahat,melukai dan menyebabkan Buddhameneteskan darah, serta memecah–belahSangha. Perbuatan–perbuatan jahat palingberat di atas secara otomatis akan menarikpelakunya pada kelahiran di alam nerakasedangkan sotapanna sudah menutup tigagerbang di alam rendah. Misalnya RajaAjattasatu yang mendengarkan khotbahBuddha dengan begitu mengesankan.64


Seandainya Raja yang bodoh ini tidakmembunuh ayah kandungnya yakni RajaBimbisara atas hasutan Devadatta, adalahmemungkinkan bagi dirinya untukmemperoleh mata Dhamma pada saat itujuga. Benar–benar suatu kehilangan yangbesar bagi dirinya. [D.N 2]13. Tanya : Apakah seorang Sotapanna masihbisa melanggar lima Sila?Yulia : Tidak mungkin. Seorang Sotapannatidak mungkin lagi melanggar bahkan salahsatu dari lima Sila. Tetapi pada tahapSotapatti–magga, mungkin masih bisa,karena faktor kelalaian. Misalnya ceritatentang Sarakani yang dikenal sebagaipeminum berat. Setelah kematiannya,Buddha mengumumkan bahwa Sarakanitelah menjadi salah seorang Sotapanna.[S.N 55.3.4] Cerita ini memangmengundang kebingungan banyak orangdengan berpikiran bahwa Sotapanna masihdapat melanggar Sila. Tentu hal ini tidakbenar. Bagaimana mungkin seorang siswaAriya masih dapat membunuh, mencuri,dsbnya. Tetapi mereka yang telahmemperoleh magga, sebelum kematiannya,65


pasti akan memperoleh phala. [S.N 25.1]Jadi mulai dari tingkat kesucian pertama,seorang siswa Ariya tak dapat lagimelanggar Sila.14. Tanya : Apakah seorang Sotapanna telahmengurangi dosa, lobha dan moha?Yulia : Benar sekali. Seorang Sotapannatelah mengurangi dengan drastis dosa,lobha dan moha. Berbeda denganputhujjana, apabila tiga akar kejahatantersebut muncul dalam diri mereka, merekaseakan–akan tak mampu mengendalikandiri. Ada yang karena benci, dia melakukanpembunuhan. Ada yang karena serakah,melakukan penipuan dsbnya. Tetapi bagiseorang Sotapanna, walaupun dosa, lobhadan moha belum terkikis habis, dia melihatdengan kebijaksanaannya bahaya daripadahal–hal tersebut sehingga dia tak dapatbertindak mencelakakan/merugikan yanglain demi kesenangan dirinya sendiri, dalamhal ini melakukan pelanggaran Sila. Inilahyang disebut moralitas seorang Ariya(Ariyan morality). Saya beranumodanapada Andro atas penjelasannya yang baikpada suatu diskusi Dhamma sehubungan66


dengan topik bahasan yang menyangkutSila seorang Sotapanna.15. Tanya : Bisakah menjelaskan tentangtingkat–tingkat kesucian dalam ajaranBuddha secara lebih mendetail?Yulia : Jawabannya sudah ada di dalamtulisan ini. Saya akan mencobameyimpulkannya di sini. Tingkat–tingkatkesucian dalam ajaran Buddha terdiri atasempat tingkatan yakni:A. Sotapanna (Stream winner)‣ Paling banyak hanya akan dilahirkansebanyak tujuh kali lagi.‣ Telah mematahkan tiga belenggurendah yang pertama.‣ Terdiri dari tiga kelompok yakniekabijissa, kolamkolassa, danSattakkhattuparamassa.B. Sakadagami (Once returner)‣ Yang kembali sekali lagi di alammanusia.‣ Telah mematahkan tiga belenggurendah yang pertama dan melemahkandosa, lobha dan moha.67


Berbeda dengan tingkat Sotapanna yangterdiri dari tiga kelompok dengan bataskelahiran yang berbeda–beda, seorangSakadagami hanya akan terlahir di alammanusia sekali lagi saja untuk pembebasanakhir. Dia mungkin saja terlahir di alamsurga sebelumnya misalnya Purana danIsidatta [A.N 6.44] tetapi setelah masakehidupan di surga berakhir, dia akankembali untuk yang terakhir kalinya dialam manusia untuk Nibbana.C. Anagami (Non returner)‣ Yang tidak kembali lagi di alammanusia.‣ Telah mematahkan lima belenggurendah.‣ Ada alam khusus untuk para Anagamiyang disebut Kediaman Murni yangterdiri atas lima tingkatan yakni alamAviha, Atappa, Sudassa, Sudassi danAkanittha.‣ Makhluk di alam ini disebut Brahma.‣ Tidak dibedakan antara pria dan wanita.‣ Menurut cara pencapaian Nibbana,mereka terbagi atas lima kelompokyakni :68


*antaraparinibbayi*upahaccaparinibbayi*asankharaparinibbayi*sasankharaparinibbayi*akanitthaparinibbayiBacalah juga S.N 46.3 untuk referensi anda.Y.M. Bhikkhu Bodhi memberikanpenjelasan sebagai berikut untuk limakelompok Anagami di atas.Antaraparinibbayi – Anagami yangmencapai Nibbana dalam pertengahan masakehidupannya di salah satu kediamanmurni. Upahaccaparinibbayi – Anagamiyang mencapai Nibbana setelahmenghabiskan pertengahan masakehidupannya di salah satu kediamanmurni. Asankharaparinibbayi &Sasankharaparinibbayi – Anagami yangmencapai Nibbana dengan usaha yangberbeda, yang pertama mencapainyadengan mudah (without exertion) dan yangkedua dengan usaha (with exertion).Akanitthaparinibbayi – Anagami yangmencapai Nibbana setelah berturut–turutmenghabiskan masa kehidupannya di alamAviha, Atappa, Sudassa, Sudassi danAkanittha.69


D. Arahat (Arahant)‣ Telah sepenuhnya melenyapkan nodakekotoran batin.‣ Lingkaran kelahiran kembali telahdiputuskan.‣ Dicapai di alam manusia.16. Tanya : Apakah tingkat–tingkat kesuciandalam ajaran Buddha dicapai secaraberurutan atau seseorang dapat secaralangsung mencapai tingkat kesucian keduaatau ketiga misalnya?Yulia : Tingkat–tingkat kesucian tersebutselayaknya dicapai secara berurutan, hanyawaktu yang diperlukan saja yang mungkinberbeda dari orang yang satu ke orang yanglainnya.17. Tanya : Apakah pencapaian tingkatkesucian pertama merupakan titik amanbagi para makhluk di alam sengsara?Yulia : Boleh dikatakan demikian.Pencapaian tingkat kesucian pertama yakniSotapanna merupakan titik aman bagi paramakhluk untuk tidak terlahir kembali dialam rendah yakni alam neraka, alam70


inatang dan alam hantu. 3 pintu di alamrendah tersebut telah tertutup bagi dirinya.18. Tanya : Dikatakan bahwa seorangSotapanna tidak lagi bergantungan denganyang lain dalam ajaran Guru. Apamaksudnya?Yulia : Dimaksudkan tidak bergantungandengan yang lain karena dia telahmengetahui dan melihat oleh dirinya sendiriJalan Ariya tersebut (dengan perolehanpandangan benar) sehingga dia tidak lagiragu, apabila keraguan telah dipatahkan, diatidak perlu lagi mencari kemana–manasesosok guru tempatnya bersandar.Umpamanya seseorang yang pernahmencicipi nasi padang. Ketika orang–orangmembicarakan tentang nasi padang, diatidak bingung. Mengapa? Karena dia telahmengetahui, melihat bahkan mencicipi apayang dinamai nasi padang itu sehingga diatidak ragu, tidak bertanya kesana–sini apaitu nasi padang.Ada bahaya ketika kita telah mulaimemfavoritkan sesosok guru yang tidak71


jarang kita kira, “Si A pasti seorang Arahat,si B punya kekuatan sakti, dsbnya sehinggakita mungkin melalaikan praktek sendiri.Walaupun disebutkan tidak bergantungandengan yang lain dalam hal misalnyapemahaman tentang terkondisinya suatufenomena, pandangan tentang diri, dll.Namun tidak terkesampingkan, bimbinganmenyangkut masalah meditasi, pencapaianjhana, dll masih dibutuhkan.19. Tanya : Apabila seseorang beraspirasiuntuk menjadi seorang Sotapanna dikehidupan mendatang, seberapa besarnyapeluang untuk itu?Yulia : Saya tidak mendorong siapapununtuk beraspirasi demikian, denganbeberapa pertimbangan, yakni:‣ Kita tidak tahu dengan pasti tujuan kitayang berikutnya setelah kehidupan iniberakhir. Beruntung apabila kita bisaterlahir di alam sugati. Itupun kalau kitamasih berkesempatan untuk mengenaldan mempraktekkan Dhamma.72


‣ Buddha mengatakan hal yangdiiinginkan, dicintai, disukai tidak dapatdiperoleh lewat doa dan aspirasi [A.N5.43], doa dan aspirasi harus didukungoleh usaha. Setidaknya mulailah darisekarang dan hal ini akan menuntun kitapada kemajuan spiritual di kehidupanmendatang.20. Tanya : Bisakah menyebutkan beberapapengikut awam pada zaman Buddha yangmencapai tingkat Sotapanna?Yulia : Yang terkenal adalah Visakha danAnathapindika. Apakah anda calon yangberikutnya? Ini saya kembalikan pada andasendiri untuk menjawabnya. Hahaha.SELESAI73


~ Daftar Harum Donatur ~Keluarga besar Lin, Keluarga besar Sulisno, RudyChandra & Keluarga, Yahti & Keluarga, Jonson &Keluarga, Wirina & Keluarga, Lasmi & Keluarga,Yenny & Merry, Lindawaty & Tony, LindaSusanty, Eka Rudy Kusuma, Roweny, Ching MukHuk, Alm.Khu Eng Hok, Alm.Khu Sin Jun~ Yulia Pannasiri ~“Dhamma bernilai melampaui kekayaan duniawimanapun juga dan tidak sepantasnya diperjual–belikan layaknya barang–barang dagangan yangtersedia di pasaran. Tulisan atau isi dari artikel inibebas untuk disebar–luaskan atau dipublikasikankembali dengan tujuan dibagikan secara cumacumaatau sebagai hadiah Dhamma tanpa perlumeminta izin terlebih dahulu pada pengarangnya.Publikasi dengan tujuan komersial tidakdiperbolehkan.”~ Dhammapada 16 ~Di dunia ini ia berbahagia. Di dunia sana iaberbahagia. Pelaku kebajikan berbahagia di keduadunia itu. Ia berbahagia dan bersuka cita karenamengetahui perbuatan bajiknya sendiri.74

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!