12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>dan sifat-sifat tercela, dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji,antara lain dengan meniru sifat-sifat Tuhan yang tercermin dalam al-Asmâ’ al-Husnâ. Manusia harus dapat mewujudkan hubungan yangbaik dengan sesama manusia dan pada saat yang sama mendekatkandiri sedekat-dekatnya kepada Tuhan. Melalui cara inilah manusiaakhirnya akan sampai kepada puncak keruhanian sejati yang disebutoleh Alquran sebagai ‘jiwa yang tenang’ (al-nafs al-muthmainnah)yang tidak lagi merasa takut dan sedih (lâ khawfun ‘alaihim wa lâhum yahzanûn). Dengan merujuk kepada Iqbal, Djohan mengatakanbahwa proses pembinaan jiwa tersebut adalah proses yang terusmenerustanpa henti. Konsep manusia sempurna (insân kâmil), bagiDjohan, hanyalah ide abstrak, bukan sesuatu yang konkret wujudnyadalam kenyataan.Pandangannya tentang proses perkembangan moral dan spiritualmanusia yang terus-menerus itu juga melandasi gagasannya tentang‘teologi kerukunan’ antar umat beragama. Djohan ber argumenbahwa kebenaran agama yang mutlak pada hakekatnya tidak pernahtergapai oleh manusia yang nisbi. Maka hakekat keberagamaanmanusia adalah suatu pencarian yang terus-menerus. Dengandemikian, tidak ada seorangpun manusia atau kelompok yang dapatmemonopoli kebenaran. Dalam konteks inilah dialog agama menjadipenting. Dialog akan mendorong keberagamaan seseorang menjadidinamis dan terbuka. 33Kalau dilihat dari konteks politik zaman Orde Baru, apa yangdirumuskan Djohan mengenai kepastian hukum alam dan ke bebasanmoral manusia tampak sejalan dengan proyek modernisasi ataupembangunan yang dilancarkan pemerintah. Bukankah kepastianhukum alam merupakan landasan bagi perkembangan ilmu danteknologi yang menjadi basis modernisasi? Bukankah pula keyakinanakan kebebasan berkehendak dan memilih lebih sesuai dengan etospembangunan ketimbang sikap fatalis dan pasrah? Lebih dari itu,bukankah pandangan bahwa perkembangan jiwa manusia menujukesempurnaan adalah proses yang terus-menerus tanpa henti paraleldengan landasan filosofis dari pembangunan, yakni the idea ofprogress?Tetapi tentu saja, sebagai seorang pemikir yang kritis, Djohantidak sekadar memberikan legitimasi teologis bagi modernisasi, iajuga seringkali menyuarakan kritik terhadap efek-efek negatifnya,60 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!