12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>negara Islam, eksistensi Depag sama sekali tidak memuaskan.Demikian pula bagi kalangan yang berpandangan politik sekuler,Depag juga tidak dapat diterima karena di situ negara jelas-jelasterlibat dalam mengurusi agama. Tetapi sekali lagi, itulah watak darisebuah kompromi: masing-masing mengalah guna mendapatkansebagian dari kepentingan mereka.Jika kita perhatikan dengan cermat sejarah bangsa kita, makaboleh dikata kompromi tersebut masih terus-menerus dipertahan -kan sampai hari ini. Mungkin kalau diibaratkan gerak pendulum,memang kadang ia bergerak lebih berat ke arah sekuler dankemudian di lain waktu bergerak ke arah Islam ideologis, tetapi tidakpernah sepenuhnya sekuler atau Islam ideologis secara total.Mungkin orang bisa menilai bahwa kenyataan seperti ini membuatkita berada dalam ketidakpastian. Tetapi kita dapat juga melihatnyasecara positif, yakni bahwa sebagai sebuah bangsa yang besar dansangat majemuk, Indonesia dapat terus bertahan justru karenakemampuan mereka dalam berkompromi tersebut.Di sini tentu menarik untuk ditanyakan, apa pandangan DjohanEffendi terhadap masalah ini? Seperti dicatat oleh Barton, jauhsebelum rezim Orde Baru melancarkan program indoktrinasiPancasila (Penataran P4), Djohan sudah secara terbuka menyampai -kan gagasannya agar gerakan-gerakan Islam menerima Pancasilasebagai ideologi negara. 3 Bagi Djohan, nilai-nilai Pancasila sudahsejalan dengan nilai-nilai Islam, karena itu Islam sebagai ideologipolitik tidak diperlukan. Apalagi menurutnya konsep ‘negara Islam’tidak lebih dari sebuah utopia yang tidak berpijak pada realitas.Tidak ada negara Islam saat ini yang dapat dijadikan contoh ideal.Arab Saudi, Iran dan Pakistan misalnya, ketiganya mengklaimberdasarkan pada Islam, tetapi bentuk pemerintahan mereka sangatberbeda bahkan bertentangan. Selain itu, sulit bagi kita untukmengatakan bahwa negara-negara tersebut sudah mencerminkannilai-nilai Islam yang ideal. 4Apa yang dikemukakan Djohan di atas memang sudah seringkita dengar dari pemikir-pemikir muslim lainnya. Tetapi Djohantentu tidak berhenti sampai di situ saja. Pertama, ia tampaknya tidakbegitu puas dengan rumusan negatif mengenai hakekat negara kita,yakni ‘tidak negara sekuler, tidak pula negara agama’. Pada awaltahun 1970-an, Presiden Soeharto pernah menyampaikan dalamBunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 49

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!