12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>ajarkan tanggung-jawab personal (baca, misalnya, QS 35:18). Ajaranbahwa seseorang menanggung dosa orang lain seperti ditunjukkandalam hadis riwayat Abû Hurairah itu jelas tidak sesuai dengan etikaQuran tersebut, karena itu ‘Aishah menolak dengan tegas kemung -kinan bahwa Nabi pernah mengatakan hadis itu.Contoh-contoh ini dengan baik sekali memperlihatkan bahwapada generasi perdana Islam kita jumpai teladan tentang penalaransebagai norma yang tidak semata-mata berkedudukan sekunder,seperti sekarang ini berlaku luas, tetapi juga bisa menjadi semacam“meta-norma” yang menilai sebuah sunnah atau hadis. Dua teladandari Umar dan ‘Â’ishah itu menunjukkan bahwa paradigma yang“non sunnah-centric” pernah dipraktekkan oleh generasi sahabat.Teladan ini kurang dielaborasi lebih jauh sebagai landasan untukmerumuskan modus keberagamaan alternatif di luar paradigma yangdikembangkan oleh kaum positivis Islam selama ini. Keberaniantokoh-tokoh semacam Jahm ibn Shafwân untuk menalar secaraindependen berhadapan dengan teks-teks agama saya kiramerupakan teladan lain yang layak diungkap kembali. Label “sesat”yang telah diterakan kepada figur seperti Jahm layak dianalisis secarakritis sebagai semacam strategi dominasi yang sengaja dilakukan olehkalangan positivis-ortodoks untuk membungkan suara-suara “lain”dalam spektrum pedebatan yang kaya saat itu.Dalam kesadaran sosial umat Islam yang dibentuk oleh caraberpikir yang “sunnah-centric”, gagasan tentang “generasi saleh yangpertama” atau kaum “salaf ” menempati kedudukan sentral. Dalamparadigma yang “sunnah-centric” ini, teladan generasi awal Islam,yakni sahabat dan tabi’in, dianggap sebagai sesuatu yang membentuksebuah norma. Dengan cerdik sekali, kaum positivis Islam membatasidefinisi “generasi awal” itu pada mereka yang secara teologismemiliki pandangan yang sama dengan gagasan yang merekakembangkan belakangan. Tokoh-tokoh seperti Jahm, walaupun bisadianggap masuk dalam kategori generasi awal yang saleh, tetapi tidakmasuk dalam definisi itu, sebab memiliki pandangan yang berbeda.Dengan kata lain, apa yang disebut sebagai generasi “salaf ” yangdianggap membentuk norma itu diseleksi begitu rupa sehingga sesuaibenar dengan pandangan kaum positivis-ortodoks belakangan. Disini, kita melihat bagaimana sejarah dan memori masa lampaudiseleksi begitu rupa untuk mendukung terbentuknya suatu struktur746 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!