12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>dan mengikat. Hadis dan sunnah secara otonom dianggap bisamembentuk semacam normativitas lepas dari penalaran ataupertimbangan kontekstual. Tanpa kita sadari, posisi kaum positivisdalam debat klasik mengenai sifat Tuhan ternyata telah membentukdan mempengaruhi secara mendalam “kesadaran” masyarakat Islamsaat ini serta cara mereka memahami agama. Posisi ta’thîl ataupengosongan, dalam pengertian meletakkan teks-teks agama bukansebagai kebenaran pada dirinya sendiri, tetapi sebagai kode yangsecara metaforis bisa menunjuk hal-hal lain di seberangnya, sudahdijauhi sama sekali.Dalam situasi semacam ini, “menantang” otoritas sunnah danhadis dengan penalaran rasional sebagaimana pernah dicontohkanoleh sejumlah sahabat dan dikembangkan oleh generasi setelah itu,menjadi tak masuk akal atau sulit dibayangkan oleh publik Islamyang dibentuk oleh cara pandang yang “sunnah-centric” itu.Peristiwa yang pernah terjadi pada saat-saat menjelang wafatnyaNabi sudah dilupakan oleh masyarakat Islam saat ini. Sebagaimanadisebut oleh banyak sumber historis Islam sendiri, menjelang wafat,Nabi pernah meminta sebuah kertas dan pena untuk menuliskansesuatu, mungkin sebuah wasiat. Umar adalah sahabat yangmencegah untuk memenuhi permintaan Nabi itu, hingga akhirnyaterjadi perdebatan di samping Nabi yang saat itu sedang menderitasakit keras. Karena kesal, Nabi mengusir para sahabat yang berdebatitu. Saat itu, Umar melontarkan sebuah statemen yang menarik: Nabisedang sakit keras, sementara umat Islam sudah memiliki Kitab Suciyang lengkap, sehingga “wasiat” tambahan dari Nabi sama sekali takdibutuhkan.Pada momen itu, jelas tampak sekali bahwa Umar seperti“menolak” perintah atau permintaan Nabi dengan alasan yang iaanggap masuk akal. Saat itu Umar memakai sebuah “norma” lain disamping otoritas Nabi. Sikap-sikap semacam ini juga ditunjukkanoleh istri Nabi, yaitu ‘Â’ishah yang menolak sejumlah riwayat hadisyang ia anggap tidak masuk akal dan bertentangan dengan Quran.Salah satu kisah yang populer adalah riwayat dari Abû Hurairah dimana dikisahkan bahwa Nabi bersabda, “Sesungguhnya seseorangyang meninggal akan disiksa karena tangisan keluarga yangmenangisi kematiannya”. ‘Â’ishah dengan tegas menolak hadis itukarena ia anggap bertentangan dengan etika Quran yang meng -Bunga Rampai Menyambut 70 Tahun Djohan Effendi| 745

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!