12.07.2015 Views

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

Merayakan Kebebasan Beragama - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS
  • No tags were found...

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>keterbukaan dan menerima kemungkinan yang lain.Dua modus itu, menurut saya, sah belaka, dan sudahberkembang sejak masa klasik dalam sejarah pemikiran Islam.Diskursus Islam saat ini lebih banyak dibentuk oleh paradigma kaumpositivis. Melalui proyek kodifikasi hadis yang massif, kubu iniberhasil memaksa sejumlah diskursus lain untuk mengikuti caraberpikir yang “sunnah-centric”. Adagium yang terkenal dari Im 想 mShâfi’î bisa mewakili semangat ini: jika sebuah hadis sudah terbuktivalid dan sahih, maka ia menjadi mazhab saya (idhâ sahha al-hadîthfa huwa madhhabî). Pendapat ini dengan tegas menganggap bahwahadis yang valid dari segi mata rantai transmisi akan langsungmenjadi standar normatif yang mengikat. Pandangan ini ditegaskankembali melalui sebuah aksioma yang dikenal luas dalam kajianhukum Islam: jika ada sebuah teks dari agama, maka penalaranberhenti (la ijtihâda fi mahall al-nas). Pelan-pelan, perspektif yang“sunnah-centric” menjadi standar normatif yang “memaksakan”dirinya untuk diikuti dalam semua diskursus Islam. Peran akalsebagai standar normatif yang relatif independen sebagaimanadicontohkan oleh Jahm ibn Shafwân merosot sama sekali.Menurut saya, keliru sama sekali jika pudarnya filsafat di duniaIslam yang terjadi setelah dikritik oleh al-Ghazâlî (w. 1111) dianggapsebagai biang kemunduran ilmu-ilmu rasional. Menurut saya, alasanyang jauh lebih masuk akal adalah dominasi sistem berpikir yang“sunnah-centric” yang dikembangkan oleh sarjana hadis yangkemudian pelan-pelan menguasai hampir semua bidang pengetahuanIslam. Keberhasilan kaum positivis Islam untuk memantapkan sistemberpikir yang berpusat pada teks-teks agama seraya menomorduakanatau bahkan mengabaikan sama sekali penalaran rasional boleh jadimerupakan faktor yang pantas ditunjuk sebagai salah satu sebabkemunduran itu. Hasil dari seluruh kecenderungan yang“positivistik” itu sudah bisa kita lihat saat ini dalam praktekkeagamaan yang populer di masyarakat Islam. Dengan teknologicetak yang membuat literatur hadis makin tersedia denganmelimnpah untuk publik Islam modern saat ini, dan dikombinasikandengan dominasi “positivisme” di kalangan mereka, kita denganmudah menjumpai sikap-sikap berikut ini: jika makna literal hadisatau sunnah tertentu menunjukkan pengertian A, maka dengansendirinya pengertian itu dianggap sebagai sesuatu yang normatif744 |MERAYAKAN KEBEBASAN BERAGAMA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!